bab i desertasi anggi

Upload: anggi-faqih

Post on 19-Jul-2015

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I P E N D A H U LU A N

A. Latar Belakang Masalah. 1. Strategi pembelajaran membaca dalam bahasa Inggris. Sejauh ini persoalaan pembelajaran membaca bahasa Inggris menjadi topik pembicaraan umum yang banyak disoroti adalah kesulitan-kesulitan penguasaan membaca dengan baik oleh para pelajar. Berdasarkan beberapa peneliti terdahulu menggambarkan bahwa kondisi pembelajaran membaca yang berlangsung selama ini juga selalu mengalami kesulitan baik dari isi teksnya maupun penguasaan terhadap cara pengucapan/pronounciation. Demikian, data empiris yang

menggambarkan tentang kemampuan berbahasa siswa secara komprehensip masih sangat jarang, Salah satu penelitian dilakukan oleh Quins sebagaimana dikutip oleh Aloenberg bahwa lulusan Sekolah Tingkat Atas (SLTA) rata-rata hanya menguasai 1000 kosa kata. Hal ini akibat rendahnya kemampuan individu dalam penguasaan bahasa Inggris lebih banyak disebabkan oleh rendahnya kompetensi guru. Disisi lain masalah minat baca sampai saat ini masih lemah. Menurut tema ini sering dijadikan topik pertemuan ilmiah dan diskusi oleh para pemerhati dan para pakar yang peduli terhadap data perkembangan minat baca di Indonesia. Dan hasil dari pertemuan-pertemuan ilmiah tersebut belum memberikan suatu rekomendasi terhadap minat baca masyarakat.

1

2

Permasalahan yang dirasakan oleh Bangsa Indonesia sampai saat ini adalah adanya temuan penelitian dan pengamatan yang menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesaia relatif masih rendah. Ada sejumlah indikator yang menunjukan masih rendahnya minat baca masyarakat Indonesia dimana, rendahnya budaya membaca ini juga dirasakan pada pelajar dan mahasiswa. Perpustakaan disekolah /kamus yang ada jarang dimanfaatkan secara oprtimal oleh siswa / mahasiswa. Demikian pula perpustakaan umum yang ada di setiap kota/kabupaten yang tersebar dinusantara ini, pengunjungnya relatif tidak begitu banyak. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat Indonesia belum mempunyai budaya membaca sehingga wajar apabila indeks sumber daya manusia juga rendah. Tidak semua anak mampu melakukan aktivitas membaca dengan baik dan benar. Penelitian yang dilakukan oleh Tim Program of International Student Assesment ( PISA) Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional RI, menunjukkan bahwa kemahiran membaca anak usia 15 tahun di Indonesia sangat memprihatinkan, sekitar 37% dari mereka hanya bisa membaca tanpa bisa menangkapnya, dan sebanyak 24,8 % hanya bisa mengaitkan teks yang dibaca dengan satu informasi pengetahuan ( Kompas, 2 Juli 2008 ) Ini artinya masih sangat banyak anak

Indonesia yang mengalami kesulitan memahami materi bacaan. Terkait dengan pengembangan dan usaha pemerintah Indonesia untuk mencerdaskan anak bangsa maka peran membaca dalam hal ini sangat penting dan sangat mendasari kehidupan akademik terutama di tingkat atau jenjang SMA. Untuk meningkatkan kompotensi peserta didik di bidang bahasa dan lebih khusus lagi Bahasa Inggris reading atau membaca perlu adanya pembenahan berbagai fasilitas pembelajaran.

3

Sistem

pembelajaran

di

Indonesia

belum

membuat

anak-

anak/siswa/mahasiswa harus membaca buku (lebih banyak lebih baik), mencari informasi pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, mengapresiasi karya-karya ilmiah, filsafat, sastra dan sebagainya. Menurut Sulistyo-Basuki sistem pendidikan mulai dari SD sampai dengan SMU mengarah ke ujian akhir. Semua pelajaran ditujukan untuk menyiapkan siswa menghadapi ujian akhir. Alhasil sedikit sekali rangsangan untuk membaca buku tambahan. Salah satu contoh materi yang

dikembangkan dalam KTSP bahasa Inggris kelas II buku look ahead for Senior School students year XI, (2006), dalam muatan, isi buku tersebut lebih banyak berfokus pada kompetensi speaking atau berbicara, dalam kenyataan yang dihadapi di lapangan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dari isi buku, mislanya ketika siswa menghadapi ujian baik ujian semester di sekoalah maupun ujian akhir Negara (UAN) materi yang sering muncul dalam ujian tersebut adalah lebih banyak pada teks reading., dengan demikian maka apa yang diharapkan siswa akan tidak sesuai karena saat ujian soal-soal yang muncul lebih banyak adalah berupa teks-teks bacaan. Dalam kaitan dengan persoalan membaca yang digambarkan secara skala nasional diatas, tampaknya penulis ingin melihat dan mencoba untuk mengangakat proses pembelajaran yang terjadi di Propinsi Maluku dan khususnya lagi kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual, dalam penelitian yang akan dikembangkan tersebut, penulis memfokuskan pada bidang studi bahasa Inggris dan reading sebagai kajian pengembangan penelitian dimaksud. Sebagai data awal pengembangan penelitian ini, telah diperoleh sumber data berdasarkan perkembangan hasil Ujian

4

Akhir Nasional (UAN) mata pelajaran bahasa Inggris sepropinsi Maluku untuk empat tahun terakhir yang dimulai dari tahun ujian 2006-2009 secara singkat dijelaskan pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Perkembangan Hasil Ujian Nasional Sepropinsi Maluku No 1. 2. 3. 4. Jurusan Bahasa, IPS dan IPA Bahasa, IPS dan IPA Bahasa, IPS dan IPA Bahasa, IPS dan IPA 3 Jurusan Tahun Ujian 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 4 angkatan Nilai % 6,86 6,56 7,20 7,00 6,905.

