miranti lbm 5 jiwa

75
LBM 5 PERILAKU & JIWA M I R A NTI STEP 7 1. Mengapa anak bila diberi tugas tidak pernah selesai? tetapi jika menonton tv bisa sampai selesai? Etiologi – Patogenesis Hingga saat ini penyebab ADHD belum dapat dipastikan. Terdapat berbagai teori tentang penyebab ADHD, sebuah teori mengasumsikan konsumsi gula atau zat aditif yang berlebihan dalam makanan sebagai penyebabnya. Sedangkan teori yang lain menyatakan bahwa faktor genetis adalah penyebab utama. Para ahli masih meneliti bagian otak tertentu dan zat-zat yang mempengaruhinya. Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. faktor yang berperan dalam timbulnya ADHD adalah o faktor genetik, o perkembangan otak saat kehamilan, o perkembangan otak saat perinatal, o Tingkat kecerdasan (IQ), o terjadi disfungsi metabolism, hormonal, o lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan gizi, dan orang-orang dilingkungan sekitar termasuk keluarga. Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmitter dopamine dan epinephrine. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan control aktifitas diri.

Upload: miranti-dewi-puspitasari

Post on 04-Sep-2015

247 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Modul Jiwa

TRANSCRIPT

LBM 5 PERILAKU & JIWALBM 5 PERILAKU & JIWAM I R A NTI

STEP 7

1. Mengapa anak bila diberi tugas tidak pernah selesai? tetapi jika menonton tv bisa sampai selesai?

Etiologi Patogenesis

Hingga saat ini penyebab ADHD belum dapat dipastikan.

Terdapat berbagai teori tentang penyebab ADHD, sebuah teori mengasumsikankonsumsi gula atau zat aditif yang berlebihan dalam makanan sebagai penyebabnya. Sedangkan teori yang lain menyatakan bahwa faktor genetis adalah penyebab utama.

Para ahli masih meneliti bagian otak tertentu dan zat-zat yang mempengaruhinya.

Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD.

faktor yang berperan dalam timbulnya ADHD adalah

faktor genetik,

perkembangan otak saat kehamilan,

perkembangan otak saat perinatal,

Tingkat kecerdasan (IQ),

terjadi disfungsi metabolism, hormonal,

lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan gizi, dan orang-orang dilingkungan sekitar termasuk keluarga.

Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmitter dopamine dan epinephrine.

Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada

Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan control aktifitas diri.

Ya kita dapat membedakan gambaran Brain Scanning antara otak anak yang menderita ADHD dan anak yang normal seperti yang tertera pada gambar dibawah ini

Mengapa pasien bersifat impulsive ( kalau melakukan apa2 semaunya sendiri)??

Adanya penurunan dopamine.

2. Apakah ada hub kondisi anak saat ini dg baru bisa bicara waktu berumur 3 th?

Perkembangan Normal

Kaplan dan Saddock, Sinopsis Psikiatri edisi 7 jilid II

Psikiatri edisi 7 jilid II

Anak Dengan Mental Terbelakang, FKUI, Prof.Dr.dr.S.M. Lumbantobing

INDIKATOR PERKEMBANGAN YANG NORMAL

KEMAMPUAN DAN PROSES BERPIKIR

KOMUNIKASI

GERAKAN

3 bln

Berespon terhadap suara baru

Mengikuti benda dg mata

Melihat objek & orang

Berceloteh / bersuara

Tersenyum pada suara ibu

Mengangat kaki dan tangan

Melihat pergerakan tangan sendiri

3-6 bln

Mengenal ibu

Mengapai objek

Memalingkan kepala pd suara

Mulai meraban

Meniru suara

Menangis dgn suara berbeda

Mengangkat kepala

Mengerakkan benda dalam bermain

6-9 bln

Meniru gerakan sederhana

Berespon jika dipanggil nama

Membuat kata2 berulang yang tidak bermakna (gaga,dada,dst)

Menggunakan suara untuk menarik perhatian

Merayap atau merangkak

Brdiri bpegangan kemeja

Bertepuk tangan

Memindahkan objek dari satu tangan ke tangan lainnya

9-12 bln

Bermain permainan sederhana

Bergerak menuju benda yang diminati

Melihat gambar pada buku

Melambaikan tangan utk dada

Berhenti ketika dikatakan tidak

Meniru kata2 baru

Berjalan sambil berpegangan

Menyatakan ingin benda ttt

Mencoret dengan pensil warna

12-18bln

Meniru suara dan gerakan yang baru

Menunjuk pd benda yg diinginkan

Menggelengkan kepala mnyatakan tdk

Meniru kata baru

Mengikuti instruksi sderhana

Berjalan sendiri

Naik/turun tngga

3. Mengapa dia mpy kebiasaan menciumi amplop?

4. Apakah ada hub kelahiran vacum ekstraksi dg keluhan?

5. Mengapa dia lebih suka permainan yg mengandalkan fisik spt kejar-kejaran?

Adanya keterlambatan perkembangan pd lobus temporal dan korteks motorik berkembang lebih cepat, mengakibatkan adanya perkembagan lbh lambat dalam mengontrol tingkah lakunya namun lbh cepat dlm perkembangan motorik shg anak tdk bisa diam.

Ada pada ADHD, autis

6. Apa hub dia umur 7th dengan kondisi sekarang?

Untuk membedakan dengan siapa dia ingin berteman dengan teman seusianya.

Jika pd ADHD ditemukn pd usia kurang dr 7th, biasanya ditemukan di sekolah.

7. Mengapa daya ingat pd anak tsb sangat kuat?

8. DD?

9. Px yg dilakukan untuk mendapatkan diagnosis pasti?

Tes IQ, tes perilaku, px radiologi PET untuk mengetahui level gula dalam otak. Bila level tinggi: hiperaktif

10. Adakah screening atau deteksi dini untuk mengetahui keluhan tsb?

11. Mengapa anak tsb suka memukul benda hingga menimbulkan bunyi yg berulang ulang dan lebih suka bermain sendiri?

12. Bagaimana beda dari anak nakal, autis, ADHD dan RM?

ADHD

1. Definisi

ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Gangguan ini telah terlihat sejak masa kanak-kanak, dan dapat dianalisa langsung oleh ahli perkembangan anak (psikolog). Gangguan ini berdampak pada cara anak berpikir, bertindak dan merasa.

2. Etiologi

Hingga saat ini penyebab ADHD belum dapat dipastikan. Terdapat berbagai teori tentang penyebab ADHD, sebuah teori mengasumsikankonsumsi gula atau zat aditif yang berlebihan dalam makanan sebagai penyebabnya. Sedangkan teori yang lain menyatakan bahwa faktor genetis adalah penyebab utama.

Para ahli masih meneliti bagian otak tertentu dan zat-zat yang mempengaruhinya.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Defisit-Atensi/Hiperaktivitas

A. Salah satu (1) atau (2):

(1) Inatensi: enam (atau lebih) gejala inatensi berikut ini telah menetap selama sekurangnya enam bulan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan:

a) Sering gagal dalam memberikan perhatian terhadap perincian atau melakukan kesalahan yang tidak berhati-hati dalam tugas sekolah, pekerjaan, atau aktivitas lain.

b) Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan atensi terhadap tugas atau aktivitas permainan.

c) Sering tidak tampak mendengarkan jika berbicara langsung.

d) Sering tidak mengikuti instuksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan, atau kewajiban ditempat kerja (bukan karena perilaku opsisional atau tidak dapat mengerti instruksi).

e) Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas.

f) Sering menghindari, membenci, atau enggan untuk terlibat dalam tugas yang memerlukan usaha mental yang lama (seperti tugas sekolah atau pekerjaan rumah).

g) Sering menghindari hal-halyang perlu untuk tugas atau aktivitas (misalnya, tugas sekolah, pensil, buku, atau peralatan).

h) Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimuli luar.

i) Seringlupa dalam aktivitas sehari-hari.

(2) Hiperaktivitas-impulsivitas: enam (atau lebih) gejala hiperaktivitas-impulsivitas berikut ini telah menetap selama sekurangnya enam bulan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.

Hiperaktivitas

a) Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau menggeliat-geliat ditempat duduk.

b) Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain di mana diharapkan tetap duduk.

c) Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak tepat (pada remaja atau dewasa, mungkin terbatas pada perasaan subjektif kegelisahan).

d) Sering mengalami kesulitan bermain atu terlibat dalam aktivitas waktu luang secara tenang.

e) Sering siap-siap pergi atau bertindak seakan-akan didorong oleh sebuah motor.

f) Sering berbicara berlebihan.

Implusivitas

g) Sering menjawab tanpa pikir terhadap pertanyaan sebelum pertanyaan selesai.

h) Sering sulit menunggu gilirannya.

i) Sering memutus atau menganggu orang lain (misalnya, memotong masuk ke percakapan atau permainan).

B. Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatentif yang menyebabkan gangguan telah ada sebelum usia 7 tahun.

C. Beberapa gangguan akibat gejala ada selama dua atau lebih situasi (misalnya, di sekolah [atau pekerjaan] dan di rumah).

D. Harus terdapat bukti jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, akademik, atau fungsi pekerjaan.

E. Gejala tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan perkembangan pervasit, skizofrenia, atau gangguan psokotik lain, dan tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya, gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan disosiatif, atau gangguan kepribadian).

Penulisan didasarkan pada tipe:

Gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas, tipe kombinasi: jika memenuhi baik kriteria A1 dan A2 selama enam bulan terakhir.

Gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas, predominan tipe inatentif: jika memenuhi kriteria A1 tetapi tidak memenuhi kriteria A2 selama 6 bulan terakhir.

Gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas, predominan tipe hiperaktif-impulsif: jika memenuhi kriteria A2 tetapi tidak memenuhi kriteria A1 selama 6 bulan terakhir.

Catatan penulisan: untuk individu (terutama remaja dan dewasa) yang sekarang memilki gejala yang ridak lagi memenuhi kriteria lengkap, harus dituliskan dalam remisi parsial.

Tanda ADHD

Semua tanda belum tentu sebagai didiagnosa Attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD). Tetapi, tanda kurangnya perhatian selalu harus ada untuk diagnosa.Tanda harus ada di dua atau lebih tempat (misalnya, rumah dan sekolah) dan harus mengganggu masalah sosial atau fungsi akademis.

Tanda-tanda tidak perhatian.

Sering lalai memberi perhatian seksama pada detail.

Mempunyai kesukaran mempertahankan perhatian pada kerja dan bermain.

Tidak tampak mendengarkan kalau berbicara secara langsung.

Sering tidak melaksanakan perintah dan lalai menyelesaikan tugas.

Sering mempunyai kesukaran melakukan tugas dan aktivitas.

Sering menghindar, sebel, atau enggan untuk terlibat dalam tugas yang memerlukan usaha mental terus-menerus.

Sering kehilangan barang.

Dengan mudah dialihkan dengan hal yang tak ada hubungannya dengan rangsangan.

Sering pelupa.

Tanda-tanda hiperaktiv

Sering memain-mainkan tangan atau kaki atau menggeliat.

Sering meninggalkan tempat duduk di ruang kelas dan tempat lainnya.

