bab i askep strain

24
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sprain dan strain merupakan bentuk cidera pada system musculoskeletal. Meskipun ini merupakan dua kata yang dapat dipertukarkan dalam penggunaannya, sprain dan strain merupakan dua tipe cidera yang berbeda. Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri, inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus ketidakmampuan menggerakkan tungkai. Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki. Sedangkan Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon). Strain akut pada struktur muskulo-tendinous terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Strain terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada pelari atau pelompat. Tipe cidera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada hamstringnya. Beberapa kali cidera terjadi secara mendadak ketika pelari dalam melangkah penuh. Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa 1 | Askep Strain

Upload: meisi-arisandi

Post on 12-Dec-2015

136 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

askep strain

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Askep Strain

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sprain dan strain merupakan bentuk cidera pada system musculoskeletal. Meskipun

ini merupakan dua kata yang dapat dipertukarkan dalam penggunaannya, sprain dan strain

merupakan dua tipe cidera yang berbeda.

Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament

(jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan

stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan

ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri, inflamasi/peradangan, dan pada

beberapa kasus ketidakmampuan menggerakkan tungkai. Sprain terjadi ketika sendi dipaksa

melebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki.

Sedangkan Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada

struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon). Strain akut pada struktur muskulo-tendinous

terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Strain terjadi ketika otot terulur dan

berkontraksi secara mendadak, seperti pada pelari atau pelompat. Tipe cidera ini sering

terlihat pada pelari yang mengalami strain pada hamstringnya. Beberapa kali cidera terjadi

secara mendadak ketika pelari dalam melangkah penuh. Gejala pada strain otot yang akut

bisa berupa nyeri, spasme otot, kehilangan kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi.

Strain kronis adalah cidera yang terjadi secara berkala oleh karena penggunaan berlebihan

atau tekanan berulang-ulang, menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon). Sebagai

contoh, pemain tennis bisa mendapatkan tendonitis pada bahunya sebagai hasil tekanan yang

terus-menerus Bari servis yang berulang-ulang.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan kami kemukakan adalah :

1. Apa pengertian dan Konsep teori sprain dan strain.?

2. Bagaimana Asuhan keperawatan sprain dan strain?

1 | A s k e p S t r a i n

Page 2: BAB I Askep Strain

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Strain adalah tarikan pada otot, ligament atau tendon yang disebabkan oleh regangan

(streech) yang berlebihan , dalam bahasa kita disebut “kram otot” (Smeltzer Suzame,

2001).

2. Sprain adalah kekoyakan pada otot, ligament atau tendon yang dapat bersifat sedang

atau parah, dalam bahasa kita disebut “kesleo” (Smeltzer Suzame, 2001).

3. Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplit dengan peredarahan ke dalam

jaringan (Smeltzer suzame,KMB Brunner dan suddart)

4. Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau robekan pada struktur

muskulotendonius (otot atau tendon)

5. Sprain merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen penyangga yang

mengelilingi sebuah sendi

6. Sprain adalah trauma pada ligamentum, struktur fibrosa yang memberikan stabilitas

sendi, akibat tenaga yang diberikan ke sendi dalam bidang abnormal atau tenaga

berlebihan dalam bidang gerakan sendi

B. Etiologi

1. Strain

a. Pada strain akut

Ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak.

b. Pada strain kronis

Terjadi secara berkala oleh karena penggunaaan yang berlebihan / tekanan

berulang-ulang, menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon).

2 | A s k e p S t r a i n

Page 3: BAB I Askep Strain

2. Sprain

Penggunaan daya yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong /

mendesak sendi pada saat berolah raga atau aktivitas kerja .

C. Klasifikasi

1. Strain

a. Derajat I / Mild Strain (Ringan) adalah adanya cidera akibat penggunaan yang

berlebihan pada penguluran unit muskulotendinous yang ringan berupa

stretching/kerobekan ringan pada otot/ligament. Gejala yang timbul seperti nyeri

local, meningkat apabila bergerak/bila ada beban pada otot. Tanda-tandanya yaitu

adanya spasme otot ringan, bengkak, gangguan kekuatan otot fungsi yang sangat

ringan. Komplikasi yaitu Strain yang berulang dapat menyebabkan Tendonitis dan

Perioritis , perubahan patologi adanya inflasi ringan dan mengganggu jaringan

otot dan tendon namun tanda perdarahan yang besar. Terapi biasanya sembuh

dengan istirahat , lalu terapi latihan yang dapat membantu mengembalikan

kekuatan otot.