Sumber data: Departemen Pendidikan Nasional Propinsi Maluku tahun 2010.

Berdasarkan hasil (UAN) 4 tahun terakhir siswa-siswi SMA untuk seprovinsi Maluku,melalui hasil ujian dari jumlah dari empat angkatan diatas, maka dapat dihitung nilai dengan skor total hanya mencapai 6,9%, hal ini menunjukkan mata pelajaran bahasa Inggris secara umum hasilnya belum baik. Dengan demikian, peneliti berusaha untuk mengkaji lebih jauh berkenaan dengan faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi hal tersebut. Peneliti melakukan prasurvei penelitian terhadap sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual sebagai lokasi penelitian, ternyata secara mayoritas sekolah tidak mempunyai fasilitas pembelajaran yang memadai termasuk didalamnya: Lab Bahasa, komputer, Ruang praktik bahkan sampai kekurangan tenaga pengajar/guru bahasa Inggris. (tgl 3 Juli 2010) Prasurvei penulis, dengan kepala Sekolah SMAN 1 Maluku Tenggara (Drs Arsad Rahawarin di ruang kerjanya tertanggal 4-5 Juli 2010) yang memberikan

5

beberapa penjelasan langsung terhadap kondisi dan situasi yang sebenarnya di Kabupaten Maluku Tenggara,berkenaan dengan adanya keterbatasan berbagai fasilitas pembelajaran di sekolah termasuk tenaga guru bahasa Inggris bahkan minimnya dukungan pemerintah daerah setempat terhadap persoalan pendidikan di wilayah tersebut. Dari berbagai hal yang disoroti diatas, menunjukkan perlu adanya perbaikan-perbaikan terhadap peningkatan pembelajaran bahas Inggris di wilayah tersebut.

2. Bagaimana peningkatan pembelajaran membaca dalam mata pelajaran bahasa Inggris SMA. Pembelajaran membaca merupakan salah satu faktor yang sangat essensial dalam kehidupan manusia baik dalam bentuk individual maupun kolompok, aspek membaca atau dikenal dalam bahasa Ingrisnya reading adalah salah satu kompetensi terpenting. Demikian membaca dapat dikatakan sulit jika dibandingkan dengan ketiga kompetensi lainnya untuk dikuasai oleh peserta didik. Dengan berbagai cara yang dilakukan oleh para guru serta menjawab persoalan ahli bahasa sebagai langkah untuk secara

diatas, namun nampaknya belum dapat teratasi

maksimal. Hal ini dapat dilihat dari Ujian Nasional secara keseluruhan, dimana nilai bahasa Inggris berada dalam kisaran standar belum signifikan. Keberhasilan pembelajaran bahasa Inggris di SMA masih belum memuaskan para orang tua, professional dan guru dengan melihat kenyataan bahwa kompetensi berbahasa para lulusan SMA masih belum sesuai dengan harapan kita. Kurikulum bahasa Inggis hampir setiap lima tahun sekali diperbaharui sebagai upaya meningkatkan tingkat

6

keberhasilan siswa menguasai bahasa Inggris. Upaya melalui kurikulum ternyata tidak cukup tanpa disertai upaya peningkatan mutu para guru bahasa Inggris dan juga pembaharuan akan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan serta karakteristik siswa.Bahan ajar dapat dikatakan sebagai faktor penentu keberhasilan para siswa SMA dalam belajar bahasa Inggris. Kesulitan membaca pada siswa sangat beragam,mulai dari kesulitan yang disebabkan oleh masalah pemberian makna, kesulitan yang berkaitan dengan masalah motivasi, maupun kesulitan yang disebabkan oleh kurangnya bimbingan. Semua ini pada akhirnya menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam memahami apa yang dibacanya. Lantas apa yang bisa orang tua dan tenaga pendidik lakukan sejak dini untuk mencegah anak mengalami kesulitan memahami bacaan di kemudian hari? Adakah cara tepat dan menarik yang dapat orang tua dan pengajar gunakan untuk membuat anak-anak atau siswanya mampu membaca dengan baik dan benar? Bacaan yang kurang memikat dan minimnya sarana perpustakaan sekolah menjadi faktor utama penyebab minat baca siswa rendah. Sementara itu, sekolah tidak selalu mampu menumbuhkan kebiasaan membaca bagi para siswanya. Dengan kondisi kualitas buku pelajaran yang memprihatinkan, padatnya kurikulum, dan metode pembelajaran yang menekankan hafalan materi justru 'membunuh' minat membaca. Menurut Riris K.Toha Sarumpet,.(www.republika.co.id., diakses 24 Desember 2007).sekolah tidak memadai sebagai tempat untuk menumbuhkan minat baca anak didik. Hal ini, menurut dia, tidak terlepas dari kurikulum pendidikan. Kurikulum yang terlalu padat membuat siswa tidak punya waktu untuk membaca.

