bab i -5 jiwa ayu
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
1/45
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan yang pesat di segala bidang dan kemajuan
teknologi yang mengarah ke globalisasi mengakibatkan
adanya perubahan dalam tata kehidupan dari yang sederhana
menjadi yang modern. Adanya perubahan ini dalam masyarakat
membuat masyarakat perlu bersaing dalam menguasai sumber
daya alam sehingga akan mempengaruhi sikap dan gaya hidup
manusia yang cenderung individualistik. Perubahan yang
terjadi pada masyarakat menuntut individu untuk
menyesuaikan diri tetapi tidak semua individu bisa
menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut dan bila
terjadi kegagalan dalam menyesuaikan diri akan menimbulkan
goncangan jiwa yang disebut stres psikososial.
Apabila stres psikososial ini terjadi berkepanjangan
manusia akan jatuh ke dalam gangguan jiwa. Walaupun
timbulnya gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara
langsung namun akan menghambat dan merugikan pembangunan
bukan saja karena beban ekonomis untuk pengobatan tetapi
karena penderita tidak produktif dan efesien. Oleh karena
itu kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perawatan
kesehatan jiwa semakin meningkat mengingat banyaknya
keluhan di bidang kejiwaan seperti gangguan jiwa
skizofrenia. Skizofrenia berasal dari 2 kata yaitu Skizoyang artinya pecah dan Frenia yang artinya jiwa. Dengan
demikian skizofrenia berarti jiwa yang pecah atau retak.
Keretakan jiwa atau kepribadian ini dibuktikan dengan
adanya ketidakharmonisan antara pikiran perasaan dan
perbuatan dari orang penderita skizofrenia. Gambaran
perilaku mencolok penderita bicara kacau, isi pikir tidak
rasional, agresif, sebentar-bentar tertawa gembira atau
sebaliknya sedih, dan lain-lain.
Menurut bloom (1974), status kesehatan itu
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah
faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak sesuai dengan
keinginan akan menjadi beban dan apabila tubuh tidak mampu
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
2/45
memberikan koping yang adekuat maka akan menimbulkan
stress yang akan mengarah pada perubahan perilaku baik
yang bersifat adaptif maupun yang bersifat maladaptif.
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari
gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa
suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling
sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat
yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan
mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada
pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara
dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat
seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras
seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau
bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap
halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya.
Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya
bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris
terhadap stimulus eksternal, juga pengenalan dan pemahaman
terhadap sensoris yang diinterpretasikan oleh stimulus
yang diterima. Jika diliputi rasa kecemasan yang berat
maka kemampuan untuk menilai realita dapat terganggu.
Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap
stimulus. Persepsi juga melibatkan kognitif dan pengertian
emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi
dapat terjadi pada proses sensori penglihatan,
pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara
umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti:
Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan
dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan.
Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa
Medan ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi.
Sehingga penulis merasa tertarik untuk menulis kasus
tersebut dengan pemberian Asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi.
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
3/45
3
Tujuan
Tujuan Umum
Untuk memperoleh tentang gambaran umum asuhan
keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran di ruang camar RSJ
Dr.Radjiman wediodiningrat lawang.
Tujuan Khusus
Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai dalam
melaksanakan asuhan keperawatan terhadap klien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun
laporan kasus ini adalah metode deskriptif laporan kasus
yaitu metode yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu
dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus. Adapun
tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.
Sistematika Penulisan
Dalam penulisan kasus ini penulis membagi secaragaris besar menjadi lima bab. Adapun sistematikanya adalah
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan yang meliputi Latar belakang,
Tujuan penulisan, Metode penulisan dan Sistematika
penulisan.
BAB II Tinjauan Teori yang meliputi Konsep dasar kasus dan
Konsep dasar Asuhan keperawatan kasus. Konsep dasar
kasus menguraikan pengertian - pengertian,
psikopatologi dan penatalaksanaan medis. Konsep
dasar asuhan keperawatan kasus meliputi pengkajian,
perencanaan dan evaluasi.
BAB III Tinjauan kasus menguraikan pelaksanaan asuhan
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
4/45
keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi.
BAB IV Pembahasan yang membahas mengenai kesenjangan
asuhan keperawatan yang diberikan di lapangan
dengan teori yang seharusnya dilakukan.
BAB V Kesimpulan & saran.
Lampiran
BAB II
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
5/45
5
TIJAUAN TEORITIS
KONSEP DASAR GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
KONSEP DASAR (MASALAH UTAMA)
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
Pengertian
Persepsi
Persepsi adalah proses diterimanya rangsang
sampai rangsang itu disadari dan dimengerti
penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang.
Jadi gangguan persepsi adalah ketidakmampuan manusia
dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari
sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi
somatik dengan impuls dan stimulus eksternal dengan
maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam
membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon
dari luar dirinya.
Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat
membedakan antara fantasi dan kenyataaan. Mereka dalam
menggunakan proses pikir yang logis, membedakan dengan
pengalaman dan dapat memvalidasikan serta
mengevaluasinya secara akurat. Jika ego diliputi rasa
kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai
realitas dapat terganggu. Persepsi mengacu pada respon
reseptor sensoris terhadap stimulus eksternal.
Misalnya sensoris terhadap rangsang, pengenalan dan
pengertian akan perasaan seperti : ucapan orang, objekatau pemikiran. Persepsi melibatkan kognitif dan
pengertian emosional akan objek yang dirasakan.
Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensoris
dari pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan
pengecapan. Gangguan ini dapat bersifat ringan, berat,
sementara atau lama (Harber, Judith, 2000, hal 725).
