bab i -iv

131
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG OSTEOARTHRITIS TERHADAP SIKAP LANSIA TENTANG PERAWATAN OSTEOARTRITIS (Studi Di Posyandu Lansia Rw 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi) KHOLIS NUGROHO NIM : 10322071 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN i

Upload: yoyok-s

Post on 28-Jan-2016

6 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

BAB

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I -IV

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG

OSTEOARTHRITIS TERHADAP SIKAP LANSIA

TENTANG PERAWATAN OSTEOARTRITIS

(Studi Di Posyandu Lansia Rw 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi)

KHOLIS NUGROHO

NIM : 10322071

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2011

i

Page 2: BAB I -IV

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG

OSTEOARTHRITIS TERHADAP SIKAP LANSIA

TENTANG PERAWATAN OSTEOARTRITIS

(Studi Di Posyandu Lansia Rw 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi)

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan

Menyelesaikan Skripsi Program Studi SI Keperawatan

KHOLIS NUGROHO

NIM : 10322071

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2011

ii

Page 3: BAB I -IV

ABSTRACK

The Influence of Healthy Education About Osteoarthritis Concerning Advance Age Attitude to Care Osteoarthritis.

. Study at Advance Age Posyandu RW 04 Girimulyo Village Jogorogo Subdistric Ngawi

By:

KHOLIS NUGROHO

Mostly, people (especially advance age) consider osteoarthritis or hinge pain identical with high degree of urine acid in blood. Whereas urine acid not the only cause of osteoarthritis. This factor was cause hinge pain especially in waist and knee which dominate hinge pain of Indonesian. The effect of this wrong understanding, people who suffer from pain would prefer choose short therapy than knowing its source. The purpose of this research was to know the influence of healthy education about osteoarthritis concerning advance age attitude to care osteoarthritis.

This was pre-experiment research. Besides, research design used was one group pre test-post test design. The populations were 121 people taken from all advance age people living in RW 04 Girimulyo village. Purposive sampling used to take the sample data which was appropriate with inklusi and ekslusi criteria for 32 people. While gathering data, researcher gave pre-test before doing the learning process then post-test after learning process. The result of post test and pre test was analyzed by using Wilcoxon sign rank test.

The result showed that mostly advance age people (66%) or 21 peope had negative atitude while the result of post-test showed that mostly, (69%) or 22 people had positive attitude to care osteoarthritis. Further the result of the analysis got significance score 0,05 (sig.was smaller than 5% (0,00<0,005.

Finally, it can be conclude that there was strong influence about healthy education to change advance age attitude to the positive one.

Key Word: Education, Healthy, Attitude, and Osteoarthritis.

iii

Page 4: BAB I -IV

ABSTRAK

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Osteoarthritis Terhadap Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis

(Studi Diposyandu Lansia Rw 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi)oleh:

Kholis nugroho

Kebanyakan masyarakat (khususnya lansia) menganggap osteoartrhitis atau nyeri sendi identik dengan tingginya kadar asam urat dalam darah. Hal ini merupakan salah satu penyebab nyeri sendi khususnya pada bagian pinggang dan lutut. Akibat pemahaman yang salah ini penderita gangguan nyeri lebih memilih pengobatan yang secara singkat dari pada mengetahui sumber rasa nyerinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang osteoarthritis terhadap sikap lansia tentang perawatan osteoarthritis.

Jenis penelitian ini adalah pre experiment. Dengan desain penelitian one group pre test-post test design. Populasi yang digunakan adalah semua lansia yang berada di RW 04 Desa Girimulyo dengan jumlah 121. Tehnik pengambilan sample adalah Purposive sampling yaitu sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebanyak 32 orang. Dalam pengumpulan data peneliti memberikan pretest yaitu sebelum diadakan pendidikan kemudian dilakukan posttest yaitu setelah diadakan pendidikan. Teknik analisisnya menggunakan uji wilcoxon sign rank test

Dari hasil pretest menunjukkan bahwa sebagian besar lansia (66%) atau 21 memiliki sikap negatif sedangkan hasil postest didapatkan hasil bahwa sebagian besar (69%) atau 22 memiliki sikap positif tentang perawatan osteoarthritis.. Hasil uji analisis didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,05.(Sig. lebih kecil dari 5% (0,00<0,005))

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada Pengaruh kuat Pendidikan Kesehatan dalam merubah sikap lansia dari sikap negatif menjadi kearah yang positif.

Kata Kunci: Pendidikan, Kesehatan, Sikap, Osteoarthritis

iv

Page 5: BAB I -IV

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda Tangan di Bawah ini :

Nama : KHOLIS NUGROHO

NIM : 10322071

Tempat tanggal lahir : Ngawi, 27 April 1980

Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Insan

Cendekia Medika” Jombang

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Tentang Osteoarthritis Terhadap Sikap Lansia Tentang Perawatan

Osteoartritis" adalah bukan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun

keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan

apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi akademis.

JOMBANG, MEI 2011

YANG MENYATAKAN

KHOLIS NUGROHO

PERSETUJUAN JUDUL SKRIPSI

Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang

v

Page 6: BAB I -IV

Osteoarthritis Terhadap Sikap Lansia Tentang

Perawatan Osteoartritis(Studi di Posyandu Lansia

RW 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo

Ngawi)

Nama Mahasiswa : KHOLIS NUGROHO

NIM : 10322071

Program Studi : S I Keperawatan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Yunan Yusuf, S . Kep.Ns

Pembimbing I

Endang S, S . Kep.Ns

Pembimbing II

Mengetahui,

Ketua STIKES ICME

Drs. M. Zainul Arifin, M.Kes

Ketua Program Studi

Bambang Tutuko, SH. Skep, Ns

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

vi

Page 7: BAB I -IV

Penulis dilahirkan di Ngawi pada tanggal 27 April 1980 dari Bapak

Hariyanto dan Ibu Umi Tahijjatun. Tahun 1992 penulis lulus dari M I S

Tanjungsari.

Tahun 1995 lulus dari SMP Negeri 1 Jogorogo, Tahun 1999 lulus dari

SMU N I Jogorogo, Tahun 2003 lulus dari AKADEMI KEPERAWATAN dr

SOEDONO MADIUN. Dan pada Tahun 2010 masuk STIKES INSAN

CENDEKIA MEDIKA JOMBANG Program Khusus S I Keperawatan.

Demkian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Jombang, Mei 2011

Yang Menyatakan

KHOLIS NUGROHO

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

vii

Page 8: BAB I -IV

Motto:

Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

oleh manusia ialah menundukan diri sendiri ( RA KARTINI )

Persembahan :

Saya persembahkan karya ini :

Untuk ibuku dan bapakku yang dengan sepenuh

hati telah mencurahkan perhatian dan

pengorbanan yang tiada ternilai.

Untuk istriku yang selalu membantu dan

mendampingiku disetiap waktu.

Untuk anakku yang telah membuatku selalu

bersemangat dalam keadaan apapun.

KATA PENGANTAR

viii

Page 9: BAB I -IV

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas segala

karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian ini adalah Adakah Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang

Osteoatrhritis Terhadap Sikap Lansia tentang Perawatan Osteoarthritis.

Dalam penyusunaan skripsi penelitian ini, penulis yakin dan percaya

bahwa penelitian ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari semua pihak, maka

penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada; Drs.M. Zainul Arifin, M.Kes

selaku ketua STIKES ICME Jombang Drs. M. Zainul Arifin, M.Kes selaku

Kaprodi S I Keperawatan, Bapak Yunan Yusuf,S.Kep.Ns selaku pembimbing I,

Ibu Endang S, S.Kep.Ns selaku Pembimbing II. dr Ririn Pancawinanti selaku

Kepala Puskesmas Jogorogo serta ibu Indah Suyanti Amd.Keb selaku penanggung

jawab Posyandu Lansia Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Kabupaten Ngawi

yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan

saran dan dorongan sehingga terselesaikannya penyusunan proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari

sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan penulis. Namun penulis berusaha

semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan, maka dengan segala kerendahan

hati penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi

kesempurnaan penelitian ini.

Jombang, Mei 2011

Penulis

DAFTAR ISI

ix

Page 10: BAB I -IV

HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i

HALAMAN JUDUL DALAM……………………………………………… ii

ABASTRACK………………………………………………………………. iii

ABSTRAK…………………………………………………………………… iv

HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………. v

HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………. vi

HALAMAN PRNGESAHAN PENGUJI……………………………………. vii

RIWAYAT HIDUP PENULIS………………………………………………. viii

MOTTO DDAN PERSEMBAHAN…………………………………………. ix

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. x

DAFTAR ISI………………………………………………………………… xi

DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xiii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xiv

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………....

1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………... 3

1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………. 3

1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Kesehatan…………………………………………………. 5

2.2 Lansia…………………………………………………………………. 12

2.3 Sikap…………………………………………………………………… 14

2.4 Osteoarthritis…………………………………………………………... 18

2.5 Perawatan Osteoarthritis………………………………………………. 23

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep……………………………………………………… 28

3.2 Hipotesis………………………………………………………………. 29

BAB IV MEODOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian………………………………………… 30

4.2 Desain Penelitian………………………………………………………. 30

4.3 Kerangka Kerja……………………………………………………… 31

x

Page 11: BAB I -IV

4.4 Populasi Sampel dan Sampling………………………………………... 32

4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional………………………………….. 33

4.6 Teknik Pengumpulan Data dan Instrument Penelitian………………… 34

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas………………………………………….. 35

4.8 Pengolahan dan Analisis Data…………………………………………. 38

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian………………………………………………………... 41

5.2 Pembahasan……………………………………………………………. 44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan…………………………………………………………..... 48

6.2 Saran…………………………………………………………………… 48

Daftar Pustaka

Lampiran

..

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep.................................................................. 28

xi

Page 12: BAB I -IV

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian............................................................ 30

Gambar 4.2 Kerangka Kerja..................................................................... 31

DAFTAR TABEL

xii

Page 13: BAB I -IV

Tabel 4.1 Definisi Opersional.................................................................. 34

Tabel 4.2 Kisi-Kisi Koesioner Sikap....................................................... 35

Tabel 4.3 Uji Validitas............................................................................. 37

Tabel 4.4 Uji Reliabilitas......................................................................... 38

Tabel 5.1 Distribusi Responden Bedasarkan Usia................................... 42

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.................. 42

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan....................... 42

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Informasi Kesehatan........ 43

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pretest Sikap.................... 43

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Postest Sikap................... 43

Tabel 5.7 Tabulasi Responden Berdasarkan Sikap Pretest Postest......... 44

xiii

Page 14: BAB I -IV

.BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional

diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat

bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

(UU,1992). Meningkatnya jumlah lansia maka membutuhkan penanganan yang serius

karena secara alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi

maupun mentalnya dan hal ini tidak terlepas dari masalah ekonomi,sosial dan budaya,

sehingga perlu adanya peran serta keluarga dan adanya peran sosial dalam

penangananya. Menurunnya fungsi berbagai organ lansia menjadi rentang terhadap

penyakit yang bersifat akut atau kronis. Ada kecenderungan terjadi penyakit

degeneratif, penyakit metabolik, gangguan psikososial dan penyakit infeksi

mengingkat (Nugroho, 2000). Menurut (Bruner and Suddartha, 1996) Pengaruh usia

pada persepsi nyeri tidak diketahui secara luas. Cara lansia berespon terhadap nyeri

dapat berbeda dengan cara berespon orang yang lebih berusia muda. Persepsi nyeri

pada lansia mungkin berkurang sebagi akibat dari perubahan patologis berkaitan

dengan beberapa penyakit misalnya, diabetes mellitus, rhematik arthritis. Menurut

Isbagio (2006), masyarakat masih memiliki pemahaman yang salah mengenai nyeri.

Kebanyakan masyarakat (khususnya lansia) menganggap osteoartrhitis atau nyeri

sendi identik dengan tingginya kadar asamurat dalam darah. Padahal, tidak semua

penyebab osteoartrhitis adalah asam urat. Salah satunya adalah karena adanya

pengapuran pada sendi, sindrom metabolik, termasuk obesitas atau kegemukan.

Kedua faktor ini merupakan salah satu penyebab nyeri sendi khususnya pada bagian

pinggang dan lutut,yang saat ini mendominasi nyeri sendi pada masyarakat Indonesia.

Akibat pemahaman yang salah ini penderita gangguan nyeri lebih memilih engobatan

yang secara singkat dari pada mengetahui sumber rasa nyerinya. Berdasarkan

penelitian, 37,5% pasien mengatasi nyeri dengan cara membeli obat sendiri.

Sebanyak 33,3% memilih dipijat, dan 0,4% memilih dukun untuk meminta

pertolongan. Hanya 16,1% dari penderita nyeri sendi yang berobat ke dokter (Isbagio,

2006).

Osteoartritis dimasukkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ke

dalam salah satu dari empat kondisi otot dan tulang yang membebani individu

1

Page 15: BAB I -IV

2

sistem kesehatan maupun sistem perawatan sosial dengan biaya yang cukup besar.

(Merdikoputro, 2009). Prevalensi penyakit Osteoartritis mencapai 10 persen dari

jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. Di Amerika, Osteoartritis menyerang

12,1 persen penduduk usia 25-75 tahun dengan kecacatan pada lutut, panggul dan

tangan. Sedangkan di Inggris, 25 persen populasi penduduk usia 55 tahun ke atas

menderita Osteoartritis di lutut. Menurut hasil penelitian Zeng Q et al. (2008).

