implementasi standar pelayanan minimal ...eprints.ums.ac.id/89306/1/naspub yulfa ayu monika...2021 i...

18
IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Starta 1 Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : YULFA AYU MONIKA J 210 160006 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2021

Upload: others

Post on 19-Jul-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

1

IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL

KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS SEYEGAN KABUPATEN

SLEMAN YOGYAKARTA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Starta 1

Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

YULFA AYU MONIKA

J 210 160006

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2021

Page 2: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

i

HALAMAN PERSETUJUAN

IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL

KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN

YOGYAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

YULFA AYU MONIKA

J 210 160006

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Dosen Pembimbing,

Dr. Arif Widodo A.Kep M.Kes

Page 3: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

ii

HALAMAN PENGESAHAN

IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL

KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN

YOGYAKARTA

Oleh:

YULFA AYU MONIKA

J 210 160006

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada, 16 Januari 2021

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Dr. Arif Widodo A.Kep M.Kes (…………………)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Arum Pratiwi, SKp., M.Kes.,Ph.D (…………………)

(Anggota 1 Dewan Penguji)

3. Arina Maliya, S.Kep.,Ns.,Msi Med (…………………)

(Anggota II Dewan Penguji)

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dr. Mutalazimah, SKM.,M.Kes

NIK.786

Page 4: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

dan disebutkan dalam naskah serta dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka

akan saya pertanggung jawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 16 Desember 2020

Penulis,

Yulfa Ayu Monika

J210160006

Page 5: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

1

IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA

DI PUSKESMAS SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Abstrak

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan merupakan acuan bagi

pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang

berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal di suatu fasilitas kesehatan.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan sarana pelayanan kesehatan

yang menjadi tolak ukur dari pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan

kesehatan pertama di tingkat kecamatan. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif yang menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan induktif.

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang yang diambil dengan cara

purposive sampling. Wawancara dilakukan secara mendalam pada partisipan yang

dipilih sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Analisa data yang digunakan

yaitu model analisa tematik Braun & Clarke didapatkan 5 tema, yaitu (1). SPM

Kesehatan Jiwa (2). Upaya promotif (3). Upaya preventif (4). Upaya kuratif (5).

Upaya rehabilitative. Kesimpulan dari penelitian ini adalah SPM kesehatan jiwa di

Puskesmas Seyegan Kabupaten Sleman sudah terlaksana dengan sudah adanya poli

psikologi di Puskesmas, walaupun masih ada yang kurang maksimal dalam

pelaksanaanya.

Kata Kunci : standar pelayanan minimal, pelayanan kesehatan jiwa, puskesmas.

Abstract

Minimum service standards (MMS) in the health sectore are a reference for district/

city goverments in providing health services that are entitled to at least every citizen

in a health facility. The community health center is a health service facility that is the

benchmark for health development, as well as the first health service center at the

sub-district level. This research is qualitative research using qualitative descriptive

method with an inductive approach. Participants in this study were 8 participants

taken by purposive sampling. In-depth interviews were conducted with selected

participants according to predetermined criteria. Data analysis using the thematic

analysis model Braun & Clarke found 5 themes, (1). Minimum standards of mental

health services (2). Promotive effort (3). Preventive measures (4). Curative effort (5).

Reahbilitative effort. The conclusion of this study is that the SPM for mental health in

Puskesmas Seyegan, Sleman district has been seen by the existence of a psychology

clinic at the puskesmas, although there are still some that are not optimal in its

implementation.

Keywords : minimum service standards, mental health services, public health care

center.

Page 6: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

2

1. PENDAHULUAN

Masalah kesehatan jiwa di Indonesia masih memerlukan kajian dan penanganan

holistik sebagai bentuk perwujudan pelayanan kesehatan nasional. Tindakan

tersebut tidak terbatas pada layanan pengobatan, namun juga melibatkan aspek

pencegahan, rehabilitasi dan juga promosi kesehatan jiwa yang berguna untuk

meningkatkan derajat kesehatan pada pasien gangguan jiwa tersebut. (Idaiani,

2018)

Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang

Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM. SPM merupakan

ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib

yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal. Pelayanan dasar yang

dimaksud adalah pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara

Mengacu pada Permenkes RI Nomor 43 Tahun 2016 pasal 1 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, yang selanjutnya disingkat menjadi SPM

