bab i -iv
DESCRIPTION
BABTRANSCRIPT
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
OSTEOARTHRITIS TERHADAP SIKAP LANSIA
TENTANG PERAWATAN OSTEOARTRITIS
(Studi Di Posyandu Lansia Rw 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi)
KHOLIS NUGROHO
NIM : 10322071
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2011
i
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
OSTEOARTHRITIS TERHADAP SIKAP LANSIA
TENTANG PERAWATAN OSTEOARTRITIS
(Studi Di Posyandu Lansia Rw 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi)
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan
Menyelesaikan Skripsi Program Studi SI Keperawatan
KHOLIS NUGROHO
NIM : 10322071
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2011
ii
ABSTRACK
The Influence of Healthy Education About Osteoarthritis Concerning Advance Age Attitude to Care Osteoarthritis.
. Study at Advance Age Posyandu RW 04 Girimulyo Village Jogorogo Subdistric Ngawi
By:
KHOLIS NUGROHO
Mostly, people (especially advance age) consider osteoarthritis or hinge pain identical with high degree of urine acid in blood. Whereas urine acid not the only cause of osteoarthritis. This factor was cause hinge pain especially in waist and knee which dominate hinge pain of Indonesian. The effect of this wrong understanding, people who suffer from pain would prefer choose short therapy than knowing its source. The purpose of this research was to know the influence of healthy education about osteoarthritis concerning advance age attitude to care osteoarthritis.
This was pre-experiment research. Besides, research design used was one group pre test-post test design. The populations were 121 people taken from all advance age people living in RW 04 Girimulyo village. Purposive sampling used to take the sample data which was appropriate with inklusi and ekslusi criteria for 32 people. While gathering data, researcher gave pre-test before doing the learning process then post-test after learning process. The result of post test and pre test was analyzed by using Wilcoxon sign rank test.
The result showed that mostly advance age people (66%) or 21 peope had negative atitude while the result of post-test showed that mostly, (69%) or 22 people had positive attitude to care osteoarthritis. Further the result of the analysis got significance score 0,05 (sig.was smaller than 5% (0,00<0,005.
Finally, it can be conclude that there was strong influence about healthy education to change advance age attitude to the positive one.
Key Word: Education, Healthy, Attitude, and Osteoarthritis.
iii
ABSTRAK
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Osteoarthritis Terhadap Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis
(Studi Diposyandu Lansia Rw 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi)oleh:
Kholis nugroho
Kebanyakan masyarakat (khususnya lansia) menganggap osteoartrhitis atau nyeri sendi identik dengan tingginya kadar asam urat dalam darah. Hal ini merupakan salah satu penyebab nyeri sendi khususnya pada bagian pinggang dan lutut. Akibat pemahaman yang salah ini penderita gangguan nyeri lebih memilih pengobatan yang secara singkat dari pada mengetahui sumber rasa nyerinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang osteoarthritis terhadap sikap lansia tentang perawatan osteoarthritis.
Jenis penelitian ini adalah pre experiment. Dengan desain penelitian one group pre test-post test design. Populasi yang digunakan adalah semua lansia yang berada di RW 04 Desa Girimulyo dengan jumlah 121. Tehnik pengambilan sample adalah Purposive sampling yaitu sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebanyak 32 orang. Dalam pengumpulan data peneliti memberikan pretest yaitu sebelum diadakan pendidikan kemudian dilakukan posttest yaitu setelah diadakan pendidikan. Teknik analisisnya menggunakan uji wilcoxon sign rank test
Dari hasil pretest menunjukkan bahwa sebagian besar lansia (66%) atau 21 memiliki sikap negatif sedangkan hasil postest didapatkan hasil bahwa sebagian besar (69%) atau 22 memiliki sikap positif tentang perawatan osteoarthritis.. Hasil uji analisis didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,05.(Sig. lebih kecil dari 5% (0,00<0,005))
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada Pengaruh kuat Pendidikan Kesehatan dalam merubah sikap lansia dari sikap negatif menjadi kearah yang positif.
Kata Kunci: Pendidikan, Kesehatan, Sikap, Osteoarthritis
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda Tangan di Bawah ini :
Nama : KHOLIS NUGROHO
NIM : 10322071
Tempat tanggal lahir : Ngawi, 27 April 1980
Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Insan
Cendekia Medika” Jombang
Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Tentang Osteoarthritis Terhadap Sikap Lansia Tentang Perawatan
Osteoartritis" adalah bukan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun
keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi akademis.
JOMBANG, MEI 2011
YANG MENYATAKAN
KHOLIS NUGROHO
PERSETUJUAN JUDUL SKRIPSI
Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
v
Osteoarthritis Terhadap Sikap Lansia Tentang
Perawatan Osteoartritis(Studi di Posyandu Lansia
RW 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo
Ngawi)
Nama Mahasiswa : KHOLIS NUGROHO
NIM : 10322071
Program Studi : S I Keperawatan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Yunan Yusuf, S . Kep.Ns
Pembimbing I
Endang S, S . Kep.Ns
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua STIKES ICME
Drs. M. Zainul Arifin, M.Kes
Ketua Program Studi
Bambang Tutuko, SH. Skep, Ns
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
vi
Penulis dilahirkan di Ngawi pada tanggal 27 April 1980 dari Bapak
Hariyanto dan Ibu Umi Tahijjatun. Tahun 1992 penulis lulus dari M I S
Tanjungsari.
Tahun 1995 lulus dari SMP Negeri 1 Jogorogo, Tahun 1999 lulus dari
SMU N I Jogorogo, Tahun 2003 lulus dari AKADEMI KEPERAWATAN dr
SOEDONO MADIUN. Dan pada Tahun 2010 masuk STIKES INSAN
CENDEKIA MEDIKA JOMBANG Program Khusus S I Keperawatan.
Demkian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Jombang, Mei 2011
Yang Menyatakan
KHOLIS NUGROHO
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
vii
Motto:
Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut
oleh manusia ialah menundukan diri sendiri ( RA KARTINI )
Persembahan :
Saya persembahkan karya ini :
Untuk ibuku dan bapakku yang dengan sepenuh
hati telah mencurahkan perhatian dan
pengorbanan yang tiada ternilai.
Untuk istriku yang selalu membantu dan
mendampingiku disetiap waktu.
Untuk anakku yang telah membuatku selalu
bersemangat dalam keadaan apapun.
KATA PENGANTAR
viii
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas segala
karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini adalah Adakah Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang
Osteoatrhritis Terhadap Sikap Lansia tentang Perawatan Osteoarthritis.
Dalam penyusunaan skripsi penelitian ini, penulis yakin dan percaya
bahwa penelitian ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari semua pihak, maka
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada; Drs.M. Zainul Arifin, M.Kes
selaku ketua STIKES ICME Jombang Drs. M. Zainul Arifin, M.Kes selaku
Kaprodi S I Keperawatan, Bapak Yunan Yusuf,S.Kep.Ns selaku pembimbing I,
Ibu Endang S, S.Kep.Ns selaku Pembimbing II. dr Ririn Pancawinanti selaku
Kepala Puskesmas Jogorogo serta ibu Indah Suyanti Amd.Keb selaku penanggung
jawab Posyandu Lansia Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Kabupaten Ngawi
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan
saran dan dorongan sehingga terselesaikannya penyusunan proposal penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari
sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan penulis. Namun penulis berusaha
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan, maka dengan segala kerendahan
hati penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan penelitian ini.
Jombang, Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
ix
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
HALAMAN JUDUL DALAM……………………………………………… ii
ABASTRACK………………………………………………………………. iii
ABSTRAK…………………………………………………………………… iv
HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………. v
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………. vi
HALAMAN PRNGESAHAN PENGUJI……………………………………. vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS………………………………………………. viii
MOTTO DDAN PERSEMBAHAN…………………………………………. ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. x
DAFTAR ISI………………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………....
1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………... 3
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………. 3
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Kesehatan…………………………………………………. 5
2.2 Lansia…………………………………………………………………. 12
2.3 Sikap…………………………………………………………………… 14
2.4 Osteoarthritis…………………………………………………………... 18
2.5 Perawatan Osteoarthritis………………………………………………. 23
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep……………………………………………………… 28
3.2 Hipotesis………………………………………………………………. 29
BAB IV MEODOLOGI PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian………………………………………… 30
4.2 Desain Penelitian………………………………………………………. 30
4.3 Kerangka Kerja……………………………………………………… 31
x
4.4 Populasi Sampel dan Sampling………………………………………... 32
4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional………………………………….. 33
4.6 Teknik Pengumpulan Data dan Instrument Penelitian………………… 34
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas………………………………………….. 35
4.8 Pengolahan dan Analisis Data…………………………………………. 38
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian………………………………………………………... 41
5.2 Pembahasan……………………………………………………………. 44
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan…………………………………………………………..... 48
6.2 Saran…………………………………………………………………… 48
Daftar Pustaka
Lampiran
..
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konsep.................................................................. 28
xi
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian............................................................ 30
Gambar 4.2 Kerangka Kerja..................................................................... 31
DAFTAR TABEL
xii
Tabel 4.1 Definisi Opersional.................................................................. 34
Tabel 4.2 Kisi-Kisi Koesioner Sikap....................................................... 35
Tabel 4.3 Uji Validitas............................................................................. 37
Tabel 4.4 Uji Reliabilitas......................................................................... 38
Tabel 5.1 Distribusi Responden Bedasarkan Usia................................... 42
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.................. 42
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan....................... 42
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Informasi Kesehatan........ 43
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pretest Sikap.................... 43
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Postest Sikap................... 43
Tabel 5.7 Tabulasi Responden Berdasarkan Sikap Pretest Postest......... 44
xiii
.BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
(UU,1992). Meningkatnya jumlah lansia maka membutuhkan penanganan yang serius
karena secara alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi
maupun mentalnya dan hal ini tidak terlepas dari masalah ekonomi,sosial dan budaya,
sehingga perlu adanya peran serta keluarga dan adanya peran sosial dalam
penangananya. Menurunnya fungsi berbagai organ lansia menjadi rentang terhadap
penyakit yang bersifat akut atau kronis. Ada kecenderungan terjadi penyakit
degeneratif, penyakit metabolik, gangguan psikososial dan penyakit infeksi
mengingkat (Nugroho, 2000). Menurut (Bruner and Suddartha, 1996) Pengaruh usia
pada persepsi nyeri tidak diketahui secara luas. Cara lansia berespon terhadap nyeri
dapat berbeda dengan cara berespon orang yang lebih berusia muda. Persepsi nyeri
pada lansia mungkin berkurang sebagi akibat dari perubahan patologis berkaitan
dengan beberapa penyakit misalnya, diabetes mellitus, rhematik arthritis. Menurut
Isbagio (2006), masyarakat masih memiliki pemahaman yang salah mengenai nyeri.
Kebanyakan masyarakat (khususnya lansia) menganggap osteoartrhitis atau nyeri
sendi identik dengan tingginya kadar asamurat dalam darah. Padahal, tidak semua
penyebab osteoartrhitis adalah asam urat. Salah satunya adalah karena adanya
pengapuran pada sendi, sindrom metabolik, termasuk obesitas atau kegemukan.
Kedua faktor ini merupakan salah satu penyebab nyeri sendi khususnya pada bagian
pinggang dan lutut,yang saat ini mendominasi nyeri sendi pada masyarakat Indonesia.
Akibat pemahaman yang salah ini penderita gangguan nyeri lebih memilih engobatan
yang secara singkat dari pada mengetahui sumber rasa nyerinya. Berdasarkan
penelitian, 37,5% pasien mengatasi nyeri dengan cara membeli obat sendiri.
Sebanyak 33,3% memilih dipijat, dan 0,4% memilih dukun untuk meminta
pertolongan. Hanya 16,1% dari penderita nyeri sendi yang berobat ke dokter (Isbagio,
2006).
Osteoartritis dimasukkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ke
dalam salah satu dari empat kondisi otot dan tulang yang membebani individu
1
2
sistem kesehatan maupun sistem perawatan sosial dengan biaya yang cukup besar.
(Merdikoputro, 2009). Prevalensi penyakit Osteoartritis mencapai 10 persen dari
jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. Di Amerika, Osteoartritis menyerang
12,1 persen penduduk usia 25-75 tahun dengan kecacatan pada lutut, panggul dan
tangan. Sedangkan di Inggris, 25 persen populasi penduduk usia 55 tahun ke atas
menderita Osteoartritis di lutut. Menurut hasil penelitian Zeng Q et al. (2008).
Di Indonesia, prevalensi penyakit Osteoarthritis mencapai 23,6 % hingga 31,3 %.
Osteoartritis merupakan salah satu jenis penyakit reumatik yang paling banyak
ditemui di Indonesia. Biasanya terjadi di lutut dan umumnya menyerang wanita
usia di atas 40 tahun. Data Penyakit Terbanyak di Kabupaten Ngawi Tahun
2005. Penyakit sistem otot dan jaringan ikat, menempati urutan ke dua dengan
jumlah kasus sebanyak 16.092 (Dinkes Ngawi, 2007).
