bab i-iv

Download BAB I-IV

If you can't read please download the document

Upload: blackeagel

Post on 28-Sep-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Skripsi kedokteran

TRANSCRIPT

15 2006611BAB IPENDAHULUANLatar Belakang dan Perumusan Masalah Sepeda motor adalah sarana transportasi yang banyak diminati oleh masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Disamping irit dan cepat, sepeda motor merupakan kendaraan yang mudah didapat dan murah, karena kemudahan dan murahnya harga sepeda motor membuka peluang bagi perusahaan pembiayaan konsumen untuk menyediakan pembiayaan sepeda motor secara kredit bagi masyarakat yang daya belinya masih kurang, dengan memberikan fasilitas kredit dengan atau tanpa uang muka dalam bentuk pembiayaan konsumen.1 Untuk memberikan jaminan dan kepastian hukum, maka sejak tahun 1988, pemerintah Indonesia telah memberikan payung hukum bagi lembaga pembiayaan maupun bagi konsumen untuk melakukan kegiatan pembiayaan konsumen. Hal tersebut dimulai sejak dikeluarkannya Peraturan Presiden nomor 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, kemudian dicabut dan terakhir diganti dengan Peraturan Presiden nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, dimana lembaga pembiayaan diatur dalam Pasal 1 angka 1 yang dimaksud dengan Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Badan usaha yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, diatur dalam Pasal 1 angka 2 yaitu badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan/atau usaha kartu kredit, yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 Tentang Perusahaan Pembiayaan, dimana perusahaan pembiayaan diatur dalam Pasal 1 huruf b yaitu perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Sedangkan pembiayaan konsumen (consumers finance) diatur dalam peraturan presiden nomor 9 tahun 2009 tentang lembaga pembiayaan, Pasal 1 angka 7 yaitu pembiayaan konsumen (consumers finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran, dan dijelaskan lebih lanjut dalam peraturan menteri keuangan nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan, Pasal 1 huruf g pembiayaan konsumen (consumer finance) adalah pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran yang dalam Pasal 6 ayat 1 dijelaskan bahwa kegiatan pembiayaan konsumen dilakukan dalam bentuk penyediaan dana untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Kebutuhan konsumen tersebut dijelaskan lebih rinci dalam Pasal 6 ayat 2 yaitu kebutuhan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi :Pembiayaan kendaran bermotorPembiayaan alat-alat rumah tanggaPembiayaan barang-barang elektronikPembiayaan perumahan Dalam setiap kegiatan usaha pembiayaannya, perusahaan pembiayaan selalu mengadakan hubungan kontraktual dengan pihak-pihak yang berkepentingan, dimana hal tersebut tidak terlepas dari syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat :Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya Kecakapan untuk membuat suatu perikatanSuatu pokok persoalan tertentuSuatu sebab yang terlarangdan tidak terlepas juga dari asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata yaitu semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Sehingga dalam menuangkan kehendak para pihak tersebut, maka dibuat dalam bentuk tertulis berupa rumusan perjanjian yang menetapkan hak dan kewajiban para pihak. Menurut Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, unsur-unsur dalam pembiayaan konsumen, yaitu Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h. 96.:Subyek pembiayaan konsumen terdiri dari :perusahaan pembiayaan (kreditor) adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen dan/atau usaha kartu kreditKonsumen (debitor) adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, mapun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.Penyedia barang (supplier) adalah pihak penjual barang kepada konsumen atas pembayaran oleh pihak ketiga (perusahaan pembiayaan konsumen)Obyek adalah barang bergerak keperluan konsumen yang akan dipakai untuk keperluan hidup atau keperluan rumah tangga. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 Tentang Perusahaan Pembiayaan, Pasal 6 ayat 2 kebutuhan konsumen sebagaimana di maksud pada ayat (1), antara lain meliputi :Pembiayaan kendaraan bermotorPembiayaan alat-alat rumah tanggaPembiayaan barang-barang elektronikPembiayaan perumahan Perjanjian adalah perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual beli antara pemasok dan konsumen.Hubungan kewajiban dan hak, yaitu :Perusahaan pembiayaan :Membiayai harga pembelian barang keperluan konsumenMembayar tunai supplierKonsumen : membayar harga barang secara angsuran kepada perusahaan pembiayaanSupplier : menyerahkan barang kepada konsumenJaminan, yaitu terdiri atas jaminan utama, pokok, tambahan. Jaminan utama berupa kepercayaan terhadap konsumen (debitor), jaminan pokok secara fidusia berupa barang yang dibiayai oleh perusahaan konsumen dimana semua dokumen kepemilikan barang dikuasai oleh perusahaan pembiayaan konsumen (fiduciary transfer of ownership). Adapun jaminan tambahan berupa pengakuan hutang (promissory notes) dari konsumen.Pembayaran angsuran, yaitu pihak konsumen membayar harga kepada perusahaan pembiayaan konsumen secara angsuran sampai lunas Ahmad Muliadi, Hukum Lembaga Pembiayaan, Akademia Permata, Jakarta, 2013, h.122. Dalam praktek seringkali dijumpai bahwa pihak perusahaan pembiayaan menjadi pihak yang tidak aman dalam memperoleh haknya, misalnya konsumen dapat sewaktu-waktu mengalihkan obyek pembiayaan konsumen kepada orang lain tanpa sepengetahuan perusahaan pembiayaan atau konsumen tidak mau mengembalikan obyek pembiayaan konsumen secara baik-baik, walaupun konsumen telah wanprestasi, dan berbagai masalah lainnya. Karena sadar akan resiko yang mungkin akan dihadapi oleh perusahaan pembiayaan, maka dalam praktek dibutuhkan juga jaminan. Sehingga diharapkan kedudukan perusahaan pembiayaan benar-benar terjamin. Pada prinsipnya jaminan diberikan terhadap pinjaman, kredit atau kontrak lainnya, tetapi dapat juga diberikan terhadap transaksi pembiayaan konsumen. Dimana pembiayaan konsumen juga memerlukan jaminan-jaminan tertentu agar dana yang telah dikeluarkan oleh perusahaan pembiayaan ditambah dengan keuntungan-keuntungan tertentu dapat diterima kembali oleh perusahaan pembiayaan. Jaminan merupakan terjemahan dari istilah zekerheid atau cautie, yaitu kemampuan debitor untuk memenuhi atau melunasi perutangannya kepada kreditor, yang dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang yang diterima debitor terhadap kreditornya. Jaminan pembiayaan konsumen pada prinsipnya sama dengan jaminan terhadap perjanjian kredit yang diberikan oleh bank, yaitu :Jaminan Utama, yaitu kepercayaan dari perusahaan pembiayaan (kreditor) kepada konsumen (debitor) bahwa pihak debitor dapat dipercaya dan sanggup membayar hutang-hutangnya.Jaminan pokok, yaitu barang yang dibeli oleh konsumen (debitor) dengan dana dari pembiayaan konsumen dijadikan jaminan dalam pembiayaan konsumen tersebut. Jaminan tersebut dalam bentuk fiduciary transfer of ownership (fidusia). Dimana seluruh dokumen yang berkenaan dengan kepemilikan barang yang bersangkutan akan dipegang oleh perusahaan pembiayaan (kreditor) hingga kredit lunas.Jaminan Tambahan, yaitu berupa pengakuan hutang (promissory notes), kuasa menjual barang (cessie) dan dari asuransi, juga jaminan berupa persetujuan istri/suami untuk konsumen perusahaan, sesuai ketentuan anggaran dasarnya. Dalam pembiayaan konsumen, Jaminan yang dibuat dalam bentuk fidusia yaitu penyerahan hak milik secara kepercayaan, dalam istilah Belanda disebut Fiduciare Eigendoms Overdracht, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut fiduciary transfer of ownership (fidusia). Fidusia berasal dari kata fiduciair atau fides yang artinya kepercayaan, yakni penyerahan hak milik atas benda secara kepercayaan sebagai jaminan (agunan) bagi pelunasan piutang kreditor Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h. 151. Di Indonesia jaminan secara fidusia diatur dalam Undang-undang nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Pasal 1 angka 1, fidusia adalah pengalihan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Sedangkan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 1 angka 2, yang dimaksud dengan jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya. Dalam pembiayaan konsumen, jaminan pokok berupa fidusia atas obyek pembiayaan konsumen, diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia, dimana pada Pasal 1 disebutkan bahwa perusahaan pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia wajib mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor Pendaftaran Fidusia, sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia. Peraturan tersebut dimaksudkan tentunya dengan harapan agar apabila konsumen wanprestasi, obyek pembiayaan konsumen tersebut dapat dieksekusi dengan cara fidusia. Adapun permasalahan-permasalahan yang penulis angkat dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :Bagaimana penerapan pengikatan obyek pembiayaan konsumen yang diikuti dengan jaminan fidusia?Bagaimanakah eksekusi terhadap obyek pembiayaan konsumen yang diikat dengan jaminan fidusia?Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adalah sebagai berikut :Untuk memahami dan menganalisa bagaimana penerapan pengikatan obyek pembiayaan konsumen yang diikuti dengan jaminan fidusia Untuk memahami dan menganalisa bagaimana eksekusi terhadap obyek pembiayaan konsumen yang diikat dengan jaminan fidusia.Manfaat PenulisanPenulisan skripsi ini dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan ilmu pengerahuan khususnya bagi para sarjana hukum di Indonesia mengenai perikatan obyek pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia pada perusahaan pembiayaan dan manfaat bagi penulis sebagai upaya untuk melatih diri dan membandingkan antara teori yang diperoleh dari bangku perkualiahan dengan praktek di masyarakat, serta dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum sebagai wawasan dan jawaban dalam menyelesaikan masalah perikatan obyek pembiayaan konsumen secara jaminan fidusia dan eksekusi dengan jaminan fidusia apabila debitor lalai.Tinjauan PustakaPembiayaan KonsumenPembiayaan Konsumen dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah consumer finance, yaitu kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran Ahmad Muliadi, Op.Cit. Ada dua macam pembiayaan konsumen, yaitu :Jual Beli dengan CicilanJual Beli dengan cicilan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah koop op afbetaling, dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah credit sale yaitu perjanjian dimana barang seketika diserahkan dalam miliknya si pembeli, namun harganya boleh dicicil. Istilah Jual beli dengan cicilan pertama kali diatur dalam Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/80 Tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire Purchase) Jual Beli dengan Angsuran dan Sewa (Rent), yang diatur dalam Pasal 1 huruf b yang dimaksud jual beli dengan angsuran adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara menerima pelunasan pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dalam beberapa kali angsuran atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut beralih dari penjual kepada pembeli pada saat barangnya diserahkan oleh penjual kepada pembeli. Sewa beli Sewa beli pertama kali dikenal di Belanda pada tahun 1936 yang dikenal dengan nama huurkoop yang artinya sewa beli dan di Inggris di kenal dengan nama hire purchase. Menurut Michael R Purba, huurkoop adalah sewa beli, jual beli dengan perjanjian bahwa harga dibayar secara diangsur, barang diserahkan pada waktu perjanjian ditutup sebagai disewa oleh si pembeli dan hak milik baru beralih pada waktu pembayaran angsuran yang terakhir. Michael R Purba, Kamus hukum internasional dan Indonesia, Widyatamma, Jakarta, 2009, h.196 Pengertian sewa beli secara yuridis di Indonesia tidak diatur dalam perumusan formal, tetapi dapat kita jumpai dalam praktek. Perumusan sewa beli pertama kali diatur dalam keputusan menteri perdagangan dan koperasi nomor 34/KP/II/80 tentang perizinan kegiatan usaha sewa beli (hire purchase) jual beli dengan angsuran, dan sewa (renting) dimana diatur dalam Pasal 1 huruf a yaitu sewa beli (hire purchase) adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah jumlah harganya di bayar lunas oleh pembeli kepada penjual. Dimana didalamnya terdapat unsur-unsur jual beli dan sewa menyewa, serta mempunyai fungsi yang hampir sama dengan bank, yaitu memberikan sumber pembiayaan jangka menengah (satu tahun sampai lima tahun), yang dari segi perekonomian nasional merupakan suatu metode baru untuk menambah modal kerja. Sewa Beli merupakan pembiayaan konsumen yang dipakai dalam pemberian pembiayaan kendaraan bermotor, dimana dalam melakukan setiap kegiatan sewa beli, perusahaan pembiayaan selalu melakukan perikatan dalam bentuk perjanjian, dimana pranata hukum perjanjian pembiayaan konsumen tidak disebutkan dalam KUHPerdata dan merupakan jenis perjanjian baru. Menurut sistem perdata di Indonesia ada dua perjanjian menurut namanya, yaitu :Perjanjian bernama (benoemd), yaitu perjanjian khusus yang mempunyai nama sendiri, yang diatur oleh pembentuk undang-undang Perjanjian tidak bernama (onbenoemde overeenkomst) yaitu perjanjian yang tidak mempunyai nama tertentu dan jumlahnya tidak terbatas, yang disesuaikan dengan kebutuhan pihak-pihak yang mengadakannya. Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana, Jakarta, 2010, h.232Dalam perjanjian tidak bernama, perjanjian pembiayaan konsumen didasarkan pada asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1320 juncto Pasal 1338 KUHPerdata. Pasal 1320 KUHPerdata mengatur tentang syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu kontrak, yaitu :Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya (de toestemming van degenen die zich verbinden)Kecakapan untuk membuat perikatan (de bekwaamheid om eene verbintenis aan te gaan)Suatu hal tertentu (een bepaald onderwerp)Suatu sebab yang halal atau diperbolehkan (eene geoorloofde oorzaak)sedangkan Pasal 1338 (1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang di buat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perusahaan PembiayaanLembaga Pembiayaan terdiri dari dua kata, yaitu :Lembaga adalah badan atau pranata yang bermaksud melakukan sesuatu penyelidikan keilmuan atau melakukan sesuatu usahaPembiayaan adalah perbuatan untuk membiayai baik perorangan maupun bentuk perusahaan. sehingga lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal yang termasuk salah satu dari Lembaga Jasa Keuangan. Lembaga pembiayaan meliputi :Perusahaan Pembiayaan Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar badan dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan, dimana kegiatan pembiayaannya dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Perusahaan pembiayaan diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Pasal 1 angka 2, yaitu perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan atau usaha kartu kredit.Perusahaan Modal VenturaPerusahaan Pembiayaan Infrastrukturperusahaan-perusahaan tersebut diatas dalam menjalankan kegiatannya harus berbentuk perseroan terbatas atau koperasi.Untuk menjamin kedudukan perusahaan pembiayaan tetap aman dalam memberikan pembiayaan konsumen, dan agar dana yang dikeluarkan oleh perusahaan pembiayaan ditambah dengan keuntungan-keuntungan tertentu dapat diterimanya kembali, maka diperlukan jaminan. Jaminan-jaminan dalam pembiayaan konsumen pada prinsipnya tidak jauh berbeda pada jaminan perjanjian kredit di perbankan. dimana ada jaminan tambahan pada consumers finance agreement yaitu berupa fidusia, yang diatur dalam undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dan diatur juga dalam peraturan Menteri Keuangan nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia, yang dijelaskan pada Pasal 1 ayat 1 yaitu perusahaan pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia wajib mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor Pendaftaran