Di Indonesia, prevalensi penyakit Osteoarthritis mencapai 23,6 % hingga 31,3 %.

Osteoartritis merupakan salah satu jenis penyakit reumatik yang paling banyak

ditemui di Indonesia. Biasanya terjadi di lutut dan umumnya menyerang wanita

usia di atas 40 tahun. Data Penyakit Terbanyak di Kabupaten Ngawi Tahun

2005. Penyakit sistem otot dan jaringan ikat, menempati urutan ke dua dengan

jumlah kasus sebanyak 16.092 (Dinkes Ngawi, 2007).

Penyakit Osteoartritis ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan

sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis

di tandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada

sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban Meski tidak

memberikan dampak spontan, Osteoarthritis pada lansia akan memberikan

dampak penting terhadap fungsi tubuh sehari-hari. Diantaranya masalah

ketergantungan kepada orang lain dan kualitas hidup penderitanya.

(Stockslager & Schaeffer, 2008). Dibandingkan dengan jantung dan kanker,

rematik boleh jadi tidak terlampau menakutkan dan tidak mengancam jiwa.

Namun, jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan besar membuat

rematik jadi keluhan favorit. Penyakit otot dan persendian ini memang sering

menyerang lansia, melebihi hipertensi dan jantung, gangguan pendengaran dan

penglihatan, serta Diabetes. (Widodo, 2009).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 14 Maret

2011 di Posyandu Lansia RW 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi.

Terdapat 4 RW yakni RW 01, RW 02 dan RW 03, RW 04 wilayah RW 04

memiliki jumlah lansia terbanyak yakni 121 orang. Di Posyandu Lansia RW 04

Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi belum pernah dilakukan penyuluhan

kesehatan mengenai Osteoarthritis. Pendidikan / edukasi pada lansia dan

pendampingnya dalam penatalaksanaan perawatan Osteoartritis sangat diperlukan.

Page 16: BAB I -IV

3

Hal ini mendorong lansia dan pendampingnya memahami patofisiologi

Osteorthritis dan jenis terapi yang diberikan. Peningkatan kognitif dan perilaku

juga bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan dan pencegahan timbulnya

nyeri sendi pada Osteoarthritis.

Berdasarkan latar belakang tersebut, mendorong peneliti untuk

melakukan penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang

Osteoarthritis terhadap Sikap lansia tentang Perawatan Osteoarthritis

di

Posyandu Lansia RW 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian yaitu : Adakah Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Osteoarthritis

terhadap Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis di Posyandu Lansia RW

04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang osteoarthritis

terhadap sikap lansia tentang perawatan osteoarthritis di Posyandu Lansia RW 04

Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi.

1.3.2 Tujuan Khususnya

1) Diketahuinya sikap lansia dalam perawatan osteoarthritis sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan tentang osteoarthritis.

2) Diketahuainya sikap lansia dalam perawatan osteoarthritis setelah dilakukan

Pendidikan Kesehatan tentang osteoarthritis.

3) Untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap lansia

dalam perawatan osteoarthritis.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan ilmu

Page 17: BAB I -IV

4

asuhan keperawatan lansia.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta

kajian untuk penelitian lebih lanjut mengenai Osteoarthritis pada lansia

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini berguna untuk, mengubah sikap masyarakat ( khususnya

lansia) di RW 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi, dalam

melakukan perawatan Osteoarthritis, sehingga lansia dapat hidup produktif

dan menikmati hidup di masa tua nya.

3. Bagi Puskesmas

Penelitian ini bermanfaat bagi tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan

pelayanan kesehatan khususnya terhadap Lansia

Page 18: BAB I -IV

5

Page 19: BAB I -IV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Kesehatan

Pengertian pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran

masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk

memelihara (mengatasi masalah-masalah) danmeningkatkan kesehatannya.

Perubahan atau tindakanpemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan

oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan padapengetahuan dan kesadarannya

melalui proses pembelajaran. Sehinggaperilaku tersebut diharapkan akan

berlangsung lama (long lasting) dan menetap (langgeng) karena didasarkan atas

kesadaran (Notoatmodjo,2005)

Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku yangdinamis,

dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi /teori dari

seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur,akan tetapi

perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam individu,

kelompok, atau masyarakat (Mubarak, 2007).

Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan pada diri

manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan

dan masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah sesuatu yang dapat diberikan

oleh seseorang kepada orang lain dan bukan pula suatu rangkaian tata laksana

yang akan di laksanakan ataupun hasil yang akan dicapai, melainkan suatu proses

perkembangan yang selalu berubah secara dinamis di mana seseorang dapat

menerima atau menolak keterangan baru, sikap baru, dan perilaku baru yang ada

hubungannya dengan tujuan hidup ( Machfoedz, 2006 )

Pendidikan kesehatan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau

masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku

pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di

bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah

suatu pendidikan praktis atau praktek pendidikan, oleh sebab itu konsep

pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang

kesehatan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti

5

Page 20: BAB I -IV

6

di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau

perubahan kearah yang lebih dewasa, l ebih baik dan lebih matang pada diri

individu, kelompok dan masyarakat ( Notoatmodjo,2005 ).

2.1.1 Sasaran

Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia, berdasarkan program

pembangunan Indonesia adalah.

1) Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.

2) Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda, remaja,

termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok lembaga 14

pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi, sekolah agama, swasta,

maupun negeri.

3) Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual.

2.1.2 Tujuan

Tujuan pendidikan kesehatan menurut Undang-undang kesehatan 23 tahun

1992 maupun WHO yakni : meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan

sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial, pendidikan

kesehatan di semua program kesehatan baik pemberantasan penyakit menular,

sanitasi lingkungan, gizi masyarakat pelayanan kesehatan maupun program

kesehatan lainnya.

Hal ini berarti untuk mencapai keadaan yang sehat, maka seseorang harus

mengetahui apa saja yang harus dilakukan agar orang benar-benar menjadi sehat

baik secara fisik, mental dan sosial nya sehingga di harapkan seseorang memiliki

sikap yang positif terhadap kesehatannya dan dapat mengubah perilaku yang tidak

sehat menjadi perilaku yang sehat. ( Mubarak, 2007 ). Menurut Wong tujuan dari

pendidikan kesehatan adalah :

1) Agar masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada

kesehatannya keselamatan lingkungan dan masyarakatnya.

Page 21: BAB I -IV

7

2) Agar orang melakukan langkah-langkah dalam mencegah terjadinyapenyakit

menjadi lebih parah, dan mencegah keadaan ketergantungan melalui

rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh penyakit.

3) Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan

perubahan-perubahan sistem dan cara memanfaatkannya dengan efisiensi dan

efektif.

4) Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana

caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan kesehatan

(Mubarak, 2007).

2.1.3 Macam Istilah Pendidikan Kesehatan

Macam-macam istilah yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan dalam

pelaksanannya di Indonesia, terdapat beberapa istilah dalam ruang lingkup

kegiatan pendidikan kesehatan yaitu :

1) Penerangan kesehatan

Penerangan kesehatan adalah upaya memberikan penjelasan atau

menyebarluaskan pesan kepada perorangan, kelompok, atau masyarakat untuk

menumbuhkan perhatian, pengertian dan kesadaran mengenai perilaku sehat atau

kehidupan sehat. Kegiatan ini berlangsung 1 arah ( one way traffic / one way

method ). Kegiatan tersebut tidak ditindak lanjuti dengan monitoring atau

evaluasi.

2) Penyuluhan kesehatan.

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang

dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga

masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tapi juga mau dan bisa melakukan

suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. (Machfoedz, 2006).

Dengan pengertian seperti ini, maka petugas penyuluhan kesehatan harus

menguasai ilmu komunikasi juga harus menguasai pemahaman yang lengkap

tentang pesan yang di sampaikannya.

3) Komunikasi, informasi dan edukasi ( KIE )

Dalam KIE sistem pendidikan lebih sistematis. Yakni dimulai dengan

komunikasi, dilanjutkan dengan informasi.

Page 22: BAB I -IV

8

4) Promosi kesehatan.

Promosi kesehatan adalah suatu proses memberdayakan atau

memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan, serta

pengembangan lingkungan sehat.

Promosi kesehatan mencakup aspek perilaku yaitu upaya untuk

memotivasi, mendorong dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang

dimiliki masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. ( Machfoedz, 2006 )

Istilah promosi kesehatan digunakan oleh Leavel dan clarck untuk

menjelaskan dimensi tingkat pelayanan kesehatan di masyarakat, yang di kenal

dengan istilah five level of prevention. Dimana usaha pencegahan dilakukan pada

saat sebelum dan sesudah sakit yaitu :

a) Masa sebelum sakit.

a. Health promotion.

Dalam hal ini pendidikan kesehatan diberikankepada perorangan,

kelompok, atau masyarakat agar dapat mencegah terjadinya penyakit.

b. Spescific protection.

Pendidikan kesehatan diberikan agar memahami akan pentingnya

perlindungan khusus terhadap serangan penyakit.

b) Pada masa saat sakit

Early diagnosis and promt Treatment (Diagnosis dini pada pengobatan

segera). Peserta didik diberikan pemahaman tentang pengenalan dan

pengertian jenis penyakit pada tingkat awal, serta mengadakan pengobatan

yang tepat seawal mungkin. Dissability Limitation. Peserta didik diberikan

pengertian untuk melakukan pengobatan sesempurna mungkin, sehingga

dapat dicegah adanya gangguan kemampuan kerja yang diakibatkan

adanya dampak dari penyakitnya, yang bisa berupa kecacatan. Rehabilitation.

Pada tahap ini cacat telah terjadi. Sehingga peserta didik diberikan

pengertian dan dorongan agar tetap bersemangat dalam bekerja dan

berbaur ditengah masyarakat seperti halnya sebelum terjadi kecacatan.

Page 23: BAB I -IV

9

2.1.4 Metode Pendidikan Kesehatan.

1) Metode pendidikan individual ( Perorangan )

Metode pendidikan kesehatan yang bersifat individual ini digunakan

untuk membina perilaku baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik ada suatu

perubahan perilaku atau motivasi.

1. Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap

masalah yang dihadapi dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya.

2. Wawancara

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien bertujuan untuk menggali

informasi kenapa klien belum mau menerima perubahan, tertarik atau tidak

menerima perubahan, mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan

di adopsi itu memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang

kuat.

2) Metode Pendidikan kelompok

a) Kelompok besar

Kelompok besar disini adalah bila peserta lebih dari 15 orang. Metode

yang baik di gunakan dalam kelompok besar ini adalah :

a. Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi ataupun rendah.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode ini adalah :

pertama, tahap persiapan yaitu penceramah menguasai materi dari yang

akan disampaikan.Tahap kedua : pelaksanaan yang merupakan kunci dari

keberhasilan ceramah.

b. Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan latar

belakang pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah penyajian dari

suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang di anggap penting.

b) Kelompok kecil

Apabila peserta kurang dari 15 biasanya disebut kelompok kecil.

Page 24: BAB I -IV

10

a. Diskusi kelompok.

Dalam diskusi kelompok semua anggota kelompok bebas berpartisipasi

dalam diskusi, maka formasi duduk peserta berhadap – hadapan atau

saling memandang satu sama lain, misalnya bentuk lingkaran atau segi

empat.

b. Curah pendapat

Permulaan diskusi pimpinan kelompok memancing dengan suatu masalah,

kemudian tiap peserta memberikan tanggapan atau jawaban. Setelah

semua anggota mengeluarkan pendapat, baru tiap anggota dapat

mengomentari dan akhirnya terjadi diskusi.

c. Bola salju ( Snow balling )

Kelompok dibagi dalam pasangan–pasangan. Kemudian dilontarkan suatu

pertanyaan atau masalah, setelah kurang lebih 5 menit, 2 pasang

bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut

dan mencari kesimpulannya, 20 kemudian tiap 2 pasang bergabung lagi

dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga terjadi

diskusi seluruh kelas.

d. Kelompok kecil – kecil Kelompok langsung dibagi kelompok kecil-kecil

kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama atau tidak dengan

kelompok lain, dan masing – masing kelompok mendiskusikan masalah

tersebut.

e. Role play

Beberapa anggota kelompok ditunjuk untuk memainkan peran tertentu dan

memeragakan. Misalnya bagaimana interaksi atau komunikasi dalam

melaksanakan tugas sehari – hari.

f. Permainan Simulasi

Metode ini merupakan gambaran antara role play dengan diskusi

kelompok.

3) Metode pendidikan massa.

Metode pendidikan massa bertujuan untuk mengkomunikasikan pesan –

pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau

publik. ( Notoatmodjo, 2003)

Page 25: BAB I -IV

11

2.1.5 Media Penyuluhan / Pendidikan

1) Media Cetak

a) Booklet adala Suatu media untuk menyampaikan pesan–pesan kesehatan

dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

b) Leaflet : Penyampaian informasi atau pesan– pesan kesehatan melalui

lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat atau gambar.

c) Flyer ( selebaran ) seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan.

d) Flip chart (lembar balik) media penyampaian pesan atau informasi-informasi

kesehatan dalam bentuk lembar balik.

e) Rubrik atau tulisan – tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai

bahasan suatu masalah kesehatan atau hal – hal yang berkaitan dengan

kesehatan.

f) Poster : bentuk media cetak berisi pesan – pesan atau informasi – informasi

kesehatan.

