bab i - iv

54
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development goals (MDgs). Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Dalam buku The world malaria report 2005, Badan kesehatan dunia menggambarkan walaupun berbagai upaya telah dilakukan, hingga Tahun 2005 malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara di dunia, diperkirakan masih sekitar 3,2 miliar orang hidup di daerah endemis malaria (WHO, 2005). Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu hamil. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan lebih dari 1.000.000 orang meninggal dunia, kasus terbanyak terdapat di Afrika dan beberapa negara Asia, Amerika

Upload: rauzah-amir

Post on 02-Jan-2016

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

malaria

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I - IV

1

BAB 1PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya

pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development goals

(MDgs). Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan

berkembang biak dalam sel darah manusia ditularkan oleh nyamuk malaria

(Anopheles) betina (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Dalam buku The world malaria report 2005, Badan kesehatan dunia

menggambarkan walaupun berbagai upaya telah dilakukan, hingga Tahun 2005

malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara di dunia,

diperkirakan masih sekitar 3,2 miliar orang hidup di daerah endemis malaria

(WHO, 2005).

Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu

hamil. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan

lebih dari 1.000.000 orang meninggal dunia, kasus terbanyak terdapat di Afrika

dan beberapa negara Asia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa bagian

negara Eropa. Indonesia merupakan salah satu negara yang masih berisiko

terhadap malaria. Pada Tahun 2007 di Indonesia terdapat 396 Kabupaten endemis

dari 495 Kabupaten yang ada, dengan perkiraan sekitar 45% penduduk

berdomisili di daerah yang berisiko tertular malaria. Jumlah kasus pada Tahun

2006 sebanyak 2.000.000 dan pada Tahun 2007 menurun menjadi 1.774.845

(Kepmenkes, 2009).

Page 2: BAB I - IV

2

Secara nasional kasus malaria selama Tahun 2005–2010 juga cenderung

menurun yaitu pada Tahun 2005 sebesar 4,10 per 1000 penduduk menjadi 1,96

per 1000 penduduk pada Tahun 2010, walaupun menunjukkan penurunan,

penyakit malaria masih tetap menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di

Indonesia. Berdasarkan Data Ditjen Bina Pelayanan Medik Depkes RI Tahun

2009, penyakit malaria yang masuk ke dalam golongan penyakit infeksi dan

parasit tertentu merupakan penyebab kedua kematian pasien di Rumah Sakit di

seluruh Indonesia Tahun 2006 sampai Tahun 2009 (Kementerian Kesehatan RI,

2011).

Indonesia bertekad untuk melakukan eliminasi malaria pada Tahun 2030,

sesuai dengan keputusan Menkes N0.293/Menkes/SK/IV/2009. Ada tiga kunci

utama yang di lakukan oleh pemerintah dalam mengeliminasi malaria : ada obat

ACT (Artemisinin-base Combination Therapy), ada teknik diagnosa cepat dengan

RDT (Rapid Diagnostic Test), ada teknik pencegahan dengan menggunakan

kelambu LLIN (Long Lasting Insectized Net) (Dirjen PPM dan PL, 2011).

Berdasarkan data Riskesdas Tahun 2007 Provinsi Aceh mempunyai

prevalensi malaria diatas prevalensi nasional, yaitu 3,66%. Pada Tahun 2009

dijumpai 27.367 kasus malaria klinis dan yang positif 3.375 kasus. Kasus malaria

klinis tertinggi terjadi pada Kabupaten Aceh Timur (4.866 kasus), dan Kabupaten

Simeulue (3.228 kasus) (Riskesdas, 2007). Jumlah penderita malaria di Kabupaten

Aceh Utara Tahun 2010 sebanyak 313 orang. (Profil Kesehatan Aceh Utara,

2010).

Page 3: BAB I - IV

3

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara Tahun

2011 menunjukkan masih tingginya angka kejadian malaria di beberapa

Puskesmas.

Tabel 1.1 Jumlah Penderita Malaria di KecamatanDalam Kabupaten Aceh Utara Tahun 2011

No Puskesmas Malaria klinis Positif malaria

1 Simpang Keramat 120 512 Geuredong Pase 148 473 Kuta Makmur 144 414 Sawang 236 355678910111213141516171819202122232425262728

Paya BakongLangkahanLhok SukonMeurah MuliaMatang KuliSyamtalira AronDewantaraNisamSamuderaCot GirekTanah Jambo AyeBuket HaguMuara BatuSyamtalira BayuBanda BaroSampoinietSeuneuddonTanah LuasBaktiyaNibongNisam AntaraTanah PasirLapangBlang Geulumpang

1339915537737412164140325476170171631056682497219886996

302720151111995554332221110000

Jumlah 2756 338Sumber : Dinas Kesehatan Aceh Utara tahun 2011

Page 4: BAB I - IV

4

Menurut data dari Puskesmas Sawang, berdasarkan laporan pemeriksaan

laboratorium malaria Tahun 2010 terdapat 96 orang malaria klinis dan positif 23

orang, Tahun 2011 meningkat menjadi 236 orang malaria klinis dan positif 35

orang, dengan insidensi tertinggi terdapat pada 3 Desa.