Fidusia, sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia. Pendaftaran jaminan fidusia memberikan hak yang didahulukan (preferen) kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya. Perjanjian jaminan fidusia memberikan hak kepada pihak pemberi fidusia untuk tetap menguasai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia berdasarkan kepercayaan, maka diharapkan sistem pendaftaran yang diatur dalam undang-undang ini dapat memberikan jaminan kepada penerima fidusia dan pihak yang berkepentingan terhadap benda tersebut. Oleh karena dalam kontrak perjanjian pembiayaan konsumen yang dipermasalahkan adalah jaminan atas barang yang difidusia-kan yang memungkinkan benda bergerak sebagai jaminan, tetapi benda tersebut tetap berada dalam tangan dan tetap dipakai untuk usaha si pemberi jaminan.Jaminan Fidusia Jaminan fidusia yaitu penyerahan hak milik secara kepercayaan, dalam istilah Belanda disebut Fiduciare Eigendoms Overdracht, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut fiduciary transfer of ownership (fidusia). Fidusia berasal dari kata fiduciair atau fides yang artinya kepercayaan, yakni penyerahan hak milik atas benda secara kepercayaan sebagai jaminan (agunan) bagi pelunasan piutang kreditor Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h. 151. Di Indonesia jaminan secara fidusia diatur dalam Undang-undang nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Pasal 1 angka 1, fidusia adalah pengalihan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Sedangkan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 1 angka 2, yang dimaksud dengan jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnyaFidusia mempunyai unsur-unsur, yaitu ;Unsur kepercayaan dari pemberi fidusiaDebitor percaya bahwa benda fidusia yang diserahkan tidak benar-benar dimiliki oleh kreditor penerima jaminan tetapi hanya sebagai jaminan saja dan hanya akan menggunakan kewenangan yang diperolehnya untuk melindungi kepentingan kreditor dan akan dikembalikan kepada debitor apabila hutang dilunasi.Unsur kepercayaan dari penerima fidusiaPenerima fidusia percaya bahwa jaminan akan dipelihara/dirawat oleh pemberi fidusia.Hak Mendahului (preferen)sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Pasal 1 angka 6, yaitu penerima fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia, mempunyai hak mendahului (preferen) sebagaimana diatur diatas, Pasal 27 ayat 1 yaitu penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditor lainnya.Sifat AccessoirPerjanjian jaminan fidusia adalah perjanjian ikutan yang dibentuk oleh perjanjian lain yaitu perjanjian utama atau perjanjian pokokdimana mempunyai prinsip-prinsip dasar yang ada dalam sebuah jaminan, yaitu :Asas kepastian hukum, yaitu jaminan fidusia diatur dalam undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia.Asas publisitas, yaitu pengumuman kepada masyarakat mengenai status kepemilikanAsas Keseimbangan, yaitu asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjianAsas menampung kebutuhan praktek, yaitu bahwa setiap orang dapat mengadakan perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum diatur dalam undang-undangAsas tertulis otentik, yaitu akta jaminan fidusia, harus dibuat secara tertulis dan dibuat dihadapan Notaris dalam bentuk akta otentik.Asas pemberian kedudukan yang kuat kepada kreditor, yaitu kreditor penerima fidusia mempunyai hak prefen (didahulukan) dari kreditor lainnya.Eksekusi Obyek Pembiayaan Konsumen Secara Jaminan Fidusia Eksekusi terhadap benda yang menjadi obyek jaminan fidusia menurut Undang-Undang nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :Eksekusi berdasarkan grosse Sertifikat Jaminan Fidusia atau title eksekutorial (secara fiat eksekusi) yang terdapat dalam Sertifikat Jaminan Fidusia yang dilakukan oleh penerima fidusia. Sesuai ketentuan Undang-undang nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Pasal 15 ayat 2 yaitu sertifikat jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, juncto Pasal 29 :ayat 1 yaitu apabila debitor atau pemberi fidusia cidera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cara :pelaksanaan title eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) oleh penerima fidusia.Sertifikat jaminan fidusia tersebut dapat dieksekusi tanpa menunggu fiat eksekusi dari pengadilan, sebab kekuatannya sama dengan sebuah putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Atas dasar inilah obyek jaminan fidusia dapat dieksekusi tanpa menunggu adanya surat perintah (putusan) dari pengadilan. Eksekusi berdasarkan pelaksanaan parate eksekusi melalui pelelangan umum oleh penerima fidusia.Eksekusi diatas diatur dalam undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia, Pasal 15 ayat 3 yaitu apabila debitor cidera janji, penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi obyek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri. Maka berdasarkan ketentuan tersebut kreditor (penerima fidusia) diberikan hak untuk melakukan penjualan obyek jaminan fidusia melalui pelelangan umum (kantor lelang) tanpa memerlukan persetujuan dari debitor, yaitu dengan cara meminta bantuan Kantor Lelang untuk melakukan penjualan secara lelang.Eksekusi secara penjualan di bawah tangan oleh kreditor pemberi fidusia sendiri.Eksekusi dengan cara penjualan dibawah tangan oleh kreditor dapat dilakukan sepanjang terdapat kesepakatan antara pemberi fidusia dan penerima fidusia, hal tersebut dimungkinkan untuk memenuhi kepentingan para pihak dalam perjanjian penjaminan fidusia, sesuai dengan undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia, Pasal 29 :ayat 1 huruf c yaitu penjualan dibawah tangan yang dilakukan berdasarkan Kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.Ayat 2, yaitu pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan atau penerima fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang tersebar di daerah yang bersangkutan.adapun persyaratan pelaksanaan eksekusi dengan cara penjualan di bawah tangan adalah sebagai berikut Rachmadi Usman, Op.Cit :Dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pemberi dan penerima fidusiaDapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihakDiberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan/atau penerima fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentinganDiumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan; danPelaksanaan penjualan dibawah tangan tersebut, dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis.Metode PenelitianDalam Penyusunan skripsi ini, penulis mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan atau mencari data yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan dalam praktek, yang meliputi :Metode PendekatanMetode pendekatan yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah pendekatan yuridis-normatif, maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan (statue approach). Pendekatan perundang-undangan (statue approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani, dimana pendekatan undang-undang membuka kesempatan untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu undang-undang dengan undang-undang lainnya atau antara undang-undang dan Undang-Undang Dasar atau antara regulasi dan undang-undang Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum edisi revisi, Kencana, Jakarta, 2005, h.133. Bahan Hukum Data atau bahan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini ada tiga data yaitu :Bahan Hukum PrimerBahan hukum yang bersifat autoritatif yang artinya mempunyai otoritas, yang terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuiatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit, yaitu :Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)Herziene Inlandsch Reglement (HIR)Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan FidusiaPeraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga PembiayaanKeputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/80 Tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire Purchase) Jual Beli Dengan Angsuran, dan Sewa (Renting)Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 