bab 4 hasil dan pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/2008-1-00236-mnsi-bab...
TRANSCRIPT
77
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek
4.1.1 Sejarah Singkat
PT Bank X, Tbk merupakan salah satu bank komersial utama di Indonesia
sebagai bentuk dari merjer yang dilakukan antara tiga buah bank di Indonesia yaitu Bank
Kemakmuran (1956), Bank Industri dan Dagang Indonesia (1956) dan Bank Industri
Djaya Indonesia (1969). Awal mula berdirinya bank X pada tahun 1971 merupakan
usaha yang dilakukan oleh Mu’min Ali Gunawan sebagai pemilik dan pengelola dari
dua bank yang dimerjer tersebut bersama dengan Mochtar Riady dan Gunadi Gunawan.
Pada tahun 1982, Bank X menjadi bank pertama di Indonesia yang Go Public dengan
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta.
Pada tahun 1998, krisis multidimensional melanda Indonesia dimana krisis ini
menyerang Indonesia habis-habisan baik dari segi politik, ekonomi, dan sosial. Ketika
itu beberapa bank terkena dampaknya yang mengakibatkan sejumlah bank harus
dilikuidasi oleh pemerintah. Bank X adalah salah satu dari hanya sejumlah bank yang
memperoleh sertifikasi oleh firma akuntan internasional dengan predikat A dan berhasil
lolos dari usaha rekapitulasi yang dilakukan pemerintah Indonesia. Hal ini disebabkan
karena Bank X memiliki struktur permodalan yang kuat dan rasio kecukupan modal
yang tinggi. Saat ini pemegang saham dari Bank X adalah ANZ Banking Group of
Australia dengan kepemilikan sebesar 30%, Panin Life dengan kepemilikan sebesar
78
45%, serta sisa kepemilikan sebesar 25% dipegang oleh publik domestik dan
internasional.
Untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada para nasabahnya, Bank X
memiliki jaringan usaha yang telah mencapai 300 kantor cabang yang tersebar di
berbagai kota besar di lebih dari 22 provinsi Indonesia yaitu Bali, Banten, Jakarta,
Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Lampung, Aceh, Riau, Kepulauan
Riau, Sulawasi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, Sumatra
Utara, Sumatra Selatan. Jumlah kantor cabang yang ada terus mengalami penambahan
karena Bank X terus berusaha untuk dapat lebih menjangkau masyarakat Indonesia dan
memberikan pelayanan yang lebih baik dengan mendirikan kantor cabang.
Selain dengan memiliki kantor cabang yang tersebar di Indonesia, Bank X juga
memiliki lebih dari 14.000 ATM ALTO dan jaringan ATM BERSAMA, Internet
Banking, Mobile Banking, Phone Banking dan Call Centre serta Debit Card bekerja
sama dengan MasterCard, Cirrus, dan Maestro yang dapat diakses secara internasional.
Dengan fasilitas pelayanan yang diberikan tersebut, nasabah dari Bank X dapat
memperoleh pelayanan kapan saja dan di mana saja ia berada baik ketika berada di
dalam negeri dan luar negeri.
4.1.2 Visi Misi
Pernyataan visi dan misi merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh
sebuah perusahaan karena visi dan misi akan menjadi tujuan jangka panjang yang ingin
dicapai oleh perusahaan. Pernyataan visi dan misi Bank X adalah sebagai berikut.
79
Visi : Menjadikan Bank X sebagai salah satu Bank Jangkar dengan status bank
nasional pada tahun 2010, sesuai dengan cetak biru Arsitektur Perbankan Indonesia.
Misi : Menjadikan Bank X sebagai salah satu pemimpin bank konsumen dan bisnis
terkemuka di Indonesia. Melalui layanan produk yang inovatif, jaringan distribusi
nasional dan pengetahuan pasar yang mendalam, Bank X siap untuk terus
memperluas pangsa pasar dan berperan serta dalam meningkatkan fungsi
intermediasi keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
4.1.3 Produk dan Layanan
Bank X memiliki berbagai produk dan layanan yang dapat dinikmati oleh
konsumennya yaitu:
Simpanan
- Tabungan dalam Rupiah
- Tabungan dalam mata uang asing
- Tabanas
- Deposito
- Giro
Fasilitas kredit, terbagi menjadi:
Perusahaan
- Investasi dan modal kerja
- Bank Garansi
- Obligasi
- Perdagangan finansial
80
Komersial
- Pinjaman mikro
- Pinjaman serbaguna
- Pinjaman instan
- Pinjaman komersial
Konsumen
- Kredit Pemilikan Rumah
- Kredit Pemilikan Mobil
- Kredit individual
- Kredit Pemilikan Motor
Transaksi internasional
- Letter of Credit untuk domestik dan impor
- Stand-By Letter of Credit
- Bank Garansi
- Trust receipts
- Pembelian tagihan ekspor
- Inkaso
- Pengiriman uang dalam Rupiah dan mata uang asing
Layanan perbendaharaan (treasury)
- Pasar uang
- Pertukaran valas
- Transaksi pendapatan tetap
- Mutual Fund
81
- Obligasi Negara Ritel (ORI)
Layanan lainnya
- Travellers Cheque
- Bank Notes
- Safe Deposit Box
- Bank referensi
- Tax and utilities bills settlement
Korporasi
- Custodianship
- Sistem penggajian
4.1.4 Prestasi dan Reputasi Perusahaan
Beberapa kejadian penting dan prestasi yang berhasil diraih oleh Bank X sejak
awal berdirinya hingga kini yaitu:
Tahun 1971
Didirikan sebagai merjer dari tiga bank: Bank Kemakmuran (1956), Bank Industri
dan Dagang Indonesia (1956) dan Bank Industri Djaya Indonesia (1969).
Tahun 1982
Bank pertama di Indonesia yang go public dengan mencatatkan sahamnya di Bursa
Efek Jakarta.
Tahun 1997
Berada pada peringkat 10 teratas diantara 243 bank komersial nasional.
82
Tahun 1998
Bank X berhasil lolos dari usaha rekapitulasi pemerintah akibat krisis
multidimensional yang melanda Indonesia. Bank X merupakan salah satu dari hanya
sejumlah bank yang memperoleh sertifikasi oleh Firma Akuntansi Internasional
sebagai bank kategori “A”.
Bank X terpilih menjadi “The Best Domestic Bank” oleh majalah Global Finance
selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 1998-2000.
Tahun 1999
Penandatanganan Kesepakatan Bantuan Teknis (Technical Assistance Agreement)
dengan rekan kerja strategis ANZ Banking Group, Australia yang kemudian
memperoleh 29% kepemilikan di Bank X.
Tahun 2000
Menetapkan kembali posisi strategi bisnis Bank X dari perbankan korporasi
tradisional menjadi perbankan ritel dan konsumen.
Tahun 2001
“The Best Bank in the Indonesian Banking Industry Post Crisis” oleh Moody’s
Investor Service-BFSR.
Tahun 2003
“Best Public Bank” berdasarkan konsep EVA (MarkPlus dan SWA).
“Best Bank in Forex Transaction Reporting” (Bank Indonesia).
Tahun 2004
“Best Public Bank” berdasarkan konsep EVA (MarkPlus dan SWA)
“Best Non-Recap Bank” (Investor)
83
“The Most Active Participant – Government and Corporate Bonds Trading” (Bursa
Efek Surabaya).
Tahun 2005
“Elite Quality Recognition Award” ( JP Morgan Chase).
Nominasi “Best National Bank 2005” (Bisnis Indonesia).
“Bank Best Non-Recap Public Bank with Assets Above Rp 10 trillion” (Investor).
“Excellence Award for Financial Achievement” (InfoBank).
Tahun 2006
“Recognition of Outstanding Payment Formatting and Straight Through Rate, The
Bank of New York, Januari 2006.
“Best New E-Channel Performance”, InfoBank, Mei 2006.
“JP Morgan Quality Recognition Award”, JP Morgan Chase, Agustus 2006.
“Best Domestic Provider of FX Service”, AsiaMoney, September 2006.
“Most Active Participant in Corporate Bond Trading”, Bursa Efek Surabaya.
Tahun 2007
“Agen Penjual Terbaik untuk ORI 002 Government Retail Bonds”, Maret 2007.
4.1.5 Struktur Organisasi dan Uraian Pekerjaan Bank X
4.1.5.1 Struktur Organisasi Umum
Struktur organisasi umum dari Bank X ditunjukkan oleh gambar 4.1
84
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank X
85
4.1.5.2 Uraian Pekerjaan Umum
Berikut merupakan gambaran dari masing-masing pekerjaan yang ada di Bank X.
1. Dewan Komisaris
Uraian pekerjaan dari dewan komisaris antara lain:
Mengawasi dan memastikan agar prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan (good
corporate governance) yang baik diterapkan di semua manajemen risiko.
Melakukan supervisi yang meliputi manajemen risiko dan kepatuhan pada semua
peraturan dan hukum yang berlaku, khususnya yang ditetapkan bank sentral,
Bapepam, dan otoritas terkait lainnya.
2. President Director
Menetapkan kebijakan-kebijakan dan strategi agar perusahaan dapat berkembang
dengan lebih baik.
Melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap keseluruhan proses bisnis
perusahaan.
3. Internal Audit
Uraian pekerjaan dari Internal Audit antara lain:
Membuat pedoman audit agar proses audit dapat dilakukan secara lebih jelas dan
terstandarisasi.
Melakukan pengawasan terhadap sistem yang telah dikembangkan untuk
keperluan evaluasi sistem jika diperlukan.
86
Mengembangkan sistem penilaian audit yang berfungsi untuk memberikan
penilaian hasil audit terhadap bagian organisasi yang diaudit.
Membuat laporan dan rekomendasi audit untuk bagian terkait dengan tujuan
memberikan masukan mengenai langkah-langkah yang akan diambil.
4. Legal Department
Uraian pekerjaan dari Legal Department antara lain:
Bertanggung jawab atas segala prosedur hukum di dalam perusahaan.
Memastikan bahwa keseluruhan proses dalam perusahaan adalah sesuai dengan
prosedur hukum yang berlaku.
5. Credit Committee
Uraian pekerjaan dari Credit Committee antara lain:
Membuat keputusan mengenai pinjaman
Menyediakan konseling finansial mengenai kebijakan penggunaan pinjaman
Memberikan informasi yang berkaitan dengan berbagai jenis pinjaman, syarat
pinjaman dan tingkat bunga, serta dokumentasi yang dibutuhkan untuk proses
pinjaman.
Memberi masukan bagi manajer mengenai perubahan kebijakan atau prosedur
peminjaman.
6. Corporate Secretary
Uraian pekerjaan dari Corporate Secretary antara lain:
87
Menjaga komunikasi dengan shareholder untuk memastikan bahwa deviden
telah dibayarkan.
Memelihara catatan perusahaan, seperti daftar direksi dan shareholder.
Menyediakan informasi mengenai praktek yang dilakukan perusahaan.
Membantu dewan direksi dalam menghasilkan peraturan perusahaan.
7. Consumer Banking
Uraian pekerjaan dari Consumer Banking antara lain:
Menjaga dan meningkatkan hubungan baik dengan konsumen.
Melakukan inovasi dan pengembangan produk-produk KPM, KPR, kredit
perseorangan, dan lainnya.
Menjaga dan mengurangi tingkat kredit konsumen yang macet dan diragukan.
8. Treasury
Uraian pekerjaan dari Treasury antara lain:
Melakukan pengelolaan terhadap tiga unit bisnis yaitu: transaksi pasar uang,
perdagangan valuta asing, dan transaksi surat-surat berharga pasar uang.
Mengelola pendanaan bank secara keseluruhan dan memastikan bahwa
pengelolaan aktiva dan pasiva bank secara konsisten mengikuti strategi bisnis
yang ditetapkan.
Menangani aliran kas untuk mengatur efektifitas dan efisiensi seluruh transaksi
yang terjadi.
88
Membuat laporan aliran kas untuk memberikan gambaran mengenai jumlah dana
perusahaan kepada divisi finance.
Melakukan tindak lanjut terhadap permasalahan aliran kas dan peramalan yang
terjadi agar kegiatan keuangan berjalan lancar.
Menganalisis laporan aliran kas untuk memberi masukan mengenai kondisi
aliran kas yang terjadi dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
kebijakan-kebijakan keuangan.
9. Commercial and Corporate Banking
9.1 Corporate Banking
Membangun dan membina hubungan kerja sama yang baik dengan nasabah
tingkat perusahaan.
Memberikan pelayanan jasa perbankan kepada nasabah tingkat perusahaan.
Melakukan evaluasi terhadap pelayanan yang telah diberikan.
Mengembangkan layanan atau produk baru untuk nasabah tingkat perusahaan.
9.2 Credit
Memberi informasi dan persyaratan mengenai pelayanan pinjaman.
Melakukan evaluasi terhadap pengajuan aplikasi kredit.
Melakukan persetujuan terhadap aplikasi kredit yang diajukan.
Menyimpan dan memelihara dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
pengajuan kredit.
89
9.3 Commercial Banking
Melakukan pengembangan kredit komersial untuk sektor usaha kecil dan
menengah atau UKM.
Melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan tingkat kredit.
10. Compliance and Risk Management
10.1 Risk Management
Melakukan sosialisasi mengenai penggunaan model untuk menghitung dan
mengelola kebutuhan modal terhadap risiko serta meningkatkan pemahaman
budaya risiko pada seluruh karyawan.
Mengembangkan prasarana untuk RCSA (Risk Control Self Assesment), LEM
(Loss Event Management) dan ICCR (Internal Credit Risk Rating).
Melakukan peninjauan, identifikasi, evaluasi, dan pengawasan terhadap seluruh
produk baru dan aktifitas yang dilakukan.
Mengembangkan program pelatihan sertifikasi manajemen risiko di cabang
utama dan divisi kredit.
10.2 Compliance
Mengembangkan dan melaksanakan pelatihan secara terus-menerus untuk
meningkatkan pengetahuan menyeluruh bagi staf customer service terutama yang
terlibat dalam pembukaan rekening bank untuk memahami prinsip “Know Your
Customer” serta anti pencucian uang.
Bekerja sama dengan bank koresponden untuk memberikan pelatihan internal
mengenai praktek-praktek terbaik guna mencegah perncucian uang.
90
11. Finance
Uraian pekerjaan dari Finance antara lain:
Melakukan analisis terhadap laporan keuangan.
Melakukan pengawasan dan menindaklanjuti seluruh transaksi yang terjadi di
perusahaan.
Menyiapkan laporan-laporan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh divisi lain
dalam perusahaan.
12. HRD dan General Affair
Divisi HRD dan General Affair terbagi atas dua bagian dengan uraian pekerjaan
masing-masing seperti berikut ini.
12.1 Training dan HRD
Membuat perencanaan pelatihan untuk digunakan sebagai pedoman pelaksanaan
pelatihan bagi seluruh karyawan.
Memberikan pelatihan komprehensif untuk meningkatkan ketrampilan menjual
dan memperdalam pengetahuan produk serta layanan yang ditawarkan ke
nasabah.
Membuat perencanaan keuangan untuk rekrutmen dan pelatihan.
Mengadakan program penghargaan bagi kantor cabang berkinerja terbaik dalam
bentuk piagam dan bonus uang tunai untuk mendorong motivasi staf.
Pengadaan majalah internal “In Action” yang berisi berita dan aktifitas Bank X
untuk memperkuat kerja sama dan meningkatkan semangat karyawan.
91
12.2 General Affair dan Personnel
Menangani administrasi kepersonaliaan.
Membuat laporan kehadiran dan tunjangan karyawan setiap bulan.
Melakukan filing data karyawan untuk menjamin kelengkapan dan keakuratan
data karyawan.
Menyediakan data karyawan setiap kali diperlukan sebagai masukan bagi divisi
lain dalam mengambil keputusan.
Melakukan sosialisasi Peraturan Perusahaan kepada seluruh karyawan untuk
memastikan isi dari peraturan tersebut dipahami.
13. International Banking
Uraian pekerjaan dari International Banking yaitu:
Membangun dan membina hubungan kerja sama dan meningkatkan reputasi
usaha dengan bank-bank koresponden internasional.
Memberikan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya, terutama untuk
jasa kiriman uang dan pembiayaan perdagangan luar negri, Letter of Credit untuk
impor dan ekspor.