Penyakit Osteoartritis ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan
sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis
di tandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada
sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban Meski tidak
memberikan dampak spontan, Osteoarthritis pada lansia akan memberikan
dampak penting terhadap fungsi tubuh sehari-hari. Diantaranya masalah
ketergantungan kepada orang lain dan kualitas hidup penderitanya.
(Stockslager & Schaeffer, 2008). Dibandingkan dengan jantung dan kanker,
rematik boleh jadi tidak terlampau menakutkan dan tidak mengancam jiwa.
Namun, jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan besar membuat
rematik jadi keluhan favorit. Penyakit otot dan persendian ini memang sering
menyerang lansia, melebihi hipertensi dan jantung, gangguan pendengaran dan
penglihatan, serta Diabetes. (Widodo, 2009).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 14 Maret
2011 di Posyandu Lansia RW 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi.
Terdapat 4 RW yakni RW 01, RW 02 dan RW 03, RW 04 wilayah RW 04
memiliki jumlah lansia terbanyak yakni 121 orang. Di Posyandu Lansia RW 04
Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi belum pernah dilakukan penyuluhan
kesehatan mengenai Osteoarthritis. Pendidikan / edukasi pada lansia dan
pendampingnya dalam penatalaksanaan perawatan Osteoartritis sangat diperlukan.
3
Hal ini mendorong lansia dan pendampingnya memahami patofisiologi
Osteorthritis dan jenis terapi yang diberikan. Peningkatan kognitif dan perilaku
juga bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan dan pencegahan timbulnya
nyeri sendi pada Osteoarthritis.
Berdasarkan latar belakang tersebut, mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang
Osteoarthritis terhadap Sikap lansia tentang Perawatan Osteoarthritis
di
Posyandu Lansia RW 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu : Adakah Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Osteoarthritis
terhadap Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis di Posyandu Lansia RW
04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang osteoarthritis
terhadap sikap lansia tentang perawatan osteoarthritis di Posyandu Lansia RW 04
Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi.
1.3.2 Tujuan Khususnya
1) Diketahuinya sikap lansia dalam perawatan osteoarthritis sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan tentang osteoarthritis.
2) Diketahuainya sikap lansia dalam perawatan osteoarthritis setelah dilakukan
Pendidikan Kesehatan tentang osteoarthritis.
3) Untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap lansia
dalam perawatan osteoarthritis.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan ilmu
4
asuhan keperawatan lansia.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta
kajian untuk penelitian lebih lanjut mengenai Osteoarthritis pada lansia
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini berguna untuk, mengubah sikap masyarakat ( khususnya
lansia) di RW 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi, dalam
melakukan perawatan Osteoarthritis, sehingga lansia dapat hidup produktif
dan menikmati hidup di masa tua nya.
3. Bagi Puskesmas
Penelitian ini bermanfaat bagi tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan
pelayanan kesehatan khususnya terhadap Lansia
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Kesehatan
Pengertian pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran
masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk
memelihara (mengatasi masalah-masalah) danmeningkatkan kesehatannya.
Perubahan atau tindakanpemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan
oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan padapengetahuan dan kesadarannya
melalui proses pembelajaran. Sehinggaperilaku tersebut diharapkan akan
berlangsung lama (long lasting) dan menetap (langgeng) karena didasarkan atas
kesadaran (Notoatmodjo,2005)
Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku yangdinamis,
dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi /teori dari
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur,akan tetapi
perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam individu,
kelompok, atau masyarakat (Mubarak, 2007).
Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses perubahan pada diri
manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan
dan masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah sesuatu yang dapat diberikan
oleh seseorang kepada orang lain dan bukan pula suatu rangkaian tata laksana
yang akan di laksanakan ataupun hasil yang akan dicapai, melainkan suatu proses
perkembangan yang selalu berubah secara dinamis di mana seseorang dapat
menerima atau menolak keterangan baru, sikap baru, dan perilaku baru yang ada
hubungannya dengan tujuan hidup ( Machfoedz, 2006 )
Pendidikan kesehatan secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku
pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di
bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah
suatu pendidikan praktis atau praktek pendidikan, oleh sebab itu konsep
pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang
kesehatan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti
5
6
di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau
perubahan kearah yang lebih dewasa, l ebih baik dan lebih matang pada diri
individu, kelompok dan masyarakat ( Notoatmodjo,2005 ).
2.1.1 Sasaran
Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia, berdasarkan program
pembangunan Indonesia adalah.
1) Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.
2) Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda, remaja,
termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok lembaga 14
pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi, sekolah agama, swasta,
maupun negeri.
3) Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual.
2.1.2 Tujuan
Tujuan pendidikan kesehatan menurut Undang-undang kesehatan 23 tahun
1992 maupun WHO yakni : meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan
sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial, pendidikan
kesehatan di semua program kesehatan baik pemberantasan penyakit menular,
sanitasi lingkungan, gizi masyarakat pelayanan kesehatan maupun program
kesehatan lainnya.
Hal ini berarti untuk mencapai keadaan yang sehat, maka seseorang harus
mengetahui apa saja yang harus dilakukan agar orang benar-benar menjadi sehat
baik secara fisik, mental dan sosial nya sehingga di harapkan seseorang memiliki
sikap yang positif terhadap kesehatannya dan dapat mengubah perilaku yang tidak
sehat menjadi perilaku yang sehat. ( Mubarak, 2007 ). Menurut Wong tujuan dari
pendidikan kesehatan adalah :
1) Agar masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada
kesehatannya keselamatan lingkungan dan masyarakatnya.
7
2) Agar orang melakukan langkah-langkah dalam mencegah terjadinyapenyakit
menjadi lebih parah, dan mencegah keadaan ketergantungan melalui
rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh penyakit.
3) Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan
perubahan-perubahan sistem dan cara memanfaatkannya dengan efisiensi dan
efektif.
4) Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana
caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan kesehatan
(Mubarak, 2007).
2.1.3 Macam Istilah Pendidikan Kesehatan
Macam-macam istilah yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan dalam
pelaksanannya di Indonesia, terdapat beberapa istilah dalam ruang lingkup
kegiatan pendidikan kesehatan yaitu :
1) Penerangan kesehatan
Penerangan kesehatan adalah upaya memberikan penjelasan atau
menyebarluaskan pesan kepada perorangan, kelompok, atau masyarakat untuk
menumbuhkan perhatian, pengertian dan kesadaran mengenai perilaku sehat atau
kehidupan sehat. Kegiatan ini berlangsung 1 arah ( one way traffic / one way
method ). Kegiatan tersebut tidak ditindak lanjuti dengan monitoring atau
evaluasi.
2) Penyuluhan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tapi juga mau dan bisa melakukan
suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. (Machfoedz, 2006).
Dengan pengertian seperti ini, maka petugas penyuluhan kesehatan harus
menguasai ilmu komunikasi juga harus menguasai pemahaman yang lengkap
tentang pesan yang di sampaikannya.
3) Komunikasi, informasi dan edukasi ( KIE )
Dalam KIE sistem pendidikan lebih sistematis. Yakni dimulai dengan
komunikasi, dilanjutkan dengan informasi.
8
4) Promosi kesehatan.
Promosi kesehatan adalah suatu proses memberdayakan atau
memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan, serta
pengembangan lingkungan sehat.
Promosi kesehatan mencakup aspek perilaku yaitu upaya untuk
memotivasi, mendorong dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. ( Machfoedz, 2006 )
Istilah promosi kesehatan digunakan oleh Leavel dan clarck untuk
menjelaskan dimensi tingkat pelayanan kesehatan di masyarakat, yang di kenal
dengan istilah five level of prevention. Dimana usaha pencegahan dilakukan pada
saat sebelum dan sesudah sakit yaitu :
a) Masa sebelum sakit.
a. Health promotion.
Dalam hal ini pendidikan kesehatan diberikankepada perorangan,
kelompok, atau masyarakat agar dapat mencegah terjadinya penyakit.
b. Spescific protection.
Pendidikan kesehatan diberikan agar memahami akan pentingnya
perlindungan khusus terhadap serangan penyakit.
b) Pada masa saat sakit
Early diagnosis and promt Treatment (Diagnosis dini pada pengobatan
segera). Peserta didik diberikan pemahaman tentang pengenalan dan
pengertian jenis penyakit pada tingkat awal, serta mengadakan pengobatan
yang tepat seawal mungkin. Dissability Limitation. Peserta didik diberikan
pengertian untuk melakukan pengobatan sesempurna mungkin, sehingga
dapat dicegah adanya gangguan kemampuan kerja yang diakibatkan
adanya dampak dari penyakitnya, yang bisa berupa kecacatan. Rehabilitation.
Pada tahap ini cacat telah terjadi. Sehingga peserta didik diberikan
pengertian dan dorongan agar tetap bersemangat dalam bekerja dan
berbaur ditengah masyarakat seperti halnya sebelum terjadi kecacatan.
9
2.1.4 Metode Pendidikan Kesehatan.
1) Metode pendidikan individual ( Perorangan )
Metode pendidikan kesehatan yang bersifat individual ini digunakan
untuk membina perilaku baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik ada suatu
perubahan perilaku atau motivasi.
1. Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap
masalah yang dihadapi dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya.
2. Wawancara
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien bertujuan untuk menggali
informasi kenapa klien belum mau menerima perubahan, tertarik atau tidak
menerima perubahan, mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan
di adopsi itu memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang
kuat.
2) Metode Pendidikan kelompok
a) Kelompok besar
Kelompok besar disini adalah bila peserta lebih dari 15 orang. Metode
yang baik di gunakan dalam kelompok besar ini adalah :
a. Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi ataupun rendah.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode ini adalah :
pertama, tahap persiapan yaitu penceramah menguasai materi dari yang
akan disampaikan.Tahap kedua : pelaksanaan yang merupakan kunci dari
keberhasilan ceramah.
b. Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan latar
belakang pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah penyajian dari
suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang di anggap penting.
b) Kelompok kecil
Apabila peserta kurang dari 15 biasanya disebut kelompok kecil.
10
a. Diskusi kelompok.
Dalam diskusi kelompok semua anggota kelompok bebas berpartisipasi
dalam diskusi, maka formasi duduk peserta berhadap – hadapan atau
saling memandang satu sama lain, misalnya bentuk lingkaran atau segi
empat.
b. Curah pendapat
Permulaan diskusi pimpinan kelompok memancing dengan suatu masalah,
kemudian tiap peserta memberikan tanggapan atau jawaban. Setelah
semua anggota mengeluarkan pendapat, baru tiap anggota dapat
mengomentari dan akhirnya terjadi diskusi.
c. Bola salju ( Snow balling )
Kelompok dibagi dalam pasangan–pasangan. Kemudian dilontarkan suatu
pertanyaan atau masalah, setelah kurang lebih 5 menit, 2 pasang
bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut
dan mencari kesimpulannya, 20 kemudian tiap 2 pasang bergabung lagi
dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga terjadi
diskusi seluruh kelas.
d. Kelompok kecil – kecil Kelompok langsung dibagi kelompok kecil-kecil
kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama atau tidak dengan
kelompok lain, dan masing – masing kelompok mendiskusikan masalah
tersebut.
e. Role play
Beberapa anggota kelompok ditunjuk untuk memainkan peran tertentu dan
memeragakan. Misalnya bagaimana interaksi atau komunikasi dalam
melaksanakan tugas sehari – hari.
f. Permainan Simulasi
Metode ini merupakan gambaran antara role play dengan diskusi
kelompok.
3) Metode pendidikan massa.
Metode pendidikan massa bertujuan untuk mengkomunikasikan pesan –
pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau
publik. ( Notoatmodjo, 2003)
11
2.1.5 Media Penyuluhan / Pendidikan
1) Media Cetak
a) Booklet adala Suatu media untuk menyampaikan pesan–pesan kesehatan
dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
b) Leaflet : Penyampaian informasi atau pesan– pesan kesehatan melalui
lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat atau gambar.
c) Flyer ( selebaran ) seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan.
d) Flip chart (lembar balik) media penyampaian pesan atau informasi-informasi
kesehatan dalam bentuk lembar balik.
e) Rubrik atau tulisan – tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai
bahasan suatu masalah kesehatan atau hal – hal yang berkaitan dengan
kesehatan.
f) Poster : bentuk media cetak berisi pesan – pesan atau informasi – informasi
kesehatan.