Halusinasi
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
6/45
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
7/45
7
yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
Halusinasi pengecap: karakteristik ditandai dengan
merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
Halusinasi sinestetik: karakteristik ditandai dengan
merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
FaktorFaktor Penyebab Halusinasi
Menurut Mary Durant Thomas (2002), Halusinasi
dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti
skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan
kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan
substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan
epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan
metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek
samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti
depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik,
sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat
terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat
diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan
individu normal yaitu pada individu yang mengalami
isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya
pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan.
Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifiktidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti faktor biologis , psikologis , sosial budaya,
dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan,
biologis, pemicu masalah sumber-sumber koping dan
mekanisme koping.
Faktor Predisposisi
Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan
syarafsyaraf pusat dapat menimbulkan gangguan
realita. Gejala yang mungkin timbul adalah:
hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan
muncul perilaku menarik diri.
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
8/45
Psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respons
Psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan
Orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
Sosiobudaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan
orientasi realita
Kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam)
Kehidupan yang terisolasi disertai stress.
Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul
gangguan setelahadanya hubungan yang bermusuhan,
tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa
dan tidak berdaya
Patopsikologi
Menurut (Yosep,2007) klien yang mengalami gangguan jiwa
sebagian besar disertai halusinasi yang meliputi
beberapa tahap yaitu:
Tahap comforting
Timbul kecemasan ringan diserta gejala kesepian,
perasaan berdosa, klien biasanya mengekspresikan
stresornya dengan koping imajinasi sehinga merasasenang dan terhindar dari ancaman
Tahap condenting
Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin
meninggi selanjutnya klien merasa mendengar sesuatu,
klien merasa takut apabila orang lain ikut
mendengarkan apa yang ia rasakan sehingga timbul
perilaku kenarik diri
Tahap controling
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara
yang timbul tetapi suara tersebut terus menerus
mengikuti sehingga menyebabkan klien susah berhubungan
dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
9/45
DepersonalisasiKonsep diri positif
Harga diri rendahKesatuan identitasktualisasi diri
9
akan merasa sangat sedih
Tahap conguering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang
mengancam. Apabila tidak dikuti perilaku klien dapat
bersifat merusakatau dapat timbul perilaku suicide.
Rentang respon konsep diri.
R. Adaptif R. Maladaptif
Manifestasi Klinik
Tahap I
Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
Gerakan mata yang cepat
Respon verbal yang lambat
Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
Tahap II
Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan
ansietas misalnya
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
Penyempitan kemampuan konsenstrasi
Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin
kehilangan kemampuanuntuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.
Tahap III
Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan
oleh halusinasinya dari
pada menolaknya
Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat,
tremor,
Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
Tahap IV
Prilaku menyerang teror seperti panik
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
10/45
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh
orang lain
Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi
seperti amuk, agitasi,
menarik diri atau katatonik
Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
Pohon Masalah
Masalah Keperawatan
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan sensori/persepsi : halusinasi pendengaran
Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
Gangguan konsep diri : harga diri rendah dan kronisKetidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik
Defisit perawatan diri : mandi dan berhia
Ketidakefektifan keluarga : ketidakmampuan keluarga
merawat klien dirumah
Gangguan pemeliharaan kesehatan
Penatalaksanaan Medis
Psikofarmakologis
Obatobatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi
pendengaran
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
11/45
11
yang merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia
adalah obat obatan anti
psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :
Kelas Kimia Nama Generik (Dagang)
Fenotiazin Asetofenazin (Tindal)
Klorpromazin (Thorazine)
Flufenazine (Prolixine, Permitil)
Mesoridazin (Serentil)
Perfenazin (Trilafon)
Proklorperazin (Compazine)
Promazin (Sparine)
Tioridazin (Mellaril)
Trifluoperazin (Stelazine)
Trifluopromazin (Vesprin)
Tioksanten Klorprotiksen (Taractan)
Tiotiksen (Navane)
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg
Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)
Terapi aktivitas kelompok (TAK)
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:
HALUSINASI
Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk
mengontrol diri dan sukar untuk berhubungan dengan oranglain. Untuk itu perawat harus mempunyai kesadaran yang
tinggi agar dapat mengenal, menerima dan mengevaluasi
perasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya secara
terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
klien halusinasi perawat harus bersikap jujur, empati,
terbuka dan selalu memberi penghargaan namun tidak boleh
tenggelam juga menyangkal halusinasi yang klien alami.
Asuhan keperawatan tersebut dimulai dari tahap pengkajian
sampai dengan evaluasi.
Pengkajian
Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada
dibawah ini yaitu :
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
12/45
Faktor Predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu
untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien
maupun keluarganya, mengenai factor perkembangan
sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik
yaitu factor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu
untuk mengatasi stress.
Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan
hubungan interpersonal terganggu maka individu
akan mengalami stress dan kecemasan
Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan
seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap
lingkungan tempat klien di besarkan.
Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Dengan adanya stress yang berlebihan dialami
seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu
zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP)
Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta
adanya peran ganda yang bertentangan dan sering
diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dankecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan
orientasi realitas.
Faktor genetik
Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum
diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa
faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
Faktor Presipitasi
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman/tuntutan yang memerlukan
energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang
lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
13/45
13
klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi,
objek yang ada dilingkungan juga suasana sepi/isolasi
adalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi
karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan
kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat
halusinogenik.
Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa
curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan
bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian,
tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut
Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan
masalah halusinasi berlandaskan atas hakekat
keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang
dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-
spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari
lima dimensi yaitu:
Dimensi Fisik
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk
menanggapi rangsang eksternal yang diberikan
oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan
oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam
hingga delirium, intoksikasi alkohol dan
kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
Dimensi EmosionalPerasaan cemas yang berlebihan atas dasar
problem yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang
perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut
klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan
tersebut.
Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa
individu dengan halusinasi akan memperlihatkan
adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
14/45
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan, namun
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan
yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan
tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien.
Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi
menunjukkan adanya kecenderungan untuk
menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya,
seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri
dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia
nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem control
oleh individu tersebut, sehingga jika perintah
halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang
lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena
itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu
proses interaksi yang menimbulkan pengalaman
interpersonal yang memuaskan, serta mengusakan
klien tidak menyendiri sehingga klien selalu
berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi
tidak berlangsung.
Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial,
sehingga interaksi dengan manusia lainnya
merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada individutersebut cenderung menyendiri hingga proses
diatas tidak terjadi, individu tidak sadar
dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi
sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat
halusinasi menguasai dirinya individu kehilangan
kontrol kehidupan dirinya.
Sumber Koping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi
seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan
anxietas dengan menggunakan sumber koping
dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal
untuk menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
15/45
15
keyakinan budaya, dapat membantu seseorang
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress
danmengadopsi strategi koping yang berhasil.
Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress,
termasuk upayapenyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yangdigunakan untuk melindungi
diri
Diagnosa Keperawatan
Masalah yang dapat dirumuskan pada umumnya bersumber
dari apa yang klien perlihatkan sampai dengan adanya
halusinasi dan perubahan yang penting dari respon klien
terhadap halusinasi.
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada
klien dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
Resiko menciderai pada diri sendiri dan orang lain
berhubungan dengan halusinasi
Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan
dengan menarik diri
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga
diri rendah
Defisit perawatan diri : Mandi/kebersihan berhubungan
dengan ketidakmampuan dalam merawat diri
Perubahan proses pikir : Waham berhubungan dengan harga
diri rendah kronis
Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif berhubungandengan koping keluarga tak efektif
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan menarik
diri.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan halusinasi
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan harga
diri rendah.
Perencanaan Tindakan
Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain
berhubungan dengan halusinasi
Tujuan Umum: klien tidak menciderai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus:
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
16/45
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
17/45
17
Situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan
halusinasi
Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi,
siang, malam, atau jika sendiri, jengkel atau
sedih)
Diskusikan dengn klien apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi (marah, sedih, senang)
beri kesemapatan mengungkapkan perasaanya.
Klien dapat mengontrol halusinasinya
Kriteria hasil:
Klien dapat menyebutkan tindakan yang bisa
dilakukan untuk mengontrol halusinasinya
Klien dapat menyebutkan cara baru
Klien dapat memilih cara untuk mengatasi halusinasi
seperti yang telah didiskusikan dengan klien
Klien dapat melaksanakan cara yang dipilih untuk
mengendalikan halusinasinya
Klien dapat mengikuti TAK
Intervensi:
Identifikasi bersama klien tindakan yng bisa
dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya
Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien,
jika bermanfaat beri pujian
Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya
halusinasi:
Katakan saya tidak mau dengan kamu (nada saat
halusiansi terjadi)Menemui perawat atau teman dan keluarga untuk
bercakap-cakap dan untuk mengatakan
halusinasi yang didengar
Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar
halusinasi tidak muncul
Bantu klien untuk memilih dan melatih cara memutus
halusinasi secara bertahap
Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah
dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika
berhasil
Anjurkan klien mengikuti TAK
Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
18/45
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
19/45
19
Jelaskan tujuan pertemuan
Tunjukan sikap empati dan memerima klien apa danya
Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
Klien mampu mengenal prilaku menarik dirinya,
misalnya menyebutkan perilaku menarik diri
Intervensi
Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik
diri dan tanda-tandanya serta beri kesempatan
pada klien mengungkapkan perasaan penyebab
klien tidak mau bergaul/menarik diri
Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri,
tanda-tanda serta yang mungkin jadi penyebab
Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaan
Klien mampu mengadakan hubungan/sosialisasi dengan
orang lain: perawat atau klien lain secara
bertahap
Intervensi:
Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan
Perlahan-lahan serta klien dalam kegiatan ruangan
dengan melalui tahap-tahap yang ditentukan
Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai
Anjurkan klien mengevaluasi secara mandiri manfaat
dari berhubungan dengan berhubungan dengan oran