14. Information Technology
Uraian pekerjaan dari Information Technology antara lain:
Melakukan investasi dan mengembangkan aplikasi teknologi informasi yang
bertujuan meningkatkan kenyamanan dan keamanan layanan nasabah ketika
melakukan transaksi.
92
Melakukan perluasan jaringan operasional seiring dengan pertambahan jumlah
kantor cabang.
Melakukan proses standarisasi dan integrasi semua kantor cabang untuk
meningkatkan efisiensi proses dan akurasi transaksi.
15. Branch dan Network Operation
Uraian pekerjaan dari branch dan network operation yaitu:
Mengevaluasi, mendukung, serta meningkatkan kinerja kantor-kantor cabang.
Menghasilkan inisiatif-inisiatif dengan tujuan untuk mencapai efisiensi dan
efektifitas operasional melalui standarisasi, yang pada gilirannya dapat
mengintegrasikan semua back office dari kantor-kantor cabang bank.
4.1.5.3 Struktur Organisasi Departemen TI
Gambar 4.2 merupakan struktur organisasi dari departemen TI
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Departemen TI
93
4.1.5.4 Uraian Pekerjaan Departemen TI
Berikut ini merupakan uraian pekerjaan yang ada di departemen TI Bank X
1. Biro Teknologi Informasi (BTI)
Biro Teknologi Informasi dipimpin oleh seorang kepala BTI dan seorang wakil
kepala BTI. BTI memiliki 4 bidang utama yakni bidang operasional, bidang
Implementasi, bidang infrastruktur, dan bidang sekuriti / audit.
2. Bidang Operasional
Bidang Operasional dipimpin oleh seorang kepala bidang yang mengkoordinir
segala hal yang berkaitan dengan semua operasional sistem sehari-hari yang
dipergunakan perusahaan. Bidang Operasional dibagi lagi menjadi 2 bagian, yakni
bagian development dan bagian pengolahan data wilayah.
2.1 Bagian development
Mengumpulkan data atau kebutuhan dalam pengembangan program
Melakukan analisis terhadap kebutuhan program
Menentukan pendekatan terbaik dalam pembuatan program
Mengembangkan program sesuai dengan persyaratan, spesifikasi, dan
pendekatan yang telah ditentukan
Memastikan bahwa program yang dikembangkan dapat berjalan dengan baik
dengan melakukan pengujian program.
2.2 Bagian Pengolahan Data Wilayah (PDW)
Mengkoordinir kegiatan operasional sehari hari di kantor pusat dan kantor
cabang
94
Bertanggungjawab dalam pencetakan dan distribusi laporan
Melakukan kontrol back up sisten untuk memastikan back-up berfungsi jika
terjadi masalah
Melakukan proses akhir hari
3. Bidang Implementasi
Bertanggung jawab atas semua sistem aplikasi yang dipergunakan oleh
perusahaan
Melakukan pengujian terhadap sistem aplikasi yang akan digunakan
Membuat program pelatihan kepada user
Melakukan implementasi sistem di kantor-kantor cabang
Melaksanakan program pelatihan kepada user
Melakukan penanganan bila terjadi masalah pada sistem aplikasi
4. Bidang Infrastruktur
Bidang infrastruktur ini dipimpin oleh seorang kepala bidang dan mengkoordinir
segala hal yang berkaitan dengan perangkat keras dan jaringan pendukungnya.
Bidang infrastruktur dibagi atas bagian support dan bagian komunikasi.
4.1 Bagian support
Melakukan koordinasi atas segala hal yang berkaitan dengan perangkat keras
yang digunakan
Melakukan pengawasan dan mengkoordinir pelaksanaan instalasi perangkat
keras dan perangkat lunak di setiap kantor cabang
95
Menangani pengadaan perangkat keras yang dibutuhkan kantor cabang
Mengatasi masalah atau kerusakan yang berhubungan dengan instalasi perangkat
keras dan perangkat lunak
4.2 Bagian komunikasi
Melakukan koordinasi tugas-tugas yang berkaitan dengan infrastruktur jaringan
komunikasi
Menangani pengadaan infrastruktur yang dibutuhkan kantor cabang
Mengatasi masalah atau kerusakan yang berhubungan dengan jaringan
komunikasi di semua kantor perusahaan
5. Bidang Security dan Audit
Mengimplementasi sistem keamanan terhadap sistem dan aplikasi yang
digunakan
Melakukan pengawasan terhadap sistem keamanan yang diterapkan
Mengembangkan atau memperbarui sistem keamanan untuk memastikan bahwa
sistem keamanan perbankan tetap terjaga
Melakukan audit terhadap semua sistem aplikasi yang dipergunakan
4.1.6 Komposisi Sumber Daya Manusia
Untuk mendukung perluasan jaringan kantor dan untuk memenuhi kebutuhan
tersedianya tenaga pemasaran, Bank X telah merekrut, melatih, dan menempatkan staf-
staf terbaiknya dimana jumlah karyawan yang ada telah bertambah menjadi 3.199 orang.
96
Komposisi sumber daya manusia berdasarkan jenjang pendidikan ditunjukkan pada tabel
4.1 dan gambar 4.3.
Tabel 4.1 Komposisi SDM Bank X
Jenjang Pendidikan Komposisi
SD 1%SMP 2%SMU 27%Sarjana Muda 16%S-1 dan S-2 54%Total Karyawan Tetap 100%
Sumber: Bank X, 2007
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.3 Komposisi SDM Bank X
4.1.7 Nilai-nilai Perusahaan
Nilai-nilai perusahaan yang diwariskan kepada seluruh jajaran direksi dan staf
Bank X yaitu bekerja dengan komitmen dan dengan dedikasi yang tinggi, jujur, serta
fokus pada bisnis inti bank, jangan mau mengerjakan segala sesuatu tetapi harus fokus di
97
bidang usaha yang telah terbukti memberikan kinerja yang baik untuk Bank X. Nilai-
nilai perusahaan inilah yang mampu membuat Bank X untuk terus berkembang dan
memberikan yang terbaik bagi pelanggan.
4.1.8 Tinjauan Kinerja
Meskipun ekonomi nasional Indonesia belum sepenuhnya pulih, namun Bank X
berhasil mencatat perkembangan usaha yang cukup memuaskan baik dari segi finansial
maupun kinerja operasionalnya. Kinerja Bank X tersebut ditinjau dari beberapa sudut
pandang yang akan dijelaskan pada subbab-subbab berikutnya.
4.1.8.1 Total Aktiva
Total Aktiva Bank X pada tahun 2006 tercatat Rp 40,5 trilyun atau naik 9,7%
dibandingkan tahun 2005 yang sebesar Rp36,9 trilyun. Dari segi total aktiva, Bank X
mempertahankan posisinya pada peringkat ke-8 besar Bank nasional di Indonesia.
Aktiva produktif tahun 2006 mencapai Rp 35,7 trilyun atau 88,2% dari total aktiva bank.
Kenaikan aktiva produktif terutama dari pertumbuhan kredit yang diberikan terutama ke
sektor usaha kecil dan menengah. Gambar 4.4 menunjukkan total aktiva Bank X tahun
2002 hingga tahun 2006.
98
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.4 Total Aktiva Bank X
4.1.8.2 Komposisi Pendanaan
Fokus penghimpunan dana Bank X adalah untuk meningkatkan komposisi dana
pihak ketiga melalui pengembangan produk tabungan dan giro. Bank X berhasil
meningkatkan komposisi jumlah tabungan dan giro hingga mencapai 46% dari total dana
pihak ketiga, naik dari posisi tahun 2005 yang hanya 32%. Total dana pihak ketiga bank
pada akhir tahun 2006 mencapai Rp 23,7 trilyun. Selain merupakan sumber pendanaan
yang relatif lebih murah dibandingkan deposito, tabungan dan giro merupakan
pendanaan yang lebih stabil bagi bank. Strategi pendanaan Bank X untuk masa
mendatang adalah untuk terus meningkatkan komposisi tabungan dan giro hingga
mencapai lebih dari 50% dari total dana pihak ketiga. Gambar 4.5 menunjukkan
komposisi pendanaan dari Bank X.
99
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.5 Komposisi Pendanaan Bank X
4.1.8.3 Total Simpanan
Total dana pihak ketiga atau simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank X pada
tahun 2006 adalah sebesar Rp 23,7 trilyun. Selama periode 5 tahun terakhir, total
simpanan yang diperoleh telah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.
Namun terjadi penurunan jika dibandingkan dengan total simpanan pada tahun 2005
yaitu sebesar Rp 27,2 trilyun. Gambar 4.6 menunjukkan total simpanan Bank X pada
tahun 2002 hingga tahun 2006.
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.6 Total Simpanan Bank X
100
4.1.8.4 Komposisi Pinjaman
Total kredit yang diberikan Bank X dalam tahun 2006 sebesar Rp 19,1 trilyun
atau naik 27% dibandingkan tahun 2005 yang sebesar Rp 15,1 trilyun. Fokus kredit dari
Bank X adalah pengembangan kredit komersial untuk sektor usaha kecil dan menengah
atau UKM. Kredit segmen UKM meningkat 88,8% dari hanya Rp 3,72 trilyun menjadi
Rp 7,026 trilyun dalam tahun 2006. Sedangkan dari sektor kredit konsumen, melalui
Kredit Pemilikan Mobil, Kredit Pemilikan Rumah, dan kredit perseorangan meningkat
menjadi Rp 5,2 trilyun atau naik 5,9% dalam tahun 2006. Gambar 4.7 menunjukkan
komposisi pinjaman dari Bank X.
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.7 Komposisi Pinjaman Bank X (dalam trilyun Rupiah)
4.1.8.5 Pendapatan Bunga Bersih
Pertumbuhan kredit dan perbaikan komposisi pendanaan yang dialami Bank X
mendorong peningkatan pendapatan bunga bersih menjadi Rp 1.564,99 miliar atau
meningkat sebesar 39,99% dibanding tahun 2005 yang sebesar Rp 1.112,73 miliar.
101
Gambar 4.8 menunjukkan total pendapatan bunga bersih dari Bank X pada tahun 2002
hingga tahun 2006.
11,1
1,21,1
1,6
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2002 2003 2004 2005 2006
P endapatan B unga B ers ih (dalam milyar R upiah)
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.8 Total Pendapatan Bunga Bersih Bank X
4.1.8.6 Perluasan Jaringan Usaha
Bank X terus melakukan perluasan jaringan kantor cabang dan distribusi lainnya.
Jaringan usaha Bank X juga ditunjang oleh meningkatnya jumlah ATM yang telah
mencapai 14.346 ATM yang bekerja sama dengan jaringan ALTO dan ATM
BERSAMA. Gambar 4.9 menunjukkan jumlah kantor cabang Bank X pada tahun 2002
hingga tahun 2007.
102
Sumber: Bank X, 2007Gambar 4.9 Jumlah Kantor Cabang Bank X
4.1.9 Proses Bisnis Bank X
4.1.9.1 Proses Bisnis Tabungan
Berikut ini merupakan uraian dari proses bisnis yang terjadi di Bank X terkait
dengan produk tabungan dari Bank X.
A. Proses Pembukaan Tabungan
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.10 Proses Pembukaan Tabungan
103
Keterangan:
1. Customer service menjelaskan syarat penting dalam pembukaan tabungan dan
menyiapkan aplikasi pembukaan tabungan.
2. Nasabah mengisi dan menandatangani aplikasi pembukaan tabungan beserta
dokumen persyaratan, kemudian menyerahkannya kepada customer service.
3. Customer service memeriksa kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan dan
aplikasi pembukaan tabungan. Jika sudah lengkap dan sesuai maka customer service
akan memasukkan data nasabah baru ke dalam ICBS.
4. Customer service mencetak buku tabungan dan memeriksa kebenaran data yang
dimasukkan.
5. Customer service menyerahkan buku tabungan dan slip setoran awal.
6. Nasabah menyerahkan slip setoran yang telah diisi beserta setoran awal kepada teller
(proses setoran awal dapat dilihat pada proses setoran tabungan secara detil).
7. Teller menyerahkan buku tabungan dan slip setoran lembar ke-2 kepada customer
service.
8. Teller memasukkan data transaksi ke dalam ICBS.
9. Customer service menyerahkan buku tabungan, slip setoran lembar ke-2 dan
dokumen pendukung kepada customer service supervisor.
10. Customer service supervisor memeriksa keabsahan dari aplikasi pembukaan
tabungan dan hasil input pembukaan tabungan. Jika telah benar Customer service
supervisor akan membubuhkan tanda tangan dan menyerahkannya kembali kepada
Customer service.
104
11. Customer service menyerahkan buku tabungan, lembar ke-2 aplikasi pembukaan
tabungan, dan lembar ke-2 slip setoran.
B. Proses Setoran Tunai
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.11 Proses Setoran Tunai
Keterangan:
1. Nasabah menyerahkan slip setoran yang telah diisi beserta uang setoran kepada
teller.
2. Teller memeriksa slip setoran dan keaslian uang serta jumlahnya. Bila telah benar
maka masukkan data transaksi ke dalam ICBS.
3. Teller mencetak transaksi pada buku tabungan.
4. Teller menyerahkan buku tabungan dan lembar ke-2 slip setoran.
C. Proses Penarikan Tunai
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.12 Proses Penarikan Tunai
105
Keterangan:
1. Nasabah menyerahkan slip penarikan yang telah diisi, buku tabungan, dan kartu
identitas kepada teller.
2. Teller melakukan verifikasi keabsahan slip penarikan, jika sah maka masukkan data
transaksi ke dalam ICBS.
3. Teller mencetak transaksi pada buku tabungan kemudian menyiapkan uang sesuai
jumlah penarikan.
4. Teller menyerahkan uang, buku tabungan, dan kartu identitas kepada nasabah.
D. Proses Penutupan Tabungan
Sumber: Bank X, 2007Gambar 4.13 Proses Penutupan Tabungan
Keterangan:
1. Nasabah menyiapkan buku tabungan, kartu ATM, serta kartu identitas.
2. Customer service memeriksa saldo penutupan, jika masih terdapat transaksi maka
proses penutupan tabungan dilaksanakan esok hari.
3. Customer service menyiapkan slip penarikan dan membubuhi stempel “Rekening
Tutup”.
106
4. Customer service menggunting kartu ATM dan mengirimkannya ke Card Centre.
5. Nasabah menyerahkan slip penarikan yang telah ditandatangani, buku tabungan, dan
kartu identitas.
6. Teller melakukan verifikasi tanda tangan nasabah dan kartu identitas nasabah. Jika
telah sah maka teller akan memasukkan data transaksi tersebut ke dalam ICBS.
7. Teller melakukan validasi slip penarikan dan mencetak transaksi pada buku
tabungan. Teller kemudian akan memeriksa kembali transaksi bila telah benar maka
teller akan melakukan perforasi dan menggunting buku tabungan.
8. Teller menyerahkan uang, buku tabungan yang telah diperforasi, serta kartu
identitas nasabah.
4.1.9.2 Proses Bisnis Giro
Berikut ini merupakan uraian dari proses bisnis yang terjadi di Bank X terkait
dengan produk giro dari Bank X.
A. Proses Pembukaan Rekening Giro
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.14 Proses Pembukaan Rekening Giro
107
Keterangan:
1. Customer service menginformasikan syarat-syarat pembukaan rekening dan
menyiapkan formulir pembukaan rekening giro.
2. Nasabah melengkapi dan menyerahkan formulir yang telah diisi beserta dokumen
kelengkapan.
3. Customer service memeriksa kelengkapan dokumen dan meminta persetujuan
pejabat berwenang.
4. Pejabat berwenang memeriksa ulang dokumen dan memberi persetujuan.
5. Customer service memasukkan data pembukaan rekening ke dalam ICBS.
6. Customer service mencetak hasil transaksi dan menyerahkan kepada pejabat
berwenang.
7. Customer service meminta nasabah melakukan setoran awal.
8. Nasabah melakukan setoran awal kepada teller.
9. Teller memeriksa keaslian uang dan jumlah uang yang disetorkan kemudian
memasukkan data transaksi ke dalam ICBS.
10. Teller melakukan validasi slip setoran dan menyerahkan lembar ke-2 slip setoran
kepada nasabah.
B. Proses Setoran Tunai Giro
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.15 Proses Setoran Tunai Giro
108
Keterangan:
1. Nasabah mengisi dan menandatangani slip setoran dan menyerahkannya kepada
teller beserta uang setoran.