2) Media elektronik

a) Televisi yaitu Penyampaian pesan/informasi-informasi kesehatan melalui

media televisi dapat dalam bentuk : sandiwara, sinetron, forum diskusi atau

tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah ) dan lain sebagainya.

b) Radio yaitu penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui media

radio juga dapat berbentuk macam-macam antara lain obrolan ( tanya

jawab) sandiwara radio, ceramah, dan sebagainya.

c) Video

d) Slide

e) Film strip

3) Media papan ( billboard )

Media papan disini mencakup pesan – pesan yang di tulis pada lembaran

seng yang di tempel pada kendaraan – kendaraan umum ( bus, taxi )

(Notoatmodjo,2003).

Page 26: BAB I -IV

12

2.2 Lansia

2.2.1 Pengertian

Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun

ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses

menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat

bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi

(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak

distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan

lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,

1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi

tiga kelompok yakni :

1) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru

memasuki lansia.

2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).

3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70

tahun.

Menurut Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, ada tiga aspek yang perlu

dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek social (BKKBN

1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami

proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya

dayatahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang

dapatmenyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam

struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk

lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak

orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak

manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua,

seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat .

Page 27: BAB I -IV

13

Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri.

Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum

muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi,

pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang

semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki

kelas

sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda .

Klasifikasi lansia WHO dalam menkes RI mempunyai batasan usia lanjut

sebagai berikut: middle / young elderly usia antara 45-59 tahun, elderly usia

antara 60-74 tahun, old usia antara 75-90 tahun dan dikatakan very old berusia di

atas 90 tahun. Universitas Sumatera UtaraPada saat ini, ilmuwan sosial yang

mengkhususkan diri mempelajari penuaan merujuk kepada kelompok lansia :

“lansia muda” (young old), “lansia tua” (old old). Dan “lansia tertua” (oldest old).

Secara kronologis, young old secara umum dinisbahkan kepada usia antara 65

sampai 74 tahun, yang biasanya aktif, vital dan bugar. Old-old berusia antara 75

sampai 84 tahun, dan oldest old berusia 85 tahun ke atas (Papalia, Olds &

Feldman, 2005).

2.2.2 Konsep Menua

Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi

seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem

fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian

(Setiati, Harimurti & Roosheroe, 2006). Terdapat dua jenis penuaan, antara lain

penuaan primer, merupakan proses kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan

yang dimulai pada masa awal kehidupan dan terus berlangsung selama bertahun-

tahun, terlepas dari apa yang orang-orang lakukan untuk menundanya. Sedangkan

penuaan sekunder merupakan hasil penyakit, kesalahan dan penyalahgunaan

faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindari dan berada dalam kontrol seseorang

(Busse,1987; J.C Horn & Meer,1987 dalam Papalia, Olds & Feldman, 2005).

Banyak perubahan yang dikaitkan dengan proses menua merupakan akibat dari

kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss). Watson (2003) mengungkapkan

bahwa lansia mengalami perubahan-perubahan fisik diantaranya perubahan sel,

Page 28: BAB I -IV

14

system persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler,

sistem pengaturan suhu tubuh, sistem respirasi, sistem gastrointestinal, sistem

genitourinari, sistem endokrin, sistem muskuloskeletal, disertai juga dengan

perubahan-perubahan mental menyangkut perubahan ingatan (memori).

Berdasarkan perbandingan yang diamati secara potong lintang antar kelompok

usia yang berbeda, sebagian besar organ tampaknya mengalami kehilangan fungsi

sekitar 1 persen per tahun, dimulai pada usia sekitar 30 tahun (Setiati, Harimurti

& Roosheroe, 2006). Universitas Sumatera Utara. Aspek Biologis Proses Penuaan

Teori ‘radikal bebas’ merupakan salah satu dari beberapa teori mengenai proses

penuaan. Teori ‘radikal bebas’ diperkenalkan pertama kali oleh Denham Harman

pada tahun 1956. Harman menyebutkan bahwa produk hasil metabolisme

oksidatif yang sangat reaktif (radikal bebas) dapat bereaksi dengan berbagai

komponen penting selullar, termasuk protein, DNA dan lipid, dan menjadi

molekul-molekul yang tidak berfungsi namun bertahan lama dan mengganggu

fungsi sel lainnya. Teori radikal bebas menyatakan bahwa terdapat akumulasi

radikal bebas secara bertahap di dalam sel sejalan dengan waktu, dan bila

kadarnya melebihi konsentrasi ambang maka mereka mungkin berkontribusi pada

perubahan-perubahan yang seringkali dikaitkan dengan penuaan (Setiati,

Harimurti & Roosheroe, 2006).

2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.

Sikap adalah suatu pola periliku, tendensi dan kesiapaan emrisipatif,

predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situsai sosial atu situasi sederhana,

sikap adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan.

Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. (Notoatmodjo, 2003).

Page 29: BAB I -IV

15

2.3.2 Tingkatan sikap

Berdasarkan intensitasnya, sikap di bedakan menjadi 4 tingkatan yaitu ;

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus

yang diberikan.

2) Menanggapi (responding)

Diartikan sebagai memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan

atau objek yang dihadapi.

3) Menghargai (valving)

Diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap objek atau

stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak

atau mempengaruhi orang lain merespons.

4) Bertanggung jawab ( resposibel )

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa

yang diyakininya. Sikap memiliki 3 komponen utama yaitu

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, konsep terhadap suatu obyek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek.

3. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen itu secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total Attitude) (Mubarak, 2007).

2.3.3 Ciri-ciri Sikap

Sikap mempunyai ciriciri sebagai sebagai berikut:

1) Sikap bukan dibawa orang sejak lahir, melainkan dibentuk atau di pelajari

sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan orang dengan obyeknya.

2) Sikap itu berubah-ubah , karena itu sikap dapat dipelajari dan dapat berubah

pada orang-orang bila terdapat keadan dan syarat tertentu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan terhadap suatu obyek

yang dapat dirumuskan secara jelas.

4) Obyek sikap dapat merupakan satu obyek tertentu, tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal hal tersebut.

Page 30: BAB I -IV

16

5) Sikap mempunyai segi dan perasaan. Sikap inilah yang membedakan dari

kecakapan atau pengetahuan yang dimilki seseorang. Sikap merupakan suatu

pandangan, retapi dalam hal ini masih berbeda dengan suatu pengetahuan

yang dimiliki orang itu. Pengetahuan mengenai suatu obyek baru menjadi

sikap apabila pengetahuan disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan

pengetahuan terhadap obyek itu. Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4

cara:

1. Adopsi kejadian atau peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama

kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi

terbentuknya suatu sikap.

2. Diferensiasi

Dengan berkembangnya itelegensi, bertambahnya pengalaman sejalan

bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang

dipandang tersendiri lepas sari jenisnya terdapat obyek tersebut dapat

terbentuk sikap tersendiri pula.

3. Integrasi pembentukan sikap disini terdapat secara bertahap, dimulai dengan

berbagai pengalaman yang berhubungan dengan saatu hal tertentu.

4. Trauma

Pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, yang meningggalkan kesan

mendalam pada jiwa seseorang bersangkutan. Pengalaman yang

traumatis dapat mnyebabklan terbentuknya sikap komponen.

2.3.4 Komponen Sikap

Komponen sikap dibagi tiga menurut Allport, 1054 dikutip Notoatmojo

(2003) yaitu

1) Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu obyek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to be have) ke tiga komponen ini secara

bersama membentuk sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan

emosi memegang peranan penting.

Page 31: BAB I -IV

17

2.3.5 Struktur Sikap

Struktur sikap terdiri dari atas tiga komponen yang paling menunjang yaitu

komponen kognitif dan konatif(2001)

Komponen kognitif merupakan representatif apa yang dipercayai

seseorang mengenai apa yang benar dari suatu obyek sikap, sekali kepercayaan ini

ter bentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa

yang dapat diharapkan dari obyek tertentu. Tentu saja kepercayaan ini terbentuk

dikarenakan kurang atau tidak adanya informasi yang benar mengenai obyek

sikap yang dihadapi.

2.3.6 Pembentukkan Sikap

Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukkan sikap yaitu :

1) Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang dialami seseorang akan ikut membantu dan

mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial.

2) Pengaruh orang lain yang di anggap penting

Pada umunya individu cenderung untuk memiliki sikap konfrontasi atau

searah dengan orang lain yang dianggap penting.

3) Pengaruh kebudayaan

Seseorang hidup dan di besarkan dari suatu kebudayaan, dengan demikian

kebudayaan yang diikutinya mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan

sikap orang tersebut.

4) Media massa

Media massa membawa pesan – pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang, apabila sugesti itu cukup kuat maka akan memberi

dasar efektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam

individu. Sehingga kedua lembaga ini mempunyai pengaruh dalam pembentukkan

sikap.

Page 32: BAB I -IV

18

6) Pengaruh faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi

yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego. ( Azwar, 2006 )

2.4 Osteoarthritis

2.4.1 Pengertian

Merupakan bentuk arthritis paling umum, yang menyebabkan perburukan

kartilago sendi (artikular) dan pembentukkan tulang baru di margin dan area

subkondral sendi. Degenerasi kronis tersebut, yang di sebabkan oleh keruskan

kondrosit, terjadi paling sering di sendi penyokong beban, khususnya pinggul

dan lutut (Stockslager & Schaeffer, 2008)

Osteoarthritis adalah sindroma klinik yang ditandai dengan adanya

kerusakan atau gangguan pada kartilago artikuler, tulang subkondral, permukaan

sendi, sinovium, dan jaringan paraartikuler, dengan karakteristik menipisnya

kartilago secara progressif, disertai dengan pembentukan tulang baru pada tepi

sendi (osteofit) dan trabekula subkondrial (Dewi, 2009).

Osteoarthritis merupakan tipe paling umum dari arthritis, dan di jumpai

khususnya pada lansia. Kadang-kadang kondisi ini juga disebut penyakit sendi

degeneratif (Dewi, 2009)

2.4.2 Faktor-Faktor Resiko Osteoartritis

Secara garis besar, faktor risiko timbulnya osteoarthritis yakni :

1) Umur

Dari semua factor resiko untuk timbulnya osteoarthritis factor ketuaan

adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan

beratambahnya umur. OA hampir tak pernah ada pada anak – anak, jarang pada

umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun.

2) Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena OA lutut dan banyak sendi, dan lelaki lebih

sering terkena OA paha, pergelangan tangan,dan leher. Secara keseluruhan, di

bawah usia 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama antara laki-laki dan wanita,

Page 33: BAB I -IV

19

tapi di atasusia 50 tahun (setelah menopause) Frekuensi OA lebih banyakpada

wanita dripada laki - laki. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada

patogenetis OA .

Perbedaan utama insidensi antara pria dan wanita tersebut terkait dengan

area yang dipengaruhi oleh osteoarthritis. Pada wanita, sendi yang sering

terkena osteoarthritis adalah sendi interphalangeal distal, sendi interphalangeal

proksimal, sendi carpometacarpal pertama, sendi metatarsophalangeal, pinggul

(pada usia 55-64 tahun), dan lutut (pada usia 65 – 74 tahun). Sedangkan pada

pria yang berusia 65 – 74 tahun, pinggul dan lutut lebih sering terkena

osteoarthritis daripada wanita. (Dewi, 2009).

3) Suku bangsa

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA terdapat perbedaan di

antara masing-masing suku bangsa. Hal ini berkaitan denganperbedaan cara

hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan

4) Genetik

Adanya mutasi dalam gen prokolagen 2 atau gen struktural lain untuk

unsur- unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe XI dan XII, protein

pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya

kecenderungan familial pada OA tertentu.

5) Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko

OA pada wanita maupun pria. Peran metabolik dan hormonal pada kaitan

antara OA dan kegemukan juga disokong oleh adanya ikatan antara OA

dengan penyakit jantung koroner, diabetes melitus, dan hipertensi.

6) Kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang di katakan dapat meningkatkan resiko

timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat tak

membantu mengurangi benturan yang di terima oleh tulang rawan sendi.

Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

Page 34: BAB I -IV

20

2.4.3 Tanda dan Gejala

Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang

terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-

mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat.

Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran

sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi

dan krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul

belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri

tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,

antara lain:

1) Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah

dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan

tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan

gerakan yang lain.

2) Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan

sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

3) Kaku Pagi

Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,

seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.

4) Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

5) Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau

tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.

6) Perubahan gaya berjalan

Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau

panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi

sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang

Page 35: BAB I -IV

21

umumnya tua (lansia). Seorang pasien secara klinis disebut positif menderita

osteoarthritis bila memenuhi minimal 3 dari 6 kriteria menurut American College

of Rheumatology (ACR) yaitu sebagai berikut :

a) Usia lebih > 50 tahun

b) Kekakuan pada pagi hari < 30 menit

c) Krepitasi

d) Nyeri tekan pada tulang

e) Pembesaran tulang

f)Pada palpasi sekitar sendi tidak teraba hangat

Kriteria ini memiliki sensitivitas sebesar 95% dan spesifitas 69% (Dewi, 2009)

2.4.4 Patofisiologi

Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovia sendi yang terjadi multifaktoral

antara lain karena factor umur, stress mekanis, atau penggunaan sendi yang

berlebihan, defek anatomis, obesitas, genetic, humoral, dan faktor kebudayaan.

