implementasi standar pelayanan minimal ...eprints.ums.ac.id/89306/1/naspub yulfa ayu monika...2021 i...
TRANSCRIPT
1
IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL
KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS SEYEGAN KABUPATEN
SLEMAN YOGYAKARTA
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Starta 1
Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
YULFA AYU MONIKA
J 210 160006
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
i
HALAMAN PERSETUJUAN
IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL
KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN
YOGYAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
YULFA AYU MONIKA
J 210 160006
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Dosen Pembimbing,
Dr. Arif Widodo A.Kep M.Kes
ii
HALAMAN PENGESAHAN
IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL
KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN
YOGYAKARTA
Oleh:
YULFA AYU MONIKA
J 210 160006
Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada, 16 Januari 2021
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Dr. Arif Widodo A.Kep M.Kes (…………………)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Arum Pratiwi, SKp., M.Kes.,Ph.D (…………………)
(Anggota 1 Dewan Penguji)
3. Arina Maliya, S.Kep.,Ns.,Msi Med (…………………)
(Anggota II Dewan Penguji)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dr. Mutalazimah, SKM.,M.Kes
NIK.786
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam naskah serta dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka
akan saya pertanggung jawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 16 Desember 2020
Penulis,
Yulfa Ayu Monika
J210160006
1
IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN JIWA
DI PUSKESMAS SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA
Abstrak
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan merupakan acuan bagi
pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang
berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal di suatu fasilitas kesehatan.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan sarana pelayanan kesehatan
yang menjadi tolak ukur dari pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan
kesehatan pertama di tingkat kecamatan. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan induktif.
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang yang diambil dengan cara
purposive sampling. Wawancara dilakukan secara mendalam pada partisipan yang
dipilih sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Analisa data yang digunakan
yaitu model analisa tematik Braun & Clarke didapatkan 5 tema, yaitu (1). SPM
Kesehatan Jiwa (2). Upaya promotif (3). Upaya preventif (4). Upaya kuratif (5).
Upaya rehabilitative. Kesimpulan dari penelitian ini adalah SPM kesehatan jiwa di
Puskesmas Seyegan Kabupaten Sleman sudah terlaksana dengan sudah adanya poli
psikologi di Puskesmas, walaupun masih ada yang kurang maksimal dalam
pelaksanaanya.
Kata Kunci : standar pelayanan minimal, pelayanan kesehatan jiwa, puskesmas.
Abstract
Minimum service standards (MMS) in the health sectore are a reference for district/
city goverments in providing health services that are entitled to at least every citizen
in a health facility. The community health center is a health service facility that is the
benchmark for health development, as well as the first health service center at the
sub-district level. This research is qualitative research using qualitative descriptive
method with an inductive approach. Participants in this study were 8 participants
taken by purposive sampling. In-depth interviews were conducted with selected
participants according to predetermined criteria. Data analysis using the thematic
analysis model Braun & Clarke found 5 themes, (1). Minimum standards of mental
health services (2). Promotive effort (3). Preventive measures (4). Curative effort (5).
Reahbilitative effort. The conclusion of this study is that the SPM for mental health in
Puskesmas Seyegan, Sleman district has been seen by the existence of a psychology
clinic at the puskesmas, although there are still some that are not optimal in its
implementation.
Keywords : minimum service standards, mental health services, public health care
center.