Tabel 1.2 Jumlah Penderita Malaria di Puskesmas Sawang Tahun 2010No Desa Malaria

KlinisPositif

MalariaJenis KelaminL P

1 Riseh Tunong 35 10 7 32 Jurong 5 4 2 23 Gunci 9 2 1 1

Jumlah 49 17 10 7Sumber : Puskesmas Sawang tahun 2010

Tabel 1.3 Jumlah Penderita Malaria di Puskesmas Sawang Tahun 2011No Desa Malaria

KlinisPositif

MalariaJenis KelaminL P

1 Riseh Tunong 38 15 7 82 Jurong 15 0 0 03 Gunci 25 3 2 1

Jumlah 109 24 15 9Sumber : Puskesmas Sawang tahun 2011

Kecamatan Sawang merupakan salah satu Kecamatan yang berada di

Kabupaten Aceh Utara, dengan penduduknya berjumlah sekitar 33.476 jiwa dan

jumlah Desanya 39 desa. Umumnya mata pencaharian penduduk kebanyakan

petani dan pekerja hutan, yang sangat rentan untuk terserangnya penyakit menular

seperti malaria yang salah satu penyebabnya tidak menghindari gigitan nyamuk

anopheles yang merupakan bagian dari perilaku masyarakat sendiri. Masyarakat

sawang mempunyai beberapa perilaku lain yang sangat rentan untuk terserang

penyakit malaria, seperti tidur tidak memakai kelambu, keluar rumah tidak

Page 5: BAB I - IV

5

memakai obat gosok, dan jarang melakukan kegiatan gotong royong untuk

membersihkan tempat-tempat nyamuk malaria berkembang biak.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

mengetahui Bagaimana gambaran perilaku masyarakat dalam upaya pencegahan

malaria di Kecamatan Sawang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini

adalah “Bagaimana gambaran perilaku masyarakat terhadap upaya pencegahan

malaria di Kecamatan Sawang”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum :

Mengetahui gambaran perilaku masyarakat terhadap upaya pencegahan

malaria di Kecamatan Sawang.

1.3.2 Tujuan khusus :

a. Mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat terhadap upaya

pencegahan malaria di Kecamatan Sawang.

b. Mengetahui gambaran sikap masyarakat terhadap upaya pencegahan

malaria di Kecamatan Sawang.

c. Mengetahui gambaran tindakan masyarakat terhadap upaya pencegahan

malaria di Kecamatan Sawang.

Page 6: BAB I - IV

6

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian :

a. Bagi Dinas Kesehatan Aceh Utara

Sebagai bahan masukan guna pengambilan kebijakan dalam

penanggulangan malaria di Kabupaten Aceh Utara.

b. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Sawang tentang gambaran

perilaku masyarakat terhadap upaya pencegahan malaria dalam pencapaian

eliminasi malaria.

c. Bagi Fakultas

Menambah pengetahuan mahasiswa kedokteran khususnya Program Studi

Pendidikan Dokter Universitas Malikussaleh dan menambah referensi

untuk perpustakaan Universitas Malikussaleh.

d. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi dan pengetahuan dalam pencegahan dan

penularan malaria di masyarakat.

e. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam mengkaji

permasalahan tentang malaria dan pencegahan malaria sehingga dapat

diterapkan di masyarakat.

Page 7: BAB I - IV

7

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Malaria

2.1.1 Definisi malaria

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium

yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di

dalam darah (Harijanto, 2009).

2.1.2 Epidemiologi

Malaria ditemukan hampir diseluruh bagian dunia, terutama di negara-

negara yang beriklim tropis dan subtropis. Penduduk yang berisiko terkena

malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 4,1% dari jumlah penduduk dunia.

Setiap tahun, kasusnya berjumlah sekitar 300–500 juta kasus dan mengakibatkan

1,5–2,7 juta kematian, terutama di negara-negara benua Afrika. Di Indonesia,

penyakit ini ditemukan tersebar diseluruh kepulauan. Biasanya, malaria

menyerang penduduk yang tinggal di daerah endemis atau orang-orang yang

bepergian ke daerah yang angka penularannya tinggi (Prabowo, 2008).

2.1.3 Etiologi

Penyebab infeksi malaria ialah Plasmodium, yang selain menginfeksi

manusia juga menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptil dan mamalia,

termasuk genus Plasmodium dari famili Plasmodidae. Plasmodium ini pada

manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan

aseksual di jaringan hati dan eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh

nyamuk yaitu anopheles betina. Secara keseluruhan ada lebih dari 100

Page 8: BAB I - IV

8

Plasmodium yang menginfeksi binatang (82 pada jenis burung dan reptil dan 22

pada binatang primata) (Harijanto, 2009).

