bab i -5 jiwa ayu

Upload: fika-safitry

Post on 04-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    1/45

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Pembangunan yang pesat di segala bidang dan kemajuan

    teknologi yang mengarah ke globalisasi mengakibatkan

    adanya perubahan dalam tata kehidupan dari yang sederhana

    menjadi yang modern. Adanya perubahan ini dalam masyarakat

    membuat masyarakat perlu bersaing dalam menguasai sumber

    daya alam sehingga akan mempengaruhi sikap dan gaya hidup

    manusia yang cenderung individualistik. Perubahan yang

    terjadi pada masyarakat menuntut individu untuk

    menyesuaikan diri tetapi tidak semua individu bisa

    menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut dan bila

    terjadi kegagalan dalam menyesuaikan diri akan menimbulkan

    goncangan jiwa yang disebut stres psikososial.

    Apabila stres psikososial ini terjadi berkepanjangan

    manusia akan jatuh ke dalam gangguan jiwa. Walaupun

    timbulnya gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara

    langsung namun akan menghambat dan merugikan pembangunan

    bukan saja karena beban ekonomis untuk pengobatan tetapi

    karena penderita tidak produktif dan efesien. Oleh karena

    itu kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perawatan

    kesehatan jiwa semakin meningkat mengingat banyaknya

    keluhan di bidang kejiwaan seperti gangguan jiwa

    skizofrenia. Skizofrenia berasal dari 2 kata yaitu Skizoyang artinya pecah dan Frenia yang artinya jiwa. Dengan

    demikian skizofrenia berarti jiwa yang pecah atau retak.

    Keretakan jiwa atau kepribadian ini dibuktikan dengan

    adanya ketidakharmonisan antara pikiran perasaan dan

    perbuatan dari orang penderita skizofrenia. Gambaran

    perilaku mencolok penderita bicara kacau, isi pikir tidak

    rasional, agresif, sebentar-bentar tertawa gembira atau

    sebaliknya sedih, dan lain-lain.

    Menurut bloom (1974), status kesehatan itu

    dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah

    faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak sesuai dengan

    keinginan akan menjadi beban dan apabila tubuh tidak mampu

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    2/45

    memberikan koping yang adekuat maka akan menimbulkan

    stress yang akan mengarah pada perubahan perilaku baik

    yang bersifat adaptif maupun yang bersifat maladaptif.

    Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari

    gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa

    suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling

    sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat

    yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan

    mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada

    pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara

    dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat

    seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras

    seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau

    bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap

    halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya.

    Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya

    bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.

    Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris

    terhadap stimulus eksternal, juga pengenalan dan pemahaman

    terhadap sensoris yang diinterpretasikan oleh stimulus

    yang diterima. Jika diliputi rasa kecemasan yang berat

    maka kemampuan untuk menilai realita dapat terganggu.

    Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap

    stimulus. Persepsi juga melibatkan kognitif dan pengertian

    emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi

    dapat terjadi pada proses sensori penglihatan,

    pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara

    umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti:

    Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan

    dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan.

    Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa

    Medan ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi.

    Sehingga penulis merasa tertarik untuk menulis kasus

    tersebut dengan pemberian Asuhan keperawatan mulai dari

    pengkajian sampai dengan evaluasi.

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    3/45

    3

    Tujuan

    Tujuan Umum

    Untuk memperoleh tentang gambaran umum asuhan

    keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan persepsi

    sensori: halusinasi pendengaran di ruang camar RSJ

    Dr.Radjiman wediodiningrat lawang.

    Tujuan Khusus

    Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan

    gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

    Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan gangguan

    persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

    Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan

    gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

    Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai dalam

    melaksanakan asuhan keperawatan terhadap klien dengan

    gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

    Metode Penulisan

    Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun

    laporan kasus ini adalah metode deskriptif laporan kasus

    yaitu metode yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu

    dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus. Adapun

    tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,

    observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.

    Sistematika Penulisan

    Dalam penulisan kasus ini penulis membagi secaragaris besar menjadi lima bab. Adapun sistematikanya adalah

    sebagai berikut :

    BAB I Pendahuluan yang meliputi Latar belakang,

    Tujuan penulisan, Metode penulisan dan Sistematika

    penulisan.

    BAB II Tinjauan Teori yang meliputi Konsep dasar kasus dan

    Konsep dasar Asuhan keperawatan kasus. Konsep dasar

    kasus menguraikan pengertian - pengertian,

    psikopatologi dan penatalaksanaan medis. Konsep

    dasar asuhan keperawatan kasus meliputi pengkajian,

    perencanaan dan evaluasi.

    BAB III Tinjauan kasus menguraikan pelaksanaan asuhan

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    4/45

    keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi.

    BAB IV Pembahasan yang membahas mengenai kesenjangan

    asuhan keperawatan yang diberikan di lapangan

    dengan teori yang seharusnya dilakukan.

    BAB V Kesimpulan & saran.

    Lampiran

    BAB II

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    5/45

    5

    TIJAUAN TEORITIS

    KONSEP DASAR GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

    KONSEP DASAR (MASALAH UTAMA)

    Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

    Pengertian

    Persepsi

    Persepsi adalah proses diterimanya rangsang

    sampai rangsang itu disadari dan dimengerti

    penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang.

    Jadi gangguan persepsi adalah ketidakmampuan manusia

    dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari

    sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi

    somatik dengan impuls dan stimulus eksternal dengan

    maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam

    membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon

    dari luar dirinya.

    Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat

    membedakan antara fantasi dan kenyataaan. Mereka dalam

    menggunakan proses pikir yang logis, membedakan dengan

    pengalaman dan dapat memvalidasikan serta

    mengevaluasinya secara akurat. Jika ego diliputi rasa

    kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai

    realitas dapat terganggu. Persepsi mengacu pada respon

    reseptor sensoris terhadap stimulus eksternal.

    Misalnya sensoris terhadap rangsang, pengenalan dan

    pengertian akan perasaan seperti : ucapan orang, objekatau pemikiran. Persepsi melibatkan kognitif dan

    pengertian emosional akan objek yang dirasakan.

    Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensoris

    dari pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan

    pengecapan. Gangguan ini dapat bersifat ringan, berat,

    sementara atau lama (Harber, Judith, 2000, hal 725).

    Halusinasi

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    6/45

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    7/45

    7

    yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik

    datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

    Halusinasi pengecap: karakteristik ditandai dengan

    merasakan sesuatu yang busuk, amis dan

    menjijikkan.