lain
Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukanklien mengisi waktunya
Motivasi klien dalam mengikuti aktivitas ruangan
Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan
ruangan
Klien dapat menggunakan keluarga dalam mengembangkan
kemampuan berhubungan dengan orang lain
Intervensi :
Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling
percaya dengan keluarga
Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku
menarik diri, penyebab dan cara keluarga
menghadapi
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
20/45
Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi
Anjurkan anggota keluarga secara rutin menengok
klien minimal sekali seminggu
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat dan mau berjabat tangan. Dengan
perawat mau menyebutkan nama mau memanggil nama
perawat dan mau duduk bersama
Klien dapat menyebutkan penyebab klien menarik
diri
Klien mau berhubungan dengan orang lain
Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat
berhubungan secara bertahap dengan keluarga
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga
diri rendah
Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang
lain secara bertahap
Tujuan Khusus :
Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Intervensi :
Dorong klien untuk menyebutkan aspek positip yang
ada pada dirinya dari segi fisik
Diskusikan dengan klien tentang harapan-harapannya
Diskusikan dengan klien keterampilannya yang
menonjol selama di rumah dan di rumah sakit
Berikan pujian
Menilai kemampuan diri yang dapat dipergunakanIntervensi:
Identifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi
oleh klien
Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh klien
Diskusikan strategi koping yang efektif bagi klien
Klien mampu mengevaluasi diri
Intervensi:
Bersama klien identifikasi stressor dan bagaimana
penialian klien terhadap stressor
Jelaskan bahwa keyakinan klien terhadap stressor
mempengaruhi pikiran dan perilakunya
Bersama klien identifikasi keyakinan ilustrasikan
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
21/45
21
tujuan yang tidak realistik
Bersama klien identifikasi kekuatan dan sumber
koping yang dimiliki
Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi
yang cocok
Diskusikan koping adaptif dan maladaptif
Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang
maladaptif
Klien mampu membuat perencanaan yang realistik untuk
dirinya
Intervensi :
Bantu klien untuk mengerti bahwa hanya klien yang
dapat merubah dirinya bukan orang lain
Dorong klien untuk merumuskan
perencanaan/tujuannya sendiri (bukan perawat)
Diskusikan konsekuensi dan realitas dari
perencanaan/tujuannya
Bantu klien untuk menetapkan secara jelas
perubahan yang diharapkan
Dorong klien untuk memulai pengalaman baru untuk
berkembang sesuai potensi yang ada pada dirinya
Klien mampu bertanggung jawab dalam tindakan
Intervensi :
Beri kesempatan kepada klien untuk sukses
Bantu klien mendapatkan bantuan yang diperlukan
Libatkan klien dalam kegiatan kelompok
Tingkatkan perbedaan diri pada klien didalamkeluarga sebagai individu yang unik
Beri waktu yang cukup untuk proses berubah
Beri dukungan dan reinforcement positip untuk
membantu mempertahankan kemajuan yang sudah
dimiliki klien
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat menyebut minimal 2 aspek positip dari
segi fisik
Klien dapat menyebutkan koping yang dapat
digunakan
Klien dapat menyebutkan efektifitas koping yang
dipergunakan
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
22/45
Klien mampu memulai mengevaluasi diri
Klien mampu membuat perencanaan yang realistik
sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya
Klien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang
dilakukan sesuai dengan rencanan.
Defisit perawatan diri : Mandi / kebersihan diri
berhubungan dengan ketidak mampuan dalam merawat diri
Tujuan Umum :
Klien mampu melaksanakan perawatan diri dengan baik
sehingga penampilan diri adekuat
Tujuan Khusus :
Menjelaskan arti, tujuan, tanda-tanda kebersihan diri
Intervensi :
Dorong klien untuk menyebutkan arti, tujuan dan
tanda-tanda kebersihan diri
Diskusikan tentang arti, tujuan, tanda-tanda
kebersihan diri
Dengarkan keluahan klien dengan penuh perhatian dan
empati
Berikan pujian apabila klien menyebutkan secara
benar
Mengidentifikasi kebersihan dirinya
Intervensi:
Bantu klien menilai kebersihan dirinya
Berikan pujian atas kemampuan klien menilai dirinyaMenjelasakan cara-cara membersihkan dirinya
Intervensi:
Dorong klien menyebutkan alat-alat dan cara
membersihkan diri
Diskusikan tentang alat-alat dan cara membersihkan
diri
Menjelasakan cara-cara membersihkan diri
Melakukan perawatan diri dengan bantuan perawat
Melakukan perawatan diri dengan bantuan perawat
Intervensi:
Demonstrasikan pada klien cara-cara membersihkan
diri
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
23/45
23
Bimbing klien mendemonstrasikan kembali cara-cara
membersihkan diri
Dorong klien membersihkan diri sendiri dengan
bantuan
Melakukan perawatan diri secara mandiri
Melakukan perawatan diri secara mandiri
Intervensi:
Berikan kesempatan klien untuk membersihkan diri
sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan
Dorong klien mengungkapkan manfaat yang dirasakan
setelah membersihkan diri
Beri penguatan positif atas perawatan klien
Bimbing klien membuat jadwal kegiatan untuk
membersihkan diri
Bimbing klien membersihkan diri sesuai jadwal
secara mandiri
Monitor kemampuan klien membersihkan diri sesuai
jadwal
Memberdayakan sistem pendukung untuk meningkatkan
perawatan diri
Intervensi:
Diskusikan dengan keluarga tentang ketidakmampuan
klien dalam merawat diri
Diskusikan cara membantu klien membersihkan diri
Libatkan keluarga dalam perawatan kebersihan diri
klien
Menyediakan alat-alatMembantu klien membersihkan diri
Memonitor pelaksanaan jadwal
Beri pujian
Kriteria Evaluasi :
Menyebutkan arti kebersihan diri
Menyebutkan tujuan kebersihan diri (untuk
memelihara kesehatan tubuh dan badan terasa
segar/nyaman)
Menyebutkan tanda-tanda kebersihan diri : kulit
tidak ada daki dan tidak berbau, rambut tidak