21/M-DAG/PER/10/2005 Tentang Pencabutan Beberapa Perizinan Dan Pendaftaran Di Bidang PerdaganganKeputusan Menteri Keuangan nomor 130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan FidusiaPeraturan Kepala Kepolisian Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan FidusiaBahan Hukum Sekunderberupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi, meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.Metode Pengumpulan Bahan HukumDalam proses ini, pengumpulan bahan hukum primer menggunakan teknik pengumpulan bahan hukum melalui inventarisasi, klasifikasi, kategorisasi, sistemasi studi kepustakaan atas perundang-undangan, buku-buku, jurnal, artikel-artikel, majalah, kemudian data dikumpulkan dan disusun secara sistematis sehingga mendukung pembahasan masalah. Sedangkan bahan hukum sekunder dilakukan dengan mencari dan mempelajari literatur yang berhubungan dengan perjanjian pembiayaan konsumen dan jaminan fidusiaAnalisa Bahan HukumAnalisa bahan hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah analisa deduktif yaitu menganalisa peraturan perundang-undangan dan perjanjian sebagai pernyataan umum untuk mengambil kesimpulan terhadap hal-hal khusus. Setelah itu diuraikan secara kualitatif, sehingga memperoleh suatu kesimpulan.Pertanggungjawaban SistematikaUntuk memudahkan pemahaman atas penulisan ini, maka pertanggungjawaban sistematika secara teratur yang semuanya mempunyai hubungan erat satu sama lainnya. Sistematika atau gambaran isi tersebut dibagi dalam beberapa bab dan diantara bab-bab ini terdiri pula atas sub bab. Suatu penulisan ilmiah perlu dibatasi ruang lingkupnya, agar hasil yang akan diuraikan terarah dan data yang diperoleh relevan untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan menghindari data yang membias. Adapun gambaran isi atau sistematika tersebut adalah sebagai berikut :BAB IPENDAHULUANBab ini menguraikan tentang landasan dan dasar pemikiran bagi penulisan, baik mengenai Latar Belakang dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Pertanggungjawaban Sistematika.BAB IIPENERAPAN PENGIKATAN OBYEK PEMBIAYAAN KONSUMEN SECARA JAMINAN FIDUSIABab ini menguraikan tentang pembiayaan konsumen, jaminan fidusia, kewenangan perusahaan pembiayaan menjaminkan obyek pembiayaan konsumenBAB IIIPENERAPAN EKSEKUSI OBYEK PEMBIAYAAN KONSUMEN SECARA JAMINAN FIDUSIABab ini menguraikan tentang wanprestasi dan akibat hukumnya, eksekusi obyek pembiayaan konsumen secara jaminan fidusiaBAB IVPENUTUPBab ini merupakan bab penutup yang didalamnya diberikan Kesimpulan dan Saran.26BAB IIPENERAPAN PENGIKATAN OBYEK PEMBIAYAAN KONSUMEN SECARA JAMINAN FIDUSIAPembiayaan Konsumen Pembiayaan konsumen merupakan salah satu pembiayaan yang dilakukan oleh suatu perusahaan finansial. Pembiayaan Konsumen (consumer finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran, yang tergolong dalam sale credit, karena konsumen tidak menerima cash, tetapi hanya menerima barang yang dibeli dengan kredit tersebut untuk tujuan konsumtif. Menurut Peraturan Presiden nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Pasal 1 angka 7 yang dimaksud dengan pembiayaan konsumen (consumers finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran, dan dijelaskan lebih lanjut dalam peraturan Menteri Keuangan nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, Pasal 1 huruf G yang dimaksud dengan pembiayaan konsumen (consumers finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Dimana dalam Pasal 6 ayat 2 disebutkan lebih lanjut tentang kebutuhan konsumen, antara lain :26Pembiayaan kendaraan bermotorPembiayaan alat-alat rumah tanggaPembiayaan barang-barang elektronikPembiayaan perumahan.Pembiayaan konsumen ada dua macam, yaitu :Jual beli Dengan Cicilan Jual beli dengan cicilan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah koop op afbetaling dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah credit sale yaitu perjanjian dimana barang seketika diserahkan dalam miliknya si pembeli, namun harganya boleh dicicil. Dengan demikian maka si pembeli seketika sudah menjadi pemilik mutlak dari barangnya dan tinggallah ia mempunyai hutang kepada si penjual berupa harga atau sebagian dari harga yang belum dibayarnya. Dan begitu pembeli menerima barangnya, maka ia bebas untuk menjualnya lagi karena itu sudah barang miliknya R. Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, h. 54. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi nomor 34/KP/II/80 tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire Purchase) Jual Beli Dengan Angsuran, dan Sewa (Rent), Pasal 1 huruf b yang dimaksud dengan jual beli dengan angsuran adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara menerima pelunasan pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dalam beberapa kali angsuran atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut beralih dari penjual kepada pembeli pada saat barangnya diserahkan oleh penjual kepada pembeli.Sewa Beli Sewa Beli dalam bahasa Belanda dikenal dengan nama huurkoop dan di Inggris dikenal dengan hire purchase adalah suatu macam jual beli, dimana selama harga belum dibayar lunas, si pembeli menjadi penyewa dahulu dari barang yang ingin dibelinya. Dengan dijadikannya penyewa, penyerahan hak milik baru akan dilakukan pada waktu di bayarnya angsuran yang terakhir, penyerahan mana dapat dilakukan dengan suatu pernyataan saja karena barangnya sudah berada dalam kekuasaan si pembeli dalam kedudukannya sebagai penyewa. Cara penyerahan ini dinamakan traditio brevi manuMenurut Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi nomor 34/KP/II/80 tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire Purchase) Jual Beli Dengan Angsuran, dan Sewa (Rent), Pasal 1 huruf a, yang dimaksud dengan Sewa Beli (Hire Purchase) adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual. Sewa beli sebenarnya adalah suatu macam jual beli, setidak-tidaknya ia lebih mendekati jual beli dari pada sewa menyewa, meskipun ia merupakan suatu campuran dari kedua-duanya dan diberikan judul sewa menyewa R. Subekti, Op.Cit.Pembiayaan konsumen dengan cara sewa beli (Hire Purchase) adalah salah satu bentuk usaha yang digunakan dalam pembiayaan kendaraan bermotor, disamping hal tersebut memberikan jalan keluar bagi calon-calon pembeli yang tidak mampu membayar harga barang-barang sekaligus, yang oleh karenanya diperlukan suatu perusahaan pembiayaan untuk membiayai kegiatan konsumsi dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal, juga sebagai jalan keluar diketemukannya suatu perjanjian, dimana harga belum dibayar lunas oleh konsumen maka konsumen dianggap sebagai penyewa dahulu dari barang yang ingin dibelinya. Dengan dijadikannya penyewa, konsumen terancam oleh hukum pidana (penggelapan), apabila konsumen sampai berani menjual barangnya. Hal tersebut memberikan keuntungan pada kedua belah pihak, dimana di satu sisi konsumen dapat membeli barang dengan cara mengangsur sekaligus menikmati barangnya, sedangkan perusahaan pembiayaan merasa aman karena barangnya tidak akan dihilangkan oleh konsumen selama harga belum dibayar lunas.Unsur-unsur dalam pembiayaan konsumen tersebut, antara lain :Subyek pembiayaan konsumen terdiri dari :Perusahaan pembiayaanMenurut Peraturan Presiden nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Pasal 1 angka 2, yang dimaksud dengan perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan/atau usaha kartu kredit.Konsumen (debitor) Konsumen menurut Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, Pasal 1 angka 2, yang dimaksud dengan konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.Penyedia barang (supplier) Supplier adalah pihak penjual barang kepada konsumen atas pembayaran oleh pihak ketiga (perusahaan pembiayaan konsumen)Objek adalah barang kebutuhan konsumen yang menurut peraturan Menteri Keuangan nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, Pasal 6 ayat 2 kebutuhan konsumen sebagaimana di maksud pada ayat (1), antara lain meliputi :Pembiayaan kendaraan bermotorPembiayaan alat-alat rumah tanggaPembiayaan barang-barang elektronikPembiayaan