Bidang Kesehatan merupakan acuan bagi pemerintah daerah kabupaten/kota dalam

penyediaan pelayanan kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga negara secara

minimal. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan terdapat 12 Standar

Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan dan Kesehatan Jiwa yang tertuai dalam

pasal 2 ayat 2 huruf j yang berbunyi, setiap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)

mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2018 bahwa sasaran ODGJ berat ditetapkan

sebesar 3,3% dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk kabupaten Sleman Tahun

2017 yaitu sebanyak 1.180.479 jiwa, maka sasaran ODGJ Kabupaten Sleman

adalah 29.786 jiwa. Sedangkan capaian di Puskesmas wilayah Kabupaten Sleman

tahun 2018 terlapor sebanyak 29.485 jiwa kasus (97,64%). Ini menunjukkan

bahwa hampir keseluruhan penderita ODGJ berat maupun ringan di Kabupaten

Sleman sudah mendapatkan pelayanan kesehatan. Berdasarkan dari data pada

tahun 2018 didapatkan Puskesmas Seyegan memiliki jumlah kasus terbanyak

Page 7: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

3

nomor 2 yaitu sebanyak 1.638 kasus kunjungan pasien ODGJ . (Dinas Kesehatan

Kabupaten Sleman, 2018)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75

Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, fungsi Puskesmas adalah

memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat,

dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan bertanggung jawab atas

pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan

yang diberikan di Puskesmas meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif

(upaya pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif

(pemulihan kesehatan).

Banyaknya masyarakat yang mengakses puskesmas namun tidak diimbangi

oleh ketersediaan sarana dan prasarana serta peningkatan keterampilan tenaga

kesehatan membuat berkurangnya kepercayaan masyarakat untuk datang ke

puskesmas. Oleh karena itu, Puskesmas merupakan bentuk layanan dasar yang

dapat mengurangi stigma gangguan jiwa di masyarakat dengan pemberian

pelayanan dengan sebaik-baiknya. (Mawarpury, Sari & Safrina, 2017). Kemudian

dalam mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

Puskesmas bekerja sama dengan masyarakat dalam mencegah meningkatnya

gangguan jiwa di masyarakat. Banyak pemerintah daerah Kabupaten/Kota

mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan kesehatan jiwa ke dalam pelayanan

primer. (Permenkes, 2019)

2. METODE

Metode Penelitian adalah suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan

data dengan suatu tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini

menggunakan metode penelitian, yaitu metode deskriptif kualitatif dengan

pendekatan induktif. Maksud dari penggunaan pendekatan induktif yaitu untuk

menggali fakta-fakta yang telah ada di lapangan terkait dengan penerapan Standar

Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan jiwa di Puskesmas Seyegan

Page 8: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

4

Kabupaten Sleman Yogyakarta, dan menggambarkannya secara sistematis dan

factual untuk dapat ditarik menjadi suatu kesimpulan. (Rifa’I, Madjid, &

Ismunarta, 2016).

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Seyegan merupakan Kecamatan di Sleman yang berada di sebelah

Barat Daya dari Ibukota Kabupaten Sleman. Kecamatan Seyegan mempunyai

luas wilayah sekitar 2.662,99 Ha. Jumlah penduduk di Kecamatan Seyegan

pada Tahun 2019 tercatat sebanyak 50.514 jiwa yang terdiri dari 24.960 jiwa

penduduk laki-laki dan 25.554 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk

di Kecamatan Seyegan sebesar 1.771 (jiwa/km2). Adapun total jumlah usia

sekolah sekitar 12.800 jiwa yang terdiri dari 6.381 orang laki-laki dan 6.419

orang perempuan. Data tersebut didapatkan dari data pusat statistik (BPS) 2019.