ada ketombe, kutu, tidak ada bau dan tersisir
rapi, kuku pendek dan bersih, mulut/gigi tidak
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
24/45
bau, genitalia tidak gatal dan mata tidak ada
kotoran
Menilai keadaan kebersihan dirinya
Menyebutkan cara-cara membersihkan diri dari rambut
sampai kaki
Mendemonstrasikan cara membersihkan diri secara
benar dengan bantuan perawat
Melakukan perawatan diri secara mandiri dengan
benar dan tersusun jadwal kegiatan untuk
kebersihan diri
Keluarga mampu menyebutkan cara meningkatkan
kebersihan diri klien dan keluarga dapat
membantu/terlibat aktif dalam memelihara
kebersihan diri
Perubahan proses pikir : Waham somatis berhubungan
dengan harga diri rendah kronis
Tujuan Umum :
Klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpa
merasa rendah diri
Tujuan Khusus :
Klien dapat memperluas kesadaran diri
Intervensi :
Diskusikai dengan klien kelebihan yang dimiliknya
Diskusikan kelemahan yang dimilik klien
Beritahu klien bahwa manusia tidak ada yang
sempurna, semua memiliki kelebihan dankekurangan
Beritahu klien bahwa kekurangan bisa ditutup dengan
kelebihan yang dimiliki
Anjurkan klien untuk lebih meningkatkan kelebihan
yang dimiliki
Beritahukan klien bahwa ada hikmah dibalik
kekurangan yang dimiliki
Klien dapat menyelidiki dirinya
Intervensi:
Diskusikan dengan klien ideal dirinya : Apa harapan
selama di RS, rencana klien setelah pulang dan
apa cita-cita yang ingin dicapai
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
25/45
25
Beri kesempatan klien untuk berhasil
Beri reinforcement positip terhadap keberhasilan
yang telah dicapai
Klien dapat mengevaluasi dirinya
Intervensi :
Bantu klien mengidentifikasikan kegiatan atau
keinginan yang berhasil dicapai
Kaji bagaimana perasaan klien dengan
keberhasilantersebut
Bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien dan
sebab-sebab kegagalan
Kaji bagaimana respon klien terhadap kegagalan
tersebut dan cara mengatasi
Jelaskan pada klien bahwa kegagalan yang dialami
dapatmenjadi pelajaran untuk mengatasi kesulitan
yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang
Klien dapat membuat rencana yang realistis
Intervensi:
Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin dicapai
Diskusikan dengan klien tujuan yang ingin dicapai
dengan kemampuan klien
Bantu klien memilih prioritas tujuan yang mungkin
dapat dicapainya
Beri kesempatan kepada klien untuk melakukan
kegiatan yang telah dipilih
Tunjukkan keterampilan atau keberhasilan yang telah
dicapai klienIkutsertakan klien dalam kegiatan aktivitas
kelompok
Beri reinforcement postif bila klien mau mengikuti
kegiatan kelompok
Klien mendapat dukungan keluarga yang meningkatkan
harga dirinya
Intervensi:
Diskusikan dengan keluarga tanda-tanda harga diri
rendah
Anjurkan setiap anggota keluarga untuk mengenal dan
menghargai kemampuan tiap anggota keluarga
Diskusikan dengan keluarga cara berespons terhadap
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
26/45
klien dengan harga diri rendah seperti
menghargai klien, tidak mengejek, tidak menjauhi
Anjurkan pada keluarga untuk memberikan kesempatan
berhasil pada klien
Anjurkan keluarga untuk menerima klien apa adanya
Anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam
setiap pertemuan keluarga
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada
dirinya setelah 1 kali pertemuan
Klien dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan
tidak menjadi halangan untuk mencapai
keberhasilan
Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan yang
sesuai dengan kemampuannya setelah 1 kali
pertemuan
Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah
dialami setelah 1 kali pertemuan
Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah
dialami setelah 4 kali pertemuan
Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai
setelah 1 kali pertemuan
Klien dapat membuat keputusan dan mencapai tujuan
setelah 1 kali pertemuan
Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda harga diri
rendah :
Mengatakan diri tidak berhargaTidak berguna dan tidak mampu
Pesimis
Menarik diri dari realita
Keluarga dapat berespon dan memperlakukan klien
dengan harga diri rendah secara tepat setelah 2
kali pertemuan
Penatalaksanaan regimen teraupetik inefektif berhubungan
dengan ketidak mampuan keluarga merawat klien
Tujuan Umum : Penatalaksanaan regimen teraupetik
efektif
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
27/45
27
Tujuan Khusus :
Keluarga dapat mengetahui masalah yang ditemukan
dalam merawat klien di rumah dengan cara
mengungkapkan perasaannya
Intervensi:
Bina hubungan saling percaya dengan keluarga dan
anggota keluarga yang lain:
Terima anggota keluarg apa adanya
Dengarkan keluhan keluarga dengan empati
Hindari respon mengkritik/menyalahkan saat
keluarga mengekspresikan perasaannya
Buat kontrak dengan keluarga untuk bertemu (home
visite) yaitu :
Jelaskan tujuan kunjungan
Jelaskan identitas perawat
Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya
dalam merawat klien
Keluarga dapat mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan kesehatan dalam merawat klien dengan
mengidentifikasikan sumbersumber koping yang
dimiliki
Intervensi:
Diskusikan dengan keluarga tentang tindakan/koping
yang selama ini telah digunakan oleh keluarga
Beri reinforcement positip bila keluarga
mengemukakan tindakan positip dan berhasil
Diskusikan dengan keluarga tentang alternatifkoping adaptif/sumber pendukung dalam menangani
masalah perawatan klien
Keluarga dapat menggunakan koping yang telah dipilih
dalam merawat anggota keluarga yang sakit
Intervensi:
Diskusikan dengan anggota keluarga cara yang selama
ini yang dilakukan dalam merawat klien
Berikan reinforcement positip setiap anggota
keluarga mengemukakan tindakan yang benar dan
berhasil
Jelaskan pada keluarga tentang berbagai cara yang
adaptif dalam merawat klien seperti :
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
28/45
Bersikap asertif
Komunikasi terbuka
Tidak bermusuhan/mengkritik
Memenuhi kebutuhan klien yang masih dapat
ditoleransi seperti :
Pakaian, alat-alat kebersihan diri
Libatkan klien dalam kegiatan keluarga
Keluarga dapat memodifikasi lingkungan keluarga yang