Kemampuan bertahannya penyakit malaria di suatu daerah ditentukan oleh

berbagai faktor berikut ini :

1. Parasit malaria

Parasit malaria atau Plasmodium sp. merupakan protozoa yang termasuk

dalam kelas sporozoa, ordo Coccidiomorphida dan genus Plasmodium. Terdapat

empat spesies Plasmodium yang diketahui dapat menyebabkan penyakit malaria

pada manusia, yaitu :

a. Plasmodium falciparum : menyebabkan penyakit malaria

falciparum/tropica

b. Plasmodium vivax : menyebabkan penyakit malaria vivax/tertiana

c. Plasmodium malariae : menyebabkan penyakit malaria malariae/kuartana

d. Plasmodium ovale : menyebabkan penyakit malaria ovale

Infeksi lebih dari satu spesies Plasmodium disebut infeksi campuran

(mixed infection). Seseorang dapat terinfeksi parasit malaria lebih dari satu spesies

Plasmodium, bahkan dalam darah seorang anak Papua pernah ditemukan keempat

spesies Plasmodium secara bersamaan (Purnomo, 2011).

Ciri utama genus Plasmodium adalah adanya dua siklus hidup, yaitu siklus

hidup askesual serta siklus seksual.

a. Fase aseksual

Siklus dimulai ketika anopheles betina menggigit manusia dan memakan

sporozoit yang terdapat pada air liurnya ke dalam aliran darah manusia. Jasad

Page 9: BAB I - IV

9

yang langsung dan lincah ini dalam waktu 30 menit sampai satu jam memasuki

sel parenkim hati dan berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung

ribuan merozoit. Proses ini disebut fase schizogoni eksoeritrosit karena parasit

belum masuk ke sel darah merah. Lama fase ini berbeda untuk tiap spesies

Plasmodium. Pada akhir fase, skizon hati pecah, merozoit keluar, lalu masuk

dalam aliran darah (disebut sporulasi). Pada P.vivax dan P.ovale, sebagian

sporozoit membentuk hipnozoit dalam hati (atau sporozoit yang “tidur” selama

periode tertentu) sehingga mengakibatkan relaps jangka panjang, yaitu

kembalinya penyakit setelah tampak mereda dan recurrence (Prabowo, 2008).

Fase eritrosit dimulai saat merozoit dalam darah menyerang sel darah

merah dan membentuk trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoit–skizon–

merozoit. Setelah dua sampai tiga generasi, merozoit terbentuk, lalu sebagian

merozoit berubah menjadi bentuk seksual (Prabowo, 2008).

b. Fase seksual

Jika nyamuk anopheles betina mengisap darah manusia yang mengandung

parasit malaria, parasit bentuk seksual masuk ke dalam perut nyamuk. Bentuk ini

mengalami pematangan menjadi mikrogametosit dan makrogametosit dan

terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet). Selanjutnya, ookinet

menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Jika ookista pecah,

ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar air liur nyamuk dan siap

ditularkan jika nyamuk menggigit tubuh manusia (Prabowo, 2008).

Page 10: BAB I - IV

10

2. Nyamuk anopheles

Nyamuk yang berperan sebagai satu-satunya vektor penyakit malaria,

yaitu dari golongan Anophelini. Nyamuk anophelini yang berperan sebagai vektor

malaria hanyalah dari genus anopheles. Di seluruh dunia, genus anopheles ini

diketahui jumlahnya kira-kira 80 spesies, dan 16 spesies telah dibuktikan berperan

sebagai vektor malaria, yang berbeda-beda dari satu daerah ke daerah lain

bergantung kepada bermacam-macam faktor, seperti penyebaran geografik, iklim,

dan tempat perindukan (Natadisastra, 2009).

2.1 Gambar Nyamuk Anopheles

2.1.4 Patogenesis

Patogenesis malaria sampai saat ini masih belum diketahui secara tuntas.

Ada beberapa perbedaan patogenesis malaria falciparum, vivax/ovale dan

malariae (Soewando, 2002).

Malaria berat sering terjadi pada malaria falciparum, antara lain

disebabkan karena P.falciparum dapat menyerang eritrosit semua umur, sedang

P.vivax/ovale hanya pada eritrosit umur muda (retikulosit), dan pada P.malariae

Page 11: BAB I - IV

11

hanya pada eritrosit tua sehingga P.vivax/ovale hanya dapat menyerang eritrosit

tidak lebih dari 2%, P.malariae tidak lebih dari 1% dan P.falciparum bisa lebih

dari 5%. Selain perubahan bentuk eritrosit pada eritrosit yang terserang

P.falciparum berbentuk tonjolan-tonjolan (knobs) di permukaan, mengakibatkan

eritrosit normal membentuk ”rosette” dan epitel pembuluh darah (sitoadherensi),

mengakibatkan terjadinya proses sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi di

mikrosirkulasi organ-organ tubuh (antara lain otak, ginjal, dll). mengakibatkan

anoxia dari organ-organ tersebut. Selain itu timbul reaksi radang, timbul zat-zat

mediator (sitokin) yang menimbulkan reaksi sistemik gejala klinis malaria

(Soewando , 2002).

2.1.5 Gejala-gejala

Gejala-gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya pertahanan tubuh

penderita, jenis Plasmodium malaria, serta jumlah parasit yang menginfeksinya.

Umumnya gejala yang disebabkan Plasmodium falciparum lebih berat dan lebih

akut dibandingkan dengan jenis Plasmodium lain, sedangkan gejala yang di

sebabkan oleh Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale paling ringan.