Sering berlari kesana-kemari atau merambat naik seacara berlebihan.

Sulit untuk bermain atau terlibat dalam aktivitas yang diam.

Sering bergerak atau bertingkah seolah-olah digerakkan oleh mesin.

Sering berbicara berlebihan.

Tanda-tanda impulsiv

Sering mengucapkan jawaban tanpa berpikir sebelum pertanyaan komplit.

Sering mempunyai kesukaran menunggunya giliran.

Sering menyela atau mengganggu orang lain.

PENGOBATAN

Untuk meminimalisir efek ADHD, struktur, rutinitas, rencana intervensi sekolah, dan teknik pengasuhan yang dimodifikasi sering diperlukan. Beberapa anak yang tidak agresif dan yang datang dari lingkungan rumah stabil dan lingkungan rumah yang mendukung mungkin lebih berguna dengan pengobatan obat sendiri. Terapi kelakuan yang diadakan oleh seorang psikolog anak kadang-kadang digabungkan dengan pengobatan obat. Obat Psikostimulan adalah pengobatan obat yang paling efektif. Methylphenidate adalah obat psikostimulan yang paling sering diresepkan. Obat ini seefektif psikostimulan lain (seperti dextroamphetamine) dan mungkin lebih aman. Sejumlah obat bentuk lepas lambat (beraksi lebih panjang) methylphenidate bisa dijumpai disamping bentuk biasa dan dapat diminum satu kali sehari. Efek samping methylphenidate seperti gangguan tidur, seperti insomnia, menekan selera makan, depresi atau kesedihan, sakit kepala, sakit perut, dan tekanan darah tinggi. Semua efek samping ini hilang jika obat dihentikan; tetapi, kebanyakan anak tidak mempunyai efek samping kecuali barangkali selera makan yang berkurang. Tetapi, jika dosis besar diminum dalam jangka waktu yang lama, methylphenidate sekali-sekali bisa memperlambat pertumbuhan anak; oleh karena itu, dokter mengamati berat badan anak. Sejumlah obat lain bisa dipakai untuk mengobati gejala kurangnya perhatian dan prilaku. Seperti clonidine, amphetamine - obat dasar, obat antidepresi, dan obat anti ansietas. Kadang-kadang, kombinasi obat digunakan.

PENCEGAHAN

PrognosisAnak dengan ADHD secara umum tidak menjadi terlalu besar kurangnya perhatian mereka, walaupun mereka dengan hyper-aktivitas cenderung untuk menjadi agak lebih tidak impulsif dan hiper-aktif dengan usianya. Tetapi, kebanyakan remaja dan orang dewasa belajar menyesuaikan diri terhadap kurangnya perhatian mereka. Masalah lain yang muncul atau menetap di masa remaja dan kedewasaan termasuk prestasi akademis yang buruk, rendah penghargaan terhadap diri sendiri, kegelisahan, depresi, dan kesukaran dalam mempelajari prilaku sosial yang pantas. Penting, mayoritas anak itu dengan ADHD menjadi orang dewasa produktif, dan orang dengan ADHD kelihatannya menyesuaikan diri lebih baik bekerja daripada situasi sekolah. Tetapi, jika kekacauan tak diobati di masa kecil, risiko penyalahgunaan alkohol atau bahan lainnya atau bunuh diri mungkin meningkat.

http://medicastore.com/penyakit/3319/Attention_DeficitHyperactivity_Disorder_ADD_ADHD.html

3. Gejala

Gejala

ADHD dapat ditengarai sejak anak berusia sangat kecil. Pada bayi, gejala yang nampak, adalah:

Terlalu banyak bergerak, sering menangis, dan pola tidurnya buruk

Sulit makan/minum

Selalu kehausan

Cepat marah/sering mengalami temper tantrum

Pada anak balita, gejala ADHD yang kerap terlihat, adalah:

Sulit berkonsentrasi/memiliki rentang konsentrasi yang sangat pendek

Sangat aktif dan selalu bergerak

Impulsif

Cenderung penakut

Memiliki daya ingat yang pendek

Terlihat tidak percaya diri

Memiliki masalah tidur dan sulit makan

Sangat cerdas, namun prestasi belajar tidak prima.

Tidak semua anak yang mengalami ADHD terlihat memiliki gejala ini, karena sangat tergantung pada tingkat ADHD yang diidap.

AUTISM

Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Sampai dengan umur 3 tahun mempunyai daya imajinasi yang tinggi dalam bermain dan mempunyai perilaku, minat dan aktifitas yang unik (aneh).

Dikategorikan sebagai ketidak mampuan dalam bersosialisasi dan mempunyai minat dan aktifitas yang terbatas tanpa adanya keterlambatan dalam kemampuan berbicara. Kecerdasannya berada pada tingkat normal atau diatas normal. Terdapat 6 GEJALA UTAMA AUTISM1. Kegagalan untuk mengembangkan khidupan sosial normal2. Gangguan bicara, Bahasa dan komunikasi3. Abnormal Relationships to Objects and Events4. Respon tidak normal terhadap stimulasi sensoris5. Perbedaan perkembangan dan keterlambatan perkembangan6. Dimulai selama usia bayi atau anak

SINDROM RETT'S

Sindrom Rett adalah penyakit degeneratif, ketidakmampuan yang semakin hari semakin parah (progresif). Hanya menimpa anak perempuan. Pertumbuhan normal lalu diikuti dengan kehilangan keahlian yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik- khususnya kehilangan kemampuan menggunakan tangan yang kemudian berganti menjadi pergerakan tangan yang berulang ulang (seperti mencuci tangan) mulai pada umur 1 hingga 4 tahun.

Gejala dapat dimulai usia 6 bulan hingga usia 18 bulan

* Pertumbuhan kepala lambat

* Kehilangan kemampuan menggunakan gerakan tangan

* Berkembang seperti gejala khas autism

GANGGUAN DISINTEGRATIF PADA KANAK-KANAK (Childhood Disintegrative Disorder /CDD)

Pertumbuhan yang normal pada usia 1 sampai 2 tahun kemudian kehilangan kemampuan yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik.

Anak berkembang normal dalam usia 2 tahun pertama(seperti : kemampuan kominukasi, sosial, bermain dan perilaku), namun secara bermakna kemampuan itu terganggu sebelum usis 10 tahun, yang tergangggu diantaranya adalah kemampuan :

Bahasa

Kemampuan sosial

Kemampuan buang air besar dan buang air kecil di toilet

Bermain

Kemampuan motorik

Gejala tambahan, menunjukkan fungus abnormal sedikitnya dua hal dari :

Interaksi sosial

KomunikasiCommunication

Pola perilaku terbatas : perhatian dan aktifitas

SINDROM ASPERGER'S

Asperger's Syndrome gejala khas yang timbul adalah gangguan intteraksi sosial ditambah gejala keterbatasan dan pengulangan perilaku, ketertarikan dan aktifitasis. Mempunyai gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, sedikitnya dua gejala dari :

Ditandai dengan gangguan penggunaan beberapa komunikasi non verbal (mata, pandangan, ekspresi wajah, sikap bada, gerak isyarat)

Tidak bisa bermain dengan anak sebaya

Gangguan dalam menikmati minat atau keberhasilan

kurangnya hubungan sosial dan emosional

GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF (Pervasive Developmental Disorder - Not Otherwise Specified / PDD-NOS)

Biasa disebut Autis yang tidak umum dimana diagnosis PDD-NOS dapat dilakukan jika anak tidak memenuhi kriteria diagnosis yang ada (DSM-IV) akan tetapi terdapat ketidakmampuan pada beberapa perilakunya

1. Penatalaksanaan

I. Tes tes psikologi

1) Tes Psycho Educational Profile Revised ( PEP-R)

untuk anak autistik atau yang terganggu perkembangannya

dipakai pada anak-anak dengan usia 6 bulan - 7 tahun

memberikan informasi tentang fungsi perkembangan (imitasi, persepsi, ketrampilan motorik halus, ketrampilan motorik kasar, korrdinasi mata dan tangan, performansi kognitif dan kognisi verbal). Tes PEP-R juga dapat mendeteksi masalah-masalah dalam hal relasi dan afeksi, permainan dan minat terhadap benda dan respon penginderaan dan bahasa.

Skor PEP-R membuat rencana pendidikan individual anak sehingga guru dapat tertolong dalam menangani anak autistik.

2) Vineland Social Maturity Scale

sebagai data tambahan untuk mendukung diagnosa.

terfokus pada apa yang biasa dilakukan individu dan dirancang untuk menilai perilaku adaptif.

Data diperoleh berdasarkn observasi & wawancara ortu.

TesVineland mengklasifikasikan empat domain/ranah adaptif utama yaitu ranah komunikasi, ranah ketrampilan sehari-hari, ranah sosialisasi, ranah ketrampilan motorik yang kemudian disertai dengan komposit perilaku adaptif dan maladaptif.

Hasil tes Vineland penyandang autis berada pada kriteria kematangan sosial yang jauh dibawah rata-rata anak seusianya.

PENANGANAN ANAK AUTIS

Keberhasilan terapi dipengaruhi oleh bbrp faktor (Budiman, 1998) yaitu :

a. berat ringannya gejala atau berat ringannya kelainan otak.

b. usia, diagnosis dini sangat penting oleh karena semakin muda umur anak saat dimulainya terapi semakin besar kemungkinan untuk berhasil.

c. Kecerdasan, makin cerdas anak tersebut makin baik prognosisnya

d. Bicara dan bahasa, 20 % penyandang autis tidak mampu berbicara seumur

hidup, sedangkan sisanya mempunyai kemampuan bicara dengan kefasihan yg berbeda-beda. Mereka dengan kemampuan bicara yang baik mempunyai prognosis yang lebih baik.

e. Terapi yang intensif dan terpadu.

TERAPI YANG TERPADU

Terapi secara formal sebaiknya dilakukan antara 48 jam sehari.

a. Terapi medikamentosa

diberikan obat-obat psikotropika jenis baru seperti obat-obat antidepressan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) yg bisa memberikan keseimbangan antara neurotransmitter serotonin dan dopamine. Yang diinginkan dalam pemberian obat ini adalah dosis yang paling minimal namun paling efektif dan tanpa efek samping.

Pemakaian obat akan sgt membantu untuk memperbaiki respon anak thdp lingkungan shg ia lbh mudah menerima tata laksana terapi lainnya. Bila kemajuan yg dcapai cukup baik, obat dikurangi bahkan dihentikan.

b. Terapi psikologis

Dalam penanganan autisme, seringkali perkembangan kemampuan berjalan lambat dan mudah hilang ( Wenar,1994 ). Umumnya intervensi difokuskan pada meningkatkan kemampuan bahasa dan komunikasi, self-help dan perilaku sosial dan mengurangi perilaku yang tidak dikehendaki seperti melukai diri sendiri ( self mutilation ), temper tantrum dengan penekanan pada peningkatan fungsi individu dan bukan menyembuhkan dalam arti mengembalikan penyandang autis ke posisi normal.