sehat dalam merawat klien di rumah
Intervensi:
Motivasi keluarga untuk menerima klien apa adanya
dengan cara :
Tidak mengeluarkan kata-kata yang mengejek dan
merendahkan
Membantu klien dalam diskusi keluarga
Menghargai klien dan memuji setiap usaha yang
adaptif
Diskusikan dengan keluarga untuk menyediakan
perlengkapan yang diperlukan klien sehari-hari
seperti :
Peralatan kebersihan diri
Alat-alat makan
Usahakan tidak membedakan barang milik klien
dengan anggota
keluarga yang lain
Diskusikan dengan keluarga untuk melatih kemampuan
klien dalam menyelesaikan masalah mulai dariyang sederhana sampai masalah kompleks
Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat
Intervensi:
Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada dan sejauh mana
keluarga telah memanfaatkannya
Jelaskan pada keluarga tentang kegunaan dan efek
samping obat serta pentingnya keteraturan minum
obat
Kriteria Evaluasi :
Keluarga mengungkapkan perasaannya secara verbal
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
29/45
29
Keluarga mengidentifikasi sumber-sumber koping yang
ada
Keluarga mengungkapkan secara verbal koping apa
yang akan dipilih
Keluarga mengidentifikasi lingkungan yang sehat
dalam merawat klien
Keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada dimasyarakat.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan menarik
diri
Tujuan Umum :
Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan
komunikasi verbal dengan perawat dan sesama pasien
dalam suatu lingkungan sosial dengan cara yang tepat
Tujuan Khusus :
Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan
pada satu topik
Pasien dapat menggunakan ketepatan kata
Pasien dapat melakukan kontak mata intermitten selama
5 menit dengan perawat dalam waktu 1 minggu
Kriteria Evaluasi :
Pasien dapat berkomunikasi dengan cara mendapat
dimengerti orang lain
Pesan non verbal pasien sesuai dengan verbalnya
Pasien dapat mengetahui bahwa disorganisasi pikiran
dan kelainan komunikasi verbal terjadi pada saatadanya peningkatan ansietas melakukan kontak kepada
pasien untuk memutuskan proses.
Intervensi :
Gunakan tehnik validasi dan klarifikasi untuk
mengerti pola komunikasi pasien
Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas
Jelaskan kepada pasien dengan cara yang dapat
mengancam bagaimana prilaku dan pembicaraannya
diterimia dan mungkin juga dihindari oleh orang
lain
Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola
komunikasi yang memuaskan kembali
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
30/45
Gangguan pola tidur berhubungan dengan panik
Tujuan Umum :
Pasien mampu tidur dalam 30 menit istirahat dan tidur
6-8 jam tanpa alat bantu tidur saat pulang
Tujuan Khusus :
Klien mampu membina hubungan saling percaya
Klien mampu mengenal prilaku panik
Klien dapat tidur dalam 30 menit istirahat dan tidur
5 jam tanpa terbangun
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat tidur dalam 30 menit setelah istirahat
Klien dapat tidur paling sedikit 6 jam berturut-turut
Pasien dapat menggunakan sedatif untuk membantu tidur
Intervensi :
Buat catatan secara rinci tentang pola tidur pasien
Berikan obat-obatan anti psikotik sebelum tidur
Bantu dengan tindakan-tindakan yang dapat menambah
waktu tidur, kehangatan dan minuman yang tidak
merangsang
Lakukan latihan relaksasi menggunakan musik yang
lembut sebelum tidur mungkin membantuBatasi masukan minuman yang mengandung kafein
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan rendah
diri
Tujuan Umum :
Klien dapat mendemonstrasikan lebih banyak penggunaan
keterampilan koping adaptif yang dibuktikan oleh
adanya kesesuaian antara interaksi dan keinginan
untuk berpartisipasi dalam masyarakat
Tujuan Khusus :
Pasien akan mengembangkan rasa percaya kepada 1 orang
perawatdalam 1 minggu
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
31/45
31
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat menilai situasi realistis dan tidak
melakukan tindakan proyeksi perasaannya dalam
lingkungan tersebut
Klien dapat mengakui dan mengklarifikasi kemungkinan
salah interpretasi terhadap prilaku dan perkataan
orang lain
Klien dapat berinteraksi secara kooperatif
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya
Hindari kontak fisik
Motivasi klien untuk mengatakan perasaan yang
sebenarnya dan perawat menghindari sikap penolakan
terhadap perasaan marah pasien dan Jangan berikan
kegiatan yang bersifat kompetitif.
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
32/45
YaTidak berhasil
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA TN I DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:HALUSINASI PENDENGARAN
DIRUANG CAMAR RSJ DR. RADJIMAN W. LAWANG
PENGKAJIAN
Tanggal MRS :25 Agustus 2012
Tanggal pengkajian :27 Agustus 2012
Ruang rawat :Camar
NO RM :064294
IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn.I (laki-laki)
Umur : 26 tahun
Informant : TnG (ayah kandung)
ALASANMASUK
Marah-marah,tidak bisa tidur, mondar mandir, sering
mendengar bisikan yang tidak jelas, tertawa sendiri
FAKTORPREDISPOSISIPernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Pengobatan sebelumnya :
Aniaya fisik :
Penolakan :
Kekerasan dalam rumah tangga :
Tindakan kriminal :
Penjelasan : klien pernah dirawat di RSJ Lawang, klien
sakit sejak tahun 1998 dengan gejala marah-marah tanpa
sebab, berbicara sendiri, sering mendengar bisikan dan
suara-suara yang tidak jelas. Klien sering dirawat di
RSJ Lawang ini merupakan perawatan yang ke 6 kalinya
yang terakhir klien dirawat inap tanggal 18 September
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
33/45
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
34/45
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
35/45
35
Klien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara, klien
tinggal serumah bersama ayah dan ibunya, klien belum
pernah menikah, klien diasuh oleh kedua orangtuanya
dan klien paling dekat dengan ibu dan ayahnya.
Konsep diri :
Citra tubuh : saya menyukai semua anggota tubuh
saya terutama rambut, saya tidak senang rambut
saya panjang, saya senang sama rambut yang
sekarang ini yaitu pendek.