7

Riris mengemukakan bahwa siswa terlalu sibuk dengan pelajaran yang harus diikuti tiap hari,belum lagi harus mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Oleh karena itu, solusi terbaik dalam membuka jalan pikiran seorang siswa agar mereka mempunyai wawasan yang luas, adalah dengan cara membaca. Agar siswa dapat membaca buku secara ajeng, maka kepada mereka perlu disediakan bahan bacaan yang cukup koleksinya. Oleh karena itu, perpustakaan merupakan wacana baca yang mampu menyediakan beragam buku baik fiksi nonfiksi, referensi, atau non buku seperti majalah, koran, kaset serta alat peraga, wajib dimiliki setiap sekolah. Guru selalu berusaha meningkatkan kemampuan ketrampilan membaca kepada siswa, tetapi belum membawa hasil yang memuasakan karena kurang menguasai informasi dan teknik-teknik pembelajaran yang ada. Sebagaimana kutipan dari Nancy Collins (1996) berpendapat bahwa dari ketidak mampuan pembelajar dalam memahami bacaan disebabkan oleh beberapa hal. Nancy Collins menemukan beberapa alasan utama mengapa siswa pada sekolah Tingkat Menengah kurang memahami bacaan disebabkan motivasi yang rendah, kurangnya pengalaman dan egosentris. Collins menyimpulkan bahwa siswa yang tidak berhasil dalam pembelajaran karena dia tidak memiliki pengalaman berbahasa dalam situasi yang bermakna. Dari keempat aspek pembelajaran bahasa Inggris masing-masing listening, speaking, reading dan writing,aspek membaca merupakan aspek yang paling banyak ditekankan dalam pembelajaran selama ini. Aspek membaca

merujuk pada semua cara dan teknik dengan tema-tema yang ada pada kurikulum mata pelajaran bahasa Inggris. Aspek membaca memegang peranan terpenting

8

dalam pembelajaran bahasa Inggris, karena dalam bentuk pemakaian ketrampilan berbahsa Inggris selama ini diukur melalui tes formatif ataupun sumatif baik dalam konteks lokal dan maupun nasional menitikberatkan pada kemampuan pemahaman terhadap teks bacaan dan struktur bahasa Inggris yang dihadirkan dalam lembaranlembaran soal yang berbentuk essai dan pilihan ganda. Selanjutnya hasil penelitian terhadap beberapa SMU di Indonesia tahun 20012002, dalam Masnur Muslis,(2007: 149) dinyatakan bahwa Muatan Kurikulum Bahasa Inggris yang terlalu padat, membahas banyak tema yang belum tentu

dianggap para siswa bermanfaat dalam kehidupan mereka, dengan tidak dibarengi metode pembelajaran yang menyenangkan, membuat suasana pembelajaran atau suasana kelas dalam pandangan para siswa membosankan. Hal tersebut mengakibatkan tidak adanya apresiasi siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris yang ujung-ujungnya kemampuan berbahasa Inggris dan lebih khususnya lagi dalam menguasi membaca, tidak sebanding dengan jumlah anggaran yang dikeluarkan Negara dan kerja keras para guru bahasa Inggris maupun siswa itu sendiri. Oleh karena itu, perlu dicari solusinya. Salah satu solusi adalah melalui penerapan model pembelajaran dan metode pembelajaran yang tepat. Empat faktor penting yang menjadi landasan pengembangan bahasa Inggris di jenjang SMA dapat digambarkan sebagai berikut :

9

ListeningEnglish Language Skills

Speaking Reading Writing

Gambar 1.2 Empat kompetensi ( L.S.R.W

)

Dari berbagai latar belakang yang dikemukakan, menunjukkan

adanya

beberapa permasalahan utama yang dihadapi terkait dengan pembelajaran bahasa Inggris secara umum. Baetens Beardsmore, (1993:39) menjelaskan The social situation in each country in general and decisions in educational policy in particularly always have an effect, so there is no single blueprint of content and language integration that could be applied in the same way in different countries-no model is far export. Berdasarkan teori tersebut, menandakan adanya terdapat berbagai perbedaan pengguna bahasa dan kebijakan pendidikan dalam suatu negara tidak terlepas dari bagaimana bahasa dapat dijadikan sebagai modal utama dalan pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari sekian masalah yang dihadapi bangsa penguasaan terhadap bahasa asing menjadi hal yang perlu dikaji mengapa dan bagaimana hal itu terjadi. Maka penulis, dalam hal ini memfokuskan penulisan pada aspek membaca sebagai salah satu alternatif pemecahan pembelajaran bahasa Inggris di SMAS Kls XI khususnya yang ada di daerah lokasi penelitian. Terkait dengan itu maka dalam pemecahan masalah-masalah diatas, dapat dirumuskan faktor-faktor apa saja yang menjadi latar belakang yakni :

10

1. Adanya kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam memahami teks bacaan bahasa Inggris. 2. Pembelajaran yang masih terikat dengan penggunaan strategi konvensional dalam pembelajaran membaca bahasa Inggris. 3. Berkaitan dengan itu strategi pembelajaran masih bersifat klasikal atau tradisional, akibatnya siswa tidak mengetahui keterbatasan kemampuannya dalam setiap sajian materi, serta minat, motivasi siswa untuk belajar membacabelum maksimal. 4. Standar dan kemampuan guru bahasa Inggris yang masih minim, serta pengaruh lingkungan belajar siswa yang belum maksimal dan kurikulum yang belum diferensiasi. Dari permasalahan tersebut,pembelajaran bahasa Inggris khususnya membaca perlu dapat dikembangkan sebagai salah satu kompetensi yang sangat penting dan maksimal terhadap proses pembelajaran. Faktor membaca dalam hal ini bukan saja pada bahasa Inggris itu sendiri, akan tetapi dapat berfungsi untuk semua aspek dalam pembelajaran. Dengan demikian penulis berusaha untuk mengembangkan sebuah model pembelajaran membaaca bahasa Inggris dan dapat menjadi acuan sebagai pegangan guru di SMA kelas XI.terutama tempat pembelajaran penelitian. Membaca sangat penting untuk memberikan pemahaman terutama kepada siswasiswi dalam pembentukan daya nalar dan pemahaman yang kuat serta motivasi baca terhadap apa yang dibacanya. Goodman dan Burke dalam bukunya Reading Strategies (1980) menyatakan bahwa, membaca adalah suatu proses penyelesaian masalah dan kegiatan yang aktif