b. Derajat II/Medorate Strain (Sedang) adalah adanya cidera pada unit

muskulotendinous akibat kontraksi/pengukur yang berlebihan. Gejala yang timbul

seperti nyeri local, meningkat apabila bergerak/bila ada beban pada otot. Tanda-

tandanya yaitu adanya spasme otot sedang , bengkak, tenderness, gangguan

kekuatan otot fungsi sedang. Komplikasi yaitu Strain yang berulang dapat

menyebabkan Tendonitis dan Perioritis , perubahan patologi adanya robekan

serabut otot . Terapi RICE yaitu dengan istirahat (rest) selama 3-6minggu,

kompres es (ice) 15-30menit, balut tekan dengan bahan yg lunak seperti kain

(Compress), daerah yang cidera ditinggikan (elevate) dan Immobilisasi.

c. Derajat III/Strain Severe (Berat) adalah adanya tekanan/penguluran mendadak

yang cukup berat. Berupa robekan penuh pada otot dan ligament yang

menghasilkan ketidakstabilan sendi. Gejala yang timbul seperti nyeri berat,

adanya stabilitasi. Tanda-tandanya yaitu adanya spasme otot kuat , bengkak,

tenderness, gangguan kekuatan otot fungsi berat. Komplikasi yaitu Strain yang

berulang dapat menyebabkan Tendonitis dan Perioritis , perubahan patologi

3 | A s k e p S t r a i n

Page 4: BAB I Askep Strain

adanya robekan/tendon dengan terpisahnya otot dengan tendon . Terapi RICE

yaitu dengan istirahat (rest) selama 3-6minggu, kompres es (ice) 15-30menit,

balut tekan dengan bahan yg lunak seperti kain (Compress), daerah yang cidera

ditinggikan (elevate) dan Immobilisasi. Lalu dibawa kerumah sakit untuk

dilakukan pembedahan agar mengembalikan fungsinya (Sadoso, 1995)

2. Sprain

a. Sprain tingkat I yaitu cedera sprain yang ditandai dengan terdapat sedikit

hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus, cedera ini

menimbulkan rasa nyeri tekan , pembengkakan dan rasa sakit pada daerah

tersebut. Terapi biasanya sembuh dengan istirahat , lalu terapi latihan yang dapat

membantu mengembalikan kekuatan otot.

b. Sprain tingkat II yaitu cedera sprain yang ditandai dengan banyak serabut

ligamentum yang putus, cedera ini menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan ,

pembengkakan , efusi (cairan yang keluar) , dan biasanya tidak dapat

menggerakan persendian tersebut. Terapi RICE yaitu dengan istirahat (rest)

selama 3-6minggu, kompres es (ice) 15-30menit, balut tekan dengan bahan yg

lunak seperti kain (Compress), daerah yang cidera ditinggikan (elevate) dan

Immobilisasi.

c. Sprain tingkat III yaitu cedera sprain yang ditandai dengan terputusnya semua

ligamentum , sehingga kedua ujungnya terpisah. Persendian yang bersangkutan

merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembengkakan, tidak dapat

bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan – gerakan yang abnormal. Terapi

RICE yaitu dengan istirahat (rest) selama 3-6minggu, kompres es (ice) 15-

30menit, balut tekan dengan bahan yg lunak seperti kain (Compress), daerah yang

cidera ditinggikan (elevate) dan Immobilisasi. Lalu dibawa kerumah sakit untuk

dilakukan pembedahan agar mengembalikan fungsinya ( Giam & Teh, 1992).

D. Patofisiologi

Sprain adalah kekoyakan (avulsion) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi,

yang disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong / mendesak

pada saat berolah raga atau aktivitas kerja.

4 | A s k e p S t r a i n

Page 5: BAB I Askep Strain

Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan

kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi robekan ligament pada sendi lutut.

Sendi-sendi lain juga dapat terkilir jika diterapkan Jaya tekanan atau tarikan yang tidak

semestinya tanpa diselingi peredaan.