perumahanPerjanjian adalah perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual beli antara pemasok dan konsumenHubungan kewajiban dan hak, yaitu :Perusahaan pembiayaan :Perusahaan pembiayaan konsumen menyediakan jasa kepada konsumen dalam bentuk pembayaran harga barang secara tunai kepada supplier. Dimana sebelumnya ada kontrak pembiayaan konsumen antara perusahaan pembiayaan konsumen dengan konsumen yang sifatnya pemberian kredit.Konsumen : Konsumen membayar harga barang secara angsuran kepada perusahaan pembiayaan sesuai dengan kontrak pembiayaan konsumenSupplier : Supplier menyerahkan barang kepada konsumen. Pembayaran angsuran yaitu pihak konsumen membayar harga barang kepada perusahaan pembiayaan konsumen secara angsuran sampai lunas Ahmad Muliadi, Hukum Lembaga Pembiayaan, Akademia, Jakarta, 2013, h.122 Adapun perbedaan pembiayaan konsumen (sewa beli) dengan sewa guna usaha (finance lease) adalah sebagai berikut :Pada pembiayaan konsumen, pemilikan barang/obyek pembiayaan berada pada konsumen yang kemudian diserahkan secara fidusia, kepada perusahaan pembiayaan konsumen. Sedangkan pada sewa guna usaha pemilik barang/obyek pembiayaan berada pada lessorPada pembiayaan konsumen, tidak ada batasan waktu pembiayaan, sedangkan sewa guna usaha jangka waktu angsuran diatur sesuai dengan umur ekonomis obyek/barang modal yang dibiayai oleh lessorPada pembiayaan konsumen tidak membatasi pembiayan kepada calon konsumen yang telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), sedangkan pada sewa guna usaha calon lessee diharuskan mempunyai kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)Pada sewa guna usaha dimungkinkan terjadinya sale and lease back, sedangkan pada pembiayaan konsumen hal tersebut belum diatur.pembiayaan konsumen sama dengan sewa guna usaha dengan hak opsi untuk perorangan, sehingga dalam prakteknya obyek pembiayaan konsumen dijadikan pengganti sewa guna usaha dengan hak opsi. Sedangkan transaksi pembiayaan konsumen yang bisa dilakukan adalah direct finance lease, dimana debitor belum pernah memiliki barang kebutuhan konsumen yang akan menjadi obyek pembiayaan konsumen. Dengan demikian kreditor atas nama debitor akan membeli barang kebutuhan konsumen tersebut langsung kepada supplier dengan menggunakan nama debitor sebagai pemilik. Dalam praktek seringkali dijumpai bahwa pihak perusahaan pembiayaan menjadi pihak yang tidak aman dalam memperoleh haknya, misalnya konsumen dapat sewaktu-waktu mengalihkan objek pembiayaan konsumen kepada orang lain tanpa sepengetahuan perusahaan pembiayaan atau konsumen tidak mau mengembalikan objek pembiayaan konsumen secara baik-baik, walaupun konsumen telah wanprestasi, dan berbagai masalah lainnya. Karena sadar akan resiko yang mungkin akan dihadapi oleh perusahaan pembiayaan, maka dalam praktek dibutuhkan juga jaminan. Sehingga diharapkan kedudukan perusahaan pembiayaan benar-benar terjamin, dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia. Yang diatur dalam Pasal 1, yaitu :Perusahaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia wajib mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor Pendaftaran Fidusia, sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusiaKewajiban pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi perusahaan pembiayaan yang melakukan :Pembiayaan konsumen kendaraan bermotor berdasarkan prinsip syariah, dan/atauPembiayaan konsumen kendaraan bermotor yang pembiayaannya berasal dari pembiayaan penerusan (channeling) atau pembiayaan bersama (joint financing)Jaminan FidusiaJaminan Pada prinsipnya jaminan diberikan terhadap pinjaman, kredit atau kontrak lainnya, tetapi dapat juga diberikan terhadap transaksi pembiayaan konsumen. Dimana pembiayaan konsumen juga memerlukan jaminan-jaminan tertentu agar dana yang telah dikeluarkan oleh perusahaan pembiayaan ditambah dengan keuntungan-keuntungan tertentu dapat diterima kembali oleh perusahaan pembiayaan. Jaminan ada tiga macam, yaitu :Jaminan Utama, yaitu kepercayaan dari perusahaan pembiayaan (kreditor) kepada konsumen (debitor) bahwa pihak debitor dapat dipercaya dan sanggup membayar hutang-hutangnya.Jaminan pokok, yaitu barang yang dibeli oleh konsumen (debitor) dengan dana dari pembiayaan konsumen dijadikan jaminan dalam pembiayaan konsumen tersebut. Jaminan tersebut dalam bentuk fiduciary transfer of ownership (fidusia). Dimana seluruh dokumen yang berkenaan dengan kepemilikan barang yang bersangkutan akan dipegang oleh perusahaan pembiayaan (kreditor) hingga kredit lunas.Jaminan Tambahan, yaitu berupa pengakuan hutang (promissory notes), kuasa menjual barang (cessie) dan dari asuransi, juga jaminan berupa persetujuan istri/suami untuk konsumen perusahaan, sesuai ketentuan anggaran dasarnya. Jaminan dalam pembiayaan konsumen termasuk dalam jaminan fidusia, dimana pengaturannya diatur dalam Undang-Undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia Pasal 1 angka 2, yang dimaksud dengan jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya. Pada umumnya dalam suatu kontrak pembiayaan konsumen, konsumen diwajibkan untuk memberikan juga jaminan tambahan berupa fidusia atas obyek pembiayaan konsumen, yang diatur dalam peraturan menteri keuangan republik Indonesia nomor 130/PMK.010/2012 tentang pendaftaran jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia, dimana pada Pasal 1 disebutkan bahwa perusahaan pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia wajib mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor Pendaftaran Fidusia, sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia. Peraturan tersebut dimaksudkan tentunya dengan harapan agar apabila konsumen wanprestasi, obyek pembiayaan konsumen tersebut dapat dieksekusi dengan cara fidusia.Istilah jaminan merupakan terjemahan dari istilah zekerheid atau cautie, yaitu kemampuan debitor untuk memenuhi atau melunasi perutangannya kepada kreditor, yang dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang yang diterima debitor terhadap kreditornya Rachmadi Usman, Op.Cit . Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, istilah jaminan diberi arti lain yaitu agunan sebagaimana ketentuan dalam Pasal 1 angka 23 diartikan sebagai agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitor kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Menurut Mariam Darus Badrulzaman, jaminan adalah suatu tanggungan yang diberikan oleh seorang debitor dan/atau pihak ketiga kepada kreditor untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan. Sedangkan menurut Hartono Hadisputro menyatakan bahwa jaminan adalah sesuatu yang diberikan debitor kepada kreditor untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitor akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan Rachmadi Usman, Op.Cit.Jaminan diperlukan untuk menjamin pemenuhan kewajiban yang dapat dinilai oleh uang, sehingga apabila debitor wanprestasi, maka kreditor dapat menguangkan benda-benda jaminan dan mengambil penguangan benda jaminan yang menjadi hak dari kreditor. Oleh karena itu barang yang dapat dijadikan jaminan haruslah suatu benda atau suatu hak yang boleh dialihkan kepada orang lain (kreditor) yang dapat dinilaikan ke dalam uang. Jaminan kebendaan dapat berupa benda bergerak dan benda tidak bergerak. Jaminan FidusiaFidusia atau lengkapnya fiduciaire eigendoms overdracht berasal dari kata fiduciair atau fides yang artinya kepercayaan, yakni penyerahan hak milik atas benda secara kepercayaan sebagai jaminan (agunan) bagi pelunasan piutang kreditor. Dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Fidusia mempunyai unsur-unsur, yaitu ;Unsur kepercayaan dari pemberi fidusiaDebitor percaya bahwa benda fidusia yang diserahkan tidak benar-benar dimiliki oleh kreditor penerima jaminan tetapi hanya sebagai jaminan saja dan hanya akan menggunakan kewenangan yang diperolehnya untuk melindungi kepentingan kreditor dan akan dikembalikan kepada debitor apabila hutang dilunasi.Unsur kepercayaan dari penerima fidusiaPenerima fidusia percaya bahwa jaminan akan dipelihara/dirawat oleh pemberi fidusia.Hak Mendahului (preferen)sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Pasal 1 angka 6, yaitu penerima fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia, mempunyai hak mendahului (preferen) sebagaimana diatur diatas, Pasal 27 ayat 1 yaitu penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditor lainnya.Sifat AccessoirPerjanjian jaminan fidusia adalah perjanjian ikutan yang dibentuk oleh perjanjian lain yaitu perjanjian utama atau perjanjian pokokdimana mempunyai prinsip-prinsip dasar yang ada dalam sebuah jaminan, yaitu :Asas kepastian hukum, yaitu jaminan fidusia diatur dalam undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia.Asas publisitas, yaitu pengumuman kepada masyarakat mengenai status kepemilikanAsas Keseimbangan, yaitu asa yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjianAsas menampung kebutuhan praktek, yaitu bahwa setiap orang dapat mengadakan perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum diatur dalam undang-undangAsas tertulis otentik, yaitu akta jaminan fidusia, harus dibuat secara tertulis dan dibuat dihadapan Notaris dalam bentuk akta otentik.Asas pemberian kedudukan yang kuat kepada kreditor, yaitu kreditor penerima fidusia mempunyai hak prefen (didahulukan) dari kreditor lainnya.sedangkan untuk menjamin benda atau hak tersebut, maka dibentuklah suatu lembaga jaminan, yang dalam hal benda bergerak lembaga jaminan fidusia adalah lembaga yang berwenang untuk menjamin kebendaan bergerak. Lembaga fidusia ini dikenal dengan nama fiducia cum creditore contracta (janji kepercayaan yang dibuat kreditor), yaitu janji kepercayaan yang dibuat dengan kreditor bahwa debitor (konsumen) akan mengalihkan kepemilikan atas suatu benda kepada kreditor sebagai jaminan atas utangnya dengan kesepakatan bahwa kreditor akan mengalihkan kembali kepemilikan tersebut kepada debitor apabila utangnya sudah dibayar dengan lunas, dimana debitor tetap akan menguasai secara fisik benda tersebut. Penyerahan dan pemindahan dalam kepemilikan atas suatu benda yang dilakukan atas dasar fiduciair dengan syarat bahwa benda yang hak kepemilikannya tersebut diserahkan dan dipindahkan kepada penerima fidusia tetap dalam penguasaan pemilik benda (pemberi fidusia). Adapun cara penyerahan dan pemindahan kebendaan fidusia dilakukan secara constitutum possessorium yaitu kebendaan (objek) fidusia yang akan diserahkan dan dipindahtangankan tetap berada dalam penguasaan pemilik asal (pemberi fidusia). Dalam KUHPerdata tidak dikenal penyerahan secara constitutum possessorium melainkan penyerahan secara nyata seperti pada Pasal 612 KUHPerdata yaitu penyerahan barang-barang bergerak, kecuali yang tidak bertubuh dilakukan dengan penyerahan yang nyata oleh atau atas nama pemilik, atau dengan penyerahan kunci-kunci bangunan tempat barang-barang itu berada. Penyerahan tidak diharuskan, bila barang-barang yang harus diserahkan, dengan alasan hak lain, telah dikuasai oleh orang yang hendak menerimanya. akan tetapi penyerahan constitutum possessorium tetap dapat dilakukan karena asas pacta sunservanda yaitu setiap perjanjian menjadi hukum yang mengikat bagi para pihak yang melakukan perjanjianPenyerahan hak kepemilikan atas kebendaan jaminan fidusia ini mempunyai pengertian bahwa selama debitor (pemberi fidusia) belum melunasi utangnya, selama itu pula kreditor mempunyai hak untuk menjual kebendaan (objek) fidusia yang dijaminkan kepadanya. Selain itu dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia Pasal 1 angka 2 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya. Kewenangan Perusahaan Pembiayaan Menjaminkan Obyek Pembiayan Konsumen Perusahaan Pembiayaan Lembaga Pembiayaan terdiri dari dua kata, yaitu :Lembaga adalah badan atau pranata yang bermaksud melakukan sesuatu penyelidikan keilmuan atau melakukan sesuatu usahaPembiayaan adalah perbuatan untuk membiayai baik perorangan maupun bentuk perusahaan. sehingga lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal yang termasuk salah satu dari Lembaga Jasa Keuangan. Lembaga pembiayaan meliputi :Perusahaan Pembiayaan Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar badan dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan, dimana kegiatan pembiayaannya dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Perusahaan pembiayaan diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Pasal 1 angka 2, yaitu perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan atau usaha kartu kredit.Perusahaan Modal VenturaPerusahaan Pembiayaan Infrastrukturperusahaan-perusahaan tersebut diatas dalam menjalankan kegiatannya harus berbentuk perseroan terbatas atau koperasi.Kewajiban Perusahaan Pembiayaan Mendaftarkan Obyek Pembiayaan Konsumen Secara Jaminan Fidusia Pendaftaran jaminan pada lembaga jaminan fidusia bertujuan untuk memberikan suatu pengaturan dan perlindungan bagi para pihak yang berkepentingan. menurut Undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia Pasal 1 angka 5 pemberi fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi pemilik benda yang menjadi obyek jaminan fidusia, sedangkan dalam Pasal 1 angka 6 disebutkan bahwa penerima fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi yang mempunyai piutang dan pembayarannya dijaminkan dengan jaminan fidusia. Selain diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, kewenangan perusahaan pembiayaan dalam menjaminkan obyek pembiayaan konsumen diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia yang tercantum dalam Pasal 1 yaitu :Perusahaan pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia wajib mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor Pendaftaran Fidusia, sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia.Kewajiban pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi perusahaan pembiayaan yang melakukan :Pembiayaan konsumen kendaraan bermotor berdasarkan prinsip syariah, dan/atauPembiayaan konsumen kendaraan bermotor yang pembiayaannya berasal dari pembiayaan penerusan (channeling) atau pembiayaan bersama (joint financing)dan Pasal 2 yaitu perusahaan pembiayaan wajib mendaftarkan jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal perjanjian pembiayaan konsumen. Pada perjanjian pembiayaan konsumen terdapat hubungan hukum antara konsumen dengan perusahaan pembiayaan yang tertuang dalam perjanjian pembiayaan konsumen dan disebutkan bahwa kreditor (perusahaan pembiayaan) akan meminjamkan uang guna pembiayaan kebutuhan konsumen berupa pembelian sepeda motor, yang dalam praktek penyaluran dana pembiayaan konsumen merupakan pemilik dari barang atau benda yang menjadi obyek pembiayaan. Perjanjian pembiayaan konsumen merupakan bukti yang sah bagi perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen. Bukti surat maupun dokumen kepemilikan barang tersebut di bawah kekuasaan perusahaan pembiayaan, dan juga disebutkan bahwa para pihak telah saling menyetujui untuk menyerahkan barang yang telah dibelinya dengan dana perusahaan pembiayaan sebagai barang jaminan. Obyek pembiayaan ini secara hukum telah menjadi milik dari konsumen, kepemilikannya dimiliki konsumen dari sejak diserahkannya objek oleh perusahaan pembiayaan pada konsumen, Namun untuk memenuhi perikatan yang disepakati oleh perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, bukti kepemilikan yuridis dari obyek pembiayaan ditahan dahulu oleh perusahaan pembiayaan sampai semua kewajiban konsumen dipenuhi. Oleh sebab itu konsumen merupakan pemilik dari sepeda motor tersebut, yang mana pengertian dari hak milik tersebut diatur dalam Pasal 570 KUHPerdata yaitu hak milik adalah hak untuk menikmati suatu barang secara lebih leluasa dan untuk berbuat terhadap barang itu secara bebas sepenuhnya, asalkan tidak bertentangan dengan Undang-undang atau peraturan yang ditetapkan oleh kuasa yang berwenang dan asal tidak mengganggu hak-hak orang lain, kesemuanya itu tidak mengurangi kemungkinan pencabutan hak demi kepentingan umum dan penggantian kerugian yang pantas, berdasarkan ketentuan-ketentuan perundang-undangan. Dalam penjaminan fidusia yang beralih hanya hak kepemilikan secara yuridis. Kata