Jejas mekanis dan kimiawi ini di duga merupakan faktor penting yang

merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di

dalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi,

kerusakan kondrosit dan nyeri (Sudoyo, dkk, 2006)

Osteoarthritis terutama mempengaruhi kartilago, jaringan yang keras

tapi licin yang menutupi ujung-ujung tulang yang bertemu membentuk satu sendi.

Kartilago yang sehat memungkinkan tulang saling bergerak dengan luwes satu

sama lain. Kartilago juga mengabsorbsi energi dari guncangan akibat

perpindahan fisik, sedangkan pada osteoarthritis terjadi pengikisan kartilago.

Pada osteoarthritis, permukaan lapisan kartilago terkikis dan aus. Hal ini

menyebabkan tulang – tulang dibawah kartilago bergesekan satu sama lain,

menyebabkan nyeri, bengkak, dan keterbatasan gerak sendi. Beberapa waktu

kemudian, sendi bisa kehilangan bentuk normalnya. Juga terjadi 34 deposit

tulang kecil, yang disebut osteofit atau ” taji tulang”( bone spurs ), yang tumbuh

di tepi-tepi sendi. Kepingan tulang atau kartilago dapat patah atau mengambang

di dalam ruang sendi. Hal ini menyebabkan nyeri dan kerusakan lebih lanjut.

Page 36: BAB I -IV

22

Pada oesteoarthritis, kartilago menjadi aus. Taji tumbuh keluar dari ujung

tulang, dan cairan sinovial meningkat. Kesemuanya menyebabkan sendi terasa

kaku dan sakit. Secara spesifik, Lozada (2008) menyatakan bahwa terjadinya

osteoarthritis dibagi dalam 3 tahap sebagi berikut :

1) Tahap – 1 : Terjadinya pemecahan proteolitik atas matriks kartilago. Hal

ini berpengaruh terhadap metabolisme kondrosit, yangmenyebabkan

terjadinya peningkatan produksi beberapa enzim, termasuk metalloproteinase

(seperti kollagenase, stromelisin) yang merusak matriks kartilago. Kondrosit

juga memproduksi inhibitor (penghambat) protease, termasuk Tissue

Inhibitors of Metalloproteinases (TIMP) 1 dan 2 tetapi jumlahnya tidak cukup

untuk menetralkan efek proteolitik tersebut.

2) Tahap – 2 : Tahap ini melibatkan fibrilasi dan erosi dari permukaankartilago,

yang kemudian melepaskan fragmen proteoglikan dan kollagen ke dalam

cairan sinovial.

3) Tahap – 3 : Produk – produk pemecahan kartilago menginduksi terjadinya

suatu respon inflamasi kronik dalam sinovium. Terjadilah produksi sitokin

makrofag sinovial, seperti interleukin 1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor –

Alpha ( TNF α ), dan metalloproteinase. Produk ini 35 dapat menyebar

kembali ke dalam kartilago dan merusak jaringan secara langsung dan

menstimulasi kondrosit memproduksi metalloproteinase lebih banyak lagi.

Molekul pro – inflamasi seperti Nitrit Oksida (NO), yang merupakan suatu

radiakal bebas inorganik dapat pula menjadi faktornya. Akhirnya, kondisi ini

mengubah arsitektur sendi, dan sebagai kompensasinya pertumbuhan

berlebihan dari tulang terjadi sebagai usaha menstabilkan sendi. Selama

arsitektur sendi berubah dan terjadi mekanis dan inflamasi lebih lanjut pada

permukaan sendi, perkembangan penyakit ini tidak dapat dikendalikan.

Sebagai akibatnya, penderita osteoarthritis biasanya mengeluh nyeri sendi

dan keterbatasan gerak. Osteoarthritis hanya mempengaruhi fungsi sendi

dan tidak mempengaruhi jaringan kulit, paru, mata, atau pembuluh darah. (

Dewi, 2009). Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi 2 yaitu

OA primer dan OA sekunder . OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu

OA yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan

Page 37: BAB I -IV

23

penyakit sistemik maupun proses perubahan local pada sendi. OA sekunder

adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi,

metabolic, pertumbuhan, herediter, jejas makro dan mikro serta

immobilisasi yang terlalu lama. Oa primer lebih sering di temukan daripada

OA sekunder.

2.4.5 Dampak Osteoarthritis Terhadap penderita

Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-progresif,

OA mempunyai dampak sosioekonomikyang besar, baik di negara maju maupun

di negara berkembang Para penderita osteoarthritis biasanya mengalami nyeri dan

kekakuan sendi. Sendi-sendi yang paling umum dipengaruhi adalah sendi-

sendi dari ujung jari (dekat kuku), ibu jari, leher, pinggang, lutut, dan pinggul.

Pada beberapa orang, osteoarthritis berkembang dengan cepat dan pada

kebanyakan individu kerusakan sendi berkembang secara bertahap dan bertahun-

tahun. Pada beberapa orang, osteoarthritis relative ringan dan hanya sedikit

berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari, pada yang lainnya osteoarthritis

menyebabkan nyeri dan kecacatan yang signifikan. .(Soeroso, 2006).

2.5 Perawatan Osteoartrithis.

Tujuan dilakukannya perawatan osteoartritis diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Mengontrol nyeri.

2) Memperbaiki fungsi sendi.

3) Mempertahankan berat badan normal.

4) Mencapai suatu gaya hidup yang sehat.

Sedangkan untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan berbagai -

langkah yang akan diuraikan dibawah ini.

a) Medikamentosa

Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat

simtomatik. Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai

analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses

patologis

Page 38: BAB I -IV

24

b) Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi

yang sakit. Rencana penanganan meliputi istirahat yang terjadwal secara

teratur. Penderita harus belajar untuk mengenali tanda – tanda tubuh, dan

tahu kapan harus berhenti atau mengurangi kegiatannya, hal ini akan

mencegah nyeri yang disebabkan karena penggunaan sendi berlebih.

Beberapa penderita menggunakan kruk untuk mengurangi tekanan pada sendi

yang nyeri. Bisa juga menggunakan spalk atau penyangga untuk memberikan

sokongan ekstra dan untuk menjaga pada posisi yang tepat selama beraktifitas.

c) Terapi non farmakologi

Penderita Osteoarthritis melakukan beberapa terapi non farmakologis untuk

meredakan nyeri yaitu :

1. Terapi panas dan dingin

Panas dapat diaplikasikan pada sejumlah cara yang berbeda, yaitu dengan

handuk hangat, kompres hangat, atau dengan mandi air hangat, untuk

meningkatkan aliran darah dan meredakan nyeri atau kekakuan.

2. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation ( TENS)

TENS merupakan suatu teknik menggunakan alat elektronik untuk

menghatarkan pulsus elektrik ringan ke akhiran saraf yang terletak di

bawah kulit di area yang sakit. TENS juga dapat meredakan nyeri arthritis.

Cara kerjanya dengan memblokir pesan nyeri yang menuju otak dan

dengan memodifikasi persepsi nyeri.

3. Pijat ( massage )

Pijatan yang lembut akan meningkatkan aliran darah dan membawa

kehangatan pada area yang tertekan.

d) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera.

e) Latihan

Riset menunjukkan bahwa latihan merupakan salah satu penanganan

osteoarthritis terbaik. Latihan dapat memperbaiki suasana hati dan harapan,

menurunkan nyeri, meningkatkan fleksibilitas, memperkuat jantung, dan

memperbaiki aliran darah, mempertahankan berat badan, dan meningkatkan

kesehatan jasmani secara umum.

Page 39: BAB I -IV

25

f) Health education / Pendidikan Kesehatan

Edukasi dan penerangan agar pasien mengetahui sedikit seluk beluk tentang

penyakitnya, bagaimana menjaga agar penyakitnya tidak bertambah parah

serta fungsi persendiannya bisa dipertahankan.

g) Dukungan psikososial (Samsudin Kurnia Dewi.2009)

h) Pola makan sehat

Pola makan sehat untuk lansia harus memperhatikan tiga hal. Yakni,

(jumlah), kualitas (mutu), dan keanekaragaman. Jumlah menjadi masalah

penting karena kelebihan makan dapat memunculkan radikal bebas dalam

tubuh. Kelebihan juga bisa menyebabkan kegemukan, yang pada akhirnya

akan mengganggu fungsi organ tubuh. Kualitas makanan juga perlu

diperhatikan. Makanan yang bermutu mengandung gizi seimbang, seperti

protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Asupan untuk lansia harus

memenuhi takaran karbohidrat sekitar 60 persen dari total sumber makanan

yang dikonsumsi dalam sehari.

Zat penghasil tenaga itu dapat diperoleh dari nasi, jagung, gandum,

tepung terigu, sagu, roti, bihun, kentang, pasta, ubi, dan singkong. Asupan

protein yang disarankan adalah 15-20 persen dari total kalori atau 40-75

gram per hari. Makanan sumber protein antara lain, kacang kedele beserta

olahannya (tempe, tahu, kembang tahu), kacang tanah, ikan (laut dan

tawar), ayam(tanpa kulit), serta daging sapi atau daging kerbau tanpa lemak.

Konsumsi lemak sebaiknya tidak 40 lebih dari 25 persen dari total kalori atau

50 gram per hari. Lemak bisa diperoleh dari bahan hewani atau nabati (minyak

goreng, mentega).Diperlukan pula asupan vitamin dan mineral untuk

meningkatkan daya tahan tubuh. Sumber vitamin dan mineral mencakup

semua buah dan sayuran berwarna. Bagi lansia, asupan buah dan sayur tidak

hanya penting untuk meningkatkan daya imun tubuh, tapi juga untuk

memenuhi kebutuhan serat. Serat penting untukmengatasi persoalan sembelit

yang biasa dialami lansia. Tidak boleh ketinggalan pula asupan air.

Konsumsi air bergantung pada ada tidaknya gangguan s aluran kemih dan

fungsi jantung. Jika masih baik, asupan 1,5 liter per hari sudah cukup

Page 40: BAB I -IV

26

Berikut daftar makan sehat untuk lansia dengan osteoarthritis.

1. Sarapan tiap pagi

2. Kurangi atau hentikan asupan alkohol

3. Konsumsi vitamin B5 dan C untuk melindungi tubuh.

4. Kurangi kopi, teh, dan minuman bersoda

5. Makan dalam porsi kecil tapi sering

6. Hindari gula dan makanan manis

7. Konsumsi karbohidrat kompleks yang terdapat pada roti, gandum,

beras merah, dan sayuran.

8. Hindari atau kurangi merokok. ( Martini, 2009 )

Pasien yang mengalami ketidakmampuan berat atau nyeri yang tidak

terkontrol dapat menjalani pembedahan. Prosedur yang mungkin dilakukan

mencakup atroplasti parsial atau total, penggantian bagian sendi yang

rusak dengan penggunaan prostetik (umumnya pada penyakit panggul dan

lutut yang berat). Menjalani hidup sehat dan menikmati kesehatan yang

prima bisa dialakukan jika penderita mampu mengambil bagian dalam

perawatan diri mereka sendiri. Berikut adalah kebiasaan berharga yang

bisa dijalankan oleh penderita osteoarthritis yaitu :

a. Menjadi Terpelajar

Menjalani hidup sehat dengan osteoarthritis menuntut untuk

mempelajari sebanyak mungkin yang bisa diketahui tentang penyakit

ini. Terdapat 3 macam program yang membantu penderita osteoarthritis

mempelajari perawatan diri dan memperbaiki perilaku sehat yaitu

program edukasi, program management diri osteoarthritis, dan grup

dukungan terhadap penderita osteoarthritis.

b. Tetap aktif

Terdapat tiga tipe latihan yang penting dalam pengelolaan osteoarthritis

yaitu

(1) Tipe latihan pertama, latihan penguatan membantu

menjagaataumeningkatkan kekuatan otot. Otot yang kuat membantu

menyokongdan melindungi sendi-sendi yang terkena arthritis.

Page 41: BAB I -IV

27

(2) Tipe kedua, latihan dalam kondisi aerobik, memperbaiki kesehatan

kardiovaskular, membantu mengontrol berat badan, dan memperbaiki

fungsi secara menyeluruh.

(3) Tipe ketiga, latihan lingkup gerak sendi, membantu mengurangi

kekakuan, dan mempertahankan atau meningkatkan gerakan sendi yang

tepat dan juga kelenturannya

c. Tidur yang cukup

Tidur malam yang berkualitas dan teratur dapat meminimalkan nyeri dan

membantu penderita melakukan koping dengan lebih baik terhadap

dampak penyakitnya. Penderita dapat memperbaiki tidurnya dengan

berlatih dengan cukup pada pagi hari, menghindari minuman yang

mengandung kaffein atau alkohol pada malam hari, menjaga ruang

tidurnya nyaman, dan mandi air hangat untuk merelaksasikan dan

meringankan otot – otot yang sakit pada waktu tidur.

d. Melakukan kegiatan yang menyenangkan

Beberapa kegiatan seperti olah raga, hobi, kerja sosial, dapat mengalihkan

pikiran dari nyeri.(Samsudin, Kurnia Dewi.2009)

Page 42: BAB I -IV

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Keterangan

= Yang di teliti

= Yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang

Osteoarthritis terhadap Sikap Lansia Tentang Perawatan

Osteoarthritis di Posyandu Lansia Rw 04 Desa Girimulyo

Kecamatan Jogorogo Ngawi.