Sedangkan strain adalah daya yang tidak semestinya yang diterapkan pada otot,

ligament atau tendon. Daya (force) tersebut akan meregangkan serabut-serabut tersebut clan

menyebabkan kelemahan dan mati rasa temporer serta perdarahan jika pembuluh darah clan

kapiler dalam jaringan yang sakit tersebut mengalami regangan yang berlebihan.

E. Manifestasi Klinik

1. Strain dan Sprain

Ligamen menghubungkan tulang-tulang anda. Sprain terjadi saat ada ligamen yang

tertarik diluar batas fleksibilitasnya atau bahkan tertarik sampai terobek. Sprain dapat terjadi

di saat persendian anda terpaksa bergeser dari posisi normalnya karena anda terjatuh,

terpukul atau terkilir. Gejala umum Sprain adalah rasa nyeri, bengkak dan memar di sekitar

area yang terganggu, juga berkurangnya kemampuan gerak persendian tersebut. Mata kaki

terkilir (ankle sprain) adalah tipe luka dalam Sprain yang paling umum. Sedangkan Strain

terjadi saat ada otot (muscle) atau urat (tendon) yang tertarik diluar batas fleksibilitasnya

atau bahkan terobek. Keseriusan kondisi Strain tergantung dari apakah luka dalamnya

hanyalah urat yang tertarik, atau terobek sebagian, atau terobek seluruhnya. Strain ini dapat

terjadi dalam seketika atau secara perlahan dalam jangka waktu tertentu. Luka dalam pada

bagian paha atau punggung adalah yang paling umum terjadi. Strain akut (rasa nyeri lebih

tajam dan intens, terasa nyeri pada posisi tertentu dan tenggang waktunya relatif pendek)

biasanya disebabkan karena mengangkat beban yang terlampau berat atau otot-otot

mendapat tekanan yang berlebihan. Strain kronis (rasa nyeri lebih menyebar dan tenggang

waktunya relatif panjang, terasa nyeri terus-menerus) biasanya disebabkan karena gerakan

berulang yang dilakukan oleh otot atau urat sehingga otot atau urat tersebut terluka. Gejala

umum Strain adalah rasa nyeri, gemetar dan rasa lemah pada bagian tubuh sekitar otot atau

urat yang terluka, bengkak dan kram.

5 | A s k e p S t r a i n

Page 6: BAB I Askep Strain

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan sprain adalah :

a. Pembedahan.

Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; pengurangan-pengurangan

perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.

b. Kemotherapi.

Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri dan

peradangan. Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam) untuk

nyeri hebat.

c. Elektromekanis.

1. Penerapan dingin

Dengan kantong es 24oC

2. Pembalutan / wrapping ekstemal.

Dengan pembalutan, cast atau pengendongan (sung).

3. Posisi ditinggikan.

Jika yang sakit adalah bagian ekstremitas.

4. Latihan ROM.

Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan. Latihan pelan-

pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang sakit.

5. Penyangga beban.

Menghentikan penyangga beban dengan penggunaan kruk selama 7 hari atau lebih

tergantung jaringan yang sakit.

Sedangkan penatalaksanaan strain adalah :

d. Kemotherapi. Dengan analgetik seperti Aspirin (300 – 600 mg/hari) atau

Acetaminofen (300 – 600 mg/hari).

e. Elektromekanis.

1. Penerapan dingin.

Dengan kantong es 24OC

2. Pembalutan atau wrapping ekstemal.

Dengan pembalutan atau pengendongan bagian yang sakit.

3. Posisi ditinggikan atau diangkat.

6 | A s k e p S t r a i n

Page 7: BAB I Askep Strain

Dengan ditinggikan jika yang sakit adalah ekstremitas.

4. Latihan ROM.

Latihan pelan-pelan dan penggunaan semampunya sesudah 48 jam.

5. Penyangga beban.

Semampunya dilakukan penggunaan secara penuh.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien

a. Identitas klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,

Alamat.

b. Identitas penanggung jawab meliputi: Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku,

Agama, Alamat.

c. Tanggal masuk RS, No. Medical Record dan Diagnosa Medis

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama : Badan bengkak, muka sembab dan nafsu makan menurun.

b. Riwayat penyakit sekarang : Badan bengkak, muka sembab, muntah, nafsu makan

menurun, konstipasi, diare, urine menurun.

c. Riwayat penyakit dahulu : Edema, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar

bahan kimia.

d. Riwayat kesehatan keluarga : Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini

tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun

pertama atau dua tahun setelah kelahiran.

