bab i-ii (kelompok4)

Upload: dapur-nenek

Post on 17-Jul-2015

490 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Sejarah Desa Desa Tanjung Pasir adalah Desa yang dimana masyarakatnya mayoritas bermata pencarian sebagai nelayan tradisional, kata Tanjung Pasir berasal dari Tanjung yang berarti daratan yang menonjol di permukaan Laut Jawa dan Pasir permukaan tanahnya pasir, di samping itu Tanjung Pasir pada masa zaman penjajahan Belanda, Jepang di Indonesia pernah dijadikan tempat/Benteng pertahanan dan setiap bagian wilayah dikuasai oleh Tuan Tanah Desa Tanjung Pasir merupakan pemekaran wilayah yang dahulunya masih bersatu dengan Desa Tegal Angus, Desa Tegal Angus dan Desa Tanjung Pasir itu sendiri, pemekaran wilayahnya terjadi pada tahun 1984 dimana Kepala Desa pertama yang memegang kepemimpinan Desa Tanjung Pasir pada saat itu adalah Bapak Lurah Deris, Bapak Lurah H.Madi HM, Bapak Halimi sebagai Pejabat Sementara (Pjs) dilanjutkan kembali oleh Bapak Lurah H. Madi HM, dengan beberapa kepemimpinan Kepala Desa hingga saat ini Bapak Lurah Gunawan HM mencapai lima kali kepemimpinan dengan tiga kali pemilihan. Setelah itu barulah diadakan pemilihan kembali Kepala Desa. Para Kepala Desa yang telah menjabat adalah: 1. M. Deris 2. H. Madi HM (definitif) 3. Halimi 4. H. Madi HM (definitif) 5. Gunawan (definitif) 1.2 Demografi Desa Tanjung Pasir terletak sebelah utara Kantor Kecamatan Teluk Naga dengan jarak tempuh 12 km dan mempunyai unsur pembantu pemerintah terbawah, dari tahun 2007 s/d tahun 2013 dari tahun 1998 s/d tahun 1998 dari tahun 1998 s/d tahun (Pjs) 2007 dari tahun 1984 s/d tahun 1988 dari tahun 1988 s/d (definitif) tahun 1998

Page | 1

terdiri dari enam Kepala Dusun, 14 Rukun Warga (RW) dan 34 Rukun Tetangga (RT). 1.3 Luas Wilayah Desa Tanjung Pasir dengan luas: 570 Ha dan merupakan daerah daratan rendah dengan ketinggian dari permukaan laut satu m dengan suhu udara 30-37C. Jarak tempuh dari pusat pemerintahan Desa Tanjung Pasir dalam melaksanakan hubungan dan komunikasi kerja dengan pemerintah diatasnya secara berjenjang sebagai berikut:1. Dengan kantor kecamatan berjarak 2. Dengan ibukota kabupaten berjarak

: 12 Km : 54 Km

3. Dengan ibukota provinsi berjarak : 72 Km

Gambar 1.1 Peta Desa Tanjung Pasir 1.4 Batas Wilayah Batas-batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar adalah sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan

Page | 2

dengan Laut Jawa 2. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung 3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara4. Sebelah

selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo dan Pangkalan

Gambar 1.2 Peta Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir 1.5 Iklim

Page | 3

Desa Tanjung Pasir memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan kemarau. Angin bertiup dari arah barat atau barat daya dengan kecepatan 15 Km/jam dengan curah hujan rata-rata 26,4 mm/tahun.1.6

Keadaan Sosial dan Ekonomi Jumlah penduduk Jumlah penduduk Desa Tanjung Pasir sampai dengan bulan Juni tahun 2010

tercatat sebanyak: 10.225 jiwa, terdiri dari laki-laki: 4.115 jiwa dan perempuan: 6.110 jiwa dan jumlah kepala keluarga: 1.853 kepala keluarga. Secara rinci klasifikasi penduduk menurut kelompok umur sebagai berikut: Jumlah penduduk berdasarkan kewarganegaraan: 1. WNI Laki-laki WNI Perempuan 2. WNA Laki-laki WNA Perempuan 0 4 tahun 5 9 tahun : 669 orang : 914 orang orang : 4.115 orang : 6.110 orang : : orang orang

Jumlah penduduk berdasarkan umur adalah sebagai berikut:

10 14 tahun : 665 orang 15 19 tahun : 452 20 24 tahun : 345 orang 25 29 tahun : 231 orang 30- 34 tahun : 237 orang orang orang orang orang orang 35 39 tahun : 122 40 44 tahun : 145 45 49 tahun : 119 50 54 tahun : 143 > 55 tahun : 178

Dilihat dari berbagai aspek, maka Desa Tanjung Pasir yang wilayahnya seluas 137 Ha berbatasan langsung dengan kota Jakarta atau administratif Kepulauan Seribu yang mempunyai fungsi sebagai penyangga dari berbagai aspek kehidupan, yang tentunya sangat mempengaruhi berbagai pembangunan dan

Page | 4

sebagai alat dari perkembangan teknologi, transformasi dan telekomunikasi yang semakin luas dengan jumlah penduduk sebesar 10.225 jiwa serta didukung dari sarana dan prasana pendidikan dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) sampai dengan tingkat SLTP/MTs. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Berdasarkan data yang tercatat di Desa Tanjung Pasir adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 1.7 Tamat akademi/sederajat Tamat Perguruan Tinggi/sederajat Buta huruf Potensi Potensi adalah sumber daya yang berada pada suatu wilayah yang dapat digali dan dimanfaat/dikembangkan. Potensi ini dibagi menjadi dua kategori yaitu: 1. Potensi umum Sumber daya material yang dapat dimanfaatkan secara bersama/ umum oleh masyarakat. 2. Potensi khusus Semua sumber daya material dan non material yang dimiliki secara pribadi oleh masyarakat. Adapun potensi yang dimiliki oleh Desa Tanjung Pasir adalah: 1. Potensi Sumber Daya Alam (SDA) a. b. 2. a. b. Luas Desa Tanjung Pasir (luas pemukiman 72 Ha, perempangan 334 Ha, TPU 7000 M dan pesawahan 83 Ha) Kondisi udara tercemar ringan walaupun tidak memiliki taman kota. Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) Usia produktif 7.654 jiwa Tk pendidikan: Belum sekolah Usia 7-45 th tidak sekolah Tidak tamat SD/Sederajat Tamat SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat : 1.976 jiwa : 145 jiwa : 234 jiwa : 3.789 jiwa : 1.653 jiwa : 45 orang : 521 orang : 498 orang

Page | 5

Tamat SLTA/Sederajat Sarjana/D1-D3 Pasca Sarjana/S2-S3 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian pokok Nelayan Buruh/swasta Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pedagang Penjahit Tukang Batu Peternak Pengrajin Montir Dokter/Bidan Supir Pengemudi Becak TNI / POLRI Pengusaha Petani 1.2.

: 954 jiwa : 41 jiwa : - jiwa

: 2.331 orang : 65 orang : 15 orang : 1.213 orang : 24 orang : 42 orang : 6 orang : 5 orang : 25 orang : 6 orang : 30 orang : 43 orang : 6 orang : 8 orang : 176 orang

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Islam Katolik Protestan Hindu Budha Pendidikan Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi pembangunan manusia seutuhnya guna mencerdaskan dan meningkatkan kehidupan bangsa. Pendidikan dimaksud sebagai wadah untuk membina, mendidik dan memajukan pola pikir bangsa Indonesia agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berilmu, : 9.594 orang : 12 orang : 2 orang : 56 orang : 51 orang

3. 4. 5. 1.7.1

Page | 6

disiplin, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mempunyai dedikasi yang tinggi dalam melanjutkan cita-cita perjuangan bangsa. Tingkat kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat partisipasi penduduk dalam hal pendidikan, penyedia sarana prasarana yang memadai. Perkembangan pendidikan dua tahun terakhir (tahun 2007-2009) dan tingkat partisipasi sekolah menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih baik, terlihat dari jumlah siswa. Prasarana pendidikan di Desa Tanjung Pasir adalah sebagai berikut: a. TK ( Taman Kanak-Kanak) Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru b. Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru c. : 5 buah : 153 orang : 5 orang : 2 buah : 1.269 orang : 28 orang

SD (Sekolah Dasar) Negeri

Madrasah Ibtidaiyah (MI) Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru : 2 buah : 876 orang : 16 orang : - buah : - orang : - orang : 1 buah : 413 orang : 16 orang : - buah

d.

SLTP ( Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ) Negeri Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru

e.

Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru

f.

SLTP ( Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ) Swasta Islam Jumlah Sekolah

Page | 7

Jumlah Murid Jumlah Gurug.

: - orang : - orang : - buah : - orang : - orang : - buah : - orang : - orang : - buah : - orang : - orang

SMUN ( Sekolah Menengah Umum ) Negeri Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru

h.

SMUN ( Sekolah Menengah Umum ) Kejuruan Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru

i.

SMUN ( Sekolah Menengah Umum ) Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru

j.

Lembaga Pendidikan Pendidikan Usia dini (PAUD) : - buah Kursus bahasa Kursus menjahit : - buah : - buah

1.7.2

Keadaan Sosial Ekonomi Secara umum penduduk Desa Tanjung Pasir belum berkembang secara

ekonomi. Keadaan ekonomi erat kaitannya dengan sumber mata pencaharian penduduk, dari jumlah penduduk 10.225 jiwa yang usia pekerjaan dan pencari kerja diperkirakan sebanyak 2.039 jiwa. Mata pencaharian penduduk didominasi oleh nelayan, petani, pedagang dan buruh dengan pendapatan yang tidak tetap. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai nelayan dikarenakan bertempat tinggal di wilayah pesisir pantai. Ada beberapa keluarga yang memiliki perahu milik sendiri namun kebanyakan mereka tidak memiliki perahu sendiri. Bagi keluarga yang tidak mempunyai perahu sendiri, mereka dapat bekerja dengan pemilik perahu yang dimiliki oleh warga yang umumnya berasal dari Jakarta. Para nelayan biasanya berangkat untuk bekerja dimulai sejak subuh dan baru kembali lagi pada sore harinya bahkan ada pula yang melaut hingga seminggu

Page | 8

kemudian. Dari segi penghasilan rata-rata nelayan tidak memiliki penghasilan yang menentu. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian pokok adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 1.7.3 Nelayan Buruh/swasta Pedagang Penjahit Tukang Batu Tukang Kayu Peternak Pengrajin Montir Dokter/Bidan Supir Pengemudi Becak TNI / POLRI Pengusaha Petani Keadaan Sosial Budaya Rumah adalah tempat berlindung dan berlindung bagi keluarga setelah melakukan aktivitas sehari-hari, maka rumah yang baik adalah rumah yang memenuhi syarat kesehatan bagi masyarakat. Dari jumlah penduduk 10.225 jiwa penduduk yang beragama islam 97%, suasana kehidupan beragama bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir cukup baik, rukun, tenang dan tentram, saling menghormati, tolong menolong dalam mengahadapi permasalahan yang timbul ataupun dalam menghadapi musibah dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai contoh: musibah kematian dan sebagainya. Sarana perekonomian dan perdagangan di Desa Tanjung pasir antara lain : Jumlah penduduk berdasarkan agama adalah sebagai berikut : 1. Islam : 9.594 orang : 2.331 orang : 65 orang : 1.213 orang : 24 orang : 62 orang : 42 orang : 6 orang : 5 orang : 25 orang : 6 orang : 30 orang : 43 orang : 6 orang : 8 orang : 176 orang

Pegawai Negeri Sipil (PNS) : 15 orang

Page | 9

2. 3. 4. 5.

Katolik Protestan Hindu Budha

: 12 orang : 2 orang : 56 orang : 51 orang

Sikap dan pola hidup masyarakat Desa Tanjung pasir merupakan cermin dan nilai-nilai kehidupan beragama. Sebagai masyarakat yang beragama, tentunya memerlukan sarana peribadatan sesuai dengan agama dan kepercayaan masingmasing. Sarana peribadatan yang tersedia di Desa Tanjung Pasir adalah sebagai berikut:1. 2. 3. 4. 5.

Mesjid Musholla Majelis Taklim Gereja Pura

: 6 unit : 30 unit : 12 unit ::-

1.7.4

Kesehatan Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan Instansi terkait, dalam hal

ini. Puskesmas untuk pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain :1.

Peningkatan gizi keluarga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita yang ada di setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.

2. 3. 4.

Pencegahan penyakit, vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi Polio bagi balita, pemberian vitamin A. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah Dengue, Flu Burung, Chikungunya, dan sejenisnya. Penanganan bagi Balita yang kekurangan Gizi dengan memberikan susu dan makanan yang bernutrisi.

Page | 10

5.

Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan dengan membersihkan rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya.

6. 7.

Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur mayor dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Tabulapot dan Tabulakar. Peningkatan kualitas kesehatan para lansia dengan diadakannya program senam lansia dan POSBINDU

Sebagai penunjang kegiatan tersebut, dibutuhkan sarana kesehatan yang tersedia di Desa Tanjung Pasir :1. Poskesdes 2. Pos KB Keluarga 3. Posyandu 4. Pos Mandiri 5. Klinik Bersalin/BKIA 6. Praktek dokter/Bidan 7. Praktek Bidan 8. Paraji 9. Keluarga Berencana a. b. c.

: 1 unit : - unit : 6 unit : - unit : - unit : 4 unit : 4 unit : 4 orang : - orang : - unit : 334 Pasang : Pil IUD Kondom Suntik Implan : 127 orang : 14 orang : - orang : 190 orang : 13 orang

Jumlah Pos/ Klinik KB Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Jumlah Akseptor KBa)

b) c) d) e) 1.7.5

Ekonomi Masyarakat Ekonomi masyarakat perlu meningkat melalui melalui upaya ekonomi

produktif setiap individu. Sarana perekonomian/perdagangan di Desa Tanjung Pasir, antara lain: 1. Koperasi : 1 buah

Page | 11

2. Pasar 3. Warung/kedai 4. Kios Kelontong 5. Bengkel 6. Toko7. Material/ toko bangunan : - buah

: - buah : 100 buah : 5 buah : 8 buah : 20 buah : - buah : - buah : - buah : - buah : - buah : - buah

8. Swalayan 9. Super Mall 10. Pegadaian 11. Bank BRI 12. Bank Swasta 13. Pos Giro 1.8 Kondisi Pemerintahan Desa

Desa Tanjung Pasir dibentuk berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Tangerang nomor 7 tahun 2007 tentang pembentukan pemerintahan desa di lingkungan Kabupaten Tangerang. Berdasarkan surat keputusan bupati Kabupaten Tangerang nomor 7 tahun 2007 tentang struktur organisasi tata kerja pemerintah desa, bahwa tugas kepala desa melaksanakan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat di Desa dibantu oleh seorang sekretaris desa dan 6 (enam) orang Seksi, yakni : seksi staf pemerintahan desa, seksi kesra, seksi pembangunan, dan seksi bendahara desa, seksi trantif. Desa Tanjung Pasir sampai dengan Tahun 2007-2010 terbagi dalam enam kepala dusun 14 rukun warga dan 32 rukun tetangga. Pembangunan di Wilayah Desa Tanjung Pasir yang telah dan sedang berajalan bersumber dari : 1. 2. 3. 4. APBD Kabupaten Tangerang Bantuan dari Propinsi Banten APBN melalui PNPM-MP Swadaya Masyarakat

Page | 12

Berdasarkan Perancanaan Pembangunan Partisipatif yang tertuang dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang Desa)1.9

GAMBARAN KELUARGA BINAAN Nama Isah Saropah Sahrul Aulia Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Status Keluarga Nenek Cucu Kepala keluarga Cicit Usia 80 tahun 22 tahun 23 tahun 1 tahun Pendidikan SMA SMA Pekerjaan Tidak bekerja Ibu rumah tangga Wiraswasta -

1.9.1 Gambaran Keluarga Binaan Ibu Isah No 1. 2. 3. 4.

Ibu Isah adalah seorang nenek yang berumur 80 tahun, beragama Islam dan bersuku Betawi. Sekarang ibu Isah sudah tidak bekerja lagi. Ibu Isah menikah dengan bapak Saemaudin dan semenjak 10 tahun yang lalu bapak Saemaudin sudah wafat. Dahulu bu Isah bekerja mencari kayu dan kerang namun sekarang pekerjaan sehari-hari hanya sebagai ibu rumah tangga. Keluarga ibu Isah adalah keluarga kecil yang terdiri dari satu orang anak dan menantunya serta empat orang cucu. Namun tidak semua keluarganya tinggal dalam satu rumah. Saat ini ibu Isah tinggal bersama cucu pertamanya beserta cucu menantu yang merupakan kepala keluarga di rumahnya dan seorang anaknya, Sedangkan anak semata wayangnya yang bernama Saroji tinggal di rumah yang tidak jauh jaraknya dari rumah Bu Isah. Dalam hal pendidikan, ibu Isah tidak pernah duduk di bangku sekolah. Sedangkan anaknya mengaku sekolah hanya sampai tingkat SMA. Demikian pula cucu-cucunya yang hanya bersekolah sampai tingkat SMA. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup Daerah tempat keluarga ibu Isah tinggal merupakan daerah pesisir pantai. Rumah yang ditinggali adalah rumah milik sendiri dengan luas bangunan 5 x 18 m. Rumah mereka terdiri atas beberapa ruangan yaitu dua kamar tidur, satu ruang