Gambaran khas dari penyakit malaria adalah adanya demam yang periodik,

pembesaran limpa (splenomegali) dan anemia (turunnya kadar hemoglobin dalam

darah) (Prabowo, 2008).

Page 12: BAB I - IV

12

2.1.6 Diagnosis

Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan

laboratorium, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti dibuat dengan

ditemukannya parasit malaria dalam pemeriksaan mikroskopis laboratorium.

(Widoyono, 2011).

1. Gejala klinis

a. Anamnesis

Keluhan utama yang sering kali muncul adalah demam lebih dari dua hari,

menggigil, dan berkeringat (sering disebut trias malaria). Demam pada

keempat jenis malaria berbeda sesuai dengan proses schizogony. Demam

karena P.falciparum dapat terjadi setiap hari, beda P.vivax atau ovale

demamnya berselang satu hari, sedangkan demam pada malariae

menyerang berselang dua hari. Sumber penyakit harus ditelusuri, apakah

pernah bepergian dan bermalam di daerah endemik malaria dalam satu

bulan terakhir, apakah pernah tinggal di daerah endemik, apakah pernah

menderita penyakit ini sebelumnya, dan apakah pernah minum obat

malaria.

Kecurigaan adanya tersangka malaria berat dapat dilihat dari adanya satu

gejala atau lebih, yaitu gangguan kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan

otot, kejang-kejang, kekuningan pada mata dan kulit, adanya perdarahan

hidung atau gusi, muntah darah atau berak darah. Selain itu adalah

keadaan panas yang sangat tinggi, muntah yang terjadi terus-menerus,

Page 13: BAB I - IV

13

perubahan warna air kencing menjadi seperti teh, dan volume air kencing

yang berkurang sampai tidak keluar air kencing sama sekali.

b. Pemeriksaan fisik

Pasien mengalami demam 37,5°–40°C, serta anemia yang dibuktikan

dengan konjungtiva palpebra yang pucat. Penderita sering disertai adanya

pembesaran limpa (splenomegali) dan pembesaran hati (hepatomegali).

Bila terjadi serangan malaria berat , gejala dapat disertai dengan syok yang

ditandai dengan menurunnya tekanan darah, nadi berjalan cepat dan

lemah, serta frekuensi nafas meningkat.

Pada penderita malaria berat, sering terjadi penurunan kesadaran,

dehidrasi, manifestasi perdarahan, ikterik, gangguan fungsi ginjal,

pembesaran hati dan limpa, serta bisa diikuti dengan munculnya gejala

neurologis (refleks patologis dan kaku kuduk).

2. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut teknis

pembuatannya dibagi menjadi preparat darah (Sdr, sediaan darah) tebal

dan preparat darah tipis, untuk menentukan ada tidaknya parasit malaria

dalam darah. Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat jenis Plasmodium dan

stadiumnya (P. falciparum, P.vivax, P.malariae, P.ovale, trofozoit, skizon,

dan gametosit) serta kepadatan parasitnya.

Page 14: BAB I - IV

14

Kepadatan parasit dapat dilihat melalui dua cara yaitu semi-kuantitatif dan

kuantitatif. Metode semi-kuantitatif adalah menghitung parasit dalam LPB

(lapangan pandang besar) dengan rincian sebagai berikut :

(-) : Sdr negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)

(+) : Sdr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)

(++) : Sdr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)

(+++) : Sdr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)

(++++): Sdr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)

Penghitungan kepadatan parasit secara kuantitatif pada Sdr tebal adalah

menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Pada Sdr tipis, penghitungan

jumlah parasit per 1000 eritrosit.

b. Tes diagnostik cepat (RDT, Rapid Diagnostic Test)

Seringkali pada KLB, diperlukan tes yang cepat untuk dapat

menanggulangi malaria di lapangan dengan cepat. Metode ini mendeteksi

adanya antigen malaria dalam darah dengan cara imunokromatografi.

Dibandingkan uji mikroskopis tes ini mempunyai kelebihan yaitu hasil

pengujian dengan cepat dapat diperoleh, tetapi lemah dalam hal spesifitas

dan sensitivitasnya.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita,

meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit,

eritrosit, dan trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah

Page 15: BAB I - IV

15

(gula darah, SGOT, SGPT, tes fungsi ginjal), serta pemeriksaan foto

toraks, EKG, dan pemeriksaan lainnya sesuai indikasi (Widoyono, 2011).

2.1.7 Pengobatan

Beberapa prinsip pengobatan malaria yang harus diterapkan.

1. Menemukan penderita malaria sedini mungkin

2. Melakukan pengobatan yang efektif untuk membasmi parasit malaria

dalam darah

3. Mencegah komplikasi dan kematian

4. Menemukan dan mengobati recrudescense dan recurrence

5. Mencegah penyakit malaria kambuh kembali

6. Mengurangi penularan penyakit malaria

Beberapa cara pengobatan malaria.

a. Pengobatan untuk mencegah

Pemberian obat antimalaria bertujuan untuk mencegah timbulnya infeksi

atau gejala-gejala lainnya.

b. Pengobatan terapeutik (kuratif)

Obat antimalaria digunakan untuk penyembuhan infeksi malaria yang

telah ada, penanggulangan serangan malaria akut, serta pengobatan

radikal.

c. Pengobatan untuk mencegah terjadinya penularan

Pengobatan bertujuan untuk mencegah infeksi nyamuk atau

mempengaruhi perkembangan sporogoni pada nyamuk.