3.2 Karakteristik Partisipan

Partisipan pada penelitian berjumlah 8 orang narasumber yang terdiri dari

petugas kesehatan jiwa di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, psikolog

kesehatan jiwa Puskesmas Seyegan, petugas kesehatan Puskesmas Seyegan,

Bidan desa, kader, dan pasien atau keluarga pasien gangguan jiwa di wilayah

kerja Puskesmas Seyegan Kabupaten Sleman. Berikut ini tabel karakteristik

partisipan dalam penelitian ini :

Tabel 1. Karakteristik Partisipan

No Nama Umur Jenis

Kelamin

Sebagai Keterangan

1 Petugas 1

(Pe1)

32 Perempuan Petugas PTM

Keswa DKK

Sleman

Penanggung

jawab kesehatan

jiwa di DKK

Sleman

2 Petugas 2

(Pe2)

45 Perempuan Psikolog di

Puskesmas

Seyegan

Penanggung

jawab keswa di

Puskesmas

3 Petugas 3 28 Perempuan Perawat PTM Membantu

Page 9: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

5

(Pe3) Keswa di

Puskesmas

pelayanan keswa

di Puskesmas

4 Petugas 4

(Pe4)

40 Perempuan Bidan Desa 1

di Puskesmas

Membantu

pelayanan keswa

di Puskesmas

5 Petugas 5

(Pe5)

37 Perempuan Bidan Desa 2 Membantu

pelayanan keswa

di Puskesmas

6 Petugas 6

(Pe6)

35 Perempuan Kader Desa Membantu

pelayanan keswa

di Puskesmas

7 Pasien 1 (Pa1) 26 Perempuan Pasien ODGJ Penerima jasa

pelayanan keswa

di Puskesmas

8 Keluarga

Pasien 2 (Pa2)

33 Laki-laki Keluarga

Pasien ODGJ

2

Merawat pasien

ODGJ dirumah

3.3 Hasil Analisa

Pada uraian ini peneliti menyajikan uraian hasil analisa yang telah dilakukan

selama proses penelitian berlangsung, peneliti menggunakan teknik tematik

analisis yang akan dipaparkan dibagian ini. Berikut ini tabel analisa

implementasi standar pelayanan minimal kesehatan jiwa di Puskesmas

Seyegam Kabupaten Sleman.

Tabel 2. Analisa Content

Pertanyaan Subtema Tema

1. Adanya SPM di Puskesmas

Kabupaten Sleman

2. Pencapaian SPM di Sleman

mencapai 96%

3. Pencapaian SPM di

Puskesmas Seyegan telah

mencapai 100%

4. Sudah tersedia alur

pelayanan SOP dan juknis

Pendukung pelayanan

SPM

Kesehatan

Jiwa

1. SPM kesehatan berupa

pelayanan kesehatan indoor

dan outdoor

Komitmen pelayanan

1. Tidak adanya dokter spesialis Hambatan pelayanan

Page 10: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

6

jiwa

2. Kurangnya petugas keswa di

Puskesmas Seyegan

1. Adanya sosialisasi

2. Promosi kesehatan jiwa rutin

3. Pendidikan dan pelatihan

kader kesehatan

Pendukung pelayanan

Upaya

Promotif 1. Belum adanya desa siaga

kesehatan jiwa

2. Belum adanya posyandu jiwa

Hambatan pelayanan

1. Pendataan ODGJ

2. Screening PTM (Penyakit

Tidak Menular)

Komitmen pelayanan

Upaya

preventif 1. Pendekatan pada keluarga

2. Tidak ada lagi pemasungan

Pendukung pelayanan

dan pencegahan

keparahan

1. Pengobatan keswa

2. Rujukan

3. Obat sudah ada di Puskesmas

4. Petugas Keswa mendapatkan

pelatihan khusus

1. Terdapat poli khusus

konsultasi kesehatan jiwa

2. Bekerjasama dalam lintas

sektor dalam penanganan

pasien ODGJ

Pendukung pelayanan

Upaya

Kuratif

1. Keluarga tidak langsung

menerima apabila anggota

keluarganya dibawa ke RSJ

Hambatan pelayanan

1. Pengawasan dan monitoring

2. Kunjungan pasien ODGJ

3. Pasien disiplin dalam

meminum obat

4. ODGJ dapat beraktifitas

dengan normal

Pendukung pelayanan

Upaya

Rehabilitatif 1. Keluarga terkesan menutupi

anggota keluarganya yang

menderita penyakit keswa

2. Keluarga tidak mendampingi

pasien saat pengobatan dan

saat dalam pelayanan

Page 11: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

7

Pada uraian diatas menunjukkan hasil analisa berdasarkan metode analisis

tematik telah didapatkan 30 kategori yang telah digabungkan menjadi 11

subtema dan yang kemudian diperkecil lagi menjadi 5 tema dengan urutan

sebagai berikut: (1). SPM Kesehatan Jiwa; (2). Upaya Promotif; (3). Upaya

Preventif; (4). Upaya Kuratif; serta (5). Upaya Rehabilitatif.