Page | 13

tengah, satu dapur yang bersatu dengan kamar mandi tetapi tidak terdapat kakus pribadi. Luas halaman depan berukuran 4 x 3 m yang digunakan sebagai teras. Rumah berlantaikan keramik dengan atap rumah terbuat dari genteng dengan plafon dengan dinding tembok yang tampak rusak dibeberapa bagian. Ventilasi rumah cukup untuk sirkulasi udara. Kamar tidur memiliki ventilasi dan jendela. Penggunaan listriknya setiap bulan kurang lebih Rp 70.000,- setiap bulannya. Untuk mandi, minum dan mencuci pakaian keluarga ibu Isah menggunakan air PDAM yang dibeli seharga Rp 500,- setiap derigennya. Dengan penggunaan 1015 derigen setiap harinya. Sampah rumah tangga dibuang di belakang rumah jika sudah menumpuk lalu dibakar. Ibu Isah sudah tidak lagi bekerja di usianya yang semakin senja, untuk biaya hidup sehari-hari ibu Isah bergantung kepada penghasilan anaknya yang bermatapencaharian wiraswasta dan terkadang menjadi tukang ojek, penghasilan perbulannya tidak tentu, berkisar Rp 500.000 - 700.000,Pola Konsumsi Makanan Keluarga Keluarga ibu Isah makan sebanyak dua kali dalam sehari. Cucu bu Isah biasanya sebagai orang yang menyediakan hidangan untuk keluarga, namun karena penghasilan tidak mencukupi maka makanan yang disediakan seadannya saja. Karena itu keluarga tidak pernah mencapai gizi seimbang karena adanya keterbatasan biaya. Sehari-hari keluarga ini mengkonsumsi ikan asin, telor,tahu, tempe sebagai penghasil protein dan sayur-sayuran. Mereka biasa makan sendirisendiri dan jarang makan bersama di ruang makan. Alat makan yang digunakan oleh keluarga ini terbuat dari kaca. Keluarga ini memasak dengan menggunakan kompor yang berbahan bakar gas yang dibeli sendiri, tanpa subsidi. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga Ibu Isah sering menderita pegal-pegal pada kedua kakinya. Terkadang ia mengalami batuk dan pilek. Ibu Isah mengobati sakitnya ke puskesmas, walaupun dinilainya jauh namun anaknya menganjurkan dirinya berobat ke puskesmas. Ibu Isah sendiri tidak pernah cek kesehatannya secara berkala.

Page | 14

Ibu Isah tidak pernah melakukan aktifitas berolah raga dikarenakan sering terasa sakit pada kedua kakinya, sehingga dalam kesehariannya ia lebih memilih untuk menyapu rumah, mencuci bajunya sendiri, dan lebih sering duduk-duduk diteras saja sambil mengobrol dengan tetangganya. Ibu Isah jarang ingin berpergian keluar rumah. Ibu Isah memiliki jaminan kesehatan untuk berobat. Oleh sebab itu, iya tidak pernah keberatan untuk berobat dikala sakit meskipun kendaraan menuju ke puskesmas sangat jarang adanya. Sarana Pelayanan Kesehatan Ibu Isah lebih sering berobat ke puskesmas yang jaraknya jauh dari rumah mereka. Ibu Isah biasanya menumpang mobil yang akan melewati puskesmas dengan diantar oleh cucunya. Selain itu keluarga bu Isah sering memeriksakan kesehatannya ke POSBINDU karena letaknya yang hanya berjarak dua rumah dari tempat tinggalnya.

1.9.2 Gambaran Keluarga Binaan Ibu Emih

No 1. 2.

Nama Emih Endi

Jenis Kelamin Perempu an Laki laki

Status Keluarga Nenek Kepala keluarga (Menantu) Anak Cucu Cucu

Usia 64 tahun 43 tahun

Pendidikan Tidak pernah bersekolah SD

Pekerjaan Tidak bekerja Nelayan

3. 4. 5.

Rokiyah Hasanah Asnia

Perempu an Perempu an Perempu an

38 tahun 19 tahun 13 tahun

SD SD SMP

Pedagang Tidak bekerja Tidak bekerja

Page | 15

6. 7.

Sundari Adam

Perempu an Laki laki

Cucu Cucu

10 tahun 3 tahun

SD -

-

Ibu Emih adalah seorang nenek yang berusia 64 tahun, yang mempunyai empat orang anak dan 11 orang cucu, beragama Islam dan bersuku Betawi. Ibu Emih tinggal di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir RT 02 RW 06, Kecamatan Teluk Naga, kabupaten Tangerang. Ia tinggal bersama anak terakhirnya Ny. Rokiyah (38 tahun), dan menantunya Tn. Endi (43 tahun) beserta empat orang cucunya yang bernama Hasanah (19 tahun), Asnia (13 tahun), Sundari (10 tahun) dan Adam (3 tahun). Ibu Emih menikah dengan pak Gomang dan semenjak 12 tahun yang lalu pak Gomang sudah wafat. Dahulu ibu Emih bekerja sebagai buruh tanam bako yang di upah 90.000/bulan, namun sekarang ia sudah tidak bekerja lagi. Kesehariannya sekarang ia hanya mengurusi cucunya yang di tinggal berdagang oleh Ny. Rokiyah dan kadang-kadang membersihkan rumah. Dalam hal pendidikan, ibu Emih tidak pernah duduk di bangku sekolah. Sedangkan anak-anaknya mengaku sekolah hanya sampai tingkat SD. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup Daerah tempat keluarga ibu Emih tinggal merupakan daerah pesisir pantai. Rumah yang ditinggali adalah rumah milik sendiri yang sekarang di warisi kepada anak terakhirnya Ny.Rokiyah, dengan luas bangunan 4 x 8 m. Rumah mereka terdiri atas beberapa ruangan yaitu dua kamar tidur; yang terdiri satu kamar tidur utama dan satu kamar tidur hanya ditutupi dengan kain. Satu ruang tamu tanpa bangku hanya terdapat televisi, biasanya ruangan ini ditempati untuk tidur bersama. Satu ruang tengah yang terlihat seperti gudang yang terdapat lemari baju, sepeda dan barang-barang yang tak teratur. Satu dapur yang terdapat satu kompor gas dan rak piring. Kamar mandi tetapi tidak terdapat kakus pribadi. Dinding rumah terbuat dari pagar bilik bambu, dengan terdapat dua pintu; satu pintu bagian depan dan satu pintu bagian belakang. Tidak terdapat ventilasi pada rumah. Lantai rumah terbuat dari semen dan atap rumah terbuat dari genteng tanpa plafon. Penggunaan listrik

Page | 16

menyambung dari tetanganya yang tidak lain anak pertama Ibu Emih dan tidak membayar untuk biaya listrik tersebut. Untuk mandi, mencuci pakaian dan masak keluarga ibu Emih menggunakan air PDAM yang dibeli seharga Rp 500,- setiap derigennya. Dengan penggunaan 610 derigen setiap harinya. Sedangkan untuk minum membeli air galon isi ulang seharga Rp. 3000,-/galon. Sampah rumah tangga dibuang di belakang rumah jika sudah menumpuk lalu dibakar. Ibu Emih sudah tidak lagi bekerja di usianya yang semakin senja, untuk biaya hidup sehari-hari ibu Emih bergantung pada penghasilan menantunya yang bekerja sebagai nelayan dan anaknya yang terkadang berdagang ikan, penghasilan tidak tentu, kadang-kadang berkisar Rp 30.000 - 40.000,- perhari. Pola Konsumsi Makanan Keluarga Keluarga ibu Emih makan sebanyak dua kali dalam sehari. Ny. Rokiyah biasanya sebagai orang yang menyediakan hidangan untuk keluarga, namun karena penghasilan tidak mencukupi maka makanan yang disediakan seadanya saja. Karena itu keluarga tidak pernah mencapai gizi seimbang karena adanya keterbatasan biaya. Sehari-hari keluarga ini mengkonsumsi ikan asin, telor,tahu, tempe sebagai penghasil protein dan sayur-sayuran. Mereka biasa makan sendirisendiri dan jarang makan bersama. Alat makan yang digunakan oleh keluarga ini terbuat dari kaca. Keluarga ini memasak dengan menggunakan kompor yang berbahan bakar gas yang dibeli sendiri, tanpa subsidi. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga Ibu Emih sering menderita pegal-pegal pada kedua kakinya. Terkadang ia mengalami batuk dan pilek. Ibu Emih biasanya mengobati sakitnya dengan berobat ke dokter cecep yang dikenal sebagai dokter goceng di daerah gaga, ibu Emih sendiri tidak pernah cek kesehatannya secara berkala. Ibu Emih tidak pernah melakukan aktifitas berolah raga dikarenakan sering terasa sakit pada kedua kakinya, sehingga dalam kesehariannya ia lebih memilih untuk menyapu rumah, mencuci bajunya sendiri, dan lebih sering duduk-duduk diteras saja sambil mengobrol dengan tetangganya.