Page 16: BAB I - IV

16

d. Pengobatan massal

Pengobatan massal diberikan kepada suatu kelompok penduduk tertentu di

daerah yang endemis malaria. Sasaran pengobatan bisa seluruh penduduk

atau kelompok penduduk tidak kebal (seperti bayi, anak balita, ibu

hamil/menyusui, dan pendatang baru dari daerah yang nonendemis).

(Prabowo, 2008)

2.2. Pencegahan

2.2.1 Definisi pencegahan

Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih

dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah untuk pencegahan,

haruslah didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis

epidemiologi atau hasil pengamatan/penelitian epidemiologis (Nasry Noor, 2007).

2.2.2 Tingkatan pencegahan

Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yaitu:

1. Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi

kesehatan dan pencegahan khusus.

2. Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis

dini serta pengobatan yang tepat.

3. Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan

terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 2007).

Page 17: BAB I - IV

17

2.2.3 Pencegahan dan pengendalian malaria

Berbeda dengan penyakit-penyakit yang lain, malaria tidak dapat

disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala

penyakit. Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena parasit dapat

tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup (Sembel, 2009). Meskipun demikian,

upaya pencegahan dengan berbagai cara harus tetap dilakukan, baik memberantas

nyamuk, melenyapkan habitat nyamuk maupun mencegah penularan berupa

gigitan nyamuk (Anies, 2005).

Tujuan pengendalian malaria di daerah-daerah yang endemik malaria

adalah menurunkan serendah-rendahnya dampak malaria terhadap kesehatan

masyarakat dengan menggunakan semua sumber daya yang tersedia. Tujuan

pengendalian malaria tidak untuk mengeliminasi malaria secara total karena kalau

demikian akan melakukan program eradikasi. Meskipun eradikasi merupakan

tujuan yang sangat masuk akal, program ini tidak realistik untuk kebanyakan

negara-negara tempat malaria endemik (Sembel, 2009).

Di Indonesia usaha pembasmian penyakit malaria belum mencapai hasil

yang optimal karena beberapa hambatan, yaitu tempat perindukan nyamuk

malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak, serta

keterbatasan sumber daya manusia, infrastuktur, dan biaya. Oleh karena itu usaha

yang paling mungkin dilakukan adalah usaha-usaha pencegahan dan

pemberantasan terhadap penularan parasit (Harijanto, 2010).

Page 18: BAB I - IV

18

1. Menghindari gigitan nyamuk malaria

Upaya paling efektif mencegah malaria adalah menghindari gigitan

nyamuk anopheles. Upaya tersebut berupa proteksi pribadi, modifikasi perilaku

dan modifikasi lingkungan. Proteksi pribadi dengan menggunakan insektisida dan

repellent (minyak anti nyamuk), gunakan gaun lengan panjang dan celana

panjang. Modifikasi perilaku berupa mengurangi aktivitas diluar rumah mulai

senja sampai subuh disaat nyamuk anopheles umumnya menggigit atau usahakan

tinggal didalam rumah mulai sore. Jendela dan pintu rumah ditutupi mulai sore

hari dan sebaiknya diberi kassa nyamuk termasuk di kisi-kisi udara, dan tidur

dalam kelambu. Modifikasi lingkungan ditujukan mengurangi habitat pembiakan

nyamuk, berupa perbaikan sistem drainase sehingga mengurangi genangan air,

menghilangkan tempat pembiakan nyamuk seperti kaleng, bak mandi, ban bekas,

menghilangkan alang-alang atau semak belukar dan mangrove di pantai,

perbaikan tepian sungai untuk memperlancar aliran air, menutup atap dan genting

yang bocor (Harijanto, 2010).

Studi literatur dari keiser, dkk. Menunjukkan bahwa pengelolaan

lingkungan tersebut disertai modifikasi perilaku manusia efektif mengurangi

resiko terkena malaria 80–88%. Penggunaan insektisida sangat penting untuk

pencegahan malaria. Insektisida dapat digunakan dengan disemprotkan dalam

ruang keluarga atau tempat tidur, atau dilapiskan pada kelambu (permethin

impregnated bed nets), atau pakaian yang dilapisi insektisida permethin. Kelambu

yang dilapisi dengan insektisida permethin tersebut dapat dicuci dan digantung

untuk pengeringan, kelambu harus diberi permethin lagi setiap 6 bulan supaya

Page 19: BAB I - IV

19

tetap efektif. Sekarang sudah ada kelambu dengan lapisan insektisida yang tahan

lama lebih dari 1 tahun yang disebut Long Lasting Insectizide Net (LLIN)

(Harijanto, 2010).