Rutter ( dalam Wenar, 1994 ) membuat pendekatan yang komprehensif dalam intervensi autisme yang memiliki tujuan :

membantu perkembangan kognitif, bahasa dan sosial yang normal

meningkatkan kemampuan belajar anak autistik

mengurangi kekakuan dan perilaku stereotype dengan meningkatkan interaksi penyandang autis dengan orang lain dan tidak membiarkannya hidup sendiri . Interaksi yang kurang justru akan menyebabkan munculnya perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki. Dalam hal ini pemberian mainan yang bervariasi juga dapat mengurangi kekakuan ini.

mengurangi perilaku maladaptive seperti temper tantrum dan melukai diri sendiri

mengurangi stress pada keluarga penderita autism

Selanjutnya, Lieke Van Sleeuwen ( 1996 ) menyatakan intervensi psikologis

Anak-anak autistik harus terfokus pada :

memberikan stimulasi spesifik dan latihan untuk mengkompensasikan keterlambatan perkembangan secara menyeluruh

memutuskan atau mengurangi perilaku yang sulit ditangani oleh lingkungan yang menghambat proses belajar sosial dan pendidikan

mencegah timbulnya gg sekunder yang mungkin muncul sebagai efek dari gg utama.

Ketiga hal ini hanya dapat dilaksanakan pada lingkungan yang sangat terstruktur dan teratur dengan baik. Anak autistik memiliki pola berpikir yang berbeda, mereka mengalami kesulitan memahami lingkungannya. Oleh karena itu memberikan lingkungan terstruktur merupakan titik awal dalam proses intervensi penyandang autis. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sbb:

a) Keteraturan waktu dan tempat yaitu : jadwal harian yang tetap dan ruang yang pasti. Namun tidak berarti bahwa segala sesuatu harus terjadi dengan cara yang sama. Perubahan-perubahan kecil juga diperlukan agar anak autis dapat meningkatkan fleksibilitas mereka.

b) Berhubung adanya kesulitan berpikir dan bertingkah laku pada anak autis, maka perlu merangsang dan melatih anak melalui berbagai aspek yang disesuaikan dengan minat yang dimiliki anak.

c) Pengajaran dilakukan secara bertahap dan bila memungkinkan menggunakan alat peraga

d) Proses pendidikan berlangsung secara individual ( khusus ). Anak autis tidak memiliki ketrampilan sosial yang diperlukan untuk belajar dalam situasi kelompok. Oleh karena itu, pendekatan individual diberikan pada anak termasuk didalamnya individual play training. Training bermain ini merupakan terapi yang mengajari anak bermain dan membimbing anak ke dalam berbagai kemungkinan fungsional suatu mainan. Contohnya seperti sebuah mobil tidak hanya merupakan benda dengan roda yang berjalan tetapi juga dapat disetir dan mengangkut orang dan benda-benda lain.

Seperti halnya Rutter yang menekankan perlunya mengatasi stress pada keluarga, Sleeuwen ( 1996 ) juga menekankan pentingnya konseling keluarga.

Setelah seorang anak didiagnosa autisme, adalah penting bahwa tidak hanya anak tersebut yang mendapatkan pertolongan, namun juga orang tua. Orang tua perlu diberikan pengertian mengenai kondisi anak dan mampu menerima anak mereka yang menderita autis. Mereka juga dilibatkan dalam proses terapi ( Home training ). Konsep yang ada dalam home training ini adalah orang tua belajar dan dilatih untuk dapat melakukan sendiri terapi yang dilakukan psikolog/terapis. Terapi tidak hanya dilakukan oleh terapis tetapi juga oleh keluarga di rumah. Terapi yang intensif akan meminimalisir kemungkinan hilangnya kemampuan yang telah dilatih dan dikuasai anak.

c. Terapi wicara

pendekatan behaviouris - model operant conditioning ( dalam Wenar, 1994

Anak yang mengalami hambatan bicara dilatih dg proses pemberian reinforcement dan meniru vokalisasi terapis.

Rutter ( dalam Wenar, 1994 ) juga membahas mengenai terapi bicara dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi anak autis. Ia membuat table Promotion of Language Development yang menerangkan alur kebutuhan dan masalah perkembangan bahasa anak autis disertai pemecahan masalah yang dapat dilakukan sebagai berikut :

KEBUTUHAN MASALAH

PEMECAHAN

1. Perubahan social

isolasi sosial

Krg interaksi timbale balik

Perencanaan interaksi

Peningkatan

kemampuan sosial

Latihan Interaksi timbal balik terstruktur

2. Komunikasi social

Kegagalan menggunakan

bahasa sosial

Latihan

Pemberian penguatan

Fokus pd komunikasi

3. Kapasitas linguistik Tdk berkapasitas Latihan lgsg

Menggunakan tanda-

alternatif lainnya

d. Fisioterapi

yang berfungsi untuk merangsang perkembangan motorik dan kontrol tubuh.

1) Terapi musik

Meliputi aktivitas menyanyi, menari mengikuti irama dan memainkan alat musik.

Musik dapat sangat bermanfaat sebagai media mengekspresikan diri,termasuk pada penyandang autis

2) Son- rise program

berdasarkan pada sikap menerima dan mencintai tanpa syarat pada anak-anak autistik.

Diciptakn o/ orangtua yg anaknya didiagnosa menderita autisme

3) Program Fasilitas Komunikasi

penyediaan dukungan fisik kepada individu dalam mengekspresikan pikiran atau ide-idenya melalui papan alfabet, papan gambar, mesin ketik atau komputer.

4) Terapi vitamin

Penyandang autis mengalami kemajuan yang berarti setelah mengkomsumsi vitamin tertentu seperti B 6 dalam dosis tinggi yang dikombinasikan dengan magnesium, mineral dan vitamin lainnya.

5) Diet Khusus ( Dietary Intervention) yang disesuaikan dengan cerebral alergies yang diderita penyandang autis.

DIAGNOSIS ADHD

Diagnosa hiperaktifitas tidak dapat dibuat hanya berdasarkan informasi sepihak dari orang tua penderita saja tetapi setidaknya informasi dari sekolah, serta penderita harus dilakukan pemeriksaan meskipun saat pemeriksaan penderita tidak menunjukkan tanda-tanda hiperaktif, dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi saat pemeriksaan dan kemungkinan hal lain yang mungkin mejadi pemicu terjadinya hiperaktifitas. Pada beberapa kasus bahkan membutuhkan pemeriksaan psikometrik dan evaluasi pendidikan. Hingga saat ini belum ada suatu standard pemeriksaan fisik dan psikologis untuk hiperaktifitas. Ini berarti pemeriksaan klinis haruslah dilakukan dengan sangat teliti meskipun belum ditemukan hubungan yang jelas antara jenis pemeriksaan yang dilakukan dengan proses terjadinya hiperaktifitas. Beragam kuesioner dapat disusun untuk membantu mendiagnosa, namun yang terpenting adalah perhatian yang besar dan pemeriksaan yang terus-menerus, karena tidak mungkin diagnosa ditegakkan hanya dalam satu kali pemeriksaan.

Bila didapatkan seorang anak dengan usia 6 hingga 12 tahun yang menunjukkan tanda-tanda hiperaktif dengan prestasi akademik yang rendah dan kelainan perilaku, hendaknya dilakukan evaluasi awal kemungkinan

Untuk mendiagnosis ADHD digunakan kriteria DSM IV yang juga digunakan, harus terdapat 3 gejala : Hiperaktif, masalah perhatian dan masalah konduksi.

KRITERIA A MASING-MASING (1) ATAU (2)

(1) Enam atau lebih dari gejala

(1) Enam atau lebih gejala dari kurang perhatian atau konsentrasi yang tampak paling sedikit 6 bulan terakhir pada tingkat maladaptive dan tidak konsisten dalam perkembangan

INATTENTION

a. Sering gagal dalam memberi perhatian secara erat secara jelas atau membuat kesalahan yang tidak terkontrol dalam :

1. sekolah

2. bekerja

3. aktifitas lainnya

b. Sering mengalami kesulitan menjaga perhatian/ konsentrasi dalam menerima tugas atau aktifitas bermain.

c. Sering kelihatan tidak mendengarkan ketika berbicara secara langsung

1. Menyelesaikan pekerjaan rumah

2. Pekerjaan atau tugas

3. Mengerjakan perkerjaan rumah (bukan karena perilaku melawan)

4. Gagal untuk mengerti perintah

d. Sering kesulitan mengatur tugas dan kegiatan

e. Sering menghindar, tidak senang atau enggan mengerjakan tugas yang membutuhkan usaha (seperti pekerjaan sekolah atau perkerjaan rumah)

f. Sering kehilangan suatu yang dibutuhkan untuk tugas atau kegiatan ( permainan, tugas sekolah, pensil, buku dan alat sekolah lainnya ))

g. Sering mudah mengalihkan perhatian dari rangsangan dari luar yang tidak berkaitan

h. Sering melupakan tugas atau kegiatan segari-hari

(2) Enam atau lebih gejala dari hiperaktivitas/impulsifitas yang menetap dalam 6 bulan terakhir

HIPERAKTIFITAS

1. Sering merasa gelisah tampak pada tangan, kaki dan menggeliat dalam tempat duduk

2. Sering meninggalkan tempat duduk dalam kelas atau situasi lain yang mengharuskan tetap duduk.

3. Sering berlari dari sesuatu atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak seharusnya (pada dewasa atau remaja biasanya terbatas dalam keadaan perasaan tertentu atau kelelahan )

4. Sering kesulitan bermain atau sulit mengisi waktu luangnya dengan tenang.

5. isering berperilaku seperti mengendarai motor

6. Sering berbicara berlebihan

IMPULSIF

a.Sering mengeluarkan perkataan tanpa berpikir, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaannya selesai.

b. Sering sulit menunggu giliran atau antrian

c. Sering menyela atau memaksakan terhadap orang lain (misalnya dalam percakapan atau permainan).

KRITERIA B: Gejala hiperaktif-impulsif yang disebabkan gangguan sebelum usia 7 tahun.

KRITERIA C : Beberapa gangguan yang menimbulkan gejala tampak dalam sedikitnya 2 atau lebih situasi ( misalnya di kelas, di permainan atau di rumah )

KRITERIA D : Harus terdapat pengalaman manifestasi bermakna secara jelas mengganggu kehidupan sosial, akademik, atau pekerjaan )

KRITERIA E : Gejala tidak terjadi sendiri selama perjalanan penyakit dari Pervasive Developmental Disorder, Schizophrenia, atau gangguan psikotik dan dari gangguan mental lainnya (Gangguian Perasaan, Gangguan kecemasan, Gangguan Disosiatif atau gangguan kepribadian)

Diagnosis ADHD, Tipe kombinasi jika terdapat pada A1 dan A2 yang didaptkan dalam 6 bulan terakhir. ADHD tipe Inatentif redominan jika dalam kriteria didapatkan A1, tetapi tidak didapatkan gejala pada A2 dalam 6 bulan terakhir. ADHD Hiperaktif Predominan -Tipe Impulsif): jika kriteria didapatkan A2 tapi tidak dijumpai kriteria A1 dalam 6 bulan terakhir.