11

untuk mencari makna dilakukan oleh pembaca terhadap tujuan berpikir penulis. Kegiatan membaca terdiri : (1) Meramal atau menebak, (2) Menegaskan dan (3) Menyatukan dengan nilai-nilai yang dimiliknya. Dari ketiga poin ini, menunjukkan adanya bahwa proses membaca seseorang perlu memiliki penalaran yang kuat, penegasan terhadap pengetahuan yang sedang dipelajarinya sehingga dalam membaca suatu teks bacaan dapat dengan sempurna. Selain itu menurutPerfetti (2007: 357) In reading, the singular recurring cognitive activity is the identification of words. From this follows to other, related observations about reading: Comprehension depends on successful word reading. Skill differences in comprehension can arise from skill differences in word reading. Konteks yang dikembangkan oleh kedua pemahaman diatas, menandakan bahwa proses membaca akan melibatkan kemampuan kognitif dan cara untuk menempatkan perbedaan kata-kata yang dibaca dalam sebuah text bacaan. Dengan demikian proses membaca lebih mengarah pada kemampuan kognitive atau skills intelektual seseorang dalam membaca. Membaca pada hakekatnya adalah proses berpikir. Ahli membaca yang bernama Edward L. Thorndike, dalam Abidin (2010: 23) berasumsi bahwa reading as thinking dan reading as reasoning. Artinya bahwa ketika seseorang sedang membaca pada hakekatnya ia sedang berpikir dan bernalar. Dalam proses membaca, jelaslah terlibat aspek-aspek berpikir seperti mengingat, memahami, membedabedakan, menganalisis, mengorganisasi, dan pada akhirnya menerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan. Oleh karena itu, dalam proses membaca yang sesungguhnya pembaca benar-benar dituntut memusatkan perhatian, atau

berkonsentrasi penuh terhadap bacaan agar dapat memahami isi wacana secara

12

keseluruhan, sehingga pembaca dapat mengambil manfaat dari apa yang terkandung dalam bacaan.

3. Langkah-langkah Pengembangan Membaca Pemahaman Membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris, khususnya pada level SMA perlu dibangun dan dikembangkan dini, mengingat membaca adalah kompetensi yang sulit. Menurut Baker, (2002 : 82) interesting students knowledge about how, when, and why to regulate their own comprehension is an important component of comprehension instruction. Sejalan dengan pengertian membaca di atas, membaca pemahaman merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi ketrmpilan-ketrampilan yang perlu dipahami dan menetapkan informasi yang ada dalam bahan-bahan tertulis. Menurut Tarigan (1990: 73) membaca pemahaman (reading for understanding) adalah jenis membaca untuk memahami standar-standar atau norma kesastraan, esensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap teks bacaan dengan menggunakan strategi tertentu. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan faktor-faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu pembaca teks dan konteks. Membaca pemahaman merupakan sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami suatu bacaan tertentu. Menurut Wiryodijoyo (1989: 11) antara lain; (1),membaca pemahaman adalah bagaimana si pembaca mengetahui apa yang ada dalam isi teks bacaan itu dengan baik dan utuh (2), tingkat proses penerjemahan dan pemahaman,pengarang menulis kode dan pembaca mengartikan kode.Sedangkan menurut Zints dalam Wiryodijoyo

13

(1989:12)

adalah

kemampuan

menerjemahkan

kata-kata

penulis

sehingga

menimbulkan pikiran pikiranatau ide-ide yang berguna bagi pembaca, seperti yang terkandung dalam bacaan.Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah suatu proses membaca yang bertujuan untuk memahami ide-ide bacaan. Jadi dalam kegiatan ini pembaca tidak hanya dituntut untuk tahu isi bacaan namun memahami isi bacaan, memahami artinya mengerti, mampu menafsirkan, menganalisis, mengartikan dan meramalkan atau mengevaluasi. Kemampuan membaca pemahaman berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Dalam membaca pemahaman terdapat beberapa indikasi pemahaman yang perlu diperhatikan guna menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran. Beberapa indikasi membaca pemahaman yang harus tercapai tersebut adalah sebagai berikut: 1. Melakukan, pembaca memberikan respons secara fisik terhadap perintah membaca 2. Memilih, pembaca memilih alternatif bukti pemahaman baik secara lisan atau tulisan. 3. Mengalihkan, pembaca mampu menyampaikan secara lisan apa yang telah dibacanya. 4. Menjawab, pembaca mampu menjawab pertanyaan tentang isi bacaan. 5. Mempertimbangkan, pembaca mampu menggaris bawahi atau mencatat pesan-pesan penting yang terkandung dalam bacaan. 6. Memperluas, pembaca mampu memperluas bacaan atau minimal mampu menyusun bagian akhir cerita (khusus untuk bacaan fiksi) 7. Menduplikasi, pembaca mampu membuat wacana serupa dengan wacana yang dibacanya ( menulis cerita berdasarkan versi pembaca). 8. Modeling, membaca mampu memainperankan cerita yang dibacanya. 9. Mengubah, pembaca mampu mengubah wacana ke dalam bentuk wacana lain yang mengindikasikan adanya pemprosesan informasi (Brown, 2001: dalam Abidin 2010 : 129) Lebih jauh Bown and Bown (dalam Sugiarto, 2001) mengemukakan bahwa membaca merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu pembelajaran