Page | 17

Ibu Emih memiliki jaminan kesehatan untuk berobat. Namun, ia jarang menggunakannya untuk berobat dikala sakit dikarenakan biaya untuk menuju ke puskesmas dan kendaraan menuju ke puskesmas sangat jarang. Sarana Pelayanan Kesehatan Ibu Emih jarang berobat ke puskesmas, ia lebih sering berobat ke dokter cecep yang dikenal sebagai dokter goceng di daerah gaga. Tetapi ibu Emih sering memeriksakan kesehatannya ke POSBINDU karena letaknya yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.1.9.3 Gambaran Keluarga Binaan Bapak Ata

No 1. 2. 3. 4.

Nama Ata Uti Alina Aden

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki

Status Keluarga Kepala Keluarga Istri Anak Menantu

Usia 64 tahun 60 tahun 22 tahun 24 tahun

Pendidikan SD Tidak sekolah SLTP SLTP

Pekerjaan Buruh Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Buruh pabrik

Keluarga Bapak Ata tinggal di RT 02 RW 06 Desa Garapan Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, kabupaten Tangerang. Keluarga Pak Ata terdiri dari Pak Ata sendiri sebagai kepala keluarga, seorang istri dan tiga orang anak. Mereka semua beragama Islam dan bersuku sunda. Pak Ata berusia 64 tahun dan bekerja sebagai buruh serta menjabat sebagai ketua rt setempat. Dalam sehari bapak Ata mendapat penghasilan sebesar Rp60.000-70.000, bapak Ata kini hanya menafkahi istrinya saja,sedangkan anaknya kini sudah dinafkahi oleh suaminya yang juga bertempat tinggal serumah dengan bapak Ata. Pendidikan terakhir bapak Ata adalah SD. Istrinya bapak Ata adalah Ibu Uti berusia 60 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga.Pekerjaan rumah sehari-hari seperti mencuci,membersihkan rumah serta memasak masih dapat dikerjakan oleh Ibu Uti. Ibu Uti tidak memiliki latar belakang pendidikan. Bapak Ata bersama Ibu Uti memiliki 6 orang anak dan 7

Page | 18

orang cucu. Semua anak dari bapak Ata dan ibu Uti telah menikah dan sudah tidak satu rumah dengan bapak Ata, hanya satu orang anaknya yang masih bertempat tinggal dengan bapak Ata, yaitu Ny.Alina yang berusia 22 tahun bersama suaminya Tn.Aden yang berusia 24 tahun dan Ny.Alina sedang mengandung anak pertamanya yang berusia 7 bulan didalam kandungan. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup Daerah tempat keluarga bapak Ata tinggal merupakan daerah pesisir pantai. Rumah yang ditinggali adalah rumah milik sendiri dengan luas bangunan 7x14 m. Rumah mereka terdiri atas beberapa ruangan yaitu satu ruang tamu,satu ruang tengah,3 kamar tidur, satu ruang tengah, satu dapur dan satu kamar mandi tetapi tidak terdapat kakus pribadi. Di bagian depan terdapat sebuah teras yang memiliki luas 2x7 m.Luas ruang tamu yaitu 3x3m yang disertai ventilasi berupa 2 buah jendela, dan ruang tengah sebesar 3x6m yang juga berfungsi sebagai ruang keluarga, pada bagian depan disamping ruang tamu terdapat sebuah kamar yang memiliki luas 3x3 m yang disertai oleh ventilasi berupa sepasang jendela,dan disamping ruang tengah terdapat 2 kamar tidur yang masing-masing memiliki luas 3x3m tanpa jendela dan ventilasi berupa rongga persegi yang terdapat diatas pintu, ruang dapur memiliki luas 5x2 meter yang juga berfungsi sebagai ruang makan tanpa disertai cerobong asap dengan menggunakan kompor gas, disamping dapur terdapat sebuah kamar mandi tanpa kakus berukuran 1,5x2m yang biasa digunakan untuk mandi, cuci baju, sedangkan untuk buang air besar biasanya di jamban tetangga disamping rumahnya yang juga merupakan anaknya yaitu mba Anah. Seluruh rumah beralaskan keramik, kecuali pada bagian dapur dan kamar mandi yang beralaskan semen, atap rumah adalah genteng yang sudah dilengkapi dengan plafon. Seluruh tembok padaa rumah ini telah dilapisi oleh semen. Pada seluruh ruangan diterangi oleh masing-masing satu buah bola lampu. Dan pada setiap ruangan dipisahkan oleh pintu kecuali ruang tamu menuju ruang tengah dan ruang tengah yang menuju dapur. Keluarga bapak Ata sudah memiliki sumber air sendiri yang biasa digunakan untuk mandi dan cuci sedangkan untuk minum biasanya keluarga bapak

Page | 19

Ata dan warga sekitar menggunakan air yang berasal dari PDAM. Sampah rumah tangga dibuang di belakang rumah dan akan di bakar setelah sampahnya terkumpul. Pola konsumsi makanan keluarga Sehari-hari keluarga bapak Ata dan Ibu Uti biasa memasak 2 liter beras dan lauknya berupa sayur dan biasa disertai tahu tempe dan ikan asin atau ikan teri. Dalam sehari bapak Ata biasa makan sebanyak 2 kali. Bapak Ata juga terkadang jajan berupa bakwan dan buah-buahan yang biasa dijajakan oleh pedagang keliling. Ibu Uti juga biasa makan 2 kali dalam sehari. Ibu Uti juga yang biasa memasak untuk makanan sehari-hari untuk keluarga. Lauk yang biasa disediakan pada hari libur dan hari biasa juga hampir sama. Keluarga ini jarang beli makanan yang sudah jadi berupa warteg atau masakan padang oleh karena tidak adanya penjual makanan yang ada di lingkungan sekitar. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga Bapak Ata masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari dan makan juga terhitung teratur walau terhitung kurang, biasa juga bapak Ata menghisap rokok kretek dan dapat menghabiskan hingga satu bungkus dalam satu hari sedangkan keluhan yang dirasakan yaitu terkadang badan terasa pegal-pegal,demam dan terkadang juga suka terasa nyeri pada bagian sendi-sendi kaki. Ibu Uti juga masih dapat mengerjakan kegiatan rumahtangga sehari-hari berupa masak,mencuci dan membersihkan rumah. Keluhan yang sering dirasakan oleh Ibu Uti juga sama dengan yang dirasakan oleh bapak Ata yaitu badan terasa pegal-pegal dan terkadang demam juga pandangan sudah terasa agak kabur namun tidak mengganggu kegiatan sehari-hari dari Ibu Uti. Apabila terasa kurang sehat biasa bapak Ata dan ibu Uti biasa berobat di dokter gocengwalaupun bapak Ata dan ibu Uti sudah memiliki kartu JAMKESMAS namun dirasakan jarak yang dirasakan cukup jauh. Sarana Pelayanan Kesehatan Sarana pelayanan kesehatan yang biasa didatangi oleh keluarga bapak Ata dan Ibu Uti adalah dokter goceng yang diadakan oleh salah satu lembaga pinjaman. Sedangkan PUSKESMAS dirasakan oleh warga sekitar terhitung jauh