Studi literatur lengeler, dkk. Tahun 2004 menunjukkan kelambu berlapis

insektisida efektif mengurangi insiden malaria sampai 50% dibanding tanpa

kelambu, dan 43% dibanding dengan kelambu tanpa insektisida. Upaya penting

lain adalah gunakan repelen nyamuk mulai sore hari, terutama jika melakukan

aktivitas luar rumah. Repelent adalah bahan kimia yang dioleskan di kulit untuk

mengurangi ketertarikan nyamuk terhadap manusia (Harijanto, 2010).

2. Pemberian obat pencegahan malaria

Pemberian obat pencegahan (profilaksis) malaria bertujuan untuk

mencegah terjadinya infeksi, serta timbulnya gejala-gejala penyakit malaria.

Orang yang akan bepergian ke daerah-daerah endemis malaria harus minum obat

antimalaria sekurang-kurangnya seminggu sebelum keberangkatannya sampai

empat minggu setelah orang tersebut meninggalkan daerah endemis malaria

(Prabowo, 2008).

Tabel 2.1 Obat Kemoprofilaksis MalariaRegimen Indikasi Dosis dewasa Keterangan Klorokuin Digunakan di

daerah Plasmodium falciparum sensitif klorokuin

500 mg basa, per oral, sekali seminggu, dimulai 2 minggu sebelum berangkat dan dilanjutkan sampai 4 minggu setelah meninggalkan daerah endemis

Aman untuk kehamilan

Page 20: BAB I - IV

20

Meflokuin Digunakan di daerah Plasmodium falciparum resisten klorokuin

250 mg per oral, sekali seminggu, dimulai 2 minggu sebelum berangkat sampai 4 minggu setelah pulang.

Aman untuk kehamilan. Tidak direkomendasikan untuk pasien dengan kejang, kelainan konduksi jantung, psikosis

Doksisiklin Alternatif terhadap meflokuin, digunakan di daerah resisten klorokuin

100 mg per oral sekali sehari, dimulai 2 hari sebelum berangkat dan dilanjutkan sampai 4 minggu setelah pulang.

Kontraindikasi pada kehamilan, wanita menyusui, anak kurang dari 8 tahun, diberikan bersama makanan

Atovakuon-proguanil

Alternatif terhadap meflokuin dan doksisiklin, untuk daerah dengan Plasmodium resisten klorokuin

1 tablet dewasa (250 mg atovakuon/100 mg) per oral, sekali sehari, dimulai 1 atau 2 hari sebelum berangkat dilanjutkan sampai 1 minggu setelah pulang.

Kontraindikasi pada kehamilan, gagal ginjal berat atau bersihan kreatinin kurang dari 30ml/menit. Diberikan bersama makanan.

Primakuin Profilaksis terminal untuk P.vivax dan P.ovale

30 mg basa (2 tablet), per oral, sekali sehari, diberikan sesegera mungkin sesudah terpapar nyamuk sampai total 14 hari, atau jika paparan tidak jelas dapat diberikan selama 14 hari setelah meninggalkan daerah endemis vivax.

Kontraindikasi pada kehamilan, defisiensi G6PD, harus diberikan bersama atau sesudah makan, dapat timbul methemoglobinemia.

(Harijanto, 2010).

Page 21: BAB I - IV

21

3. Pemberian vaksin malaria

Pemberian vaksin malaria merupakan tindakan yang diharapkan dapat

membantu mencegah infeksi malaria sehingga dapat menurunkan angka kesakitan

dan angka kematian akibat infeksi malaria (Prabowo, 2008).

Vaksinasi terhadap malaria masih tetap dalam pengembangan. Hal yang

menyulitkan ialah banyaknya antigen yang terdapat pada Plasmodium selain pada

masing-masing bentuk stadium pada daur Plasmodium. Oleh karena yang

berbahaya adalah P.falciparum sekarang baru ditujukan pada pembuatan vaksin

untuk proteksi terhadap P.falciparum. Pada dasarnya ada 3 jenis vaksin yang

dikembangkan yaitu vaksin sporozoit (bentuk intra hepatik), vaksin terhadap

bentuk aseksual dan vaksin transmission blocking untuk melawan bentuk

gametosit. Vaksin bentuk aseksual yang pernah dicoba ialah SPF-66 atau yang

dikenal sebagai vaksin patarroyo, yang pada penelitian akhir-akhir ini tidak dapat

dibuktikan manfaatnya. Vaksin sporozoit bertujuan mencegah sporozoit

menginfeksi sel hati sehingga diharapkan infeksi tidak terjadi. Vaksin ini

dikembangkan melalui ditemukannya antigen circumsporozoit. Uji coba pada

manusia tampaknya memberikan perlindungan yang bermanfaat, walaupun

demikian uji lapangan sedang dalam persiapan (Harijanto, 2009).

2.3. Perilaku

2.3.1 Definisi perilaku

Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan

tanggapan dan respons. Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai

ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi

Page 22: BAB I - IV

22

pendidikan membagi perilaku itu ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun

kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas.

Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa

dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga

domain perilaku tersebut, yang terdiri dari: ranah kognitif (cognitive domain),

ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain)

(Notoatmodjo, 2007).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk

kepentingan pengukuran hasil pendidikan ketiga domain ini diukur dari :

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca

indra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Karena dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

Page 23: BAB I - IV

23

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini

sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat,

yakni :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi

materi tersebut secara benar.

