bab i, ii, iii,iv, & d.pustaka
DESCRIPTION
examplesTRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tantangan pembangunan di Indonesia saat ini adalah meningkatnya
kuantitas proyek di berbagai wilayah. Disertai dengan tuntutan kualitas yang
baik, efisiensi waktu dan biaya yang ekonomis. Selain itu juga sekarang ini
pengaplikasian elemen beton pada infrastruktur juga semakin meningkat.
Seiring dengan itu maka ditemukan solusi modernisasi teknologi konstruksi
untuk membantu memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut.
Beton pre-cast merupakan teknologi yang tepat untuk mengatasi
tantangan pembangunan tersebut. Pengertian dari pre-cast adalah elemen
bangunan yang menggunakan beton bertulang yang dibuat/dicetak dipabrik
atau tempat lain dan jadi sebelum dipasang. Pembuatan pre-cast ini
memang sangat membantu karena dilihat dari macam-macamnya saja
sudah sangat lengkap. Mulai dari panel dinding, element lantai atau atap,
balok pre-cast dan kolom pre-cast. Ada banyak keuntungan yang didapat
dengan menerapkan sistem pre-cast diantaranya hemat waktu konstruksi,
sedikit tenaga terampil yang dibutuhkan dilapangan, pemasangan relatif
tidak tergantung pada cuaca, lebih ekonomis, dst. Maka tak heran pre-cast
cukup menarik banyak pihak selain kontraktor yaitu owner. Banyak owner
yang memiliki permintaan agar bangunan yang mereka inginkan dapat
selesai dalam waktu yang cepat. Karena semakin cepat bangunan tersebut
selesai maka semakin cepat pula bangunan tersebut dapat dikelola.
Akan tetapi jika dilihat dari sisi arsitekturalnya yaitu tampak luar
(keindahan fasad), hampir semua bangunan yang menggunakan pre-cast
tidak memiliki sisi tersebut karena bentuknya yang cenderung kotak dan
monoton. Sementara itu untuk seorang arsitek sangat penting estetika
dalam membangun sebuah bangunan. Bagaimana agar bangunan tersebut
terlihat indah dan bagus, namun tidak mengurangi fungsi dari bangunan
tersebut. Sebenarnya keindahan fasad sebuah bangunan juga
mempengaruhi pengelolaan bangunan tersebut jika sudah dapat
dioperasikan nantinya. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang
membahas tentang bagaimana agar pre-cast juga dapat dieksplor sehingga
dapat menghasilkan bentuk fasad bangunan yang menarik.
-
2
1.2. Tujuan
Mengetahui apakah precast itu dan bagaimana penerapannya dalam
fasad sebuah bangunan
Mengidentifikasi sistem precast pada fasad di suatu bangunan hunian
Apartemen Student Castle
1.3. Manfaat
Bermanfaat untuk :
Memberikan pengetahuan tentang hal-hal yang bersangkutan tentang
precast hingga alasan dan syarat syarat penggunaan precast.
Menambah pengetahuan tentang eksplorasi fasad bangunan dengan
menggunakan precast.
1.3. Kajian Teori
1.4.1. Pengertian Precast
Precast concrete atau beton pracetak merupakan suatu hasil
produksi dari beton yang fabrikasinya dilakukan di pabrik atau di
lapangan sementara dengan penyelesaian akhir pemasangan
(erection) di lapangan.
Pada metode precast terdapat beberapa pengertian
berdasarkan tingkat metode palaksanaan pembangunan, yaitu
(Maharsi, 2008):
1. Prefabrication, yaitu proses pabrikasi yang dilaksanakan
dengan menggunakan alat-alat khusus dimana berbagai jenis
material disatukan sehingga membentuk bagian dari sebuah
bangunan.
Gambar 1.1.a.
Proyek Student Castle, Yogyakarta
(Sumber: dok. Pribadi, 2015)
Gambar 1.1.b.
Proyek Warhol Residence, Semarang
(Sumber: Wolmax, 2014)
-
3
2. Preassembly, yaitu proses penyatuan komponen pra fabrikasi
di tempat yang tidak pada posisi komponen tersebut berada.
3. Module, yaitu hasil dari proses penyatuan kompone pra
fabrikasi, biasanya membutuhkan mode transportasi yang
cukup besar untuk memindahkan ke posisi yang sebenarnya.
Beberapa macam precast, adalah :
Panel dinding
Elemen lantai dan atap
Balok precast
Kolom precast
1.4.2. Pengertian Fasad
Fasad adalah suatu sisi luar (eksterior) sebuah bangunan,
umumnya terutama yang dimaksud adalah bagian depan, tetapi
kadang-kadang juga bagian samping dan belakang bangunan. Kata
ini berasal dari bahasa Perancis, yang secara harfiah berarti
"depan" atau "muka".
1.6. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Substansial
Ruang lingkup pembahasan substansial dibatasi pada aspek-aspek
pembentukan precast yaitu material serta penerapannya pada suatu fasad
bangunan.
Ruang Lingkup Spasial
Ruang lingkup pembahasan berlokasi pada bangunan bertingkat seperti
apartemen maupun hotel para proyek di Semarang dan Yogyakarta.
1.7. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam laporan ini adalah metode
deskriptif yang merupakan suatu metode yang berusaha mendiskripsikan
dan mengintretasikan sesuatu, misalnya kondisi yang ada, atau tentang
kecenderungan yang tengah berlangsung. Tujuan metode ini adalah :
Mendapatkan informasi tentang masalah yang ada.
-
4
Identifikasi masalah untuk mendapatkan fakta di lapangan.
Melakukan analisis mengenai kajian yang dibahas.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan :
Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data primer melalui
pengambilan gambar dan foto.
Studi literatur, yaitu data yang diperoleh dari literatur - literatur yang
berhubungan dengan dengan permasalahan yang dibahas.
Pada tahap analisa terhadap data yang ada, meggunakan acuan dari
literatur.
1.8. Alur Pikir
Latar Belakang
Aktualita
Berkembangnya teknologi pembangunan dengan menggunakan sistem pre-cast pada saat ini.
Pemahaman yang kurang mengenai precast dan eksplorasi pengaplikasiannya pada fasad bangunan menggunakan pre-cast.
Desain bangunan yang menggunakan pre-cast yang monoton ditinjau dari fasadnya.
Urgensi
Mengetahui eksplorasi bentuk pada fasad bangunan yang menggunakan sistem pre-cast.
Originalitas
Memberikan informasi mengenai sistem pre-cast serta pengeksplorasiannya pada fasad bangunan.
Analisa
Menganalisa material yang digunakan untuk precast, pemasangan serta pengaplikasiannya pada fasad bangunan
Kesimpulan
Penelitian yang membahas tentang bagaimana agar pre-cast juga dapat dieksplor sehingga dapat menghsilkan bentuk fasad bangunan yang
menarik.
Tinjauan Pustaka
Prestressed Concrete Building
Jurnal Studi Value Engineering, Tanzil
Maharani, FT UI, 2008
Data
Data hasil wawancara di lapangan
Wawancara
Studi literatur
Surfing Internet
Saran
Dalam membangun sebuah bangunan dengan menerapkan sistem pre-cast harus tetap memperhatikan
estetika bentuk fasad karena pada umumnya diketahui bahwa bangunan yang menggunakan pre-cast tidak
memiliki sisi arsitektural sehingga bentuknya cenderung kotak dan monoton
-
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Precast
2.1.1. Pengertian Precast Concrete
Pada pembangunan struktur dengan bahan beton dikenal 3
(tiga) metode yang umum dilakukan yaitu (1) sistem konvensional
yang merupakan metode yang menggunakan bahan tradisional
kayu dan triplek, (2) sistem formwork yaitu sistem yang lebih maju
dari konvensional yang memakai bahan baja ataupun alumunium,
dan (3) sistem precast (pracetak) yaitu sistem yang berasal dari
proses fabrikasi.
Precast concrete atau beton pracetak merupakan suatu hasil
produksi dari bahan beton yang dibuat dengan metode percetakan
secara mekanisasi di pabrik maupun di lapangan sementara yang
dalam proses pembuatannya dengan kontrol kualitas yang baik
dengan penyelesaian akhir pemasangan (erection) di lapangan.