2. Teller memeriksa keabsahan slip setoran, keaslian uang serta jumlahnya. Jika telah
sesuai maka teller akan memasukkan data transaksi ke dalam ICBS.
3. Teller melakukan validasi slip setoran.
4. Teller menyerahkan slip setoran lembar ke-2 kepada nasabah.
C. Proses Penarikan Tunai Giro
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.16 Proses Penarikan Tunai Giro
Keterangan:
1. Nasabah mengisi cek secara lengkap dan menyerahkannya kepada teller beserta
kartu identitas.
2. Teller memeriksa keabsahan dari cek dan kartu identitas kemudian melakukan
verifikasi tanda tangan nasabah dengan menggunakan aplikasi Signature Verification
System (SVS).
3. Jika tanda tangan telah sah maka teller akan memasukkan data ke dalam ICBS.
4. Teller melakukan validasi cek, menyiapkan uang sesuai dengan jumlah penarikan.
109
5. Teller meminta nasabah untuk menandatangani tanda terima kemudian menyerahkan
uang serta kartu identitas nasabah.
D. Proses Penutupan Rekening Giro
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.17 Proses Penutupan Rekening Giro
Keterangan:
1. Nasabah menyerahkan surat permohonan penutupan rekening giro, sisa buku cek dan
kartu ATM.
2. Customer service memeriksa dan memverifikasi tanda tangan nasabah dengan
menggunakan aplikasi SVS.
3. Customer service mengambil data giro nasabah dan memeriksa saldo giro.
4. Customer service menginformasikan saldo giro yang dapat ditarik, bunga, biaya
serta pajak.
5. Nasabah menandatangani cek penutupan rekening giro dan menyerahkannya kepada
Customer service.
6. Customer service melakukan penghapusan data pada SVS.
110
7. Customer service menyerahkan cek dan kartu identitas kepada nasabah.
8. Nasabah menyerahkan cek serta kartu identitas untuk mengambil uang.
9. Teller memeriksa cek yang diberikan, jika telah sah maka teller akan memasukkan
data transaksi ke dalam ICBS
10. Teller melakukan validasi cek, menyiapkan uang sesuai dengan sisa saldo.
11. Teller meminta nasabah menandatangani tanda terima dan menyerahkan uang serta
kartu identitas kepada nasabah.
4.1.9.3 Proses Bisnis Kredit
Berikut ini merupakan uraian dari proses bisnis yang secara umum terjadi di
Bank X terkait dengan produk-produk kredit dari Bank X.
A. Proses Permohonan dan Persetujuan Kredit
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.18 Proses Permohonan dan Persetujuan Kredit
Keterangan:
1. Nasabah mengisi dan menandatangani aplikasi kredit serta menyerahkan dokumen
persyaratan kepada Account Officer.
111
2. Account Officer memeriksa kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan serta
melakukan wawancara dengan calon debitur.
3. Account Officer meminta Credit Processing melakukan pemerisaan jaminan dan BI
Checking.
4. Credit Processing melakukan BI Checking serta pemeriksaan jaminan dan
menyerahkan hasil BI Checking tersebut kepada Account Officer.
5. Account Officer menganalisis kelayakan aplikasi kredit dan menyiapkan MR Kredit
lalu menyerahkannya kepada komite kredit.
6. Komite kredit membuat keputusan persetujuan atau penolakan aplikasi kredit serta
menyerahkan MR Kredit kepada Account Officer.
7. Account Officer menginformasikan penolakan atau penerimaan aplikasi kredit. Jika
aplikasi kredit disetujui maka Account Officer akan membuat Surat Persetujuan
Pemberian Kredit (SPPK) dan menyerahkannya kepada nasabah.
B. Proses Perjanjian Kredit dan Pengikatan Jaminan
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.19 Proses Perjanjian Kredit dan Pengikatan Jaminan
Keterangan:
1. Nasabah menyerahkan SPPK yang telah ditandatangani beserta surat jaminan,
dokumen asli yang diperlukan dan biaya yang dibayar di muka.
112
2. Account Officer membuat tanda terima dokumen jaminan untuk diserahkan kepada
nasabah.
3. Account Officer menyerahkan SPPK dan dokumen asli untuk pemeriksaan jaminan
oleh Credit Processing.
4. Credit Processing memeriksa keabsahan jaminan dan menginformasikan waktu
penandatanganan perjanjian kredit.
5. Account Officer menginformasikan waktu penandatanganan perjanjian kredit kepada
nasabah.
6. Nasabah dan Credit Processing melakukan perjanjian kredit dan pengikatan jaminan
di hadapan notaris.
C. Proses Pencairan Kredit
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.20 Proses Pencairan Kredit
Keterangan:
1. Credit Processing memeriksa ulang dokumen persyaratan pencairan kredit. Jika ada
yang masih kurang maka Credit Processing akan menginformasikan kepada Account
Officer.
113
2. Account Officer meminta nasabah untuk melengkapi dokumen persyaratan yang
dibutuhkan.
3. Nasabah menyerahkan kekurangan dokumen persyaratan kepada Account Officer.
4. Account Officer menyerahkan kekurangan dokumen persyaratan kepada Credit
Processing.
5. Credit Processing memasukkan data transaksi ke dalam ICBS.
6. Credit Processing menyerahkan MR Kredit kepada Loan Administration untuk
pencairan kredit.
7. Loan Administration memeriksa dokumen pencairan kredit dan meminta tanda
tangan pejabat berwenang untuk pencairan kredit. Loan Administration kemudian
akan membuat salinan MR kredit kepada Account Officer dan Credit Processing.
8. Credit Processing dan Loan Administration memasukkan data transaksi pencairan
kredit ke dalam ICBS.
D. Proses Pembayaran Angsuran Kredit
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.21 Proses Pembayaran Angsuran Kredit
114
Keterangan:
1. Loan Administration menjalankan proses pendebetan angsuran secara otomatis dan
mencetak laporan tunggakan pembayaran angsuran.
2. Jika dana tidak tersedia maka Loan Administration menginformasikannya kepada
Account Officer.
3. Account Officer menginformasikan kepada nasabah untuk melakukan pembayaran
angsuran.
4. Nasabah melakukan pembayaran angsuran kepada Loan Administration.
5. Loan Administration melakukan pendebetan rekening debitur dan memasukkan data
transaksi pembayaran ke dalam ICBS.
E. Proses Pelunasan Kredit
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.22 Proses Pelunasan Kredit
115
Keterangan:
1. Nasabah mengisi formulir pelunasan kredit dan menyerahkannya kepada Account
Officer.
2. Account Officer memeriksa keabsahan permohonan pelunasan pinjaman dan
menginformasikannya kepada LA.
3. Loan Administration memasukkan data transaksi pelunasan kredit ke dalam ICBS.
4. Loan Administration membuat memo pelunasan dan menyerahkannya kepada Credit
Processing.
5. Credit Processing memberitahukan kepada Legal Department untuk melepaskan
jaminan.
6. Credit Processing menyerahkan tanda terima dan sertifikat jaminan kepada nasabah.
4.1.10 Jaringan Infrastruktur Bank X
Sebagai sebuah bank yang memiliki kantor cabang dan SMART Centre yang
tersebar di Indonesia, maka Bank X membutuhkan suatu jaringan infrastruktur TI yang
dapat menghubungkan antar kantor pusat, kantor cabang dan SMART Centre. Gambar
4.23 merupakan gambar yang menunjukkan jaringan infrastruktur yang dimiliki Bank X.
Infrastruktur jaringan yang dimiliki menghubungkan seluruh unit mesin ATM yang ada
dan seluruh unit komputer melalui aplikasi ICBS dengan unit server.
116
Sumber: Bank X, 2007
Gambar 4.23 Jaringan Infrastruktur Bank X
4.2 Analisis SWOT Bank X
Sebelum menentukan arahan strategis dari Bank X, maka perlu dilakukan
analisis terlebih dahulu yang meliputi faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman. Berikut ini merupakan evaluasi terhadap tiap faktor tersebut.
4.2.1 Evaluasi Faktor Kekuatan
Berikut ini merupakan uraian dari faktor yang menjadi kekuatan dari Bank X
Tim manajemen yang tangguh
117
Tim manajemen yang berpengalaman dalam perbankan rata-rata selama 31 tahun
dimana seluruh komisaris dan direksi bank beserta 32 staf telah mendapatkan
Sertifikasi Manajemen Resiko. Selain itu, 23 staf dari Internal Audit Working Group
telah menjalani Sertifikat Audit yang diberikan oleh konsultan Independen Audit Pro
agar memenuhi standar kualitas yang disyaratkan Bank Indonesia.
Struktur permodalan yang kuat dan prinsip kehati-hatian
Bank X memiliki nama perusahaan yang sudah terkenal baik dan memiliki prinsip
kehati-hatian dalam pengoperasian bisnis-nya dan struktur permodalan yang kuat
sehingga dapat mengatasi kendala krisis ekonomi dengan baik. Hal ini terbukti
ketika krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1998. Bank X berhasil lolos dari
usaha rekapitulasi pemerintah akibat krisis multidimensional yang melanda
Indonesia. Bank X merupakan salah satu dari hanya sejumlah bank yang
memperoleh sertifikasi oleh Firma Akuntansi Internasional sebagai bank kategori
“A”.
SMART centre dan kantor cabang yang terus berkembang
Untuk fokus dalam mengembangkan segmen pasar komersial atau Usaha Kecil
Menengah, Bank X membuka SMART (Small, Medium, and Retail Transactions)
Centre yang berlokasi di pusat-pusat perdagangan di kota-kota besar. SMART centre
diberikan wewenang untuk memproses aplikasi kredit komersial sehingga dapat
memberikan pelayanan yang cepat dan efisien. Sampai dengan awal tahun 2007,
SMART center yang dikembangkan sebanyak 32 buah. Selain itu, di saat krisis
melanda bank-bank yang ada di Indonesia, Bank X justru berhasil dan terus
mengembangkan kantor cabangnya untuk dapat lebih menjangkau masyarakat
118
Indonesia, pada tahun 2006 jumlah kantor cabang yang ada sebanyak 259 kantor
cabang dan pada akhir tahun 2007 telah mencapai 300 kantor cabang.
Penyedia jasa treasury terbaik
Bank X merupakan penyedia jasa treasury terbaik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
beberapa penghargaan yang berhasil diraih Bank X yaitu “Best Bank in Forex
Transaction Reporting” tahun 2003 dari Bank Indonesia, “Best Domestic Provider
of FX Service” tahun 2006 dari AsiaMoney, “Most Active Participant in Corporate
Bond Trading” tahun 2006 dari Bursa Efek Surabaya, “Agen Penjual Terbaik untuk
ORI 002 Government Retail Bonds” tahun 2007,
Penggunaan teknologi dan sistem informasi yang canggih
Penggunaan teknologi informasi di Bank X terlihat pada proses bisnis yang telah
terkonputerisasi dimana sistem aplikasi yang ada sudah online dan real time
sehingga proses bisnis untuk semua produk dan jasa perbankan dapat dilakukan
dengan cepat, tepat dan akurat. Sistem aplikasi utama yang digunakan adalah
Integrated Comprehensive Banking System (ICBS) yang merupakan sistem retail
yang terdiri dari banyak modul-modul sistem untuk mendukung semua produk dan
jasa yang dilakukan perusahaan seperti produk tabungan, produk giro, produk
deposito, dan juga menghasilkan laporan keuangan yang diperlukan perusahaan
seperti laporan neraca dan laba-rugi. Sistem lain yang digunakan adalah Signature
Verification System (SVS) yang dikembangkan oleh vendor, dan sistem-sistem lain
dari Bank Indonesia yang digunakan untuk menghasilkan laporan yang diperlukan
Bank Indonesia. Dengan adanya aplikasi SVS, proses otorisasi lebih terjamin dan
lebih efisien. Sistem informasi yang digunakan di Bank X juga didukung dengan
kerja sama vendor perangkat keras yaitu IBM, sebagai salah satu vendor komputer
119
terbaik di dunia. Di mana seluruh unit komputer yang digunakan di Bank X
menggunakan komputer IBM.
Rangkuman dari seluruh faktor kekuatan dari Bank X yang telah diuraikan
ditunjukkan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Faktor Kekuatan Bank X
No. Faktor KekuatanS-1 Tim manajemen yang tangguhS-2 Struktur permodalan yang kuat dan prinsip kehati-hatianS-3 SMART centre dan kantor cabang yang terus berkembangS-4 Penyedia jasa treasury terbaikS-5 Penggunaan teknologi dan sistem informasi yang canggih
Sumber: Bank X, 2007
4.2.2 Evaluasi Faktor Kelemahan
Berikut ini merupakan uraian dari faktor yang menjadi kelemahan dari Bank X
Adanya lokasi kantor cabang yang kurang strategis
Jumlah bank swasta nasional bank milik pemerintah disertai dengan perkembangan
jumlah kantor cabang masing-masing dan perkembangan sektor properti
(perumahan, perkantoran, dan pusat perbelanjaan) mengakibatkan semakin
sempitnya lahan yang ada. Setiap perusahaan maupun individu yang melakukan
kegiatan bisnis tentunya menginginkan bisnisnya terletak di lokasi yang strategis,
akibatnya lahan yang strategis ini semakin sedikit. Hal inilah yang turut dialami oleh
Bank X karena adanya lokasi kantor-kantor cabang yang kurang strategis, sehingga
menjadikan kantor-kantor cabang tersebut sulit untuk berkembang.
Sulit mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas
120
Setiap perusahaan tentunya menginginkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas untuk mengembangkan kegiatan bisnisnya. Namun terkadang yang
terjadi adalah adanya kesenjangan antara sumber daya yang ada dengan kualitas
yang diharapkan. Hal tersebut dapat teratasi dengan adanya program pelatihan yang
diadakan perusahaan namun tentunya hal tersebut membutuhkan waktu. Sama
halnya dengan yang dialami oleh Bank X dimana terjadi kesulitan dalam
mempersiapkan tenaga kerja (SDM) yang berkualitas untuk mendukung
pengembangan center-center kredit dan kantor-kantor cabang baru.
Prosedur dan sistem bisnis perbankan yang panjang
Prosedur dan sistem bisnis dari Bank X sudah terstandarisasi dimana prosedur ini
berlaku di seluruh kantor cabang. Namun prosedur ini terlalu panjang dan butuh
waktu sehingga pihak manajemen merasa perlu dilakukan penyederhanaan proses
dan sistem bisnis perbankan agar proses bisnis dapat dilakukan dengan lebih efisien
dan efektif.
Masih ada sistem yang belum terintegrasi
Bank X memiliki suatu aplikasi yaitu Integrated Comprehensive Banking Sytem
yang mengintegrasikan fungsi-fungsi pelayanan perbankan. Namun masih ada
beberapa sistem yang belum terintegrasi dengan baik sehingga dapat mengurangi
efisiensi dan efektivitas pekerjaan.
Kesenjangan informasi antar kantor cabang
Dikarenakan masih ada sistem yang belum terintegrasi di Bank X mengakibatkan
terkadang terjadinya miskomunikasi antar kantor cabang, sehingga informasi yang
disampaikan satu kantor cabang berbeda dengan kantor cabang lainnya. Terjadinya
121
kesenjangan informasi ini tentunya perlu untuk diperbaiki karena dapat menurunkan
pelayanan yang diberikan kepada nasabah.
Rangkuman dari seluruh faktor kelemahan dari Bank X yang telah diuraikan
ditunjukkan pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Faktor Kelemahan Bank X
No. Faktor Kelemahan W-1 Adanya lokasi kantor cabang yang kurang strategisW-2 Sulit mempersiapkan SDM yang berkualitasW-3 Prosedur dan sistem bisnis perbankan yang panjangW-4 Masih ada sistem yang belum terintegrasiW-5 Kesenjangan informasi antar kantor cabang
Sumber: Bank X, 2007
4.2.3 Evaluasi Faktor Peluang
Berikut ini merupakan uraian dari faktor yang menjadi peluang bagi Bank X
Pertumbuhan kredit investasi dan kredit konsumsi di Indonesia
Semakin bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan semakin meningkatnya
kebutuhan akan properti di Indonesia. Selain itu, membaiknya kondisi perekonomian
Indonesia menunjukkan semakin baik pula daya beli masyarakat. Hal ini ditanggapi
oleh perusahaan properti dengan semakin banyaknya pembangunan pusat
perbelanjaan di Indonesia. Berdasarkan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia yang
dirilis Bank Indoensia (harian Kompas, 8 November 2007, p49), posisi kredit
properti per Agustus 2007 mencapai Rp 136,97 triliun, tumbuh 28,17%
dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya senilai Rp 106,85 triliun.