2) Media elektronik
a) Televisi yaitu Penyampaian pesan/informasi-informasi kesehatan melalui
media televisi dapat dalam bentuk : sandiwara, sinetron, forum diskusi atau
tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah ) dan lain sebagainya.
b) Radio yaitu penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui media
radio juga dapat berbentuk macam-macam antara lain obrolan ( tanya
jawab) sandiwara radio, ceramah, dan sebagainya.
c) Video
d) Slide
e) Film strip
3) Media papan ( billboard )
Media papan disini mencakup pesan – pesan yang di tulis pada lembaran
seng yang di tempel pada kendaraan – kendaraan umum ( bus, taxi )
(Notoatmodjo,2003).
12
2.2 Lansia
2.2.1 Pengertian
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun
ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan
lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,
1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi
tiga kelompok yakni :
1) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.
Menurut Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.
Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek social (BKKBN
1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya
dayatahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang
dapatmenyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk
lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak
orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak
manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua,
seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat .
13
Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri.
Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum
muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi,
pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang
semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki
kelas
sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda .
Klasifikasi lansia WHO dalam menkes RI mempunyai batasan usia lanjut
sebagai berikut: middle / young elderly usia antara 45-59 tahun, elderly usia
antara 60-74 tahun, old usia antara 75-90 tahun dan dikatakan very old berusia di
atas 90 tahun. Universitas Sumatera UtaraPada saat ini, ilmuwan sosial yang
mengkhususkan diri mempelajari penuaan merujuk kepada kelompok lansia :
“lansia muda” (young old), “lansia tua” (old old). Dan “lansia tertua” (oldest old).
Secara kronologis, young old secara umum dinisbahkan kepada usia antara 65
sampai 74 tahun, yang biasanya aktif, vital dan bugar. Old-old berusia antara 75
sampai 84 tahun, dan oldest old berusia 85 tahun ke atas (Papalia, Olds &
Feldman, 2005).
2.2.2 Konsep Menua
Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi
seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem
fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian
(Setiati, Harimurti & Roosheroe, 2006). Terdapat dua jenis penuaan, antara lain
penuaan primer, merupakan proses kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan
yang dimulai pada masa awal kehidupan dan terus berlangsung selama bertahun-
tahun, terlepas dari apa yang orang-orang lakukan untuk menundanya. Sedangkan
penuaan sekunder merupakan hasil penyakit, kesalahan dan penyalahgunaan
faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindari dan berada dalam kontrol seseorang
(Busse,1987; J.C Horn & Meer,1987 dalam Papalia, Olds & Feldman, 2005).
Banyak perubahan yang dikaitkan dengan proses menua merupakan akibat dari
kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss). Watson (2003) mengungkapkan
bahwa lansia mengalami perubahan-perubahan fisik diantaranya perubahan sel,
14
system persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler,
sistem pengaturan suhu tubuh, sistem respirasi, sistem gastrointestinal, sistem
genitourinari, sistem endokrin, sistem muskuloskeletal, disertai juga dengan
perubahan-perubahan mental menyangkut perubahan ingatan (memori).
Berdasarkan perbandingan yang diamati secara potong lintang antar kelompok
usia yang berbeda, sebagian besar organ tampaknya mengalami kehilangan fungsi
sekitar 1 persen per tahun, dimulai pada usia sekitar 30 tahun (Setiati, Harimurti
& Roosheroe, 2006). Universitas Sumatera Utara. Aspek Biologis Proses Penuaan
Teori ‘radikal bebas’ merupakan salah satu dari beberapa teori mengenai proses
penuaan. Teori ‘radikal bebas’ diperkenalkan pertama kali oleh Denham Harman
pada tahun 1956. Harman menyebutkan bahwa produk hasil metabolisme
oksidatif yang sangat reaktif (radikal bebas) dapat bereaksi dengan berbagai
komponen penting selullar, termasuk protein, DNA dan lipid, dan menjadi
molekul-molekul yang tidak berfungsi namun bertahan lama dan mengganggu
fungsi sel lainnya. Teori radikal bebas menyatakan bahwa terdapat akumulasi
radikal bebas secara bertahap di dalam sel sejalan dengan waktu, dan bila
kadarnya melebihi konsentrasi ambang maka mereka mungkin berkontribusi pada
perubahan-perubahan yang seringkali dikaitkan dengan penuaan (Setiati,
Harimurti & Roosheroe, 2006).
2.3 Sikap
2.3.1 Pengertian sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.
Sikap adalah suatu pola periliku, tendensi dan kesiapaan emrisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situsai sosial atu situasi sederhana,
sikap adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan.
Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. (Notoatmodjo, 2003).
15
2.3.2 Tingkatan sikap
Berdasarkan intensitasnya, sikap di bedakan menjadi 4 tingkatan yaitu ;
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus
yang diberikan.
2) Menanggapi (responding)
Diartikan sebagai memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan
atau objek yang dihadapi.
3) Menghargai (valving)
Diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap objek atau
stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak
atau mempengaruhi orang lain merespons.
4) Bertanggung jawab ( resposibel )
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa
yang diyakininya. Sikap memiliki 3 komponen utama yaitu
1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, konsep terhadap suatu obyek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek.
3. Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen itu secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total Attitude) (Mubarak, 2007).
2.3.3 Ciri-ciri Sikap
Sikap mempunyai ciriciri sebagai sebagai berikut:
1) Sikap bukan dibawa orang sejak lahir, melainkan dibentuk atau di pelajari
sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan orang dengan obyeknya.
2) Sikap itu berubah-ubah , karena itu sikap dapat dipelajari dan dapat berubah
pada orang-orang bila terdapat keadan dan syarat tertentu.
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan terhadap suatu obyek
yang dapat dirumuskan secara jelas.
4) Obyek sikap dapat merupakan satu obyek tertentu, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal hal tersebut.
16
5) Sikap mempunyai segi dan perasaan. Sikap inilah yang membedakan dari
kecakapan atau pengetahuan yang dimilki seseorang. Sikap merupakan suatu
pandangan, retapi dalam hal ini masih berbeda dengan suatu pengetahuan
yang dimiliki orang itu. Pengetahuan mengenai suatu obyek baru menjadi
sikap apabila pengetahuan disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan
pengetahuan terhadap obyek itu. Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4
cara:
1. Adopsi kejadian atau peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama
kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi
terbentuknya suatu sikap.
2. Diferensiasi
Dengan berkembangnya itelegensi, bertambahnya pengalaman sejalan
bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang
dipandang tersendiri lepas sari jenisnya terdapat obyek tersebut dapat
terbentuk sikap tersendiri pula.
3. Integrasi pembentukan sikap disini terdapat secara bertahap, dimulai dengan
berbagai pengalaman yang berhubungan dengan saatu hal tertentu.
4. Trauma
Pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, yang meningggalkan kesan
mendalam pada jiwa seseorang bersangkutan. Pengalaman yang
traumatis dapat mnyebabklan terbentuknya sikap komponen.
2.3.4 Komponen Sikap
Komponen sikap dibagi tiga menurut Allport, 1054 dikutip Notoatmojo
(2003) yaitu
1) Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu obyek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to be have) ke tiga komponen ini secara
bersama membentuk sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan
emosi memegang peranan penting.
17
2.3.5 Struktur Sikap
Struktur sikap terdiri dari atas tiga komponen yang paling menunjang yaitu
komponen kognitif dan konatif(2001)
Komponen kognitif merupakan representatif apa yang dipercayai
seseorang mengenai apa yang benar dari suatu obyek sikap, sekali kepercayaan ini
ter bentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa
yang dapat diharapkan dari obyek tertentu. Tentu saja kepercayaan ini terbentuk
dikarenakan kurang atau tidak adanya informasi yang benar mengenai obyek
sikap yang dihadapi.
2.3.6 Pembentukkan Sikap
Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukkan sikap yaitu :
1) Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang dialami seseorang akan ikut membantu dan
mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial.
2) Pengaruh orang lain yang di anggap penting
Pada umunya individu cenderung untuk memiliki sikap konfrontasi atau
searah dengan orang lain yang dianggap penting.
3) Pengaruh kebudayaan
Seseorang hidup dan di besarkan dari suatu kebudayaan, dengan demikian
kebudayaan yang diikutinya mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan
sikap orang tersebut.
4) Media massa
Media massa membawa pesan – pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang, apabila sugesti itu cukup kuat maka akan memberi
dasar efektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
individu. Sehingga kedua lembaga ini mempunyai pengaruh dalam pembentukkan
sikap.
18
6) Pengaruh faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi
yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. ( Azwar, 2006 )
2.4 Osteoarthritis
2.4.1 Pengertian
Merupakan bentuk arthritis paling umum, yang menyebabkan perburukan
kartilago sendi (artikular) dan pembentukkan tulang baru di margin dan area
subkondral sendi. Degenerasi kronis tersebut, yang di sebabkan oleh keruskan
kondrosit, terjadi paling sering di sendi penyokong beban, khususnya pinggul
dan lutut (Stockslager & Schaeffer, 2008)
Osteoarthritis adalah sindroma klinik yang ditandai dengan adanya
kerusakan atau gangguan pada kartilago artikuler, tulang subkondral, permukaan
sendi, sinovium, dan jaringan paraartikuler, dengan karakteristik menipisnya
kartilago secara progressif, disertai dengan pembentukan tulang baru pada tepi
sendi (osteofit) dan trabekula subkondrial (Dewi, 2009).
Osteoarthritis merupakan tipe paling umum dari arthritis, dan di jumpai
khususnya pada lansia. Kadang-kadang kondisi ini juga disebut penyakit sendi
degeneratif (Dewi, 2009)
2.4.2 Faktor-Faktor Resiko Osteoartritis
Secara garis besar, faktor risiko timbulnya osteoarthritis yakni :
1) Umur
Dari semua factor resiko untuk timbulnya osteoarthritis factor ketuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan
beratambahnya umur. OA hampir tak pernah ada pada anak – anak, jarang pada
umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun.
2) Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan banyak sendi, dan lelaki lebih
sering terkena OA paha, pergelangan tangan,dan leher. Secara keseluruhan, di
bawah usia 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama antara laki-laki dan wanita,
19
tapi di atasusia 50 tahun (setelah menopause) Frekuensi OA lebih banyakpada
wanita dripada laki - laki. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenetis OA .
Perbedaan utama insidensi antara pria dan wanita tersebut terkait dengan
area yang dipengaruhi oleh osteoarthritis. Pada wanita, sendi yang sering
terkena osteoarthritis adalah sendi interphalangeal distal, sendi interphalangeal
proksimal, sendi carpometacarpal pertama, sendi metatarsophalangeal, pinggul
(pada usia 55-64 tahun), dan lutut (pada usia 65 – 74 tahun). Sedangkan pada
pria yang berusia 65 – 74 tahun, pinggul dan lutut lebih sering terkena
osteoarthritis daripada wanita. (Dewi, 2009).
3) Suku bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA terdapat perbedaan di
antara masing-masing suku bangsa. Hal ini berkaitan denganperbedaan cara
hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan
4) Genetik
Adanya mutasi dalam gen prokolagen 2 atau gen struktural lain untuk
unsur- unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe XI dan XII, protein
pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya
kecenderungan familial pada OA tertentu.
5) Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
OA pada wanita maupun pria. Peran metabolik dan hormonal pada kaitan
antara OA dan kegemukan juga disokong oleh adanya ikatan antara OA
dengan penyakit jantung koroner, diabetes melitus, dan hipertensi.
6) Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang di katakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat tak
membantu mengurangi benturan yang di terima oleh tulang rawan sendi.
Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
20
2.4.3 Tanda dan Gejala
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-
mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat.
Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran
sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi
dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,
antara lain:
1) Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan
tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan
gerakan yang lain.
2) Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3) Kaku Pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,
seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4) Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5) Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau
tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6) Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau
panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi
sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang
21
umumnya tua (lansia). Seorang pasien secara klinis disebut positif menderita
osteoarthritis bila memenuhi minimal 3 dari 6 kriteria menurut American College
of Rheumatology (ACR) yaitu sebagai berikut :
a) Usia lebih > 50 tahun
b) Kekakuan pada pagi hari < 30 menit
c) Krepitasi
d) Nyeri tekan pada tulang
e) Pembesaran tulang
f)Pada palpasi sekitar sendi tidak teraba hangat
Kriteria ini memiliki sensitivitas sebesar 95% dan spesifitas 69% (Dewi, 2009)
2.4.4 Patofisiologi
Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovia sendi yang terjadi multifaktoral
antara lain karena factor umur, stress mekanis, atau penggunaan sendi yang
berlebihan, defek anatomis, obesitas, genetic, humoral, dan faktor kebudayaan.
Jejas mekanis dan kimiawi ini di duga merupakan faktor penting yang
merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di
dalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi,
kerusakan kondrosit dan nyeri (Sudoyo, dkk, 2006)
Osteoarthritis terutama mempengaruhi kartilago, jaringan yang keras
tapi licin yang menutupi ujung-ujung tulang yang bertemu membentuk satu sendi.