2
1. PENDAHULUAN
Masalah kesehatan jiwa di Indonesia masih memerlukan kajian dan penanganan
holistik sebagai bentuk perwujudan pelayanan kesehatan nasional. Tindakan
tersebut tidak terbatas pada layanan pengobatan, namun juga melibatkan aspek
pencegahan, rehabilitasi dan juga promosi kesehatan jiwa yang berguna untuk
meningkatkan derajat kesehatan pada pasien gangguan jiwa tersebut. (Idaiani,
2018)
Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM. SPM merupakan
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib
yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal. Pelayanan dasar yang
dimaksud adalah pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara
Mengacu pada Permenkes RI Nomor 43 Tahun 2016 pasal 1 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, yang selanjutnya disingkat menjadi SPM
Bidang Kesehatan merupakan acuan bagi pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
penyediaan pelayanan kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga negara secara
minimal. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan terdapat 12 Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan dan Kesehatan Jiwa yang tertuai dalam
pasal 2 ayat 2 huruf j yang berbunyi, setiap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2018 bahwa sasaran ODGJ berat ditetapkan
sebesar 3,3% dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk kabupaten Sleman Tahun
2017 yaitu sebanyak 1.180.479 jiwa, maka sasaran ODGJ Kabupaten Sleman
adalah 29.786 jiwa. Sedangkan capaian di Puskesmas wilayah Kabupaten Sleman
tahun 2018 terlapor sebanyak 29.485 jiwa kasus (97,64%). Ini menunjukkan
bahwa hampir keseluruhan penderita ODGJ berat maupun ringan di Kabupaten
Sleman sudah mendapatkan pelayanan kesehatan. Berdasarkan dari data pada
tahun 2018 didapatkan Puskesmas Seyegan memiliki jumlah kasus terbanyak
3
nomor 2 yaitu sebanyak 1.638 kasus kunjungan pasien ODGJ . (Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman, 2018)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, fungsi Puskesmas adalah
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat,
dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan bertanggung jawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan
yang diberikan di Puskesmas meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif
(upaya pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif
(pemulihan kesehatan).
Banyaknya masyarakat yang mengakses puskesmas namun tidak diimbangi
oleh ketersediaan sarana dan prasarana serta peningkatan keterampilan tenaga
kesehatan membuat berkurangnya kepercayaan masyarakat untuk datang ke
puskesmas. Oleh karena itu, Puskesmas merupakan bentuk layanan dasar yang
dapat mengurangi stigma gangguan jiwa di masyarakat dengan pemberian
pelayanan dengan sebaik-baiknya. (Mawarpury, Sari & Safrina, 2017). Kemudian
dalam mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
Puskesmas bekerja sama dengan masyarakat dalam mencegah meningkatnya
gangguan jiwa di masyarakat. Banyak pemerintah daerah Kabupaten/Kota
mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan kesehatan jiwa ke dalam pelayanan
primer. (Permenkes, 2019)
2. METODE
Metode Penelitian adalah suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan
data dengan suatu tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini
menggunakan metode penelitian, yaitu metode deskriptif kualitatif dengan
pendekatan induktif. Maksud dari penggunaan pendekatan induktif yaitu untuk
menggali fakta-fakta yang telah ada di lapangan terkait dengan penerapan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan jiwa di Puskesmas Seyegan
4
Kabupaten Sleman Yogyakarta, dan menggambarkannya secara sistematis dan
factual untuk dapat ditarik menjadi suatu kesimpulan. (Rifa’I, Madjid, &
Ismunarta, 2016).
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Seyegan merupakan Kecamatan di Sleman yang berada di sebelah
Barat Daya dari Ibukota Kabupaten Sleman. Kecamatan Seyegan mempunyai
luas wilayah sekitar 2.662,99 Ha. Jumlah penduduk di Kecamatan Seyegan
pada Tahun 2019 tercatat sebanyak 50.514 jiwa yang terdiri dari 24.960 jiwa
penduduk laki-laki dan 25.554 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk
di Kecamatan Seyegan sebesar 1.771 (jiwa/km2). Adapun total jumlah usia
sekolah sekitar 12.800 jiwa yang terdiri dari 6.381 orang laki-laki dan 6.419
orang perempuan. Data tersebut didapatkan dari data pusat statistik (BPS) 2019.