14

sepanjang hayat (life long learning). Dari pengertian membaca dimaksud, disimpulkan bahwa kegiatan membaca merupakan sebuah kegiatan yang bersifat aktif dan interaktif.(www.depdiknas.go.id/jurnal/37/perbedaan-

_hasil_belajar_membaca.htm) Setiap sistem pembelajaran memiliki tujuan yang dapat dicapai melalui penggunaan metode,media, dan strategi pembelajaran yang tepat. Bruce Joyce dan Marshal Weil mengemukakan 22 model mengajar yang dikelompokan ke dalam 4 hal, yaitu (1) proses informasi, (2) perkembangan pribadi (3) interaksi social, dan (4) modifikasi tingkah laku,Arends ( 1997: 7 ) menyatakan The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment system. Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelohannya. Sementara untuk mengukur perkembangan pembelajaran siswa dalam teori belajar konstruktivisme teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning).Teori konsrtuktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan tidak lagi sesuai. Sebagai suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan seperti yang dikembangkan dalam suatu kelembagaan pendidikan untuk sinerjik maka dapat di gambarkan

dalam bentuk skema interaksi antara sekolah, guru, siswa dan proses pembelajaran yang merupakan siklus yang terikat antara satu dengan lain seperti yang tergambar di siklus dibawah ini :

15

Sekolah

Guru

Siswa

Proses Pembelajaran

Gambar 1.2 Siklus pelaksana pendidikan

Pemerintah Sejauh ini telah melakukan berbagai upaya untuk menjawab tantangan di bidang pendidikan tersebut, dengan dikeluarkan Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional, yang dimulai dari peningkatan jumlah dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan, penyempurnaan kurikulum dan buku teks, peningkatan kemampuan profesional guru dan tenaga kependidikan, serta tenaga administrator kependidikan, karakteristik anak, dan wilayah tempat di mana pendidikan berlangsung. Salah satu pendekatan yang dapat dipakai untuk menentukan kualitas proses pendidikan kita adalah pendekatan sistem. Melalui pendekatan sistem kita dapat melihat berbagai aspek yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses. Sistem

merupakan satu kesatuan komponen yang satu sama yang lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dari berbagai aspek itu, akan

menimbulkan pertanyaan mengapa pembelajaran dikatakan sebagai suatu system?

16

Karena pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan, yaitu membelajarkan siswa. Proses pembelajaran itu merupakan rangkain kegiatan yang melibatkan berbagai komponen. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses sistem pembelajaran di antaranya : faktor kepemimpinan kepala sekolah, faktor kondisi sekolah, faktor siswa, faktor sarana dan prasarana dan faktor lingkungan.Maka tepatlah system itu dibuat dalam siklus pada gambar 1.4 dibawah ini :

Siswa

Umpan

Tujuan

Sistem Pembelajaran Evaluasi Metode

Strategi

Media

Gambar 1.3 Interaksi antarsub-sistem dalam sistem pembelajaran.

Semua komponen dalam sistem pembelajaran memiliki peran dan fungsi yang terkait satu sama lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja yang buruk dari sebuah sub-sistem akan mempengaruhi kinerja sub-sistem lain yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja sistem secara keseluruhan maka

17

salah satu dari sub sistem ini tidak berfungsi akan mengakibatkan dan berpengaruh terhadap yang lain, untuk itu dalam proses pembelajaran terutama pembelajaran membaca bahasa Inggris paling tidak dapat sesuai dengan harapan yaitu mencapai kompetensi penguasaan siswa terhadap membaca bahasa Inggris dengan baik dan benar. 4. Kerangka pembelajaran membaca bahasa Inggris. Membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari kombinasi beberapa huruf dan kata. Juel (1988) mengartikan bahwa membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari dari bacaan. Beberapa langkah dan proses membaca materi bahasa Inggris yang dikembangkan dalam bentuk kerangka membaca digambarkan pada gambar 1.4.

Words Sentence Sentence

EncodingStrategies

Prior Knowledge

Decoding

Text

Gambar 1.4 Konsep Membaca

18

Salah satu pendekatan proses membaca secara sederhana seperti yang dibuat dalam bagan diatas, menunjukkan bahwa dalam prior knowledge (pengetahuan awal) yang diperoleh siswa dengan menggunakan strategi encoding dan decoding, atau disebut prior knowledge yang terdiri dari sentence, words,dan sentence dengan pendekatan-pendekatan atau cara membaca yang ada. Selanjutnya Snow, Burns, & Griffin (1998 :325) menyatakan bahwa: Additional comprehension skills that must be thaught and practiced included assessing and connecting with students backround knowledge, preteaching of new vocubalary, clarification of key concepts, linking to prior knowledge and personal relevance, instructional in strategies, teacher-guided and student-centered discussions about the content, previewing, predicting, summarizing, selecting main ideas, self-monitoring, and teacher feedback for understanding. Dari apa yang dikemukakan dari teori ini, menunjukkan bahwa latar belakang siswa terhadap penguasaan bahasa Inggris sangat diperlukannya dalam

pengembangan pembelajarannya. Melalui berbagai latar belakang yang di ilustrasikan diatas nampaknya terdapat pula kegiatan yang dilakukan siswa dan guru dalam suatu pembelajaran.seperti yang digambarkan dibawah ini : Activate students background knowledge through discussions about interesting topics that will be included in the book before they read it. a. Let students who already know something about the topic or author share their experiences and insighats with classmates so these students experts feel enganged and their enthusiasm builds interest among their classmaters. b. Continue to activate prior knowledge even after the book is started to sustain student goal-based and motivated reading. Every few chapters, use prereading sessions that include that questions and prompts relatyed to additional prior knowledge that becomes pertinen during these later parts of the book. (Snow, Burns, & Griffin, 1998)