Kartilago yang sehat memungkinkan tulang saling bergerak dengan luwes satu
sama lain. Kartilago juga mengabsorbsi energi dari guncangan akibat
perpindahan fisik, sedangkan pada osteoarthritis terjadi pengikisan kartilago.
Pada osteoarthritis, permukaan lapisan kartilago terkikis dan aus. Hal ini
menyebabkan tulang – tulang dibawah kartilago bergesekan satu sama lain,
menyebabkan nyeri, bengkak, dan keterbatasan gerak sendi. Beberapa waktu
kemudian, sendi bisa kehilangan bentuk normalnya. Juga terjadi 34 deposit
tulang kecil, yang disebut osteofit atau ” taji tulang”( bone spurs ), yang tumbuh
di tepi-tepi sendi. Kepingan tulang atau kartilago dapat patah atau mengambang
di dalam ruang sendi. Hal ini menyebabkan nyeri dan kerusakan lebih lanjut.
22
Pada oesteoarthritis, kartilago menjadi aus. Taji tumbuh keluar dari ujung
tulang, dan cairan sinovial meningkat. Kesemuanya menyebabkan sendi terasa
kaku dan sakit. Secara spesifik, Lozada (2008) menyatakan bahwa terjadinya
osteoarthritis dibagi dalam 3 tahap sebagi berikut :
1) Tahap – 1 : Terjadinya pemecahan proteolitik atas matriks kartilago. Hal
ini berpengaruh terhadap metabolisme kondrosit, yangmenyebabkan
terjadinya peningkatan produksi beberapa enzim, termasuk metalloproteinase
(seperti kollagenase, stromelisin) yang merusak matriks kartilago. Kondrosit
juga memproduksi inhibitor (penghambat) protease, termasuk Tissue
Inhibitors of Metalloproteinases (TIMP) 1 dan 2 tetapi jumlahnya tidak cukup
untuk menetralkan efek proteolitik tersebut.
2) Tahap – 2 : Tahap ini melibatkan fibrilasi dan erosi dari permukaankartilago,
yang kemudian melepaskan fragmen proteoglikan dan kollagen ke dalam
cairan sinovial.
3) Tahap – 3 : Produk – produk pemecahan kartilago menginduksi terjadinya
suatu respon inflamasi kronik dalam sinovium. Terjadilah produksi sitokin
makrofag sinovial, seperti interleukin 1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor –
Alpha ( TNF α ), dan metalloproteinase. Produk ini 35 dapat menyebar
kembali ke dalam kartilago dan merusak jaringan secara langsung dan
menstimulasi kondrosit memproduksi metalloproteinase lebih banyak lagi.
Molekul pro – inflamasi seperti Nitrit Oksida (NO), yang merupakan suatu
radiakal bebas inorganik dapat pula menjadi faktornya. Akhirnya, kondisi ini
mengubah arsitektur sendi, dan sebagai kompensasinya pertumbuhan
berlebihan dari tulang terjadi sebagai usaha menstabilkan sendi. Selama
arsitektur sendi berubah dan terjadi mekanis dan inflamasi lebih lanjut pada
permukaan sendi, perkembangan penyakit ini tidak dapat dikendalikan.
Sebagai akibatnya, penderita osteoarthritis biasanya mengeluh nyeri sendi
dan keterbatasan gerak. Osteoarthritis hanya mempengaruhi fungsi sendi
dan tidak mempengaruhi jaringan kulit, paru, mata, atau pembuluh darah. (
Dewi, 2009). Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi 2 yaitu
OA primer dan OA sekunder . OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu
OA yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan
23
penyakit sistemik maupun proses perubahan local pada sendi. OA sekunder
adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi,
metabolic, pertumbuhan, herediter, jejas makro dan mikro serta
immobilisasi yang terlalu lama. Oa primer lebih sering di temukan daripada
OA sekunder.
2.4.5 Dampak Osteoarthritis Terhadap penderita
Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-progresif,
OA mempunyai dampak sosioekonomikyang besar, baik di negara maju maupun
di negara berkembang Para penderita osteoarthritis biasanya mengalami nyeri dan
kekakuan sendi. Sendi-sendi yang paling umum dipengaruhi adalah sendi-
sendi dari ujung jari (dekat kuku), ibu jari, leher, pinggang, lutut, dan pinggul.
Pada beberapa orang, osteoarthritis berkembang dengan cepat dan pada
kebanyakan individu kerusakan sendi berkembang secara bertahap dan bertahun-
tahun. Pada beberapa orang, osteoarthritis relative ringan dan hanya sedikit
berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari, pada yang lainnya osteoarthritis
menyebabkan nyeri dan kecacatan yang signifikan. .(Soeroso, 2006).
2.5 Perawatan Osteoartrithis.
Tujuan dilakukannya perawatan osteoartritis diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Mengontrol nyeri.
2) Memperbaiki fungsi sendi.
3) Mempertahankan berat badan normal.
4) Mencapai suatu gaya hidup yang sehat.
Sedangkan untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan berbagai -
langkah yang akan diuraikan dibawah ini.
a) Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai
analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses
patologis
24
b) Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi
yang sakit. Rencana penanganan meliputi istirahat yang terjadwal secara
teratur. Penderita harus belajar untuk mengenali tanda – tanda tubuh, dan
tahu kapan harus berhenti atau mengurangi kegiatannya, hal ini akan
mencegah nyeri yang disebabkan karena penggunaan sendi berlebih.
Beberapa penderita menggunakan kruk untuk mengurangi tekanan pada sendi
yang nyeri. Bisa juga menggunakan spalk atau penyangga untuk memberikan
sokongan ekstra dan untuk menjaga pada posisi yang tepat selama beraktifitas.
c) Terapi non farmakologi
Penderita Osteoarthritis melakukan beberapa terapi non farmakologis untuk
meredakan nyeri yaitu :
1. Terapi panas dan dingin
Panas dapat diaplikasikan pada sejumlah cara yang berbeda, yaitu dengan
handuk hangat, kompres hangat, atau dengan mandi air hangat, untuk
meningkatkan aliran darah dan meredakan nyeri atau kekakuan.
2. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation ( TENS)
TENS merupakan suatu teknik menggunakan alat elektronik untuk
menghatarkan pulsus elektrik ringan ke akhiran saraf yang terletak di
bawah kulit di area yang sakit. TENS juga dapat meredakan nyeri arthritis.
Cara kerjanya dengan memblokir pesan nyeri yang menuju otak dan
dengan memodifikasi persepsi nyeri.
3. Pijat ( massage )
Pijatan yang lembut akan meningkatkan aliran darah dan membawa
kehangatan pada area yang tertekan.
d) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera.
e) Latihan
Riset menunjukkan bahwa latihan merupakan salah satu penanganan
osteoarthritis terbaik. Latihan dapat memperbaiki suasana hati dan harapan,
menurunkan nyeri, meningkatkan fleksibilitas, memperkuat jantung, dan
memperbaiki aliran darah, mempertahankan berat badan, dan meningkatkan
kesehatan jasmani secara umum.
25
f) Health education / Pendidikan Kesehatan
Edukasi dan penerangan agar pasien mengetahui sedikit seluk beluk tentang
penyakitnya, bagaimana menjaga agar penyakitnya tidak bertambah parah
serta fungsi persendiannya bisa dipertahankan.
g) Dukungan psikososial (Samsudin Kurnia Dewi.2009)
h) Pola makan sehat
Pola makan sehat untuk lansia harus memperhatikan tiga hal. Yakni,
(jumlah), kualitas (mutu), dan keanekaragaman. Jumlah menjadi masalah
penting karena kelebihan makan dapat memunculkan radikal bebas dalam
tubuh. Kelebihan juga bisa menyebabkan kegemukan, yang pada akhirnya
akan mengganggu fungsi organ tubuh. Kualitas makanan juga perlu
diperhatikan. Makanan yang bermutu mengandung gizi seimbang, seperti
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Asupan untuk lansia harus
memenuhi takaran karbohidrat sekitar 60 persen dari total sumber makanan
yang dikonsumsi dalam sehari.
Zat penghasil tenaga itu dapat diperoleh dari nasi, jagung, gandum,
tepung terigu, sagu, roti, bihun, kentang, pasta, ubi, dan singkong. Asupan
protein yang disarankan adalah 15-20 persen dari total kalori atau 40-75
gram per hari. Makanan sumber protein antara lain, kacang kedele beserta
olahannya (tempe, tahu, kembang tahu), kacang tanah, ikan (laut dan
tawar), ayam(tanpa kulit), serta daging sapi atau daging kerbau tanpa lemak.
Konsumsi lemak sebaiknya tidak 40 lebih dari 25 persen dari total kalori atau
50 gram per hari. Lemak bisa diperoleh dari bahan hewani atau nabati (minyak
goreng, mentega).Diperlukan pula asupan vitamin dan mineral untuk
meningkatkan daya tahan tubuh. Sumber vitamin dan mineral mencakup
semua buah dan sayuran berwarna. Bagi lansia, asupan buah dan sayur tidak
hanya penting untuk meningkatkan daya imun tubuh, tapi juga untuk
memenuhi kebutuhan serat. Serat penting untukmengatasi persoalan sembelit
yang biasa dialami lansia. Tidak boleh ketinggalan pula asupan air.
Konsumsi air bergantung pada ada tidaknya gangguan s aluran kemih dan
fungsi jantung. Jika masih baik, asupan 1,5 liter per hari sudah cukup
26
Berikut daftar makan sehat untuk lansia dengan osteoarthritis.
1. Sarapan tiap pagi
2. Kurangi atau hentikan asupan alkohol
3. Konsumsi vitamin B5 dan C untuk melindungi tubuh.
4. Kurangi kopi, teh, dan minuman bersoda
5. Makan dalam porsi kecil tapi sering
6. Hindari gula dan makanan manis
7. Konsumsi karbohidrat kompleks yang terdapat pada roti, gandum,
beras merah, dan sayuran.
8. Hindari atau kurangi merokok. ( Martini, 2009 )
Pasien yang mengalami ketidakmampuan berat atau nyeri yang tidak
terkontrol dapat menjalani pembedahan. Prosedur yang mungkin dilakukan
mencakup atroplasti parsial atau total, penggantian bagian sendi yang
rusak dengan penggunaan prostetik (umumnya pada penyakit panggul dan
lutut yang berat). Menjalani hidup sehat dan menikmati kesehatan yang
prima bisa dialakukan jika penderita mampu mengambil bagian dalam
perawatan diri mereka sendiri. Berikut adalah kebiasaan berharga yang
bisa dijalankan oleh penderita osteoarthritis yaitu :
a. Menjadi Terpelajar
Menjalani hidup sehat dengan osteoarthritis menuntut untuk
mempelajari sebanyak mungkin yang bisa diketahui tentang penyakit
ini. Terdapat 3 macam program yang membantu penderita osteoarthritis
mempelajari perawatan diri dan memperbaiki perilaku sehat yaitu
program edukasi, program management diri osteoarthritis, dan grup
dukungan terhadap penderita osteoarthritis.
b. Tetap aktif
Terdapat tiga tipe latihan yang penting dalam pengelolaan osteoarthritis
yaitu
(1) Tipe latihan pertama, latihan penguatan membantu
menjagaataumeningkatkan kekuatan otot. Otot yang kuat membantu
menyokongdan melindungi sendi-sendi yang terkena arthritis.
27
(2) Tipe kedua, latihan dalam kondisi aerobik, memperbaiki kesehatan
kardiovaskular, membantu mengontrol berat badan, dan memperbaiki
fungsi secara menyeluruh.
(3) Tipe ketiga, latihan lingkup gerak sendi, membantu mengurangi
kekakuan, dan mempertahankan atau meningkatkan gerakan sendi yang
tepat dan juga kelenturannya
c. Tidur yang cukup
Tidur malam yang berkualitas dan teratur dapat meminimalkan nyeri dan
membantu penderita melakukan koping dengan lebih baik terhadap
dampak penyakitnya. Penderita dapat memperbaiki tidurnya dengan
berlatih dengan cukup pada pagi hari, menghindari minuman yang
mengandung kaffein atau alkohol pada malam hari, menjaga ruang
tidurnya nyaman, dan mandi air hangat untuk merelaksasikan dan
meringankan otot – otot yang sakit pada waktu tidur.
d. Melakukan kegiatan yang menyenangkan
Beberapa kegiatan seperti olah raga, hobi, kerja sosial, dapat mengalihkan
pikiran dari nyeri.(Samsudin, Kurnia Dewi.2009)
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Keterangan
= Yang di teliti
= Yang tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang
Osteoarthritis terhadap Sikap Lansia Tentang Perawatan
Osteoarthritis di Posyandu Lansia Rw 04 Desa Girimulyo
Kecamatan Jogorogo Ngawi.