3. Pengkajian fungsional kesehatan

Pada klien dengan nefrotik sindrom, hal yang perlu di kaji menurut 11 pola

konseptual Gordon yang dikemukakan oleh Doengoes (2000) dan Carpenito (2001).

a. Persepsi kesehatan

7 | A s k e p S t r a i n

Page 8: BAB I Askep Strain

Kaji pandangan klien/keluarga jika ada anggota keluarga yang sakit apa yang

akan dilakukan, pengobatan apa yang akan diberikan.

b. Pola nutrisi metabolic

Tanyakan tentang pola makan klien sebelum dan selama sakit, kaji status

nutrisi klien dengan, kaji input cairan klien selama 24 jam, dan kaji turgor kulit serta

observasi adanya oedema anasarka.

c. Pola eliminasi

Kaji pola bab dan bak klien sebelum sakit dan selama sakit.apakah terjadi

perubahan pola berkemih seperti peningkatan frekuensi, proteinuria.

d. Pola aktivitas

Kaji tanda – tanda vital terutama tekanan darah, kaji adanya tanda - tanda

kelelahan, 

e. Kebutuhan istirahat tidur

Kaji pola tidur klien sebelum dan selama sakit

f.  Pola persepsi kognitif

Kaji kemampuan pancaindra klien, kaji pengetahuan klien tentang penyakit

yang di deritanya.

g. Pola persepsi diri

Kaji persepsi diri klien meliputi body image, harga diri, peran diri, ideal diri,

konsep diri.

h.  Pola hubungan sosial

Kaji pola komunikasi klien terhadap keluarga, klien satu ruang, dan perawat.

i. Pola seksualitas

Kaji kebutuhan seksual klien

j. Pola mekanisme koping 

Kaji bagaimana respon diri klien terhadap penyakit yang dideritanya

k. Pola spiritual

Kaji persepsi klien dilihat dari segi agama, apakah klien memahami bahwa

penyakitnya adalah ujian dari Allah SWT.

8 | A s k e p S t r a i n

Page 9: BAB I Askep Strain

4. Pemeriksaan fisik

a. Strain dan sprain : Pemeriksan fisik mencakup kelemahan, ketidakmampuan

penggunaan sendi, udema pada sprain, perubahan warna kulit, perdarahan, dan

mati rasa.

b. Dislokasi : Pemeriksaan fisik sangat penting untuk menetukan lokasi dislokasi dan

pengkajian yang lebis spesifik tentang nyeri, deformitas, dan fungsiolaesa,

misalnya bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi bahu, perubahan kontur sendi

pada ekstermitas yang mengalami dislokasi, perubahan panjang ektermitas, adanya

lebampada dislokasi sendi. Keadaan fisik IPPA juga dikaji dengan melihat

gangguan neurologis, apakah ada saraf yang terkena, pengkajian pada ektermitas

atas dan bawah untuk menilai pergerakkannya.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,

cedera pada jaringan lunak, pemasangan alat/traksi.

2. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka: bedah

permukaan; pemasangan kawat, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksresi atau

sekret/immobilisasi fisik.

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur dan

kerusakan rangka neuromuskuler.

4. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan aliran

darah; cedera vaskuler langsung, edema berlebih, hipovolemik dan pembentukan

trombus.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan

kulit dan trauma jaringan.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang

informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

C. Intervensi Keperawatan

1. Dx.1 Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,

cedera pada jaringan lunak, pemasangan alat/traksi.

9 | A s k e p S t r a i n

Page 10: BAB I Askep Strain

Tujuan: Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan.

Kriteria Hasil:

a. Klien menyatakan nyeri berkurang.

b. Klien menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas terapetik

sesuai indikasi untuk situasi individual.

c. Edema berkurang/hilang.

d. Tekanan darah normal.

e. Tidak ada peningkatan nadi dan pernapasan.

Intervensi:

1.1 Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0 ± 10).

Perhatikan petunjuk verbal dan non-verbal.

Rasional: Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan

kebutuhan untuk /keefektifan analgesic.

1.2 Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembeban,

dan traksi.

Rasional: Meminimalkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/tegangan

jaringan yang cedera.