    Halusinasi sinestetik: karakteristik ditandai dengan

    merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir

    melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau

    pembentukan urine.

    FaktorFaktor Penyebab Halusinasi

    Menurut Mary Durant Thomas (2002), Halusinasi

    dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti

    skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan

    kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan

    substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan

    epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan

    metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek

    samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti

    depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik,

    sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat

    terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat

    diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan

    individu normal yaitu pada individu yang mengalami

    isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya

    pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan.

    Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifiktidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya

    seperti faktor biologis , psikologis , sosial budaya,

    dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan,

    biologis, pemicu masalah sumber-sumber koping dan

    mekanisme koping.

    Faktor Predisposisi

    Biologis

    Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan

    syarafsyaraf pusat dapat menimbulkan gangguan

    realita. Gejala yang mungkin timbul adalah:

    hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan

    muncul perilaku menarik diri.

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    8/45

    Psikologis

    Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat

    mempengaruhi respons

    Psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat

    mempengaruhi gangguan

    Orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan

    kekerasan dalam rentang hidup klien.

    Sosiobudaya

    Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan

    orientasi realita

    Kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,

    kerusuhan, bencana alam)

    Kehidupan yang terisolasi disertai stress.

    Faktor Presipitasi

    Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul

    gangguan setelahadanya hubungan yang bermusuhan,

    tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa

    dan tidak berdaya

    Patopsikologi

    Menurut (Yosep,2007) klien yang mengalami gangguan jiwa

    sebagian besar disertai halusinasi yang meliputi

    beberapa tahap yaitu:

    Tahap comforting

    Timbul kecemasan ringan diserta gejala kesepian,

    perasaan berdosa, klien biasanya mengekspresikan

    stresornya dengan koping imajinasi sehinga merasasenang dan terhindar dari ancaman

    Tahap condenting

    Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin

    meninggi selanjutnya klien merasa mendengar sesuatu,

    klien merasa takut apabila orang lain ikut

    mendengarkan apa yang ia rasakan sehingga timbul

    perilaku kenarik diri

    Tahap controling

    Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara

    yang timbul tetapi suara tersebut terus menerus

    mengikuti sehingga menyebabkan klien susah berhubungan

    dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    9/45

    DepersonalisasiKonsep diri positif

    Harga diri rendahKesatuan identitasktualisasi diri

    9

    akan merasa sangat sedih

    Tahap conguering

    Klien merasa panik, suara atau ide yang datang

    mengancam. Apabila tidak dikuti perilaku klien dapat

    bersifat merusakatau dapat timbul perilaku suicide.

    Rentang respon konsep diri.

    R. Adaptif R. Maladaptif

    Manifestasi Klinik

    Tahap I

    Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai

    Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

    Gerakan mata yang cepat

    Respon verbal yang lambat

    Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan

    Tahap II

    Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan

    ansietas misalnya

    peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah

    Penyempitan kemampuan konsenstrasi

    Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin

    kehilangan kemampuanuntuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.

    Tahap III

    Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan

    oleh halusinasinya dari

    pada menolaknya

    Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain

    Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik

    Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat,

    tremor,

    Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk

    Tahap IV

    Prilaku menyerang teror seperti panik

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    10/45

    Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh

    orang lain

    Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi

    seperti amuk, agitasi,

    menarik diri atau katatonik

    Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks

    Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

    Pohon Masalah

    Masalah Keperawatan

    Isolasi sosial : menarik diri

    Gangguan sensori/persepsi : halusinasi pendengaran

    Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri

    Gangguan konsep diri : harga diri rendah dan kronisKetidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik

    Defisit perawatan diri : mandi dan berhia

    Ketidakefektifan keluarga : ketidakmampuan keluarga

    merawat klien dirumah

    Gangguan pemeliharaan kesehatan

    Penatalaksanaan Medis

    Psikofarmakologis

    Obatobatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi

    pendengaran

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    11/45

    11

    yang merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia

    adalah obat obatan anti

    psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :

    Kelas Kimia Nama Generik (Dagang)

    Fenotiazin Asetofenazin (Tindal)

    Klorpromazin (Thorazine)

    Flufenazine (Prolixine, Permitil)

    Mesoridazin (Serentil)

    Perfenazin (Trilafon)

    Proklorperazin (Compazine)

    Promazin (Sparine)

    Tioridazin (Mellaril)

    Trifluoperazin (Stelazine)

    Trifluopromazin (Vesprin)

    Tioksanten Klorprotiksen (Taractan)

    Tiotiksen (Navane)

    Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg

    Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg

    Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg

    Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg

    Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)

    Terapi aktivitas kelompok (TAK)

    ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:

    HALUSINASI

    Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk

    mengontrol diri dan sukar untuk berhubungan dengan oranglain. Untuk itu perawat harus mempunyai kesadaran yang

    tinggi agar dapat mengenal, menerima dan mengevaluasi

    perasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya secara

    terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

    klien halusinasi perawat harus bersikap jujur, empati,

    terbuka dan selalu memberi penghargaan namun tidak boleh

    tenggelam juga menyangkal halusinasi yang klien alami.

    Asuhan keperawatan tersebut dimulai dari tahap pengkajian

    sampai dengan evaluasi.

    Pengkajian

    Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada

    dibawah ini yaitu :

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    12/45

    Faktor Predisposisi.

    Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan

    jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu

    untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien

    maupun keluarganya, mengenai factor perkembangan

    sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik

    yaitu factor resiko yang mempengaruhi jenis dan

    jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu

    untuk mengatasi stress.

    Faktor Perkembangan

    Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan

    hubungan interpersonal terganggu maka individu

    akan mengalami stress dan kecemasan

    Faktor Sosiokultural

    Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan

    seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap

    lingkungan tempat klien di besarkan.

    Faktor Biokimia

    Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan

    jiwa. Dengan adanya stress yang berlebihan dialami

    seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu

    zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia

    seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP)

    Faktor Psikologis

    Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta

    adanya peran ganda yang bertentangan dan sering

    diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dankecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan

    orientasi realitas.

    Faktor genetik

    Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum

    diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa

    faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat

    berpengaruh pada penyakit ini.

    Faktor Presipitasi

    Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu

    sebagai tantangan, ancaman/tuntutan yang memerlukan

    energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang

    lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    13/45

    13

    klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi,

    objek yang ada dilingkungan juga suasana sepi/isolasi

    adalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi

    karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan

    kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat

    halusinogenik.