Kriteria diagnostik hiperaktifitas adalah ditemukannya 6 gejala atau lebih yang menetap setidaknya selama 6 bulan. Gejala-gejala diatas biasanya timbul sebelum umur 7 tahun, dialami pada 2 atau lebih suasana yang berbeda (di sekolah, di rumah atau di klinik dll), disertai adanya hambatan yang secara signifikan dalam kehidupan sosial, prestasi akademik dan sering salah dalam menempatkan sesuatu, serta dapat pula timbul bersamaan dengan terjadinya kelainan perkembangan, skizofrenia atau kelainan psikotik lainnya.

PENANGANAN DINI HIPERAKTIFITAS

Melihat penyebab ADHD yang belum pasti terungkap dan adanya beberapa teori penyebabnya, maka tentunya terdapat banyak terapi atau cara dalam penanganannya sesuai dengan landasan teori penyebabnya.

Terapi medikasi atau farmakologi adalah penanganan dengan menggunakan obat-obatan. Terapi ini hendaknya hanya sebagai penunjang dan sebagai kontrol terhadap kemungkinan timbulnya impuls-impuls hiperaktif yang tidak terkendali. Sebelum digunakannya obat-obat ini, diagnosa ADHD haruslah ditegakkan lebih dulu dan pendekatan terapi okupasi lainnya secara simultan juga harus dilaksanakan, sebab bila penanganan hanya diutamakan obat maka tidak akan efektif secara jangka panjang.

Terapi nutrisi dan diet banyak dilakukan dalam penanganan penderita. Diantaranya adalah keseimbangan diet karbohidrat, penanganan gangguan pencernaan (Intestinal Permeability or "Leaky Gut Syndrome"), penanganan alergi makanan atau reaksi simpang makanan lainnya. Feingold Diet dapat dipakai sebagai terapi alternatif yang dilaporkan cukup efektif. Suatu substansi asam amino (protein), L-Tyrosine, telah diuji-cobakan dengan hasil yang cukup memuaskan pada beberapa kasus, karena kemampuan L-Tyrosine mampu mensitesa (memproduksi) norepinephrin (neurotransmitter) yang juga dapat ditingkatkan produksinya dengan menggunakan golongan amphetamine.

Beberapa terapi biomedis dilakukan dengan pemberian suplemen nutrisi, defisiensi mineral, essential Fatty Acids, gangguan metabolisme asam amino dan toksisitas Logam berat. Terapi inovatif yang pernah diberikan terhadap penderita ADHD adalah terapi EEG Biofeed back, terapi herbal, pengobatan homeopatik dan pengobatan tradisional Cina seperti akupuntur.

Terapi yang diterapkan terhadap penderita ADHD haruslah bersifat holistik dan menyeluruh. Penanganan ini hendaknya melibatkan multi disiplin ilmu yang dilakukan antara dokter, orangtua, guru dan lingkungan yang berpengaruh terhadap penderita secara bersama-sama. Penanganan ideal harus dilakukan terapi stimulasi dan terapi perilaku secara terpadu guna menjamin keberhasilan terapi.

Untuk mengatasi gejala gangguan perkembangan dan perilaku pada penderita ADHD yang sudah ada dapat dilakukan dengan terapi okupasi. Ada beberapa terapi okupasi untuk memperbaiki gangguan perkembangan dan perilaku pada anak yang mulai dikenalkan oleh beberapa ahli perkembangan dan perilaku anak di dunia, diantaranya adalah sensory Integration (AYRES), snoezelen, neurodevelopment Treatment (BOBATH), modifukasi Perilaku, terapi bermain dan terapi okupasi lainnya

STIMULASI DINI

Terapi modifikasi perilaku harus melalui pendekatan perilaku secara langsung, dengan lebih memfokuskan pada perunahan secara spesifik. Pendekatan ini cukup berhasil dalam mengajarkan perilaku yang diinginkan, berupa interaksi sosial, bahasa dan perawatan diri sendiri. Selain itu juga akan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, seperti agrsif, emosi labil, self injury dan sebagainya. Modifikasi perilaku, merupakan pola penanganan yang paling efektif dengan pendekatan positif dan dapat menghindarkan anak dari perasaan frustrasi, marah, dan berkecil hati menjadi suatu perasaan yang penuh percaya diri.

Terapi bermain sangat penting untuk mengembangkan ketrampilan, kemampuan gerak, minat dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan kegiatan kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan untuk beraktifitas dan bekerja saat usia dewasa. Terapi bermain digunakan sebagai sarana pengobatan atau terapitik dimana sarana tersebut dipakai untuk mencapai aktifitas baru dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan terapi.

Dengan bertambahnya umur pada seorang anak akan tumbuh rasa tanggung jawab dan kita harus memberikan dorongan yang cukup untuk mereka agar mau belajar mengontrol diri dan mengendalikan aktifitasnya serta kemampuan untuk memperhatikan segala sesuatu yang harus dikuasai, dengan menyuruh mereka untuk membuat daftar tugas dan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan sangat membantu dalam upaya mendisiplinkan diri, termasuk didalamnya kegiatan yang cukup menguras tenaga (olah raga dll) agar dalam dirinya tidak tertimbun kelebihan tenaga yang dapat mengacaukan seluruh kegiatan yang harus dilakukan. Nasehat untuk orangtua, sebaiknya orang tua selalu mendampingi dan mengarahkan kegiatan yang seharusnya dilakukan si-anak dengan melakukan modifikasi bentuk kegiatan yang menarik minat, sehingga lambat laun dapat mengubah perilaku anak yang menyimpang. Pola pengasuhan di rumah, anak diajarkan dengan benar dan diberikan pengertian yang benar tentang segala sesuatu yang harus ia kerjakan dan segala sesuatu yang tidak boleh dikerjakan serta memberi kesempatan mereka untuk secara psikis menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan.

Umpan balik, dorongan semangat, dan disiplin, hal ini merupakan pokok dari upaya perbaikan perilaku anak dengan memberikan umpan balik agar anak bersedia melakukan sesuatu dengan benar disertai dengan dorongan semangat dan keyakinan bahwa dia mampu mengerjakan, pada akhirnya bila ia mampu mengerjakannya dengan baik maka harus diberikan penghargaan yang tulus baik berupa pujian atupun hadiah tertentu yang bersifat konstruktif. Bila hal ini tidak berhasil dan anak menunjukkan tanda-tanda emosi yang tidak terkendali harus segera dihentikan atau dialihkan pada kegiatan lainnya yang lebih ia sukai. Strategi di tempat umum, terkadang anak justru akan terpicu perlaku distruktifnya di tempat-tempat umum, dalam hal ini berbagai rangsangan yang diterima baik berupa suasana ataupun suatu benda tertantu yang dapat membangkitkan perilaku hiperaktif / destruktif haruslah dihindarkan dan dicegah, untuk itu orang tua dan guru harus mengetahui hal-hal apa yang yang dapat memicu perilaku tersebut. Modifikasi perilaku, merupakan pola penanganan yang paling efektif dengan pendekatan positif dan dapat menghindarkan anak dari perasaan frustrasi, marah, dan berkecil hati menjadi suatu perasaan yang penuh percaya diri.

PENUTUP

ADHD atau Attention Deficite Hyperactivity Disorder pada anak yang merupakan gangguan perilaku yang semakin sering ditemukan. Seringkali karena kurang pemahaman dari orangtua dan guru serta orang-orang disekitarnya anak diperlakukan tidak tepat sehingga cenderung memparah keadaan. Terdapat beberapa pegangan dalam mendiagnosa ADHD, gejala hiperaktifitas harus dapat dilihat pada setidaknya di dua tempat yang berbeda dengan kondisi (setting) yang berbeda pula.

Terapi yang diterapkan terhadap penderita ADHD haruslah bersifat holistik dan menyeluruh. Penanganan ini harus melibatkan multi disiplin ilmu yang dikoordinasikan antara dokter, orangtua, guru dan lingkungan yang berpengaruh terhadap penderita.

RM

Definisi

Individu yg memiliki keterbatasan kepribadian sehingga mengakibatkan kegagaln mengembangkan kapasitas intelektual

PPDGJ :

1. Fungsi intelektual dibawah rata2

2. Berakibat hendaya perilaku adaptif

3. Harus timbul< 18th

Tahapan perkembangan kognitif berhenti saat praoperasional , sedangkan intelektualnya sampai pada mengetahui

Secara biologis,akademik, sosialisasi dan tingkah laku terganggu

Etiologi

1. Infeksi (TORCH)

2. Intoksikasi (bilirubin)

3. Trauma atau pengaruh fisik

4. Gangguan metabolism pertumbuhan dan nutrisi

5. Pertumbuhan optimal

6. Mutasi kromosom perkawinan incest(sedarah)

a. Sindrom down : trisomi pd kromosom 21

b. X-fragile syndrome pada kromosom Xq27.3

c. Cri du cat delesi kromosom 5

d. Prader willy delesi sporadic kromosom 15

e. Genetic lain : phenylketonuria (gg transmisi trait mendel, autosomal resesif) dan sindrom rett ( terkait gonosom X hanya pada wanita)

Derajat

1. RM RINGAN (50-69) mampu didik mampu latih

2. RM SEDANG(35-49)

3. RM BERAT (20-34)

4. RM SANGAT BERAT (IQ21 tahun)

Sangat berat

< 20

Retardasi jelas

Beberapa perkembangan motorik dapat berespons namun terbatas

Perkembangan motorik dan bicara sangat terbatas

Berat

20-34

Perkembangan motorik yang miskin

Dapat berbicara atau belajar berkomunikasi namun latihan kejuruan tidak bermanfaat

Dapat berperan sebagian dalam pemeliharaan diri sendiri di bawah pengawasan ketat

Sedang

35-49

Dapat berbicara atau belajar berkomunikasi, ditangani dengan pengawasan sedang

Latihan dalam ketrampilan social dan pekerjaan dapat bermanfaat, dapat pergi sendiri ke tempat yang telah dikenal

Dapat bekerja sendiri tanpa dilatih namun perlu pengawasan terutama jika berada dalam stress

Ringan

50-69

Dapat mengembangkan ketrampilan social dan komunikasi, retradarsi mental

Dapat belajar ketrampilan akademik sampai kelas 6 SD

Biasanya dapat mencapai ketrampilan social dan kejuruan namun perlu bantuan terutama bila stress

Epidemiologi

Prevalensi retardasi mental pada suatu waktu diperkirakan adalah kira-kira 1 persen dari populasi. Insiden retardasi mental sulit untuk dihitung karena kesulitan mengenali onsetnya. Pada banyak kasus retardasi mental mungkin laten selama waktu yang panjang sebelum keterbatasan seseorang diketahui atau karena adaptasi yang baik .insiden tertinggi adalah pada anak usia sekolah dengan puncak usia 10 sampai 14 th. Retardasi mental kira-kira 1,5 % lebih sring pada laki-laki dari pada wanita. Pada usia lanjut prevalensi lebih sedikit, karena mereka yg memiliki reardasi mental berat atau sangat berat memiliki angka mortalitas yg tinggi yg disebabkan dr pnyulit gangguan fisik yg menyertai.