28
Perawatan osteoarthritis:
1. Medikamentosa
2. istirahatkan sendi
3. Terapi non farmakologi
4. Lingkungan yang aman
untuk penderita
5. Latihan
6. Dukungan psikososial
7. Pola makan sehat
Faktor yang Mempengaruhi
sikap
1) Pengalaman pribadi
2) Pengaruh orang
lain yang dianggap penting
3) Pengaruh Kebudayaan
4) Media Massa
5) Lembaga Pendidikan
6) Dan Pendidikan Agama
7) Emosional8.Pendidikan Kesehatan
Sikap lansia Terhadap Perawatan Osteoarthritis
Positif Negatif
29
3.2 Hipotesis
H1 : Ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Osteoarthritis Terhadap
Sikap Lansia tentang Perawatan Osteoarthritis Di Posyandu Lansia RW
04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
4.1.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan yaitu dari bulan Maret – Juli 2011
dimulai dari pengumpulan data sampai dengan penyusunan laporan hasil
penelitian.
4.1.2 Lokasi Penelitian
Sedangkan lokasi penelitian berada. Di Posyandu Lansia 04 Desa
Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi.
4.2 Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah pre experiment yaitu penelitian yang secara
khas meneliti mengenai keadaan praktis yang didalamnya tidak mungkin
mengontrol semua variable yang relevan (Panggabean,1996). Desain penelitian
yang digunakan ádalah one group pre test-post test design. Penggunaan desain
penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap sikap lansia. Dalam desain ini kepada unit percobaan dilakukan
perlakuan dengan dua kali pengukuran. Pengukuran pertama dilakukan sebelum
perlakuan diberikan, dan pengukuran ke dua dilakukan setelah perlakuan
dilaksanakan (Nazir, 2003)
O1 : Pretest pada kelompok perlakuan.
X : Perlakuan.
O2 : Posttest pada kelompok perlakuan.
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
30
O1 X O2
31
4.3 Kerangka Kerja
Semua lansia yang berada di RW 04 Desa Girimulyo dengan jumlah 121
Sebagian lansia di RW 04 dengan jumlah 32
Purposive sampling
One group pretest posttest
Kuesioner
Coding, scoring, tabulating, Wilcoxon Sign Rank Test
Gambar :4.2 Kerangka Kerja Pendidikan Kesehatan Osteorthritis terhadap sikap
Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis
Populasi
Pengumpulan data
Sampel
Pengolahan Data dan Analisis Data
Desain penelitian
Sampling
32
4.4 Populasi, Sampel dan Sampling
4.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti
(Notoatmojo, 2005). Yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah semua
Lansia yang berada di wilayah Rw 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo
Ngawi yang berjumlah 121 orang.
4.4.2 Sampel
Menurut Siswandari (2009: 5) “Sampel merupakan sebagian anggota
populasi”. Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 250) mengatakan bahwa sampel
adalah “Kelompok kecil yang secara nyata diteliti. Sedangkan menurut Suharsini
Arikunto (2006: 131) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.
Sampel adalah sebagian kecil yang diambil dari keseluruhan subyek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi. (Notoatmojo, 2005)
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian Lansia di RW 04 Desa Girimulyo
Kecamatan Jogorogo Ngawi dengan jumlah 32 responden dengan kriteria inklusi
dan eksklusi sebagai berikut :
1) Kriteria inklusi
a) Lansia yang mempunyai riwayat penyakit osteoarthritis dan masih aktif
mengontrol penyakitnya di posyandu lansia.
b) Usia 55-64 tahun lansia dini.
c) Bersedia menjadi responden.
d) Mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan sampai dengan selesai.
2) Kriteria eksklusi
a) Tidak mempunyai riwayat penyakit osteoarthritis.
b) Usia kurang dari 55 tahun dan lebih dari 70 tahun.
c) Tidak bersedia menjadi responden.
4.4.3 Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dan populasi untuk
dapat mewakili populasi (Nursalam, 2001)
33
Penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu penetapan sampel
dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti sehingga sampel tersebut mewakili karakteristik populasi yang telah
dikenal sebelumnya ( Nursalam dan Siti Pariani 2011).
4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu pengertian
tertentu (Soekidjo Notoatmodjo, 2002).
4.5.1 Variabel Independen
Variabel Independen adalah stimulus aktivitas yang dimanipulasi oleh
peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada dependen variabel
(Nursalam dan Pariani, 2001). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah pendidikan kesehatan tentang Osteoarthritis.
4.5.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah respon atau output. Sebagai variabel respon
variabel ini akan muncul sebagai akibat dari manipulasi suatu variabel-
variabel independent ( Nursalam dan Pariani, 2001 ). Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah sikap lansia tentang perawatan
Osteoarthritis.
4.5.3 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penjelasan dari semua variabel dan istilah yang
digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga mempermudah
pembaca dan penyaji dalam mengartikan penelitian (Nursalam, 2008).
Variabel Definisi Operasional
Parameter Alat Ukur Skala Skor
Variadel independent.Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah kegiatan pemberian penyuluhan kesehatan mengenai
1.Pengertian osteoarthritis2.Tanda dan gejala klinis. 3.Patofisiologi4.Faktor resiko terjadinya
osteoarthritis 5.Perawatan osteoarthritis
SAP dan leaflet
34
Variabel dependentSikap lansia tentang perawatan osteoarthritis
osteoarthritis
Respon lansia tentang perawatan osteoarthritis
Perawatan oeteoarthritis1. Aktivitas2. Pola makan sehat
Kuesioner Nominal Skala LikertPertanyaan No 1 - 10SS = 4S = 3TS = 2STS = 1Kemudian dihitung dengan menggunakan skor T. Sikap positif apabila T > mean data .Sikap negatif apabila t < data.
Tabel 4.1 Definisi Operasional
4.6 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian.
4.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Sumber data diperoleh dari responden melalui data primer. Data primer
diperoleh melalui teknik pengumpulan data melalui pendidikan kesehatan
(penyuluhan) dan kuesioner mengenai perawatan osteoarthritis. Pengumpulan data
dilakukan dengan sebelumnya memberikan informasi tentang gambaran isi
kuesioner kepada responden yang berisi 10 item pertanyaan tentang sikap
perawatan osteoarthritis. Pengisian kuesioner dilakukan oleh peneliti melalui
wawancara sebelum diberikan tindakan pendidikan kesehatan, kemudian setelah
diberikan tindakan pendidikan kesehatan diambil pengumpulan data kembali
melalui kuesioner yang berisi 10 item pertanyaan. Pengisian kuesioner dilakukan
oleh peneliti melalui wawancara, untuk mengetahui akibat dari tindakan
pendidikan kesehatan.
4.6.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
35
dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah.
(Arikunto, 2006: 160) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Instrumen Pendidikan Kesehatan.
Dalam pemberian pendidikan kesehatan, peneliti menggunakan instrumen
berupa SAP dan leaflet yang berisi pembahasan mengenai oasteoarthritis
mulai dari pengertian hingga perawatan osteoarthritis.
2) Sikap Perawatan Osteoarthritis
Instrumen yang di gunakan untuk mengukur variabel sikap perawatan
osteoarthritis yaitu kuesioner tertutup yang berisi 10 item pertanyaan tertutup.
Pertanyaan disusun dengan skala bertingkat atau skala likert dengan nilai
berkisar 1 – 4. Sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju
diberi skor 2, sangat tidak setuju diberi skor 1.
Adapun kisi-kisi kuesioner adalah sebagai berikut :
No Variable Soal
1 Aktivitas 1,2,3,4,5
2 Pola makan 6,7,8,9,10
Tabel 4.2 Kisi-Kisi Kuesioner Sikap
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
4.7.1 Uji Validitas Sikap
Validitas atau kesahihan instrument berkaitan dengan kesesuaian dan
kecermatan fungsi dari alat ukur yang digunakan. Suharsimi Arikunto (2006)
mengemukakan bahwa yang dimaksud “Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen”.
Sedangkan Duwi Priyatno (2010) menyatakan “Validitas adalah ketepatan atau
kecermatan suatu instrument dalam mengukur apa yang ingin diukur”. Suatu
instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang
kurang valid mempunyai validitas rendah.
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan uji validitas konstruk,
yaitu adalah sejauh mana tes tersebut mengukur konstruk atau trait (kemampuan)
yang dimaksudkan untuk diukur.Validitas konstruk ini digunakan bila kita
sangsikan apakah gejala yang dites hanya mengandung lebih dari satu dimensi,
36
maka validitas tes itu dapat diragukan. Keuntungan validitas konstruk ini ialah
bahwa kita mengetahui komponen-komponen sikap atau sifat yang diukur dengan
tes itu. Untuk pengujiannya menggunakan bantuan komputer dengan software
SPSS versi 18.0. Hasil uji validitas dikatakan valid apabila nilai probabilitasnya
lebih kecil dari 0,05 dan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 menunjukkan
bahwa item pernyataan tersebut tidak valid. Adapun rumus teknik korelasi yang
digunakan adalah Pearson’s Correlation Product Moment Rumus yang digunakan
untuk uji validitas butir angket adalah rumus koefisien product moment Karl
Pearson :
Pada instrument sikap perawatan osteoarthritis dengan skala data
nominal menggunakan skala likert dengan skor tertinggi adalah 4 maka validitas
instrument dianalisis dengan menggunakan korelasi product momment dengan
rumus :
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi x dan y
x = skor pertanyaan no 1
y = skor total pertanyaan
x y = skor pertanyaan no 1 di kali skor total.
N =Banyaknya responden dalam penelitian
Instrumen dikatakan valid apabila perhitungan rxy ( r hit ) yang
dibandingkan dengan besarnya r tabel pada alpha 5 % dengan jumlah n ( jumlah
data ) hasil lebih besar. ( r hit > r tabel). ( Riwidikdo, 2006 ). Uji validitas ini
dilakukan pada 22 lansia selain RW 04, yaitu pada RW 01.
Hasil uji validitas akan disajikan sebagai berikut:
no R hitung R tabel keputusan Keterangan
1 .0,661** 0,423 valid Pakai
2 .0,746** 0,423 valid Pakai
3 0,547** 0,423 valid Pakai
37
4 0.704** 0,423 valid Pakai
5 0.889** 0,423 valid Pakai
6 0,766** 0,423 valid Pakai
7 0,854** 0,423 valid Pakai
8 0,825** 0,423 valid Pakai
9 0,673** 0,423 valid Pakai
10 0,677** 0,423 valid Pakai
Tabel 4.3 Uji validitas
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa instrumen variabel sikap lansia
tentang perawatan osteoarthritis sebanyak 10 item pertanyaan dinyatakan valid
4.7.2 Uji Reliabilitas
Suatu instrumen dapat dipercaya karena konsisten sebagai alat pengumpul
data. Untuk itu suatu item yang valid dilakukan uji reliabilitas. Menurut Suharsimi
Arikunto (2006: 178), “Reabilitas adalah ketetapan suatu test apabila ditestkan
pada subyek yang sama”. uji reliabilitas ini dilakukan pada tanggal 13-06-2011
dengan sample 22 lansia selain RW 04 yaitu pada RW 01. Untuk mengukur
reliabilitas alat pengukuran yang digunakan adalah rumus Alpha Cronbach .
Adapun rumus tersebut adalah:
Keterangan :
: Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan atau soal
: Jumlah varians butir
: Varians total
Langkah selanjtnya adalah mengkonsultasikan dengan tabel r. Hasil
perbandingan antara r11 dan r1 kemudian diambil kesimpulan sebagai berikut :
38
a. Jika r11 > r1, maka angket yang diujikan reliabel.
b. Jika r11 < r1, maka angket yang diujikan tidak reliabel.
Semakin tinggi koefisien alpha, berarti semakin baik pengukuran suatu
instrumen. Uji realibilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer
dengan software SPPS 18.0 for windows . Untuk pengujian biasanya mengunakan
batasan tertentu Menurut Sekaran dalam buku Duwi Pritanto (2010: 98)
menyatakan ”reabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat
diterima dan diatas 0,8 adalah baik”.
Hasil uji validitas akan disajikan sbagai berikut:
Tabel 4. Uji Reliabilitas Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.906 10
Tabel 4.4 Uji Reliabilitas
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa variabel penelitian (yang diukur
secara konstruk) memiliki nilai alpha > 0,6. Dengan demikian variabel tersebut
dinyatakan reliable
4.8 Pengolahan dan Analisis Data
4.8.1 Pengolahan data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan,
editing, coding, scoring, dan tabulating.
1) Editing
Editing adalah suatu kegitan yang bertujuan untuk meneliti kembali apakah
isian pada lembar pengumpulan sudah cukup baik sebagai upaya menjaga
kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut (Moh. Nasir, 2005).
2) Coding
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut kriteria
tertentu. Klasifikasi pada umumnya ditandai dengan kode tertentu yang
biasanya berupa angka (Moh. Nasir, 2005)
3) Skoring
39
Skoring adalah menghitung skor atau nilai dari masing-masing variabel.