Salah satu pendekatan pembelajaran membaca disini adalah pendekatan fonik, Fonik merupakan bagian yang sangat penting, tetapi bukan satu-satunya bagian

19

kurikulum yang komprehensip untuk mendorong siswa membaca. Pembaca yang sukses akan menggunakan berbagai strategi untuk membaca kata-kata kunci dan makna dari teks yang lebih panjang. Ehri,dkk (2002) mengingatkan pada para guru bahwa setidaknya ada empat jalan siswa belajar membaca kata-kata; a) dengan decoding, apakah pada huruf per huruf atau menggunakan rangkaian kata yang lebih panjang; b) dengan melihat atau mengingat pengenalan otomatis bidang-bidang suatu kata; c) dengan analogi mengenali bagaimana pengajaran kata-kata yang asing atau apapun yang sama dengan kata asing tersebut; dan d) dengan menggunakan konteks untuk memprediksikan makna kata-kata yang asing. Selain itu ( Ehri et, al., Gasking dan Elliot, 1991: 57) menyarankan bahwa pembaca yang baik seharusnya belajar menggunakan tiga cara yang tepat dalam kehidupan mereka. Tiga pendekatan dalam fonik dengan pendekatan sistematik, yang paling baik yaitu

analitik, (analytic approach), pendekatan sintetik (synthetic approach), dan analogik (analogic approach). Klein, dkk. (dalam Farida Rahim, 2005: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategi. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruksi makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca.Ketiga, membaca merupakan keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang

20

ingin

dicapainya,

teks

yang

dibaca

seseorang

harus

mudah

dipahami(readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Diperoleh pada (http://pencilbooks.wordpress.com/2008/12/16/) Keterampilan-keterampilan yang diajarkan dalam pengajaran fonik merupakan peringkat-peringkat untuk membangun kosa kata yang kuat dan cepat para pemula perlu belajar mendekoding, sehingga mereka dapat memperoleh kosa kata yang kuat tersebut dan terlindungi dalam memori, tetapi tujuan adalah pemahaman kosa kata dengan cepat, bukan sekedar ketrampilan decoding (hlm, 12) Dengan demikian jika dihubungkan dengan siklus diatas, merupakan bentuk awal dari sebuah proses pembelajaran membaca yang baik dan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Level atau tingkat pemahaman siswa dapat di lakukan dengan kegiatan Pre-reading yakni membaca sekilas tentang pokok-pokok bacaan, kemudian while-rading, memahami isi bacaan dan diteruskan dengan post-reading yaitu dapat menyimpulkan isi bacaan tersebut. Untuk itu dalam penulisan ini, khususnya mendorong semangat membaca siswa-siswi SMA kelas XI, terdapat beberapa bentuk dan strategi yang diuraikan diatas, adalah bagian yang penting sebagai landasan pengembangan pembelajaran membaca. Kompetensi membaca adalah bagian yang terpenting, yang mempengaruhi kompetensi-kompetensi yang lainnya.sehingga membaca dipandang sebagai faktor penentu dan utama dalam sebuah proses pembelajaran baik bahasa maupun pembelajaran yang lain, yang harus dimiliki oleh siswa SMA.Tujuan dan sasaran suatu pembelajaran ujung-ujungnya adalah keberhasilan siswa secara optimal dalam mata pelajaran bahasa Inggris readaing.Menurut Sukmadinata ( 2007 ; 442-443 )

21

bahwa siswa adalah subjek dari kegiatan pembelajaran. Pembelajaran diarahkan agar siswa belajar. Melalui kegiatan belajar ini potensi-potensi, kecakapan, dan karakteristik siswa dikembangkan. Kemampuan siswa sangat kompleks, berkenaan dengan, tahap perkembangan, status, pengalaman belajar, serta berbagai faktor yang melatar belakanginya. Agar para siswa dapat mengembangkan semua potensi, kecakapan dan karakteristiknya secara optimal, dibutuhkan pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuan siswa tersebut. Meskipun demikian telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kualitas pengajaran bahasa Inggris, secara umum hasilnya masih sangat memprihatinkan.

B. Fokus masalah dan paradigma penelitian. Terkait dengan apa yang menjadi latar belakang dalam penulisan ini, penulis, menemukan berbagai persoalan yang menjadi kajian terutama persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses pembelajaran membaca dalam bahasa Inggris di kalangan siswa-siswi SMA secara Nasional, serta yang ada di Propinsi Maluku dan khususnya di Kabupatem Maluku Tenggara dan Kota Tual, berdasarkan data,fakta dan kenyataan yang terurai diatas, menandakan adanya persoalan pembelajaran bahasa Inggris di tanah air. Harapan dari sebuah pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran yaitu dikuasainya kompetensi yang dikehendaki. Dalam mata pelajaran bahasa Inggris, salah satunya adalah kompetensi membaca. Jika kita lihat butir soal Ujian Nasional (UN) Bahasa Inggris di setiap tahunnya, kompetensi teks reading