3.4 Hasil Identifikasi Penelitian

Berdasarkan data hasil penelitian yang didapatkan maka dilanjutkan dengan

pembahasan sebagai berikut:

3.4.1 Tema 1 Standar Pelayanan Minimal Kesehatan Jiwa

Standar pelayanan minimal kesehatan di Kabupaten/Kota telah di jelaskan

dalam Permenkes No 741/Menkes/VII/ 2008 tentang Standar Pelayanan

Minimal (SPM) kesehatan adalah tolak ukur kinerja pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan daerah Kabupaten/Kota, untuk memenuhi pelayanan

kebutuhan dasar, pelayanan kesehatan rujukan, penyelidikan epidemiologi dan

penanggulangan kejadian luar biasa/ KLB, promosi kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.

(Jesica,S. Masalamu, Jane M. Pangemanan, & Sulaemana. E, 2017)

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan jiwa menjadi tolak ukur

yang sangat penting dalam penelitian kali ini, menurut pertisipan SPM

Kesehatan Jiwa di 25 Puskesmas Kabupaten Sleman sudah terlaksana dengan

baik berdasarkan Undang-Undang No 18 Tahun 2014 pasal 68-70. Dan untuk

pelaksanaan SPM Bidang Kesehatan di Puskesmas Seyegan sudah terlaksana

100% dan dijalankan dengan SOP yang tepat walaupun masih terdapat

beberapa kendala dalam menjalankannya.

Untuk Pelayanan SPM Kesehatan Jiwa di Puskesmas Seyegan Kabupaten

Sleman partisipan mengatakan bahwa pelayanan kesehatan jiwa dibagi menjadi

2 tahap yaitu: pelayanan indoor dan outdoor. Indoor yaitu berarti pasien ODGJ

datang sendiri atau diantarkan ke Puskesmas untuk memeriksakan kondisinya

dan mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas Seyegan, sedangkan

Page 12: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

8

pelayanan secara outdoor yaitu petugas dari Puskesmas bekerja sama dengan

Bidan Desa beserta para Kader-Kader Desa dan Pemerintahan Desa untuk

memberikan pelayanan kesahatan jiwa, penyuluhan kesehatan jiwa kepada

masyarakat Seyegan di luar Puskesmas Seyegan serta untuk melakukan

kunjungan rumah kepada pasien ODGJ yang menjalani pengobatan di

Puskesmas Seyegan.

Dalam pelaksanaan SPM Keswa di Kabupaten Sleman tidak selalu

berjalan dengan lancar, khususnya yang berada di Puskesmas Seyegan yang

memiliki hambatan dalam pelaksanaan SPM Keswa seperti, tidak adanya

dokter spesialis jiwa di Puskesmas, kurangnya petugas kesehatan jiwa di

Puskesmas yang jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah pasien ODGJ yang

datang di Puskesmas Seyegan sehingga pelaksanaan SPM Keswa menjadi

kurang optimal.

3.4.2 Tema 2 Upaya Promotif

Upaya promotif kesehatan jiwa menjadi salah satu acara untuk mengedukasi

masyarakat secara umum tentang kesehatan jiwa di wilayah kerja suatu

Puskesmas. Upaya promotif selayaknya dapat dilakukan untuk mengurangi

stigma negatif mengenai penyakit gangguan jiwa di kalangan masyarakat awam

karena upaya yang telah dilakukan selama ini lebih banyak terarah dengan

upaya kuratif kesehatan jiwa (Idaiani & Riyadi, 2018).