Page | 20

oleh karena jaraknya dan juga minimnya sarana transportasi yang ada di kampung garapan ini. Dalam pelayanan kesehatan Bapak Ata dan Ibu Uti sudah terdaftar dan memiliki JAMKESMAS yang dapat digunakan sesekali untuk berobat di PUSKESMAS dan RSUD setempat. Bapak Ata dan Ibu Uti juga sering memeriksakan kesehatannya di POSBINDU oleh karena POSBINDU tersebut diadakan di teras rumahnya, sehingga memudahkan merekan untuk memeriksakannya. 1.9.4. Gambaran Keluarga Binaan Bapak Anar No 1. 2. 3. 4. Nama Anar Saijah Nurwati Ujang Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Status Keluarga Bapak Ibu Anak Menantu (kepala 5. 6. Khusnul Putri Perempuan Perempuan keluarga) Cucu Cucu Usia 75 tahun 70 tahun 28 tahun 32 tahun 12 tahun 1 tahun SMP Pendidikan SMP SMA Pekerjaan Tidak bekerja Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Pegawai

Keluarga bapak Anar tinggal di RT 02 RW 06 Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga bapak Anar terdiri dari anak dan menantunya yang bernama Nurwati yang bersia 28 tahun dan Ujang yang berusia 32 tahun yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan pegawai bengkel. Nurwati dan Ujang mempunyai dua orang anak yg bernama Khusnul yang berusia 12 tahun dan sedang duduk di bangku SMP, dan Putri yang berusia 1 tahun. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan HidupPage | 21

Rumah bapak Anar merupakan rumah milik pribadi berada di pesisir pantai yang padat penduduk, yang berukuran 5 x 8 meter persegi yang ditempati enam orang. Rumah beratapkan genteng tanpa plafon, berdinding terbuat dari semen, dan lantai keramik pada bagian luar rumah, sedangkan bagian dalam rumah berlantaikan semen. Dalam rumah tersebut terdapat tiga kamar tidur yang masing-masing berukuran 3 x 3 meter, satu ruang tengah yang berukuran 4 x 3 meter yang memiliki ventilasi yang berukuran 3 x 2 meter di bagian depan rumah, satu dapur yang terletak di luar rumah bagian belakang dengan kamar mandi yang tidak memiliki jamban dan tidak memiliki ruang makan. Rumah bapak Anar tidak memiliki pembuangan air yang memadai. Rumah ini memiliki ventilasi yang kurang memadai dan kurangnya pencahayaan dalam rumah. Sumber air dalam keluarga ini diambil dari PAM yang dalam pemakaian seharinya dapat menghabiskan 12 drigen air yang dibeli seharga Rp 500,- per drigen. Air tersebut dipakai untuk kebutuhan sehari- hari sperti mencuci baju, memasak, membuat air minum, mencuci piring dan mandi. Keluarga Bapak Anar memperoleh listrik dengan membayarnya secara bergotong royong dalam satu bulan dimana keluarga ini mengeluarkan biaya Rp 10.000,- hingga Rp15.000,-untuk membayar listrik. Pola konsumsi makanan keluarga Pola makan keluarga bapak Anar yaitu dua kali sehari dengan lauk yang berbeda. Biasanya makan pagi / siang dengan nasi dan lauk yang digorng seperti tempe, tahu, telor dadar, atau ikan, sedangkan makan sore/malam dengan nasi dan sayuran. Anak ibu Saijah yaitu Nurwati selalu memasak sendiri dikarenakan dapat menghemat pengeluaran biaya. Keluarga ini memakai kompor untuk memasak dengan kayu bakar dimana mereka memperoleh kayu bakar dengan membelinya. Keluarga ini dapat dikatakan cukup dalam kebutuhan pangan dikarenakan memakan tempe dan tahu yang memiliki kadar protein yang tinggi, dan memasak sayur mayur. Dalam keluarga ini tidak ada yang memiliki alergi makanan. Keluarga ini tidak mempunyai kebiasaan jajan diluar rumah. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga

Page | 22

Keluarga ini tidak mempunyai kartu kesehatan untuk berobat gratis di puskesmas.. Sehingga jika mereka merasa sakit, lebih sering membeli obat warung untuk mengurangi rasa sakitnya. Sehari-harinya Bu Saijah lebih seringmenghabiskan waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti mencuci sendiri, dan membantu anaknya memasak. Beliau jarang sekali keluar rumah karena kakinya sering terasa pegal dan nyeri. Sarana Pelayanan Kesehatan Jarak terdekat ke tempat pengobatan bagi keluarga ini adalah puskesmas Tegal Angus. Tetapi karena alasan tidak mempunyai jamkesmas, dan juga akses ke puskesmas yang jauh dan tidak memiliki kendaraan. 1.9.5. Gambaran Keluarga Binaan Ibu Ati No 1. 2. 3. 4. 5. Nama Marjani Wayati Ati Lasni Maryani Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Status Keluarga Kepala Keluarga Istri Nenek Cucu Cucu Usia 40 tahun 37 tahun 80 tahun 14 tahun 4 tahun Pendidikan SMP Belum Sekolah Ibu Ati adalah seorang janda yang berumur 80 tahun, beragama Islam dan dan bersuku Betawi. Keluarga ibu Ati tinggal di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Ibu Ati mempunyai 10 anak yang tinggal dibeberapa daerah. Sekarang ibu Ati tinggal dirumah anak yang ke 9 yang bernama ibu Wayati. Dalam satu keluarga terdiri dari ibu Ati (80 Tahun), Pak Marjani (40 Tahun), Ibu Wayati (37 Tahun) dan kedua cucunya yang bernama Lasni (14 Tahun) dan Maryani (4 Tahun). Dalam hal pendidikan, ibu Ati tidak pernah duduk di bangku sekolah. Sedangkan cucunya hanya sekolah sampai tingkat SMP. Pekerjaan Nelayan Pedagang Ikan Tukang Pijat Belum Bekerja Belum Bekerja

Page | 23

Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup Daerah tempat keluarga ibu Ati tinggal merupakan daerah pesisir pantai. Rumah yang ditinggali adalah rumah milik sendiri dengan luas bangunan 4 x 7 meter persegi. Rumah mereka terdiri atas beberapa ruangan yaitu dua kamar tidur, satu ruang tengah, satu dapur, dari sekian ruangan tersebut tidak terdapat ventilasi yang memadai dan tidak tersedianya kamar mandi dalam rumah tersebut. Pencahayaan pada rumah ibu Ati sangat kurang,satu ruangan hanya disinari dengan satu lampu. Bentuk dan keadaan rumah ibu Ati berlantaikan tanah dengan atap rumah terbuat dari genteng tanpa plafon dengan dinding terbuat dari bilik bambu yang tampak rusak dibeberapa bagian. Penggunaan listriknya diambil dari tetangga sebelah. Sumber air yang didapat keluarga tersebut berasal dari PDAM untuk kebutuhan mandi, minum dan mencuci pakaian keluarga ibu Ati menggunakan air PDAM yang dibeli seharga Rp 500,- setiap derigennya. Dengan penggunaan 10 dirigen setiap harinya. Sampah rumah tangga dibuang di belakang rumah jika sudah menumpuk lalu dibakar. Untuk kebutuhan sehari-hari ibu Ati bergantung kepada penghasilan anaknya yang bermatapencaharian nelayan, penghasilan perharinya tidak tentu, berkisar Rp 50.000 ,-. Selain itu ibu Ati juga bekerja sebagai tukang pijit panggilan penghasilan yang didapat dari memijit sekitar Rp 5.000,Pola Konsumsi Makanan Keluarga Keluarga ibu Ati makan sebanyak dua kali dalam sehari, namun karena penghasilan tidak mencukupi maka makanan yang disediakan seadannya saja. Karena itu keluarga tidak pernah mencapai gizi seimbang karena adanya keterbatasan biaya. Sehari-hari keluarga ini mengkonsumsi ikan asin, telor,tahu, tempe sebagai penghasil protein dan sayur-sayuran tanpa adanya makanan tambahan. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga

Page | 24

Ibu Ati sering menderita pegal-pegal pada kedua kakinya. Terkadang ia mengalami batuk dan pilek. Ibu Ati biasanya mengobati sakitnya dengan membeli obat diwarung, Ibu Ati sendiri tidak pernah cek kesehatannya secara berkala atau memeriksakan kesehatannya dipuskesmas. Dari pengakaun keluarga ibu Ati, keluara ibu Ati tidak mendapatkan jamkesmas sehingga keluarga tersebut jarang berobat ke puskesmas atau puskesmas keliling. Ibu Ati tidak pernah melakukan aktifitas berolah raga dikarenakan sering terasa sakit pada kedua kakinya, sehingga dalam kesehariannya ia lebih memilih untuk menyapu rumah, mencuci bajunya sendiri, merawat cucunya dan lebih sering duduk-duduk diteras saja sambil mengobrol dengan tetangganya. Sarana Pelayanan Kesehatan Sarana kesehatan yang paling memadai buat keluarga tersebut yaitu POSBINDU yang bertujuan untuk peningkatan kesehatan pada usia lanjut. Alasan Ibu Ati tidak memeriksa kesehatannya diakibatkan biyaya dari pengobatan dan tidak adanya jamkesmas dan akses ke puskesmas yang jauh 1.9.6. Gambaran Keluarga Binaan Ibu Murni No 1. 2. 3. 4. 5. Nama Murni Uji marwah Toni Zaenal Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-laki Laki laki Status Keluarga Kepala Keluarga Anak Menantu Cucu Cucu Usia 75 tahun 40 tahun 38 tahun 15 tahun 9 tahun Pendidikan SD SD SD ibtidaiyah ibtidaiyah Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Nelayan Ibu rumah tangga Tidak bekerja tidak Bekerja