22

mencakup 80% dari keseluruhan jumlah soal (Permendiknas No.77 Tahun 2008). Hal itu menunjukkan betapa pentingnya kemampuan membaca seseorang. Namun penguasaan membaca masih dipandang sulit bagi sebagian besar siswa. Hal ini terbukti dengan masih rendahnya nilai-nilai UN tiap tahun khususnya mata pelajaran Bahasa Inggris. Mengapa masih mengatakan sulit ketika mengahadapi soal reading comprehension? Siswa belajar membaca bahasa Inggris masih dilakukan secara pribadi dan keinginan sendiri, serta bersifat tradisional atau konvensional, keterbatasan kosakata menjadi alasan klise dari waktu ke waktu. Kombinasi keterbatasan metode, media, dan strategi pembelajaran yang belum maksimal mengakibatkan timbulnya kelemahan pembelajaran membaca di kalangan siswa-siswi SMA. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung, dan kerangka paradigma penelitian.Maka dalam hal ini salah satu pendekatan yang dirancangkan penulis, terkait dengan pengembangan model pembelajaran membaca dalam bahasa Inggris, langkahlangkah pengembangan tersebut dapat dibuat dalam bentuk bagan pada gambar 1.6.

23

SEKOLAH

GURU

SISWA

PROSES PEMBELAJARAN

SARANA & PRASARANA

FAKTOR LINGKUNGAN

KURIKULUM BAHASA INGGRIS KTSP

Model Pembelajaran Reading Dengan Berbagai Pendekatan: 1. Model Metakognitif. 2. Model Psikolinguistik 3. Model Interaktif

MODEL MEMBACACOMPR EHENSION

HASIL

MODEL DESAIN

MODEL AKHIR PEMBELAJARAN MEMBACA BAHASA INGGRIS SMA

Gambar 1.6 Paradigma Penelitian.

Alur proses penelitian yang dikembangkan dalam penelitian tersebut dengan langkah-langkah : 1. Sekolah, yang melibatkan proses pembelajaran, faktor guru, siswa dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi suatu sistem kemajuan. 2. Kurikulum Bahasa Inggris KTSP, pengembangan peningkatan kemampuan membaca siswa SMA KLS XI di lakukan dengan beberapa pendekatan awal

24

model metakognitif, psikolinguistik.dan Interaktif. Ketiga model

tersebut

dengan pendekatan teknik membaca Skimming, dan Scanning yang nantinya menghasilkan suatu model akhir. 3. Membaca comprehension, dapat dikembangkan melalui model dan strategi membaca yang di point dua tersebut. 4. Dari langkah-langkah diatas, sebagai tujuan akhir untuk menemukan sebuah bentuk model membaca bahasa Inggris SMA KLS XI.yang merupakan hasil dari pengembangan model dari penelitian ini.

C. Rumusan Masalah. Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya ketidakmampuan siswa dalam penguasaan kompotensi membaca dalam bahasa Inggris mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi.Secara nasional persoalan yang dialami hampir di seluruh tempat menandakan adanya membaca merupakan masalah yang sulit dipecahkan oleh berbagai kalangan bukan semata-mata pada latar belakang siswa itu sendiri akan tetapi terdapat faktor-faktor lain terutama pada tingkat kebijakan pemerintah pusat maupun daerah setempat terhadap deasin muatan kurikulum yang tidak seimbang dengan jam pembelajaran siswa. Siswa sebagai raw input; kurikulum, sarana dan prasaran, media dan bahan belajar, pendidik, tenaga kependidikan, manejemen, dan biaya sebagai instrument input; serta lingkungan belajar sebagai enviorment input. Kualitas proses dan hasil pendidikan hanya akan dapat dicapai jika mendapat dukungan penuh dari setiap komponen sistem pendukungnya.

25

Proses pembelajaran bahasa Inggris khususnya kompetensi membaca yang ada di SMA kls XI, menurut penulis, dilakasanakan sepenuhnya belum maksimal, faktor ketidak mampuan guru bahasa Inggris dalam mengajarkan bagaimana dan cara bagaimana si anak siswa dengan mudah menguasai membaca ternyata masih jauh dari harapan,faktor-faktor pendukung seperti fasilitas Lab bahasa, serta media pembelajaran lainya yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran menjadi penghambat bagi pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan khususnya di bidang bahasa Inggris reading/membaca secara nasional. Berkenaan dengan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan pada

penelitian ini dikembangkan dalam bentuk pertanyaan: 1. Bagaimana keadaan pembelajaran Membaca dalam bahasa Inggris saat ini? a. Bagaimana disain dan penerapan pembelajaran bahasa Inggris yang ada saat ini? b. Sejauhmana kemampuan kognitif membaca bahasa Inggris? c. Sejauhmana kemampuan serta cara guru dalam mengajarkan membaca bahasa Inggris di SMA ? d. Bagaimana pemanfaatan media pembelajaran dalam meningkatkan dan motivasi belajar siswa dalam

pembelajaran membaca bahasa Inggris? 2. Model pembelajaran bahasa Inggris yang bagaimana yang sesuai untuk

meningkatakan kemampuan belajar siswa dilihat dari : a. Model desain yang bagaimana yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa?

26

b. Bagaimana pelaksanaan model membaca di SMA tersebut ? c. Bagaimana bentuk perluasan akhir dari model pembelajaran Membaca

bahasa Inggris SMA ? 3. Apa keunggulan dan kelemahan hasil pengembangan model pembelajaran membaca dalam bahasa Inggris SMA? 4. Faktor pendukung dan penghambat pengembangan model pembelajaran membaca bahasa Inggris di SMA?