Di Puskesmas Seyegan telah melakukan beberapa upaya kesehatan, salah

satu upaya promotif yang telah dilakukan yaitu dengan melakukan sosialisasi

tentang kesehatan jiwa di masyarakat. Sosialisasi ini dilakukan di pertemuan

dan perkumpulan rutin warga seperti perkumpulan ibu-ibu PKK, posyandu

lansia, atau pertemuan kader Puskesmas. Dengan adanya upaya tersebut

diharapkan masyarakat menjadi lebih mengetahui tentang tanda-tanda serta

gejala ODGJ dan penanganan orang dengan gangguan jiwa.

Mengingat belum adanya Desa Siaga Jiwa dan Posyandu Jiwa membuat

pentingnya upaya promotif ini dilakukan. Dengan begitu besarnya peran kader

Page 13: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

9

di masyarakat sekitar, Puskesmas juga melakukan upaya promotif kesehatan

kepada para kader Puskesmas Seyegan yaitu dengan mengadakan pelatihan dan

pendidikan kader Puskesmas, pelatihan-pelatihan tenaga kesehatan tentang

penanganan dan pengobatan pasien gangguan jiwa, untuk terlaksananya SPM

kesehatan jiwa yang optimal di Puskesmas.

3.4.3 Tema 3 Upaya Preventif

Menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2014 upaya preventif kesehatan jiwa

bertujuan untuk mencegah keparahan, timbulnya kekambuhan dan faktor resiko

pada pasien ODGJ di masyarakat secara umum atau per-orangan, serta

mencegah dampak psikososial yang di laksanakan di lingkungan keluarga dan

masyarakat. (Ayuningtyas Rayhani, & Misnaniarti, 2018)

Puskesmas Seyegan memiliki beberapa upaya preventif seperti pendataan

pasien ODGJ, posbindu dan screening penyakit tidak menular (PTM) dan

pendekatan kepada keluarga yang memiliki masalah dengan gangguan jiwa.

Selain itu pendekatan keluarga juga telah dilakukan oleh petugas kesehatan

untuk memberikan informasi ketika terjadi masalah pada orang gangguan jiwa

pihak keluarga bisa menghubungi pihak bidan desa, kader atau pemerintahan

desa supaya bisa segera mendapatkan tindakan pelayanan kesehatan dengan

cepat dan tepat.

Pemasungan adalah segala bentuk pembatasan gerak ODGJ oleh keluarga

atau masyarakat yang mengakibatkan hilangnya kebebasan ODGJ, termasuk

hilangnya hak atas pelayanan kesehatan untuk membantu pemulihan

(Permenkes, 2017). Tindakan pasung dilakukan pada pasien gangguan jiwa

kronik, disertai perilaku agresif, kekerasan, amuk, halusinasi yang beresiko

menciderai diri sendiri, orang lain atau lingkungan (Wahyuningsih, 2014).

Pasien yang dipasung dalam waktu lama akan mengalami atrofi otot, tidak bisa

lagi berjalan, mengalami cedera hingga pasien harus di terapi jika pasien

tersebut dilepaskan dari pasung (Malfasari, Keliat, & Helena, 2016). Di wilayah

Page 14: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

10

lingkup kerja Puskesmas Seyegan tidak dijumpai kasus tindakan pemasungan

pada pasien ODGJ berat maupun ringan.

3.4.4 Tema 4 Upaya Kuratif

Upaya Kuratif dilakukan melalui kegiatan pemberian pelayanan kesehatan

terhadap ODGJ mencakup diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat sehingga

ODGJ mendapatkan pelayanan secara wajar di lingkungan keluarga maupun di

masyarakat. Upaya kuratif bertujuan untuk penyembuhan dan pemulihan,

pengurangan penderitaan, pengendalian disabilitas, dan pengendalian gejala

penyakit. (Ayuningtyas, Misnaniarti dan Rayhani, 2018).

Hasil wawancara yang telah dilakukan kepada beberapa partisipan di

dapatkan beberapa upaya kuratif yang dilakukan di Puskesmas Seyegan

Kabupaten Sleman bahwa di Puskesmas sudah menyediakan fasilitas-fasilitas

yang mendukung pelayanan kesehatan jiwa sehingga masyarakat yang memiliki

masalah dengan gangguan kesehatan jiwa dapat mendapatkan kenyamanan saat

memeriksakan diri serta dapat mendapatkan obat di Puskesmas Seyegan.