(Maharsi, 2008)
Pada metode sistem precast terdapat beberapa pengertian
berdasarkan tingkat metode palaksanaan pembangunan, yaitu
(Maharsi, 2008):
1. Prefabrication, yaitu proses pabrikasi yang dilaksanakan
dengan menggunakan alat-alat khusus dimana berbagai jenis
material disatukan sehingga membentuk bagian dari sebuah
bangunan.
2. Preassembly, yaitu proses penyatuan komponen pra fabrikasi
di tempat yang tidak pada posisi komponen tersebut berada.
3. Module, yaitu hasil dari proses penyatuan kompone pra
fabrikasi, biasanya membutuhkan mode transportasi yang
cukup besar untuk memindahkan ke posisi yang sebenarnya.
-
6
2.1.2. Sejarah Perkembangan Sistem Precast
Sistem precast berkembang mula-mula di negara Eropa.
Struktur precast pertama kali digunakan adalah sebagai balok
beton di Casino di Biarritz oleh kontraktor Coignet Paris 1891. Pada
tahun 1912 beberapa bangunan bertingkat menggunakan sistem
precast berbentuk komponen-komponen, seperti dinding kolom dan
lantai diperkenalkan oleh John E. Conzelmann.
Indonesia telah mengenal sistem precast yang berbentuk
komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom dan plat
lantai sejak tahun 1970an. Sistem precast semakin berkembang
dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti Sistem
Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), SIstem All Load
Bearing Wall (1997), Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem
Jasubakim (1999), Sistem Bresphaka (1999) dan Sistem T-Cap
(2000).
Beton merupakan material konstruksi yang banyak dipakai di
Indonesia, jika dibandingkan dengan material lain seperti kayu atau
baja. Hal ini terjadi karena bahan pembentukannya sangat mudah
didapatkan serta murah dari segi harga. Namun, sistem precast
concrete merupakan metode yang mampu menjawab pada era ini,
melihat sistem aspek-aspek beton konvensional yang terlampau
jauh tertinggal karena dari segi waktu pelaksanaan yang lama,
kontrol kualitas yang sulit serta bahan-bahan dasar cetakan dari
kayu atau triplek yang semakin mahal. Pada dasarnya sistem
precast concrete adalah melakukan pengecoran komponan di
tempat khusus di permukaan tanah (fabrication), lalu dibawa ke
lokasi (transportation) untuk menjadi suatu struktur yang utuh
(erection)1.
Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu
menjawab kebutuhan di era millennium baru ini. Pada dasarnya
system ini melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di
permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi )
untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan
system ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi cepat dan
1 Arief Rahman.Prinsip dan Gambaran Umum Konstruksi Prefabrikasi, Bahan Kuliah
Struktur-Konstruksi 5, Universitas Gunadarma,.2008.hal: 3-5
-
7
missal, pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi
dengan kualitas produk yang baik. Perbandingan kualitatif antara
strutur kayu, baja serta beton konvensional dan precast dapat
dilihat pada tabel :
Tabel Perbandingan 3 Metode Pembangunan Bahan Beton (Rahman, 2008)
2.1.3. Keunggulan dan Kelemahan Sistem Precast
Menurut Ervianto (2006), Sistem Precast memiliki keunggulan
dan kelemahannya, diantaranya:
a. Keunggulan
Aspek kayu baja Beton
konvensional Pracetak
Pengadaan Semakin
terbatas
Utamanya
impor
Mudah Mudah
Permintaan Banyak Banyak Paling
banyak
Cukup
Pelaksanaan Sukar, Kotor Cepat, bersih Lama, kotor Cepat, bersih
Pemeliharaan Biaya Tinggi Biaya tinggi Biaya sedang Biaya sedang
Kualitas Tergantung
spesies
Tinggi Sedang-
tinggi
Tinggi
Harga Semakin
mahal
Mahal Lebih murah Lebih murah
Tenaga Kerja Banyak Banyak Banyak Banyak
Lingkungan Tidak ramah Ramah Kurang
ramah
Ramah
Standar Ada (sedang
diperbaharui)
Ada (sedang
diperbaharui)
Ada ( sedang
diperbaharui
)
Belum ada
(sedang
disusun)
-
8
Durasi proyek menjadi lebih singkat
Biaya konstruksi dapat tereduksi
Kontinuitas proses konstruksidapat terjaga
Produksi massa
Mengurangi baiaya pengawasan
Mengurangi kebisingan
Dihasilkan dari kualitas beton yang lebih baik
b. Kelemahan
Kebutuhan akan moda transportasi yang dipakai sebagai alat
angkut penyaluran precast membutuhkan biaya tambahan.
Dalam tahap penyatuan (erection) membutuhkan alat berat
berupa Crane yang dimana akan menambah biaya kontruksi
Sambungan harus lebih diperhatikan dan dikontrol
2.1.4. Jenis-Jenis Elemen Precast
Macam elemen precast concrete untuk konstruksi bangunan
sangat beragam. Ukuran dan bentuk masing-masing precast
disesuaikan dengan desain yang telah direncanakan. Berikut jenis-
jenis elemen precast (Ervianto, 2006) sebagai berikut:
Kansteen
Kansteen adalah beton pracetak yang digunakan untuk sisi
samping trotoar. Berat dari komponen ini dirancang agar
mampu diangkat oleh satu orang dalam proses handlingnya.
Bentuk dan dimensinya dapat disesuaikan dengan permintaan
pengguna.
Gambar 2.1.4a Kansteen
(Sumber: Beton Elemenindo Perkasa)
-
9
Tiang Pancang
Tiang pancang pracetak dimanfaatkan dalam bangunan
gedung sebagai komponen struktural. Bentukdan diensinya
bervariasi tergantung dari jenis tanah dan kedalaman lokasi
proyek. Tiang pancang ini antara lain berbetuk segitiga dan
bulat.
Gambar 2.1.4b Tiang Pancang
(Sumber: ANTARA Foto, 2013)
Pagar
Pagar pracetak mulai diproduksi oleh salah satu produsen.
Hal ini dipicu oleh tingkat kecepatan dan kepraktisan dalam
pemasangannya. Pagar ini terdiri dari dua komponen, yaitu
komponen kolom dan panel. Dimensi dari panel adalah lebar
400 mm, tebal panel 50 mm panjang panel 2100mm dan
2400mm.
Gambar 2.1.4c. Pagar
(Sumber: Pagar Panel Beton, 2013)
U Ditch
U-Ditch adalah saluran dari beton bertulang dengan bentuk
penampang huruf U. Umumnya digunakan sebagai saluran
drainase ataupun irigasi. Ketinggian saluran terbuka ini dapat
-
10
bervariasi mengikuti kebutuhan dilapangan atau elevasi
saluran yang diinginkan.
Tipe sambungannya menggunakan plat joint (plat
embeded dan sambungan but joint atau male female) dimana
pada bagian pertemuan sambungannya cukup diberikan
mortar sebagai penutup nat.
Gambar 2.1.4d. U- Ditch
(Sumber: Beton Elemenindo Perkasa)
GRC
Komponen ini termasuk dalam kelompok arsitektural,
sering diperlukan karena tuntutan perancang untuk memenuhi
estetika bangunan. Spesifikasi komponen ini adalah sebagai
berikut : bahan terdiri dari campuran semen, pasir, dan
fibreglass alkali resistant. Ukuran dan bentuk sesuai
pemesanan dan memiliki ketebalan 8mm-10mm.
Gambar 2.1.4e. GRC
(Sumber: architectural materials)
Tangga
Struktur tangga pracetak mulai diproduksi untuk bangunan
gedung guna mempercepat waktu konstruksi bangunan.
Apabila struktur tangga dikerjakan secara konvensional maka
akan dibutuhkan waktu yang cukup lama, mengingat kerumitan
-
11
dari struktur tangga tersebut.