28

Perawatan osteoarthritis:

1. Medikamentosa

2. istirahatkan sendi

3. Terapi non farmakologi

4. Lingkungan yang aman

untuk penderita

5. Latihan

6. Dukungan psikososial

7. Pola makan sehat

Faktor yang Mempengaruhi

sikap

1) Pengalaman pribadi

2) Pengaruh orang

lain yang dianggap penting

3) Pengaruh Kebudayaan

4) Media Massa

5) Lembaga Pendidikan

6) Dan Pendidikan Agama

7) Emosional8.Pendidikan Kesehatan

Sikap lansia Terhadap Perawatan Osteoarthritis

Positif Negatif

Page 43: BAB I -IV

29

3.2 Hipotesis

H1 : Ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Osteoarthritis Terhadap

Sikap Lansia tentang Perawatan Osteoarthritis Di Posyandu Lansia RW

04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi.

Page 44: BAB I -IV

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

4.1.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan yaitu dari bulan Maret – Juli 2011

dimulai dari pengumpulan data sampai dengan penyusunan laporan hasil

penelitian.

4.1.2 Lokasi Penelitian

Sedangkan lokasi penelitian berada. Di Posyandu Lansia 04 Desa

Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi.

4.2 Desain penelitian

Jenis penelitian ini adalah pre experiment yaitu penelitian yang secara

khas meneliti mengenai keadaan praktis yang didalamnya tidak mungkin

mengontrol semua variable yang relevan (Panggabean,1996). Desain penelitian

yang digunakan ádalah one group pre test-post test design. Penggunaan desain

penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap sikap lansia. Dalam desain ini kepada unit percobaan dilakukan

perlakuan dengan dua kali pengukuran. Pengukuran pertama dilakukan sebelum

perlakuan diberikan, dan pengukuran ke dua dilakukan setelah perlakuan

dilaksanakan (Nazir, 2003)

O1 : Pretest pada kelompok perlakuan.

X : Perlakuan.

O2 : Posttest pada kelompok perlakuan.

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

30

O1 X O2

Page 45: BAB I -IV

31

4.3 Kerangka Kerja

Semua lansia yang berada di RW 04 Desa Girimulyo dengan jumlah 121

Sebagian lansia di RW 04 dengan jumlah 32

Purposive sampling

One group pretest posttest

Kuesioner

Coding, scoring, tabulating, Wilcoxon Sign Rank Test

Gambar :4.2 Kerangka Kerja Pendidikan Kesehatan Osteorthritis terhadap sikap

Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis

Populasi

Pengumpulan data

Sampel

Pengolahan Data dan Analisis Data

Desain penelitian

Sampling

Page 46: BAB I -IV

32

4.4 Populasi, Sampel dan Sampling

4.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti

(Notoatmojo, 2005). Yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah semua

Lansia yang berada di wilayah Rw 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo

Ngawi yang berjumlah 121 orang.

4.4.2 Sampel

Menurut Siswandari (2009: 5) “Sampel merupakan sebagian anggota

populasi”. Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 250) mengatakan bahwa sampel

adalah “Kelompok kecil yang secara nyata diteliti. Sedangkan menurut Suharsini

Arikunto (2006: 131) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.

Sampel adalah sebagian kecil yang diambil dari keseluruhan subyek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi. (Notoatmojo, 2005)

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian Lansia di RW 04 Desa Girimulyo

Kecamatan Jogorogo Ngawi dengan jumlah 32 responden dengan kriteria inklusi

dan eksklusi sebagai berikut :

1) Kriteria inklusi

a) Lansia yang mempunyai riwayat penyakit osteoarthritis dan masih aktif

mengontrol penyakitnya di posyandu lansia.

b) Usia 55-64 tahun lansia dini.

c) Bersedia menjadi responden.

d) Mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan sampai dengan selesai.

2) Kriteria eksklusi

a) Tidak mempunyai riwayat penyakit osteoarthritis.

b) Usia kurang dari 55 tahun dan lebih dari 70 tahun.

c) Tidak bersedia menjadi responden.

4.4.3 Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dan populasi untuk

dapat mewakili populasi (Nursalam, 2001)

Page 47: BAB I -IV

33

Penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu penetapan sampel

dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki

peneliti sehingga sampel tersebut mewakili karakteristik populasi yang telah

dikenal sebelumnya ( Nursalam dan Siti Pariani 2011).

4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu pengertian

tertentu (Soekidjo Notoatmodjo, 2002).

4.5.1 Variabel Independen

Variabel Independen adalah stimulus aktivitas yang dimanipulasi oleh

peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada dependen variabel

(Nursalam dan Pariani, 2001). Variabel independen dalam penelitian ini

adalah pendidikan kesehatan tentang Osteoarthritis.

4.5.2 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah respon atau output. Sebagai variabel respon

variabel ini akan muncul sebagai akibat dari manipulasi suatu variabel-

variabel independent ( Nursalam dan Pariani, 2001 ). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah sikap lansia tentang perawatan

Osteoarthritis.

4.5.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan dari semua variabel dan istilah yang

digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga mempermudah

pembaca dan penyaji dalam mengartikan penelitian (Nursalam, 2008).

Variabel Definisi Operasional

Parameter Alat Ukur Skala Skor

Variadel independent.Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah kegiatan pemberian penyuluhan kesehatan mengenai

1.Pengertian osteoarthritis2.Tanda dan gejala klinis. 3.Patofisiologi4.Faktor resiko terjadinya

osteoarthritis 5.Perawatan osteoarthritis

SAP dan leaflet

Page 48: BAB I -IV

34

Variabel dependentSikap lansia tentang perawatan osteoarthritis

osteoarthritis

Respon lansia tentang perawatan osteoarthritis

Perawatan oeteoarthritis1. Aktivitas2. Pola makan sehat

Kuesioner Nominal Skala LikertPertanyaan No 1 - 10SS = 4S = 3TS = 2STS = 1Kemudian dihitung dengan menggunakan skor T. Sikap positif apabila T > mean data .Sikap negatif apabila t < data.

Tabel 4.1 Definisi Operasional

4.6 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian.

4.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Sumber data diperoleh dari responden melalui data primer. Data primer

diperoleh melalui teknik pengumpulan data melalui pendidikan kesehatan

(penyuluhan) dan kuesioner mengenai perawatan osteoarthritis. Pengumpulan data

dilakukan dengan sebelumnya memberikan informasi tentang gambaran isi

kuesioner kepada responden yang berisi 10 item pertanyaan tentang sikap

perawatan osteoarthritis. Pengisian kuesioner dilakukan oleh peneliti melalui

wawancara sebelum diberikan tindakan pendidikan kesehatan, kemudian setelah

diberikan tindakan pendidikan kesehatan diambil pengumpulan data kembali

melalui kuesioner yang berisi 10 item pertanyaan. Pengisian kuesioner dilakukan

oleh peneliti melalui wawancara, untuk mengetahui akibat dari tindakan

pendidikan kesehatan.

4.6.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

Page 49: BAB I -IV

35

dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah.

(Arikunto, 2006: 160) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Instrumen Pendidikan Kesehatan.

Dalam pemberian pendidikan kesehatan, peneliti menggunakan instrumen

berupa SAP dan leaflet yang berisi pembahasan mengenai oasteoarthritis

mulai dari pengertian hingga perawatan osteoarthritis.

2) Sikap Perawatan Osteoarthritis

Instrumen yang di gunakan untuk mengukur variabel sikap perawatan

osteoarthritis yaitu kuesioner tertutup yang berisi 10 item pertanyaan tertutup.

Pertanyaan disusun dengan skala bertingkat atau skala likert dengan nilai

berkisar 1 – 4. Sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju

diberi skor 2, sangat tidak setuju diberi skor 1.

Adapun kisi-kisi kuesioner adalah sebagai berikut :

No Variable Soal

1 Aktivitas 1,2,3,4,5

2 Pola makan 6,7,8,9,10

Tabel 4.2 Kisi-Kisi Kuesioner Sikap

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

4.7.1 Uji Validitas Sikap

Validitas atau kesahihan instrument berkaitan dengan kesesuaian dan

kecermatan fungsi dari alat ukur yang digunakan. Suharsimi Arikunto (2006)

mengemukakan bahwa yang dimaksud “Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen”.

Sedangkan Duwi Priyatno (2010) menyatakan “Validitas adalah ketepatan atau

kecermatan suatu instrument dalam mengukur apa yang ingin diukur”. Suatu

instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang

kurang valid mempunyai validitas rendah.

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan uji validitas konstruk,

yaitu adalah sejauh mana tes tersebut mengukur konstruk atau trait (kemampuan)

yang dimaksudkan untuk diukur.Validitas konstruk ini digunakan bila kita

sangsikan apakah gejala yang dites hanya mengandung lebih dari satu dimensi,

Page 50: BAB I -IV

36

maka validitas tes itu dapat diragukan. Keuntungan validitas konstruk ini ialah

bahwa kita mengetahui komponen-komponen sikap atau sifat yang diukur dengan

tes itu. Untuk pengujiannya menggunakan bantuan komputer dengan software

SPSS versi 18.0. Hasil uji validitas dikatakan valid apabila nilai probabilitasnya

lebih kecil dari 0,05 dan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 menunjukkan

bahwa item pernyataan tersebut tidak valid. Adapun rumus teknik korelasi yang

digunakan adalah Pearson’s Correlation Product Moment Rumus yang digunakan

untuk uji validitas butir angket adalah rumus koefisien product moment Karl

Pearson :

Pada instrument sikap perawatan osteoarthritis dengan skala data

nominal menggunakan skala likert dengan skor tertinggi adalah 4 maka validitas

instrument dianalisis dengan menggunakan korelasi product momment dengan

rumus :

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi x dan y

x = skor pertanyaan no 1

y = skor total pertanyaan

x y = skor pertanyaan no 1 di kali skor total.

N =Banyaknya responden dalam penelitian

Instrumen dikatakan valid apabila perhitungan rxy ( r hit ) yang

dibandingkan dengan besarnya r tabel pada alpha 5 % dengan jumlah n ( jumlah

data ) hasil lebih besar. ( r hit > r tabel). ( Riwidikdo, 2006 ). Uji validitas ini

dilakukan pada 22 lansia selain RW 04, yaitu pada RW 01.

Hasil uji validitas akan disajikan sebagai berikut:

no R hitung R tabel keputusan Keterangan

1 .0,661** 0,423 valid Pakai

2 .0,746** 0,423 valid Pakai

3 0,547** 0,423 valid Pakai

Page 51: BAB I -IV

37

4 0.704** 0,423 valid Pakai

5 0.889** 0,423 valid Pakai

6 0,766** 0,423 valid Pakai

7 0,854** 0,423 valid Pakai

8 0,825** 0,423 valid Pakai

9 0,673** 0,423 valid Pakai

10 0,677** 0,423 valid Pakai

Tabel 4.3 Uji validitas

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa instrumen variabel sikap lansia

tentang perawatan osteoarthritis sebanyak 10 item pertanyaan dinyatakan valid

4.7.2 Uji Reliabilitas

Suatu instrumen dapat dipercaya karena konsisten sebagai alat pengumpul

data. Untuk itu suatu item yang valid dilakukan uji reliabilitas. Menurut Suharsimi

Arikunto (2006: 178), “Reabilitas adalah ketetapan suatu test apabila ditestkan

pada subyek yang sama”. uji reliabilitas ini dilakukan pada tanggal 13-06-2011

dengan sample 22 lansia selain RW 04 yaitu pada RW 01. Untuk mengukur

reliabilitas alat pengukuran yang digunakan adalah rumus Alpha Cronbach .

Adapun rumus tersebut adalah:

Keterangan :

: Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau soal

: Jumlah varians butir

: Varians total

Langkah selanjtnya adalah mengkonsultasikan dengan tabel r. Hasil

perbandingan antara r11 dan r1 kemudian diambil kesimpulan sebagai berikut :

Page 52: BAB I -IV

38

a. Jika r11 > r1, maka angket yang diujikan reliabel.

b. Jika r11 < r1, maka angket yang diujikan tidak reliabel.

Semakin tinggi koefisien alpha, berarti semakin baik pengukuran suatu

instrumen. Uji realibilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer

dengan software SPPS 18.0 for windows . Untuk pengujian biasanya mengunakan

batasan tertentu Menurut Sekaran dalam buku Duwi Pritanto (2010: 98)

menyatakan ”reabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat

diterima dan diatas 0,8 adalah baik”.

Hasil uji validitas akan disajikan sbagai berikut:

Tabel 4. Uji Reliabilitas Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.906 10

Tabel 4.4 Uji Reliabilitas

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa variabel penelitian (yang diukur

secara konstruk) memiliki nilai alpha > 0,6. Dengan demikian variabel tersebut

dinyatakan reliable

4.8 Pengolahan dan Analisis Data

4.8.1 Pengolahan data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan,

editing, coding, scoring, dan tabulating.

1) Editing

Editing adalah suatu kegitan yang bertujuan untuk meneliti kembali apakah

isian pada lembar pengumpulan sudah cukup baik sebagai upaya menjaga

kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut (Moh. Nasir, 2005).

2) Coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut kriteria

tertentu. Klasifikasi pada umumnya ditandai dengan kode tertentu yang

biasanya berupa angka (Moh. Nasir, 2005)

3) Skoring

Page 53: BAB I -IV

39

Skoring adalah menghitung skor atau nilai dari masing-masing variabel.