    Perilaku

    Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa

    curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan

    bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian,

    tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat

    membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut

    Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan

    masalah halusinasi berlandaskan atas hakekat

    keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang

    dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-

    spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari

    lima dimensi yaitu:

    Dimensi Fisik

    Manusia dibangun oleh sistem indera untuk

    menanggapi rangsang eksternal yang diberikan

    oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan

    oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan

    yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam

    hingga delirium, intoksikasi alkohol dan

    kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.

    Dimensi EmosionalPerasaan cemas yang berlebihan atas dasar

    problem yang tidak dapat diatasi merupakan

    penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari

    halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan

    menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang

    perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut

    klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan

    tersebut.

    Dimensi Intelektual

    Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa

    individu dengan halusinasi akan memperlihatkan

    adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    14/45

    halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri

    untuk melawan impuls yang menekan, namun

    merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan

    yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan

    tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien.

    Dimensi Sosial

    Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi

    menunjukkan adanya kecenderungan untuk

    menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya,

    seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi

    kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri

    dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia

    nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem control

    oleh individu tersebut, sehingga jika perintah

    halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang

    lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena

    itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi

    keperawatan klien dengan mengupayakan suatu

    proses interaksi yang menimbulkan pengalaman

    interpersonal yang memuaskan, serta mengusakan

    klien tidak menyendiri sehingga klien selalu

    berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi

    tidak berlangsung.

    Dimensi Spiritual

    Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial,

    sehingga interaksi dengan manusia lainnya

    merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada individutersebut cenderung menyendiri hingga proses

    diatas tidak terjadi, individu tidak sadar

    dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi

    sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat

    halusinasi menguasai dirinya individu kehilangan

    kontrol kehidupan dirinya.

    Sumber Koping

    Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi

    seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan

    anxietas dengan menggunakan sumber koping

    dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal

    untuk menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    15/45

    15

    keyakinan budaya, dapat membantu seseorang

    mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress

    danmengadopsi strategi koping yang berhasil.

    Mekanisme Koping

    Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress,

    termasuk upayapenyelesaian masalah langsung dan

    mekanisme pertahanan yangdigunakan untuk melindungi

    diri

    Diagnosa Keperawatan

    Masalah yang dapat dirumuskan pada umumnya bersumber

    dari apa yang klien perlihatkan sampai dengan adanya

    halusinasi dan perubahan yang penting dari respon klien

    terhadap halusinasi.

    Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada

    klien dengan halusinasi adalah sebagai berikut :

    Resiko menciderai pada diri sendiri dan orang lain

    berhubungan dengan halusinasi

    Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan

    dengan menarik diri

    Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga

    diri rendah

    Defisit perawatan diri : Mandi/kebersihan berhubungan

    dengan ketidakmampuan dalam merawat diri

    Perubahan proses pikir : Waham berhubungan dengan harga

    diri rendah kronis

    Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif berhubungandengan koping keluarga tak efektif

    Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan menarik

    diri.

    Gangguan pola tidur berhubungan dengan halusinasi

    Koping individu tidak efektif berhubungan dengan harga

    diri rendah.

    Perencanaan Tindakan

    Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain

    berhubungan dengan halusinasi

    Tujuan Umum: klien tidak menciderai diri sendiri,

    orang lain dan lingkungan.

    Tujuan khusus:

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    16/45

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    17/45

    17

    Situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan

    halusinasi

    Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi,

    siang, malam, atau jika sendiri, jengkel atau

    sedih)

    Diskusikan dengn klien apa yang dirasakan jika

    terjadi halusinasi (marah, sedih, senang)

    beri kesemapatan mengungkapkan perasaanya.

    Klien dapat mengontrol halusinasinya

    Kriteria hasil:

    Klien dapat menyebutkan tindakan yang bisa

    dilakukan untuk mengontrol halusinasinya

    Klien dapat menyebutkan cara baru

    Klien dapat memilih cara untuk mengatasi halusinasi

    seperti yang telah didiskusikan dengan klien

    Klien dapat melaksanakan cara yang dipilih untuk

    mengendalikan halusinasinya

    Klien dapat mengikuti TAK

    Intervensi:

    Identifikasi bersama klien tindakan yng bisa

    dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya

    Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien,

    jika bermanfaat beri pujian

    Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya

    halusinasi:

    Katakan saya tidak mau dengan kamu (nada saat

    halusiansi terjadi)Menemui perawat atau teman dan keluarga untuk

    bercakap-cakap dan untuk mengatakan

    halusinasi yang didengar

    Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar

    halusinasi tidak muncul

    Bantu klien untuk memilih dan melatih cara memutus

    halusinasi secara bertahap

    Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah

    dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika

    berhasil

    Anjurkan klien mengikuti TAK

    Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    18/45

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    19/45

    19

    Jelaskan tujuan pertemuan

    Tunjukan sikap empati dan memerima klien apa danya

    Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan

    dasar klien

    Klien mampu mengenal prilaku menarik dirinya,

    misalnya menyebutkan perilaku menarik diri

    Intervensi

    Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik

    diri dan tanda-tandanya serta beri kesempatan

    pada klien mengungkapkan perasaan penyebab

    klien tidak mau bergaul/menarik diri

    Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri,

    tanda-tanda serta yang mungkin jadi penyebab

    Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan

    perasaan

    Klien mampu mengadakan hubungan/sosialisasi dengan

    orang lain: perawat atau klien lain secara

    bertahap

    Intervensi:

    Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan

    Perlahan-lahan serta klien dalam kegiatan ruangan

    dengan melalui tahap-tahap yang ditentukan

    Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai

    Anjurkan klien mengevaluasi secara mandiri manfaat

    dari berhubungan dengan berhubungan dengan oran

    lain

    Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukanklien mengisi waktunya

    Motivasi klien dalam mengikuti aktivitas ruangan

    Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan

    ruangan

    Klien dapat menggunakan keluarga dalam mengembangkan

    kemampuan berhubungan dengan orang lain

    Intervensi :

    Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling

    percaya dengan keluarga

    Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku

    menarik diri, penyebab dan cara keluarga

    menghadapi

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    20/45

    Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi

    Anjurkan anggota keluarga secara rutin menengok

    klien minimal sekali seminggu

    Kriteria Evaluasi :