Gambar 2.1.4f Tangga
(Sumber: wir, 2007)
Balok
Elemen balok dapat diproduksi dengan berbagai bentang
dan macam bentuk penampangnya. Penentuan bentuk
penampangnya dari sebuah balok dipengaruhi oleh sistemyang
akan digunakan, misalnya sistem sambungan antara balok dan
plat lantai, sistem sambungan antara balok dengan kolom.
Gambar 2.1.4g. Balok
(Sumber: Beton Elemenindo Perkasa)
Kolom
Sebagai elemen struktur bangunan yang mempunyai
fungsi meneruskan beban dari lantai-lantai di atasnya, di mana
dominasi gaya norrnal yang bekerja maka secara teknis kolom
dapat diproduksi secara pracetak. Jenis kolom beton yang
dapat diproduksi secara pracetak tergantung dari (a) ketinggian
bangunan/jumlah tingkat; (b) metode erection yang akan
digunakan; (c) kemampuan angkat alat bantu/crane.
-
12
Gambar 2.1.4h. Kolom
(Sumber: Yee Precast Design Group)
Plat Lantai
Sebagai elemen struktur yang langsung mendukung
beban penghuni sebuah bangunan gedung, plat lantai harus
sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Hal-hal
yang menjadi bahan pemikiran dalam menetapkan asumsi
antara lain adalah:
jarak antarbalok yang akan mendukung plat lantai.
beban yang akan bekerja.
kemudahan produksi serta kemungkinan untuk
ditransportasikan.
Gambar 2.1.4i. Plat Lantai
(Sumber: Shandong Xingyu)
Plat Atap
Sebagai elemen struktur yang berfungsi sebagai penutup
bangunan, plat atap dapat diproduksi secara pracetak. Plat
atap dengan bentangan lebar lebih menguntungkan bila
dibandingkan dengan plat atap dalam bentuk komponen yang
-
13
dimensinya relatif lebih kecil karena
pertimbanganpertimbangan sebagai berikut:
1. Jumlah elemen yang diproduksi lebih sedikit sehingga
memperpendek waktu yang digunakan untuk proses
produksi serta erection.
2. Plat atap yang diproduksi merupakan satu kesatuan yang
utuh (monolit).
3. Hasil yang didapatkan lebih indah (estetis).
(Sumber: Forever Home)
(Sumber: Shandong Xingyu)
Gambar 2.1.4j. Plat Atap
Cladding (Penutup Dinding)
Cladding adalah penutup dinding luar pada bangunan
gedung yang berfungsi untuk memisahkan dan rnelindungi dari
pengaruh luar. Beberapa kriteria pemilihan material dari
cladding adalah harus tahan terhadap air, tahan terhadap
pengaruh lingkungan di sekitarnya, serta memenuhi
syarat estetika bangunan. Dalam menganalisis dan
memilih material yang akan digunakan harus dilakukan
dengan cermat dengan mempertimbangkan
-
14
ketahanannya terhadap perubahan iklim, temperatur yang
tinggi, kelembaban, serta polusi yang ditimbulkan olel,
kota besar atau lingkungan industri.
Gambar 2.1.4k. Penutup Dinding
(Sumber: www.betonpracetak.com)
2.1.5. Teknik Pembuatan Precast
Sistem precast dapat dibuat di pabrik maupun langsung di
lapangan yang sedang dikerjakan. Berikut teknik pembuatan sistem
precast panel dinding yang dibuat di lapangan:
1. Membuat cetakan (Moulding)
Membuat cetakan atau bekisting untuk precast yang
biasanya menggunakan besi baja yang dirakit sedemikian rupa
untuk membentuk precast yang diinginkan. Jika di dalam
prabrik, precast biasanya telah memiliki workshop/bengkel
khusus untuk membuat dan maintanance cetakan, tempat
merakit tulangan (bar-catching) dan sambungan.
(Sumber: Fitrianto, 2014)
-
15
2. Peletakan tulangan ke dalam cetakan (Reinforcing)
Tulangan besi yang telah dirakit sebelumnya dimasukkan
ke dalam cetakan.
(Sumber: Fitrianto, 2014)
3. Pembetonan (Concreting)
Pemberian beton yang memiliki kualitas tertentu yang telah
diolah atau diaduk di dalam truk pengolah semen.
(Sumber: Fitrianto, 2014)
4. Penggetaran beton (Compaction)
Cetakan yang telah diberi beton, diberikan getaran dengan
menggunakan vibrator dengan high-frequency dengan tujuan
untuk memadatkan komposisi beton sehingga tidak ada rongga
udara di dalam beton yang dapat mengurangi kekuatan beton
tersebut.
(Sumber: Fitrianto, 2014)
-
16
5. Perawatan (Curing)
Perawatan pada beton precast dilakukan dengan
pemberian air pada beton yang masih setengah kering. Hal
ini dilakukan agar beton tidak mudah retak.
(Sumber: Fitrianto, 2014)
(Sumber: Fitrianto, 2014)
6. Pengangkatan beton (Handling)
Pasca umur beton memenuhi, unit beton precast
dipindahkan ke tempat penyimpanan yang precast yang
disusun secara certikal dan diberi bantalan antar unit
precast.
(Sumber: Fitrianto, 2014)
7. Precast siap pasang di lokasi.
-
17
2.1.6. Ketentuan/Aturan
A. Secara Struktural
SNI 7833-2012
1. Dinding struktur pracetak menengah
Persyaratan dari 1 berlaku untuk dinding struktur
pracetak menengah yang membentuk bagian
dari sistem penahan gaya gempa.
Pada sambungan antara panel dinding, atau
antara panel dinding dan fondasi, pelelehan harus
dibatasi pada elemen atau tulangan baja.
Elemen sambungan yang tidak didesain meleleh
harus mengembangkan paling sedikit 1,5Sy.
2. Dinding struktur khusus yang dibangun menggunakan
beton pracetak
Persyaratan dari 2 ini berlaku untuk dinding
struktur khusus yang dibangun menggunakan
beton pracetak yang membentuk bagian sistem
penahan gaya gempa.
Dinding struktur khusus yang dibanguan
menggunakan beton pracetak dan tendon paca
tarik diizinkan asalkan dinding tersebut memenuhi
persyaratan dari ACI ITG-5.1.
3. Komponen struktur pracetak
Desain komponen struktur beton polos pracetak
harus meninjau semua kondisi pembebanan mulai
dari saat fabrikasi awal hingga penyelesaian
struktur, termasuk pembongkaran bekisting,
penyimpanan, transportasi, dan ereksi.
Komponen struktur pracetak harus disambung
secara aman untuk menyalurkan semua gaya
lateral ke dalam sistem struktur yang mampu
menahan gaya-gaya tersebut.
-
18
Komponen struktur pracetak harus dibreising
(braced) dan ditumpu secara cukup selama ereksi
untuk memastikan penempatan yang tepat dan
integritas struktur hingga sambungan yang
permanen diselesaikan.
SNI-03-2847-2002
1. Sambungan antara dinding pracetak dan komponen
penumpu harus memenuhi syarat sbb :
Panel dinding precast harus mempunyai
sedikitnya dua tulangan pengikat per panel,
dengan kuat tarik normal tidak kurang dari 45 kN
pertulangan pengikat.
Apabila gaya-gaya rencana tidak menimbulkan
tarik didasar struktur, maka tulangan pengikat
yang diperlukan boleh diangkur ke dalam fondasi
pelat lantai beton bertulang.
B. Secara Arsitektural
Beberapa aturan precast dinding secara arsitektural oleh
Pemerintah Kelembagaan Perumahan Nasional Kanada,
sebagai berikut:
Hindari sambungan antar bukaan/openingan, hal ini
akan berpengaruh pada ketahanan pada keutuhan
precast itu sendiri.
Gambar 2.1.6a. Openingan tidak ideal
Sumber: (Canada Mortgage and Housing Corporation
(CMHC), 2002)
-
19
Jarak antar panel yang dijoint oleh sealant berkisar
19mm hingga 25mm..