Ketersediaan obat merupakan salah satu peran pendukung dalam

pengobatan dan pelayanan keswa di Puskesmas. Di Kabupaten Sleman

khususnya di Puskesmas Seyegan sudah memiliki manajemen pengelolaan dan

penyimpanan obat serta ketersediaan obat ODGJ yang sesuai dengan standar,

menurut partisipan kebutuhan obat di Puskesmas mengacu pada kebutuhan

obat-obatan pada tahun sebelumnya. Pernyataan tersebut diutarakan

berdasarkan pasal 79 undang-undang no 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang

Kesehatan telah menyatakan bahwa pelayanan kesehatan jiwa bagi penderita

gangguan jiwa berat diberikan oleh perawat dan dokter di puskesmas di wilayah

kerjanya (Kementrian Kesehatan RI, 2009), namun tidak semua. Puskesmas di

Kabupaten Sukoharjo sudah bisa melayani karena belum tersedianya obat untuk

penderita gangguan jiwa. (A. Widodo, 2020)

Page 15: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

11

Dalam pelaksanaan upaya kuratif di Puskesmas tidak selalu berjalan

dengan lancar karena ada juga beberapa keluarga yang menolak anggota

keluarganya yang mengalami gangguan kejiwaan untuk diperiksa dan di bawa

ke Puskesmas atau RSJ untuk dilakukan tindakan, namun setelah diberikan

penjelasan secara detail tentang pentingnya pengobatan dan penanganan pasien

ODGJ akhirnya keluarga setuju.

3.4.5 Tema 5 Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif adalah serangkaian kegiatan terpadu kesehatan jiwa yang

ditujukan kepada penderita gangguan kejiwaan untuk mencegah disabilitas,

memulihkan fungsi sosial ODGJ, memulihkan fungsi okupasional dan

memberikan kemampuan kepada ODGJ agar mempunyai peran dan mandiri di

masyarakat (Undang-Undang No 18 Tahun 2014)

Pengaturan jadwal kegiatan pasien merupakan unsur yang penting dalam

mencapai keberhasilan perawatan pasien. Pasien gangguan jiwa mengalami

pengaturan kegiatan sehari-hari dengan pengawasan dan pengaturan jadwal

pengobatan, sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk memperbaikinya.

Bantuan tersebut utamanya harus didapat dari keluarga yang disayang dan

perhatian dengan tulus yang dekat dengan pasien. Bila anggota keluarga kurang

memperhatikan hal tersebut, maka ada kemungkinan pasien tidak akan mampu

untuk memenuhi kebutuhan aktifitas kehidupan sehari-harinya termasuk

penjadwalan pengobatannya (Ersida, Hermansyah, Mutiawati E, 2016).

Hasil wawancara dengan partisipan didapatkan hasil bahwa pasien ODGJ

ada yang kontrol rutin datang sendiri ke Puskesmas dan tidak didampingi oleh

anggota keluarganya serta ada pula yang diantarkan oleh keluarganya untuk

datang ke Puskesmas dan Rumah Sakit serta keluarga selalu mengingatkan

pasien untuk rutin dalam mengkonsumsi obat sehingga pasien patuh dalam

minum obat dan keadaan menjadi lebih stabil tidak mengalami kekambuhan.

Salah satu hambatan petugas keswa di Puskesmas Seyegan yaitu ketika

hendak menjalankan upaya rehabilitatif yaitu keluarga tidak begitu terbuka

Page 16: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

12

terkait dengan kondisi keadaan anggota keluarganya yang memiliki gangguan

kesehatan jiwa dan selalu terkesan menutup-nutupi keadaan ODGJ di keluarga

tersebut karena malu dan tidak mau repot mengantarkan berobat.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari Implementasi Standar Pelayanan Minimal

Kesehatan Jiwa di Puskesmas Seyegan Kabupaten Sleman Yogyakarta dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1) Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan Jiwa di Puskesmas Seyegan