Pertumbuhan kredit di sektor properti melampaui pertumbuhan rata-rata kredit untuk
semua faktor yang sebesar 22% .Pertumbuhan sektor properti ini membuka peluang
122
yang semakin besar bagi Bank X untuk mengembangkan sektor kreditnya baik kredit
real estate maupun kredit kepemilikan rumah. Setiap daerah yang ada di Indonesia
sedang melakukan usaha untuk memajukan daerahnya masing-masing melalui
pembangunan infrastruktur yang mendukung, seperti jalan tol, telekomunikasi, dan
pembangkit listrik. Hal ini juga didukung oleh penurunan suku bungan kredit
investasi. Menurut data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, tingkat suku bunga
kredit investasi bulan September 2007 sebesar 13,45% lebih rendah dibandingkan
dengan tingkat suku bunga kredit investasi bulan Oktober 2006 sebesar 15,54%
(harian Kompas, 12 Desember 2007, p21). Kondisi ini merupakan sebuah peluang
bagi Bank X untuk meningkatkan tingkat kreditnya dengan turut serta dalam
pembangunan tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan Bank X yaitu dengan turut
serta dalam pembangunan proyek jalan tol di pulau Jawa beserta dengan beberapa
bank yang lainnya.
Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat
Meningkatnya tingkat pendapatan dapat menjadi suatu indikasi meningkatnya
jumlah simpanan di bank, hal ini menjadi peluang bagi Bank X untuk menambah
jumlah dana pihak ketiga (tabungan, giro serta deposito). Dimana untuk tahun 2008,
tingkat kenaikan upah minimum di Indonesia mulai dari 6.67% sampai 15%, secara
rata-rata kenaikan ini sebesar 10.38% (sumber: Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi).
Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha perbankan
Kegiatan perbankan tidak lepas dari pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah
khusunya Bank Indonesia sehingga kebijakan yang diambil perbankan harus
mengikuti kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Pada tahun 2008
123
mendatang, Bank Indonesia akan melakukan penyesuaian terhadap Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No 2/27/2000 tentang Bank Umum seperti yang dijelaskan oleh
Deputi Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia I Gde Made
Sadguna (harian Kompas, 21 Desember 2007). Penyesuaian ini merupakan relaksasi
atas aturan-aturan yang bersifat administratif dan beresiko rendah sehingga
diharapkan perbankan dapat fokus melakukan ekspansi sesuai dengan rencana dan
strategi bisnisnya. Terdapat tujuh aspek aturan yang akan disesuaikan dalam PBI,
salah satunya adalah aturan mengenai pembukaan, pemindahan, atau penutupan
kantor cabang tidak lagi membutuhkan izin BI. Adanya aturan ini diharapkan dapat
semakin ekspansif melebarkan sayapnya. Kota-kota yang minim layanan bank akan
dipenuhi cabang-cabang bank baru sehingga bisa mendorong perekonomian daerah
setempat.
Perkembangan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi
Teknologi informasi dan komunikasi yang ada selalu berkembang setiap tahunnya
sehingga selalu bermunculan teknologi-teknologi yang lebih canggih dari
sebelumnya. Sebagai sebuah perusahaan yang menggunakan teknologi informasi
dalam kegiatan bisnisnya, maka Bank X selalu mengikuti perkembangan teknologi
informasi yang ada dengan tujuan agar teknologi yang lebih baru dapat
meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan.
Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain
Hubungan internasional yang baik antara Indonesia dengan negara lain mendorong
meningkatnya perdagangan ekspor-impor antara negara Indonesia. Hal ini dapat
menjadi peluang bagi Bank X untuk menyediakan jasa transaksi-transaksi devisa.
Peningkatan hubungan internasional ini terlihat dari meningkatnya transaksi kiriman
124
uang dari dan ke luar negeri. Untuk tahun 2006, transaksi kiriman uang ke luar
negeri meningkat 37 % menjadi US$2,9 milyar, sedangkan kiriman uang dari luar
negeri meningkat 28% menjadi US$2,1 milyar.
Rangkuman dari seluruh faktor peluang dari Bank X yang telah diuraikan
ditunjukkan pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Faktor Peluang Bank X
No. Faktor Peluang O-1 Pertumbuhan kredit investasi dan kredit konsumsi di IndonesiaO-2 Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakatO-3 Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha perbankanO-4 Perkembangan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasiO-5 Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain
Sumber: Bank X, 2007
4.2.4 Evaluasi Faktor Ancaman
Berikut ini merupakan uraian dari faktor yang menjadi ancaman bagi Bank X
Tingkat kriminalitas dunia maya terutama perbankan
Tak dapat dipungkiri lagi bahwa pengunaan internet sangatlah tinggi dan ada
beberapa pihak yang telah menyalahgunakan internet untuk tindakan negatif, dalam
hal ini dapat berupa karding dan hacking terhadap sistem perbankan untuk
memindahkan simpanan orang lain menjadi miliknya. Menurut Badan Reserse
Kriminal Kepolisian RI Direktorat II Ekonomi dan Khusus Unit V Infotek-Cyber
Crime, Indonesia menduduki peringkat tertinggi sebagai pelaku kejahatan internet.
Yang mana pada tahun 2003 Indonesia masih berada pada peringkat kedua namun
terus meningkat hingga peringkat pertama untuk tahun-tahun berikutnya.
125
Kehadiran perusahaan pembiayaan (finance)
Semakin menjamurnya perusahaan-perusahaan pembiayaan yang memiliki kegiatan
usaha dalam memberikan layanan kredit kepada masyarakat. Hal ini dapat menjadi
ancaman bagi Bank X dari sektor kreditnya. Berdasarkan data Infobank, jumlah
perusahaan pembiayaan di Indonesia sebanyak 137 buah. Sementara itu, juga
muncul rencana dari PT Bank Mandiri tbk untuk mengakuisisi 10 perusahaan
pembiayaan untuk mendongkrak pembiayaan ke sektor consumer melalui
multifinance (harian Kompas, 12 Desember 2007, p21).
Perkembangan teknologi informasi yang cepat membutuhkan biaya yang tidak
sedikit
Berkembangnya teknologi dan sumber daya dalam hal riset dan penelitian yang ada
mengakibatkan semakin cepatnya teknologi tersebut berkembang menjadi lebih maju
dan canggih. Misalnya saja jika pada awal kemunculannya komputer menggunakan
sistem operasi berbasis DOS, saat ini telah berkembang menjadi Windows Vista.
Perkembangan dari DOS menjadi Vista berlangsung selama beberapa tahun dan
telah mengalami perkembangan beberapa versi. Untuk mengikuti perkembangan
tersebut dalam hal lisensi software misalnya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Apalagi teknologi akan selalu berkembang dan tidak akan berhenti untuk
berkembang.
Ketidakpastian pasar keuangan global
Ketidakpastian pasar keuangan global terutama nilai tukar mata uang asing dan
harga minyak dunia membuat ketidakpastian penanaman modal di Indonesia yang
juga berarti minimnya penyaluran kredit dari bank. Selain itu, hal ini dapat
126
menimbulkan peningkatan jumlah kredit yang bermasalah dan juga menurunnya
transaksi perdagangan asing. Fluktuasi nilai tukar kurs rupiah terhadap USD selama
tahun 2007 dapat dilihat pada gambar 4.24. Sementara itu harga minyak dunia pada
awal tahun 2006 sebesar US$57,71/barrel dan pada Desember 2007 sempat
mendekati US$100/barrel. Harga minyak yang setinggi ini sempat mengguncang
dunia ekonomi dunia. Karena kenaikan harga minyak tentunya akan meningkatkan
biaya produksi maupun transportasi perusahaan.
Sumber: Bank Indonesia, 2007
Gambar 4.24 Tingkat Kurs Kertas Asing-USD
Gejolak ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia
Tingkat inflasi di Indonesia seringkali naik atau turun dengan cepat, yang mana hal
ini juga dipengaruhi oleh kepanikan dari masyarakat. Meningkatnya jumlah uang
yang beredar jika terjadi suatu kondisi yang meresahkan, maka masyarakat dengan
paniknya akan membelanjakan uangnya (misalnya dengan membeli sembako,
minyak, dll), jika kondisi tersebut menimpa pada salah satu bank maka masyarakat
dengan mudahnya terprovokasi untuk menarik simpanannya. Ketidakstabilan inflasi
127
di Indonesia dapat terlihat pada gambar 4.25 yang menunjukkan fluktuasi tingkat
inflasi sejak Januari 2003 hingga November 2007. Tingkat inflasi Januari 2007
sebesar 6.26% dan menjelang akhir tahun 2007 tingkat inflasi meningkat menjadi
6.71%.
Sumber: Bank Indonesia, 2007
Gambar 4.25 Tingkat Inflasi Indonesia
Rangkuman dari seluruh faktor ancaman dari Bank X yang telah diuraikan
ditunjukkan pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Faktor Ancaman Bank X
No. Faktor Ancaman T-1 Tingkat kriminalitas dunia maya terutama perbankanT-2 Kehadiran perusahaan pembiayaan (finance)T-3 Perkembangan teknologi informasi yang cepat membutuhkan
biaya yang tidak sedikit T-4 Ketidakpastian pasar keuangan globalT-5 Gejolak ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia
(Sumber: Bank X, 2007
128
4.2.5 Hasil Analisis SWOT
Berdasarkan pada hasil analisis terhadap faktor kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman dari Bank X maka pilihan strategi yang dapat dijalankan Bank X adalah
sebagai berikut. Tabel 4.6 menunjukkan matriks SWOT dari Bank X yang berisi
alternatif strategi yang dapat digunakan.
Tabel 4.6 Matriks SWOT Bank X
Kekuatan1. Tim manajemen yang tangguh2. Struktur permodalan yang
kuat3. SMART Center dan kantor
cabang yang terus berkembang
4. Penyedia jasa treasury terbaik5. Penggunaan teknologi dan
sistem informasi yang canggih
Kelemahan1. Adanya lokasi kantor
cabang yang kurang strategis
2. Sulit mempersiapkan SDM yang berkualitas
3. Prosedur dan sistem bisnis perbankan yang panjang
4. Masih ada sistem yang belum terintegrasi
5. Kesenjangan informasi antar kantor cabang
Peluang1. Pertumbuhan kredit
investasi dan kredit konsumsi di Indonesia
2. Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat
3. Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha perbankan
4. Perkembangan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi
5. Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain
1. Fokus dan ekspansif mengembangkan bisnis (S3-O2,O3)
2. Peningkatan efisiensi dan efektifitas penyaluran kredit komersial dan korporasi (S2,S3-O1,O2)
3. Menjadi yang terdepan dalam penggunaan TI yang inovatif dan strategis (S5-O4)
4. Peningkatan pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien (S1, S3 – O4)
5. Peningkatan kepuasan pelanggan melalui produk dan layanan perbankan yang inovatif dan atraktif (S1,S3,S5-O1,O2,O3,O4, O5)
1. Pengembangan kualitas SDM yang memahami TI dan komunikasi (W2-O4)
2. Pengembangan TI yang terintegrasi secara menyeluruh (W4-O4)
3. Penyederhanaan proses bisnis agar pemrosesan kredit lebih cepat melalui penerapan TI (W3-O1,O3,O4)
4. Fokus pada integrasi dan standarisasi TI pusat dankantor cabang (W5-O4)
129
4.2.6 Hasil Kuesioner Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal Bank X
Berdasarkan hasil pengumpulan data mengenai faktor kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman yang telah dikumpulkan sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan
proses penentuan bobot dari masing-masing faktor dengan menggunakan metode
perbandingan berpasangan. Tabel 4.7 dan tabel 4.8 merupakan hasil kuesioner
pembobotan faktor internal dan faktor internal dari Bank X.