Gambar 2.1.6b. Joint dengan sealant
Sumber : (Canada Mortgage and Housing Corporation
(CMHC), 2002)
2.1.7. Mutu Beton
Dalam jenis satuan pengukuran mutu beton ada beberapa
seperti K, FC, dan lain-lain, tetapi di Indonesia yang sering di
gunakan pada umumnya adalah K dan FC. Mutu beton K adalah
kuat tekan karakteristik beton kg/cm2 dengan benda uji kubus sisi
15 cm. Mutu beton fc adalah kuat tekan beton dalam Mpa yang
disyaratkan dengan benda uji silinder 15 cm dengan tinggi 30 cm.
Contoh : K 300, memiliki pengertian adalah kekuatan tekan
beton setiap cm persegi memiliki kekuatan menahan beban
sebesar 300 kg/cm2 dengan benda uji kubus 15 cm x 15 cmx 15
cm. Sedangkan satuan Fc = 40 MPa memiliki pengertian kekuatan
tekan beton sama dengan 40 Mpa, dengan benda uji silinder
diameter 15 cm tinggi 30 cm.
1. Beton Kelas I
Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan
non struktural yang pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian
khusus. Pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan
ringan terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan terhadap
kekuatan tekan tidak disyaratkan. Pemeriksaan mutu beton
kelas I dinyatakan dengan Bo.
1. B-0, K-100, K-125, K-150, K-175, K-200 adalah mutu
-
20
beton untuk konstruksi Non Stuktual)
2. Beton Kelas II
Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan struktural
secara umum. Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang
cukup dan harus dilakukan di bawah pengawasan tenaga
ahli.
Beton kelas II dibagi dalam mutu-mutu standart B1,
K125, K175, K225. Pengawasan mutu terdiri dari
pengawasan yang ketat terhadap bahan-bahan dengan
keharusan untuk memeriksa beton secara kontinyu.
K-225, K-250, K-275, K-300 adalah mutu beton untuk
Konstuksi Struktural ( misal: lantai, jalan, kolom, dsb.
3. Beton Kelas III
Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan
struktural dimana dipakai mutu beton dengan kekuatan tekan
lebih tinggi dari K125 kg/cm2. Dalam pelaksanaannya
memerlukan keahlian khusus dan memerlukan laboratorium
dengan peralatan yang lengkap yang dilayani tenaga-tenaga
ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara
kontinyu.
K-350, K-325, K-375, K-400, K-450, K-500 adalah beton
khusus pratekan ( misal: balok, jembatan, dsb) maksud dari
K175 itu: sebenarnya K175 Mpa. itu menggambarkan
kekuatan tekan beton itu adalah 175 Mpa setiap satuan luas
permukaan kubus yang berdimensi 15x15x15 cm.
K - XXX menyatakan karakteristik dari kuat tekan beton
yang digunakan. karakteristik beton beda-beda, tergantung
perbandingan campurannya :
K-175 artinya kuat tekan betonnya 175 kg/cm2 , K-225 artinya
kuat tekan betonnya 225 kg/cm2 dan seterusnya.
Beton mutu K - 175 juga kira-kira setara dengan mutu
beton fc' 14,5 MPa atau kuat tekan 14,5 MPa / m2.
Untuk mendapat kuat tekan beton ini, tergantung
campurannnya terutama semen dan air, semakin sedikit air
-
21
semakin bagus. biasanya kuat tekan ini diperoleh setelah
betonnya berumur 28 hari (dari pembuatan).
Beton untuk konstruksi beton bertulang dibagi dalam
mutu dan kelas seperti daftar berikut ini
Kls Mutu `bk
Kg/cm2
`bk
Kg/cm2,dgs 46 Tujuan
Pengawasan terhadap
Mutu agregat Kekuatan agregat
I B0 - - Non strukturil Ringan Tanpa pengawasan
-
B1
K125
K175
K225
-
125
175
225
-
200
250
300
Strukturil
Strukturil
Strukturil
Strukturil
Sedang
Ketat
Ketat
Ketat
Tanpa pengawasan
Kontinu
Kontinu
Kontinu
III K > 225 >225 >300 Strukturil Ketat Kontinu
Sumber: (Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, 1971)
Bahan bahan penyusun beton merupakan faktor
pendukung yang penting untuk menghasilkan suatu
bangunan yang kita inginkan dan sesuai dengan umur yang
direncanakan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian
untuk mengetahui apakah bahan yang digunakan tersebut
memenuhi syarat atau tidak untuk dijadikan sebagai bahan
campuran beton, sehingga beton yang dihasilkan dapat
memenuhi persyartan perencanaan.
Dalam campuran beton yang direncanakan bahan
bahan yang digunakan seperti semen, agregat maupun air
harus terlebih dahulu melalui tahap- tahap pemeriksaan. Sifat
sifat beton dalam keadaan segar dan setelah mengeras
dapat memperlihatkan perbedaan perbedaan yang cukup
besar, hal ini tergantung pada jenis, mutu serta perbandingan
perbandingan dari bahan campurannya.
Bahan campuran beton yang digunakan untuk
pemeriksaan terlebih dahulu harus melalui proses
perencanaan campuran (Mix Design). Data tentang sifat
sifat bahan yang diperlukan untuk Mix Design yang diperoleh
dari hasil pemeriksaan terhadap bahan yang digunakan.
Oleh karena itu kita harus mengenal dan mengetahui
pentingnya pemeriksaan terhadap bahan bahan campuran
beton sebelum digunakan dalam campuran beton, hal ini
-
22
dilakukan untuk mengetahui sifat sifat dari bahan campuran
beton tersebut, sehingga mutu dari beton yang direncanakan
dalam Mix Design akan dapat dicapai apabila bahan yang
digunakan dalam campuran beton tersebut adalah bahan
yang terlebih dahulu diperiksa kelayakannya untuk dapat
digunakan dalam campuran beton.
2.1.8. Metode dan teknik sambungan
Pada pelaksanaan pemasanganprecast terdapat beberapa metode
yang dapat digunakan dalam instalasi joint yang merupakan
sambungan antar panel precast dengan kosntruksi bangunan itu
sendiri. Berikut adalah metode yang digunakan untuk penyambungan
precast:
a. Sambungan basah
Sambungan basah adalah metode penyambungan
komponen modul precast dimana sambungan tersebut baru
dapat berfungsi secara efektis setelah dalam angka waktu
tertentu. Sambungan basah dibedakan atas dua yakni:
In-situ Concrete Joints
Sambungan jenis ini dapat diaplikasikan kepada
sambungan antara sesama modul atau beda modul,
terutama pada kolom-kolom, kolom-balok dan plat-balot.
Metode pelaksanaannya adalah dengan melakukan
pengecoran pada pertemuan dari modul. Cara
penyambungan tulangan dapat digunakan coupler ataupun
overlapping.
Pre-Packed Agggregate
Penyambungan dengan cara menempatkan agregat
pada bagian yang akan disambung dan kemudian diinjeksi
dengan semen dan air dengan menggunakan pompa
hidrolos sehingga air semen akan mengisi ruang yang
kosong.
-
23
b. Sambungan kering (menggunakan baut dan las)
Sambungan kering merupakan metode penyambungan
dimana sambungan tersebut dapat berfungsi langsung secara
efektif. Jenis sambungan ini juga dibedakan atas dua yakni:
Sambungan las
Sambungan ini menggunakan plat baja yang
ditanamkan pada beton precast yang akan disambung.
Kedua plat ini kemudan akan disambung dengan las.
Setelah pengerjaan pengelasan selesai dilanjutkan
dengan menutup plat sambung tersebut dengan adukan
beton dengan tujuan melindungi plat dari korosi (karat).
Sambungan baut
Sambungan ini juga memerlukan plat baja di kedua
elemen modul yang akan disambung. Selanjutnya plat
tersebut juga akan dicor dengan adukan beton.
2.2. Tinjauan Fasad
2.2.1. Pengertian Fasad
Fasad adalah elemen arsitektur terpenting yang mampu
menyuarakan fungsi dan makna sebuah bangunan (Krier, 1988:
122). Fasad tidaklah semata-mata mengenai memenuhi
persyaratan alami yang ditentukan oleh organisasi dan ruang
dibaliknya. Fasad menyampaikan keadaan budaya saat bangunan
itu dibangun; fasad mengungkap kriteria tatanan dan penataan, dan
berjasa memberikan kemungkinan dan kreativitas dalam
ornamentasi dan dan dekorasi.