3.2 Karakteristik Partisipan
Partisipan pada penelitian berjumlah 8 orang narasumber yang terdiri dari
petugas kesehatan jiwa di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, psikolog
kesehatan jiwa Puskesmas Seyegan, petugas kesehatan Puskesmas Seyegan,
Bidan desa, kader, dan pasien atau keluarga pasien gangguan jiwa di wilayah
kerja Puskesmas Seyegan Kabupaten Sleman. Berikut ini tabel karakteristik
partisipan dalam penelitian ini :
Tabel 1. Karakteristik Partisipan
No Nama Umur Jenis
Kelamin
Sebagai Keterangan
1 Petugas 1
(Pe1)
32 Perempuan Petugas PTM
Keswa DKK
Sleman
Penanggung
jawab kesehatan
jiwa di DKK
Sleman
2 Petugas 2
(Pe2)
45 Perempuan Psikolog di
Puskesmas
Seyegan
Penanggung
jawab keswa di
Puskesmas
3 Petugas 3 28 Perempuan Perawat PTM Membantu
5
(Pe3) Keswa di
Puskesmas
pelayanan keswa
di Puskesmas
4 Petugas 4
(Pe4)
40 Perempuan Bidan Desa 1
di Puskesmas
Membantu
pelayanan keswa
di Puskesmas
5 Petugas 5
(Pe5)
37 Perempuan Bidan Desa 2 Membantu
pelayanan keswa
di Puskesmas
6 Petugas 6
(Pe6)
35 Perempuan Kader Desa Membantu
pelayanan keswa
di Puskesmas
7 Pasien 1 (Pa1) 26 Perempuan Pasien ODGJ Penerima jasa
pelayanan keswa
di Puskesmas
8 Keluarga
Pasien 2 (Pa2)
33 Laki-laki Keluarga
Pasien ODGJ
2
Merawat pasien
ODGJ dirumah
3.3 Hasil Analisa
Pada uraian ini peneliti menyajikan uraian hasil analisa yang telah dilakukan
selama proses penelitian berlangsung, peneliti menggunakan teknik tematik
analisis yang akan dipaparkan dibagian ini. Berikut ini tabel analisa
implementasi standar pelayanan minimal kesehatan jiwa di Puskesmas
Seyegam Kabupaten Sleman.
Tabel 2. Analisa Content
Pertanyaan Subtema Tema
1. Adanya SPM di Puskesmas
Kabupaten Sleman
2. Pencapaian SPM di Sleman
mencapai 96%
3. Pencapaian SPM di
Puskesmas Seyegan telah
mencapai 100%
4. Sudah tersedia alur
pelayanan SOP dan juknis
Pendukung pelayanan
SPM
Kesehatan
Jiwa
1. SPM kesehatan berupa
pelayanan kesehatan indoor
dan outdoor
Komitmen pelayanan
1. Tidak adanya dokter spesialis Hambatan pelayanan
6
jiwa
2. Kurangnya petugas keswa di
Puskesmas Seyegan
1. Adanya sosialisasi
2. Promosi kesehatan jiwa rutin
3. Pendidikan dan pelatihan
kader kesehatan
Pendukung pelayanan
Upaya
Promotif 1. Belum adanya desa siaga
kesehatan jiwa
2. Belum adanya posyandu jiwa
Hambatan pelayanan
1. Pendataan ODGJ
2. Screening PTM (Penyakit
Tidak Menular)
Komitmen pelayanan
Upaya
preventif 1. Pendekatan pada keluarga
2. Tidak ada lagi pemasungan
Pendukung pelayanan
dan pencegahan
keparahan
1. Pengobatan keswa
2. Rujukan
3. Obat sudah ada di Puskesmas
4. Petugas Keswa mendapatkan
pelatihan khusus
1. Terdapat poli khusus
konsultasi kesehatan jiwa
2. Bekerjasama dalam lintas
sektor dalam penanganan
pasien ODGJ
Pendukung pelayanan
Upaya
Kuratif
1. Keluarga tidak langsung
menerima apabila anggota
keluarganya dibawa ke RSJ
Hambatan pelayanan
1. Pengawasan dan monitoring
2. Kunjungan pasien ODGJ
3. Pasien disiplin dalam
meminum obat
4. ODGJ dapat beraktifitas
dengan normal
Pendukung pelayanan
Upaya
Rehabilitatif 1. Keluarga terkesan menutupi
anggota keluarganya yang
menderita penyakit keswa
2. Keluarga tidak mendampingi
pasien saat pengobatan dan
saat dalam pelayanan
7
Pada uraian diatas menunjukkan hasil analisa berdasarkan metode analisis
tematik telah didapatkan 30 kategori yang telah digabungkan menjadi 11
subtema dan yang kemudian diperkecil lagi menjadi 5 tema dengan urutan
sebagai berikut: (1). SPM Kesehatan Jiwa; (2). Upaya Promotif; (3). Upaya
Preventif; (4). Upaya Kuratif; serta (5). Upaya Rehabilitatif.