Ibu Murni adalah seorang janda yang berumur 75 tahun, beragama Islam dan bersuku Betawi. Ditinggal suaminya meninggal dua puluh tahun yang lalu, beragama Islam dan bersuku Betawi. Keluarga ibu Murni tinggal di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir KecamataTeluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Dirumah Ibu Murni terdiri dari satu orang anak Pak Uji (40 Tahun) dan

Page | 25

seorang menantu ibu marwah (38 Tahun).ibu murni mempunyai tiga orang cucu yaitu Toni ( 15 tahun), Zaenal ( 9 tahun ), dan Arpan ( 2 tahun). Pendidikan ibu Murni terakhir adalah SD dan sepertinya tidak melanjutkan sekolah setelah SD. Pak Uji dengan pendidikan terakhirnya SD pun sampai sekarang masih beekerja sebagai nelayan,Ibu Marwah dengan pendidikan terakhirnya hanya mampu menjadi ibu rumah tangga biasa yg berkerja mengurusi nenek, suami dan anaknya dirumah. Ibu Murni sendiri dalam kesehariannya tidak bekerja, beliau sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sangat tergantung kepada penghasilan Bpk.Uji sebagai nelayan. Bpk.Uji bekerja sebagai kuli bangunan dengan penghasilan Rp 40.000,-./harinya,dengan penghasilan dari anaknya, keluarga Ibu murni tercukupi untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Kegiatan Ibu Murni sendiri dirumah hanya membantu mengurusi anak cucunya selain duduk-duduk didepan rumahnuya dan berbincang-bincang dengan tetangganya. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup Daerah tempat keluarga Ibu Murni berada 500 m dari pesisir pantai. Rumah yang ditinggali adalah rumah milik sendiri dengan luas bangunan 8,5 x 8 m. Rumah mereka terdiri atas beberapa ruangan yaitu tiga kamar tidur, satu ruang tengah, satu dapur dan satu ruangan untuk mandi dan menyuci pakaian yang bergabung dengan sumur, tidak terdapat kakus pribadi. Luas halaman depan berukuran 5 x 1 m yang digunakan sebagai teras. Rumah berlantaikan keramik dengan atap rumah terbuat dari genteng tanpa plafon yang disanggah menggunakan kayu dan dinding dari batu bata berplester dan di cat berwarna biru. Ventilasi ada dua terletak di depan dan belakang bangunan rumah. Kamar tidur tidak memiliki ventilasi dan jendela menyebabkan kurangnya sinar matahari masuk dan kurangnya sirkulasi udara sehingga kamar menjadi gelap, lembab, dan pengap. Penggunaan listriknya setiap bulan sekitar 300 watt. Untuk mandi keluarga ibu Murni menggunakan air sumur dan mencuci pakaian keluarga Ibu Murni menggunakan air PDAM yang dibeli seharga Rp 500,-

Page | 26

setiap derigennya. Dengan penggunaan enam dirigen setiap harinya. Sampah rumah tangga dibuang di tempat pembuangan sampah di depan rumah dan dibakar setelah terkumpul banyak. Pola konsumsi makanan keluarga Keluaraga ibu Murni makan sebanyak dua kali dalam sehari. Ibu Marwah sebagai orang yang menyediakan hidangan untuk keluarga selalu berusaha memasak makanan yang alakadarnya setiap harinya, seperti sayur, tahu/ tempe dan ikan asin. Walaupun keluarga ini berusaha memenuhi kebutuhan gizi sebaik mungkin, namun tetap tidak pernah mencapai gizi seimbang karena adanya keterbatasan biaya. Selain itu, ketergantungan pada pekerjaan sebagai nelayan yang tidak tentu hasilnya menyebabkan keluarga ini tidak selalu memakan ikan ataupun daging lain, kadang mereka hanya mengkonsumsi tahu/ tempe dan sayur saja. Mereka biasa makan bersama-sama di ruang tamu. Alat makan yang digunakan oleh keluarga ini terbuat dari kaca. Keluarga ini memasak dengan menggunakan kompor yang memakai kompor gas dengan tabung gas yang selalu dibeli dua kali tiap bulannya. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga Di keluarga Ibu Murni sering menderita sakit kepala namun tidak pernah berobat dan hanya minum obat warung saja. Keluarga Ibu Murni tidak pernah melakukan aktifitas berolah raga dikarenakan usia yang sudah melanjut dan sering cepat merasa lelah, dan keluarga Ibu Bona tidak pernah berekreasi. Keluarga ini memiliki jaminan kesehatan untuk berobat Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas yang biasa didatangi oleh keluarga ini saat mereka sakit ialah Puskesmas Tegal Angus yang letaknya jauh dari rumah mereka. Oleh karena itu, mereka biasa menggunakan ojeg sebagai sarana transportasi untuk menuju ke puskesmas tersebut.

Page | 27

Menurut keluarga ini, tarif pelayanan kesehatan di puskesmas masih terjangkau. Kualitas pelayanannya pun cukup memuaskan. Selain itu keluarga ibu Murni sesekali memeriksakan kesehatannya ke POSBINDU.1.10.

PENENTUAN AREA PERMASALAHAN

Setelah mengamati permasalahan yang ada pada keluarga binaan, ditemukan beberapa masalah yang berkaitan dengan pada keluarga binaan yaitu Masalah ketidaksediannya jamban pada keluarga binaan, tidak terpenuhinya syarat rumah sehat, ketidaktersediaannya tempat pembuangan sampah, kurangnya sarana air bersih, kurangnya kesadaran lansia untuk memeriksakan kesehatannya ke posbindu, jarak antara kandang ternak dengan rumah warga yang terlalu dekat, kurangnya asupan gizi pada lansia di keluarga binaan di kampung garapan, jauhnya akses dan kurangnya sarana transportasi menuju Puskesmas, hipertensi pada lansia di keluarga binaan di kampung garapan. Dari sekian masalah yang ditemukan pada keluarga binaan tersebut, diputuskan untuk mengangkat kurangnya asupan gizi pada lansia. Pemilihan area masalah ini didasarkan atas berbagai pertimbangan yaitu :1. Dari hasil wawancara dan observasi pada keluarga binaan di kampung

Garapan, tanjung pasir RT 02 RW 06 dapat diketahui bahwa pengetahuan tentang asupan gizi seimbang pada lansia masih kurang. 2. Kebiasaan makan yang kurang teratur pada lansia3. Fasilitas yang mempengaruhi status gizi lansia 4.

Akses menuju tempat untuk bisa membeli bahan makanan yang lebih beragam

5. Perhatian keluarga dalam hal asupan makanan untuk lansia 6. Peran petugas kesehatan guna memantau perkembangan status gizi lansia.

Page | 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lanjut Usia Menurut World Health Organisation (WHO) Lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas (Nugroho, 2008: 34). Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan di alami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang, dan tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Menua ( Menjadi tua : aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Ranah, 2008:1). Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process. Ilmu yang mempelajari fenomena bersamaan dengan proses kemunduran (Nugroho, 2008:1) Menurut Paris Constantinides (1994) Menua adalah suatu proses

menghilangnya secra perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri

Page | 29

atau mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi normal, ketahanan terhadap injuri termasuk adanya infeksi. Proses menua sudah berlangsung sejak seorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf dan jaringan lain sehingga tumbuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam penyampaian puncak maupun saat menurunya, namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya umur. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Mariam. R. Siti, 2008: 32). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Mariam. R. Siti, 2008 :32).

2.2 Batasan Umur Lansia Batasan umur menurut organisasi kesehatan dunia World Health

Organisation (WHO), ada empat tahap lanjut usia meliputi :a. b. c. d.