Sebagai suatu keseluruhan, fasad tersusun dari elemen
tunggal, suatu kesatuan tersendiri dengan kemampuan untuk
mengekspresikan diri mereka sendiri. Elemen-elemen tersebut
alas, jendela, atap dan sebagainya karena sifat alaminya
merupakan benda-benda yang berbeda sehingga memiliki bentuk,
warna dan bahan yang berbeda (Krier, 1988: 123). Semua bagian
ini harus dikenali secara individu, walau bahasa umum yang
-
24
mempersatukan mereka sebagai suatu keseluruhan juga harus
ditemukan. Jika kita tidak melakukan pendekatan terhadap
rancangan fasad sebagai suatu karya seni swatantra melainkan
dalam konteksnya perlu menggunakan elemen yang berbeda
sebagai pemisah antara bentuk yang baru dari bentuk yang lama,
selain sebagai penyambung atau penghubung antara keduanya.
Jadi, pemilihan elemen-elemen ini pertama-tama harus dikaitkan
dengan bahasa fasad sebelumnya.
Ada beberapa elemen fasad yang dapat menegaskan karakter
fasad, antara lain:
Bentuk tampilan simetris dan asimetris;
Bentuk memanjang vertikal dan horizontal;
Jumlah dan ukuran elemen fasad;
Bentuk tampilan yang sederhana atau kompleks.
2.2.2. Komposisi Pada Fasad Bangunan
Perkembangan fasade sebuah bangunan itu sendiri sangat
bergantung pada perubahan-perubahan sosial budaya masyarakat.
Keberagaman tampilan fasade bangunan merupakan modifikasi
berbagai unsur desain yang dari waktu ke waktu mengalami
transformasi.
Selain tradisi lokal, budaya luar melalui informasi yang didapat
masyarakat memberikan pengaruh yang kuat terhadap pemilihan
perlengkapan visual bentuk sehingga tampilan sosok, warna, ukuran,
tekstur, dan lain-lain seringkali menggambarkan bagaimana kondisi
serta trend apa yang sedang muncul pada saat desain fasade itu
dibuat.
Untuk mengevalusai atau melakukan studi pada arsitektur fasade
menurut DK Ching (1979): Komponen visual yang menjadi objek
transformasi dan modifikasi dari fasade bangunan dapat diamati
dengan membuat klasifikasi melalui prinsip-prinsip gagasan formatif
yang menekankan pada geometri, simetri, kontras, ritme, proporsi dan
skala
Geometri pada fasade merupakan gagasan formatif dalam
arsitektur yang mewujudkan prinsip-prinsip geometri pada bidang
maupun benda suatu lingkungan binaan, segi tiga, lingkaran, segi
-
25
empat beserta varian-variannya.
Simetri yaitu gagasan formatif yang mengarahkan desain
bangunan melalui keseimbangan yang terjadi pada bentuk-bentuk
lingkungan binaan. Dibagi menjadi; simetri dengan keseimbangan
mutlak, simetri dengan keseimbangan geometri, simetri dengan
keseimbangan diagonal. Untuk membangun suatu keseimbangan
komposisi, simetri harus jauh lebih dominan dari asimetri. Fasade harus
memiliki wajah-wajah yang mencerminkan solusi terencananya yang
berbeda tetapi tetap simetris di dalam diri mereka sendiri (analog
terhadap tubuh manusia).
Kontras Kedalaman yaitu gagasan formatif yang
mempertimbangkan warna dan pencahayaan kedalaman menjadi
perbedaan gelap terang yang terjadi pada elemen fasade. Tingkat
perbedaan dikategorikan menjadi 3, yaitu: sangat gelap, gelap, terang.
Ritme yaitu tipologi gambaran yang menunjukan komponen
bangunan dalam bentuk repetasi baik dalam skala besar maupun skala
kecil. Komponen yang dimaksud dapat berupa kolom, pintu, jendela
atau ornamen. Semakin sedikit ukuran skala yang berulang,
dikategorikan ritme monoton, semakin banyak dikategorikan dinamis.
Proporsi yaitu perbandingan antara satu bagian dengan bagian
lainnya pada salah satu elemen fasade. Dalam menentukan proporsi
bangunan biasanya mempertimbangkan batasan-batasan yang
diterapkan pada bentuk, sifat alami bahan, fungsi struktur atau oleh
proses produksi. Penentuan proporsi bentuk dan ruang bangunan
sepenuhnya merupakan keputusan perancang yang memiliki
kemampuan untuk mengolah bentuk-bentuk arsitektur,
mengembangkan bentuk-bentuk geometri dasar dan sebagainya, yang
tentunya keputusan dalam penentuan proporsi tersebut ada dasarnya.
Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen
bangunan atau ruang dengan suatu elemen tertentu dengan ukurannya
bagi manusia. Pada konteks fasade bangunan, skala merupakan
proporsi yang dipakai untuk menetapkan ukuran dan dimensi-dimensi
dari elemen fasad.
-
26
2.2.3. Komponen Fasad
Fasad adalah representasi atau ekspresi dari berbagai aspek yang
muncul dan dapat diamati secara visual. Dalam konteks arsitektur kota,
fasad bangunan tidak hanya bersifat dua dimensi saja akan tetapi
bersifat tiga dimensi yang dapat merepresentasikan masing-masing
bangunan tersebut dalam kepentingan publik (kota) atau sebaliknya.
Untuk itu komponen fasad bangunan yang diamati meliputi: (Krier,1983:
61 66).
a. Gerbang dan Pintu Masuk (Entrance)
Saat memasuki sebuah bangunan dari arah jalan, seseorang
melewati berbagai gradasi dari sesuatu yang disebut publik.
Posisi jalan masuk dan makna arsitektonis yang dimilikinya
menunjukan peran dan fungsi bangunan tersebut. Pintu masuk
menjadi tanda transisi dari bagian publik (eksterior) ke bagian privat
(interior). Pintu masuk adalah elemen pernyataan diri dari penghuni
bangunan.
Terkadang posisi entrance memberi peran dan fungsi
demonstratif terhadap bangunan. Lintasan dari gerbang ke arah
bangunan membentuk garis maya yang menjadi datum dari
gubahan. Di sini dapat diamati apakah keseimbangan yang terjadi
merupakan simetri mutlak atau seimbang secara geometri saja.
b. Zona Lantai Dasar
Zona lantai dasar merupakan elemen urban terpenting dari
fasad. Alas dari sebuah bangunan, yaitu lantai dasarnya,
merupakan elemen perkotaan terpenting dari suatu fasad. Karena
berkaitan dengan transisi ke tanah, sehingga pemakaian material
untuk zona ini harus lebih tahan lama dibandingkan dengan zona
lainnya.
Lantai dasar memiliki suatu makna tertentu dalam kehidupan
perkotaan. Karena daerah ini merupakan bagian yang paling
langsung diterima oleh manusia, seringkali lantai dasar menjadi
akomodasi pertokoan dan perusahaan-perusahaan komersil
lainnya
-
27
c. Jendela dan pintu masuk ke bangunan.
Jendela dan pintu dilihat sebagai unit spasial yang bebas.
Elemen ini memungkinkan pemandangan kehidupan urban yang
lebih baik, yaitu adanya bukaan dari dalam bangunan ke luar
bangunan.
Fungsi jendela sebagai sumber cahaya bagi ruang interior,
yaitu efek penetrasi cahaya pada ruang interior. Jendela juga
merupakan bukaan bangunan yang memungkinkan pemandangan
dari dan ke luar bangunan. Selain memenuhi kebutuhan
fungsionalnya, jendela juga dapat menjadi elemen dekoratif pada
bidang dinding.
Pintu memainkan peran yang menentukan dalam konteks
bangunan, karena pintu mempersiapkan tamu sebelum memasuki
ruang, karena itu makna pintu harus dipertimbangkan dari berbagai
sudut pandang (Krier, 1988 : 96). Kegiatan memasuki ruang pada
sebuah bangunan pada dasarnya adalah suatu penembusan
dinding vertikal, dapat dibuat dengan berbagai desain dari yang
paling sederhana seperti membuat sebuah lubang pada bidang
dinding sampai ke bentuk pintu gerbang yang tegas dan rumit.