3.4 Hasil Identifikasi Penelitian
Berdasarkan data hasil penelitian yang didapatkan maka dilanjutkan dengan
pembahasan sebagai berikut:
3.4.1 Tema 1 Standar Pelayanan Minimal Kesehatan Jiwa
Standar pelayanan minimal kesehatan di Kabupaten/Kota telah di jelaskan
dalam Permenkes No 741/Menkes/VII/ 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal (SPM) kesehatan adalah tolak ukur kinerja pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan daerah Kabupaten/Kota, untuk memenuhi pelayanan
kebutuhan dasar, pelayanan kesehatan rujukan, penyelidikan epidemiologi dan
penanggulangan kejadian luar biasa/ KLB, promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
(Jesica,S. Masalamu, Jane M. Pangemanan, & Sulaemana. E, 2017)
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan jiwa menjadi tolak ukur
yang sangat penting dalam penelitian kali ini, menurut pertisipan SPM
Kesehatan Jiwa di 25 Puskesmas Kabupaten Sleman sudah terlaksana dengan
baik berdasarkan Undang-Undang No 18 Tahun 2014 pasal 68-70. Dan untuk
pelaksanaan SPM Bidang Kesehatan di Puskesmas Seyegan sudah terlaksana
100% dan dijalankan dengan SOP yang tepat walaupun masih terdapat
beberapa kendala dalam menjalankannya.
Untuk Pelayanan SPM Kesehatan Jiwa di Puskesmas Seyegan Kabupaten
Sleman partisipan mengatakan bahwa pelayanan kesehatan jiwa dibagi menjadi
2 tahap yaitu: pelayanan indoor dan outdoor. Indoor yaitu berarti pasien ODGJ
datang sendiri atau diantarkan ke Puskesmas untuk memeriksakan kondisinya
dan mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas Seyegan, sedangkan
8
pelayanan secara outdoor yaitu petugas dari Puskesmas bekerja sama dengan
Bidan Desa beserta para Kader-Kader Desa dan Pemerintahan Desa untuk
memberikan pelayanan kesahatan jiwa, penyuluhan kesehatan jiwa kepada
masyarakat Seyegan di luar Puskesmas Seyegan serta untuk melakukan
kunjungan rumah kepada pasien ODGJ yang menjalani pengobatan di
Puskesmas Seyegan.
Dalam pelaksanaan SPM Keswa di Kabupaten Sleman tidak selalu
berjalan dengan lancar, khususnya yang berada di Puskesmas Seyegan yang
memiliki hambatan dalam pelaksanaan SPM Keswa seperti, tidak adanya
dokter spesialis jiwa di Puskesmas, kurangnya petugas kesehatan jiwa di
Puskesmas yang jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah pasien ODGJ yang
datang di Puskesmas Seyegan sehingga pelaksanaan SPM Keswa menjadi
kurang optimal.
3.4.2 Tema 2 Upaya Promotif
Upaya promotif kesehatan jiwa menjadi salah satu acara untuk mengedukasi
masyarakat secara umum tentang kesehatan jiwa di wilayah kerja suatu
Puskesmas. Upaya promotif selayaknya dapat dilakukan untuk mengurangi
stigma negatif mengenai penyakit gangguan jiwa di kalangan masyarakat awam
karena upaya yang telah dilakukan selama ini lebih banyak terarah dengan
upaya kuratif kesehatan jiwa (Idaiani & Riyadi, 2018).