4) Tabulating

Tabulating adalah penyusunan data data dalam bentuk tabel(Moh. Nasir,

2005). Kemudian dilanjutkan dengan menghitung skor T untuk mengetahui

sikap apakah negatif atau positif.

T=50+10.( x – x )

S

x = adalah skor responden

x = nilai rata rata kelompok

S = standart deviasi ( simpangan baku )( Azwar, 2005 )

untuk mengetahui sikap positif favourable atau negatif unvafourable dilakukan

denga membandingkan skor T dengan mean T.

Bila mean T > T maka termasuk unfavourable

Bila mean T < T maka favourable.(Azwar S, 2002)

4.8.2 Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau

sumber data terkumpul (Sugiono, 2006). Data yang telah terkumpul kemudian

diolah meliputi identifikasi masalah penelitian dengan Wilcoxon Rank Sign Test

dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Z = hasil uji Wilcoxon

T = total jenjang (selisih) terkecil antara nilai pre dan post test

n = jumlah sampel

(Riwidikdo, 2007, p. 70)

Dengan signifikansi α ≤ 0,05. Bila hasil perhitungan ≤ 0,05 berarti Ho ditolak dan

hipotesis diterima.

T - n ( n + 1 4

√n (n + 1)(2n + 1) 24

Z =

Page 54: BAB I -IV

40

4.8.3 Etika penelitian

Masalah etik dalam penelitian yang menggunakan subyek manusia

menjadi issue sentral yang berkembang saat ini. Pada penelitian keperawatan

hampir 90 % subyek yang digunakan adalah manusia, maka penelitian harus

memahami prinsip- prinsip etika penelitian. (Nursalam 2003)

Persetujuan dan kerahasiaan respodhal utama adalah yang perlu

diperhatikan. Oleh karena itu peneliti sebelum melakukan penelitian terlebih

dahulu mengajuka pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam

penelitian, agar tidak terjadi pelanggaran terhadap hak-hak otonomi manusia yang

kebetulan menjadi subyek peneltian.

4.8.4 Inform Consent( Persetujuan )

Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden atau subyek

sebelum dilaksanakan dengan maksud supaya responden mengetahui tujuan

penelitian, jika subyek bersedia diteliti harus menandatangani lembar persetujuan

tersebut, tetapi jika tidak tersedia maka peneliti harus tetap menghormati hak

responden.

4.8.5 Anonimity (Tanpa Nama)

Nama tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data, untuk

mengetahui keikut sertaan responden, peneliti menuliskan nomor dan kode pada

masing-masing lembar pengumpulan data.

4.8.6 Confidentiality(Kerahasiaan)

Informasi yang telah dikumpulkan dari sbyek dijamin kerahasiaanya dari

peneliti, hanya saja yang akan dilaporkan atau disajikan pada hasil penelitian.

Page 55: BAB I -IV

41

Page 56: BAB I -IV

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian.

Dalam bab ini akan duraikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan data

kuisioner sikap lansia tenang perawatan osteoarthritis di Posyandu Lansia RW 04

desa Girimulyo Kecamaan Jogorogo Ngawi yang dilaksanakan pada tanggal 19 -

06-2011

Data yang diperoleh akan disajikan daln bentuk table dan narasi. pada

penyajian data hasil akan ditampilkan dalam 2 bagian yaitu 1)data umum, 2 data

khusus. Data umum menampilkan karakterisik responden yaitu umur, jenis

kelamin, pendidikan, dan sumber informasi. 2) Data khusus, meliputi identifikasi

sikap lansia sebelum diadakan perlakuan, identifikasi setelah dilakukan perlakuan,

dan analisis pengaruh pendidikan osteoarthritis terhadap sikap lansia tentang

perawatan osteoarthritis.

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.

Posyandu lansia terletak di RW 04 desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo

Kabupten Ngawi. Posyandu lansia merupakan wilayah kerja puskesmas jogorogo

dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah barat Gunung lawu

2. Sebelah utara desa Kletekan

3. Sebelah selatan desa Ngrayudan

4. Sebelah timur desa Jaten

Sedangkan pemilik rumah sekaligus pengelola posyandu lansia ini adalah

bapak Rohmat yang kebetulah beliau seorang kamituwo RW 01, RW02, RW03,

RW, 04.

41

Page 57: BAB I -IV

42

5.1.2 Data Umum

Data yang menyangkut karakteristik responden akan diuraikan sebagai berikut

1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Posyandu Lansia Desa Girimulyo

pada tanggal 19 Juni 2011

No Umur Frekwensi Persen1 55-57 7 21,88%2 58-61 10 31,25%3 62-64 15 46,88%

Jumlah 32 100%Table 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Data yang didaptkan adalah sebagian besar (46,88%) atau 15 responden

berusia 62-64.

2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Posyandu Lansia Desa

Girimulyo pada tanggal 19 Juni 2011

No Jenis kelamin Frekwensi Persen1 Laki laki 15 45,88%2 Perempun 17 53,13%

Jumlah 32 100%Table 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Data yang dididapatkan adalah sebagian besar (53%) atau 17 berjenis

kelamin perempuan.

3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Posyandu Lansia Desa

Girimulyo pada tanggal 19 Juni 2011

No Pendidikan Frekwensi Persen1 SD 10 31,25%2 SMP 19 59,38%3 SMA 3 9,38%4 PTN 0 0,00%

32 100%Table 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Data yang didapatkan adalah sebagian besar 59,38% atau 19 responden

berpendidikan SD.

Page 58: BAB I -IV

43

4. Disstribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Kesehatan di Posyandu

Lansia Desa Girimulyo pada tanggal 19 Juni 2011

No Sumber informasi Frekwensi Persen1 Petugas Kesehatan 7 24%2 Televisi 16 50%3 Keluarga 9 265

32 100%Table 5.4 Distribusi responden Berdasarkan Sumber Informasi

Data yang dididapatkan hampir separuh (50%) atau 16 orang mendapatkan

sumber informasi dari televisi.

5.1.3 Data Khusus

Pada bagian ini akan dibahas mengenai Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Tentang Osteoarthritis Terhadap Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis

Di Posyandu Lansia Rw 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Kabupten

Ngawi.

1. Distribusi responden berdasarkan Sikap Pretest di posyandu Lansia Desa

Girimulyo pada tanggal 19 Juni 2011

No Kategori sikap PretestFrekwensi Persentase

1 Positif 11 34%2 Negative 21 66%

32 100%Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan sikap Pretest

Data yang didapatkan dari tabel diatas adalah sebagian besar (66%) atau

21 responden memiliki sikap negatif.

2. Distribusi responden berdasarkan Sikap Posttest di posyandu Lansia Desa

Girimulyo pada tanggal 19 Juni 2011

No Kategori sikap PosttestFrekwensi Persentase

1 Positif 22 69%2 Negative 10 31%

32 100%Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Posttest.

Data yang dididapatkan adalah sebagian besar (69%) atau 22 responden

mempunyai sikap positif.

Page 59: BAB I -IV

44

5. Tabulasi Data Sikap Pretes Postest dan hasil Uji Analisis di posyandu Lansia Desa Girimulyo pada tanggal 19 Juni 2011

No Kategori sikap Pretest Postest

Frekwensi Persentase Frekwensi Persentase

1 Positif 11 66% 22 69%

2 Negative 22 34% 10 31%

32 100% 32 100%

Tabel 5.7 Tabulasi Responden Berdasarkan sikap Pretest dan Postest

Data yang dididapatkan dari tabel diatas adalah diketahui bahwa setelah

dilakukan postes maka didapatkan hasil (69%) atau sebesar 22 responden

memeliki sikap positif.

Dari hasil analisa data dengan menggunakan uji wilcoxon Rank sign Test

didapatkan P ( signifikansi ) sebesar 0,000. sehingga Hipotesis / Hi diterima

karena nilai :P < 0,05. jadi ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

perubahan sikap lansia tentang perawatan osteoarthritis di RW 04 desa Girimulyo

Kecamatan Jogorogo kabupaten Ngawi.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pendidikan Kesehatan Tentang Osteoatritis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

pendidikan tentan oateoarthritis terhadap sikap lansia tentang perawatan

osteoarthritis. hasil ini ditunjukkan dengan menggunakan uji statistik wilcoxon

bahwa sig.p lebih kecil dari 5% (0,00<0,05).

Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan metode ceramah dan

menggunakan leafeat sebagai media ini ternyata efektif dalam merubah sikap

lansia. Pendidikan kesehatan dalam penelitian ini berusaha memberikan informasi

mengenai perawatn laosteoarthritis pada lansia agar para lansia memiliki sikap

yang positif untuk melakukan pearawatan osteoarthritis secara mandiri.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh noto atmojdjo(2005)

yang menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran

masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk

memelihara (mengatasi masalah-masalah) danmeningkatkan kesehatannya.

Page 60: BAB I -IV

45

Perubahan atau tindakanpemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan

oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan padapengetahuan dan kesadarannya

melalui proses pembelajaran. Sehinggaperilaku tersebut diharapkan akan

berlangsung lama (long lasting) dan menetap (langgeng) karena didasarkan atas

kesadaran (Notoatmodjo,2005)

5.2.2 Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis

1) Sikap Sebelum Dilakukannya Pendidikan Tentang Osteoarthritis

Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap pretes menunjukkan

bahwa sebagian besar (66%) atau 21 orang dan memiliki sikap negatif dan sebagia

kecil (34%) atau 11 orang memiliki sikap positif. Selain itu hampir separuh (50%)

atau 16 orang mendapatkan sumber informasi dari televisi.

Dari hasil diatas menunjukkan sebagian besar lansia belum memiliki sikap

yang positif terhadap masalah kesehatannya, lansia belum memiliki kesadaran dan

tanggung jawab dalam melakukan perawatan oateoarthritis. Dikarenakan masih

ada lansia yang mendapatkan informasi kesehatan bukan dari tenaga kesehatan

melainkan dari orang yang dianggap penting yaitu keluarga.

Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh mubarok yang mengungkapkan

bahwa Sikap memiliki 3 komponen utama yaitu

a) Kepercayaan atau keyakinan, ide, konsep terhadap suatu obyek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek.

c. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen itu secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh(total

Attitude) (Mubarak, 2007). selain itu salah satu faktor Pengaruh orang lain yang

di anggap penting Pada umunya individu cenderung untuk memiliki sikap

konfrontasi atau searah dengan orang lain yang dianggap penting. ( Azwar, 2006 )

2) Sikap setelah dilakukan pendidikan tentang Osteoarthritis

Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap pretes menunjukkan

bahwa sebagian besar (69%) atau 22 orang dan memiliki sikap Positif dan

sebagian kecil (31%) atau 10 orang memiliki sikap negatif.

Page 61: BAB I -IV

46

Setelah diberikan pendidikan kesehatan, lansia sudah memiliki sikap yang

positif dan tanggung jawab terhadap masalah kesehatannya, dimana sebagian

besar sikap lansia memiliki sikap yang positif. Selain itu lansia dapat

merencanakan perawatan apa saja yang akan dilakukukan.

Pernyataan tersebut diatas sesuai dengan apa yang disampaikan Newcom

seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dad bukan pelaksanaan motif

tertentu(Notoatmodjo,2005)

3) Analisis Pengaruh Pendidikan Osteoarthritis Terhadap Sikap Lansia

Tentang Perawatan Oateoarthritis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

pendidikan kesehatan tentang terhadap sikap lansia tentang osteoarthritis. Data

tersebut diketahui setelah dilakukan dua kali pengukuran yaitu sebelum dilakukan

pendidikan dan setelah dilakukan pendidikan, kemudian diolah menggunakan uji

statistik wilxoxon sign rank tes dengan hasil Sig. plebih kecil dari 5%

(0,00<0,005).

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan ternyata bisa memberikan dampak

sikap yang positif. Edukasi dalam hal ini pendidikan kesehatan merupakan cara

yang murah dan efektif. dengan harapan para lansia bisa mengambil sikap tentang

perawatan osteoarthritis dimasa mendatang dangan baik dan benar. Kemudian dari

data umum yaitu perbedaan umur, jenis kelamin, dan pendidikan tidak bisa

menunjukkan bahwa hal tersebut akan mempengaruhi sikap lansia tentang

perawatan oseoarthritis baik sikap positif maupun negatif.

Hal itu juga disampaikan oleh para Notoatmodjo bahwa Pendidikan

kesehatan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga

mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan

kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di bidang kesehatan. Dilihat

dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pendidikan praktis atau

praktek pendidikan, oleh sebab itu konsep pendidikan kesehatan adalah konsep

Page 62: BAB I -IV

47

pendidikan yang diaplikasikan pada bidang kesehatan. Konsep dasar pendidikan

adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses

pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa,

lebih baik dan lebih matang pada dari individu, kelompok dan masyarakat

( Notoatmodjo,2005).

Page 63: BAB I -IV

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Osteoarthritis

Terhadap Sikap Lansia Tentang Osteoarthritis Didi Posyandu Lansia Rw 04 Desa

Girimulyo Kecamatan Jogorogo Kabupaten Ngawi, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis Sebelum Dilakukan

Pendidikan Kesehatan Tentang Osteoarthritis adalah negatif.

2. Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis setelah Dilakukan

Pendidikan Kesehatan Tentang Osteoarthritis adalah positif .

3. Adanya pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Osteoarthritis terhadap

Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis.

6.2 Saran

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan ilmu

asuhan keperawatan lansia di puskesmas Jogorogo.

2. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta

kajian untuk penelitian lebih lanjut mengenai Osteoarthritis pada lansia.