Posisi pintu pada sebuah bangunan sangat penting untuk lebih
mempertegas fungsi pintu sebagai bidang5 antara ruang luar dan
ruang dalam bangunan. Karena letak atau posisi sebuah pintu
sangat erat hubungannya dengan bentuk ruang yang dimasuki,
dimana akan menentukan konfigurasi jalur dan pola aktivitas di
dalam ruang.
d. Pagar Pembatas (railling)
Suatu pagar pembatas (railling) dibutuhkan ketika terdapat
bahaya dalam penggunaan ruangan. Pagar pembatas juga
merupakan pembatas fisik yang digunakan jika ada kesepakatan-
kesepakatan sosial mengenai penggunaan ruang.
e. Atap dan Akhiran Bangunan.
Ada 2 macam tipe atap: yaitu tipe atap mendatar dan atap (face
style) yang lebih sering dijumpai yaitu tipe atap menggunung
-
28
(alpine style). Atap adalah bagian atas dari bangunan. Akhiran atap
dalam konteks fasad di sini dilihat sebagai batas bangunan dengan
langit. Garis langit (sky-line) yang dibentuk oleh deretan fasad dan
sosok bangunannya, tidak hanya dapat dilihat sebagai pembatas,
tetapi sebagai obyek yang menyimpan rahasia dan memori kolektif
warga penduduknya.
f. Tanda-tanda (Signs) dan Ornamen pada Fasad.
Tanda-tanda (signs) adalah segala sesuatu yang dipasang oleh
pemilik toko, perusahaan, kantor, bank, restoutan dan lain-lain
pada tampak muka bangunannya, dapat berupa papan informasi,
iklan dan reklame. Tanda-tanda ini dapat dibuat menyatu dengan
bangunan, dapat juga dibuat terpisah dari bangunan.
Tanda pada bangunan berupa papan informasi, iklan atau
reklame merupakan hal yang penting untuk semua jenis bangunan
fungsi komersial. Karena tanda-tanda tersebut merupakan bentuk
komunikasi visual perusahaan kepada masyarakat (publik) yang
menginformasikan maksud-maksud yang ingin disampaikan oleh
perusahaan komersial.
Sedangkan ornamen merupakan kelengkapan visual sebagai
unsur estetika pada fasad bangunan. Ornamentasi pada fasad
bangunan fungsi komersial, selain sebagai unsur dekoratif
bangunan juga meruapakan daya tarik atau iklan yang ditujukan
untuk menarik perhatian orang.
-
29
BAB III
TINJAUAN PENERAPAN SISTEM PRECAST PADA FASAD
BANGUNAN APARTEMEN STUDENT CASTLE,
YOGYAKARTA
3.1. Latar belakang sistem precast pada bangunan Apartemen Student
Castle
Nama Bangunan : Student Castle Apartement
Jenis Bangunan : Apartemen hunian bertingkat
Lokasi : Jalan Selokan Mataram, Babarsari, Sleman,
Yogyakarta
Gambar 3.1. Peta Lokasi Bangunan Apartemen Student Castle
Sumber: googlemap, diakses 27 Mei 2015
3.1.1. Ide dasar
Pada awalnya penerapan sistem precast pada fasad
apartemen yaitu dari permintaan owner (developer) PT.
Arthamakmur Jogjakarta sendiri yang kemudian diserahkan oleh
konsultan perencana untuk didesain dengan menggunakan sistem
precast pada fasadnya. Dan dengan PT. Prima Cipta Karya
(Bandung) sebagai Perusahaan / subkontraktor precast
Apartemen Student Castle. Secara arsitektural penerapan sistem
precast pada dinding hanya pada bagian kamar mandi, namun
seiring berjalannya waktu pada proses jalannya proyek terjadi
-
30
banyak perubahan desain pada sistem precast yang diterapkan
hingga akhirnya penerapannya pada fasad bangunan Student
Castle memakai 90% menggunakan sistem precast. Berikut
beberapa faktor serta alasan penggunaan sistem precast pada
fasad bangunan Apartemen Studen Castle:
1. Sistem precast pada bangunan Student Castle
berdasar kebutuhannya memiliki keuntungan, yaitu:
Mempercepat jalannya pelaksanaan proyek untuk
mencapai target waktu yang telah ditentukan. Dalam
pangsa bisnis hal ini sangat diperlukan untuk
mempercepat target bisnis yang direncanakan, karena
semakin cepat proses proyek selesai semakin cepat
untuk investasi berjalan untuk mendapat pasokan aliran
yang masuk.
Produksi yang cepat dan massal karena desain yang
tipikal dan modular sehingga dapat mengurangi
pengawasan.
2. Penggunaan sistem precast pada fasad berawal dari
kamar mandi yang letaknya langsung dengan sisi luar
bangunan. Hal ini dikarenakan beton precast lebih tahan air
dibanding bata ringan (material bahan penutup dinding lain
yang dipakai pada bangunan).
Gambar 3.2. Denah bangunan dengan kamar mandi
terletak sisi luar bangunan
-
31
3. Seiring banyak pertimbangan antar owner, konsultan,
serta kontraktor pada akhirnya sistem precast bangunan
Student Castle menerapkan pada hampir semua sisi luar
bangunan, khusus pada tiap kamar yang berhubungan
langsung dengan sisi luar.
Pengecualian pada dinding untuk koridor memakai
bata ringan, hal ini dimaksudkan untuk sebagai berikut:
Bata ringan yang berpori untuk sirkulasi udara
(penghawaan) pada area koridor. Dikarenakan area
koridor pada bangunan Student Castle hanya
bergantung pada saluran udara ducting pada area
tangga serta udara AC yang keluar dari celah kamar.
Gambar 3.3. Daerah koridor yang tidak menggunakan sistem
precast pada denah
Keamanan jika sedang dalam keadaan darurat dan
harus keluar melaui dinding pada koridor karena area
publik, sehingga pembobolan bata ringan yang memiliki
berat lebih ringan dan mudah dihancurkan dibanding
beton precast merupakan alternatif terbaik.
4. Penggunaan sistem precast pada fasad bangunan
Student Castle yaitu dengan mengikuti alur denah pada
bangunan tersebut. Karena beberapa perubahan yang
berawal dari kamar mandi saja menjadi hampir semua sisi
tanpa mengubah denah yang ada.
-
32
Gambar 3.4. SIsi-sisi fasad bangunan dengan precast yang
mengikuti denah
5. Terdapat sistem precast dengan kamar yang memiliki
dua panel atau lebih.Hal ini memiliki beberapa faktor, yaitu
sebagai berikut:
Sebagai pembeda antar ruang. Sehingga pada satu sisi
dengan sisi lain sudah berbeda ruangan. Terdapat pada
beberapa kamar dengan tipe double bedroom.
Gambar 3.5. Contoh kamar yang memiliki precast lebih dari satu
dalam satu sisi yang dilakukan sebagai pembeda ruang.
Untuk menghindari beban berlebih yang dihasilkan
precast tersebut. Karena penggunaan mutu beton K300
untuk struktural sebagian besar, maka akan sangat
berat jika dimensinya semakin besar sehingga
diharuskan untuk membagi panel menjadi 2 bagian.
-
33
Gambar 3.6. Contoh kamar yang memiliki precast lebih dari satu
dalam satu sisi yang dilakukan untuk meminimalkan beban satu
precast yang berat
6. Pemakaian cat dinding precast yang berwarna gradasi
oranye identik dengan sifat periang/ceria. Hal ini bermaksud
bahwa bangunan apartemen ini diperuntukan unuk
penghuni kalangan para pelajar/mahasiswa.
Gambar 3.7. Salah satu fasad bangunan apartemen
3.1.2. Biaya
Biaya produksi precast dihitung dalam meter kubik (m3). Biaya
produksi terbagi pada biaya-biaya berdasar pada owner
(developer), kontraktor, subkontraktor maupun tim khusus yang
menangani precast oleh kontraktor. Pada bangunan Apartemen
Student Castle, dapat ditinjau dari biaya pada kontraktor, yaitu
sekitar 600 ribu hingga 700 ribu per m3.