Di Puskesmas Seyegan telah melakukan beberapa upaya kesehatan, salah
satu upaya promotif yang telah dilakukan yaitu dengan melakukan sosialisasi
tentang kesehatan jiwa di masyarakat. Sosialisasi ini dilakukan di pertemuan
dan perkumpulan rutin warga seperti perkumpulan ibu-ibu PKK, posyandu
lansia, atau pertemuan kader Puskesmas. Dengan adanya upaya tersebut
diharapkan masyarakat menjadi lebih mengetahui tentang tanda-tanda serta
gejala ODGJ dan penanganan orang dengan gangguan jiwa.
Mengingat belum adanya Desa Siaga Jiwa dan Posyandu Jiwa membuat
pentingnya upaya promotif ini dilakukan. Dengan begitu besarnya peran kader
9
di masyarakat sekitar, Puskesmas juga melakukan upaya promotif kesehatan
kepada para kader Puskesmas Seyegan yaitu dengan mengadakan pelatihan dan
pendidikan kader Puskesmas, pelatihan-pelatihan tenaga kesehatan tentang
penanganan dan pengobatan pasien gangguan jiwa, untuk terlaksananya SPM
kesehatan jiwa yang optimal di Puskesmas.
3.4.3 Tema 3 Upaya Preventif
Menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2014 upaya preventif kesehatan jiwa
bertujuan untuk mencegah keparahan, timbulnya kekambuhan dan faktor resiko
pada pasien ODGJ di masyarakat secara umum atau per-orangan, serta
mencegah dampak psikososial yang di laksanakan di lingkungan keluarga dan
masyarakat. (Ayuningtyas Rayhani, & Misnaniarti, 2018)
Puskesmas Seyegan memiliki beberapa upaya preventif seperti pendataan
pasien ODGJ, posbindu dan screening penyakit tidak menular (PTM) dan
pendekatan kepada keluarga yang memiliki masalah dengan gangguan jiwa.
Selain itu pendekatan keluarga juga telah dilakukan oleh petugas kesehatan
untuk memberikan informasi ketika terjadi masalah pada orang gangguan jiwa
pihak keluarga bisa menghubungi pihak bidan desa, kader atau pemerintahan
desa supaya bisa segera mendapatkan tindakan pelayanan kesehatan dengan
cepat dan tepat.
Pemasungan adalah segala bentuk pembatasan gerak ODGJ oleh keluarga
atau masyarakat yang mengakibatkan hilangnya kebebasan ODGJ, termasuk
hilangnya hak atas pelayanan kesehatan untuk membantu pemulihan
(Permenkes, 2017). Tindakan pasung dilakukan pada pasien gangguan jiwa
kronik, disertai perilaku agresif, kekerasan, amuk, halusinasi yang beresiko
menciderai diri sendiri, orang lain atau lingkungan (Wahyuningsih, 2014).
Pasien yang dipasung dalam waktu lama akan mengalami atrofi otot, tidak bisa
lagi berjalan, mengalami cedera hingga pasien harus di terapi jika pasien
tersebut dilepaskan dari pasung (Malfasari, Keliat, & Helena, 2016). Di wilayah
10
lingkup kerja Puskesmas Seyegan tidak dijumpai kasus tindakan pemasungan
pada pasien ODGJ berat maupun ringan.
3.4.4 Tema 4 Upaya Kuratif
Upaya Kuratif dilakukan melalui kegiatan pemberian pelayanan kesehatan
terhadap ODGJ mencakup diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat sehingga
ODGJ mendapatkan pelayanan secara wajar di lingkungan keluarga maupun di
masyarakat. Upaya kuratif bertujuan untuk penyembuhan dan pemulihan,
pengurangan penderitaan, pengendalian disabilitas, dan pengendalian gejala
penyakit. (Ayuningtyas, Misnaniarti dan Rayhani, 2018).
Hasil wawancara yang telah dilakukan kepada beberapa partisipan di
dapatkan beberapa upaya kuratif yang dilakukan di Puskesmas Seyegan
Kabupaten Sleman bahwa di Puskesmas sudah menyediakan fasilitas-fasilitas
yang mendukung pelayanan kesehatan jiwa sehingga masyarakat yang memiliki
masalah dengan gangguan kesehatan jiwa dapat mendapatkan kenyamanan saat
memeriksakan diri serta dapat mendapatkan obat di Puskesmas Seyegan.