Kabupaten Sleman sudah terlaksana dengan adanya poli psikologi di

Puskesmas, walaupun dalam pelaksanaanya masih kurang maksimal

dikarenakan adanya beberapa faktor penghambat terlaksananya SPM Keswa

secara maksimal seperti kurangnya jumlah tenaga kesehatan yang mumpuni

di bidang kesehatan jiwa yang berada di Puskesmas, jumlah tenaga

kesehatan ini tidak sebanding dengan besarnya jumlah pasien ODGJ di

Puskesmas Seyegan yang datang untuk memeriksakan dirinya

2) Upaya promotif yang dilakukan di Puskesmas Seyegan berupa sosialisasi

dan promosi kesehatan jiwa di masyarakat yang dilakukan disetiap

pertemuan warga masyarakat dengan harapan masyarakat menjadi tau dan

paham tentang gejala dan penanganan awal pasien ODGJ dan mengurangi

stigma negatif mengenai gangguan jiwa di masyarakat luas.

3) Upaya preventif yang dilakukan di Puskesmas Seyegan meliputi adanya

kegiatan screening PTM beserta pendataan pasien ODGJ di masyarakat

untuk mendeteksi dini adanya penderita ODGJ guna mendapatkan tindakan

pengobatan dan terapi yang tepat dan cepat guna menghindari terjadinya hal-

hal yang semakin parah dan tidak diinginkan.

4) Upaya Kuratif yang ada di Puskesmas Seyegan meliputi tindakan rujuk balik

kepada pasien ODGJ, atau tindakan pengobatan serta kontrol rutin di poli

Page 17: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

13

psikologi puskesmas yang sudah menyediakan obat-obat ODGJ sehingga

pasien bisa langsung menjalani pengobatan dengan tepat dan dapat dipantau

pihak puskesmas dengan baik.

5) Upaya Rehabilitatif yang dilakukan di Puskesmas Seyegan Kabupaten

Sleman berupa tindakan pengawasan dan kunjungan ke rumah pasien ODGJ

guna untuk melihat kepatuhan pasien dan keluarga dalam meminum obat,

terapi rutin pengobatan, serta PHBS yang dilakukan sehari-hari oleh pasien.

4.2 Saran

Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan, oleh karena itu peneliti

memberikan saran sebagai berikut :

4.2.1 Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan

untuk selalu berupaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

walaupun terdapat berbagai keterbatasan serta turut melibatkan berbagai pihak

khususnya seperti masyarakat, perangkat desa dan keluarga pasien dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa secara optimal dan semaksimal

mungkin.

4.2.2 Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan referensi dan barang bacaan bagi

mahasiswa keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang

Implementasi Standar Pelayanan Minimal Kesehatan Jiwa di Puskesmas.

4.2.3 Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti lain dengan lanjutan yang

mendetail guna mengetahui pelayanan SPM Keswa di Puskesmas tingkat

Kecamatan Seyegan maupun Kabupaten Sleman.

Page 18: IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL ...eprints.ums.ac.id/89306/1/Naspub Yulfa Ayu Monika...2021 i HALAMAN PERSETUJUAN IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

14

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Widodo. (2020). Achievement evalution in minimum service standards of health

services.: Mental Ilness Patient Serving Using Shackles-Expectation and

Reality.

Ayuningtyas, D., Rayhani, M,. & Misnaniarti. (2018). Analisis Situasi Kesehatan

Mental pada Masyarakat di Indonesia & Strategi Penanggulangan Jurnal

Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Ersida, Hermansyah & Mutiawati, E. (2016). Home Visit Perawat & Kemandirian

Keluarga Dalam Perawatan Halusinasi pada Pasien Skizofrenia. Jurnal

Ilmu Keperawatan vol 4.

Idaiani., S., & Riyadi, I. (2018). Mental Health System in Indonesia A Challenge to

Meet The Needs. Jurnal Penelitian & Pengembangan Pelayanan

Kesehatan.

Jesica S. Masalamu, Jane M. Pangemanan , & Sulaemana. E. (2017). Analisis

Pelaksanaan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Untuk

Pelayanan Bayi dan Balita di Puskesmas Teling Atas Kecamatan Wanea

Kota Manado.

M. Rifa’I, & Madjid U. (2016). Implementasi Kebijakan Tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Kesehatan Di Puskesmas Garawaci Kabupaten

Kuningan Jawa Barat. Jurnal Politik Pemerintahan, 25-43.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang

Pusat Kesehatan Masyarakat.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016 pasal 1

tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.