kepercayaan mempunyai arti bahwa pemberi jaminan percaya, bahwa penyerahan hak miliknya tidak dimaksudkan untuk benar-benar menjadikan kreditor pemilik atas benda yang diserahkannya dan nantinya kalau perikatan pokok untuk mana diberikan jaminan fidusia dilunasi, maka benda jaminan kembali menjadi pemilik pemberi jaminan. Dengan demikian konsumen sebagai pemilik dapat menjaminkan hak milik atas sepeda motor yang merupakan hasil dari pembiayaan konsumen dijadikan jaminan atas pembiayaan itu sendiri, maka penyerahan hak milik atas sepeda motor dilakukan secara constitutum possesorium atau penyerahan dengan tetap menguasai kebendaannya yang dijual sesuai dengan ketentuan Undang-undang fidusia, dimana konsumen selaku pemilik sepeda motor mempunyai hak untuk menjadikan jaminan atas hutang pembiayaan, namun ketika sepeda motor tersebut dijaminkan, maka posisi nasabah berubah menjadi peminjam pakai dengan fisik sepeda motor tetap berada dalam penguasaannya, sedangkan kepemilikannya secara yuridis beralih secara fidusia pada penerima fidusia (kreditor) 47BAB IIIEKSEKUSI OBYEK PEMBIAYAAN KONSUMEN SECARA JAMINAN FIDUSIAWanprestasi dan Akibat Hukumnya Sewa beli adalah perjanjian yang tidak diatur secara khusus dalam KUHPerdata, tetapi para pihak boleh membuat perjanjian yang tidak diatur secara khusus dalam KUHPerdata, sesuai Pasal 1319 yaitu semua persetujuan, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lain. Sewa beli adalah suatu perjanjian campuran dimana terkandung unsur jual beli dan sewa menyewa dalam perjanjian sewa beli, selama harga belum dibayar lunas, maka hak milik atas barang tetap berada pada perusahaan pembiayaan, dan baru beralih setelah konsumen membayar lunas harga barang. 47 Suatu perjanjian dapat terlaksana dengan baik apabila para pihak telah memenuhi prestasinya masing-masing seperti yang telah diperjanjikan tanpa ada pihak yang dirugikan. Tetapi adakalanya perjanjian tersebut tidak terlaksana dengan baik, karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak atau debitor. Dengan demikian perusahaan pembiayaan berhak menarik kembali barang tersebut dari penguasaan konsumen, apabila konsumen wanprestasi dalam melakukan angsuran pembayaraannya. Suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan dari yang diperjanjikan, maka dia dikatakan melakukan wanprestasi. Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang artinya prestasi buruk dan dalam bahasa Inggris disebut breach of contract adalah tidak dilaksanakan prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan. Tindakan wanprestasi dapat terjadi karena kesengajaan, kelalaian, dan tanpa kesalahan (tanpa kesengajaan atau kelalaian). Dalam perjanjian dapat saja terdapat kelalaian, baik pada saat perjanjian berlangsung maupun pada saat pemenuhan prestasi. Apabila debitor dinyatakan lalai maka, sesuai Pasal 1238 KUH Perdata, yaitu debitor dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitor harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. Akta lalai yang dimaksud disini adalah somasi, yaitu pemberitahuan atau pernyataan dari kreditor kepada debitor yang berisi ketentuan bahwa kreditor menghendaki pemenuhan prestasi seketika atau dalam jangka waktu seperti yang ditentukan dalam pemberitahuan itu. Adapun bentuk-bentuk somasi adalah :Surat perintah surat perintah berasal dari Hakim yang berbentuk penetapan. Dengan surat penetapan tersebut, juru sita memberitahukan secara lisan kepada debitor kapan selambat-lambatnya debitor harus berprestasiAkta sejenisyaitu berupa akta dibawah tangan maupun akta notarisTersimpul dalam perikatan itu sendirirreditor sudah menentukan sendiri dalam perikatan saat adanya wanprestasi.akta-akta tersebut diatas tidak lagi diperlukan, apabila :Dalam persetujuan di tentukan termin waktu.Debitor sama sekali tidak memenuhi prestasiDebitor keliru memenuhi prestasiDitentukan dalam undang-undang, misalnya dalam Pasal 1626 KUHPerdata, yaitu peserta yang harus memasukkan uang ke dalam perseroan itu dan kemudian tidak memberikan uang itu, dengan sendirinya karena hukum dan tanpa perlu ditegur lagi, menjadi debitor atas bunga uang itu terhitung dari hari ketika ia seharusnya memasukkan uang itu. Demikian pula pembayaran bunga wajib dilakukan oleh peserta yang mengambil uang dari kas bersama untuk keperluan pribadi, terhitung dari hari ketika ia mengambilnya untuk kepentingan dirinya. Bila ada alasan, ia wajib pula mengganti biaya tambahan serta kerugian dan bunga.Debitor mengakui atau memberitahukan bahwa dia dalam keadaan wanprestasi Bentuk-bentuk dari wanprestasi (cidera janji, ingkar janji) adalah Purwahid Patrik, Dasar-dasar Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian dan Dari Undang-Undang), Mandar Maju, Bandung, 1994, h. 11 :Debitor tidak memenuhi prestasi sama sekaliDebitor terlambat dalam memenuhi prestasiDebitor berprestasi tidak sebagaimana mestinya Dalam perjanjian pembiayaan konsumen, selalu dicantumkan klausula bahwa para pihak melepaskan ketentuan Pasal 1266 KUHPerdata, yaitu syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan yang timbal balik, andaikata salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalannya harus dimintakan kepada Pengadilan. Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam persetujuan, jika syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, maka Hakim dengan melihat keadaan atas permintaan tergugat, leluasa memberikan suatu jangka waktu untuk memenuhi kewajiban, tetapi jangka waktu itu tidak boleh lebih dari satu bulan. Sehingga akibat hukumnya penjual sewa (perusahaan pembiayaan) dapat menarik kembali barangnya tanpa melalui putusan hakim karena dengan terjadinya wanprestasi perjanjian beli-sewa dianggap batal demi hukum. Seorang yang dituduh wanprestasi dapat mengajukan beberapa alasan untuk membela dirinya, yaitu :Mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa (overmach)Mengajukan alasan bahwa kreditor sendiri telah lalaiMengajukan alasan bahwa kreditor telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi.Untuk kelalaian atau wanprestasi, selalu ada akibat atau resiko yang harus ditanggung oleh pihak yang wanprestasi. Akibat-akibat wanprestasi tersebut antara lain :Membayar kerugian yang diderita oleh si pemberi hutang atau ganti rugiGanti rugi seringkali dikaitkan dalam tiga unsur, yaitu :Biaya adalah segala pengeluaran yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh satu pihakRugi adalah kerugian karena kerusakan barang kepunyaan kreditor yang diakibatkan oleh kelalaian si debitorBunga dalah kerugian berupa kehilangan keuntungan yang sudah dibayangkan atau dihitung oleh kreditorPembatalan perjanjian yaitu kedua belah pihak kembali pada keadaan sebelum perjanjian diadakan Peralihan resikodiatur dalam Pasal 1460 KUHPerdata yaitu jika barang yang dijual itu berupa barang yang sudah ditentukan, maka sejak saat pembelian, barang itu menjadi tanggungan pembeli, meskipun penyerahannya belum dilakukan dan penjual berhak menuntut harganyaMembayar biaya perkara apabila sampai diperkarakan dimuka hakimtersimpul dalam suatu peraturan hukum acara, bahwa pihak yang dikalahkan diwajibkan membayar biaya perkara.menurut Pasal 1267 KUHPerdata, pihak kreditor dapat menuntut si debitor yang lalai untuk :Pemenuhan perjanjianPemenuhan perjanjian disertai ganti rugiGanti rugi sajaPembatalan perjanjian atau pembatalan perjanjian disertai ganti rugi Perusahaan pembiayaan konsumen sebagaimana diatur dalam undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia mempunyai hak Hennytanuwidjaja.dosen.narotama.ac.id//Hukum-Jaminan-Fidusia-Esa :Kepemilikan atas benda yang dijadikan obyek fidusia, namun secara fisik benda tersebut tidak di bawah penguasaannyaDalam hal debitor wanprestasi, untuk menjual benda yang menjadi obyek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri (parate eksekusi), karena dalam sertifikat jaminan fidusia terdapat adanya title eksekutorial, sehingga mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yanag telah memperoleh kekuatan hukum tetapPerusahaan pembiayaan konsumen sebagai penerima fidusia sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Pasal 1 angka 6, yaitu penerima fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia, mempunyai hak mendahului (preferen) sebagaimana diatur diatas, Pasal 27 ayat 1 yaitu penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditor lainnya.Memperoleh hak terhadap benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusiBerhak atas utang yang belum dibayarkan oleh debitorEksekusi Obyek Pembiayaan Konsumen Secara Jaminan Fidusia Eksekusi terhadap benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut Rachmadi Usman, Op.Cit :Eksekusi berdasarkan grosse Sertifikat Jaminan Fidusia atau title eksekutorial (secara fiat eksekusi) Eksekusi berdasarkan grosse Sertifikat Jaminan Fidusia atau title eksekutorial (secara fiat eksekusi) yang terdapat dalam Sertifikat Jaminan Fidusia yang dilakukan oleh penerima fidusia diatur dalam ketentuan Undang-undang nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Pasal 15 ayat 2 yaitu sertifikat jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, juncto Pasal 29 :ayat 1 yaitu apabila debitor atau pemberi fidusia cidera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cara :pelaksanaan title eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) oleh penerima fidusia. Sertifikat jaminan fidusia tersebut dapat dieksekusi tanpa menunggu fiat eksekusi dari pengadilan, sebab kekuatannya sama dengan sebuah putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Atas dasar inilah obyek jaminan fidusia dapat dieksekusi tanpa menunggu adanya surat perintah (putusan) dari pengadilan. Eksekusi berdasarkan pelaksanaan parate eksekusi Eksekusi berdasarkan pelaksanaan parate eksekusi melalui pelelangan umum oleh penerima fidusia diatur dalam undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia, Pasal 15 ayat 3 yaitu apabila debitor cidera janji, penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi obyek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri. Maka berdasarkan ketentuan tersebut kreditor (penerima fidusia) diberikan hak untuk melakukan penjualan obyek jaminan fidusia melalui pelelangan umum (kantor lelang) tanpa memerlukan persetujuan dari debitor, yaitu dengan cara meminta bantuan Kantor Lelang untuk melakukan penjualan secara lelang. Sehubungan dengan penjualan secara lelang, guna mendapatkan pelunasan atas sisa piutang kreditor dan untuk mengambil sebagian besar jumlah piutangnya dari hasil penjualan atas benda yang menjadi obyek jaminan fidusia, maka apabila hasil penjualan atas benda yang menjadi obyek jaminan fidusia melebihi jumlah utang debitor, maka kelebihannya wajib dikembalikan kepada pemberi fidusia, dimana hal tersebut diatur dalam Pasal 34 Undang-undang Fidusia yang menyatakan bahwa :Dalam hal hasil eksekusi melebihi nilai penjaminan, penerima fidusia wajib mengembalikan kelebihan tersebut kepada pemberi fidusiaApabila hasil eksekusi tidak mencukupi untuk pelunasan utang, debitur tetap bertanggung jawab atas utang yang belum dibayar.Eksekusi secara penjualan di bawah tangan Eksekusi secara penjualan dibawah tangan oleh kreditor pemberi fidusia sendiri, dapat dilakukan sepanjang terdapat kesepakatan antara pemberi fidusia dan penerima fidusia, hal tersebut dimungkinkan untuk memenuhi kepentingan para pihak dalam perjanjian penjaminan fidusia, sesuai dengan undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia, Pasal 29 :ayat 1 huruf c yaitu penjualan dibawah tangan yang dilakukan berdasarkan Kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.Ayat 2, yaitu pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan atau penerima fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang tersebar di daerah yang bersangkutan.adapun persyaratan pelaksanaan eksekusi dengan cara penjualan di bawah tangan adalah sebagai berikut Rachmadi Usman, Op.Cit :Dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pemberi dan penerima fidusiaDapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihakDiberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan/atau penerima fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentinganDiumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan; danPelaksanaan penjualan dibawah tangan tersebut, dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis.Sehubungan dengan obyek jaminan fidusia secara fisik berada dalam penguasaan pemberi fidusia, pelaksanaan eksekusi obyek jaminan fidusia seringkali mengalami hambatan dalam prakteknya. Dimana penyerahan obyek jaminan fidusia oleh pemberi fidusia kepada penerima fidusia sesuai dengan undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia, Pasal 30 yaitu penerima fidusia wajib menyerahkan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia, seringkali tidak dilakukan secara sukarela oleh pemberi fidusia (debitor). Kewajiban pemberi fidusia untuk menyerahkan obyek jaminan fidusia secara nyata kepada penerima fidusia, apabila pemberi fidusia sungguh-sungguh telah wanprestasi. Apabila pemberi fidusia tidak menyerahkan obyek jaminan fidusia pada waktu eksekusi dilaksanakan, penerima fidusia berhak mengambil obyek jaminan fidusia dan apabila perlu dapat meminta bantuan pihak yang berwenang. Dengan kata lain penerima fidusia mempunyai hak secara paksa untuk mengambil obyek jaminan fidusia, apabila pemberi fidusia tidak bersedia secara sukarela menyerahkan obyek jaminan fidusia pada waktu eksekusi fidusia dilaksanakan. Untuk meminimalisasi kerugian kreditor akibat hambatan eksekusi tersebut diatas dan untuk pelaksanaan eksekusi yang aman, tertib dan lancar, maka dikeluarkanlah Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia nomor 8 tahun 2011 tentang pengamanan eksekusi jaminan fidusia. Dimana tujuan dikeluarkannya peraturan ini adalah untuk :Terselenggaranya pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia secara aman, tertib, lancar, dan dapat dipertanggung jawabkan Terlindunginya keselamatan dan keamanan penerima jaminan fidusia, pemberi jaminan fidusia dan/atau masyarakat dari perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian harta benda dan/atau keselamatan jiwa Pengamanan terhadap obyek jaminan fidusia diatur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia nomor 8 tahun 2011 tentang pengamanan eksekusi jaminan fidusia, Pasal 6 yaitu pengamanan terhadap obyek jaminan fidusia dapat dilaksanakan dengan persyaratan :Ada permintaan dari pemohonMemiliki akta jaminan fidusiaJaminan fidusia terdaftar pada kantor pendaftaran fidusiaMemiliki sertifikat jaminan fidusiaJaminan fidusia berada di wilayah negara Indonesia.permohonan pengamanan eksekusi sebagaimana dimaksud, diajukan dengan melampirkan :Salinan akta jaminan fidusiaSalinan sertifikat jaminan fidusiaSurat peringatan kepada debitor untuk memenuhi kewajibannyaIdentitas pelaksana eksekusiSurat tugas pelaksanaan eksekusipengeksekusian diatas bersifat mengikat dan tidak dapat dikesampingkan oleh para pihak, dikarenakan diancam dengan kebatalan secara hukum.60BAB IVSIMPULAN DAN SARANSIMPULAN Dari uraian diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :Penerapan pengikatan obyek pembiayaan konsumen yang diikuti dengan jaminan fidusia, belum selaras dengan pengertian pembiayaan sewa beli yaitu suatu macam jual beli, dimana selama harga belum lunas, si pembeli menjadi penyewa dahulu dari barang yang ingin dibelinya, sedangkan jaminan fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Dimana penyewa dalam sewa beli mengalihkan obyek jaminan yang belum mempunyai hak kepemilikan untuk dijaminkan.Pelaksanaan eksekusi terhadap obyek pembiayaan konsumen yang diikat dengan jaminan fidusia dalam prakteknya tidak diaplikasikan dalam sistem pelaksanaan eksekusi terhadap jaminan fidusia, sehingga seringkali pelaksanaan eksekusi mengalami hambatan dalam prakteknya.60SARANMemberikan payung hukum dan membentuk lembaga pembiayaan konsumen yang berwenang untuk menaungi pembiayaan konsumen, Perlunya pengawasan dan perlindungan hukum serta sistem pelaksanaan yang terintegrasi antar penegak hukum terhadap pelaksanaan eksekusi obyek jaminan fidusia.