bab 2 landasan teori -...
TRANSCRIPT
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012:4) sistem informasi adalah
sekumpulan komponen komputer yang mengumpulkan, memproses, menyimpan
dan menyediakan output informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-
tugas bisnis.
Menurut Rainer, Cegielski & Prince (2015:31) sistem informasi melakukan
perencanaan, pengembangan, pengaturan dan penggunaan alat teknologi informasi
untuk mendukung dalam melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan proses
informasi dan manajemen
Sistem informasi menurut Laudon & Laudon (2007:14) didefinisikan secara
teknis yaitu, sebagai suatu komponen yang saling terkait digunakan untuk
mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk
mendukung pengambilan keputusan dan pengendalian serta membantu manajer
dan para pekerja dalam menganalisis permasalahan yang terjadi didalam suatu
organisasi.
Menurut O’Brien & Marakas (2013:6), sistem informasi adalah sebuah
kombinasi terstruktur dari people (orang), hardware (perangkat keras), software
(piranti lunak), computer networks dan data communications (jaringan
komunikasi), serta database (basis data) yang mengumpulkan, mengelola dan
menyebarkan informasi di dalam suatu organisasi.
2.1.2 Manfaat Sistem Informasi
Manfaat dari sistem informasi menurut O’Brien & Marakas (2013:23)
adalah :
• Mendukung fungsi area bisnis yang mencakup marketing, operational,
finance, accounting dan human resources management untuk mencapai
suatu tujuan
• Meningkatkan efisiensi proses produksi, produktivitas para pekerja dan
memberikan pelayanan serta kepuasan pelanggan
14
• Sebagai sumber informasi utama dalam mendukung pengambilan keputusan
yang diambil oleh para manajer
• Mendukung pengembangan produk dan jasa agar lebih kompetitif dalam
menghadapi persaingan global
• Menjadi komponen utama dalam sumber daya infrastruktur
2.1.3 Aktivitas sistem Informasi
Terdapat 5 aktivitas dalam sistem informasi menurut O’Brien & Marakas
(2013:33), yaitu :
1. Input of data resources
Data dari transaksi bisnis dan kegiatan lainnya harus ditangkap dan siap
untuk diolah oleh aktivitas input. Kegiatan entri data seperti merekam dan
mengedit. Pengguna akhir memasukkan data secara langsung ke sistem
komputer atau merekam data transaksi pada beberapa jenis media fisik
seperti bentuk kertas.
2. Processing of data into information
Data juga akan mengalami kegiatan pengolahan atau pemrosesan, seperti
dihitung, dibandingkan, disortir, dikelompokkan, dan diringkas. Kegiatan
ini mengatur, menganalisis, dan memanipulasi data, sehingga mengubahnya
menjadi informasi berguna bagi pengguna akhir.
3. Output of information products
Setelah melalui kegitan input data dan proses data, maka terdapat hasil atau
output, bisa berupa pesan, laporan, surat, gambar grafis yang dapat
ditampilkan melalui video, audio, kertas, dan bentuk multimedia lainnya.
4. Storage of data resources
Penyimpanan adalah komponen dasar dari sistem informasi. Aktivitas
penyimpanan sitsem informasi merupakan aktivitas dimana data disimpan
secara terorganisir agar dapat digunakan nantinya .
5. Control of system performance
Sistem informasi harus menghasilkan umpan balik dari input, proses,
output, dan kegiatan penyimpanan. Umpan balik tersebut harus dipantau
dan dievaluasi untuk menentukan bahwa sistem telah memenuhi standar
kinerja yang ditetapkan.
15
2.2. Sistem Informasi Manajemen
Menurut McLeod & Schell (2007:10) Sistem Informasi Manajemen
diartikan sebagai sebuah sistem berbasis komputer yang menghasilkan informasi
untuk para pengguna yang memiliki kebutuhan serupa.
Menurut O’Brien & Marakas (2013:422) adalah jenis awal dari sistem
informasi yang dikembangkan untuk mendukung pengambilan keputusan
manajerial. Sistem Informasi Manajemen (SIM) akan menghasilkan informasi
yang mendukung kebutuhan pengambilan keputusan harian dari para manajer dan
praktisi bisnis.
2.3 Customer Relationship Management
2.3.1 Pengertian Customer Relationship Management
Menurut Rainer, Cegielski, & Prince (2015:265), Customer Relationship
Management (CRM) adalah strategi organisasi yang berfokus pada pelanggan dan
didorong oleh pelanggan. Artinya adalah organisasi berkonsentrasi untuk
memuaskan pelanggan dengan mengakses infromasi kebutuhan dan keinginan
pelanggan, kemudian menyediakan pelayanan dengan kualitas tinggi dan
responsive.
Buttle & Maklan (2015:4) mengatakan, CRM adalah strategi utama bagi
bisnis yang mengintegrasikan proses dan fungsi internal, dengan jaringan
eksternal, untuk menciptakan dan menyapaikan suatu nilai kepada pelanggan
sesuai dengan apa yang diharapkan dan dibutuhkan pelanggan berdasarkan data
pelanggan.