Usia pertengahan (Middle Age) = kelompok usia 45-59 tahun; Lanjut usia (Elderly) = antara 60-74 tahun; Lanjut usia tua (Old) = antara 75-90 tahun; Usia sangat tua (Very Old) = diatas 90 tahun.

Klasifikasi pada lansia ada 5 (Mariam. R. Siti, 2008:33), yakni : 1. Pralansia (Prasenilis)

Page | 30

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. 2. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. 3. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehattan (Depkes RI, 2003). 4. Lansia Potensial Lansia yang masih mampu melakukan aktifitas. 5. Lansia Tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. (Depkes RI, 2003).

2.3

Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

a.

Perubahan Fisik 1). Sel Jumlah sel menurun, ukuran sel lebih besar, jumlah cairan tubuh dan cairan

intraseluler berkurang, proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun, jumlah sel otak menurun,mekanisme perbaikan sel terganggu, otak menjadi atropi dan beratnya berkurang 5-10%, lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar. (Nugroho, 2008:27). 2). Kardiovaskuler Pada sistem kardiovaskuler terjadi penebalan dan kaku pada katup jantung, penurunan kemampuan jantung untuk memompakan daarah sebanyak 1% setiap tahunnya menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, hilangnya elastis

Page | 31

pembuluh darah sehingga efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi berkurang dan perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke bediri dapat menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg yang akan mengakibatkan pusing mendadak. Tekanan darah dapat naik yang di akibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer. (Nugroho, 2000:23). 3). Respirasi Otot otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus. (Nugroho, 2000:23) 4). Pernafasan Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespons dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stess. Berkurang atau hilangnya lapisan myelin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan reflek (Maryam. R. Siti, 2008:56) Pada sistem pernafasan terjadi pengecilan saraf pancaindera yang mengakibatkan kurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa serta lebih sensitif terhadap perubahan suhu. Hubungan pernafasan menurun dan lambat berespon atau bereaksi khususnya terhadap stress. (Nugroho, 2000:22) Menurunnya hubungan persarafan, berat otak pun menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap harinya). Respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stess. Saraf pancaindra mengecil. Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa mengecil, lebih

Page | 32

sensitif terhadap perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap dingin. Kurang sensitif terhadap sentuhan. Defisit memori. (Nugroho, 2008:55). 5). Pendengaran Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang tulang pendengaran mengalami kekakuan.(Maryam. R. Siti, 2008: 56) Pada sistem pendengaran terjadi atrofi pada membran timpani dan penumpukan serumen yang dapat mengeras karena peningkatan kreatin, sehingga hilangnya kemampuan daya pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap suara suara tinggi, suara yang tidak jelas dan sulit mengerti kata kata.(Nugroho, 2000:22) 6). Penglihatan Pada sistem penglihatan sfingter pupil timbul sclerosis dan respons terhadap sinar menghilang, terjadi kekeruhan pada lensa, menjadi katarak, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah bila menglihat gelap, terjadi penurunan / hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi presbiopi, sulit untuk melihat dekat yang dapat di pengaruhi berkurangnya elastisitas lensa, lapangan pandang menurun, luas pandangan berkurang, daya untuk membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau. (Nugroho, 2008: 29). Respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan katarak. (Maryam. R. Siti, 2008: 57). 7). Muskuloskeletal

Page | 33

Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (Osteoporosis), bungkuk (Kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami sclerosis. (maryam. R. Siti, 2008: 57) Pada sistem muskuloskeletal terjadi gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi. Kekuatan dan kestabilan tulang menurun, terutama pada bagian vetebra, pergelangan. Insiden osteoforosis dan fraktur meningkat pada area tulang tersebut. Kartilango yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan haus.Kifosis, gerakan pinggang, lutut dan jari jari pergelangan terbatas, terjadi gangguan berjalan, discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek 9tingginya berkurang). Atrofi serabut otot, serabut otot menjadi kecil sehingga gerakan menjadi lambat, otot kram, dan menjadi tremor (prubahan pada otot cukup rumit dan sulit dipahami). Komposisi otot berubah sepanjang waktu (miofibril digantikan oleh lemak, kolagen, dan jaringan parut). (Nugroho,2008:33). 8). Gastrointestinal Esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun, dan peristaltik menurun sehingga daya tahan absorpsi juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun sehingga menyebabkan

berkurangnya produksi hormon dan enzim (Maryam. R. Siti, 2008:57). 9). Vesika Urinaria Otot otot melemah, kapasitasnya menurun sampai 200ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Prostate: Hipertrofi pada 75% lansia. (Maryam. R. Siti, 2008:56) 10).Endokrin

Page | 34

Produksi hormon menurun. Pada kelenjar pituitary pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah. Produksi dari ACTH, TSH, FSH, LH dan Aldosteron menurun, sekresi hormon kelamin seperti progenteron, esterogen dan testosterone juga mengalami penurunan. (Maryam. R. Siti, 2008:57). 11).Kulit Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularirasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk (Maryam. R. Siti, 2008: 57). Pada sistem integument, kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak dan permukaan kulit menjadi kusam, kasr, bersisi, timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik bintik atau noda coklat, terjadi perubahan disekitar mata, tumbuhnya kerutan halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis, jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang. (Nugroho, 2008:33). 12). Belajar dan Memori Kemampuan belajar masih ada tetapi relatif menurun. Memori (daya ingat) menurun karena proses encoding menurun. (Maryam.R.Siti, 2008:57). Lansia yang tidak memiliki demensia atau gangguan alzaimer, masih memiliki kemampuan belajar yang baik. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar sejak lahir sampai akhir hayat. Pelayanan kesehatan lanjut usia yang bersifat promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif adalah untuk memberikan kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar yang disesuaikan dengan kondisi masing masing lanjut usia yang dilayani.

Page | 35

b. Perubahan Mental Menurut (Nugroho, 2008:34) perubahan perubahan mental yang terjadi pada lanjut usia adalah perubahan pada sikap yang semakin egosentris, mudah curiga dan bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu. Sikap umum yang di temukan pada hampir setiap lanjut usia, yakni keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat mungkin di hemat. Mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat. Ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa. Jika meninggal pun, mereka ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental: 1). Perubahan fisik 2). Kesehatan umum 3). Tingkat pendidikan 4). Keturunan (herediter) 5). Lingkungan Perubahan mental ketika seseorang memasuki masa lansia akan mempengaruhi kesehatan badannya. Sikap hidup, perasaan, dan emosi akan mempengaruhi perubahan mental lansia. Perubahan mental seseorang dipengaruhi oleh tipe kepribadian orang tersebut. Seseorang yang kepribadiannya ambisius akan selalu berambisi untuk lebih mau ketika memasuki masa lansia akan cendrung gelisah, mudah stress, merasa di remehkan, dan tidak siap tinggal dirumah. Sebaliknya jika kepribadian seseorang itu tenang dan mencapai sesuatu dengan usaha yang tidak terbutu buru, orang tersebut tidak menunjukkan perubahan mental yang negatif. Bahkan, mereka selalu mensyukuri segala sesuatu yang terjadi

Page | 36

dalam kehidupannya. Pandangan seseorang terhadap orang yang sudah lansia berbeda secara sosial. Sikap sosial yang kurang baik ini sering menyebabkanorang lansia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada budaya timur, ada tat nilai yang masih mengagungkan dan menghormati orang tua. Orang tua dianggap sebagai orang yang bijaksana dan banyak pengalaman yang selalu menjadi panutan. Perubahan mental pada lansia dapat dikurangi dengan sikap positif orang Muda yang tidak menilai lansia sebagai orang lusuh, lemah, siap dibuang, dan menjadi beban orang lain.(Ranah, 2005:15).

2.4 Imobilisasi Dan Intoleransi Aktifitas Lansia Imobilisasi adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi sesorang. Walau pun jenis aktifitas berubah sepanjang kehidupan manusia, imobilisasi adalah pusat untuk berpartisipasi dan menikmati kehidupan. Mempertahankan imobilisasi optimal sangat penting untuk kesehatan mental dan fisik semua lansia. Tujuannya adalah: a. b. c. Mengidentifikasi pentingnya mempertahankan imobilisasi pada lansia. Menggambarkan dampak fisiologis dari imobilisasi dan ketidak efektifan. Menggambarkan intervensi yang tepat yang mengarah pada pencegahan

primer , skunder, dan tersier dari imobilisasi dan intoleransi aktifitas. d. Membuat daftar keuntungan keuntungan fisiologis, psikologis dan

psikososial dari program latihan untuk lansia. e. Menggambarkan komponen esensial dari program latihan fisik secara

teratur kepada lansia.