1.3 Tinggikan dan sokong ekstremitas yang terkena.

Rasional: Menurunkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan rasa nyeri

1.4 Bantu pasien dalam melakukan gerakan pasif/aktif.

Rasional: Mempertahankan kekuatan/mobilisasi otot yang sakit dan memudahkan

resolusi inflamasi otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada

jaringan yang terkena.

1.5 Berikan alternatif tindakan kenyamanan (massage, perubahan posisi).

Rasional: Meningkatkan sirkulasi umum menurunkan area tekanan lokal dan

kelelahan otot.

1.6 Dorong penggunaan teknik manajemen stress, contohnya relaksasi progresif,

latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi dan sentuhan terapeutik.

Rasional: Meningkatkan sirkulasi umum, mengurangi area tekanan dan kelelahan

otot.

1.7 Lakukan kompres dingin/es selama 24-48 jam pertama dan sesuai indikasi.

10 | A s k e p S t r a i n

Page 11: BAB I Askep Strain

Rasional: Menurunkan udema/pembentukan hematoma, menurunkan sensasi

nyeri.

1.8 Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik.

Rasional: Diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. 

2. Dx.2 Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka: bedah

permukaan; pemasangan kawat, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksresi atau

sekret/immobilisasi fisik.

Tujuan: Kerusakan integritas jaringan dapat diatasi.

Kriteria Hasil:

a. Penyembuhan luka sesuai waktu.

b. Tidak ada laserasi, integritas kulit baik.

Intervensi:

2.1 Kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, perdarahan, perubahan warna.

Rasional: Memberikan informasi gangguan sirkulasi kulit dan masalah-masalah yang

mungkin disebabkan oleh penggunaan traksi, terbentuknya edema.

2.2 Massage kulit dan tempat yang menonjol, pertahankan tempat tidur yang

kering dan bebas kerutan.

Rasional: Menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko

abrasi/kerusakan kulit.

2.3 Rubah posisi selang seling sesuai indikasi.

Rasional: Mengurangi penekanan yang terus-menerus pada posisi tertentu.

2.4 Gunakan bed matres/air matres.

Rasional: Mencegah perlukaan setiap anggota tubuh dan untuk anggota tubuh

yang kurang gerak efektif untuk mencegah penurunan sirkulasi.

3. Dx.4 Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan

aliran darah; cedera vaskuler langsung, edema berlebih, hipovolemik dan

pembentukan trombus.

11 | A s k e p S t r a i n

Page 12: BAB I Askep Strain

Tujuan: Disfungsi neurovaskuler perifer tidak terjadi.

Kriteria Hasil:

a. Mempertahankan perfusi jaringan yang ditandai dengan terabanya pulsasi.

b. Kulit hangat dan kering.

c. Perabaan normal.

d. Tanda vital stabil.

e. Urine output yang adekuat

Intervensi :

4.1 Kaji kembalinya kapiler, warna kulit dan kehangatan bagian distal dari

fraktur.

Rasional: Pulsasi perifer, kembalinya perifer, warna kulit dan rasa dapat

normal terjadi dengan adanya syndrome comfartemen syndrome karena

sirkulasi permukaan sering kali tidak sesuai.

4.2 Kaji status neuromuskuler, catat perubahan motorik/fungsi sensorik.

Rasional: Lemahnya rasa/kebal, meningkatnya penyebaran rasa sakit terjadi

ketika sirkulasi kesaraf tidak adekuat atau adanya trauma pada syaraf.

4.3 Kaji kemampuan dorso fleksi jari-jari kaki.

Rasional: Panjang dan posisi syaraf peritoneal meningkatkan resiko terjadinya

injuri dengan adanya fraktur di kaki, edema/comfartemen syndrome/malposisi

dari peralatan traksi.

4.4 Monitor posisi/lokasi ring penyangga bidai.

Rasional: Peralatan traksi dapat menekan pembuluh darah/syaraf, khususnya

di aksila dapat menyebabkan iskemik dan luka permanen.

4.5 Monitor vital sign, pertahanan tanda-tanda pucat/cyanosis umum, kulit dingin,

perubahan mental.

Rasional: Inadekuat volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi

jaringan.

4.6 Pertahankan elevasi dari ekstremitas yang cedera jika tidak kontraindikasi

dengan adanya compartemen syndrome.

Rasional: Mencegah aliran vena/mengurangi edema.