Tabel 4.7 Hasil Kuesioner Pembobotan Faktor Internal Bank X
No Faktor Internal Dominan Bobot
1A Tim manajemen yang tangguh
B 2B Struktur permodalan yang kuat dan prinsip kehati-
hatian
2A Tim manajemen yang tangguh
A 3B SMART centre dan kantor cabang yang tersebar luas
Ancaman1. Tingkat kriminalitas
dunia maya terutama perbankan
2. Kehadiran perusahaan pembiayaan (finance)
3. Perkembangan teknologi informasi yang cepat membutuhkan biaya yang tidak sedikit
4. Ketidakpastian pasar keuangan global
5. Gejolak ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia
1. Pengembangan infrastruktur TI dan komunikasi dengan tingkat keamanan tinggi (S5-T1)
2. Pengalokasian dana untuk investasi TI (S2-T3)
3. Memperkuat struktur permodalan dalam menghadapi gejolak ekonomi (S2-T4,T5)
4. Fokus pada keterlibatan tim manajemen dalam keputusan investasi TI (S1-T2)
1. Fokus pada integrasi SI untuk mempersempit celah dalam keamanan sistem (W4-T1)
130
3A Tim manajemen yang tangguh
A 1B Penyedia jasa treasury terbaik
4A Tim manajemen yang tangguh
B 2B Penggunaan teknologi dan sistem informasi yang
canggih
5A Tim manajemen yang tangguh
A 3B Adanya lokasi kantor cabang yang kurang strategis
6A Tim manajemen yang tangguh
A 2B Sulit mempersiapkan SDM yang berkualitas
7A Tim manajemen yang tangguh
A 2B Prosedur dan sistem bisnis perbankan yang panjang
8A Tim manajemen yang tangguh
B 1B Masih ada sistem yang belum terintegrasi
9A Tim manajemen yang tangguh
A 2B Kesenjangan informasi antar kantor cabang
10A Struktur permodalan yang kuat dan prinsip kehati-
hatian A 3B SMART centre dan kantor cabang yang tersebar luas
11A Struktur permodalan yang kuat dan prinsip kehati-
hatian A 2B Penyedia jasa treasury terbaik
12A Struktur permodalan yang kuat dan prinsip kehati-
hatian A 2B Penggunaan teknologi dan sistem informasi yang
canggih
13A Struktur permodalan yang kuat dan prinsip kehati-
hatian A 3B Adanya lokasi kantor cabang yang kurang strategis
131
14A Struktur permodalan yang kuat dan prinsip kehati-
hatian A 2B Sulit mempersiapkan SDM yang berkualitas
15A Struktur permodalan yang kuat dan prinsip kehati-
hatian A 2B Prosedur dan sistem bisnis perbankan yang panjang
16A Struktur permodalan yang kuat dan prinsip kehati-
hatian A 3B Masih ada sistem yang belum terintegrasi
17A Struktur permodalan yang kuat dan prinsip kehati-
hatian A 2B Kesenjangan informasi antar kantor cabang
18A SMART centre dan kantor cabang yang tersebar luas
A 1B Penyedia jasa treasury terbaik
19A SMART centre dan kantor cabang yang tersebar luas
B 2B Penggunaan teknologi dan sistem informasi yang
canggih
20A SMART centre dan kantor cabang yang tersebar luas
A 2B Adanya lokasi kantor cabang yang kurang strategis
21A SMART centre dan kantor cabang yang tersebar luas
B 2B Sulit mempersiapkan SDM yang berkualitas
22A SMART centre dan kantor cabang yang tersebar luas
B 2B Prosedur dan sistem bisnis perbankan yang panjang
23A SMART centre dan kantor cabang yang tersebar luas
B 1B Masih ada sistem yang belum terintegrasi
24A SMART centre dan kantor cabang yang tersebar luas
A 1B Kesenjangan informasi antar kantor cabang
132
25A Penyedia jasa treasury terbaik
B 3B Penggunaan teknologi dan sistem informasi yang
canggih
26A Penyedia jasa treasury terbaik
A 2B Adanya lokasi kantor cabang yang kurang strategis
27A Penyedia jasa treasury terbaik
A 1B Sulit mempersiapkan SDM yang berkualitas
28A Penyedia jasa treasury terbaik
A 2B Prosedur dan sistem bisnis perbankan yang panjang
29A Penyedia jasa treasury terbaik
B 1B Masih ada sistem yang belum terintegrasi
30A Penyedia jasa treasury terbaik
A 2B Kesenjangan informasi antar kantor cabang
31A Penggunaan teknologi dan sistem informasi yang
canggih A 3B Adanya lokasi kantor cabang yang kurang strategis
32A Penggunaan teknologi dan sistem informasi yang
canggih A 2B Sulit mempersiapkan SDM yang berkualitas
33A Penggunaan teknologi dan sistem informasi yang
canggih A 2B Prosedur dan sistem bisnis perbankan yang panjang
34A Penggunaan teknologi dan sistem informasi yang
canggih A 2B Masih ada sistem yang belum terintegrasi
35A Penggunaan teknologi dan sistem informasi yang
canggih A 3B Kesenjangan informasi antar kantor cabang
133
36A Adanya lokasi kantor cabang yang kurang strategis
B 2B Sulit mempersiapkan SDM yang berkualitas
37A Adanya lokasi kantor cabang yang kurang strategis
A 1B Prosedur dan sistem bisnis perbankan yang panjang
38A Adanya lokasi kantor cabang yang kurang strategis
B 2B Masih ada sistem yang belum terintegrasi
39A Adanya lokasi kantor cabang yang kurang strategis
A 2B Kesenjangan informasi antar kantor cabang
40A Sulit mempersiapkan SDM yang berkualitas
A 2B Prosedur dan sistem bisnis perbankan yang panjang
41A Sulit mempersiapkan SDM yang berkualitas
A 2B Masih ada sistem yang belum terintegrasi
42A Sulit mempersiapkan SDM yang berkualitas
A 2B Kesenjangan informasi antar kantor cabang
43A Prosedur dan sistem bisnis perbankan yang panjang
B 1B Masih ada sistem yang belum terintegrasi
44A Prosedur dan sistem bisnis perbankan yang panjang
A 1B Kesenjangan informasi antar kantor cabang
45A Masih ada sistem yang belum terintegrasi
A 2B Kesenjangan informasi antar kantor cabang
Sumber: Bank X, 2007
134
Tabel 4.8 Hasil Kuesioner Pembobotan Faktor Eksternal Bank X
No Faktor Eksternal Dominan Bobot
1A Pertumbuhan kredit investasi dan kredit konsumsi di
Indonesia A 2B Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat
2A Pertumbuhan kredit investasi dan kredit konsumsi di
Indonesia B 2B Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha
perbankan
3A Pertumbuhan kredit investasi dan kredit konsumsi di
Indonesia A 2B Perkembangan infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi
4A Pertumbuhan kredit investasi dan kredit konsumsi di
Indonesia A 3B Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain
5A Pertumbuhan kredit investasi dan kredit konsumsi di
Indonesia A 2B Tingkat kriminalitas dunia maya terutama perbankan
6A Pertumbuhan kredit investasi dan kredit konsumsi di
Indonesia A 2B Kehadiran perusahaan pembiayaan (finance)
7A Pertumbuhan kredit investasi dan kredit konsumsi di
Indonesia A 2B Perkembangan teknologi informasi yang cepat
membutuhkan biaya yang tidak sedikit
8A Pertumbuhan kredit investasi dan kredit konsumsi di
Indonesia A 2B Ketidakpastian pasar keuangan global
9A Pertumbuhan kredit investasi dan kredit konsumsi di
Indonesia B 1B Gejolak ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia
10A Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat
B 2B Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha
perbankan
135
11A Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat
A 3B Perkembangan infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi
12A Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat
A 2B Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain
13A Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat
A 2B Tingkat kriminalitas dunia maya terutama perbankan
14A Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat
A 2B Kehadiran perusahaan pembiayaan (finance)
15A Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat
A 2B Perkembangan teknologi informasi yang cepat
membutuhkan biaya yang tidak sedikit
16A Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat
A 2B Ketidakpastian pasar keuangan global
17A Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat
B 2B Gejolak ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia
18A Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha
perbankan A 3B Perkembangan infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi
19A Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha
perbankan A 3B Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain
20A Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha
perbankan B 2B Tingkat kriminalitas dunia maya terutama perbankan
21A Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha
perbankan B 2B Kehadiran perusahaan pembiayaan (finance)
136
22A Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha
perbankan B 2B Perkembangan teknologi informasi yang cepat
membutuhkan biaya yang tidak sedikit
23A Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha
perbankan A 2B Ketidakpastian pasar keuangan global
24A Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha
perbankan B 2B Gejolak ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia
25A Perkembangan infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi A 2B Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain
26A Perkembangan infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi A 2B Tingkat kriminalitas dunia maya terutama perbankan
27A Perkembangan infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi A 2B Kehadiran perusahaan pembiayaan (finance)
28A Perkembangan infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi B 2B Perkembangan teknologi informasi yang cepat
membutuhkan biaya yang tidak sedikit
29A Perkembangan infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi A 2B Ketidakpastian pasar keuangan global
30A Perkembangan infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi B 2B Gejolak ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia
31A Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain
B 2B Tingkat kriminalitas dunia maya terutama perbankan
32A Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain
A 2B Kehadiran perusahaan pembiayaan (finance)
137
33A Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain
A 2B Perkembangan teknologi informasi yang cepat
membutuhkan biaya yang tidak sedikit
34A Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain
A 2B Ketidakpastian pasar keuangan global
35A Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain
B 2B Gejolak ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia
36A Tingkat kriminalitas dunia maya terutama perbankan
A 3B Kehadiran perusahaan pembiayaan (finance)
37A Tingkat kriminalitas dunia maya terutama perbankan
A 2B Perkembangan teknologi informasi yang cepat
membutuhkan biaya yang tidak sedikit
38A Tingkat kriminalitas dunia maya terutama perbankan
A 2B Ketidakpastian pasar keuangan global
39A Tingkat kriminalitas dunia maya terutama perbankan
B 1B Gejolak ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia
40A Kehadiran perusahaan pembiayaan (finance)
B 2B Perkembangan teknologi informasi yang cepat
membutuhkan biaya yang tidak sedikit
41A Kehadiran perusahaan pembiayaan (finance)
A 2B Ketidakpastian pasar keuangan global
42A Kehadiran perusahaan pembiayaan (finance)
B 2B Gejolak ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia
43A Perkembangan teknologi informasi yang cepat
membutuhkan biaya yang tidak sedikit A 2B Ketidakpastian pasar keuangan global
138
44A Perkembangan teknologi informasi yang cepat
membutuhkan biaya yang tidak sedikit B 2B Gejolak ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia
45A Ketidakpastian pasar keuangan global
B 1B Gejolak ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia
Sumber: Bank X, 2007
Setelah melakukan penentuan bobot untuk faktor internal dan faktor eksternal
maka langkah selanjutnya adalah melakukan penentuan peringkat terhadap faktor
internal dan faktor eksternal seperti yang ditunjukkan oleh tabel 4.9 dan tabel 4.10 .
Tabel 4.9 Tabel Peringkat Faktor Internal Bank X
Faktor Internal Perusahaan Peringkat
Kekuatan
S1 Tim manajemen yang tangguh 4
S2 Struktur permodalan yang kuat dan prinsip kehati-hatian 4
S3 SMART centre dan kantor cabang yang tersebar luas 3
S4 Penyedia jasa treasury terbaik 3
S5 Penggunaan teknologi dan sistem informasi yang canggih 4
Kelemahan
W1 Adanya lokasi kantor cabang yang kurang strategis 1
W2 Sulit mempersiapkan SDM yang berkualitas 1
W3 Prosedur dan sistem bisnis perbankan yang panjang 2
W4 Masih ada sistem yang belum terintegrasi 2
W5 Kesenjangan informasi antar kantor cabang 2Sumber: Bank X, 2007
139
Tabel 4.10 Tabel Peringkat Faktor Eksternal Bank X
Faktor Eksternal Perusahaan Peringkat
Peluang
O1 Pertumbuhan kredit investasi dan kredit konsumsi di Indonesia 4
O2 Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat 4
O3 Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha perbankan 4
O4Perkembangan infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi 3
O5 Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain 3
Ancaman
T1 Tingkat kriminalitas dunia maya terutama perbankan 1
T2 Kehadiran perusahaan pembiayaan (finance) 2
T3Perkembangan teknologi informasi yang cepat membutuhkan
biaya yang tidak sedikit 2
T4 Ketidakpastian pasar keuangan global 1
T5 Gejolak ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia 1Sumber: Bank X, 2007
140
Tabel 4.11 Penentuan Bobot Metode Perbandingan Berpasangan Faktor Internal Bank X
No Faktor Internal Perusahaan S1 S2 S3
141
Tabel 4.12 Normalisasi Bobot Faktor Internal Bank X
No Faktor Internal Perusahaan S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 W4 W51 S1 Tim manajemen yang tangguh 0.110 0.102 0.182 0.087 0.078 0.154 0.190 0.138 0.077 0.111 0.1232 S2 Struktur permodalan yang kuat dan prinsip kehati-hatian 0.220 0.204 0.182 0.174 0.313 0.154 0.190 0.138 0.231 0.111 0.1923 S3 SMART centre dan kantor cabang yang tersebar luas 0.033 0.061 0.061 0.087 0.078 0.103 0.048 0.034 0.077 0.056 0.0644 S4 Penyedia jasa treasury terbaik 0.110 0.102 0.061 0.087 0.047 0.103 0.095 0.138 0.077 0.111 0.0935 S5 Penggunaan teknologi dan sistem informasi yang canggih 0.220 0.102 0.121 0.261 0.156 0.154 0.190 0.138 0.154 0.167 0.1666 W1 Adanya lokasi kantor cabang yang kurang strategis 0.033 0.061 0.030 0.043 0.047 0.051 0.048 0.069 0.038 0.111 0.0537 W2 Sulit mempersiapkan SDM yang berkualitas 0.055 0.102 0.121 0.087 0.078 0.103 0.095 0.138 0.154 0.111 0.1048 W3 Prosedur dan sistem bisnis perbankan yang panjang 0.055 0.102 0.121 0.043 0.078 0.051 0.048 0.069 0.077 0.056 0.0709 W4 Masih ada sistem yang belum terintegrasi 0.110 0.061 0.061 0.087 0.078 0.103 0.048 0.069 0.077 0.111 0.080
10 W5 Kesenjangan informasi antar kantor cabang 0.055 0.102 0.061 0.043 0.047 0.026 0.048 0.069 0.038 0.056 0.054
142
Tabel 4.13 Penentuan Bobot Metode Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal Bank X
No Faktor Eksternal Perusahaan O1 O1 O3 O4 O5 T1 T2 T3 T4 T51 O1 Pertumbuhan kredit investasi dan kredit konsumsi di Indonesia 1.0 2.0 0.5 2.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 1.02 O2 Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat 0.5 1.0 0.5 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 0.53 O3 Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha perbankan 2.0 2.0 1.0 3.0 3.0 0.5 0.5 0.5 2.0 0.5
4 O4 Perkembangan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi 0.5 0.3 0.3 1.0 2.0 2.0 2.0 0.5 2.0 0.5
5 O5 Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain 0.3 0.5 0.3 0.5 1.0 0.5 2.0 2.0 2.0 0.56 T1 Tingkat kriminalitas dunia maya terutama perbankan 0.5 0.5 2.0 0.5 2.0 1.0 3.0 2.0 2.0 1.07 T2 Kehadiran perusahaan pembiayaan (finance) 0.5 0.5 2.0 0.5 0.5 0.3 1.0 0.5 2.0 0.5
8 T3 Perkembangan teknologi informasi yang cepat membutuhkan biaya yang tidak sedikit 0.5 0.5 2.0 2.0 0.5 0.5 2.0 1.0 2.0 0.5
9 T4 Ketidakpastian pasar keuangan global 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 1.0 1.010 T5 Gejolak ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0 1.0
TOTAL 7.3 9.8 11.1 15.0 16.5 10.3 17.0 13.0 18.0 7.0
143
Tabel 4.14 Normalisasi Bobot Faktor Eksternal Bank X
No Faktor Eksternal Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 O1 Pertumbuhan kredit investasi dan kredit konsumsi di Indonesia 0.137 0.204 0.045 0.133 0.182 0.194 0.118 0.154 0.111 0.143 0.142
2 O2 Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat 0.068 0.102 0.045 0.200 0.121 0.194 0.118 0.154 0.111 0.071 0.1183 O3 Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha perbankan 0.274 0.204 0.090 0.200 0.182 0.049 0.029 0.038 0.111 0.071 0.125
4 O4 Perkembangan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi 0.068 0.031 0.027 0.067 0.121 0.194 0.118 0.038 0.111 0.071 0.085
5 O5 Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain 0.041 0.051 0.027 0.033 0.061 0.049 0.118 0.154 0.111 0.071 0.0726 T1 Tingkat kriminalitas dunia maya terutama perbankan 0.068 0.051 0.180 0.033 0.121 0.097 0.176 0.154 0.111 0.143 0.1147 T2 Kehadiran perusahaan pembiayaan (finance) 0.068 0.051 0.180 0.033 0.030 0.029 0.059 0.038 0.111 0.071 0.067
8 T3 Perkembangan teknologi informasi yang cepat membutuhkan biaya yang tidak sedikit 0.068 0.051 0.180 0.133 0.030 0.049 0.118 0.077 0.111 0.071 0.089
9 T4 Ketidakpastian pasar keuangan global 0.068 0.051 0.045 0.033 0.030 0.049 0.029 0.038 0.056 0.143 0.05410 T5 Gejolak ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia 0.137 0.204 0.180 0.133 0.121 0.097 0.118 0.154 0.056 0.143 0.134
144
4.2.7 Matriks IFE dan EFE
Berdasarkan pada hasil kuesioner penentuan bobot dan normalisasi terhadap
penentuan bobot serta penentuan peringkat dari masing-masing faktor internal dan
eksternal maka langkah selanjutnya adalah menampilkan data tersebut ke dalam matriks
IFE dan EFE. Tabel 4.15 menunjukkan matrisk IFE dari Bank X, sedangkan tabel 4.16
menunjukkan matrisk EFE dari Bank X.
Tabel 4.15 Matriks IFE Bank X
Faktor Internal Perusahaan Bobot Peringkat SkorKekuatanS1 Tim manajemen yang tangguh 0.123 4 0.492S2 Struktur permodalan yang kuat dan prinsip kehati-hatian 0.192 4 0.768S3 SMART centre dan kantor cabang yang tersebar luas 0.064 3 0.192S4 Penyedia jasa treasury terbaik 0.093 3 0.279S5 Penggunaan teknologi dan sistem informasi yang canggih 0.166 4 0.664KelemahanW1 Adanya lokasi kantor cabang yang kurang strategis 0.053 1 0.053W2 Sulit mempersiapkan SDM yang berkualitas 0.104 1 0.104W3 Prosedur dan sistem bisnis perbankan yang panjang 0.07 2 0.14W4 Masih ada sistem yang belum terintegrasi 0.08 2 0.16W5 Kesenjangan informasi antar kantor cabang 0.054 2 0.108
Total IFE 2.96Sumber: Bank X, 2007
Tabel 4.16 Matriks EFE Bank X
Faktor Eksternal Perusahaan Bobot Peringkat SkorPeluangO1 Pertumbuhan kredit investasi dan kredit konsumsi di Indonesia 0.142 4 0.568O2 Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat 0.118 4 0.472O3 Kebijakan pemerintah yang mendukung usaha perbankan 0.125 4 0.5O4 Perkembangan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi 0.085 3 0.255O5 Hubungan internasional Indonesia dengan negara lain 0.072 3 0.216Ancaman
145
T1 Tingkat kriminalitas dunia maya terutama perbankan 0.114 1 0.114T2 Kehadiran perusahaan pembiayaan (finance) 0.067 2 0.134
T3 Perkembangan teknologi informasi yang cepat membutuhkan biaya yang tidak sedikit 0.089 2 0.178
T4 Ketidakpastian pasar keuangan global 0.054 1 0.054T5 Gejolak ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia 0.134 1 0.134
Total EFE 2.625Sumber: Bank X, 2007
Sumber: David, 2006, p301
Gambar 4.26 Matriks IE
Berdasarkan total nilai rata-rata tertimbang EFE dan total nilai rata-rata
tertimbang IFE maka strategi yang sesuai untuk Bank X berada pada kuadran V yaitu
strategi jaga dan pertahankan. Tindakan strategi yang dapat dilakukan berupa:
Tumbuh dan kembangkan: Penetrasi pasar Pengembangan pasar Pengembangan produk
Tumbuh dan kembangkan: Penetrasi pasar Pengembangan pasar Pengembangan produk
Jaga dan pertahankan: Penetrasi pasar Pengembangan
produk
Tumbuh dan kembangkan: Penetrasi pasar Pengembangan pasar Pengembangan produk
Jaga dan pertahankan: Penetrasi pasar Pengembangan produk
Tuai atau divestasi
Jaga dan pertahankan: Penetrasi pasar Pengembangan produk
Tuai atau divestasi Tuai atau divestasi
Kuat3,0-4,0
Kuat3,0-4,0
Rata-rata2,0-2,99
Lemah1,0-1,99
Rata-rata2,0-2,99
Lemah1,0-1,99
Total Rata-rata Tertimbang IFE
Tota
lRat
a-ra
taTe
rtim
bang
EFE
146
Penetrasi pasar
Strategi penetrasi pasar bertujuan untuk meningkatan pangsa pasar perusahaan
melalui upaya pemasaran yang gencar. Beberapa upaya pemasaran yang dapat
dilakukan yaitu melakukan promosi di media cetak dan elektronik, menjadi sponsor
dari suatu event, kerja sama dengan institusi pendidikan melalui pemberian
beasiswa, pemberian kesempatan magang atau sebagai rekan bisnis penyedia jasa
keuangan dari institusi pendidikan, membina hubungan kerja sama dengan merchant
(restoran, hotel, pusat hiburan, pusat perbelanjaan, dan lainnya).