Page 24: BAB I - IV

24

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).

Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan yaitu :

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi :

1. Penyebab penyakit

2. Gejala atau tanda-tanda penyakit

3. Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan

Page 25: BAB I - IV

25

4. Bagaimana cara penularannya

5. Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan

sebagainya.

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat

meliputi :

1. Jenis-jenis makanan yang bergizi

2. Manfaat makan yang bergizi bagi kesehatannya

3. Pentingnya olahraga bagi kesehatan

4. Penyakit-penyakit atau bahaya-bahaya merokok, minum-minuman

keras, narkoba, dan sebagainya.

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi :

1. Manfaat air bersih

2. Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan

kotoran yang sehat, dan sampah

3. Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat

4. Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

Page 26: BAB I - IV

26

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang

terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap objek

Artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang

tersebut terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan

atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau

berperilaku terbuka (tindakan) (Notoatmodjo, 2007).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan, yakni :

a. Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan

suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima

ide tersebut.

Page 27: BAB I - IV

27

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat

tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau Tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behaviour). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas.

Tingkat-tingkat practice

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guided respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai

dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua.

c. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah

mencapai praktik tingkat tiga.

Page 28: BAB I - IV

28

d. Adaptasi (adaption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa

mengurangi kebenaran tindakannya tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Page 29: BAB I - IV

29

BAB 3KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Perilaku

Upaya Pencegahan Malaria

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

Prevalensi Malaria

Page 30: BAB I - IV

30

BAB 4METODE PENELITIAN

4.1. Jenis/Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif dengan

rancangan cross sectional study, yakni menggambarkan pengetahuan, sikap, dan

tindakan masyarakat Kecamatan Sawang terhadap upaya pencegahan malaria.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sawang. Hal ini didasari oleh data

yang dikumpulkan dari puskesmas setempat bahwa daerah tersebut memiliki

prevalensi kejadian malaria yang cukup tinggi. Penelitian ini di lakukan pada

bulan Agustus s/d September 2012.

4.3. Populasi, Sampel dan Kriteria Penelitian

4.3.1 Populasi penelitian

Populasi atau disebut juga universe adalah sekelompok individu atau

obyek yang memiliki karakteristik sama (Chandra, 2010). Populasi pada

penelitian ini berjumlah 623 Kartu keluarga, dari Desa Riseh Tunong yang

merupakan masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Sawang dan di

desanya tersebut Prevalensi malaria tinggi.

4.3.2 Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian kecil dari populasi atau obyek yang memiliki

karakteristik sama (Chandra, 2010). Cara menentukan ukuran sampel jika

populasi di bawah 10.000 dengan memakai rumus Slovin (Notoatmodjo, 2005).

Page 31: BAB I - IV

31

n= N

1+N (d2)

Keterangan :

N = Besar populasi

d = Tingkat ketepatan/kepercayaan yang diinginkan

n = Besarnya sampel

Maka ditentukan besarnya sampel :

n = 623 / 1 + 623 (0,10)2

n = 623 / 1 + 623 (0,01)

n = 623 / 1 + 6,23

n = 623 / 7,23

n = 86,16

n = 87 Responden

Sampel diambil dengan teknik Simple Random Sampling atau

pengambilan sampel secara acak.

4.3.3 Kriteria penelitian

1. Kriteria inklusi

a. Masyarakat yang bersedia menjadi responden (Laki-Laki dan

Perempuan).

b. Umurnya 20-60 tahun.

c. Masyarakat dengan Identitas sesuai Desa penelitian yang dilakukan.

d. 1 Kartu Keluarga diambil 1 orang responden

2. Kriteria eksklusi

a. Masyarakat yang tidak bersedia menjadi responden.

Page 32: BAB I - IV

32

b. Umurnya <20 tahun dan >60 tahun.

c. Orang sakit yang tidak bisa komunikasi.

d. Masyarakat yang tidak bisa membaca dan menulis.

4.4. Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi OperasionalNo Variabel Definisi

OperasionalInstrumen Hasil Ukur Skala

Ukur1 Perilaku Pengetahuan,

Sikap dan Tindakan seseorang yang berhubungan dengan pencegahan penyakit malaria

Penjumlahan dari kuesioner pengetahuan, sikap dan tindakan

1.Baik (>50%)2.Buruk (≤50%)

Ordinal

2 Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui responden tentang malaria

Kuesioner Setiap jawaban benar diberi nilai 1, dan jawaban yang salah diberi nilai 0.1.Baik (>50%)2.Buruk (≤50%)

Ordinal

3 Sikap Tanggapan atau reaksi responden terhadap upaya pencegahan malaria

Kuesioner Untuk jawaban STS (1), TS (2), R (3), S (4), SS (5).1.Baik (>50%)2.Buruk (≤50%)

Ordinal

4 Tindakan Segala sesuatu yang telah dilakukan responden sehubungan dengan upaya pencegahan malaria

Kuesioner Setiap jawaban benar diberi nilai 1, dan jawaban yang salah diberi nilai 0.1.Baik (>50%)2.Buruk (≤50%)

Ordinal

Page 33: BAB I - IV

33

4.5. Cara Pengumpulan Data

Menurut asal sumbernya, data dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

a. Data Primer

Data perilaku masyarakat dikumpulkan dengan pengisian kuesioner yang

berisi pertanyaan.

b. Data sekunder

Data malaria dikumpulkan dari Puskesmas Sawang dan data dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Aceh Utara.