Diagnosis gambaran klinis

a. fungsi intelektual yang secara bermakna dibawah rata2 :

IQ kira2 70 atau < pada tes IQ yang dilakukan secara individual (untuk bayi, pertimbangan adanya fungsi intelektual yang jelas dibawah rata2).

b. Adanya defisit atau gangguan yang menyertai dalam fungsi adaptif sekarang (yaitu, efektivitas orang tsb untuk memenuhi standar2 yang dituntut menurut usianya dalam kelompok kulturalnya) pada sekurangnya dua ketarampilan berikut : komunikasi, merawat diri sendiri, ketrampilan sosial atau interpersonal, menggunakan sarana masyarakat, mengarahkan diri sendir, ketrampilan akademik fungsional, pekerjaan liburan kesehatan dan keamanan)

c. Onset sebelum usia 18 thn

Penulisan didasarkan pada derajat keparahan yang mencerminkan tingkat gangguan intelektual :

Retardasi mental ringan : tingkat I.Q. 50-55 sampai kira2 70

Retardasi mental sedang : tingkat IQ 35-40 sampai 50-55

Retardasi mental berat : tingkat IQ 20-25 sampai 35-40

Retardasi mental sangat berat : tingkat IQ dubawah 20-25

Retardasi mental, keparahan tidak ditentukan : jika terdapat kecurigaan adanya retardasi mental tetapi intelegensi pasien tidak dapat diuji oleh tes intelegensi baku.

DSM IV

a. Retardasi mental ringan

IQ berkisar 50 69

Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai tingkat dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi perkembangan kemandirian dapat menetap sampai dewasa

Walaupun mengalami keterlambatan dalam kemampuan bahasa tetapi sebagian besar dapat mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan sehari-hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam merawat diri sendiri dan mencapai keterampilan praktis dan keterampilan rumah tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak lambat daripada normal

Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat akademik dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis

Etiologi organik hanya dapat diidentifikasi pada sebagian kecil penderita

Keadaan lain yang menyertai : autisme, gangguan perkembangan lain, epilepsi, gangguan tingkah laku atau disabilitas fisik dapat ditemukan dalam berbagai proporsi

b. Retardasi mental sedang

IQ biasanya berada dalam rentang 35 49

Umumnya ada profil kesenjangan (disparency) dari kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam keterampilan visuo-spasial daripada tugas-tugas yang tergantung pada bahasa, sedangkan yang lainnya sangat canggung namun dapat mengadakan interaksi sosial dan percakapan sederhana

Tingkat perkembangan bahasa bervariasi : ada yang dapat mengikuti percakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya untuk kebutuhan dasar mereka

etiologi organik dapat diidentifikasi pada kenbanyakan penyandang retardasi mental sedang

autisme masa kanak atau gangguan perkembangan pervasif lainnya terdapat pada sebagian kecil kasus dan punya pengaruh besar pada gambaran klinis dan terapinya

c. Retardasi mental berat

IQ biasanya berada dalam rentang 20 34

Pada umumnya mirip dengan retardasi metal sedang dalam hal :

Gambaran klinis

Terdapatnya etiologi organik

Kondisi yang menyertai

Tingkat prestasi yang rendah

Kebanyakan retardasi mental berat menderita gangguan motorik yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya, menunjukkan adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat

d. Retardasi mental sangat berat

IQ biasanya di bawah 20

Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, paling banter mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana

Keterampilan visuo-spasial yang paling dasar dan sederhana tentang memilih dan mencocokkan mungkin dapat dicapainya dan dengan pengawasan dan petunjuk yang tepat penderita mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas praktis dan rumah tangga

Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada sebagian besar kasus

Biasanya ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat yang mempengaruhi mobilitas seperti epilepsi dan hendaya daya lihat dan daya dengar

e. Retardasi mental lainnya

Kategori ini digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya gangguan sensorik atau fisik misalnya buta, bisu, tuli dan penderita yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu

f. Retardasi mental yang tidak tergolongkan

Jelas terdapat retardasi mental tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk menggolongkannya dalam salah satu kategori di atas

PPDGJ III

Penatalaksanaan

Terapi pada anak dengan retardasi mental meliputi 4 aspek:

1. Terapi terhadap aspek fisik

Sasaran terapi ditujukan terhadap kelainan atau gangguan fisik. Terapi ini meliputi:

1.1. Terapi simptomatik

Semua kelainan-kelainan fisik yang dapat diatasi atau ditolong dengan terapi ini, misalnya: fenilketonuria, galaktosemia, kejang-kejang dengan obat-obatan yang sesuai untuk itu.

1.2. Koreksi terhadap cacat

Oleh karena pada anak dengan retardasi mental sering didapatkan kecacatan, maka koreksi terhadap cacat ini paling tidak membebaskan penderita dan kekurangannya. Yang paling sering, koreksi terhadap alat-alat gerak, defek panca indra, dan yang koreksi lain yang berhubungan dengan kosmetik, untuk memperbaiki fungsi dan penampilan diri.

2. Terapi terhadap, aspek psikologik/psikiatrik

Sasaran terapi ditujukan terhadap kelainan atau gangguan yang berhubungan dengan emosi dan gangguan tingkah laku serta terhadap kondisi psikologis keluarga. Terapi ini meliputi.

2.1. Terhadap emosi dan tingkah laku penderita.

Emosi dan tingkah laku penderita, terutama yang hiperaktif dapat diberikan obat-obatan golongan ansiolotik, misalnya: diazepam, khlordiazepokside atau yang lain. Bila hal mi belum menolong, dapat dipertimbangkan pemberian anti psikotik atan neuroleptika dalam dosis awal yang kecil dulu, secara bertahap, bila belum baik dapat dinaikkan.

2.2. Terhadap kondisi psikologis keluarga

Terhdap keluarga dapat diberikan konsultasi dan bimbingan sampai kepada psikoterapi dan terapi keluarga. Tidak selamanya keluarga memerlukan bantuan psikologis terus menerus. Bantuan yang teratur dalam periode 3 bulan sekali dapat mempertahankan keseimbangan psikologis keluarga. Hanya pada keadaan atau periode krisis dalam keluarga, bantuan psikologis mi sangat penting artinya.

Periode krisis dalam keluarga meliputi keadaan-keadaan sebagai berikut:

Kecurigaan pertama adanya retardasi mental, terutama pada waktu diagnosa belum dapat ditegakkan

Pada waktu diagnosa sedang dipelajari secara seksama.

Periode penderita akan masuk sekolah, memilih sekolah yang sesuai dan usaha usaha untuk membantu penderita.

Persoalan penyesuaian dengan saudara kandung dan dengan teman sebaya

Timbulnya krisis keluarga, dan tingkat pertengkaran sama ke tingkat perceraian

Timbulnya problem-problem seksual pada penderita, biasanya pada waktu penderita telah memasuki usia remaja

Setelah penderita selesai sekolah, dan timbul keinginan penderita atau keluanganya untuk bekerja

Apabila ada rencana penderita akan menikah

Adanya suatu penyakit atau gangguan lain, yang mengharuskan penderita dirawat masuk ke rumah sakit

Adanya rasa bersalah dari orang tua sesudah melakukan suatu tindakan terhadap penderita.

3. Terapi terhadap aspek pendidikan

Pendidikan bagi seorang anak merupakan suatu kebutuhan utama dalam proses perkembangannya. Tidak terkecuali bagi anak dengan retardasi mental. Yang perlu diperhatikan di sini adalah derajat kemampuan yang ada pada anak. Berdasarkan kemampuan yang ada pada anak, maka pendidikan ini dibagi menjadi 3 kelompok:

3.1. Kelompok yang mampu didik dan mampu Iatih

Terutama ditujukan kepada anak dengan retandasi mental taraf ringan. Di sini dilakukan pendidikan secara perlahan-lahan dan secara bertahap dengan memperbanyak latihan-latihan dibandingkan dengan sekolah atau pendidikan

normal lainnya.

3.2. Kelompok yang tidak mampu didik dan mampu latih

Terutama ditujukan kepada anak dengan retandasi mental taraf sedang. Di sini dilakukan latihan-latihan, terutama latihan untuk dapat melakukari aktifitas sehari-hari, tanpa bantuan orang lain. Misalnya: kesehatan perorangan, kebersihan, pekerjaan-pekerjaan kasar yang tidak memerlukan pemikiran dan bersifat rutin.

3.3. Kelompok yang tidak mampu didik dan tidak mampu latih

Terutama ditujukan kepada anak dengan retardasi mental taraf berat. Di sini hanya dilakukan perawatan secara terus menerus dan pencegahan dari bahaya.

4. Terapi terhadap aspek sosial

Tujuan dan terapi ini adalah mengoptimalkan kemapuan penderita dalam bermasyaralat. Hal ini untuk menghilangkan stigma masyarakat, bahwa anak atau orang dengan retardasi mental tidak ada gunanya sama sekali. Dengan pemberian tugas-tugas dalani masyarakat yang dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan penderita akan menimbulkan perasaan pada penderita bahwa dirinya masih diperlukan oleh orang lain, sehingga hal ini mempertinggi rasa percaya dirinya.

Contohnya: menjadi petugas kebersihan kampung, pengantar surat-surat, membantu masalah keamanan dan sebagainya.

Kadang-kadang anak dengan retardasi mental, memerlukan perawatan baik di rumah sakit atau di panti-panti pendidikan penampungan anak

Anak-anak dengan retardasi mental yang mempunyai indikasi perawatan antara lain:

Mempunyai kecacatan yang ganda (multiple handicap)

Mempunyai gangguan fisik yang berat

Penderita retardasi mental dalam usia tua

Penderita dengan gangguan emosi berat

Anak-anak yang memerlukan pendidikan khusus yang jauh dan jangkauan rumah.

Dengan terapi yang adekuat, dan meliputi semua aspek, diharapkan penderita dapat berfungsi secara optimal baik dan segi fisik, psikologik, pendidikan dan sosial

Autis

Definisi

Autisme berasal dari kata autos yang berarti segala sesuatu yang mengarah pada diri sendiri. Dalam kamus psikologi umum ( 1982), autisme berarti preokupasi terhadap pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran subyektifnya sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penderita autisme sering disebut orang yang hidup di alamnya sendiri.

Dra.ELVI ANDRIANI YUSUF Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Etiologi

Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.

Beberapa teori yang didasari beberapa penelitian ilmiah telah dikemukakan untuk mencari penyebab dan proses terjadinya autis. Beberapa teori penyebab autis adalah : teori kelebihan Opioid, teori Gulten-Casein (celiac), Genetik (heriditer), teori kolokistokinin, teori oksitosin Dan Vasopressin, teori metilation, teori Imunitas, teori Autoimun dan Alergi makanan, teori Zat darah penyerang kuman ke Myelin Protein Basis dasar, teori Infeksi karena virus Vaksinasi, teori Sekretin, teori kelainan saluran cerna (Hipermeabilitas Intestinal/Leaky Gut), teori paparan Aspartame, teori kekurangan Vitamin, mineral nutrisi tertentu dan teori orphanin Protein: Orphanin.