Identitas diri :Klien mengenali dirinya sendiri
sebagai seorang adik laki-laki, nama saya I anak
ke 2 dari 2 bersaudara dan umur saya 26 tahun,
saya tinggal di tuban dan belum menikah.
Peran diri :Klien mengatakan bahwa dirinya
merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara saya
merupakan seorang anak laki-laki, dan saya tidak
bekerja.
Ideal Diri : saya ingin cepat sembuh dari sakit
saya alami sekarang dan segera pulang, dan segera
berkumpul dengan keluarga agar bisa bersama-sama
lagi.
Harga Diri : tidak terkaji
MK : tidak ada masalah keperawatan
Hubungan Sosial:
Orang yang berarti
Dirumah : orang yang paling berarti dalam hidupsaya adalah ibu dan ayah
Dirumah sakit : tidak ada orang yang berarti
dirumah sakit ini, selain klien ingin cepat
sembuh.
Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat/
hubungan sosial:
Dirumah : saya tidak pernah mengikuti kegiatan
yang ada dilingkungan sekitar karena malu
Dirumah sakit : klien selalu menyendiri, klien
males untuk berinteraksi dengan orang lain,
lesu, dan selalu tidur ditempat tidur.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
36/45
Dirumah : saya males keluar rumah karena saya
malu.
Dirumah sakit : klien lebih suka tidur dari pada
berinteraksi dengan orang lain atau temannya,
menyendiri, dan suka berbicara sendiri
MK : isolasi sosial
SPIRITUAL:
Nilai dan keyakinan
Agama saya islam, saya yakin, tidak tau, saya
bingung
Kegiatan ibadah
Di rumah : saya jarang melaksanakan sholat 5 waktu
karena lupa
Di rumah sakit : sama seperti dirumah mbak
MK : Tidak ada masalah keperawatan
STATUS MENTAL
Penampilan
Kurang rapi, baju acak-accakan, celana kedodoran,
rambut acak-acakan, muka kusam, gigi sedikit
menguning, kulit bersisik, kuku pendek, belum
mandi, cara makan baik, BAB/BAK dikamar mandi,
klien mandi jika dimotivasi oleh perawat.
MK : Defisit perawatan diri : mandi
Pembicaraan
Lambat: klien berbicara lambat, volume suara lembutdan pelan, bicara sedikit dan tidak mampu memulai
pembicaraan.
MK : Kerusakan komunikasi
Aktivitas motorik
Klien lesu, banyak diam, banyak berbaring ditempat
tidur, dan beraktivitas bila di suruh.
MK : Intoleransi aktivitas
Alam perasaan
saya sedih mbak, saya bingung, saya malu, saya
mau pulang
MK : Harga diri rendah
Afek
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
37/45
37
Datar : saat diajak bergurau ekspresi klien datar
atau tidak menunjukkan ekspresi apapun.
MK : kerusakan komunikasi
Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang : kooperatif, kontak mata
kurang, jarang mau menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh perawat.
MK : Tidak ada masalah keperawatan
Persepsi sensori
DS: Saya sering mendengar suara bisikan yang tidak
jelas, suara itu sering muncul pada malam hari dan
pagi hari
DO: klien berbicara sendiri, tertawa sendiri,
menyendiri dan melamun
MK : halusinasi pendengaran.
Proses pikir
Arus pikir
Arus pikir tidak inkoheren, klien dapat menjawab
pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan,
misalnya: siapa nama klien, umurnya berapa,
alamatnya dimana, siapa nama ayah dan ibu.
Bentuk pikir
Bentuk piker otistik : klien tidak perduli dengan
lingkungan sekitarnya Karena asyik bicara sendiri.
MK: tidak ada masalah keperawatan
Isi Pikir
saya malu dengan penyakit saya, saya mau matisaja
MK: harga diri rendah
Tingkat kesadaran
Kuantitas : kesadaran compos mentis
Kualitas : bingung, klien tidak mampu berhubungan
secara relita
Orentasi
Waktu : sekarang jam 4 sore
Tempat: saya sekarang berada di rumah sakit
jiwa
Orang : baik, klien dapat mengenali perawat
MK: tidak ada masalah keperawatan
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
38/45
Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Saat ditanya dulu kerja dimana? saya tidak
bekerja, dulu sekolah dimana? sekolah dituban
Gangguan daya ingat jangka pendek
Saat ditanya siapa yang bawa kesini? bapak
Gangguan daya ingat saat ini
Saat ditanya sudah makan, minum obat, dan
sholat? sudah mbak
MK : Masalah keperawatan tidak ada
Tingkat konsentrasi dan berhitung
Saat diajak berbincang-bincang, Klien mampu
berkonsentasi dan berhitung sederhana,terbuki
10+5+3=18 dan 10-9-1=0, konsentrasi kilen baik saat
wawancara terlihat dari klien mampu menjawab
pertanyaan maupun perhitungan yang diberikan.
MK: Masalah keperawatan tidak ada
Kemampuan penilaian
Klien memiliki kemampuan penilaian yang baik,
terbukti saat perawat bertanya apakha mas sudah
mandi ? kemudian klien menjawab tidak nanti saja
karena sekarang dingin saat ditanya mas mau atau
tidak kenalan dengan teman saya? mau mbak
MK : masalah keperawatan tidak ada
Daya tilik diriKlien menyadari bahwa dirinya sakit tetapi tidak
menyadari pentingnya pengobatan serta perawatan.
MK : Masalah keperawatan tidak ada
KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
Makan
Klien bisa makan sendiri, selesai makan alat makan
diletakkan pada tempatnya
BAB/BAK
Klien BAB/BAK dikamar mandi tanpa bantuan orang
lain
Mandi
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
39/45
39
Klien mandi dikamar mandi tanpa bantuan orang lain
tetapi masih dimotivasi oleh perawat.