Ketersediaan obat merupakan salah satu peran pendukung dalam
pengobatan dan pelayanan keswa di Puskesmas. Di Kabupaten Sleman
khususnya di Puskesmas Seyegan sudah memiliki manajemen pengelolaan dan
penyimpanan obat serta ketersediaan obat ODGJ yang sesuai dengan standar,
menurut partisipan kebutuhan obat di Puskesmas mengacu pada kebutuhan
obat-obatan pada tahun sebelumnya. Pernyataan tersebut diutarakan
berdasarkan pasal 79 undang-undang no 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang
Kesehatan telah menyatakan bahwa pelayanan kesehatan jiwa bagi penderita
gangguan jiwa berat diberikan oleh perawat dan dokter di puskesmas di wilayah
kerjanya (Kementrian Kesehatan RI, 2009), namun tidak semua. Puskesmas di
Kabupaten Sukoharjo sudah bisa melayani karena belum tersedianya obat untuk
penderita gangguan jiwa. (A. Widodo, 2020)
11
Dalam pelaksanaan upaya kuratif di Puskesmas tidak selalu berjalan
dengan lancar karena ada juga beberapa keluarga yang menolak anggota
keluarganya yang mengalami gangguan kejiwaan untuk diperiksa dan di bawa
ke Puskesmas atau RSJ untuk dilakukan tindakan, namun setelah diberikan
penjelasan secara detail tentang pentingnya pengobatan dan penanganan pasien
ODGJ akhirnya keluarga setuju.
3.4.5 Tema 5 Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif adalah serangkaian kegiatan terpadu kesehatan jiwa yang
ditujukan kepada penderita gangguan kejiwaan untuk mencegah disabilitas,
memulihkan fungsi sosial ODGJ, memulihkan fungsi okupasional dan
memberikan kemampuan kepada ODGJ agar mempunyai peran dan mandiri di
masyarakat (Undang-Undang No 18 Tahun 2014)
Pengaturan jadwal kegiatan pasien merupakan unsur yang penting dalam
mencapai keberhasilan perawatan pasien. Pasien gangguan jiwa mengalami
pengaturan kegiatan sehari-hari dengan pengawasan dan pengaturan jadwal
pengobatan, sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk memperbaikinya.
Bantuan tersebut utamanya harus didapat dari keluarga yang disayang dan
perhatian dengan tulus yang dekat dengan pasien. Bila anggota keluarga kurang
memperhatikan hal tersebut, maka ada kemungkinan pasien tidak akan mampu
untuk memenuhi kebutuhan aktifitas kehidupan sehari-harinya termasuk
penjadwalan pengobatannya (Ersida, Hermansyah, Mutiawati E, 2016).
Hasil wawancara dengan partisipan didapatkan hasil bahwa pasien ODGJ
ada yang kontrol rutin datang sendiri ke Puskesmas dan tidak didampingi oleh
anggota keluarganya serta ada pula yang diantarkan oleh keluarganya untuk
datang ke Puskesmas dan Rumah Sakit serta keluarga selalu mengingatkan
pasien untuk rutin dalam mengkonsumsi obat sehingga pasien patuh dalam
minum obat dan keadaan menjadi lebih stabil tidak mengalami kekambuhan.
Salah satu hambatan petugas keswa di Puskesmas Seyegan yaitu ketika
hendak menjalankan upaya rehabilitatif yaitu keluarga tidak begitu terbuka
12
terkait dengan kondisi keadaan anggota keluarganya yang memiliki gangguan
kesehatan jiwa dan selalu terkesan menutup-nutupi keadaan ODGJ di keluarga
tersebut karena malu dan tidak mau repot mengantarkan berobat.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari Implementasi Standar Pelayanan Minimal
Kesehatan Jiwa di Puskesmas Seyegan Kabupaten Sleman Yogyakarta dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1) Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan Jiwa di Puskesmas Seyegan
Kabupaten Sleman sudah terlaksana dengan adanya poli psikologi di
Puskesmas, walaupun dalam pelaksanaanya masih kurang maksimal
dikarenakan adanya beberapa faktor penghambat terlaksananya SPM Keswa
secara maksimal seperti kurangnya jumlah tenaga kesehatan yang mumpuni
di bidang kesehatan jiwa yang berada di Puskesmas, jumlah tenaga
kesehatan ini tidak sebanding dengan besarnya jumlah pasien ODGJ di
Puskesmas Seyegan yang datang untuk memeriksakan dirinya
2) Upaya promotif yang dilakukan di Puskesmas Seyegan berupa sosialisasi
dan promosi kesehatan jiwa di masyarakat yang dilakukan disetiap
pertemuan warga masyarakat dengan harapan masyarakat menjadi tau dan
paham tentang gejala dan penanganan awal pasien ODGJ dan mengurangi
stigma negatif mengenai gangguan jiwa di masyarakat luas.