Walaupun paparan logam berat (air raksa) terjadi pada setiap anak, namun hanya sebagian kecil saja yang mengalami gejala autism. Hal ini mungkin berkaitan dengan teori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori Metalotionin. Beberapa penelitian anak autism tampaknya didapatkan ditemukan adanya gangguan metabolisme metalotionin. Metalotionon adalah merupakan sistem yang utama yang dimiliki oleh tubuh dalam mendetoksifikasi air raksa, timbal dan logam berat lainnya. Setiap logam berat memiliki afinitas yang berbeda terhada metalotionin. Berdasarkan afinitas tersebut air raksa memiliki afinitas yang paling kuat dengan terhadap metalotianin dibandingkan logam berat lainnya seperti tenbaga, perak atau zinc.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilaporkan para ahli menunjukkan bahwa gangguan metalotianin disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah : defisiensi Zinc, jumlah logam berat yang berlebihan, defisiensi sistein, malfungsi regulasi element Logam dan kelainan genetik, antara lain pada gen pembentuk metalotianin.

Perdebatan yang terjadi akhir akhir ini berkisar pada kemungkinan penyebab autis yang disebabkan oleh vaksinasi anak. Peneliti dari Inggris Andrew Wakefield, Bernard Rimland dari Amerika mengadakan penelitian mengenai hubungan antara vaksinasi terutama MMR (measles, mumps rubella ) dan autisme. Banyak penelitian lainnya yang dilakukan dengan populasi yang lebih besar dan luas memastikan bahwa imunisasi MMR tidak menyebabkan Autis. Beberapa orang tua anak penyandang autisme tidak puas dengan bantahan tersebut. Bahkan Jeane Smith seorang warga negara Amerika bersaksi didepan kongres Amerika : kelainan autis dinegeri ini sudah menjadi epidemi, dia dan banyak orang tua anak penderta autisme percaya bahwa anak mereka yang terkena autis disebabkan oleh reaksi dari vaksinasi.

Penelitian dalam jumlah besar dan luas tentunya lebih bisa dipercaya dibandingkan laporan beberapa kasus yang jumlahnya relatif tidak bermakna secara umum. Namun penelitian secara khusus pada penyandang autis, memang menunjukkan hubungan tersebut meskipun bukan merupakan sebab akibat.

Banyak pula ahli melakukan penelitian dan menyatakan bahwa bibit autis telah ada jauh hari sebelum bayi dilahirkan bahkan sebelum vaksinasi dilakukan. Kelainan ini dikonfirmasikan dalam hasil pengamatan beberapa keluarga melalui gen autisme. Patricia Rodier, ahli embrio dari Amerika bahwa korelasi antara autisme dan cacat lahir yang disebabkan oleh thalidomide menyimpulkan bahwa kerusakan jaringan otak dapat terjadi paling awal 20 hari pada saat pembentukan janin. Peneliti lainnya, Minshew menemukan bahwa pada anak yang terkena autisme bagian otak yang mengendalikan pusat memory dan emosi menjadi lebih kecil dari pada anak normal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa gangguan perkembangan otak telah terjadi pada semester ketiga saat kehamilan atau pada saat kelahiran bayi.

Karin Nelson, ahli neorology Amerika mengadakan menyelidiki terhadap protein otak dari contoh darah bayi yang baru lahir. Empat sampel protein dari bayi normal mempunyai kadar protein yang kecil tetapi empat sampel berikutnya mempunyai kadar protein tinggi yang kemudian ditemukan bahwa bayi dengan kadar protein otak tinggi ini berkembang menjadi autis dan keterbelakangan mental. Nelson menyimpulkan autisme terjadi sebelum kelahiran bayi.

Saat ini, para pakar kesehatan di negara besar semakin menaruh perhatian terhadap kelainan autis pada anak. Sehingga penelitian terhadap autism semakin pesat dan berkembang. Sebelumnya, kelainan autis hanya dianggap sebagai akibat dari perlakuan orang tua yang otoriter terhadap anaknya. Kemajuan teknologi memungkinkan untuk melakukan penelitian mengenai penyebab autis secara genetik, neuroimunologi dan metabolik. Pada bulan Mei 2000 para peneliti di Amerika menemukan adanya tumpukan protein didalam otak bayi yang baru lahir yang kemudian bayi tersebut berkembang menjadi anak autisme. Temuan ini mungkin dapat menjadi kunci dalam menemukan penyebab utama autis sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahannya.

Diagnosis gambaran klinis

Untuk menetapkan diagnosis gangguan autisme para klinisi sering menggunakan pedoman DSM IV (Diagnostic and Statistic Manual IV). Gangguan Autisme didiagnosis berdasarkan DSM-IV:

A. Harus ada sedikitnya 6 gejala dari(1), (2), and (3), dengan minimal harus ada 2 gejala dari (1), dan satu gejala masing-masing dari (2) dan (3):

(1) GANGGUAN KUALITATIF DALAM INTERAKSI SOSIAL, minimal harus ada dua manifestasi:

Hendaya dalam perilaku non verbal seperti : kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, sikap tubuh atau gerak tubuh dalam interaksi sosial

Kegagalan dalam berhubungan dengan anak sebaya sesuai dengan perkembangannya

Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain

Kurangnya hubungan sosial dan emosional

(2) GANGGUAN KUALITATIF DALAM BIDANG KOMUNIKASI, minimal 1 gejala di bawah ini :

Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (tak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).

Bila bisa bicara tidak dipakai untuk komunikasi

Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.

Cara bermain kurang variasi, kurang imajinatif dan kurang bisa meniru.

(3) SUATU POLA YANG DIPERTAHANKAN DAN DIULANG-ULANG DALAM PERILAKU, MINAT DAN KEGIATAN. Sedikitnya harus ada 1 gejala di bawah ini :

Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan.

Terpaku pada satu kegiatan ritual atau rutin yang tidak ada gunanya

Terdapat gerakan-gerakan aneh yang khas berulang-ulang.

Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda

B. Sebelum usia 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang :

1. Interaksi sosial

2. Bicara dan berbahasa

3. Cara bermain yang kurang variasi

C. Gangguan tersebut bukan disebabkan karena sindrom Rett atau Gangguan disintegratif masa kanak-kanak (Childhood Disintegrative Disorder).

Penatalaksanaan

Dalam pengobatan penyakit autis ada beberapa macam terapi, diantaranya adalah:

Terapi Medikamentosa

Sistem terapi dengan pemberian obat pada penderita dengan pantauan dokter untuk setiap efek obat yang positif maupun yang negatif dan pemberian obat harus didasarkan:

Diagnosis yang tepat

Indikasi yang kuat

Pemakaian obat seperlunya

Pemantauan ketat gejala efek samping

Dosis obat terusmenerus disesuaikan

Pakai obat yang sudah dikenal

Terapi Wicara

Terapi wicara diberikan kepada penyandang autisme karena mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan bicara

Terapi Perilaku

Terapi perilaku membantu para penyandang autisme untuk bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat dalam terapi perilaku bukan saja gurunya yang harus melakukan terapi pada saat belajar namun setiap anggota keluarga di rumah harus bersikap sama dan konsisten dalam menghadapi penyandang autis

Pendidikan Khusus

Pendidikan khusus yaitu pendidikan individual yang terstruktur bagi penyandang autis, pada pendidikan khusus ini diterapkan sistim satu guru satu anak karena merupakan sistim yang efektif

Terapi Okupasi

Anak autis diberi bantuan terapi okupasi untuk membantu menguatkan memperbaiki koordinasi dan membuat otot halusnya terampil, misalnya otot jari tangan sangat penting dikuatkan dan dilatih supaya bisa menulis dan melakukan semua hal yang membutuhkan keterampilan otot jari tangannya.

http://www.autisme.or.id/GPP_PDD/autisme_masa_kanak/

http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/anak/autis250407.htm

Prognosis

Pada gangguan autisme, anak yang mempunyai IQ diatas 70 dan mampu menggunakan komunikasi bahasa mempunyai prognosis yang baik,. Kira-kira dua pertiga orang dewasaautisme bergantung sepenuhnya atau setengah bergantung pada keluarga atau di rumah sakit jiwa. Hanya 1-2% dapat hidup normal dan berstatus independent, dan 5-20% mendapat status normal borderline (Hagberg,1981)

Sindrom Asperger

Definisi

Adalah suatu kondisi dimana anak menunjukkan gangguan jelas dalam hubungan social dan pola perilaku yang berulang dan stereotipik tanpa keterlambatan dalam perkembangan bahasa sedangkan kemampuan kognitif dan adaptif anak adalah normal

Etiologi

Etiologi gangguan Asperger masih menjadi perdebatan. Gangguan Asperger merupakan kondisi yang termasuk dalam spektrum autisme, sehingga kepustakaan menyebutkan bahwa etiologinya sama. Beberapa kepustakaan mengatakan bahwa etiologinya terkait dengan genetik dan kerusakan otak.

Sedangkan Ciaranello dan Ciaranello (1995) membagi etiologi gangguan Asperger ke dalam dua tipe yaitu genetik dan non genetik.

Tipe genetik.

Etiologi genetik berhubungan dengan kontrol gen pada perkembangan otak.

Hubungan genetik antara autisme dan gangguan Asperger dapat digambarkan sebagai berikut: anak yang menderita gangguan Asperger seringkali ayahnya memiliki kesulitan dalam interaksi sosial.

Terdapat beberapa laporan adanya transmisi keluarga pada gangguan Asperger.

Gillberg mengatakan terdapat patologi "Asperger Syndrome-like" pada anggota keluarga terdekat dari penderita gangguan Asperger.

De Long & Dwyer menemukan gangguan Asperger pada keluarga dari anak yang menderita gangguan autistik high functioning.

Faktor genetik menunjukkan adanya hubungan antara autisme dengan gangguan Asperger.

Sejumlah 9% anak penderita autisme mempunyai ayah sindrom Asperger atau ciri-ciri Asperger.

Secara genetik peranan kromosom fragile-X untuk terjadinya gangguan Asperger sangat bermakna. Studi kembar dua memberi dukungan adanya dasar genetik gangguan ini, akan tetapi pada studi kembar tiga tidak. Jikapun dasar etiologinya genetik, faktor lain perlu dipertimbangkan misalnya keadaan prenatal, perinatal dan postnatal.

Non genetik

Ciaranello (1995)mengatakan etiologi nongenetik meliputi infeksi prenatal. Menurut Chess (1997) ada peningkatan insidens setelah pandemi rubella. Infeksi varisela dan toxoplasmosis prenatal berhubungan dengan terjadinya gangguan ini. Juga berhubungan dengan riwayat ibu, riwayat kehamilan dan persalinan. Hipotiroid pada ibu selama kehamilan berkaitan dengan terjadinya gangguan ini.

Beberapa penelitian melaporkan hubungan antara gejala gastrointestinal dengan gangguan autistik. D'eufemia dkk, mengatakan bahwa terdapat peningkatan permeabilitas usus pada pasien gangguan spektrum autistik. Ini memberi kesan bahwa disfungsi gastrointestinal berhubungan dengan gangguan perkembangan pervasif.