Pengembangan produk
Strategi pengembangan produk dapat dilakukan dengan mengembangkan produk dan
layanan perbankan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik dari nasabah.
Selain itu pengembangan produk dan layanan perbankan juga perlu disesuaikan
dengan tren yang sedang berlangsung. Misalnya saja saat ini sedang berkembang
penggunaan internet dan telepon seluler. Maka layanan yang dapat diberikan berupa
internet banking dan mobile banking.
4.2.8 Pilihan Strategi
Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan matriks IFE dan EFE yang telah
dilakukan sebelumnya menunjukkan total nilai rata-rata tertimbang untuk matriks IFE
sebesar 2.96 dan total nilai rata-rata tertimbang untuk matriks EFE sebesar 2.65. Total
rata-rata tertimbang IFE yang berada di atas rata-rata (2.5) menunjukkan bahwa Bank X
telah mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan meminimalkan kelemahan.
Total rata-rata tertimbang EFE yang berada di atas rata-rata (2.5) menunjukkan bahwa
147
Bank X telah mampu memberi tanggapan yang baik terhadap peluang yang ada dan
mampu menghindari ancaman. Berdasarkan pada nilai perhitungan tersebut maka
strategi yang sesuai untuk Bank X adalah strategi SO (Strength-Opportunity).
4.3 Arahan Strategis Bank X
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka arahan strategi bagi Bank X
adalah:
1. Fokus dan ekspansif mengembangkan bisnis
Arahan strategis yang pertama adalah fokus dan ekspansif mengembangkan bisnis.
Pihak perusahaan memberikan bobot sebesar 25% untuk arahan strategis ini dan
memiliki 2 tujuan strategis yaitu:
Meningkatkan kemudahan pelanggan dalam mendapatkan layanan perbankan
secara langsung. Peningkatan kemudahan pelanggan dalam mendapatkan
layanan dapat dilakukan melalui inovasi layanan secara elektronik. Namun
tingkat penguasaan teknologi yang masih rendah di Indonesia mengakibatkan
masih banyaknya nasabah yang membutuhkan layanan perbankan secara
langsung. Peningkatan kemudahan bagi pelanggan dapat dilakukan dengan
ekspansif dalam membuka kantor cabang serta SMART Center baru. Sebagai
ilustrasi, terdapat 1 kota di Indonesia yang baru dilayani oleh 1 kantor cabang
saja. Hal ini tentunya menyulitkan nasabah yang berada cukup jauh dari kantor
cabang tersebut. Jika ekspansi kantor cabang dilakukan maka akan memudahkan
bagi nasabah karena nasabah dapat memperoleh layanan di kantor cabang yang
terdekat. Metrik untuk mengukur tujuan strategis ini adalah jumlah kantor
cabang dan SMART centre baru setiap tahunnnya dengan bobot sebesar 10%.
148
Meningkatkan jumlah nasabah yang dapat dilayani. Semakin banyak jumlah
kantor cabang atau SMART Centre yang baru maka jumlah nasabah yang dapat
dilayani juga akan semakin meningkat. Arahan strategi ini penting bagi Bank X
karena masih ada daerah-daerah di Indonesia yang belum dapat terlayani
sehingga masih banyak calon nasabah yang potensial bagi Bank X. Metrik untuk
mengukur tujuan strategis ini adalah jumlah nasabah baru per tahun dengan
bobot sebesar 15%
2. Peningkatan efisiensi dan efektifitas penyaluran kredit
Arahan strategis yang kedua adalah peningkatan efisiensi dan efektifitas penyaluran
kredit. Pihak perusahaan memberikan bobot sebesar 10% untuk arahan strategis ini
dan memiliki 2 tujuan strategis yaitu:
Meningkatkan penanganan kredit macet. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
membaik mengakibatkan semakin meningkatnya penyaluran kredit baik kredit
komersial maupun kredit investasi. Namun penyaluran kredit ini perlu mendapat
pengawasan dan pertimbangan dalam pemberian kredit karena kondisi
perekonomian Indonesia yang belum stabil yang dapat mengakibatkan terjadinya
kredit macet. Perusahaan diharapkan dapat lebih meningkatkan pengawasan
terhadap penyaluran kredit. Metrik untuk mengukur tujuan strategis ini adalah
penurunan tingkat NPL (Non Performing Loan) dengan bobot sebesar 5%.
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemrosesan aplikasi kredit. Panjangnya
prosedur yang dibutuhkan oleh nasabah sejak pengajuan aplikasi kredit hingga
selesai diproses merupakan hal yang tidak efektif dan efisien. Hal ini dapat
149
mengakibatkan nasabah akan berpikir beberapa kali untuk mengajukan kredit di
Bank X. Oleh karena itu perlu adanya perubahan dalam pemrosesan aplikasi
kredit agar lebih efektif dan efisien. Metrik untuk mengukur tujuan strategis ini
adalah percepatan pemrosesan aplikasi kredit dengan bobot sebesar 5%.
3. Menjadi yang terdepan dalam penggunaan TI yang inovatif dan strategis
Arahan strategis yang ketiga adalah menjadi yang terdepan dalam penggunaan TI
yang inovatif dan strategis. Pihak perusahaan memberikan bobot sebesar 25% untuk
arahan strategis ini dan memiliki 2 tujuan strategis yaitu:
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan operasional. Tidak dapat
dipungkiri bahwa penggunaan TI dapat mengurangi proses administrasi dan
operasional yang sebelumnya dikerjakan secara manual sehingga kegiatan
operasional terutama pelayanan kepada nasabah dapat lebih efektif dan efisien.
Metrik untuk mengukur tujuan strategis ini adalah percepatan penyelesaian
pekerjaan dengan bobot sebesar 15%.
Meningkatkan keunggulan bersaing melalui penggunaan TI. Penggunaan TI
dalam suatu perusahaan sudah menjadi hal yang umum bahkan keberadaan TI
saat ini sudah merupakan suatu kebutuhan yang mendasar bagi perusahaan. Jika
sumber daya TI yang dimiliki dapat dikelola dengan baik dan ditingkatkan maka
hal tersebut dapat meningkatkan keunggulan bersaing bagi perusahaan Metrik
untuk mengukur tujuan strategis ini jumlah inovasi dalam bidang TI tiap
tahunnya dengan bobot sebesar 10%.
4. Peningkatan pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien
150
Arahan strategis yang keempat adalah peningkatan pengelolaan sumber daya yang
efektif dan efisien. Pihak perusahaan memberikan bobot sebesar 15% untuk arahan
strategis ini dan memiliki 2 tujuan strategis yaitu:
Meningkatkan produktifitas karyawan. Bank X dengan perkembangan bisnisnya
memiliki jumlah karyawan yang tidak sedikit. Untuk melakukan pengawasan
terhadap seluruh karyawannya merupakan hal yang tidak mudah dalam hal
pengontrolan tingkat kehadiran dan dihubungkan dengan sistem penggajian yang
ada. Metrik untuk mengukur tujuan strategis ini adalah tingkat absensi karyawan
dengan bobot sebesar 10%
Memelihara informasi mengenai penggunaan sumber daya perusahaan
kebutuhan. Penggunaan sumber daya dalam suatu perusahaan tentunya
membutuhkan pengelolaan yang baik dalam hal pengadaannya, pemakaian,
hingga penjualan kembali. Metrik untuk mengukur tujuan strategis ini adalah
laporan status inventaris dengan bobot sebesar 5%.
5. Peningkatan kepuasan pelanggan melalui produk dan layanan perbankan yang
inovatif dan atraktif
Arahan strategis yang kelima adalah peningkatan kepuasan pelanggan melalui
produk dan layanan perbankan yang inovatif dan atraktif. Pihak perusahaan
memberikan bobot sebesar 25% untuk arahan strategis ini dan memiliki 2 tujuan
strategis yaitu:
Mengembangkan dan memelihara informasi mengenai kebutuhan pelanggan
untuk mengembangkan produk dan layanan perbankan. Kepuasan pelanggan
151
dapat diwujudkan melalui produk dan layanan yang memuaskan dan sesuai
dengan perkembangan jaman. Produk dan layanan yang memuaskan tentunya
harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan dari pelanggan. Untuk
mengetahui produk dan layanan yang dibutuhkan pelanggan maka perlu adanya
upaya dan alat bantu dalam mengumpulkan informasi mengenai pelanggan.
Melalui penggunaan TI diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap tujuan
strategis ini. Metrik untuk mengukur tujuan strategis ini adalah jumlah inovasi
produk dan layanan per tahun dengan bobot sebesar 10%.
Meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah. Produk dan layanan yang
sesuai dengan kebutuhan pelanggan bukanlah menjadi satu-satunya jaminan
kepuasan pelanggan karena hal yang terpenting adalah bagaimana upaya
perusahaan dalam menyampaikan atau memberi pelayanan atas produk tersebut
kepada pelanggan. Metrik untuk mengukur tujuan strategis ini adalah penurunan
tingkat keluhan pelanggan per tahun dengan bobot sebesar 15%.
Tabel 4.17 Arahan Strategis Bank X
Arahan Strategis(Strategic Intention)
Tujuan Arahan Strategis(Strategic Intention Goal)
Matriks Arahan Strategis
(Strategic Intention Metric)
Bobot(Weight) Total
Fokus dan ekspansif mengembangkan bisnis
Meningkatkan kemudahan pelanggan dalam mendapatkan layanan perbankan secara langsung
Meningkatkan jumlah nasabah yang dapat dilayani
Jumlah kantor cabang dan SMART centre baru/tahun
Jumlah nasabah baru
10
15
25
Peningkatan efisiensi dan
Meningkatkan penanganan kredit macet
Penurunan tingkat NPL (Noan
5
152
efektifitas penyaluran kredit
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemrosesan aplikasi kredit
Performing Loan)/tahun
Percepatan pemrosesan aplikasi kredit
5
10
Menjadi yang terdepan dalam penggunaan TI yang inovatif dan strategis
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan operasional
Meningkatkan keunggulan bersaing melalui penggunaan TI
Percepatan penyelesaian pekerjaan
Jumlah inovasi TI/tahun
15
10
25
Peningkatan pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien
Meningkatkan produktifitas karyawan
Memelihara informasi mengenai penggunaan sumber daya perusahaan
Tingkat absensi Laporan
inventaris/tahun
10
515
Peningkatan kepuasan pelanggan melalui produk dan layanan perbankan yang inovatif dan atraktif
Mengembangkan dan memelihara informasi mengenai kebutuhan pelanggan untuk mengembangkan produk dan layanan perbankan
Meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah
Jumlah inovasi produk dan layanan/tahun
Penurunan tingkat keluhan/tahun
10
1525
4.4 Demand/Supply Planning
Berdasarkan arahan strategis yang telah dibuat, kemudian dibuat Demand/Supply
Planning bagi Bank X. Demand/Supply Planning ini bermanfaat agar pihak manajemen
dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dalam mencapai arahan strategis.
Berdasarkan pada kebutuhan yang ditetapkan kemudian TI dapat menentukan apa yang
dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam Demand/Supply Planning,
arahan strategis yang sudah ditetapkan akan diuraikan secara lebih mendetil yang dibagi
menjadi arahan strategis, tujuan strategis, dan inisiatif strategis dari segi kebutuhan
153
(demand) dan dukungan TI (supply). Uraian dari Demand/Supply Planning untuk tiap
arahan strategis yaitu:
1. Fokus dan ekspansif mengembangkan bisnis.
Arahan strategis yang pertama adalah fokus dan ekspansif mengembangkan bisnis.
TI diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kebutuhan perusahaan dalam
memperluas cabang dengan membangun infrastruktur dan dukungan staf dalam
mengumpulkan informasi lokasi yang baru.
Tujuan dari arahan strategis ini adalah meningkatkan kemudahan pelanggan
dalam memperoleh layanan perbankan secara langsung serta meningkatkan jumlah
nasabah yang dapat dilayani. Saat ini Bank X telah melakukan ekspansi bisnisnya di
lebih dari 22 provinsi di Indonesia. Namun ekspansi ini dirasakan masih belum
memadai karena masih adanya kekurangan kantor cabang yang ada di suatu daerah.
Hal ini mengakibatkan masih adanya calon nasabah potensial yang tidak dapat
menikmati produk dan layanan perbankan yang diberikan Bank X. Untuk
mendukung arahan strategis ini maka perusahaan perlu untuk mengetahui informasi
mengenai lokasi yang akan dijadikan kantor cabang atau SMART Centre yang baru
serta bagaimanakah karakteristik dari masyarakat yang ada di lokasi tersebut yang
akan menjadi calon nasabah dari Bank X. Dukungan yang dapat diberikan oleh TI
adalah dengan membangun aplikasi Business Intelligence yang berguna dalam
mengumpulkan informasi mengenai lingkungan (pesaing yang ada, kondisi
demografis, jumlah calom nasabah,dll) di lokasi yang akan dijadikan kantor cabang
atau SMART Centre yang baru.
154
Inisiatif strategi dari arahan ini adalah melakukan ekspansi kantor cabang
baru pada lokasi yang strategis dan menguntungkan bagi perusahaan. Ketika akan
melakukan ekspansi cabang baru, diharapkan Bank X melakukan analisis kelayakan
terhadap setiap lokasi kantor cabang/ SMART centre yang potensial. Ekspansi ini
hendaknya tidak dilakukan hanya berdasarkan pertimbangan bahwa di daerah
tersebut belum terdapat cabang dari Bank X melainkan perlu dipertimbangkan
dengan seksama terlebih dahulu. Dukungan yang dapat diberikan TI terhadap
inisiatif strategi ini adalah dengan membangun aplikasi Geographical Information
System untuk melakukan analisis lokasi cabang yang baru. Dengan adanya
Geographical Information System ini, maka perusahaan dapat mengetahui dan
memperoleh informasi mengenai daerah yang akan menjadi target lokasi cabang
yang baru. Informasi ini dapat berupa kondisi jalan, lokasi kantor cabang pesaing,
demografis penduduk, tingkat pendapatan, lokasi sentra bisnis dan perbelanjaan, dan
sebagainya. Informasi yang dihasilkan Geographical Information System
ditunjukkan dalam sebuah gambar peta dari suatu daerah sehingga memudahkan
perusahaan dalam menentukan lokasi yang akan dijadikan kantor cabang baru.
155
Tabel 4.18
Demand supply planning Fokus dan ekspansif mengembangkan bisnis
2. Peningkatan efisiensi dan efektifitas penyaluran kredit
Arahan strategis yang kedua adalah peningkatan efisiensi dan efektifitas penyaluran
kredit. Agar penyaluran kredit dapat lebih efektif dan efisiensi maka divisi kredit dan
pihak yang terkait seharusnya memiliki kemudahan dalam mengakses data mengenai
informasi kredit baik yang akan diberikan maupun yang sudah diberikan. TI
diharapkan dapat membangun infrastruktur dan dukungan staf yang mendukung
sebuah data warehouse yang efektif, efisien, dan lengkap bagi divisi kredit.