Biaya precast tentu lebih mahal dari biaya bata ringan,
sehingga memiliki pengaruh besar terhadap nilai jual apartemen.
-
34
Berikut nilai per unit kamar:
Tipe studio (1 panel precast kecil) : 450 juta rupiah
Tipe studio deluxe (1 panel precast sedang) : 600 juta rupiah
Tipe one bedroom (2-5 panel precast) : 900 juta rupiah
Tipe two bedroom (4 panel precast) : 1.25 milyar
rupiah
3.1.3. Asal Produksi Precast
Pada bangunan Student Castle ini pengerjaan produksi precast
dikerjakan oleh sub-kontraktor. Akan tetapi pencetakan precast
untuk bangunan ini dilakukan langsung di area proyek sehingga
pengerjaannya lebih cepat. Dan dengan proses seperti ini
dibutuhkan biaya yang lebih sedikit dibandingkan dengan proses
pembelian precast yang sudah jadi dari pabrik. Beberapa alasan
produksi precast di lokasi proyek pada bangunan Student Castle:
Menghindari keretakan yang berakiat berkurangnya kualitas
material precast tersebut selama di pabrik dan pengriman
transportasi karena tidak ada yang memantau atau mengontrol
selama jalannya proses tersebut.
Menghindari ketidakpresisian dalam desain atau ukuran
precast.
Gambar 3.8. Gambar 3.9.
Proses Pencetakan
Sumber : Dok. Pribadi (2015)
-
35
3.1.4. Alat Pencetak Precast
Untuk mencetak sebuah precast biasanya adalah dengan
menggunakan bekisting. Sama halnya dengan pencetakan
precast di apartement Student Castle ini juga menggunakan
bekisting yang terbuat dari besi.
Gambar 3.10. Gambar 3.11.
Alat pencetak berupa bekisting besi
Sumber : Dok. Pribadi (2015)
3.1.5. Material dan Kualitas Mutu Precast
Precast yang ada di apartement Student Castle ini
menggunakan material beton murni dengan kualitas beton 300K.
Adapun komposisi dari adukan beton sebelum dicetak adalah
kandungan semen, air, agregat(koral), dan beberapa zat yang
dibutuhkan. Beberapa zat yang dibutuhkan tersebut adalah zat
pengeras dan zat untuk menjaga agar adukan beton tidak
mengering selama perjalanan menuju proyek untuk di cetak.
Gambar 3.12. Material Beton
Sumber : Dok. Pribadi (2015)
-
36
3.1.6. Estimasi Waktu Pekerjaan Precast
Dalam pembahasan ini kecepatan pemasangan dapat
diartikan estimasi waktu yang dibutuhkan untuk pemasangan
precast pada fasad bangunan. Berapa lama waktu yang
dibutuhkan sehingga precast dapat di pasang secara
menyeluruh. Pada bangunan Student Castle ini setiap harinya
dapat memasang 5-8 buah precast. Akan tetapi karena
masalah struktur proses pemasangan precast pada bangunan
ini menjadi lambat hingga membutuhkan waktu yang lebih
lama.
3.1.7. Bahan Penyambung Precast
Bahan penyambung precast dinding pada bangunan
Apartemen Student Castle berupa sambungan kering yaitu baut
(dynabolt) dan plat.
Gambar 3.13. Dynabolt Gambar 3.14. Plat Baja (Sumber: dok. Pribadi, 2015)
3.1.8. Teknik Pemasangan Precast
Teknik pemasangan precast pada apartement ini adalah
dengan menggunakan teknik penyambungan antara embeded dan
bracket. Adapun langkah-langkah pemasangannya adalah sebagai
berikut :
1) Setelah precast di letakkan dibagian yang diinginkan,maka
akan dilakukan pengelasan agar precast menyatu dengan plat.
2) Bagian yang akan dilas adalah embeded pada precast dan
bracket pada plat lantai.
-
37
Gambar 3.15
Sumber : Dok. Pribadi (2015)
3) Setelah di las maka bracket dibaut ke plat lantai dengan
menggunakan dynabolt sebagai pengait/ perkuatan untuk
menahan precast. Kekuatan dari dynabolt itu sendiri adalah
sekitar 2 ton.
Gambar 3.16
Sumber : Dok. Pribadi (2015)
4) Kemudian setelah itu dibagian setiap sisi precast diberikan lem
sealant untuk menghubungkan precast yang satu dengan
yang lain.
3.2. Jumlah dan Jenis Modul Precast
Jumlah dan jenis modul precast dapat berpengaruh terhadap kecepatan
pengerjaan suatu bangunan. Semakin banyak jumlah modul precastnya
maka semakin lama pengerjaan bangunan tersebut dapat selesai. Pada
bangunan Student Casle ini terdapat 33 jenis precast untuk dinding luar
bangunan serta 35 jenis precast parapet.Berikut jenis modul precast
berdasar ruang kamar:
-
29
3.2.1. Precast dinding
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
1. P-1
Gambar tampak depan (atas) dan belakang (bawah)
1355 x 2980 mm2
140 buah
modul
Ada
855 x 1210
mm2
26 % dari
ukuran
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
Tipe P-1, letak
kamar mandi di
sebelah kiri dari
pintu masuk
kamar
P1
P4
P1x
P4
-
30
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/ Mutu
Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
2. P-1x
Gambar tampak depan (atas) dan belakang (bawah)
1355 x 2980 mm2
112 buah
modul
Ada
855 x 1210
mm2
26 % dari
ukuran
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing P1
P4
P1x
P4
Tipe P-1x, letak
kamar mandi di
sebelah kanan
dari pintu masuk
kamar
-
31
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/ Mutu
Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
3. P-1a
Gambar tampak depan
2445 x 2980 mm2
14 buah
modul
Ada
855 x 1150
mm2
13% dari
ukuran
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-1a
-
32
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan
Material/ Mutu
Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
4. P-1b Pada kamar no. 23 (tipe studio deluxe)
Gambar tampak belakang
1650 x 2980 mm2
14 buah
modul
Ada
855 x 1210
mm2
21 % dari
ukuran
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-1b
-
33
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan
Material/ Mutu
Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
5. P-1b Pada R. Tangga (tangga barat)
Gambar tampak belakang
2760 x 2980 mm2
16 buah
modul
Tidak ada -
- Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-1b'
-
34
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan
Material/ Mutu
Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
6. P-1c
Gambar tampak belakang
3125 x 2980 mm2
16 buah
modul
Tidak ada -
- Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-1c
-
35
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan
Material/ Mutu
Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
7. P-2
Gambar tampak samping kanan
1632 x 2980 mm2
dfshs
14 buah
modul
Ada
1140 x 1210
mm2
28 % dari
ukuran
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-2
-
36
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan
Material/ Mutu
Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
8. P-2a
Gambar tampak samping kiri
1635 x 2980 mm2
14 buah
modul
Ada
1140 x 1210
mm2
28 % dari
ukuran
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-2a
-
37
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
9. P-2b
Gambar tampak samping kiri
1635 x 2980 mm2
14 buah
modul
Ada
1140 x 1210
mm2
28 % dari
ukuran
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-2b
-
38
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
10. P-2x
Gambar tampak samping kanan
1620 x 2980 mm2
14 buah
modul
Ada
1140 x 1210
mm2
31 % dari
ukuran
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-2x
-
39
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
11. P-4
Gambar tampak depan
3650 x 2980 mm2
14 buah
modul
Ada
610 x 1210
mm2
7 % dari
ukuran
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-4
-
40
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
12. P-4a
Gambar tampak belakang
1650 x 2980 mm2
14 buah
modul
Tidak ada -
- Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-4a
-
41
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
13. P-4a
Gambar tampak belakang
1790 x 2980 mm2
14 buah
modul
Ada
610 x 1210
mm2
14 % dari
ukuran
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-4a
-
42
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
14. P-4b
Gambar tampak samping kanan
3625 x 2980 mm2
14 buah
modul
Tidak ada
610 x 1210
mm2
7 % dari
ukuran
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-4b
-
43
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
15. P-5
520 x 2980 mm2
14 buah
modul
Tidak ada -
- Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-5
-
44
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
16. P-5a
620 x 2980 mm2
14 buah
modul
Tidak ada -
- Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
-
45
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
17. P-6
930 x 2980 mm2
14 buah
modul
Tidak ada -
- Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-6
-
46
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu
Ada/Tidak Letak
Ukuran
(%)
18. P-7
Gambar tampak belakang
2000 x 2980 mm2
14 buah
modul
Ada
610 x 1210
mm2
23 % dari
ukuran
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-7
-
47
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
19. P-7a
Gambar tampak samping kiri
1630 x 2980 mm2
14 buah
modul
Tidak ada -
-
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-7a
P-7
P-6
-
48
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
20. P-8
Gambar tampak samping kiri
2105 x 2980 mm2
14 buah
modul
Ada
1035 x 1210
mm2
20% dari
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-10
P-9 P-8
P-8a
-
49
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
21. P-8a
Gambar tampak samping kiri
3635 x 2980 mm2
14 buah
modul
Ada
1410 x 1210
mm2
16 % dari
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-10
P-9 P-8
P-8a
-
50
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tida
k Letak Ukuran (%)
22. P-9
Gambar tampak belakang
2270 x 2980 mm2
*) Terjadi perubahan desain pada panel ini, terdapat
penambahan openingan.