Page | 37

f.

Menggambarkan program latihan yang tepat bagi klien lansia dan

intoleransi aktifitas.

2.5 Proses Penuaan dan Perubahan Fisiologis Akibat Penuaan a. Proses Penuaan Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). b. Perubahan Fisiologis Akibat Penuaan Sejumlah perubahan fisiologis berlangsung dalam proses penuaan, meskipun laju dan besarnya perubahan tersebut berbeda-beda pada setiap orang. Menurut Barasi (2007) perubahan yang terkait dengan kondisi medis dapat berdampak pada status gizi (mungkin disebabkan oleh penyakit atau pengobatannya) : 1. Berkurangnya mobilitas - muskuluskletal, saraf, sirkulasi darah, respirasi, dan kelebihan berat badan. 2. Fungsi koknitif gangguan koknitif dan demensia. 3. Gangguan jiwa meliputi depresi (termasuk depresi reaktif setelah kehilangan orang yang mereka cintai) penyakit mental, kecanduan alkohol. 2.6 Makanan Bergizi dan Fungsi Makanan bagi Tubuh Manusia a. Makanan Bergizi Makanan dikatakan bergizi jika mengandung zat makanan yang cukup dalam jumlah dan kualitasnya sesuai dengan kebutuhan tubuh yang dibagi dalam beberapa golongan yaitu, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, air dan oksigen dan makanan berserat (Kusno dkk, 2007). b. Fungsi Makanan Bagi Tubuh Manusia Fungsi makanan bagi tubuh manusia dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu:Page | 38

1. Sebagai bahan penghasil energi yang berguna untuk segala kegiatan hidup. 2. Sebagai bahan pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan perbaikan sel sel tubuh yang rusak. 3. Sebagai bahan pelindung dan pengatur kerja fisiologis tubuh agar tetap lancar dan teratur.

2.7 Pentingnya Makanan Bagi Kesehatan dan Syarat-Syarat Makanan Sehat a. Pentingnya Makanan Bagi Kesehatan Hukum kehidupan ialah: Jika kita tidak makan, kita akan mati. Begitu juga kalau kita tidak makan makanan atau jenis makanan yang dibutuhkan oleh tubuh, maka kita bukan saja mati cepat, tetapi juga akan hidup menderita, bahkan sakit-sakitan. Yang dimaksud dengan makanan dalam ilmu kesehatan adalah setiap substrat yang dapat dipergunakan untuk proses dalam tubuh. b. SyaratSyarat Makanan Sehat Setelah mempelajari fungsi dan jenis bahan makanan, maka dapat disusun syarat-syarat yang harus dipenuhi zat makanan. Makanan sehat adalah makanan yang higienis serta banyak mengandung gizi. Makanan higienis, yaitu makanan yang tidak mengandung kuman penyakit dan tidak boleh meracuni tubuh serta lezat rasanya. Syarat-syarat itu adalah sebagai berikut : a. Harus cukup mengandung kalori. b. Protein yang dikonsumsi harus mengandung kesepuluh asam amino utama, yaitu lisin, triptopan, histidin, penilalanin, leusin, isoleusin, thereonin, metionin, valin dan arginin. c. Harus cukup mengandung vitamin. d. Harus cukup mengandung garam mineral dan air. e. Perbandingan yang baik antara sumber karbohidrat, protein, dan lemak.

Page | 39

Menurut Kusno (2007) selain syarat-syarat tersebut, agar memberikan kesehatan bagi tubuh, sebaiknya juga harus : 1. Mudah dicerna oleh alat pencernaan. 2. Bersih, tidak mengandung bibit penyakit, karena hal ini tentu akan membahayakan kesehatan tubuh serta tidak bersifat racun bagi tubuh. 3. Jumlah yang cukup dan tidak berlebihan. 4. Tidak terlalu panas pada saat disantap. Makanan yang terlalu panas disajikan, mungkin sekali dapat merusak gigi dan mengunyah pun tidak dapat sempurna. 5. Bentuknya menarik dan rasanya enak. 2.8 Pola Konsumsi Pangan, Menu Seimbang, Serta Syarat Menu Seimbang Lanjut Usia a. Pola Konsumsi Pangan Lanjut Usia Menurut Sri (2007) yang mengutip pendapat Khumaidi dan Suhardjo menyatakan bahwa, pola konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Pola konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah berbagai informasi yang dapat memberikan informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk satu kelompok masyarakat tertentu. Sebenarnya pola konsumsi tidak dapat menentukan status gizi seseorang atau masyarakat secara langsung, namun hanya dapat digunakan sebagai bukti awal akan kemungkinan terjadinya kekurangan gizi seseorang atau masyarakat (Supariasa dkk, 2002). Pengertian konsumsi makanan berbeda dengan kecukupan gizi. Konsumsi makan adalah sesuatu yang nyata, sedangkan kecukupan gizi adalah kandungan zat gizi yang terkandung didalam bahan makanan. Tingkat konsumsi seseorang sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas dari suatu makanan. Kualitas makanan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh yang terdapat dalam

Page | 40

makanan, sedangkan kuantitas makanan menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh (Sediaoetama, 1991). b. Menu Seimbang Lanjut Usia Menu adalah susunan hidangan yang dipersiapkan untuk disajikan pada makan. Menu seimbang untuk lansia adalah susunan yang mengandung cukup semua unsur gizi yang dibutuhkan lansia (Nugroho, 2008). c. Syarat Menu Seimbang Lanjut Usia Syarat menu yang seimbang untuk lansia menurut Nugroho (2008) antara lain : 1. Mengandung zat gizi beraneka ragam bahan makanan yang terdiri atas zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. 2. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh lansia adalah 50% dari hidrat arang yang merupakan hidrat arang kompleks (sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian). 3. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu 25-30% dari total kalori. 4. Jumlah protein yang baik dikonsumsi disesuaikan dengan lanjut usia, yaitu 8-10% dari total kalori. 5. Dianjurkan mengandung tinggi serat (selulosa) yang bersumber pada buah, sayur, dan macam-macam pati, yang dikonsumsi dalam jumlah besar secara bertahap. 6. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non-fat, yoghurt, dan ikan. 7. Makanan mengandung tinggi zat besi (Fe), seperti kacang-kacangan, hati, daging, bayam, atau sayuran hijau. 8. Membatasi penggunaan garam.

Page | 41

9. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan mudah dicerna. 10.Hindari bahan makanan yang tinggi mengandung alkohol. 11.Pilih makanan yang mudah dikunyah seperti makanan lunak.

2.9 Perilaku Lansia Terhadap Makanan Sehat Pengertian perilaku menurut Notoatmodjo (1993) dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa (pendapat, berfikir, bersikap dsb) untuk memberikan respon terhadap situasi di luar subjek tersebut, dimana respon tersebut dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) dan dapat juga bersifat aktif (dengan tindakan). Perilaku menurut Mantra (1994) adalah merupakan respon (tanggapan) individu terhadap stimulasi (rangsangan) baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya dan dibedakan atas tiga jenis, yaitu : 1. Perilaku ideal Merupakan perilaku yang dapat diamati yang menurut para ahli perlu dilakukan oleh individu atau masyarakat untuk mengurangi atau membantu memecahkan masalah. 2. Perilaku pada saat ini Merupakan perilaku yang dilaksanakan saat ini yang diidentifikasi melalui observasi dan wawancara dilapangan, kemudian dianalisis, dan dikaitkan dengan perilaku ideal serta dicari jawaban mengapa mereka berperilaku seperti itu pada saat ini. 3. Perilaku yang diharapkan Merupakan perilaku yang diharapkan bisa dilaksanakan oleh sasaran atu sering disebut sebagai behavior yang akan dituju dalam pelaksanaan suatu program. Perilaku gizi seimbang adalah pengetahuan, sikap dan tindakan lansia meliputi konsumsi makanan seimbang dan berperilaku hidup sehat. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku gizi lansia adalah cara seseorang berfikir, berpengetahuan dan berpandangan tentang makanan. Apa yang ada dalam perasaanPage | 42

dan pandangan itu kemudian dinyatakan dalam bentuk tindakan memilih makanan. Jika keadaan ini terus-menerus berulang maka tindakan tersebut akan menjadi kepuasan makan (Khumaidi, 1997). Dari hasil penelitian Nainggolan (1997), diketahui bahwa dari 54 lansia, 6 orang lansia (11,2%) telah mengonsumsi energi 100% KGA, 12 orang (22,2%) mengonsumsi energi