Tujuan dari arahan strategis ini adalah untuk meningkatkan penanganan
terhadap kredit macet serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pemrosesan
Demand SupplyKonteks Strategi
BisnisPerencanaan Strategi
untuk Penggunaan TI
Perencanaan Strategi untuk Pasokan TI
Arahan Strategis
Fokus dan ekspansif mengembangkan bisnis
Mengetahui informasi mengenai kebutuhan perusahaan dalam memperluas cabang
Membangun infrastruktur dan dukungan staf dalam mengumpulkan informasi lokasi yang baru
Tujuan Strategis
Meningkatkan kemudahan pelanggan dalam memperoleh layanan perbankan secara langsung
Meningkatkan jumlah nasabah yang dapat dilayani
Mengumpulkan informasi mengenai lokasi kantor cabang/ SMART centre yang baru dan karakteristik calon nasabah di lokasi tersebut
Membangun Business Intelligence untuk mengumpulkan informasi mengenai lingkungan dan pesaing di lokasi yang akan dijadikan cabang baru
Inisiatif Strategis
Ekspansi kantor cabang baru pada lokasi yang strategis dan menguntungkan bagi perusahaan
Analisis kelayakan terhadap setiap lokasi kantor cabang/ SMART centre yang potensial
Membangun aplikasi Geographical Information System untuk melakukan analisis lokasi cabang yang baru
156
aplikasi kredit. Tujuan ini dapat diwujudkan dengan melakukan komputerisasi dalam
menentukan kelayakan aplikasi kredit. Melalui komputerisasi maka prosedur bisnis
dapat menjadi lebih singkat sehingga pemrosesan aplikasi kredit dapat dilakukan
dalam waktu lebih singkat. Berdasarkan arahan strategis ini maka dukungan TI yang
sesuai adalah dengan membangun Membangun knowledge base dan inference engine
yang berisi aturan dan alasan mengenai pengajuan aplikasi kredit.
Dukungan yang diberikan TI tersebut mendukung inisiatif strategis yang ada
yaitu aplikasi kredit diberikan kepada calon debitur yang terpercaya sehingga tingkat
kredit bermasalah dapat lebih ditekan. Oleh karena itu perlu dikembangkan
kumpulan aturan yang terstruktur dalam penentuan kelayakan aplikasi kredit.
Kumpulan aturan tersebut yang akan disimpan di dalam knowledge base dan
inference engine yang dibangun. Knowledge base dan inference engine tersebut
dibutuhkan dalam membangun aplikasi expert system. Dengan adanya aplikasi
expert system maka proses penentuan kelayakan aplikasi kredit dapat lebih cepat
karena staf divisi kredit hanya perlu memasukkan informasi yang diperlukan
kemudian sistem akan mengolah informasi tersebut sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan untuk menentukan layak atau tidaknya aplikasi kredit. Dengan begitu
maka proses kredit dapat lebih efektif dan efisien serta calon debitur benar-benar
merupakan debitur yang dapat bertanggungjawab.
157
Tabel 4.19
Demand Supply Planning Peningkatan efisiensi dan efektifitas penyaluran kredit
3. Menjadi yang terdepan dalam penggunaan TI yang inovatif dan strategis
Arahan strategis yang ketiga adalah menjadi yang terdepan dalam penggunaan TI
yang inovatif dan strategis. Tujuan dari arahan strategis ini adalah meningkatkan
efisiensi dan efektifitas kegiatan operasional serta meningkatkan keunggulan
bersaing melalui penggunaan TI. Investasi TI yang dilakukan tidak semata karena
adanya teknologi baru. Jika perusahaan memaksakan untuk mengikuti
perkembangan teknologi, investasi yang dilakukan dapat menjadi sia-sia karena
tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Oleh karena itu investasi TI yang
Demand SupplyKonteks Strategi
BisnisPerencanaan Strategi untuk Penggunaan TI
Perencanaan Strategi untuk Pasokan TI
Arahan Strategis
Peningkatan efisiensi dan efektifitas penyaluran kredit
Divisi kredit mudah dalam mengakses data mengenai informasi kredit
Membangun infrastruktur dan dukungan staf yang mendukung sebuah data warehouse yang efektif, efisien, dan lengkap
Tujuan Strategis
Meningkatkan penanganan kredit macet
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemrosesan aplikasi kredit
Penentuan kelayakan aplikasi kredit secara terkomputerisasi
Membangun knowledge base dan inference engine yang berisi aturan dan alasan mengenai pengajuan aplikasi kredit
Inisiatif Strategis
Aplikasi kredit diberikan kepada calon debitur yang terpercaya
Mengembangkan aturan yang terstruktur dalam penentuan aplikasi kredit agar pemrosesan aplikasi dapat lebih cepat
Membangun aplikasi expert system yang membantu dalam menentukan kelayakan aplikasi kredit dan calon debitur
158
dilakukan harus selaras dengan arahan strategis perusahaan. Investasi TI yang
dilakukan mengikuti perkembangan teknologi dan mudah digunakan. Walaupun
teknologi yang baru merupakan teknologi yang sangat canggih namun jika tidak
mudah digunakan oleh staf maka investasi tersebut akan menjadi kurang bernilai.
Hal ini dapat mengakibatkan menurunnya kinerja karyawan karena tidak terbiasa
menggunakan teknologi yang baru.
Dukungan TI terhadap perkembangan teknologi adalah dengan merancang
infrastruktur TI yang dinamis mengikuti perubahan dalam dunia perbankan dan TI.
Perubahan dalam dunia perbankan juga perlu dicermati karena perubahan dalam
perbankan secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kondisi
perusahaan.
Inisiatif strategi dari arahan strategis ini adalah mengkomputerisasikan
pekerjaan yang ada serta mengarahkan TI pada arahan strategis perusahaan. Untuk
mewujudkan inisiatif strategi tersebut maka investasi TI yang seharusnya dilakukan
adalah Investasi TI yang dapat memberi nilai bagi perusahaan dan pelanggan baik
yang tangible maupun intangible. Jika teknologi baru tidak memberi nilai apa-apa
maka sebaiknya tidak diterapkan walaupun teknologi tersebut teknologi tercanggih
saat ini. Analisis terhadap keputusan investasi TI tersebut dapat didukung oleh
pemanfaatan TI dengan merancang aplikasi Decision Support System dalam
menentukan investasi TI baru yang selaras dengan arahan strategi perusahaan.
Dengan adanya aplikasi ini maka dapat membantu pihak manajemen dalam
menentukan investasi TI mana yang dapat dilakukan sesuai dengan arahan strategi
dan hasil yang diinginkan perusahaan.
159
Tabel 4.20
Demand Supply Planning Menjadi yang terdepan dalam penggunaan TI
yang inovatif dan strategis
4. Demand Supply Planning Peningkatan pengelolaan sumber daya yang efektif dan
efisien.
Arahan strategis yang keempat adalah peningkatan pengelolaan sumber daya yang
efektif dan efisien. Agar pengelolaan sumber daya dapat lebih dioptimalkan maka
Demand SupplyKonteks Strategi Bisnis Perencanaan
Strategi untuk Penggunaan TI
Perencanaan Strategi untuk
Pasokan TI
Arahan Strategis
Menjadi yang terdepan dalam penggunaan TI yang inovatif dan strategis
Penggunaan TI dan komunikasi yang terbaru sesuai dengan strategi bisnis perusahaan
Membangun sistem informasi yang mengikuti trend terbaru dan mudah digunakan
Tujuan Strategis
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan operasional
Meningkatkan keunggulan bersaing melalui penggunaan TI
Pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu cepat dan kualitas yang lebih baik
Investasi TI dilakukan terhadap proyek sistem informasi yang selaras dengan arahan strategis perusahaan
Integrasi data dan sistem informasi secara menyeluruh
Merancang infrastruktur TI yang dinamis mengikuti perubahan dalam dunia perbankan dan TI
Inisiatif Strategis
Mengkomputerisasikan pekerjaan yang ada
Mengarahkan TI pada arahan strategis perusahaan
Investasi TI yang dapat memberi nilai bagi perusahaan dan pelanggan baik yang tangible maupun intangible
Merancang aplikasi Decision Support System dalam menentukan investasi TI baru yang selaras dengan arahan strategi perusahaan
160
pihak manajemen membutuhkan akses kepada informasi mengenai pengadaan,
penggunaan, dan penjualan kembali dari sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Akses informasi tersebut dapat diwujudkan dengan membangun sistem data mining
yang memungkinkan manajemen dalam mengetahui informasi yang lebih detil
mengenai penggunaan sumber daya perusahaan.
Tujuan strategis yang ingin dicapai adalah meningkatkan produktifitas
karyawan dan memelihara informasi mengenai penggunaan sumber daya perusahaan
dengan melakukan pendataan terhadap karyawan dan sumber daya yang ada. Agar
tujuan tersebut dapat tercapai, dukungan yang dapat diberikan oleh TI adalah dengan
membangun infrastruktur dan integrasi data yang berhubungan dengan pengelolaan
sumber daya.
Inisiatif strategis dari arahan strategis ini adalah pengelolaan tingkat
kehadiran dan keterlambatan karyawan serta menganalisis setiap pengeluaran dalam
pengadaan dan penggunaan sumber daya perusahaan. Dukungan yang dapat
diberikan oleh TI adalah dengan membangun aplikasi absensi elektronik agar
pengawasan tingkat kehadiran dan keterlambatan dapat dilakukan secara lebih
efektif serta dapat memberi informasi dalam penghitungan tingkat kompensasi
karyawan. Dukungan TI yang kedua adalah membangun aplikasi inventaris yang
bermanfaat dalam melakukan pendataan dan perencanaan pengadaan inventaris
kantor seperti komputer, gedung, kertas, meja, dan peralatan kantor lainnya.
161
Tabel 4.21
Demand Supply Planning Peningkatan pengelolaan sumber daya
yang efektif dan efisien
5. Demand Supply Planning Peningkatan kepuasan pelanggan melalui produk dan
layanan perbankan yang inovatif dan atraktif
Arahan strategis yang kelima adalah peningkatan kepuasan pelanggan melalui
produk dan layanan perbankan yang inovatif dan atraktif. Kepuasan dari pelanggan
dapat ditingkatkan jika seluruh karyawan dapat memperoleh informasi mengenai
kebutuhan dan tingkat kepuasannya. Hal ini didukung oleh TI dengan membangun
Demand SupplyKonteks Strategi
BisnisPerencanaan
Strategi untuk Penggunaan TI
Perencanaan Strategi untuk Pasokan TI
Arahan Strategis
Peningkatan pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien
Akses terhadap informasi mengenai pengelolaan sumber daya
Membangun sistem data mining
Tujuan Strategis
Meningkatkan produktifitas karyawan
Memelihara informasi mengenai penggunaan sumber daya perusahaan
Melakukan pendataan karyawan dan sumber daya perusahaan
Membangun infrastruktur dan integrasi data yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya
Inisiatif Strategis
Pengelolaan tingkat kehadiran dan keterlambatan karyawan
Menganalisis setiap pengeluaran dalam pengadaan dan penggunaan sumber daya perusahaan
Pengelolaan terhadap masa kerja karyawan
Perencanaan pengadaan sumber daya
Membangun aplikasi absensi elektronik
Membangun aplikasi inventarisasi online
162
infrastruktur dan staf pendukung untuk mendukung integritas data pelanggan dan
unit kerja yang terkait sehingga proses pelayanan pelanggan dapat lebih efektif dan
efisien.
Tujuan dari arahan strategis ini adalah mengembangkan dan memelihara
informasi mengenai kebutuhan pelanggan untuk mengembangkan produk dan
layanan perbankan serta meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah. Agar
tujuan ini dapat terwujud maka perusahaan perlu untuk mengumpulkan informasi
mengenai kebutuhan dan karakteristik pelanggan serta tingkat pelayanan dan apa
yang menjadi masalah atas keluhan pelanggan yang mana proses pengumpulan
informasi ini dapat dilakukan dengan membangun aplikasi Business Intelligence.
Inisiatif strategis dari arahan strategis ini adalah mengembangkan produk dan
layanan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan serta memberi layanan yang lebih
baik kepada pelanggan baik secara langsung maupun elektronik. Pelayanan kepada
pelanggan dapat lebih ditingkatkan jika perusahaan dapat mengembangkan produk
dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pelanggan. Untuk
mendukung inisiatif strategis tersebut maka TI dapat memberi dukungan melalui
pengembangan sistem informasi Customer Relationship Management dimana
pelanggan dapat menyampaikan keluhan dan kebutuhan secara langsung, selain itu
melalui aplikasi ini pelanggan dapat memantau hak-hak dan kewajiban mereka.
163
Tabel 4.22
Demand Supply Planning Peningkatan kepuasan pelanggan melalui produk dan
layanan perbankan yang inovatif dan atraktif
4.4.1 Agenda Strategis TI
Berdasarkan analisis demand/supply planning yang telah dilakukan maka
perusahaan dapat mengetahui hal apa yang diperlukan oleh bisnis dalam mencapai
arahan strategis yang mana hal ini perlu didukung oleh TI. Kebutuhan bisnis terhadap TI
Demand SupplyKonteks Strategi
BisnisPerencanaan Strategi untuk Penggunaan TI
Perencanaan Strategi untuk Pasokan TI
Arahan Strategis
Peningkatan kepuasan pelanggan melalui produk dan layanan perbankan yang inovatif dan atraktif
Staf dapat memperoleh informasi mengenai kebutuhan dan tingkat kepuasan pelanggan
Membangun infrastruktur dan staf pendukung untuk mendukung integritas data pelanggan dan unit kerja yang terkait
Tujuan Strategis
Mengembangkan dan memelihara informasi mengenai kebutuhan pelanggan untuk mengembangkan produk dan layanan perbankan
Meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah
Mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan dan karakteristik pelanggan
Mengumpulkan informasi mengenai tingkat pelayanan dan apa yang menjadi masalah atas keluhan pelanggan
Membangun aplikasi Business Intelligenceuntuk mengumpulkan informasi mengenai pelanggan
Inisiatif Strategis
Mengembangkan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan
Memberi layanan yang lebih baik kepada pelanggan baik secara langsung maupun elektronik
Memahami kebutuhan pelanggan dan mengembangkan produk dan layanan sesuai dengan karakteristik pelanggan
Membangun sistem informasi Customer Relationship Management dimana pelanggan dapat menyampaikan keluhan dan kebutuhan secara langsung
164
yaitu pihak manajemen dapat mengetahui informasi mengenai kebutuhan perusahaan
dalam memperluas cabang, staf divisi kredit mudah dalam mengakses data mengenai
informasi kredit dan nasabah calon debitur, seluruh staf dan divisi menggunakan TI dan
komunikasi yang terbaru sesuai dengan strategi bisnis perusahaan, seluruh karyawan
dapat mengakses infomasi pengelolaan sumber daya manusia dan inventaris kantor, serta
seluruh staf yang terkait dapat memperoleh informasi mengenai kebutuhan dan tingkat
kepuasan pelanggan.
4.5 Innovation
Perencanaan innovation yang dapat dilakukan Bank X dalam mendukung
tercapainya arahan strategis yang telah ditentukan sebelumnya terdiri dari empat
komponen yaitu:
1. Business and Technology Monitoring
Dalam tahap pengawasan terhadap bisnis dan teknologi, perubahan-perubahan yang
dapat mempengaruhi Bank X dapat dilakukan melalui aktifitas berupa:
Memperbarui potensi yang dapat dilakukan TI dengan memperbarui aplikasi
yang berjalan di Bank X.
Melakukan pengawasan secara berkala terhadap perkembangan dan perubahan
dalam bisnis perbankan dan teknologi.
Pembaruan secara berkala dari sudut pandang manajemen mengenai kunci
perubahan bisnis yang terjadi dalam industri perbankan.
165
Melakukan integrasi seluruh sistem informasi yang berjalan serta proyek yang
sedang direncanakan agar seluruh unit kerja yang ada dapat terkait satu sama
lain.
Mendapatkan masukan dari tenaga ahli yang menyadari akan perubahan
teknologi dan bisnis yang mempengaruhi industri.
Melakukan evaluasi secara berkala baik dari sisi manajemen dan penggunaan TI
untuk mengetahui apakah ada perubahan atau perlu dilakukan perubahan.