3) Upaya preventif yang dilakukan di Puskesmas Seyegan meliputi adanya
kegiatan screening PTM beserta pendataan pasien ODGJ di masyarakat
untuk mendeteksi dini adanya penderita ODGJ guna mendapatkan tindakan
pengobatan dan terapi yang tepat dan cepat guna menghindari terjadinya hal-
hal yang semakin parah dan tidak diinginkan.
4) Upaya Kuratif yang ada di Puskesmas Seyegan meliputi tindakan rujuk balik
kepada pasien ODGJ, atau tindakan pengobatan serta kontrol rutin di poli
13
psikologi puskesmas yang sudah menyediakan obat-obat ODGJ sehingga
pasien bisa langsung menjalani pengobatan dengan tepat dan dapat dipantau
pihak puskesmas dengan baik.
5) Upaya Rehabilitatif yang dilakukan di Puskesmas Seyegan Kabupaten
Sleman berupa tindakan pengawasan dan kunjungan ke rumah pasien ODGJ
guna untuk melihat kepatuhan pasien dan keluarga dalam meminum obat,
terapi rutin pengobatan, serta PHBS yang dilakukan sehari-hari oleh pasien.
4.2 Saran
Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan, oleh karena itu peneliti
memberikan saran sebagai berikut :
4.2.1 Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan
untuk selalu berupaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
walaupun terdapat berbagai keterbatasan serta turut melibatkan berbagai pihak
khususnya seperti masyarakat, perangkat desa dan keluarga pasien dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa secara optimal dan semaksimal
mungkin.
4.2.2 Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan referensi dan barang bacaan bagi
mahasiswa keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang
Implementasi Standar Pelayanan Minimal Kesehatan Jiwa di Puskesmas.
4.2.3 Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti lain dengan lanjutan yang
mendetail guna mengetahui pelayanan SPM Keswa di Puskesmas tingkat
Kecamatan Seyegan maupun Kabupaten Sleman.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Widodo. (2020). Achievement evalution in minimum service standards of health
services.: Mental Ilness Patient Serving Using Shackles-Expectation and
Reality.
Ayuningtyas, D., Rayhani, M,. & Misnaniarti. (2018). Analisis Situasi Kesehatan
Mental pada Masyarakat di Indonesia & Strategi Penanggulangan Jurnal
Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Ersida, Hermansyah & Mutiawati, E. (2016). Home Visit Perawat & Kemandirian
Keluarga Dalam Perawatan Halusinasi pada Pasien Skizofrenia. Jurnal
Ilmu Keperawatan vol 4.
Idaiani., S., & Riyadi, I. (2018). Mental Health System in Indonesia A Challenge to
Meet The Needs. Jurnal Penelitian & Pengembangan Pelayanan
Kesehatan.
Jesica S. Masalamu, Jane M. Pangemanan , & Sulaemana. E. (2017). Analisis
Pelaksanaan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Untuk
Pelayanan Bayi dan Balita di Puskesmas Teling Atas Kecamatan Wanea
Kota Manado.
M. Rifa’I, & Madjid U. (2016). Implementasi Kebijakan Tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan Di Puskesmas Garawaci Kabupaten
Kuningan Jawa Barat. Jurnal Politik Pemerintahan, 25-43.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016 pasal 1
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.