    Klien dapat dan mau berjabat tangan. Dengan

    perawat mau menyebutkan nama mau memanggil nama

    perawat dan mau duduk bersama

    Klien dapat menyebutkan penyebab klien menarik

    diri

    Klien mau berhubungan dengan orang lain

    Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat

    berhubungan secara bertahap dengan keluarga

    Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga

    diri rendah

    Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang

    lain secara bertahap

    Tujuan Khusus :

    Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

    Intervensi :

    Dorong klien untuk menyebutkan aspek positip yang

    ada pada dirinya dari segi fisik

    Diskusikan dengan klien tentang harapan-harapannya

    Diskusikan dengan klien keterampilannya yang

    menonjol selama di rumah dan di rumah sakit

    Berikan pujian

    Menilai kemampuan diri yang dapat dipergunakanIntervensi:

    Identifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi

    oleh klien

    Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh klien

    Diskusikan strategi koping yang efektif bagi klien

    Klien mampu mengevaluasi diri

    Intervensi:

    Bersama klien identifikasi stressor dan bagaimana

    penialian klien terhadap stressor

    Jelaskan bahwa keyakinan klien terhadap stressor

    mempengaruhi pikiran dan perilakunya

    Bersama klien identifikasi keyakinan ilustrasikan

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    21/45

    21

    tujuan yang tidak realistik

    Bersama klien identifikasi kekuatan dan sumber

    koping yang dimiliki

    Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi

    yang cocok

    Diskusikan koping adaptif dan maladaptif

    Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang

    maladaptif

    Klien mampu membuat perencanaan yang realistik untuk

    dirinya

    Intervensi :

    Bantu klien untuk mengerti bahwa hanya klien yang

    dapat merubah dirinya bukan orang lain

    Dorong klien untuk merumuskan

    perencanaan/tujuannya sendiri (bukan perawat)

    Diskusikan konsekuensi dan realitas dari

    perencanaan/tujuannya

    Bantu klien untuk menetapkan secara jelas

    perubahan yang diharapkan

    Dorong klien untuk memulai pengalaman baru untuk

    berkembang sesuai potensi yang ada pada dirinya

    Klien mampu bertanggung jawab dalam tindakan

    Intervensi :

    Beri kesempatan kepada klien untuk sukses

    Bantu klien mendapatkan bantuan yang diperlukan

    Libatkan klien dalam kegiatan kelompok

    Tingkatkan perbedaan diri pada klien didalamkeluarga sebagai individu yang unik

    Beri waktu yang cukup untuk proses berubah

    Beri dukungan dan reinforcement positip untuk

    membantu mempertahankan kemajuan yang sudah

    dimiliki klien

    Kriteria Evaluasi :

    Klien dapat menyebut minimal 2 aspek positip dari

    segi fisik

    Klien dapat menyebutkan koping yang dapat

    digunakan

    Klien dapat menyebutkan efektifitas koping yang

    dipergunakan

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    22/45

    Klien mampu memulai mengevaluasi diri

    Klien mampu membuat perencanaan yang realistik

    sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya

    Klien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang

    dilakukan sesuai dengan rencanan.

    Defisit perawatan diri : Mandi / kebersihan diri

    berhubungan dengan ketidak mampuan dalam merawat diri

    Tujuan Umum :

    Klien mampu melaksanakan perawatan diri dengan baik

    sehingga penampilan diri adekuat

    Tujuan Khusus :

    Menjelaskan arti, tujuan, tanda-tanda kebersihan diri

    Intervensi :

    Dorong klien untuk menyebutkan arti, tujuan dan

    tanda-tanda kebersihan diri

    Diskusikan tentang arti, tujuan, tanda-tanda

    kebersihan diri

    Dengarkan keluahan klien dengan penuh perhatian dan

    empati

    Berikan pujian apabila klien menyebutkan secara

    benar

    Mengidentifikasi kebersihan dirinya

    Intervensi:

    Bantu klien menilai kebersihan dirinya

    Berikan pujian atas kemampuan klien menilai dirinyaMenjelasakan cara-cara membersihkan dirinya

    Intervensi:

    Dorong klien menyebutkan alat-alat dan cara

    membersihkan diri

    Diskusikan tentang alat-alat dan cara membersihkan

    diri

    Menjelasakan cara-cara membersihkan diri

    Melakukan perawatan diri dengan bantuan perawat

    Melakukan perawatan diri dengan bantuan perawat

    Intervensi:

    Demonstrasikan pada klien cara-cara membersihkan

    diri

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    23/45

    23

    Bimbing klien mendemonstrasikan kembali cara-cara

    membersihkan diri

    Dorong klien membersihkan diri sendiri dengan

    bantuan

    Melakukan perawatan diri secara mandiri

    Melakukan perawatan diri secara mandiri

    Intervensi:

    Berikan kesempatan klien untuk membersihkan diri

    sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan

    Dorong klien mengungkapkan manfaat yang dirasakan

    setelah membersihkan diri

    Beri penguatan positif atas perawatan klien

    Bimbing klien membuat jadwal kegiatan untuk

    membersihkan diri

    Bimbing klien membersihkan diri sesuai jadwal

    secara mandiri

    Monitor kemampuan klien membersihkan diri sesuai

    jadwal

    Memberdayakan sistem pendukung untuk meningkatkan

    perawatan diri

    Intervensi:

    Diskusikan dengan keluarga tentang ketidakmampuan

    klien dalam merawat diri

    Diskusikan cara membantu klien membersihkan diri

    Libatkan keluarga dalam perawatan kebersihan diri

    klien

    Menyediakan alat-alatMembantu klien membersihkan diri

    Memonitor pelaksanaan jadwal

    Beri pujian

    Kriteria Evaluasi :

    Menyebutkan arti kebersihan diri

    Menyebutkan tujuan kebersihan diri (untuk

    memelihara kesehatan tubuh dan badan terasa

    segar/nyaman)

    Menyebutkan tanda-tanda kebersihan diri : kulit

    tidak ada daki dan tidak berbau, rambut tidak

    ada ketombe, kutu, tidak ada bau dan tersisir

    rapi, kuku pendek dan bersih, mulut/gigi tidak

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    24/45

    bau, genitalia tidak gatal dan mata tidak ada

    kotoran

    Menilai keadaan kebersihan dirinya

    Menyebutkan cara-cara membersihkan diri dari rambut

    sampai kaki

    Mendemonstrasikan cara membersihkan diri secara

    benar dengan bantuan perawat

    Melakukan perawatan diri secara mandiri dengan

    benar dan tersusun jadwal kegiatan untuk

    kebersihan diri

    Keluarga mampu menyebutkan cara meningkatkan

    kebersihan diri klien dan keluarga dapat

    membantu/terlibat aktif dalam memelihara

    kebersihan diri

    Perubahan proses pikir : Waham somatis berhubungan

    dengan harga diri rendah kronis

    Tujuan Umum :

    Klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpa

    merasa rendah diri

    Tujuan Khusus :

    Klien dapat memperluas kesadaran diri

    Intervensi :

    Diskusikai dengan klien kelebihan yang dimiliknya

    Diskusikan kelemahan yang dimilik klien

    Beritahu klien bahwa manusia tidak ada yang

    sempurna, semua memiliki kelebihan dankekurangan

    Beritahu klien bahwa kekurangan bisa ditutup dengan

    kelebihan yang dimiliki

    Anjurkan klien untuk lebih meningkatkan kelebihan

    yang dimiliki

    Beritahukan klien bahwa ada hikmah dibalik

    kekurangan yang dimiliki

    Klien dapat menyelidiki dirinya

    Intervensi:

    Diskusikan dengan klien ideal dirinya : Apa harapan

    selama di RS, rencana klien setelah pulang dan

    apa cita-cita yang ingin dicapai

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    25/45

    25

    Beri kesempatan klien untuk berhasil

    Beri reinforcement positip terhadap keberhasilan

    yang telah dicapai

    Klien dapat mengevaluasi dirinya

    Intervensi :

    Bantu klien mengidentifikasikan kegiatan atau

    keinginan yang berhasil dicapai

    Kaji bagaimana perasaan klien dengan

    keberhasilantersebut

    Bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien dan

    sebab-sebab kegagalan

    Kaji bagaimana respon klien terhadap kegagalan

    tersebut dan cara mengatasi

    Jelaskan pada klien bahwa kegagalan yang dialami

    dapatmenjadi pelajaran untuk mengatasi kesulitan

    yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang

    Klien dapat membuat rencana yang realistis

    Intervensi:

    Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin dicapai

    Diskusikan dengan klien tujuan yang ingin dicapai

    dengan kemampuan klien

    Bantu klien memilih prioritas tujuan yang mungkin

    dapat dicapainya

    Beri kesempatan kepada klien untuk melakukan

    kegiatan yang telah dipilih

    Tunjukkan keterampilan atau keberhasilan yang telah

    dicapai klienIkutsertakan klien dalam kegiatan aktivitas

    kelompok

    Beri reinforcement postif bila klien mau mengikuti

    kegiatan kelompok

    Klien mendapat dukungan keluarga yang meningkatkan

    harga dirinya

    Intervensi:

    Diskusikan dengan keluarga tanda-tanda harga diri

    rendah

    Anjurkan setiap anggota keluarga untuk mengenal dan

    menghargai kemampuan tiap anggota keluarga

    Diskusikan dengan keluarga cara berespons terhadap

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    26/45

    klien dengan harga diri rendah seperti

    menghargai klien, tidak mengejek, tidak menjauhi

    Anjurkan pada keluarga untuk memberikan kesempatan

    berhasil pada klien

    Anjurkan keluarga untuk menerima klien apa adanya

    Anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam

    setiap pertemuan keluarga

    Kriteria Evaluasi :

    Klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada

    dirinya setelah 1 kali pertemuan

    Klien dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan

    tidak menjadi halangan untuk mencapai

    keberhasilan

    Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan yang

    sesuai dengan kemampuannya setelah 1 kali

    pertemuan

    Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah

    dialami setelah 1 kali pertemuan

    Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah

    dialami setelah 4 kali pertemuan

    Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai

    setelah 1 kali pertemuan

    Klien dapat membuat keputusan dan mencapai tujuan

    setelah 1 kali pertemuan

    Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda harga diri

    rendah :

    Mengatakan diri tidak berhargaTidak berguna dan tidak mampu

    Pesimis

    Menarik diri dari realita

    Keluarga dapat berespon dan memperlakukan klien

    dengan harga diri rendah secara tepat setelah 2

    kali pertemuan

    Penatalaksanaan regimen teraupetik inefektif berhubungan

    dengan ketidak mampuan keluarga merawat klien

    Tujuan Umum : Penatalaksanaan regimen teraupetik

    efektif

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    27/45

    27

    Tujuan Khusus :

    Keluarga dapat mengetahui masalah yang ditemukan

    dalam merawat klien di rumah dengan cara

    mengungkapkan perasaannya

    Intervensi:

    Bina hubungan saling percaya dengan keluarga dan

    anggota keluarga yang lain:

    Terima anggota keluarg apa adanya

    Dengarkan keluhan keluarga dengan empati

    Hindari respon mengkritik/menyalahkan saat

    keluarga mengekspresikan perasaannya

    Buat kontrak dengan keluarga untuk bertemu (home

    visite) yaitu :

    Jelaskan tujuan kunjungan

    Jelaskan identitas perawat

    Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya

    dalam merawat klien

    Keluarga dapat mengambil keputusan untuk melakukan

    tindakan kesehatan dalam merawat klien dengan

    mengidentifikasikan sumbersumber koping yang

    dimiliki

    Intervensi:

    Diskusikan dengan keluarga tentang tindakan/koping

    yang selama ini telah digunakan oleh keluarga

    Beri reinforcement positip bila keluarga

    mengemukakan tindakan positip dan berhasil

    Diskusikan dengan keluarga tentang alternatifkoping adaptif/sumber pendukung dalam menangani

    masalah perawatan klien

    Keluarga dapat menggunakan koping yang telah dipilih

    dalam merawat anggota keluarga yang sakit

    Intervensi:

    Diskusikan dengan anggota keluarga cara yang selama

    ini yang dilakukan dalam merawat klien

    Berikan reinforcement positip setiap anggota

    keluarga mengemukakan tindakan yang benar dan

    berhasil

    Jelaskan pada keluarga tentang berbagai cara yang

    adaptif dalam merawat klien seperti :

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    28/45

    Bersikap asertif

    Komunikasi terbuka

    Tidak bermusuhan/mengkritik

    Memenuhi kebutuhan klien yang masih dapat

    ditoleransi seperti :

    Pakaian, alat-alat kebersihan diri

    Libatkan klien dalam kegiatan keluarga

    Keluarga dapat memodifikasi lingkungan keluarga yang

    sehat dalam merawat klien di rumah

    Intervensi:

    Motivasi keluarga untuk menerima klien apa adanya

    dengan cara :

    Tidak mengeluarkan kata-kata yang mengejek dan

    merendahkan

    Membantu klien dalam diskusi keluarga

    Menghargai klien dan memuji setiap usaha yang

    adaptif

    Diskusikan dengan keluarga untuk menyediakan

    perlengkapan yang diperlukan klien sehari-hari

    seperti :

    Peralatan kebersihan diri

    Alat-alat makan

    Usahakan tidak membedakan barang milik klien

    dengan anggota

    keluarga yang lain

    Diskusikan dengan keluarga untuk melatih kemampuan

    klien dalam menyelesaikan masalah mulai dariyang sederhana sampai masalah kompleks

    Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan

    kesehatan yang ada di masyarakat

    Intervensi:

    Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas

    pelayanan kesehatan yang ada dan sejauh mana

    keluarga telah memanfaatkannya

    Jelaskan pada keluarga tentang kegunaan dan efek

    samping obat serta pentingnya keteraturan minum

    obat

    Kriteria Evaluasi :

    Keluarga mengungkapkan perasaannya secara verbal

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    29/45

    29

    Keluarga mengidentifikasi sumber-sumber koping yang

    ada

    Keluarga mengungkapkan secara verbal koping apa

    yang akan dipilih

    Keluarga mengidentifikasi lingkungan yang sehat

    dalam merawat klien

    Keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

    yang ada dimasyarakat.

    Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan menarik

    diri

    Tujuan Umum :

    Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan

    komunikasi verbal dengan perawat dan sesama pasien

    dalam suatu lingkungan sosial dengan cara yang tepat

    Tujuan Khusus :

    Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan

    pada satu topik

    Pasien dapat menggunakan ketepatan kata

    Pasien dapat melakukan kontak mata intermitten selama

    5 menit dengan perawat dalam waktu 1 minggu

    Kriteria Evaluasi :

    Pasien dapat berkomunikasi dengan cara mendapat

    dimengerti orang lain

    Pesan non verbal pasien sesuai dengan verbalnya

    Pasien dapat mengetahui bahwa disorganisasi pikiran

    dan kelainan komunikasi verbal terjadi pada saatadanya peningkatan ansietas melakukan kontak kepada

    pasien untuk memutuskan proses.

    Intervensi :

    Gunakan tehnik validasi dan klarifikasi untuk

    mengerti pola komunikasi pasien

    Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas

    Jelaskan kepada pasien dengan cara yang dapat

    mengancam bagaimana prilaku dan pembicaraannya

    diterimia dan mungkin juga dihindari oleh orang

    lain

    Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola

    komunikasi yang memuaskan kembali

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    30/45

    Gangguan pola tidur berhubungan dengan panik

    Tujuan Umum :

    Pasien mampu tidur dalam 30 menit istirahat dan tidur

    6-8 jam tanpa alat bantu tidur saat pulang

    Tujuan Khusus :

    Klien mampu membina hubungan saling percaya

    Klien mampu mengenal prilaku panik

    Klien dapat tidur dalam 30 menit istirahat dan tidur

    5 jam tanpa terbangun

    Kriteria Evaluasi :

    Klien dapat tidur dalam 30 menit setelah istirahat

    Klien dapat tidur paling sedikit 6 jam berturut-turut

    Pasien dapat menggunakan sedatif untuk membantu tidur

    Intervensi :

    Buat catatan secara rinci tentang pola tidur pasien

    Berikan obat-obatan anti psikotik sebelum tidur

    Bantu dengan tindakan-tindakan yang dapat menambah

    waktu tidur, kehangatan dan minuman yang tidak

    merangsang

    Lakukan latihan relaksasi menggunakan musik yang

    lembut sebelum tidur mungkin membantuBatasi masukan minuman yang mengandung kafein

    Koping individu tidak efektif berhubungan dengan rendah

    diri

    Tujuan Umum :

    Klien dapat mendemonstrasikan lebih banyak penggunaan

    keterampilan koping adaptif yang dibuktikan oleh

    adanya kesesuaian antara interaksi dan keinginan

    untuk berpartisipasi dalam masyarakat

    Tujuan Khusus :

    Pasien akan mengembangkan rasa percaya kepada 1 orang

    perawatdalam 1 minggu

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    31/45

    31

    Kriteria Evaluasi :

    Klien dapat menilai situasi realistis dan tidak

    melakukan tindakan proyeksi perasaannya dalam

    lingkungan tersebut

    Klien dapat mengakui dan mengklarifikasi kemungkinan

    salah interpretasi terhadap prilaku dan perkataan

    orang lain

    Klien dapat berinteraksi secara kooperatif

    Intervensi :

    Bina hubungan saling percaya

    Hindari kontak fisik

    Motivasi klien untuk mengatakan perasaan yang

    sebenarnya dan perawat menghindari sikap penolakan

    terhadap perasaan marah pasien dan Jangan berikan

    kegiatan yang bersifat kompetitif.

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    32/45

    YaTidak berhasil

    BAB III

    TINJAUAN KASUS

    ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA TN I DENGAN

    GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:HALUSINASI PENDENGARAN

    DIRUANG CAMAR RSJ DR. RADJIMAN W. LAWANG

    PENGKAJIAN

    Tanggal MRS :25 Agustus 2012

    Tanggal pengkajian :27 Agustus 2012

    Ruang rawat :Camar

    NO RM :064294

    IDENTITAS KLIEN

    Inisial : Tn.I (laki-laki)

    Umur : 26 tahun

    Informant : TnG (ayah kandung)

    ALASANMASUK

    Marah-marah,tidak bisa tidur, mondar mandir, sering

    mendengar bisikan yang tidak jelas, tertawa sendiri

    FAKTORPREDISPOSISIPernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?

    Pengobatan sebelumnya :

    Aniaya fisik :

    Penolakan :

    Kekerasan dalam rumah tangga :

    Tindakan kriminal :

    Penjelasan : klien pernah dirawat di RSJ Lawang, klien

    sakit sejak tahun 1998 dengan gejala marah-marah tanpa

    sebab, berbicara sendiri, sering mendengar bisikan dan

    suara-suara yang tidak jelas. Klien sering dirawat di

    RSJ Lawang ini merupakan perawatan yang ke 6 kalinya

    yang terakhir klien dirawat inap tanggal 18 September

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    33/45

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    34/45

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    35/45

    35

    Klien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara, klien

    tinggal serumah bersama ayah dan ibunya, klien belum

    pernah menikah, klien diasuh oleh kedua orangtuanya

    dan klien paling dekat dengan ibu dan ayahnya.