12 | A s k e p S t r a i n

Page 13: BAB I Askep Strain

4. Dx.5 Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer,

kerusakan kulit dan trauma jaringan.

Tujuan: Resiko infeksi tidak terjadi dan tidak menjadi actual.

Kriteria Hasil:

a. Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.

b. Bebas drainase purulen, eritema dan demam.

c. Tidak ada tanda-tanda infeksi.

Intervensi:

5.1 Inspeksi kulit untuk mengetahui adanya iritasi atau robekan kontinuitas.

Rasional: Pen atau kawat yang dipasang masuik melalui kulit dapat

memungkinkan terjadinya infeksi tulang.

5.2 Kaji sisi pen/kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri/rasa terbakar atau

adanya edema, eritema, drainase/bau tak enak.

Rasional: Dapat mengindikasi timbulnya infeksi lokal/nekrosis jaringan dan

dapat menimbulkan osteomielitis.

5.3 Berikan perawatan pen/kawat steril sesuai protokol dan latihan mencuci

tangan.

Rasional: Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi.

5.4 Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi, perubahan warna kulit

kecoklatan, bau drainase yang tak enak/asam.

Rasional: Tanda perkiraan infeksi gangren.

5.5 Kaji tonus otot, refleks tendon dalam dan kemampuan untuk berbicara.

Rasional: Kekakuan otot, spasme tonik otot rahang dan disfagia menunjukkan

terjadinya tetanus.

5.6 Selidiki nyeri tiba-tiba/keterbatasan gerakan dengan oedema lokal/eritema

ektremitas cedera.

Rasional: Dapat mengindikasikan terjadinya osteomielitis.

5.7 Lakukan prosedur isolasi.

Rasional: Adanya drainase purulen akan memerlukan kewaspadaan luka/linen

untuk mencegah kontaminasi silang.

5.8 Berikan obat sesuai indikasi seperti antibiotik IV/topikal dan Tetanus toksoid.

13 | A s k e p S t r a i n

Page 14: BAB I Askep Strain

Rasional: Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara profilaktik atau

dapat ditujukan pada mikroorganisme khusus.

D. Implementasi

Setelah rencana keperawatan di susun, maka rencana tersebut diharapkan dalam

tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci

sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai

dengan waktu yang ditentukan. Implementasi ini juga dilakukan oleh si pembuat rencana

keperawatan dan di dalam pelaksanaan keperawatan itu kita harus menjunjung tinggi

harkat dan martabat sebagai manusia yang unik.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dilakukan untuk mengetahui

sampai dimana keberhasilan tindakan yang diberikan sehingga dapat menentukan

intervensi yang akan dilanjutkan.

14 | A s k e p S t r a i n

Page 15: BAB I Askep Strain

BAB IIIPENUTUP

3. Kesimpulan

Sprain adalah kekoyakan (avulsion) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi,

yang disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong / mendesak

pada saat berolah raga atau aktivitas kerja.

Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan

kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi robekan ligament pada sendi lutut.

Sendi-sendi lain juga dapat terkilir jika diterapkan Jaya tekanan atau tarikan yang tidak

semestinya tanpa diselingi peredaan.

Sedangkan strain adalah daya yang tidak semestinya yang diterapkan pada otot,

ligament atau tendon. Daya (force) tersebut akan meregangkan serabut-serabut tersebut clan

menyebabkan kelemahan dan mati rasa temporer serta perdarahan jika pembuluh darah clan

kapiler dalam jaringan yang sakit tersebut mengalami regangan yang berlebihan.

4. Saran

Diharapkan makalah dapat memberikan tambahan informasi bagi mahasiswa tentang

konsep teori sprain dan strain serta asuhan keperawatan pada sprain dan strain.

15 | A s k e p S t r a i n

Page 16: BAB I Askep Strain

DAFTAR PUSTAKA

Smelzer,Suzanne.C,2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.Ed

8.Jakarta;EGC

Doenges,Marlyn.E.1999.rencana asuhan keperawatan.Ed 3.Jakarta;EGC

Rachmadi, Agus. 1993. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Penerbit : AKPER

Depkes, Banjarbaru.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit : EGC, Jakarta.

Nurachman, Elly. 1989. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medical Bedah. Penerbit : EGC,

Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 . Penerbit : EGC,

Jakarta.

16 | A s k e p S t r a i n