D. Spesifikasi Model Pengembangan Pengembangan model pembelajaran membaca dalam bahasa Inggris dijadikan sebagai strategi dan pendekatan yang dipakai oleh guru dan siswa.Model

pengembangan ini disiapkan untuk membantu kerangka belajar siswa dan mengajar guru. Hal-hal yang dikembangkan dalam model pengembangan tersebut,berkaitan dengan hubungan kemampuan awal kognitif siswa dengan perkembangan pengetahuan yang sedang dan berlangsung akan datang dengan melihat berbagai perbedaan yang ada.Pengembangan model ini didasarkan atas tiga langkah, yang pertama adalah langkah pengenalan materi-materi yang berkaitan dengan bahasa Inggris membaca berdasarkan KTSP Kls XI dan yang kedua mempresentasikan tugas atau materi pelajaran, dan yang ketiga adalah memperkuat organisasi kognitif siswa. Dengan melihat latar belakang pembetukan awal model ini maka peneliti, tentunya melakukakn beberapa langkah pengembangan baik dalam proses bentuk desain model awal sampai pada pelaksanaan model tersebut. Hal ini terlihat pada tabel 3.2 dan tabel 3.3 pada Bab Tiga.

27

E. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum. Sesuai dengan tujuan penelitian ini agar menghasilkan suatu produk model pembelajaran Membaca bahasa Inggris yang sesuai kebutuhan pembelajaran saat ini maupun akan datang di Sekolah Menengah Atas. 2. Tujuan khusus. a. Untuk mengetahui kondisi pembelajaran yang terjadi saat ini di SMA. Terkait dengan pembelajaran membaca bagi siswa-siswi. b. Menghasilkan model pembelajaran membaca yang tepat / cocok dalam Mata pelajaran bahasa Inggris di SMA Kls XI dengan model Metakognitif,

Psikolinguistik dan Interaktif melalui pendekatan teknik membaca Scanning dan Scanning. c. Untuk mengetahuai aktivitas-aktifitas yang dilakukan guru dan siswa terhadap pembelajaran membaca dengan berbagai pendekatan /strategi membaca yang ada dan dapat dikombain dengan perlakuan model yang sedang dikembangkan oleh peneliti. d. Dapat mengetahui apa saja yang menjadi faktor penghambat dan pendukung siswa dalam penguasaan bahasa Inggris reading di SMA.

F. MANFAAT PENELITIAN. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain yaitu : 1. Manfaat Teoretis

28

Secara teoretis penelitian ini akan menghasilkan sebuah bentuk model membaca bahasa Inggris di jenjang SMA Kelas XI,terutama berkenaan dengan proses pembelajaran Guru dan siswa secara efektif dan efesiensi, selain itu hal lain yang diharapkan dalam penelitian tersebut lahirlah konsep-konsep kontekstual yang berkenaan dengan teori dan konsep model pembelajaran membaca dalam peningkatan Ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya dalam bahasa Inggris secara komprehensip dan profesional mengarah kepada ketercapaianya kualitas di bidang kebahasaan dan linguistik dalam kehiduapan sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Manfaat Praktis Secara Praktis hasil penelitian ini bermanfaat : 1. Sebagai masukan bagi guru-guru yang mengajar bahasa Inggris pada kompotensi membaca di sekolah SMA sederajat dalam mengembangkan serta peningkatan pengetahuan di bidang pembelajaran bahasa Inggris dalam kehidupan seharihari.Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman terhadap ketrampilan membaca bahasa Inggris secara baik dan benar. 2. Dapat dijadikan bahan masukan bagi lembaga kependidikan terutama sekolahsekolah dibawah Depdiknas dan Depag seprovinsi Maluku serta pihak-pihak yang membutuhkanya. Dan lebih khususnya lagi bagi penulis, dalam mengembangkan ilmunya sepanjang hayat. Akhirnya dengan hasil penelitian ini diharapkan sebagai pegangan guru dan Dosen bahasa Inggris, serta lembaga pengembangan kependidikan dalam

29

meningkatkan kemampuan membaca bahasa Inggris kepada siswa-siswi dan berbagai kalangan.

G. DEFINISI OPERASIONAL. Untuk menyamakan persepsi terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan istilah terhadap terms-terms tersebut agar tidak terjadi kesalahaphaman terhadap pokok-pokok masalah yang akan dilteliti. Beberapa istilah akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Pengembangan yaitu sesuatu yang selalu berproses dan tumbuh secarabertahap dan kesinambungan baik secara alamiah maupun buatan terhadap sesuatu atau objek tertentu. 2. Model diartikan berdasarkan kamus Advanced Dictionary English Indinesia, Indonesia- English yaitu sebagai contoh, atau membuat sesuatu berdasarkan contoh, atau membuat menurut contoh, membuat contoh sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model merupakan gambaran mental yang membantu kita untuk menjelaskan sesuatu dengan lebih jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat atau tidak dialami secara langsung (Dorin, Demmin, dan Gabel, 1990). 3. Pembelajaran, dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, atau pembelajaran memiliki makna yang lebih luas, yaitu kegiatan yang dimulai dari mendesain, mengembangkan,

30

mengimplementasikan, dan mengevaluasi kagiatan yang dapat menciptakan terjadinya proses belajar. 4. Membaca/ reading dapat diartikan sebagai suatu proses kognitif seseorang dalam bentuk verbal atau kegiatan yang dilakukan seseorang melalui pancainra membacaadalah bentuk membaca memahami suatu bacaan atau text secara umum dan membaca untuk pemahaman secara detail aspek-aspek yang tersurat dan tersirat.Gordon (1988:109) menjelaskan tentang membaca pemahaman,

Pemahaman (understanding): yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karasteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.