    Konsep diri :

    Citra tubuh : saya menyukai semua anggota tubuh

    saya terutama rambut, saya tidak senang rambut

    saya panjang, saya senang sama rambut yang

    sekarang ini yaitu pendek.

    Identitas diri :Klien mengenali dirinya sendiri

    sebagai seorang adik laki-laki, nama saya I anak

    ke 2 dari 2 bersaudara dan umur saya 26 tahun,

    saya tinggal di tuban dan belum menikah.

    Peran diri :Klien mengatakan bahwa dirinya

    merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara saya

    merupakan seorang anak laki-laki, dan saya tidak

    bekerja.

    Ideal Diri : saya ingin cepat sembuh dari sakit

    saya alami sekarang dan segera pulang, dan segera

    berkumpul dengan keluarga agar bisa bersama-sama

    lagi.

    Harga Diri : tidak terkaji

    MK : tidak ada masalah keperawatan

    Hubungan Sosial:

    Orang yang berarti

    Dirumah : orang yang paling berarti dalam hidupsaya adalah ibu dan ayah

    Dirumah sakit : tidak ada orang yang berarti

    dirumah sakit ini, selain klien ingin cepat

    sembuh.

    Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat/

    hubungan sosial:

    Dirumah : saya tidak pernah mengikuti kegiatan

    yang ada dilingkungan sekitar karena malu

    Dirumah sakit : klien selalu menyendiri, klien

    males untuk berinteraksi dengan orang lain,

    lesu, dan selalu tidur ditempat tidur.

    Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    36/45

    Dirumah : saya males keluar rumah karena saya

    malu.

    Dirumah sakit : klien lebih suka tidur dari pada

    berinteraksi dengan orang lain atau temannya,

    menyendiri, dan suka berbicara sendiri

    MK : isolasi sosial

    SPIRITUAL:

    Nilai dan keyakinan

    Agama saya islam, saya yakin, tidak tau, saya

    bingung

    Kegiatan ibadah

    Di rumah : saya jarang melaksanakan sholat 5 waktu

    karena lupa

    Di rumah sakit : sama seperti dirumah mbak

    MK : Tidak ada masalah keperawatan

    STATUS MENTAL

    Penampilan

    Kurang rapi, baju acak-accakan, celana kedodoran,

    rambut acak-acakan, muka kusam, gigi sedikit

    menguning, kulit bersisik, kuku pendek, belum

    mandi, cara makan baik, BAB/BAK dikamar mandi,

    klien mandi jika dimotivasi oleh perawat.

    MK : Defisit perawatan diri : mandi

    Pembicaraan

    Lambat: klien berbicara lambat, volume suara lembutdan pelan, bicara sedikit dan tidak mampu memulai

    pembicaraan.

    MK : Kerusakan komunikasi

    Aktivitas motorik

    Klien lesu, banyak diam, banyak berbaring ditempat

    tidur, dan beraktivitas bila di suruh.

    MK : Intoleransi aktivitas

    Alam perasaan

    saya sedih mbak, saya bingung, saya malu, saya

    mau pulang

    MK : Harga diri rendah

    Afek

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    37/45

    37

    Datar : saat diajak bergurau ekspresi klien datar

    atau tidak menunjukkan ekspresi apapun.

    MK : kerusakan komunikasi

    Interaksi selama wawancara

    Kontak mata kurang : kooperatif, kontak mata

    kurang, jarang mau menjawab pertanyaan yang

    diberikan oleh perawat.

    MK : Tidak ada masalah keperawatan

    Persepsi sensori

    DS: Saya sering mendengar suara bisikan yang tidak

    jelas, suara itu sering muncul pada malam hari dan

    pagi hari

    DO: klien berbicara sendiri, tertawa sendiri,

    menyendiri dan melamun

    MK : halusinasi pendengaran.

    Proses pikir

    Arus pikir

    Arus pikir tidak inkoheren, klien dapat menjawab

    pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan,

    misalnya: siapa nama klien, umurnya berapa,

    alamatnya dimana, siapa nama ayah dan ibu.

    Bentuk pikir

    Bentuk piker otistik : klien tidak perduli dengan

    lingkungan sekitarnya Karena asyik bicara sendiri.

    MK: tidak ada masalah keperawatan

    Isi Pikir

    saya malu dengan penyakit saya, saya mau matisaja

    MK: harga diri rendah

    Tingkat kesadaran

    Kuantitas : kesadaran compos mentis

    Kualitas : bingung, klien tidak mampu berhubungan

    secara relita

    Orentasi

    Waktu : sekarang jam 4 sore

    Tempat: saya sekarang berada di rumah sakit

    jiwa

    Orang : baik, klien dapat mengenali perawat

    MK: tidak ada masalah keperawatan

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    38/45

    Memori

    Gangguan daya ingat jangka panjang

    Saat ditanya dulu kerja dimana? saya tidak

    bekerja, dulu sekolah dimana? sekolah dituban

    Gangguan daya ingat jangka pendek

    Saat ditanya siapa yang bawa kesini? bapak

    Gangguan daya ingat saat ini

    Saat ditanya sudah makan, minum obat, dan

    sholat? sudah mbak

    MK : Masalah keperawatan tidak ada

    Tingkat konsentrasi dan berhitung

    Saat diajak berbincang-bincang, Klien mampu

    berkonsentasi dan berhitung sederhana,terbuki

    10+5+3=18 dan 10-9-1=0, konsentrasi kilen baik saat

    wawancara terlihat dari klien mampu menjawab

    pertanyaan maupun perhitungan yang diberikan.

    MK: Masalah keperawatan tidak ada

    Kemampuan penilaian

    Klien memiliki kemampuan penilaian yang baik,

    terbukti saat perawat bertanya apakha mas sudah

    mandi ? kemudian klien menjawab tidak nanti saja

    karena sekarang dingin saat ditanya mas mau atau

    tidak kenalan dengan teman saya? mau mbak

    MK : masalah keperawatan tidak ada

    Daya tilik diriKlien menyadari bahwa dirinya sakit tetapi tidak

    menyadari pentingnya pengobatan serta perawatan.