4) Tabulating
Tabulating adalah penyusunan data data dalam bentuk tabel(Moh. Nasir,
2005). Kemudian dilanjutkan dengan menghitung skor T untuk mengetahui
sikap apakah negatif atau positif.
T=50+10.( x – x )
S
x = adalah skor responden
x = nilai rata rata kelompok
S = standart deviasi ( simpangan baku )( Azwar, 2005 )
untuk mengetahui sikap positif favourable atau negatif unvafourable dilakukan
denga membandingkan skor T dengan mean T.
Bila mean T > T maka termasuk unfavourable
Bila mean T < T maka favourable.(Azwar S, 2002)
4.8.2 Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data terkumpul (Sugiono, 2006). Data yang telah terkumpul kemudian
diolah meliputi identifikasi masalah penelitian dengan Wilcoxon Rank Sign Test
dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Z = hasil uji Wilcoxon
T = total jenjang (selisih) terkecil antara nilai pre dan post test
n = jumlah sampel
(Riwidikdo, 2007, p. 70)
Dengan signifikansi α ≤ 0,05. Bila hasil perhitungan ≤ 0,05 berarti Ho ditolak dan
hipotesis diterima.
T - n ( n + 1 4
√n (n + 1)(2n + 1) 24
Z =
40
4.8.3 Etika penelitian
Masalah etik dalam penelitian yang menggunakan subyek manusia
menjadi issue sentral yang berkembang saat ini. Pada penelitian keperawatan
hampir 90 % subyek yang digunakan adalah manusia, maka penelitian harus
memahami prinsip- prinsip etika penelitian. (Nursalam 2003)
Persetujuan dan kerahasiaan respodhal utama adalah yang perlu
diperhatikan. Oleh karena itu peneliti sebelum melakukan penelitian terlebih
dahulu mengajuka pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam
penelitian, agar tidak terjadi pelanggaran terhadap hak-hak otonomi manusia yang
kebetulan menjadi subyek peneltian.
4.8.4 Inform Consent( Persetujuan )
Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden atau subyek
sebelum dilaksanakan dengan maksud supaya responden mengetahui tujuan
penelitian, jika subyek bersedia diteliti harus menandatangani lembar persetujuan
tersebut, tetapi jika tidak tersedia maka peneliti harus tetap menghormati hak
responden.
4.8.5 Anonimity (Tanpa Nama)
Nama tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data, untuk
mengetahui keikut sertaan responden, peneliti menuliskan nomor dan kode pada
masing-masing lembar pengumpulan data.
4.8.6 Confidentiality(Kerahasiaan)
Informasi yang telah dikumpulkan dari sbyek dijamin kerahasiaanya dari
peneliti, hanya saja yang akan dilaporkan atau disajikan pada hasil penelitian.
41
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian.
Dalam bab ini akan duraikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan data
kuisioner sikap lansia tenang perawatan osteoarthritis di Posyandu Lansia RW 04
desa Girimulyo Kecamaan Jogorogo Ngawi yang dilaksanakan pada tanggal 19 -
06-2011
Data yang diperoleh akan disajikan daln bentuk table dan narasi. pada
penyajian data hasil akan ditampilkan dalam 2 bagian yaitu 1)data umum, 2 data
khusus. Data umum menampilkan karakterisik responden yaitu umur, jenis
kelamin, pendidikan, dan sumber informasi. 2) Data khusus, meliputi identifikasi
sikap lansia sebelum diadakan perlakuan, identifikasi setelah dilakukan perlakuan,
dan analisis pengaruh pendidikan osteoarthritis terhadap sikap lansia tentang
perawatan osteoarthritis.
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.
Posyandu lansia terletak di RW 04 desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo
Kabupten Ngawi. Posyandu lansia merupakan wilayah kerja puskesmas jogorogo
dengan batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah barat Gunung lawu
2. Sebelah utara desa Kletekan
3. Sebelah selatan desa Ngrayudan
4. Sebelah timur desa Jaten
Sedangkan pemilik rumah sekaligus pengelola posyandu lansia ini adalah
bapak Rohmat yang kebetulah beliau seorang kamituwo RW 01, RW02, RW03,
RW, 04.
41
42
5.1.2 Data Umum
Data yang menyangkut karakteristik responden akan diuraikan sebagai berikut
1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Posyandu Lansia Desa Girimulyo
pada tanggal 19 Juni 2011
No Umur Frekwensi Persen1 55-57 7 21,88%2 58-61 10 31,25%3 62-64 15 46,88%
Jumlah 32 100%Table 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Data yang didaptkan adalah sebagian besar (46,88%) atau 15 responden
berusia 62-64.
2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Posyandu Lansia Desa
Girimulyo pada tanggal 19 Juni 2011
No Jenis kelamin Frekwensi Persen1 Laki laki 15 45,88%2 Perempun 17 53,13%
Jumlah 32 100%Table 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Data yang dididapatkan adalah sebagian besar (53%) atau 17 berjenis
kelamin perempuan.
3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Posyandu Lansia Desa
Girimulyo pada tanggal 19 Juni 2011
No Pendidikan Frekwensi Persen1 SD 10 31,25%2 SMP 19 59,38%3 SMA 3 9,38%4 PTN 0 0,00%
32 100%Table 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Data yang didapatkan adalah sebagian besar 59,38% atau 19 responden
berpendidikan SD.
43
4. Disstribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Kesehatan di Posyandu
Lansia Desa Girimulyo pada tanggal 19 Juni 2011
No Sumber informasi Frekwensi Persen1 Petugas Kesehatan 7 24%2 Televisi 16 50%3 Keluarga 9 265
32 100%Table 5.4 Distribusi responden Berdasarkan Sumber Informasi
Data yang dididapatkan hampir separuh (50%) atau 16 orang mendapatkan
sumber informasi dari televisi.
5.1.3 Data Khusus
Pada bagian ini akan dibahas mengenai Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Tentang Osteoarthritis Terhadap Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis
Di Posyandu Lansia Rw 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Kabupten
Ngawi.
1. Distribusi responden berdasarkan Sikap Pretest di posyandu Lansia Desa
Girimulyo pada tanggal 19 Juni 2011
No Kategori sikap PretestFrekwensi Persentase
1 Positif 11 34%2 Negative 21 66%
32 100%Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan sikap Pretest
Data yang didapatkan dari tabel diatas adalah sebagian besar (66%) atau
21 responden memiliki sikap negatif.
2. Distribusi responden berdasarkan Sikap Posttest di posyandu Lansia Desa
Girimulyo pada tanggal 19 Juni 2011
No Kategori sikap PosttestFrekwensi Persentase
1 Positif 22 69%2 Negative 10 31%
32 100%Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Posttest.
Data yang dididapatkan adalah sebagian besar (69%) atau 22 responden
mempunyai sikap positif.
44
5. Tabulasi Data Sikap Pretes Postest dan hasil Uji Analisis di posyandu Lansia Desa Girimulyo pada tanggal 19 Juni 2011
No Kategori sikap Pretest Postest
Frekwensi Persentase Frekwensi Persentase
1 Positif 11 66% 22 69%
2 Negative 22 34% 10 31%
32 100% 32 100%
Tabel 5.7 Tabulasi Responden Berdasarkan sikap Pretest dan Postest
Data yang dididapatkan dari tabel diatas adalah diketahui bahwa setelah
dilakukan postes maka didapatkan hasil (69%) atau sebesar 22 responden
memeliki sikap positif.
Dari hasil analisa data dengan menggunakan uji wilcoxon Rank sign Test
didapatkan P ( signifikansi ) sebesar 0,000. sehingga Hipotesis / Hi diterima
karena nilai :P < 0,05. jadi ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
perubahan sikap lansia tentang perawatan osteoarthritis di RW 04 desa Girimulyo
Kecamatan Jogorogo kabupaten Ngawi.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pendidikan Kesehatan Tentang Osteoatritis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
pendidikan tentan oateoarthritis terhadap sikap lansia tentang perawatan
osteoarthritis. hasil ini ditunjukkan dengan menggunakan uji statistik wilcoxon
bahwa sig.p lebih kecil dari 5% (0,00<0,05).
Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan metode ceramah dan
menggunakan leafeat sebagai media ini ternyata efektif dalam merubah sikap
lansia. Pendidikan kesehatan dalam penelitian ini berusaha memberikan informasi
mengenai perawatn laosteoarthritis pada lansia agar para lansia memiliki sikap
yang positif untuk melakukan pearawatan osteoarthritis secara mandiri.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh noto atmojdjo(2005)
yang menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran
masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk
memelihara (mengatasi masalah-masalah) danmeningkatkan kesehatannya.
45
Perubahan atau tindakanpemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan
oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan padapengetahuan dan kesadarannya
melalui proses pembelajaran. Sehinggaperilaku tersebut diharapkan akan
berlangsung lama (long lasting) dan menetap (langgeng) karena didasarkan atas
kesadaran (Notoatmodjo,2005)
5.2.2 Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis
1) Sikap Sebelum Dilakukannya Pendidikan Tentang Osteoarthritis
Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap pretes menunjukkan
bahwa sebagian besar (66%) atau 21 orang dan memiliki sikap negatif dan sebagia
kecil (34%) atau 11 orang memiliki sikap positif. Selain itu hampir separuh (50%)
atau 16 orang mendapatkan sumber informasi dari televisi.
Dari hasil diatas menunjukkan sebagian besar lansia belum memiliki sikap
yang positif terhadap masalah kesehatannya, lansia belum memiliki kesadaran dan
tanggung jawab dalam melakukan perawatan oateoarthritis. Dikarenakan masih
ada lansia yang mendapatkan informasi kesehatan bukan dari tenaga kesehatan
melainkan dari orang yang dianggap penting yaitu keluarga.
Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh mubarok yang mengungkapkan
bahwa Sikap memiliki 3 komponen utama yaitu
a) Kepercayaan atau keyakinan, ide, konsep terhadap suatu obyek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek.
c. Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen itu secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh(total
Attitude) (Mubarak, 2007). selain itu salah satu faktor Pengaruh orang lain yang
di anggap penting Pada umunya individu cenderung untuk memiliki sikap
konfrontasi atau searah dengan orang lain yang dianggap penting. ( Azwar, 2006 )
2) Sikap setelah dilakukan pendidikan tentang Osteoarthritis
Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap pretes menunjukkan
bahwa sebagian besar (69%) atau 22 orang dan memiliki sikap Positif dan
sebagian kecil (31%) atau 10 orang memiliki sikap negatif.
46
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, lansia sudah memiliki sikap yang
positif dan tanggung jawab terhadap masalah kesehatannya, dimana sebagian
besar sikap lansia memiliki sikap yang positif. Selain itu lansia dapat
merencanakan perawatan apa saja yang akan dilakukukan.
Pernyataan tersebut diatas sesuai dengan apa yang disampaikan Newcom
seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dad bukan pelaksanaan motif
tertentu(Notoatmodjo,2005)
3) Analisis Pengaruh Pendidikan Osteoarthritis Terhadap Sikap Lansia
Tentang Perawatan Oateoarthritis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
pendidikan kesehatan tentang terhadap sikap lansia tentang osteoarthritis. Data
tersebut diketahui setelah dilakukan dua kali pengukuran yaitu sebelum dilakukan
pendidikan dan setelah dilakukan pendidikan, kemudian diolah menggunakan uji
statistik wilxoxon sign rank tes dengan hasil Sig. plebih kecil dari 5%
(0,00<0,005).
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan ternyata bisa memberikan dampak
sikap yang positif. Edukasi dalam hal ini pendidikan kesehatan merupakan cara
yang murah dan efektif. dengan harapan para lansia bisa mengambil sikap tentang
perawatan osteoarthritis dimasa mendatang dangan baik dan benar. Kemudian dari
data umum yaitu perbedaan umur, jenis kelamin, dan pendidikan tidak bisa
menunjukkan bahwa hal tersebut akan mempengaruhi sikap lansia tentang
perawatan oseoarthritis baik sikap positif maupun negatif.
Hal itu juga disampaikan oleh para Notoatmodjo bahwa Pendidikan
kesehatan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan
kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di bidang kesehatan. Dilihat
dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pendidikan praktis atau
praktek pendidikan, oleh sebab itu konsep pendidikan kesehatan adalah konsep
47
pendidikan yang diaplikasikan pada bidang kesehatan. Konsep dasar pendidikan
adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa,
lebih baik dan lebih matang pada dari individu, kelompok dan masyarakat
( Notoatmodjo,2005).
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Osteoarthritis
Terhadap Sikap Lansia Tentang Osteoarthritis Didi Posyandu Lansia Rw 04 Desa
Girimulyo Kecamatan Jogorogo Kabupaten Ngawi, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis Sebelum Dilakukan
Pendidikan Kesehatan Tentang Osteoarthritis adalah negatif.
2. Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis setelah Dilakukan
Pendidikan Kesehatan Tentang Osteoarthritis adalah positif .
3. Adanya pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Osteoarthritis terhadap
Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis.