Berpakaian / berhias
Klien mengganti baju sendiri tanpa bantuan orang
lain tetapi masih dimotivasi oleh perawat
Istirahat dan tidur
Klien tidur tidak tentu, tetapi klien sering
ditempat tidur
Penggunaan obat
Klien bisa minum obat sendiri tanpa bantuan dari
orang lain
Pemeliharaan kesehatan
Klien membutuhkan perawatan lebih lanjut dan klien
membutuhkan dukungan dari keluarga
Aktivitas didalam rumah
yang mempersiapkan makanan, mencuci piring, dan
mengatur uang adalah ibu
Aktivitas diluar rumah
saya tidak bekerja, lebih suka diam dirumah
MK: tidak ada masalah keperawatan
MEKANISMEKOPING
Adaptif
Selama pengkajian, klien kooperatif dan mau
merespon/menjawab pertanyaan perawat.
Maladaptif
Klien mengatakan jika ada masalah, klien tidakcerita dan dipendam sendiri.
MK : Koping individu tidak efekrif
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan tidak punya masalah dengan keluarga
dan masyarakat sekitar rumahnya.
Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien kurang berinteraksi dengan temannya Klien juga
kurang berinteraksi dengan keluarga.
Masalah dengan pendidikan
Tidak ada
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
40/45
Masalah dengan pekerjaan
saya tidak bekerja
Masalah dengan perumahan
tidak ada
Masalah dengan ekonomi
Klien mengatakan orang miskin
Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan
Klien pernah dirawat di RSJ Dr. Radjiman
Widiodiningrat Lawang.
MK: tidak ada masalah keperawatan
PENGETAHUAN
DS: tidak tau mbak
DO: Klien tidak mengetahui tentang penyakit gangguan
jiwa
MK: defisit pengetahuan tentang proses penyakit
ASPEK MEDIK
Diagnosa medis : skizofrenia hebefrenik berulang
Terapi medis : tablet haloperidol 5mg 1-0-1
Tablet clohrfrmazine 100mg 0-0-1
DAFTARMASALAH KEPERAWATAN
Resiko perilaku kekerasan
Regimen koping in efektif
Isolasi sosial
Defisit perawatan diri: mandi
Kerusakan komunikasi
Intoleransi aktivitasHarga diri rendah
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
Koping individu in efektif
Defisit pengetahuan tentang proses penyakit
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
41/45
41
ANALISA DATA
No Tgl Analisa data Masalah Paraf
1 2 3 4 5
1. 23-07-
2012
DS: Saya sering mendengar suara
bisikan yang tidak jelas,
suara itu sering muncul pada
malam hari dan pagi hari
DO: klien berbicara sendiri,
tertawa sendiri, menyendiri
dan melamun
Gangguan
persepsi
sensori:
halusinasi
pendengaran
2. 23-07-
2012
DS : menurut status sakit, klien
pernah dirawat di RSJ Lawang,
klien sakit sejak tahun 1998
dengan gejala marah-marah tanpa
sebab, berbicara sendiri, sering
mendengar bisikan dan suara-suara
yang tidak jelas. Klien sering
dirawat di RSJ Lawang ini
merupakan perawatan yang ke 6
kalinya yang terakhir klien
dirawat inap tanggal 18 September
2010 pulang dengan keadaan
sembuh. Klien terakhir kontrolbulan April 2011 dan tidak minum
obat dan saat dirumah 2 minggu
kambuh lagi dengan gejala marah-
marah, tidak bisa tidur, sering
mendengar bisikan dan suara yang
tidak jelas, sering berbicara
sendiri, tertawa sendiri, naik
keatas genteng dan pohon.
DO : -
Resiko
perilaku
kekerasan
3. DS : menurut status klien,
Pengobatan sebelumnya tidak
berhasil karena sudah 18 bulan
Regimen
koping
inefektif
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
42/45
tidak pernah kontrol dan tidak
minum obat kemudian kambuh lagi,
bertambah parah 3 hari.
DO: -
4. DS :
Tidak ada orang yang berarti
dirumah sakit ini, selain klien
ingin cepat sembuh.
saya tidak pernah mengikuti
kegiatan yang ada dilingkungansekitar karena malu
saya males keluar rumah karena
saya malu.
DO :
klien selalu menyendiri
klien males untuk berinteraksi
dengan orang lain
lesu
klien lebih suka tidur dari pada
berinteraksi dengan orang lain
suka berbicara sendiri
Isolasi
social
5. DS: -
DO:
Kurang rapi, baju acak-accakan,
celana kedodoran, rambut acak-
acakan, muka kusam, gigi
sedikit menguning, kulit
bersisik, kuku pendek, belum
mandi, cara makan baik, BAB/BAK
dikamar mandi, klien mandi jika
dimotivasi oleh perawat.
Defisit
perawatan
diri: mandi
6. DS:-
DO:
Lambat: klien berbicara lambat,
Kerusakan
komunikasi
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
43/45
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
44/45
Regimen koping inefektifDefisit pengetahuan tentang proses penyakitp
ing individu in efektif Harga diri rendah
Isolasi sosial
Intoleransi aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS
Gangguan perspsi sensori : halusinasi dengar
Isolasi sosial
Defisit perawatan diri
Intoleransi aktivitas
Harga diri rendah
-
7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu
45/45
45
Kerusakan komunikasi
Resiko perilaku kekerasan
Regimen koping in efektif
Koping individu inefektif
Kurang pengetahuan
Diagnosa Prioritas
Gangguan perspsi sensori : halusinasi dengar