    MK : Masalah keperawatan tidak ada

    KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

    Makan

    Klien bisa makan sendiri, selesai makan alat makan

    diletakkan pada tempatnya

    BAB/BAK

    Klien BAB/BAK dikamar mandi tanpa bantuan orang

    lain

    Mandi

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    39/45

    39

    Klien mandi dikamar mandi tanpa bantuan orang lain

    tetapi masih dimotivasi oleh perawat.

    Berpakaian / berhias

    Klien mengganti baju sendiri tanpa bantuan orang

    lain tetapi masih dimotivasi oleh perawat

    Istirahat dan tidur

    Klien tidur tidak tentu, tetapi klien sering

    ditempat tidur

    Penggunaan obat

    Klien bisa minum obat sendiri tanpa bantuan dari

    orang lain

    Pemeliharaan kesehatan

    Klien membutuhkan perawatan lebih lanjut dan klien

    membutuhkan dukungan dari keluarga

    Aktivitas didalam rumah

    yang mempersiapkan makanan, mencuci piring, dan

    mengatur uang adalah ibu

    Aktivitas diluar rumah

    saya tidak bekerja, lebih suka diam dirumah

    MK: tidak ada masalah keperawatan

    MEKANISMEKOPING

    Adaptif

    Selama pengkajian, klien kooperatif dan mau

    merespon/menjawab pertanyaan perawat.

    Maladaptif

    Klien mengatakan jika ada masalah, klien tidakcerita dan dipendam sendiri.

    MK : Koping individu tidak efekrif

    MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

    Masalah dengan dukungan kelompok

    Klien mengatakan tidak punya masalah dengan keluarga

    dan masyarakat sekitar rumahnya.

    Masalah berhubungan dengan lingkungan

    Klien kurang berinteraksi dengan temannya Klien juga

    kurang berinteraksi dengan keluarga.

    Masalah dengan pendidikan

    Tidak ada

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    40/45

    Masalah dengan pekerjaan

    saya tidak bekerja

    Masalah dengan perumahan

    tidak ada

    Masalah dengan ekonomi

    Klien mengatakan orang miskin

    Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan

    Klien pernah dirawat di RSJ Dr. Radjiman

    Widiodiningrat Lawang.

    MK: tidak ada masalah keperawatan

    PENGETAHUAN

    DS: tidak tau mbak

    DO: Klien tidak mengetahui tentang penyakit gangguan

    jiwa

    MK: defisit pengetahuan tentang proses penyakit

    ASPEK MEDIK

    Diagnosa medis : skizofrenia hebefrenik berulang

    Terapi medis : tablet haloperidol 5mg 1-0-1

    Tablet clohrfrmazine 100mg 0-0-1

    DAFTARMASALAH KEPERAWATAN

    Resiko perilaku kekerasan

    Regimen koping in efektif

    Isolasi sosial

    Defisit perawatan diri: mandi

    Kerusakan komunikasi

    Intoleransi aktivitasHarga diri rendah

    Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar

    Koping individu in efektif

    Defisit pengetahuan tentang proses penyakit

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    41/45

    41

    ANALISA DATA

    No Tgl Analisa data Masalah Paraf

    1 2 3 4 5

    1. 23-07-

    2012

    DS: Saya sering mendengar suara

    bisikan yang tidak jelas,

    suara itu sering muncul pada

    malam hari dan pagi hari

    DO: klien berbicara sendiri,

    tertawa sendiri, menyendiri

    dan melamun

    Gangguan

    persepsi

    sensori:

    halusinasi

    pendengaran

    2. 23-07-

    2012

    DS : menurut status sakit, klien

    pernah dirawat di RSJ Lawang,

    klien sakit sejak tahun 1998

    dengan gejala marah-marah tanpa

    sebab, berbicara sendiri, sering

    mendengar bisikan dan suara-suara

    yang tidak jelas. Klien sering

    dirawat di RSJ Lawang ini

    merupakan perawatan yang ke 6

    kalinya yang terakhir klien

    dirawat inap tanggal 18 September

    2010 pulang dengan keadaan

    sembuh. Klien terakhir kontrolbulan April 2011 dan tidak minum

    obat dan saat dirumah 2 minggu

    kambuh lagi dengan gejala marah-

    marah, tidak bisa tidur, sering

    mendengar bisikan dan suara yang

    tidak jelas, sering berbicara

    sendiri, tertawa sendiri, naik

    keatas genteng dan pohon.

    DO : -

    Resiko

    perilaku

    kekerasan

    3. DS : menurut status klien,

    Pengobatan sebelumnya tidak

    berhasil karena sudah 18 bulan

    Regimen

    koping

    inefektif

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    42/45

    tidak pernah kontrol dan tidak

    minum obat kemudian kambuh lagi,

    bertambah parah 3 hari.

    DO: -

    4. DS :

    Tidak ada orang yang berarti

    dirumah sakit ini, selain klien

    ingin cepat sembuh.

    saya tidak pernah mengikuti

    kegiatan yang ada dilingkungansekitar karena malu

    saya males keluar rumah karena

    saya malu.

    DO :

    klien selalu menyendiri

    klien males untuk berinteraksi

    dengan orang lain

    lesu

    klien lebih suka tidur dari pada

    berinteraksi dengan orang lain

    suka berbicara sendiri

    Isolasi

    social

    5. DS: -

    DO:

    Kurang rapi, baju acak-accakan,

    celana kedodoran, rambut acak-

    acakan, muka kusam, gigi

    sedikit menguning, kulit

    bersisik, kuku pendek, belum

    mandi, cara makan baik, BAB/BAK

    dikamar mandi, klien mandi jika

    dimotivasi oleh perawat.

    Defisit

    perawatan

    diri: mandi

    6. DS:-

    DO:

    Lambat: klien berbicara lambat,

    Kerusakan

    komunikasi

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    43/45

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    44/45

    Regimen koping inefektifDefisit pengetahuan tentang proses penyakitp

    ing individu in efektif Harga diri rendah

    Isolasi sosial

    Intoleransi aktivitas

    DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS

    Gangguan perspsi sensori : halusinasi dengar

    Isolasi sosial

    Defisit perawatan diri

    Intoleransi aktivitas

    Harga diri rendah

  • 7/31/2019 BAB I -5 jiwa ayu

    45/45

    45

    Kerusakan komunikasi

    Resiko perilaku kekerasan

    Regimen koping in efektif

    Koping individu inefektif

    Kurang pengetahuan

    Diagnosa Prioritas

    Gangguan perspsi sensori : halusinasi dengar