Pemeriksaan beberapa penderita Asperger menunjukkan adanya abnormalitas makroskopis asam amino dengan peningkatan arginin, ornitin, histidin, treonin dan serin. Jadi memperlihatkan adanya aminoasiduria.

Davis, Fennoy (1992) menyebutkan bahwa penyalahgunaan zat berperan untuk terjadinya gejala spektrum autistik pada anak yang dilahirkan. Penelitian menemukan bahwa penyalahgunaan kokain dan zat lain dapat berhubungan dengan gangguan ini. Adanya hubungan temporal antara vaksinasi MMR dan gangguan spektrum autistik masih diperdebatkan.

Faktor imunitas nampaknya berperan untuk terjadinya gangguan Asperger. Beberapa penderita menunjukkan disfungsi atau abnormalitas sejumlah sel T.

Proses penyakitnya adalah akibat langsung dari gangguan di susunan saraf pusat.

Terjadi hipometabolisme glukosa di cingulata anterior dan posterior pada penderita gangguan spektrum autistik. Juga terlihat adanya penyusutan volume girus cingulata anterior kanan, khususnya area Brodmann's 24.

Wing mengatakan ada riwayat trauma serebral pada pra, peri dan post-natal.

Gambaran pencitraan otak, memperlihatkan adanya lesi di substansia alba girus temporal medial kanan. Beberapa penelitian menggambarkan adanya disfungsi hemisfer kanan pada gangguan Asperger.

Juga memperlihatkan adanya abnormalitas fasikulus longitudinal inferior, suatu serabut ipsilateral yang menghubungkan lobus oksipitalis dan temporalis serta pola aktivitas abnormal di daerah kortikal temporal ventral. Girus temporal medial dan sulkus temporal

superior yang berbatasan, berperan pada ekspresi wajah dan kontak mata langsung. Disfungsi lobus frontalis memperlihatkan adanya defisit fungsi eksekutif.

Pada gangguan Asperger ditemukan adanya ganglioside yang meningkat bermakna pada cairan serebrospinal.

Semua abnormalitas yang terjadi, berhubungan dengan gejala klinis dan neuropsikologi.

Bukti neuropatologi yang bervariasi menyebabkan perdebatan tentang lokasi kerusakan. Laporan terakhir menyebutkan etiologi penyakit spektrum autistik berhubungan dengan kondisi biomedis.

Diagnosis gambaran klinis

Gambaran awalnya adalah orang dengan inteligensia normal yang menunjukkan gangguan kualitatif dalam interaksi sosial timbal balik dan keanehan perilaku tanpa keterlambatan dalam perkembangan bahasa. Sejak saat itu, orang dengan retardasi mental tetapi tanpa keterlambatan bahasa telah mendapatkan diagnosis gangguan Asperger.

Gambaran klinis penderita gangguan Asperger dalam beberapa hal sebagai berikut:

Interaksi sosial

Penderita gangguan Asperger mengalami isolasi sosial, tetapi tidak selalu menarik diri di antara orang lain. Walaupun demikian pendekatan mereka terhadap orang lain adalah inappropriate atau dengan cara eksentrik. Mereka menunjukkan perhatian untuk bersahabat bila bertemu orang lain, tapi selalu terhambat oleh pendekatan yang kaku dan tidak sensitif terhadap perasaan orang lain. Mereka juga tidak sensitif atas komunikasi samar-samar dari orang lain, misalnya tidak memahami tanda kebosanan, pergi karena terburu-buru dan keadaan yang memerlukan privacy.

Hal ini menyebabkan kesulitan membina hubungan persahabatan. Mereka tidak mengerti petunjuk yang halus/samar, gaya bicara metafora, dan seringkali dianggap konkrit.

mengerti pertanyaan, tetapi tidak dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah.

Penderita gangguan Asperger tidak dapat mengomentari tujuan aktivitas sosial, perasaan dan elemen sosial lainnya dari suatu cerita.

Penderita gangguan ini mampu menjelaskan dengan benar (kognitif dan cara yang formal) tentang emosi, maksud yang diharapkan dan aturan sosial. Namun demikian

tidak dapat menerapkan pengetahuan ini secara intuitif dan spontan, sehingga kehilangan waktu untuk berinteraks.

Terhadap orang lain, mereka sangat kaku, bereaksi tidak sesuai dan gagal berinterpretasi, serta kurang mempunyai ekspresi wajah. Mereka kurang peka terhadap lingkungan,

tidak peduli dengan ekspresi emosi orang lain, dan kurang empati dengan perasaan orang lain, sehingga Gillberg mengklasifikasikannya ke dalam kelompok gangguan empati.

Saat sedang berbicara, penderita tidak menatap sehingga memperlihatkan kurang atensi dan kurang berrespons dengan isyarat sosial.

Dengan demikian menunjukkan komunikasi yang kurang mendalam.

Gangguan Asperger menyebabkan hambatan untuk mengenal wajah orang lain. Keadaan ini merupakan inti dari disabilitas sosial.

Penderita gangguan ini menyenangi lingkungan yang penuh rutinitas dan terstruktur. Mereka suka dipuji, suka memperoleh kemenangan, dan mampu menjadi juara, akan

tetapi sering mendapatkan kegagalan, ketidaksempurnaan dan kritik.

Motorik

Anak dengan gangguan Asperger mempunyai riwayat kemahiran motorik yang tertunda, seperti mengayuh sepeda, menangkap bola (tidak ada koordinasi antara kedua tangan).

membuka botol dan panjat-memanjat. Mereka sulit mengikat dasi atau tali sepatu.

Mereka tampak kurang koordinasi serta menunjukkan pola jalan yang resmi.

aneh dan sulit untuk berbaris. Terdapat motoric clumsiness.

Menunjukkan kesulitan menulis dengan tangan, sehingga menjadi malu atau marah karena ketidakmampuan menulis rapi. Mereka mempunyai kemampuan menggunakan komputer dan keyboard sehingga lebih memilih komputer daripada menulis tangan.

Tampak jelas terdapat gangguan ketrampilan motorik-visual dan visuospatial. Mereka mengalami kesulitan menggunting bentuk dari kertas.

Dalam hal psikomotor mereka menunjukkan gerakan stereotipik

Kognitif

Kemampuan intelektual penderita menetap. Tidak ada defisit kognitif, namun beberapa penelitian menggambarkan adanya defisit daya ingat dalam beberapa aspek. Kepustakaan lain mengatakan bahwa kemampuan daya ingat cukup baik dan mereka mengingat tanpa berpikir. Penderita Asperger dapat mengingat dengan seksama fakta, bentuk, data, waktu dan lain-lain. Mereka tertarik pada topik luar biasa yang mendominasi pembicaraan mereka.

Mereka mengumpulkan banyak informasi tentang fakta di dunia.

Sejumlah besar topik dikumpulkan dengan semangat. Mereka mempelajari topik seperti ular, nama binatang, pemandu televisi, musim, data pribadi anggota kongres, jadwal kereta api dan astronomi, tanpa pengertian luas dari fenomena yang terlibat.

Mereka unggul dalam bidang matematika dan ilmu pengetahuan. Mereka dapat mengingat banyak frasa tapi tidak dapat menggunakannya dalam konteks yang benar.

Pada umumnya IQ mereka normal sampai superior. Verbal IQ lebih tinggi dibandingkan dengan performance IQAkan tetapi terdapat gangguan dalam konsep belajar.

Suatu penelitian melalui story-telling memperlihatkan adanya gangguan imajinasi. Penelitian lain juga mendapatkan gangguan kreativitas dan imajinasi.

Bahasa

Secara kasar perkembangan bahasa penderita gangguan Asperger nampak normal, tidak ada kesulitan menempatkan bahasa. Pasien berbicara agak formal dengan tata bahasa yang tinggi, sehingga pada awal perkembangan tidak dapat didiagnosis. Asperger menyebutkannya little professor. Ada tiga aspek pola komunikasi yang menarik secara klinik pada gangguan Asperger yaitu :

Pembicaraan ditandai dengan kurangnya prosodi, pola intonasi terbatas, walaupun nada suara dan intonasi tidak sekaku dan semonoton gangguan autistik.

Bicaranya terlalu cepat, tersentak-sentak, dengan volume yang kurang modulasi: misalnya suara keras walaupun lawan bicara berada dalam jarak dekat. Kurang pertimbangan untuk situasi sosial tertentu, misalnya di perpustakaan atau pada keadaan gaduh.

Pembicaraan tangensial dan sirkumstansial, sehingga memberi kesan suatu asosiasi longgar dan inkoheren.

Sebagian pasien memberi kesan gangguan proses pikir. Gaya bicara egosentris dengan menggunakan kata-kata harfiah. seperti monolog tentang nama, kode, atribut di televisi dari berbagai negara. Gagal memberi alasan atau komentar tentang suatu pembicaraan dan secara jelas membatasi topik.

Gaya bicara bertele-tele tentang subyek favorit dan tidak peduli apakah pendengar tertarik,menolak atau mencoba menyelipkan kata-kata untuk mengganti subyek. Mereka

tidak pernah sampai pada satu titik kesimpulan. Lawan bicara seringkali gagal mencoba menguraikan masalah atau logika, ataupun mengalihkan topik.

KRITERIA DIAGNOSTIK

Dahulu para peneliti membuat kriteria diagnosis gangguan Asperger sendiri yaitu: kriteria diagnostik Wing (1981), Gillberg and Gillberg (1989), Szatmari dkk (1989), kriteria diagnostik ICD 10 (1990), kriteria diagnostik DSM IV.

Sekarang ICD 10 dan DSM IV digunakan sebagai kriteria diagnosis.

Kriteria diagnosis Gangguan Asperger menurut DSM IV:

Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti yang ditunjukkan oleh sekurangnya dua dari berikut :

Ditandai gangguan dalam penggunaan perilaku nonverbal multipel seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-gerik untuk mengatur interaksi sosial.

Gagal mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut tingkat perkembangan.

Gangguan untuk secara spontan membagi kesenangan, perhatian atau prestasi dengan orang lain (seperti kurang memperlihatkan, membawa atau menunjukkan obyek yang menjadi perhatian orang lain).

Tidak adanya timbal balik sosial dan emosional.

Pola perilaku, minat dan aktivitas yang terbatas, berulang dan stereotipik, seperti yang ditunjukkan oleh sekurang kurangnya satu dari berikut :

Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik, dan terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya.

Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau ritual yang spesifik dan nonfungsional.

Manerisme motorik stereotipik dan berulang (menjentik dan mengepak-ngepak tangan atau jari, atau gerakan kompleks seluruh tubuh).

Preokupasi persisten dengan bagian-bagian obyek.

Gangguan ini menyebabkan gangguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

Tidak terdapat keterlambatan menyeluruh yang bermakna secara klinis dalam bahasa (misalnya, menggunakan kata tunggal pada usia 2 tahun, frasa komunikatif digunakan pada usia 3 tahun).