6.2 Saran
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan ilmu
asuhan keperawatan lansia di puskesmas Jogorogo.
2. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta
kajian untuk penelitian lebih lanjut mengenai Osteoarthritis pada lansia.
3. Agar Penelitian ini digunakan untuk mengubah sikap masyarakat
( khususnya lansia) di RW 04 Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo Ngawi,
dalam melakukan perawatan Osteoarthritis, sehingga lansia dapat hidup
produktif dan menikmati hidup di masa tua nya.
4. Agar Penelitian ini dimanfaatkan bagi tenaga kesehatan dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya terhadap Lansia.
48
DAFTAR PUSTAKA
Azwar S.(2002) Penyusunan Skala Psikologis.Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Yokyakarta: IKIP.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revisi. Yokyakarta: IKIP.
Brunnerr & Suddartha, (1996). Buku ajar keperawatan medikal bedah , Vol
2.,Edisi 8 .,Jakarta:EGC
Dr Samsuduin Dewi S ( 2009) Osteoarthritis Diagnosis, Penanganan dan
perawatan di Rumah, Fitramaya : Yogyakarta.
Isbagio, Harry,2006; Osteoarthritis Dan Osteoporosis Sebagai Masalah Muskulo
Skeletal Utama Warga Usia Lanjut Di Abad 21;http;//www.majalah-
farmacia.com/Rubrik Diakes Tangal 24 Mei 2011
Notoatmodjo, Soekidjo. 1997. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta
Nugroho,w.2000.Keperawatan Geriatric edisi 2. Jakarta ;EGC
Nursalam. 2002. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto
Nursalam & siti pariani, (2001) Pendekatan Praktis Metodologi Riset
Keperawatan. Jakarta Agung Seto.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrument Penelitian
Keperawatan.edisi pertama Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmojo,soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta:
cv agung seto.
Stockslager & Schaeffer (2008), Buku saku asuhan keperawatan Geriatrik .
EGC : Jakarta
Sudoyo,dkk ( 2006 ) Ilmu penyakit Dalam Jilid 2, EGC : Jakarta.
Siswandari. (2009). Statistika Computer Based. Surakarta : UNS Press.
Sigiyono. 2006. Metode Peelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Media Kom.
Stockslager & Schaeffer (2008), Buku saku asuhan keperawatan Geriatrik : EGC:
Jakarta
Sudoyo,dkk ( 2006 ) Ilmu penyakit Dalam Jilid 2, EGC : Jakarta.
LAMPIRAN 1
SATUAN ACARA
PENYULUHAN PERAWATAN OSTEOARTHRITIS
Topik Kegiatan : Penyuluhan kesehatan perawatan osteoarthritis
Sasaran : Lansia di Posyandu Lansia Desa Girimulyo RW 04
Kecamatan Jogorogo Ngawi
Target : Lansia di Posyandu Lansia Desa Girimulyo RW 04
Kecamatan Jogorogo Ngawi
Hari/tanggal : Kamis, 19-06-2011
Waktu : Pukul 09.00 - 10.00 WIB
Tempat : Posyandu Lansia Desa Girimulyo RW 04 Kecamatan
Jogorogo Ngawi
I. Latar Belakang
Lansia di RW 04 tercatat 121 orang, 32 diantaranya terdiagnosis
mengalami osteoarthritis. Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan 8 dari
10 orang lansia belum mengetahui tentang osteoarthritis maupun perawatannya,
sehingga menunjukkan sikap yang kurang mendukung dalam perawatan
osteoarthritis.
II. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 45 menit diharapkan
lansia dapat memahami perawatan osteoarthritis.
III. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan mengenai perawatan
osteoarthritis diharapkan lansia dapat menjelaskan :
1. Pengertian Osteoarthritis
2. Faktor – faktor resiko osteoarthritis.
3. Tanda dan gejala osteoarthritis
4. Serta mampu melakukan perawatan osteoarthritis
IV. Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan Kegiatan Penyuluhan
1. Pokok Bahasan : Penyluhan perawatan Osteoarthritis
2. Subpokok bahasan :
a. Pengertian Osteoarthritis
b. Faktor – faktor resiko osteoarthritis
c. tanda dan gejala osteoarthritis
d. Perawatan osteoarthritis
3. KEGIATAN PENYULUHAN
NO KEGIATANPENYULUHAN
WAKTU KEGIATAN LANSIA
1. Pendahuluan
Memberi salam
Perkenalan diri
Menyampaikan tujuanpenyuluhan
5 menit • Menjawab salam
• Mendengarkan
• Mendengarkan
2. Kegiatan inti
Menjelaskan pengertian
osteoarthritis
Menjelaskan factor-faktor
resiko terjadinya osteoarthritis
Menjelaskan patofisiologi
Menjelaskan tanda dan gejala
klinis.
Menjelaskan hal- hal yang
harus dilakukan dalam
perawatan osteoarthritis
Memberi kesempatan pada
peserta untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan yang
berkaitan.
30 menit Mendengar
penjelasan
Mengajukan
pertanyaan
terhadap
beberapa hal
yang kurang
jelas
3. Penutup
Menjelaskan kembali hal – hal
yang belum jelas.
Menyimpulkan penjelasan yang
telah disampaikan
Menutup acara
Mengucapkan salam
10 menit Mendengarkan
V. Metode
- Ceramah
- Diskusi
VI. Materi
VII. ( Terlampir)
VIII. Evaluasi
A. Formatif
1) Klien hadir ditempat penyuluhan
2) Klien antusias terhadap penyuluhan yang diberikan
3) Klien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
B. Sumatif
Klien mengetahui tentang pengertian penyakit osteoarthritis, gejala dan
tanda penyakit tersebut, penyebab penyakit, pencegahan serta perawatan
osteoarthritis
MATERI PENYULUHAN
OSTEOARTRITIS PADA LANSIA
A. Pengertian
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana
terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan
deNgan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang
menanggung beban. Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas,
pembesaran sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi
besar. Seringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang
berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi
lainnya.
B. Penyebab (Etiologi)
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan
adalah yang terkuat.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-
laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih
sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahun (setelah
menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria.
Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku
bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
4. Genetik
5. Kegemukan dan penyakit metabolik Berat badan yang berlebih, nyata
berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik
pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan
dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi
juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Oleh
karena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena
meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit)
yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga
yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko
osteoartritis yang lebih tinggi.
7. Kelainan pertumbuhanKelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah
dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.
8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih
padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima
oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih
mudah robek.
C. Patofisiologi
Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovia sendi yang terjadi multifaktoral
antara lain karena factor umur, stress mekanis, atau penggunaan sendi yang
berlebihan, defek anatomis, obesitas, genetic, humoral, dan faktor kebudayaan.
Jejas mekanis dan kimiawi ini di duga merupakan faktor penting yang
merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di
dalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi,
kerusakan kondrosit dan nyeri (Sudoyo, dkk, 2006)
Osteoarthritis terutama mempengaruhi kartilago,jaringan yang keras
tapi licin yang menutupi ujung-ujung tulang yang bertemu membentuk satu
sendi. Kartilago yang sehat memungkinkan tulang saling bergerak dengan luwes
satu sama lain. Kartilago juga mengabsorbsi energi dari guncangan akibat
perpindahan fisik, sedangkan pada osteoarthritis terjadi pengikisan kartilago. Pada
osteoarthritis, permukaan lapisan kartilago terkikis dan aus. Hal ini
menyebabkan tulang – tulang dibawah kartilago bergesekan satu sama lain,
menyebabkan nyeri, bengkak, dan keterbatasan gerak sendi. Beberapa
waktukemudian, sendi bisa kehilangan bentuk normalnya. Juga terjadi deposit
tulang kecil, yang disebut osteofit atau ” taji tulang”( bone spurs ), yang
tumbuh di tepi-tepi sendi. Kepingan tulang atau kartilago dapat patah atau
mengambang di dalam ruang sendi. Hal ini menyebabkan nyeri dan kerusakan
lebih lanjut.
Pada oesteoarthritis, kartilago menjadi aus. Taji tumbuh keluar dari ujung
tulang, dan cairan sinovial meningkat. Kesemuanya menyebabkan sendi terasa
kaku dan sakit. Secara spesifik, Lozada (2008) menyatakan bahwa terjadinya
osteoarthritis dibagi dalam 3 tahap sebagi berikut :
1) Tahap – 1 : Terjadinya pemecahan proteolitik atas matriks kartilago. Hal
ini berpengaruh terhadap metabolisme kondrosit, yang menyebabkan
terjadinya peningkatan produksi beberapa enzim, termasuk
metalloproteinase (seperti kollagenase, stromelisin) yang merusak
matriks kartilago. Kondrosit juga memproduksi inhibitor (penghambat)
protease, termasuk Tissue Inhibitors of Metalloproteinases (TIMP) 1
dan 2 tetapi jumlahnya tidak cukup untukmenetralkan efek proteolitik
tersebut.
2) Tahap – 2 : Tahap ini melibatkan fibrilasi dan erosi dari permukaan
kartilago, yang kemudian melepaskan fragmen proteoglikan dan
kollagen ke dalam cairan sinovial.
3) Tahap – 3 : Produk – produk pemecahan kartilago menginduksi
terjadinya suatu respon inflamasi kronik dalam sinovium. Terjadilah
produksi sitokin makrofag sinovial, seperti interleukin 1 (IL-1), Tumor
Necrosis Factor – Alpha ( TNF α ), dan metalloproteinase. Produk
ini dapat menyebar kembali ke dalam kartilago dan merusak jaringan
secara langsung dan menstimulasi kondrosit memproduksi
metalloproteinase lebih banyak lagi. Molekul pro – inflamasi seperti
Nitrit Oksida (NO), yang merupakan suatu radiakal bebas inorganik
dapat pula menjadi faktornya. Akhirnya, kondisi ini mengubah arsitektur
sendi, dan sebagai kompensasinya pertumbuhan berlebihan dari tulang
terjadi sebagai usaha menstabilkan sendi. Selama arsitektur sendi
berubah dan terjadi mekanis dan inflamasi lebih lanjut pada permukaan
sendi, perkembangan penyakit ini tidak dapat dikendalikan. Sebagai
akibatnya, penderita osteoarthritis biasanya mengeluh nyeri sendi dan
keterbatasan gerak. Osteoarthritis hanya mempengaruhi fungsi sendi
dan tidak mempengaruhi jaringan kulit, paru, mata, atau pembuluh
darah. ( Dewi, 2009)
D. Manifestasi klinik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.
Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan
istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi. Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak
menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis,
terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna
kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih
dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,
seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau
tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau
panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan
gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar
untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
E. Perawatan Osteoartrithis.
Penanganan Osteoarthritis memiliki 4 tujuan yaitu :
a) Mengontrol nyeri
b) Memperbaiki fungsi sendi
c) Mempertahankan berat badan normal
d) Mencapai suatu gaya hidup yang sehat
Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan pendekatan melalui :
Latihan, pengontrolan berat badan, mengistirahatkan dan mengurangi tekanan
pada sendi, teknik – teknik meredakan nyeri tanpa obat, pengobatan
mengontrol nyeri, pembedahan, terapi komplementer dan alternatif serta edukasi.
( Dewi, 2009 )
1) Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya
sebagai analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu
menghentikan proses patologis
2) Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit. Rencana penanganan meliputi istirahat yang terjadwal
secara teratur. Penderita harus belajar untuk mengenali tanda – tanda
tubuh, dan tahu kapan harus berhenti atau mengurangi kegiatannya,
hal ini akan mencegah nyeri yang disebabkan karena penggunaan sendi
berlebih. Beberapa penderita menggunakan kruk untuk mengurangi
tekanan pada sendi yang nyeri. Bisa juga menggunakan spalk atau
penyangga untuk memberikan sokongan ekstra dan untuk menjaga pada
posisi yang tepat selama beraktifitas.
3) Terapi non farmakologi
Penderita Osteoarthritis melakukan beberapa terapi non farmakologis
untuk meredakan nyeri yaitu :
a) Terapi panas dan dingin
Panas dapat diaplikasikan pada sejumlah cara yang berbeda, yaitu
dengan handuk hangat, kompres hangat, atau dengan mandi air
hangat, untuk meningkatkan aliran darah dan meredakan nyeri atau
kekakuan.
b) Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation ( TENS)
TENS merupakan suatu teknik menggunakan alat elektronik untuk
menghatarkan pulsus elektrik ringan ke akhiran saraf yang terletak
di bawah kulit di area yang sakit. TENS juga dapat meredakan nyeri
arthritis. Cara kerjanya dengan memblokir pesan nyeri yang menuju
otak dan dengan memodifikasi persepsi nyeri.
c) Pijat ( massage )
Pijatan yang lembut akan meningkatkan aliran darah dan membawa
kehangatan pada area yang tertekan.
4) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
5) Latihan
Riset menunjukkan bahwa latihan merupakan salah satu penanganan
osteoarthritis terbaik. Latihan dapat memperbaiki suasana hati dan
harapan, menurunkan nyeri, meningkatkan fleksibilitas, memperkuat
jantung, dan memperbaiki aliran darah, mempertahankan berat badan,
dan meningkatkan kesehatan jasmani secara umum.
6) Edukasi
Edukasi dan penerangan agar pasien mengetahui sedikit seluk beluk
tentang penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak
bertambah parah serta persendiannya tetap dapat di pakai
7) Dukungan psikososial
8) Pola makan sehat
Pola makan sehat untuk lansia harus memperhatikan tiga hal. Yakni,
kuantitas (jumlah), kualitas (mutu), dan keanekaragaman. Jumlah menjadi
masalah penting karena kelebihan makan dapat memunculkan radikal bebas
dalam tubuh. Kelebihan juga bisa menyebabkan kegemukan, yang pada
akhirnya akan mengganggu fungsi organ tubuh. Kualitas makanan juga perlu
diperhatikan. Makanan yang bermutu mengandung gizi seimbang, seperti
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Asupan untuk lansia harus
memenuhi takaran karbohidrat sekitar 60 persen dari total sumber makanan
yang dikonsumsi dalam sehari.
Zat penghasil tenaga itu dapat diperoleh dari nasi, jagung, gandum,
tepung terigu, sagu, roti, bihun, kentang, pasta, ubi, dan singkong. Asupan
protein yang disarankan adalah 15-20 persen dari total kalori atau 40-75 gram per
hari. Makanan sumber protein antara lain, kacang kedele beserta olahannya
(tempe, tahu, kembang tahu), kacang tanah, ikan (laut dan tawar), ayam
(tanpa kulit), serta daging sapi atau daging kerbau tanpa lemak.Konsumsi lemak
sebaiknya tidak lebih dari 25 persen dari total kalori atau 50 gram per hari.
Lemak bisa diperoleh dari bahan hewani atau nabati (minyak goreng,
mentega).Diperlukan pula asupan vitamin dan mineral untuk meningkatkan
daya tahan tubuh. Sumber vitamin dan mineral mencakup semua buah dan
sayuran berwarna. Bagi lansia, asupan buah dan sayur tidak hanya penting
untuk meningkatkan daya imun tubuh, tapi juga untuk memenuhi kebutuhan
serat. Serat penting untuk mengatasi persoalan sembelit yang biasa dialami
lansia.Tidak boleh ketinggalan pula asupan air. Konsumsi air bergantung pada ada
tidaknya gangguan saluran kemih dan fungsi jantung. Jika masih baik,
asupan1,5-2 liter perhari sudah cukup.
Berikut daftar makan sehat untuk lansia dengan osteoarthritis.
a) Sarapan tiap pagi
b) Kurangi atau hentikan asupan alkohol
c) Konsumsi vitamin B5 dan C untuk melindungi tubuh.
d) Kurangi kopi, teh, dan minuman bersoda
e) Makan dalam porsi kecil tapi sering
f) Hindari gula dan makanan manis
g) Konsumsi karbohidrat kompleks yang terdapat pada roti, gandum, beras
merah, dan sayuran.
h) Hindari atau kurangi merokok. ( Martini, 2009 )
F. Dampak Osteoarthritis
Meskipun osteoarthritis merupakan suatu penyakit sendi, efeknya tidak
hanya secara fisik. Pada kebanyakan penderita, osteoarthritis memberikan
dampak pada gaya hidup seperti Depresi, kecemasan, Perasaan lemah,
keterbatasan aktivitas sehari-hari, Keterbatasan pekerjaan, kesulitan
berpartisipasi dalam kegembiraan dan tanggung jawab pribadi dan keluarga
ehari-hari. Selain itu, keuangan pun menurun karena tingginya biaya perawatan
dan kehilangan pendapatan akibat kecacatan.
LAMPIRAN 2
LEAFLET
Rematik adalah penyakit yang
menyerang sendi yang berhubungan
dengan usia lanjut, terutama pada
sendi-sendi tangan dan sendi besar
yang menanggung beban
Nyeri sendi Sulit menggerakkan sendi yang
sakit Kaku pada pagi hari Pembesaran sendi Rasa gemertak pada sendi yang
sakit Perubahan gaya berjalan Cidera pada sendi, pekerjaan dan
olah raga. Kelainan pertumbuhan Kepadatan tulang
FAKTOR RESIKO TERJADINYA REUMATIK
Usia lebih dari 40 tahun Rematikbiasanya lebih
banyak menyerang wanita daripada laki – laki
Suku bangsa Keturunan Kegemukan Penyakit jantung koroner DM, Darah tinggi.
PENGERTIAN
APA SIH TANDANYA
Obat obatan Memeriksakan kesehatan
secara berkala Istirahatkan sendi yang sakit Komunikasikan rencana
pengobatan dengan dokter dan tim kesehatan lain.
Jangan melakukan kerja yang berat terutama pada sendi yang sakit
Mandi air hangat. Buat lingkungan yang aman
untuk menghindari cidera.
Lakukan kompres hangat pada sendi yang sakit.
Diet menurunkan berat badan ( jika berat badan berlebih )
Lakukan latihan olah raga yang ringan secara rutin
Hindari mkanan- Sardin, jantung, hati.- Kerang, usus, limpa,paru-paru,
otak, kaldu, bebek, burung lebih dari 50 gr per hari
- Kopi,teh minuman bersoda - Alkohol
Oleh Kholis Nugroho
Mahasiswa Prodi S I
Keperawatan ICME
TERIMA KASIH
Cara Perawatan
Pada Penderita
Osteoarthritis
LAMPIRAN 3
No ITEM SOAL PRETEST Skor Total SKOR T P/N1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 17 46 NEGATIF2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 17 46 NEGATIF3 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 16 42 NEGATIF4 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 15 38 NEGATIF5 2 1 1 2 2 1 1 2 2 4 18 50 NEGATIF6 1 1 2 1 1 1 3 1 2 2 15 38 NEGATIF7 1 2 2 2 2 1 4 1 1 1 17 46 NEGATIF8 1 1 1 1 3 2 2 1 4 2 18 50 NEGATIF9 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 16 42 NEGATIF
10 1 3 2 2 1 2 1 1 4 4 21 61 POSITIF11 1 1 1 2 1 1 1 2 3 4 17 46 NEGATIF12 1 1 2 1 2 1 2 1 4 4 19 53 POSITIF13 1 2 1 2 2 1 1 2 4 3 19 53 POSITIF14 2 2 2 3 2 2 1 4 4 4 26 80 POSITIF15 1 1 2 1 1 1 3 3 1 4 18 50 NEGATIF16 1 2 2 2 2 1 4 4 1 3 22 65 POSITIF17 1 1 1 1 3 2 2 2 1 3 17 46 NEGATIF18 1 2 1 2 2 2 1 2 4 3 20 57 POSITIF19 1 3 2 2 1 1 2 1 1 4 18 50 NEGATIF20 3 3 1 1 2 1 1 1 1 3 17 46 NEGATIF21 1 2 1 1 3 1 2 2 1 4 18 50 NEGATIF22 2 1 2 1 2 2 3 2 2 4 21 61 POSITIF23 1 2 2 1 2 2 1 1 1 4 17 46 NEGATIF24 2 3 2 2 1 1 3 2 2 4 22 65 POSITIF25 2 1 1 1 1 2 2 2 1 4 17 46 NEGATIF26 1 2 1 1 2 2 1 2 1 3 16 42 NEGATIF27 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 15 38 NEGATIF28 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 15 38 NEGATIF29 2 3 2 2 2 2 3 2 2 1 21 61 POSITIF30 2 1 1 1 1 2 1 1 1 3 14 34 NEGATIF31 3 4 1 1 2 2 2 2 1 4 22 65 POSITIF32 3 1 1 2 1 1 1 2 4 3 19 53 POSITIF
STANDART DEVIASI 2,648798 ∑=580
MEAN 18,125
MEAN T 50
LAMPIRAN 4
ITEM SOAL POSTEST Skor Total Skor T P/NNO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 56 POSITIF
2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 38 50 POSITIF
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 59 POSITIF
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 39 56 POSITIF
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 59 POSITIF
6 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 37 50 NEGATIF
7 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 56 POSITIF
8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 59 POSITIF
9 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39 56 POSITIF
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 59 POSITIF
11 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 38 53 POSITIF
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 59 POSITIF
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39 56 POSITIF
14 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 39 56 POSITIF
15 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 39 56 POSITIF
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 28 NEGATIF
17 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 33 37 NEGATIF
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 28 NEGATIF
19 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 38 53 POSITIF
20 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 31 31 NEGATIF
21 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 37 50 NEGATIF
22 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 33 37 NEGATIF
23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 59 POSITIF
24 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39 56 POSITIF
25 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 39 56 POSITIF
26 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 38 53 POSITIF
27 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 38 50 POSITIF
28 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 38 50 POSITIF
29 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 39 56 POSITIF
30 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 33 37 NEGATIF
31 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 33 37 NEGATIF
32 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 33 37 NEGATIF
STANDART DEVIASI 3,193839 ∑=1189
MEAN 37,15625
MEAN T 50,39138
LAMPIRAN 5
Frequency TablePRETEST
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid NEGATIF 21 65,6 65,6 65,6 POSITIF 11 34,4 34,4 100,0 Total 32 100,0 100,0
POSTEST
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid NEGATIF 10 31,3 31,3 31,3 POSITIF 22 68,8 68,8 100,0 Total 32 100,0 100,0
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum MaximumPRETEST 32 18,12 2,649 14 26POSTEST 32 37,16 3,194 30 40
Wilcoxon Signed Ranks TestRanks
N Mean Rank Sum of RanksPOSTEST – PRETEST
Negative Ranks 0(a) ,00 ,00
Positive Ranks 32(b) 16,50 528,00
Ties 0(c)
Total 32
a POSTEST < PRETESTb POSTEST > PRETESTc POSTEST = PRETEST
Test Statistics(a)
POSTEST - PRETEST
Z -5,480Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a Sign Test
LAMPIRAN 6
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
RespondenITEM SOAL
Skor Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 392 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 373 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 404 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 395 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 406 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 377 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 398 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 409 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4011 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3812 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4013 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3914 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3915 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3916 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3017 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3318 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3019 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3820 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3121 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3722 4 3 3 3 3 3 3 4 4 33
LAMPIRAN 7
PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
Judul :
Peneliti :
Nim :
Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam karya tulis ilmiah ini
sebagai respnden dengan mengisi angket yang disediakan penulis.
Sebelumnya saya telah diberi penjelasan tentang karya tulis ilmiah ini dan
saya mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan identitas, data maupun informasi
yang saya berikan. apabila ada pertanyaan yang diajukan menimubulkan ketidak
nyamanan bagi saya, peneliti akan menghentikan pada saat ini dan saya siap
mengundurkan diri.
Demikian perserujuan ini saya buat secara sadar dan sukarela, tanpa ada
unsur pemaksaan dari siapapun, saya menyatakan:
Bersedia
Menjadi responden dalam karya tulis ilmiah
NGAWI, 19 juli 2011
Peneliti
(………………………………..)
Responden
(………………………………..)
LAMPIRAN 8
LEMBAR KUESIONER
Pilihlah jawaban yang menurut anda benar dengan menggunakan tanda silang (X)
A. Karakteristik Responden
1. Umur : 55 – 57 tahun
58 – 61 tahun
62 – 54 tahun
2. Jenis Kelamin
Laki laki
Perempuan
3. Pendidikan Yang Sederajat
Tidak Sekolah
SD
SMP
SLTA
PERGURUAN TINGGI
4. Informasi kesehatan
petugas kesehatan
media massa
keluarga
Kuesioner Sikap Lansia Tentang Perawatan Osteoarthritis
NO PERTANYAAN SS S TS STS
AKTIVITAS
1 Saya akan melakukan olahraga ringan
untuk mempertahankan kekuatan otot.
2 Saya akan menggunakan tongkat, kruk atau
penyanggah lain ketika berjalan saat nyeri
sendi.
3 Saya akan beristirahat agar nyeri sendi
berkurang.
4 Jika nyeri kambuh saya akan berhati – hati
ketika berdiri karena sendi terasa kaku saat
berdiri.
5 Pada sore hari saya akan mandi dengan air
hangat.
POLA MAKAN
6 Saya akan memperhatikan gizi seimbang
dan menjaga pola makan.
7 Saya akan mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung protein (tempe, telur,
tahu, ikan laut)
8 Saya akan mengkonsumsi buah dan sayur
untuk meningkatkan daya imun tubuh,
juga untuk memenuhi kebutuhan serat.
9 Saya akan mengkonsumsi karbohidrat
kompleks yang terdapat pada roti,
gandum, beras merah, dan sayuran
10 Saya akan minum air putih minimal 1,5
liter /hari