4.6. Pengolahan dan Analisis Data

4.6.1 Pengolahan data

Pengolahan data hasil penelitian dilakukan secara manual, dengan tahapan

sebagai berikut :

a. Editing

Melakukan pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah diisi oleh

masyarakat. Tujuannya untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan

yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan sampai

sejauh mungkin.

b. Coding

Mengklarifikasi jawaban-jawaban dari para responden ke dalam kategori-

kategori. Dilakukan dengan cara memberi tanda/kode berbentuk angka

pada masing-masing jawaban.

Page 34: BAB I - IV

34

c. Tabulating

Pekerjaan tabulasi adalah tugas untuk membuat tabel. Jawaban-jawaban

yang sudah diberi kode kategori jawaban kemudian dimasukkan dalam

tabel dan dinilai, selanjutnya dimasukkan ke dalam skala pengukuran

dengan rentang nilai.

4.6.2 Analisis data

Untuk mendeskripsikan gambaran perilaku terhadap upaya pencegahan

Malaria pada masyarakat Kecamatan Sawang dilakukan perhitungan frekuensi

dan persentase. Hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi.

4.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

4.7.1 Uji validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah apakah kuesioner yang kita

susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji

dengan uji korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaaan) dengan skors

total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan itu mempunyai korelasi yang

bermakna (construct validity), maka kuesioner tersebut sudah memiliki validitas

konstruk yang berarti dapat mengukur konsep yang kita ukur (Notoatmodjo,

2005). Validitas diuji dengan menggunakan program SPSS (Statistic Product and

Service Solution).

Responden yang terlibat dalam uji validitas adalah 10 responden di desa

penelitian. Responden sebagai uji validitas tidak dijadikan sebagai sampel

Page 35: BAB I - IV

35

penelitian. Terdapat 10 pertanyaan kuesioner mengenai pengetahuan masyarakat

setelah dilakukan uji validitas diperoleh 10 pertanyaan valid dengan kriteria

dikatakan valid apabila r hitung > r tabel. Nilai r tabel diperoleh dari n = 10 dan

tingkat ketepatan yang diinginkan 5% yaitu 0,632. Dengan demikian, terdapat 10

pertanyaan valid karena r hitung > r tabel (r hitung > 0,632). Nilai r hitung

terendah sebesar 0,732 dan nilai r hitung tertinggi sebesar 0,937.

Uji validitas pada kuesioner sikap masyarakat yaitu bahwa 10 pertanyaan

sikap masyarakat setelah dilakukan uji validitas diperoleh 10 pertanyaan valid

dengan kriteria dikatakan valid apabila r hitung > r tabel. Nilai r tabel diperoleh

dari n = 10 dan tingkat ketepatan yang diinginkan 5% yaitu 0,632. Dengan

demikian, terdapat 10 pertanyaan valid karena r hitung > r tabel (r hitung >

0,632). Nilai r hitung terendah sebesar 0,726 dan nilai r hitung tertinggi sebesar

0,920.

Uji validitas pada kuesioner tindakan masyarakat yaitu bahwa 10

pertanyaan tindakan masyarakat setelah dilakukan uji validitas diperoleh 10

pertanyaan valid dengan kriteria dikatakan valid apabila r hitung > r tabel. Nilai r

tabel diperoleh dari n = 10 dan tingkat ketepatan yang diinginkan 5% yaitu 0,632.

Dengan demikian terdapat 10 pertanyaan valid karena r hitung > r tabel (r hitung

> 0,632). Nilai r hitung terendah sebesar 0,732 dan nilai r hitung tertinggi sebesar

0,937.

4.7.2 Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya atau diandalkan. Ini menunjukkan sejauh mana hasil

Page 36: BAB I - IV

36

pengumpulan itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap masalah yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Notoatmodjo, 2005). Dengan menggunakan program komputer SPSS akan dilihat

hasil nilai reliabilitas dapat langsung dihitung, yaitu dengan menggunakan

cronbach alpha. Bila nilai alpha lebih besar dari 0,6 maka kuesioner dinyatakan

reliabel.

Dari hasil perhitungan kuesioner pengetahuan masyarakat diperoleh nilai

alpha 0,964 sehingga alpha > 0,6. Dengan demikian kuesioner pengetahuan

masyarakat dikatakan reliabel. Untuk kuesioner sikap masyarakat diperoleh nilai

alpha 0,961 sehingga alpha > 0,6. Untuk kuesioner tindakan masyarakat

diperoleh nilai alpha 0,964 sehingga alpha > 0,6. Dengan demikian kuesioner

tindakan masyarakat dikatakan reliabel.