3. Agar Penelitian ini digunakan untuk mengubah sikap masyarakat

( khususnya lansia) di RW 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi,

dalam melakukan perawatan Osteoarthritis, sehingga lansia dapat hidup

produktif dan menikmati hidup di masa tua nya.

4. Agar Penelitian ini dimanfaatkan bagi tenaga kesehatan dalam rangka

meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya terhadap Lansia.

48

Page 64: BAB I -IV

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S.(2002) Penyusunan Skala Psikologis.Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Yokyakarta: IKIP.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi

Revisi. Yokyakarta: IKIP.

Brunnerr & Suddartha, (1996). Buku ajar keperawatan medikal bedah , Vol

2.,Edisi 8 .,Jakarta:EGC

Dr Samsuduin Dewi S ( 2009) Osteoarthritis Diagnosis, Penanganan dan

perawatan di Rumah, Fitramaya : Yogyakarta.

Isbagio, Harry,2006; Osteoarthritis Dan Osteoporosis Sebagai Masalah Muskulo

Skeletal Utama Warga Usia Lanjut Di Abad 21;http;//www.majalah-

farmacia.com/Rubrik Diakes Tangal 24 Mei 2011

Notoatmodjo, Soekidjo. 1997. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi.

Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho,w.2000.Keperawatan Geriatric edisi 2. Jakarta ;EGC

Nursalam. 2002. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto

Nursalam & siti pariani, (2001) Pendekatan Praktis Metodologi Riset

Keperawatan. Jakarta Agung Seto.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrument Penelitian

Keperawatan.edisi pertama Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmojo,soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta:

cv agung seto.

Stockslager & Schaeffer (2008), Buku saku asuhan keperawatan Geriatrik .

EGC : Jakarta

Sudoyo,dkk ( 2006 ) Ilmu penyakit Dalam Jilid 2, EGC : Jakarta.

Page 65: BAB I -IV

Siswandari. (2009). Statistika Computer Based. Surakarta : UNS Press.

Sigiyono. 2006. Metode Peelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:

Media Kom.

Stockslager & Schaeffer (2008), Buku saku asuhan keperawatan Geriatrik : EGC:

Jakarta

Sudoyo,dkk ( 2006 ) Ilmu penyakit Dalam Jilid 2, EGC : Jakarta.

Page 66: BAB I -IV

LAMPIRAN 1

SATUAN ACARA

PENYULUHAN PERAWATAN OSTEOARTHRITIS

Topik Kegiatan : Penyuluhan kesehatan perawatan osteoarthritis

Sasaran : Lansia di Posyandu Lansia Desa Girimulyo RW 04

Kecamatan Jogorogo Ngawi

Target : Lansia di Posyandu Lansia Desa Girimulyo RW 04

Kecamatan Jogorogo Ngawi

Hari/tanggal : Kamis, 19-06-2011

Waktu : Pukul 09.00 - 10.00 WIB

Tempat : Posyandu Lansia Desa Girimulyo RW 04 Kecamatan

Jogorogo Ngawi

I. Latar Belakang

Lansia di RW 04 tercatat 121 orang, 32 diantaranya terdiagnosis

mengalami osteoarthritis. Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan 8 dari

10 orang lansia belum mengetahui tentang osteoarthritis maupun perawatannya,

sehingga menunjukkan sikap yang kurang mendukung dalam perawatan

osteoarthritis.

II. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 45 menit diharapkan

lansia dapat memahami perawatan osteoarthritis.

III. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan mengenai perawatan

osteoarthritis diharapkan lansia dapat menjelaskan :

1. Pengertian Osteoarthritis

2. Faktor – faktor resiko osteoarthritis.

3. Tanda dan gejala osteoarthritis

4. Serta mampu melakukan perawatan osteoarthritis

Page 67: BAB I -IV

IV. Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan Kegiatan Penyuluhan

1. Pokok Bahasan : Penyluhan perawatan Osteoarthritis

2. Subpokok bahasan :

a. Pengertian Osteoarthritis

b. Faktor – faktor resiko osteoarthritis

c. tanda dan gejala osteoarthritis

d. Perawatan osteoarthritis

3. KEGIATAN PENYULUHAN

NO KEGIATANPENYULUHAN

WAKTU KEGIATAN LANSIA

1. Pendahuluan

Memberi salam

Perkenalan diri

Menyampaikan tujuanpenyuluhan

5 menit • Menjawab salam

• Mendengarkan

• Mendengarkan

2. Kegiatan inti

Menjelaskan pengertian

osteoarthritis

Menjelaskan factor-faktor

resiko terjadinya osteoarthritis

Menjelaskan patofisiologi

Menjelaskan tanda dan gejala

klinis.

Menjelaskan hal- hal yang

harus dilakukan dalam

perawatan osteoarthritis

Memberi kesempatan pada

peserta untuk bertanya dan

menjawab pertanyaan yang

berkaitan.

30 menit Mendengar

penjelasan

Mengajukan

pertanyaan

terhadap

beberapa hal

yang kurang

jelas

Page 68: BAB I -IV

3. Penutup

Menjelaskan kembali hal – hal

yang belum jelas.

Menyimpulkan penjelasan yang

telah disampaikan

Menutup acara

Mengucapkan salam

10 menit Mendengarkan

V. Metode

- Ceramah

- Diskusi

VI. Materi

VII. ( Terlampir)

VIII. Evaluasi

A. Formatif

1) Klien hadir ditempat penyuluhan

2) Klien antusias terhadap penyuluhan yang diberikan

3) Klien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

B. Sumatif

Klien mengetahui tentang pengertian penyakit osteoarthritis, gejala dan

tanda penyakit tersebut, penyebab penyakit, pencegahan serta perawatan

osteoarthritis

Page 69: BAB I -IV

MATERI PENYULUHAN

OSTEOARTRITIS PADA LANSIA

A. Pengertian

Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana

terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan

deNgan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang

menanggung beban. Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas,

pembesaran sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi

besar. Seringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang

berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi

lainnya.

B. Penyebab (Etiologi)

Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa

faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;

1. Usia lebih dari 40 tahun

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan

adalah yang terkuat.

2. Jenis kelamin wanita lebih sering

Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-

laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.

Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih

sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahun (setelah

menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria.

Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3. Suku bangsa

Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku

bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun

perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.

Page 70: BAB I -IV

4. Genetik

5. Kegemukan dan penyakit metabolik Berat badan yang berlebih, nyata

berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik

pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan

dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi

juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Oleh

karena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena

meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit)

yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.

6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus

menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga

yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko

osteoartritis yang lebih tinggi.

7. Kelainan pertumbuhanKelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah

dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.

8. Kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko

timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih

padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima

oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih

mudah robek.

C. Patofisiologi

Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovia sendi yang terjadi multifaktoral

antara lain karena factor umur, stress mekanis, atau penggunaan sendi yang

berlebihan, defek anatomis, obesitas, genetic, humoral, dan faktor kebudayaan.

Jejas mekanis dan kimiawi ini di duga merupakan faktor penting yang

merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di

dalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi,

kerusakan kondrosit dan nyeri (Sudoyo, dkk, 2006)

Page 71: BAB I -IV

Osteoarthritis terutama mempengaruhi kartilago,jaringan yang keras

tapi licin yang menutupi ujung-ujung tulang yang bertemu membentuk satu

sendi. Kartilago yang sehat memungkinkan tulang saling bergerak dengan luwes

satu sama lain. Kartilago juga mengabsorbsi energi dari guncangan akibat

perpindahan fisik, sedangkan pada osteoarthritis terjadi pengikisan kartilago. Pada

osteoarthritis, permukaan lapisan kartilago terkikis dan aus. Hal ini

menyebabkan tulang – tulang dibawah kartilago bergesekan satu sama lain,

menyebabkan nyeri, bengkak, dan keterbatasan gerak sendi. Beberapa

waktukemudian, sendi bisa kehilangan bentuk normalnya. Juga terjadi deposit

tulang kecil, yang disebut osteofit atau ” taji tulang”( bone spurs ), yang

tumbuh di tepi-tepi sendi. Kepingan tulang atau kartilago dapat patah atau

mengambang di dalam ruang sendi. Hal ini menyebabkan nyeri dan kerusakan

lebih lanjut.

Pada oesteoarthritis, kartilago menjadi aus. Taji tumbuh keluar dari ujung

tulang, dan cairan sinovial meningkat. Kesemuanya menyebabkan sendi terasa

kaku dan sakit. Secara spesifik, Lozada (2008) menyatakan bahwa terjadinya

osteoarthritis dibagi dalam 3 tahap sebagi berikut :

1) Tahap – 1 : Terjadinya pemecahan proteolitik atas matriks kartilago. Hal

ini berpengaruh terhadap metabolisme kondrosit, yang menyebabkan

terjadinya peningkatan produksi beberapa enzim, termasuk

metalloproteinase (seperti kollagenase, stromelisin) yang merusak

matriks kartilago. Kondrosit juga memproduksi inhibitor (penghambat)

protease, termasuk Tissue Inhibitors of Metalloproteinases (TIMP) 1

dan 2 tetapi jumlahnya tidak cukup untukmenetralkan efek proteolitik

tersebut.

2) Tahap – 2 : Tahap ini melibatkan fibrilasi dan erosi dari permukaan

kartilago, yang kemudian melepaskan fragmen proteoglikan dan

kollagen ke dalam cairan sinovial.

3) Tahap – 3 : Produk – produk pemecahan kartilago menginduksi

terjadinya suatu respon inflamasi kronik dalam sinovium. Terjadilah

produksi sitokin makrofag sinovial, seperti interleukin 1 (IL-1), Tumor

Necrosis Factor – Alpha ( TNF α ), dan metalloproteinase. Produk

Page 72: BAB I -IV

ini dapat menyebar kembali ke dalam kartilago dan merusak jaringan

secara langsung dan menstimulasi kondrosit memproduksi

metalloproteinase lebih banyak lagi. Molekul pro – inflamasi seperti

Nitrit Oksida (NO), yang merupakan suatu radiakal bebas inorganik

dapat pula menjadi faktornya. Akhirnya, kondisi ini mengubah arsitektur

sendi, dan sebagai kompensasinya pertumbuhan berlebihan dari tulang

terjadi sebagai usaha menstabilkan sendi. Selama arsitektur sendi

berubah dan terjadi mekanis dan inflamasi lebih lanjut pada permukaan

sendi, perkembangan penyakit ini tidak dapat dikendalikan. Sebagai

akibatnya, penderita osteoarthritis biasanya mengeluh nyeri sendi dan

keterbatasan gerak. Osteoarthritis hanya mempengaruhi fungsi sendi

dan tidak mempengaruhi jaringan kulit, paru, mata, atau pembuluh

darah. ( Dewi, 2009)

D. Manifestasi klinik

Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang

terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.

Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan

istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,

pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat

pembesaran sendi dan krepitasi. Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak

menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis,

terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna

kemerahan, antara lain;

1. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah

dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa

gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih

dibandingkan gerakan yang lain.

2. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan

sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

Page 73: BAB I -IV

3. Kaku pagi

Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,

seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.

4. Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

5. Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau

tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.

6. Perubahan gaya berjalan

Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau

panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan

gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar

untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

E. Perawatan Osteoartrithis.

Penanganan Osteoarthritis memiliki 4 tujuan yaitu :

a) Mengontrol nyeri

b) Memperbaiki fungsi sendi

c) Mempertahankan berat badan normal

d) Mencapai suatu gaya hidup yang sehat

Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan pendekatan melalui :

Latihan, pengontrolan berat badan, mengistirahatkan dan mengurangi tekanan

pada sendi, teknik – teknik meredakan nyeri tanpa obat, pengobatan

mengontrol nyeri, pembedahan, terapi komplementer dan alternatif serta edukasi.

( Dewi, 2009 )

1) Medikamentosa

Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat

simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya

sebagai analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu

menghentikan proses patologis

2) Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada

sendi yang sakit. Rencana penanganan meliputi istirahat yang terjadwal

Page 74: BAB I -IV

secara teratur. Penderita harus belajar untuk mengenali tanda – tanda

tubuh, dan tahu kapan harus berhenti atau mengurangi kegiatannya,

hal ini akan mencegah nyeri yang disebabkan karena penggunaan sendi

berlebih. Beberapa penderita menggunakan kruk untuk mengurangi

tekanan pada sendi yang nyeri. Bisa juga menggunakan spalk atau

penyangga untuk memberikan sokongan ekstra dan untuk menjaga pada

posisi yang tepat selama beraktifitas.

3) Terapi non farmakologi

Penderita Osteoarthritis melakukan beberapa terapi non farmakologis

untuk meredakan nyeri yaitu :

a) Terapi panas dan dingin

Panas dapat diaplikasikan pada sejumlah cara yang berbeda, yaitu

dengan handuk hangat, kompres hangat, atau dengan mandi air

hangat, untuk meningkatkan aliran darah dan meredakan nyeri atau

kekakuan.

b) Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation ( TENS)

TENS merupakan suatu teknik menggunakan alat elektronik untuk

menghatarkan pulsus elektrik ringan ke akhiran saraf yang terletak

di bawah kulit di area yang sakit. TENS juga dapat meredakan nyeri

arthritis. Cara kerjanya dengan memblokir pesan nyeri yang menuju

otak dan dengan memodifikasi persepsi nyeri.

c) Pijat ( massage )

Pijatan yang lembut akan meningkatkan aliran darah dan membawa

kehangatan pada area yang tertekan.

4) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera

5) Latihan

Riset menunjukkan bahwa latihan merupakan salah satu penanganan

osteoarthritis terbaik. Latihan dapat memperbaiki suasana hati dan

harapan, menurunkan nyeri, meningkatkan fleksibilitas, memperkuat

jantung, dan memperbaiki aliran darah, mempertahankan berat badan,

dan meningkatkan kesehatan jasmani secara umum.

6) Edukasi

Page 75: BAB I -IV

Edukasi dan penerangan agar pasien mengetahui sedikit seluk beluk

tentang penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak

bertambah parah serta persendiannya tetap dapat di pakai

7) Dukungan psikososial

8) Pola makan sehat

Pola makan sehat untuk lansia harus memperhatikan tiga hal. Yakni,

kuantitas (jumlah), kualitas (mutu), dan keanekaragaman. Jumlah menjadi

masalah penting karena kelebihan makan dapat memunculkan radikal bebas

dalam tubuh. Kelebihan juga bisa menyebabkan kegemukan, yang pada

akhirnya akan mengganggu fungsi organ tubuh. Kualitas makanan juga perlu

diperhatikan. Makanan yang bermutu mengandung gizi seimbang, seperti

protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Asupan untuk lansia harus

memenuhi takaran karbohidrat sekitar 60 persen dari total sumber makanan

yang dikonsumsi dalam sehari.

Zat penghasil tenaga itu dapat diperoleh dari nasi, jagung, gandum,

tepung terigu, sagu, roti, bihun, kentang, pasta, ubi, dan singkong. Asupan

protein yang disarankan adalah 15-20 persen dari total kalori atau 40-75 gram per

hari. Makanan sumber protein antara lain, kacang kedele beserta olahannya

(tempe, tahu, kembang tahu), kacang tanah, ikan (laut dan tawar), ayam

(tanpa kulit), serta daging sapi atau daging kerbau tanpa lemak.Konsumsi lemak

sebaiknya tidak lebih dari 25 persen dari total kalori atau 50 gram per hari.

Lemak bisa diperoleh dari bahan hewani atau nabati (minyak goreng,

mentega).Diperlukan pula asupan vitamin dan mineral untuk meningkatkan

daya tahan tubuh. Sumber vitamin dan mineral mencakup semua buah dan

sayuran berwarna. Bagi lansia, asupan buah dan sayur tidak hanya penting

untuk meningkatkan daya imun tubuh, tapi juga untuk memenuhi kebutuhan

serat. Serat penting untuk mengatasi persoalan sembelit yang biasa dialami

lansia.Tidak boleh ketinggalan pula asupan air. Konsumsi air bergantung pada ada

tidaknya gangguan saluran kemih dan fungsi jantung. Jika masih baik,

asupan1,5-2 liter perhari sudah cukup.

Berikut daftar makan sehat untuk lansia dengan osteoarthritis.

a) Sarapan tiap pagi

Page 76: BAB I -IV

b) Kurangi atau hentikan asupan alkohol

c) Konsumsi vitamin B5 dan C untuk melindungi tubuh.

d) Kurangi kopi, teh, dan minuman bersoda

e) Makan dalam porsi kecil tapi sering

f) Hindari gula dan makanan manis

g) Konsumsi karbohidrat kompleks yang terdapat pada roti, gandum, beras

merah, dan sayuran.

h) Hindari atau kurangi merokok. ( Martini, 2009 )

F. Dampak Osteoarthritis

Meskipun osteoarthritis merupakan suatu penyakit sendi, efeknya tidak

hanya secara fisik. Pada kebanyakan penderita, osteoarthritis memberikan

dampak pada gaya hidup seperti Depresi, kecemasan, Perasaan lemah,

keterbatasan aktivitas sehari-hari, Keterbatasan pekerjaan, kesulitan

berpartisipasi dalam kegembiraan dan tanggung jawab pribadi dan keluarga

ehari-hari. Selain itu, keuangan pun menurun karena tingginya biaya perawatan

dan kehilangan pendapatan akibat kecacatan.

Page 77: BAB I -IV

LAMPIRAN 2

LEAFLET

Rematik adalah penyakit yang

menyerang sendi yang berhubungan

dengan usia lanjut, terutama pada

sendi-sendi tangan dan sendi besar

yang menanggung beban

Nyeri sendi Sulit menggerakkan sendi yang

sakit Kaku pada pagi hari Pembesaran sendi Rasa gemertak pada sendi yang

sakit Perubahan gaya berjalan Cidera pada sendi, pekerjaan dan

olah raga. Kelainan pertumbuhan Kepadatan tulang

FAKTOR RESIKO TERJADINYA REUMATIK

Usia lebih dari 40 tahun Rematikbiasanya lebih

banyak menyerang wanita daripada laki – laki

Suku bangsa Keturunan Kegemukan Penyakit jantung koroner DM, Darah tinggi.

PENGERTIAN

APA SIH TANDANYA

Page 78: BAB I -IV

Obat obatan Memeriksakan kesehatan

secara berkala Istirahatkan sendi yang sakit Komunikasikan rencana

pengobatan dengan dokter dan tim kesehatan lain.

Jangan melakukan kerja yang berat terutama pada sendi yang sakit

Mandi air hangat. Buat lingkungan yang aman

untuk menghindari cidera.

Lakukan kompres hangat pada sendi yang sakit.

Diet menurunkan berat badan ( jika berat badan berlebih )

Lakukan latihan olah raga yang ringan secara rutin

Hindari mkanan- Sardin, jantung, hati.- Kerang, usus, limpa,paru-paru,

otak, kaldu, bebek, burung lebih dari 50 gr per hari

- Kopi,teh minuman bersoda - Alkohol

Oleh Kholis Nugroho

Mahasiswa Prodi S I

Keperawatan ICME

TERIMA KASIH

Cara Perawatan

Pada Penderita

Osteoarthritis

Page 79: BAB I -IV

LAMPIRAN 3

No ITEM SOAL PRETEST Skor Total SKOR T P/N1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 17 46 NEGATIF2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 17 46 NEGATIF3 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 16 42 NEGATIF4 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 15 38 NEGATIF5 2 1 1 2 2 1 1 2 2 4 18 50 NEGATIF6 1 1 2 1 1 1 3 1 2 2 15 38 NEGATIF7 1 2 2 2 2 1 4 1 1 1 17 46 NEGATIF8 1 1 1 1 3 2 2 1 4 2 18 50 NEGATIF9 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 16 42 NEGATIF

10 1 3 2 2 1 2 1 1 4 4 21 61 POSITIF11 1 1 1 2 1 1 1 2 3 4 17 46 NEGATIF12 1 1 2 1 2 1 2 1 4 4 19 53 POSITIF13 1 2 1 2 2 1 1 2 4 3 19 53 POSITIF14 2 2 2 3 2 2 1 4 4 4 26 80 POSITIF15 1 1 2 1 1 1 3 3 1 4 18 50 NEGATIF16 1 2 2 2 2 1 4 4 1 3 22 65 POSITIF17 1 1 1 1 3 2 2 2 1 3 17 46 NEGATIF18 1 2 1 2 2 2 1 2 4 3 20 57 POSITIF19 1 3 2 2 1 1 2 1 1 4 18 50 NEGATIF20 3 3 1 1 2 1 1 1 1 3 17 46 NEGATIF21 1 2 1 1 3 1 2 2 1 4 18 50 NEGATIF22 2 1 2 1 2 2 3 2 2 4 21 61 POSITIF23 1 2 2 1 2 2 1 1 1 4 17 46 NEGATIF24 2 3 2 2 1 1 3 2 2 4 22 65 POSITIF25 2 1 1 1 1 2 2 2 1 4 17 46 NEGATIF26 1 2 1 1 2 2 1 2 1 3 16 42 NEGATIF27 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 15 38 NEGATIF28 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 15 38 NEGATIF29 2 3 2 2 2 2 3 2 2 1 21 61 POSITIF30 2 1 1 1 1 2 1 1 1 3 14 34 NEGATIF31 3 4 1 1 2 2 2 2 1 4 22 65 POSITIF32 3 1 1 2 1 1 1 2 4 3 19 53 POSITIF

STANDART DEVIASI 2,648798 ∑=580

MEAN 18,125

MEAN T 50

Page 80: BAB I -IV

LAMPIRAN 4

ITEM SOAL POSTEST Skor Total Skor T P/NNO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 56 POSITIF

2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 38 50 POSITIF

3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 59 POSITIF

4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 39 56 POSITIF

5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 59 POSITIF

6 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 37 50 NEGATIF

7 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 56 POSITIF

8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 59 POSITIF

9 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39 56 POSITIF

10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 59 POSITIF

11 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 38 53 POSITIF

12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 59 POSITIF

13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39 56 POSITIF

14 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 39 56 POSITIF

15 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 39 56 POSITIF

16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 28 NEGATIF

17 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 33 37 NEGATIF

18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 28 NEGATIF

19 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 38 53 POSITIF

20 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 31 31 NEGATIF

21 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 37 50 NEGATIF

22 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 33 37 NEGATIF

23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 59 POSITIF

24 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39 56 POSITIF

25 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 39 56 POSITIF

26 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 38 53 POSITIF

27 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 38 50 POSITIF

28 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 38 50 POSITIF

29 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 39 56 POSITIF

30 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 33 37 NEGATIF

31 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 33 37 NEGATIF

32 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 33 37 NEGATIF

STANDART DEVIASI 3,193839 ∑=1189

MEAN 37,15625

MEAN T 50,39138

Page 81: BAB I -IV
Page 82: BAB I -IV

LAMPIRAN 5

Frequency TablePRETEST

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid NEGATIF 21 65,6 65,6 65,6 POSITIF 11 34,4 34,4 100,0 Total 32 100,0 100,0

POSTEST

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid NEGATIF 10 31,3 31,3 31,3 POSITIF 22 68,8 68,8 100,0 Total 32 100,0 100,0

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum MaximumPRETEST 32 18,12 2,649 14 26POSTEST 32 37,16 3,194 30 40

Wilcoxon Signed Ranks TestRanks

N Mean Rank Sum of RanksPOSTEST – PRETEST

Negative Ranks 0(a) ,00 ,00

Positive Ranks 32(b) 16,50 528,00

Ties 0(c)

Total 32

a POSTEST < PRETESTb POSTEST > PRETESTc POSTEST = PRETEST

Test Statistics(a)

POSTEST - PRETEST

Z -5,480Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a Sign Test

Page 83: BAB I -IV

LAMPIRAN 6

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

RespondenITEM SOAL

Skor Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 392 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 373 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 404 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 395 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 406 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 377 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 398 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 409 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39

10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4011 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3812 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4013 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3914 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3915 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3916 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3017 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3318 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3019 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3820 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3121 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3722 4 3 3 3 3 3 3 4 4 33

Page 84: BAB I -IV

LAMPIRAN 7

PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

Judul :

Peneliti :

Nim :

Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam karya tulis ilmiah ini

sebagai respnden dengan mengisi angket yang disediakan penulis.

Sebelumnya saya telah diberi penjelasan tentang karya tulis ilmiah ini dan

saya mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan identitas, data maupun informasi

yang saya berikan. apabila ada pertanyaan yang diajukan menimubulkan ketidak

nyamanan bagi saya, peneliti akan menghentikan pada saat ini dan saya siap

mengundurkan diri.

Demikian perserujuan ini saya buat secara sadar dan sukarela, tanpa ada

unsur pemaksaan dari siapapun, saya menyatakan:

Bersedia

Menjadi responden dalam karya tulis ilmiah

NGAWI, 19 juli 2011

Peneliti

(………………………………..)

Responden

(………………………………..)

Page 85: BAB I -IV

LAMPIRAN 8

LEMBAR KUESIONER

Pilihlah jawaban yang menurut anda benar dengan menggunakan tanda silang (X)

A. Karakteristik Responden

1. Umur : 55 – 57 tahun

58 – 61 tahun

62 – 54 tahun

2. Jenis Kelamin

Laki laki

Perempuan

3. Pendidikan Yang Sederajat

Tidak Sekolah

SD

SMP

SLTA

PERGURUAN TINGGI

4. Informasi kesehatan

petugas kesehatan

media massa

keluarga

Page 86: BAB I -IV

Kuesioner Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis

NO PERTANYAAN SS S TS STS

AKTIVITAS

1 Saya akan melakukan olahraga ringan

untuk mempertahankan kekuatan otot.

2 Saya akan menggunakan tongkat, kruk atau

penyanggah lain ketika berjalan saat nyeri

sendi.

3 Saya akan beristirahat agar nyeri sendi

berkurang.

4 Jika nyeri kambuh saya akan berhati – hati

ketika berdiri karena sendi terasa kaku saat

berdiri.

5 Pada sore hari saya akan mandi dengan air

hangat.

POLA MAKAN

6 Saya akan memperhatikan gizi seimbang

dan menjaga pola makan.

7 Saya akan mengkonsumsi makanan yang

banyak mengandung protein (tempe, telur,

tahu, ikan laut)

8 Saya akan mengkonsumsi buah dan sayur

untuk meningkatkan daya imun tubuh,

juga untuk memenuhi kebutuhan serat.

9 Saya akan mengkonsumsi karbohidrat

kompleks yang terdapat pada roti,

gandum, beras merah, dan sayuran

10 Saya akan minum air putih minimal 1,5

liter /hari