Tidak terdapat keterlambatan bermakna secara klinis dalam perkembangan kognitif atau dalam perkembangan ketrampilan menolong diri sendiri dan perilaku adaptif yang sesuai dengan usia (selain dalam interaksi sosial), dan keingintahuan tentang lingkungan pada masa kanak-kanak.

Tidak memenuhi kriteria untuk gangguan pervasif spesifik atau skizofrenia.

Klasifikasi gangguan perkembangan pervasif yang ada sekarang ini kurang memuaskan orang tua yang mempunyai anak dengan gangguan ini, klinikus dan peneliti akademik.

Karena reliabilitas dan validitas dari data empirik gangguan ini, dianjurkan pendekatan baru untuk klasifikasinya.

Penatalaksanaan

Terapi tergantung pada tingkat fungsi adaptif pasien. Untuk pasien dengan gangguan sosial yang parah, beberapa teknik yg sama dengan yang digunakan untuk gangguan autistik kemungkinan bermanfaat

Terapi perilaku : bidang bahasa & kognisi

Psikofarmaterapi : haloperidol menurunkan hiperaktivitas, stereotipik

Lithium (Eskalith) untuk perilaku agresif/melukai diri sendiri

Kaplan

Prognosis

Sindrom Asperger atau Gangguan Asperger (SA) merupakan suatu gejala kelainan perkembangan syaraf otak yang namanya diambil dari seorang dokter berkebangsaan Austria, Hans Asperger, yang pada tahun 1944 menerbitkan sebuah makalah yang menjelaskan mengenai pola perilaku dari beberapa anak laki-laki memiliki tingkat intelegensi dan perkembangan bahasa yang normal, namun juga memperlihatkan perilaku yang mirip autisme, serta mengalami kekurangan dalam hubungan sosial dan kecakapan komunikasi. Walaupun makalahnya itu telah dipublikasikan sejak tahun 1940-an, namun Sindrom Asperger baru dimasukkan ke dalam katergori DSM IV pada tahun 1994 dan baru beberapa tahun terakhir Sindrom Asperger tersebut dikenal oleh para ahli dan orang tua.

Seseorang penyandang SA dapat memperlihatkan bermacam-macam karakter dan gangguan tersebut. Seseorang penyandang SA dapat memperlihatkan kekurangan dalam bersosialisasi, mengalami kesulitan jika terjadi perubahan, dan selalu melakukan hal-hal yang sama berulang ulang. Sering mereka terobsesi oleh rutinitas dan menyibukkan diri dengan sesuatu aktivitas yang menarik perhatian mereka. Mereka selalu mengalami kesulitan dalam membaca aba-aba (bahasa tubuh) dan seringkali seseorang penyandang SA mengalami kesulitan dalam menentukan dengan baik posisi badan dalam ruang (orientasi ruang dan bentuk).

Karena memiliki perasaan terlalu sensitif yang berlebihan terhadap suara, rasa, penciuman dan penglihatan, mereka lebih menyukai pakaian yang lembut, makanan tertentu dan merasa terganggu oleh suatu keributan atau penerangan lampu yang mana orang normal tidak dapat mendengar atau melihatnya. Penting untuk diperhatikan bahwa penyandang SA memandang dunia dengan cara yang berlainan. Sebab itu, banyak perilaku yang aneh dan luar biasa yang disebabkan oleh perbedaan neurobiologi tersebut, bukan karena sengaja berlaku kasar atau berlaku tidak sopan, dan yang lebih penting lagi, adalah bukan dikarenakan 'hasil didikan orang tua yang tidak benar'.

Menurut definisi, penyandang SA mempunyai IQ.normal dan banyak dari mereka (walaupun tidak semua) memperlihatkan pengecualian dalam keterampilan atau bakat di bidang tertentu. Karena mereka memiliki fungsionalitas tingkat tinggi serta bersifat naif, maka mereka dianggap eksentrik, aneh dan mudah dijadikan bahan untuk ejekan dan sering dipaksa temanya untuk berbuat sesuatu yang tidak senonoh. Walaupun perkembangan bahasa mereka kelihatannya normal, namun penyandang SA sering tidak pragmatis dan prosodi. Perbendaharaan kata-kata mereka kadang sangat kaya dan beberapa anak sering dianggap sebagai 'profesor kecil'. Namun mereka dapat menguasai literatur tapi sulit menggunakan bahasa dalam konteks sosial.

Sifat-sifat dalam belajar dan berperilaku pada murid penyandang Asperger antara lain:

1.Sindrom Asperger merupakan suatu sifat khusus yang ditandai dengan kelemahan kualitatif dalam berinteraksi sosial. Sesorang penyandang Sindrom Asperger (SA) dapat bergaul dengan orang lain, namun dia tidak mempunyai keahlian berkomunikasi dan mereka akan mendekati orang lain dengan cara yang ganjil (Klin & Volkmar, 1997). Mereka sering tidak mengerti akan kebiasaan sosial yang ada dan secara sosial akan tampak aneh, sulit ber-empati, dan salah menginterpretasikan gerakan-gerakan. Pengidap SA sulit dalam berlajar bersosialisasi serta memerlukan suatu instruksi yang jelas untuk dapat bersosialisasi.

2.Walaupun anak-anak penyandang SA biasanya berbicara lancar saat mencapai usia lima tahun, namun mereka sering mempunyai masalah dalam menggunakan bahasa dalam konteks sosial ( pragmatik ) dan tidak mampu mengenali sebuah kata yang memiliki arti yang berbeda-beda (semantic) serta khas dalam berbicara /prosodi (tinggi rendahnya suara, serta tekanan dalam berbicara) (Attwood, 1998). Murid penyandang SA bisa jadi memiliki perbendaharaan kata-kata yang lebih, dan sering tak henti-hentinya berbicara mengenai suatu subyek yang ia sukai. Topik pembicaraan sering dijelaskan secara sempit dan orang itu mengalami kesulitan untuk berpindah ke topik lain. Mereka dapat merasa sulit berbicara teratur. penyandang SA dapat memotong pembicaraan orang lain atau membicarakan ulang pembicaraan orang lain, atau memberikan komentar yang tidak relevan serta mengalami kesulitan dalam memulai dan mengakhiri suatu pembicaraan. Cara berbicaranya kurang bervariasi dalam hal tinggi rendahnya suara, tekanan dan irama, dan, bila murid tersebut telah mencapai usia lebih dewasa, cara berbicaranya sering terlalu formal. Kesulitan dalam berkomunikasi sosial dapat terlihat dari cara berdiri yang terlalu dekat dengan orang lain, memandang lama, postur tubuh yang tidak normal, dan tak dapat memahami gerakan-gerakan dan ekspresi wajah.

3.Murid penyandang SA memiliki kemampuan intelegensi normal sampai di atas rata-rata, dan terlihat berkemampuan tinggi. Kebanyakan dari mereka cakap dalam memperdalam ilmu pengetahuan dan sangat menguasai subyek yang mereka sukai pernah pelajari. Namun mereka lemah dalam hal pengertian dan pemikiran abstrak, juga dalam pengenalan sosial. Sebagai akibatnya, mereka mengalami kesulitan akademis, khususnya dalam kemampuan membaca dan mengerti apa yang dibaca, menyelesaikan masalah, kecakapan berorganisasi, pengembangan konsep, membuat kesimpulan dan menilai. Ditambah pula, mereka sering kesulitan untuk bersikap lebih fleksibel. Pemikiran mereka cenderung lebih kaku. Mereka juga sering kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan, atau menerima kegagalan yang dialaminya, serta tidak siap belajar dari kesalahan-kesalahanya. (Attwood 1998).

4.Diperkirakan bahwa 50% - 90% dari penyandang SA mempunyai kesulitan dalam koordinasi motoriknya (Attwood 1998). Motorik yang terkena dalam hal melakukan gerakan yang berpindah-pindah (locomotion), kecakapan bermain bola, keseimbangan, cakap menggerakan sesuatu dengan tangan, menulis dengan tangan, gerak cepat, persendian lemah, irama serta daya mengikuti gerakan-gerakan.

5.Seorang penyandang SA memiliki kesamaan sifat dengan penyandang autisme yaitu dalam menanggapi rangsangan sensori. Mereka bisa menjadi hiper sensitif terhadap beberapa rangsangan tertentu dan akan terikat pada suatu perilaku yang tidak biasa dalam memperoleh suatu rangsangan sensori yang khusus.

6.Seorang penyandang SA biasanya kelihatan seperti tidak memperhatikan lawan bicara, mudah terganggu konsentrasinya dan dapat / pernah dikategorikan sebagai penyandang ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) sewaktu di-diagnosa dalam masa kehidupan mereka (Myles & Simpson, 1998).

7.Rasa takut yang berlebihan juga merupakan salah satu sifat yang dihubungkan dengan penyandang SA. Mereka akan sulit belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan bersosialisasi di sekolah. Instruksi yang baik dan benar akan membantu meringankan tekanan-tekanan yang dialaminya.

Sindrom Rett

Definisi

Sindrom Rett terjadi akibat kelainan genetik yang mempengaruhi cara otak berkembang. Sindrom ini terjadi secara eksklusif pada anak perempuan. Sindrom Rett mengakibatkan gejala mirip dengan autisme. Banyak bayi dengan sindrom Rett berkembang secara normal pada awalnya, tetapi perkembangannya sering terhambat pada saat mencapai usia 18 bulan. Seiring waktu, anak-anak dengan sindrom Rett fungsi motorik untuk menggunakan tangan, berbicara, berjalan, mengunyah dan bahkan bernapas mereka tidak normal.

Etiologi

Penyebab idiopatik

Pada beberapa pasien, hiperamonemia ditemukan, yg menyebutkan bahwa berkurangnya enzim yang memetabolisme amonia

Kaplan

Diagnosis gambaran klinis

1. Kriteria Diagnostik Sindrom Retts

A. Semua berikut

1) Perkembangan pra natal dan perinatal yg tampaknya normal

2) Perkembangan psikomotor yg tampaknya normal selama lima bulan pertama setelah lahir

3) Lingkaran kepala yg normal saat lahir

B. Onset semua berikut ini setelah periode perkembangan normal

1) Perlambatan pertumbuhan kepala antara usia 5 dan 48 bulan

2) Hilangnya keterampilan tangan bertujuan yang sebelumnya telah dicapai antara 5 dan 30 bulan dng diikuti perkembangan gerakan tangan stereotipik (misalnya memuntirkan tangan atau mencuci tangan)

3) Hilangnya keterlibatan social dalam awal perjalanan (walaupun seringkali interaksi social tumbuh kemudian)

4) Terlihatnya gaya berjalan atau gerakan batang tubuh yg terkoordinasi secara buruk

5) Gangguan parah pd perkembangan bahasa ekspresif dan reseptif dng retardasi psikomotor yg parah

Penatalaksanaan

Terapi ditujukan pada intervensi simptomatik. Fisioterpai bermanfaat nagi disfungsi otot, dan terapi natikonvulsan biasanya diperlukan untuk mengendalikan kejang. Terapi perilaku berguna untuk mengendalikan perilaku melukai diri sendiri,seperti juga dalam terapi gangguan autistik dan dapat membantu mengatur disorganisasi