14 buah
modul
Ada
910 x 1210
mm2
16 % dari
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-10 P-8a
P-8 P-9
-
51
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
23. P-10
Gambar tampak belakang
2565 x 2980 mm2
14 buah
modul
Ada
1410 x 1210
mm2
22 % dari
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-8a
P-9 P-8
P-10
-
52
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
24. P-11
Gambar tampak belakang
2530 x 2980 mm2
14 buah
modul
Ada
1410 x 1210
mm2
23 % dari
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di lokasi
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-11
P-13'
P-13
P-12
P-17
-
53
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
25. P-12
Gambar tampak belakang
2040 x 2980 mm2
*) Terjadi perubahan desain pada panel ini, terdapat
penambahan openingan.
14 buah
modul
Ada
910 x 1210
mm2
18 % dari
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-12 P-13'
P-13 P-11
P-17
-
54
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
26. P-13
Gambar tampak samping kanan
3660 x 2980 mm2
14 buah
modul
Ada
1410 x 1210
mm2
16 % dari
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-13
P-13' P-12
P-11
P-17
-
55
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tida
k Letak Ukuran (%)
27. P-13'
Gambar tampak samping kanan
2100 x 2980 mm2
14 buah
modul
Ada
1260 x 1210
mm2
24 % dari
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-13
P-13' P-12
P-11
P-17
-
56
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tida
k Letak Ukuran (%)
28. P-14
Gambar tampak samping kanan
3965 x 2980 mm2
14 buah
modul
Tidak ada -
-
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-14 P-4
P-5a
-
57
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
29. P-15
Gambar tampak depan
1990 x 2980 mm2
*) Terjadi perubahan desain pada panel ini, terdapat
penambahan openingan.
14 buah
modul
Ada
855 x 1210
mm2
17 % dari
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-15a P-4b
P-15
P-18
-
58
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tidak Letak Ukuran (%)
30. P-15a
Gambar tampak depan
3965 x 2980 mm2
14 buah
modul
Tidak ada -
-
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-15a P-4b
P-15
P-18
-
59
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tida
k Letak Ukuran (%)
31. P-16
Gambar tampak depan
3225 x 2980 mm2
14 buah
modul
Tidak ada -
-
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-16
P-4a
P-5
P-4a'
P-16a
-
60
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tida
k Letak Ukuran (%)
32. P-16a
Gambar tampak depan
1400 x 2980 mm2
*) Terjadi perubahan desain pada panel ini, terdapat
penambahan openingan.
14 buah
modul
Ada
855 x 1210
mm2
25 % dari
panel
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-16
P-4a
P-5
P-4a'
P-16a
-
61
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tida
k Letak Ukuran (%)
33. P-17
Gambar tampak depan
1425 x 2980 mm2
*) Terjadi perubahan desain pada panel ini, terdapat
penambahan openingan.
14 buah
modul
Tidak ada -
-
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-13
P-13' P-12
P-11
P-17
-
62
No. Type
Modul Letak Ukuran Jumlah
Bukaan Material/
Mutu Ada/Tida
k Letak Ukuran (%)
34. P-18
*) Pada tipe P-18 tidak terlihat pada fasad
atau tampak
725 x 2980 mm2
*) Terjadi perubahan desain pada panel ini, terdapat
penambahan openingan.
14 buah
modul
Tidak ada -
-
Beton/K300
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan
Finishing Teknik Bahan
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat
waterproofing
P-15a P-4b
P-15
P-18
-
63
3.2.2. Precast parapet
No. Type
Modul Letak
Ukuran
1. T-1
Gambar tampak depan
Gambar tampak belakang
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
16 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
64
No. Type
Modul Letak
Ukuran
2. T-1a
Gambar tampak depan
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
65
No. Type
Modul Letak
Ukuran
3. T-1b
Gambar tampak belakang
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
66
No. Type
Modul Letak
Ukuran
4. T-1c
Gambar tampak belakang
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
67
No. Type
Modul Letak
Ukuran
5. T-2
Gambar tampak samping kanan
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
68
No. Type
Modul Letak
Ukuran
6. T-2a
Gambar tampak samping kiri
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
69
No. Type
Modul Letak
Ukuran
7. T-2b
Gambar tampak samping kiri
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
70
No. Type
Modul Letak
Ukuran
8. T-4
Gambar tampak depan
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
71
No. Type
Modul Letak
Ukuran
9. T-4x
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
72
No. Type
Modul Letak
Ukuran
10. T-4a
Tampak samping kiri
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
73
No. Type
Modul Letak
Ukuran
11. T-4a
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
74
No. Type
Modul Letak
Ukuran
12. T-4a'
Tampak samping kiri
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
75
No. Type
Modul Letak
Ukuran
13. T-4a"
Tampak depan
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
76
o. Type
Modul Letak
Ukuran
14. T-4b
Tampak samping kanan
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
77
No. Type
Modul Letak
Ukuran
15. T-5
Tampak samping kanan
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
78
No. Type
Modul Letak
Ukuran
16. T-5x
Tampak depan
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
79
o. Type
Modul Letak
Ukuran
17. T-6
Tampak samping kanan
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
80
No. Type
Modul Letak
Ukuran
17. T-6'
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
81
No. Type
Modul Letak
Ukuran
17. T-7
Tampak samping kiri
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
82
\\\No. Type
Modul Letak
Ukuran
18. T-8
Tampak samping kiri
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
83
No. Type
Modul Letak
Ukuran
19. T-8a
Tampak samping kiri
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
84
No. Type
Modul Letak
Ukuran
20. T-8b
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
85
No. Type
Modul Letak
Ukuran
21. T-9
Tampak belakang
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
86
No. Type
Modul Letak
Ukuran
22. T-10
Tampak belakang
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
87
No. Type
Modul Letak
Ukuran
23. T-10a
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
88
No. Type
Modul Letak
Ukuran
24. T-11
Tampak belakang
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
89
No. Type
Modul Letak
Ukuran
25. T-11a
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
90
No. Type
Modul Letak
Ukuran
26. T-12
Tampak belakang
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
91
No. Type
Modul Letak
Ukuran
27. T-13 &
T-13a
Tampak samping kanan
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
92
No. Type
Modul Letak
Ukuran
28. T-14 &
T14a'
Tampak samping kanan
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekisting
besi
Teknik
Sambungan
Kering
Baut
dynabolt,
embeded,
bracket.
Cat waterproofing
-
93
No. Type
Modul Letak
Ukuran
29. T14a
Tampak depan
Jumlah Material/
Mutu
Tempat
Produksi
Alat
Pencetak
Sambungan Finishing
Teknik Bahan
2 Buah
Beton/K300
Di area
proyek
Bekis