Memfasilitasi diskusi mengenai implikasi yang mungkin mempengaruhi
perusahaan
2. Innovation Visioning
Langkah kedua dalam tahap innovation adalah mengembangkan alternatif arahan
bagi perusahaan untuk mengetahui apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam
menanggapi perubahan bisnis dan teknologi. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu:
Menentukan kunci utama bisnis dan faktor kompetitif yang dapat mengakibatkan
perubahan bisnis dalam industri.
Menyelenggarakan pertemuan atau pelatihan secara berkala yang diikuti oleh
pihak manajemen dan TI.
Mengembangkan daftar alternatif tindakan perusahaan dalam menanggapi
perubahan dalam bisnis dan teknologi.
Melakukan pembahasan mengenai apa yang dapt dilakukan perusahaan dimana
TI sebagai faktor pendukung.
166
3. Business Context and Choices
Langkah ketiga dalam tahap innovation adalah membuat keputusan mengenai arah
yang ingin dituju oleh perusahaan. Berdasarkan pada analisis sebelumnya maka yang
menjadi tujuan strategis dari Bank X yaitu:
Meningkatkan kemudahan pelanggan dalam memperoleh layanan perbankan
secara langsung
Meningkatkan jumlah nasabah yang dapat dilayani
Meningkatkan penanganan kredit macet
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemrosesan aplikasi kredit
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan operasional
Meningkatkan keunggulan bersaing melalui penggunaan TI
Meningkatkan produktifitas karyawan
Memelihara informasi mengenai penggunaan sumber daya perusahaan
Mengembangkan dan memelihara informasi mengenai kebutuhan pelanggan
untuk mengembangkan produk dan layanan perbankan
Meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah
4. Actionable Innovation
Langkah terakhir dalam tahap innovation adalah mengembangkan skenario dan
rencana tindakan bagi innovation. Innovation yang dilakukan Bank X diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan dan tujuan strategis yang telah ditetapkan melalui
penggunaan TI. Langkah awal yang dapat dilakukan dan terpenting adalah dengan
melakukan integrasi sistem secara menyeluruh sehingga kebutuhan data dari seluruh
167
unit kerja yang membutuhkan dapat terpenuhi secara cepat dan tepat. Selain itu perlu
adanya alokasi biaya tahunan untuk investasi TI agar TI dapat terus memberikan
innovation dan dukungan seiring dengan perubahan dalam bisnis dan teknologi.
Langkah berikut yang dapat dilakukan adalah dengan membangun Business
Intelligence yang mana hasil dari Business Intelligence ini dapat menjadi masukan
bagi Bank X dalam mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan perusahaan
dalam mengembangkan bisnis, kebutuhan pelanggan, kondisi bisnis, dan tingkat
persaingan dalam industri perbankan. Dari segi infrastruktur, innovation yang dapat
dilakukan untuk mendukung ekspansi bisnis Bank X adalah dengan memperbarui
sistem server yang ada untuk mengkonsolidasikan kinerja operasional harian.
Pembaruan ini dirasa penting karena banyaknya aplikasi yang dijalankan secara
bersamaan sehingga sistem server yang baru diharapkan dapat meningkatkan
produktifitas operasional harian.
4.5.1 Perencanaan Strategis TI
Perencanaan strategis TI merupakan dukungan yang dapat diberikan TI dalam
memenuhi kebutuhan bisnis dengan tujuan untuk mencapai arahan strategis perusahaan.
Perencanaan strategis TI dari Bank X yaitu:
Membangun infrastruktur dan dukungan staf dalam mengumpulkan informasi lokasi
yang baru
Membangun infrastruktur dan dukungan staf yang mendukung sebuah data
warehouse yang efektif, efisien, dan lengkap
Membangun sistem informasi yang mengikuti trend terbaru dan mudah digunakan
168
Membangun infrastruktur dan integrasi data yang berhubungan dengan pengelolaan
sumber daya
Membangun infrastruktur dan staf pendukung untuk mendukung integritas data
pelanggan dan unit kerja yang terkait
4.6 Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio dilakukan terhadap SI/TI yang diterapkan di Bank X.
Portofolio SI/TI yang ada dibedakan menjadi 2 jenis yaitu portofolio lights on dan
portofolio proyek.
4.6.1 Lights on Bank X
Aplikasi yang sedang berjalan (lights on) yang digunakan di Bank X terbagi
menjadi empat komponen yaitu aplikasi, infrastruktur, layanan, dan manajemen. Berikut
merupakan penjelasan dari berbagai aplikasi yang sedang berjalan di Bank X.
4.6.1.1 Aplikasi yang Sedang Berjalan
Aplikasi yang sedang berjalan di Bank X terdiri atas aplikasi Integrated
Comprehensive Banking Sytem, Signature Verification System, Smart Terminal
Pelaksana Kliring, Payroll System, Testkey, Bill Payment, Card System, dan Real Time
Gross Settlement. Biaya perolehan dan tenaga kerja dari masing-masing aplikasi akan
diuraikan lebih lanjut berikut ini.
169
1. Integrated Comprehensive Banking Sytem
Sistem aplikasi utama yang digunakan adalah Integrated Comprehensive Banking
System (ICBS) yang merupakan sistem retail yang terdiri dari banyak modul-modul
sistem untuk mendukung semua produk dan jasa yang dilakukan perusahaan seperti
produk tabungan, produk giro, produk deposito, dan juga menghasilkan laporan
keuangan yang diperlukan perusahaan seperti laporan neraca dan laba-rugi. Aplikasi
ini mulai digunakan sejak tahun 1995 dan digunakan oleh semua user di Bank X.
Aplikasi ICBS ditangani oleh 15 orang staf dan membutuhkan 1920 jam kerja (1
bulan = 160 jam kerja). Biaya tenaga kerja 1 orang staf pada tahun 2007 sebesar Rp
5.000.000 per bulan. Dengan asumsi terjadi kenaikan sebesar 10% tiap tahunnya,
maka biaya perolehan dan pengembangan aplikasi sebesar Rp 5.625.858.112,49.
Tabel 4.23
Biaya Aplikasi Integrated Comprehensive Banking Sytem (dalam juta Rupiah )
Nama Aplikasi Tahun Biaya
ICBS
2007 720.000.000,002006 654.545.454,552005 595.041.322,312004 540.946.656,652003 491.769.687,862002 447.063.352,602001 406.421.229,642000 369.473.845,131999 335.885.313,751998 305.350.285,231997 277.591.168,391996 252.355.607,631995 229,414,188.75
TOTAL 5.625.858.112,49Sumber: Bank X, 2007
170
2. Signature Verification System (SVS)
Aplikasi Signature Verification System digunakan untuk melakukan verifikasi
terhadap tanda tangan dari nasabah dengan cara mencocokkan contoh tanda tangan
yang disimpan di dalam system dengan tanda tangan nasabah ketika melakukan
transaksi. Aplikasi ini mulai digunakan mulai tahun 2006 dan digunakan oleh user
bagian customer service, teller, dan back office. Aplikasi SVS ditangani oleh 8 orang
staf dan membutuhkan 960 jam kerja (1 bulan = 160 jam kerja). Biaya tenaga kerja 1
orang staf pada tahun 2007 sebesar Rp 5.000.000 per bulan. Dengan asumsi terjadi
kenaikan sebesar 10% tiap tahunnya, maka biaya perolehan dan pengembangan
aplikasi sebesar Rp 458.181.818,18.
Tabel 4.24
Biaya Aplikasi Signature Verification System (dalam juta Rupiah )
Nama Aplikasi Tahun Biaya
SVS 2007 240.000.000,002006 218.181.818,18
TOTAL 458.181.818,18Sumber: Bank X, 2007
3. Smart Terminal Pelaksana Kliring (STPK)
STPK merupakan aplikasi yang digunakan untuk memproses transaksi SKN (Sistem
Kliring Nasional). Aplikasi ini mulai digunakan sejak tahun 2005 dan digunakan
oleh user bagian kliring. Aplikasi STPK ditangani oleh 10 orang staf dan
membutuhkan 1280 jam kerja (1 bulan = 160 jam kerja). Biaya tenaga kerja 1 orang
staf pada tahun 2007 sebesar Rp 5.000.000 per bulan. Dengan asumsi terjadi
171
kenaikan sebesar 10% tiap tahunnya, maka biaya perolehan dan pengembangan
aplikasi sebesar Rp 330.578.512,40.
Tabel 4.25
Biaya Aplikasi Smart Terminal Pelaksana Kliring (dalam juta Rupiah )
Nama Aplikasi Tahun Biaya
STPK 2007 400.000.000,002006 363.636.363,64
TOTAL 330.578.512,40Sumber: Bank X, 2007
4. Payroll System
Aplikasi payroll system digunakan oleh bagian personalia untuk melakukan kegiatan
administratif penggajian karyawan. Aplikasi ini mulai digunakan sejak tahun 2001.
Aplikasi payroll ditangani oleh 2 orang staf dan membutuhkan 480 jam kerja (1
bulan = 160 jam kerja). Biaya tenaga kerja 1 orang staf pada tahun 2007 sebesar Rp
5.000.000 per bulan. Dengan asumsi terjadi kenaikan sebesar 10% tiap tahunnya,
maka biaya perolehan dan pengembangan aplikasi sebesar Rp 160.657.820,98.
Tabel 4.26
Biaya Aplikasi Payroll System (dalam juta Rupiah )
Nama Aplikasi Tahun Biaya
Payroll system
2007 30.000.000,002006 27.272.727,272005 24.793.388,432004 22.539.444,032003 20.490.403,662002 18.627.639,692001 16.934.217,90
TOTAL 160.657.820,98Sumber: Bank X, 2007
172
5. Testkey
Testkey merupakan suatu aplikasi yang berfungsi untuk melakukan proses validasi
terhadap keabsahan dari suatu dokumen yang bukan asli (misalnya dokumen fax).
Jika informasi dari dokumen sudah valid maka dapat diproses lebih lanjut. Aplikasi
test key digunakan oleh user bagian payment service. Aplikasi ini mulai digunakan
sejak tahun 2001. Aplikasi testkey ditangani oleh 2 orang staf dan membutuhkan 480
jam kerja (1 bulan = 160 jam kerja). Biaya tenaga kerja 1 orang staf pada tahun 2007
sebesar Rp 5.000.000 per bulan. Dengan asumsi terjadi kenaikan sebesar 10% tiap
tahunnya, maka biaya perolehan dan pengembangan aplikasi sebesar Rp
160.657.820,98.
Tabel 4.27
Biaya Aplikasi Testkey (dalam juta Rupiah )
Nama Aplikasi Tahun Biaya
Testkey
2007 30.000.000,002006 27.272.727,272005 24.793.388,432004 22.539.444,032003 20.490.403,662002 18.627.639,692001 16.934.217,90
TOTAL 160.657.820,98Sumber: Bank X, 2007
6. Bill Payment
Aplikasi bill payment digunakan oleh user bagian teller dan back office. Aplikasi ini
mulai digunakan sejak tahun 2004. Aplikasi bill payment ditangani oleh 2 orang staf
dan membutuhkan 480 jam kerja (1 bulan = 160 jam kerja). Biaya tenaga kerja 1
orang staf pada tahun 2007 sebesar Rp 5.000.000 per bulan. Dengan asumsi terjadi
173
kenaikan sebesar 10% tiap tahunnya, maka biaya perolehan dan pengembangan
aplikasi sebesar Rp 104.605.559,73.
Tabel 4.28
Biaya Aplikasi Bill Payment (dalam juta Rupiah )
Nama Aplikasi Tahun Biaya
Bill Payment
2007 30.000.000,002006 27.272.727,272005 24.793.388,432004 22.539.444,03
TOTAL 104.605.559,73Sumber: Bank X, 2007
7. Card System
Aplikasi Card System berfungsi untuk memonitor nasabah guna mendukung produk
kartu kredit. Aplikasi card system digunakan oleh user bagian customer service.
Aplikasi ini mulai digunakan sejak tahun 2007. Aplikasi card system ditangani oleh
2 orang staf dan membutuhkan 480 jam kerja (1 bulan = 160 jam kerja). Biaya
tenaga kerja 1 orang staf pada tahun 2007 sebesar Rp 5.000.000 per bulan. Biaya
perolehan dan pengembangan aplikasi sebesar Rp 30.000.000.
Tabel 4.29
Biaya Aplikasi Card System (dalam juta Rupiah )
Nama Aplikasi Tahun BiayaCard system 2007 30.000.000TOTAL 30.000.000
Sumber: Bank X, 2007
174
8. Real Time Gross Settlement (RTGS)
Aplikasi RTGS digunakan oleh user bagian kliring. Aplikasi RTGS merupakan
sebuah mekanisme pemindahan (transfer) dana dimana pemindahan dana ini
berlangsung antara dua buah bank secara real time dan gross. Real time berarti
bahwa transaksi dilakukan pada saat itu juga tanpa adanya penundaan. Sedangkan
gross berarti bahwa transaksi dilakukan satu per satu (tidak digabungkan dengan
transaksi lain). Aplikasi ini mulai digunakan sejak tahun 2006. Aplikasi RTGS
ditangani oleh 2 orang staf dan membutuhkan 480 jam kerja (1 bulan = 160 jam
kerja). Biaya tenaga kerja 1 orang staf pada tahun 2007 sebesar Rp 5.000.000 per
bulan. Dengan asumsi terjadi kenaikan sebesar 10% tiap tahunnya, maka biaya
perolehan dan pengembangan aplikasi sebesar Rp 57.272.727,27.
Tabel 4.30
Biaya Aplikasi Real Time Gross Settlement (dalam juta Rupiah )
Nama Aplikasi Tahun Biaya
RTGS2007 30.000.000,00
2006 27.272.727,27
TOTAL 57.272.727,27Sumber: Bank X, 2007
Ringkasan dari aplikasi yang sedang berjalan di Bank X beserta unit kerja, tahun
pemakaian, dan total biaya per tahun ditunjukkan oleh tabel 4.31.
175
Tabel 4.31
Aplikasi yang Sedang Berjalan di Bank X
Aplikasi Unit KerjaTahun
Pemakaian
Biaya/tahun
(Juta Rupiah)
ICBS Semua 1995 5625,86
SVS
Customer service
Teller
BackOffice
2006 458,18
STPK Kliring 2005 1094,21
Payroll System Personalia 2001 160,66
TestKey Payment Service 2001 160,66
Bill PaymentTeller
BackOffice2004 104,61
Card System Customer service 2007 30,00
RTGS Kliring 2006 57,27Sumber: Bank X, 2007
4.6.1.2 Infrastruktur TI Bank X
Infrastruktur TI dari Bank X terdiri atas hardware, software license, server,
Local area network, dan security. Biaya perolehan dari masing-masing infrastruktur
akan diuraikan lebih lanjut berikut ini.
1. Hardware
Infrastruktur hardware yang digunakan di Bank X berupa unit PC dan komputer.
Untuk pengadaan PC Bank X mengadakan kerja sama dengan produsen komputer
IBM dimana seluruh unit PC yang digunakan menggunakan IBM. Sedangkan untuk
printer terdapat beberapa merk yang digunakan yaitu Epson LQ2180, HP inkjet,
176
OKI, dan IBM. Biaya perolehan untuk 1 unit PC sebesar Rp 6.640.000 dan untuk 1
unit printer sebesar Rp 5.000.000. Setiap tahunnya 10% dari jumlah hardware
digantikan dengan yang baru. Total biaya hingga tahun 2007 sebesar Rp
21.770.712.269,69
Tabel 4.32
Biaya Infrastruktur Hardware (dalam juta Rupiah )
Nama Infrastruktur Tahun Biaya
Hardware
2007 2.782.800.000.002006 2.533.000.000,002005 2.304.636.363,642004 2.089.033.057,852003 1.899.393.688,962002 1.727.812.444,512001 1.567.284.040,462000 1.426.712.764,051999 1.291.920.694,591998 1.173.655.176,901997 1.074.595.615,371996 974.359.650,331995 925.508.773,03
TOTAL 21.770.712.269,69Sumber: Bank X, 2007
2. Software license
Untuk mendukung kegiatan operasional dan administratif perbankan, Bank X telah
mengembangkan sebuah sistem aplikasi utama yaitu ICBS dan aplikasi-aplikasi
lainnya baik yang dikembangkan sendiri maupun oleh vendor sehingga software
yang digunakan hanya software untuk sistem operasi komputer yaitu Windows dan
software Microsoft Office sebagai aplikasi pendukung. Dengan asumsi terjadi