Kotler & Armstrong (2014:369) menyatakan, CRM adalah keseluruhan
proses dari membangun dan mempertahankan hubungan dengan pelanggan yang
menguntungkan yaitu dengan memberikan nilai dan kepuasaan pelanggan itu
sendiri. Terdiri dari aspek-aspek seperti: mendapatkan pelanggan baru,
meningkatkan, dan menjaga hubungan dengan pelanggan.
Ditambahkan Kotler & Armstrong (2014:34), kunci untuk membangun
hubungan dengan pelanggan adalah menciptakan nilai pelanggan yang unggul dan
kepuasan atas pelanggan. Pelanggan yang puas lebih mungkin untuk menjadi
pelanggan setia dan memberikan perusahaan keuntungan yang lebih besar dari
bisnis mereka.
16
2.3.2 Tujuan dan Manfaat CRM
CRM pada dasarnya bertujuan membantu perusahaan untuk mengenali dan
melayani sesuai denga kebutuhan serta harapan pelanggan (Kumar & Reinartz,
2012:5). Menurut Tjiptono (2005:427) dalam penerapannya CRM memiliki
beberapa tujuan, yaitu:
• Mendapatkan pelanggan baru
Walaupun CRM fokus pada menjaga hubungan jangka panjang dengan
pelanggan, disamping itu CRM juga memiliki tujuan untuk mendapatkan
pelanggan baru. Pemanfaatan proses yang terintegrasi membantu perusaan
melebarkan pangsa pasar.
• Memahami apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan para pelanggan.
Memanfaatkan informasi tentang pelanggan untuk memberikan pelayanan
yang lebih baik. Menggunakan informasi pelanggan untuk melayani
kebutuhannya dengan baik, organisasi dapat menghemat waktu pelanggan
dan mengurangi ketidakpuasan.
• Mempertahankan pelanggan yang mendatangkan keuntungan
Meningkatkan pemahaman perusahaan tentang kebutuhan pelanggan dan
memenuhi harapan dari pelanggan, sehingga terciptanya loyalitas
pelanggan terhadap perusahaan.
• Meningkatkan hubungan dengan pelanggan yang menguntungkan
Memaksimalkan hubungan antara pelanggan dengan perusahaan melalui
penjualan produk dengan kualitas yang lebih tinggi (up-selling) dan
penjualan produk pelengkap (cross-selling), pada saat bersamaan
meningkatkan keuntungan dengan mengidentifikasi, menarik dan
mempertahankan pelanggan-pelanggan yang terbaik.
Berdasarkan pendapat Widjaja (2008:10) ada beberapa manfaat dari CRM,
yaitu:
• Menumbuhkan loyalitas pelanggan
Dengan aplikasi CRM memungkinkan organisasi untuk memanfaatkan
informasi pelanggan, baik itu didapatkan melalui website, call center, atau
dari staff pemasaran dan pelayanan di lapangan. Informasi ini
memungkinkan penjualan dan pelayanan yang lebih baik lagi karena
17
organisasi mengetahui informasi pelanggan baik berupa informasi apa yang
diinginkan oleh pelanggan maupun kebutuhan pelanggan
• Mengurangi biaya
Aplikasi CRM juga memungkinkan untuk mengurangi biaya yang
dikeluarkan untuk penjualan atau pelayanan dalam sebuah program
pemasaran yang spesifik dan terfokus. Penjualan dan pelayanan yang
diberikan akan sampai pada pelanggan yang tepat dan pada waktu yang
tepat pula.
• Meningkatkan efisiensi operasional
Dengan adanya otomatisasi penjualan dan pelayanan dapat mengurangi
resiko turunya kualitas pelayanan. Misalnya dalam penggunaan teknologi
web dan call, akan mengurangi hambatan birokrasi dan biaya serta proses
administrative yang mungkin muncul.
• Meningkatkan time to market
Aplikasi CRM memungkinkan organisasi untuk membawa produknya ke
pasar menjadi lebih cepat didukung dengan informasi pelanggan yang lebih
baik. Adanaya data trend pembelian, integrasi dengan aplikasi ERP dan
penjulan yang dilakukan di web, maka waktu, letak geografis, sampai
ketersediaan sumber data tidak menjadi hambatan bagi organisasi.
• Peningkatan pendapatan
Aplikasi CRM menumbuhkan peningkatkan pendapatan dan keuntungan
organisasi. Dengan aplikasi CRM, organisasi dapat melakukan penjualan
dan pelayanan melalui web sehingga peluang dari penjualan besar dan
pangsa pasar luas secara global.
2.3.3 Komponen CRM
Dikatakan oleh Rainer, Cegielski, Prince (2015:272), Dalam organisasi
sistem CRM terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
1. Operational CRM
CRM operasional merupakan komponen pendukung proses bisnis yang
terjadi dibagian front-office. Proses yang dimaksud adalah serangkaian
proses interaksi langsung dengan pelanggan seperti penjualan, pemasaran,
dan pelayanan. Dan terdapat dua komponen utama dalam CRM operasional
yaitu customer facing applications dan customer-touching applications.
18
Jenis aplikasi yang termasuk customer-facing applications adalah customer
service and support, sales force automation, marketing, dan campaign
management. Sedangkan untuk jenis aplikasi yang termasuk customer-
touching applications adalah search and comparison capabilities, FAQ, e-
mail otomatis.
2. Analytical CRM
Pada saat operational CRM mendukung proses bisnis yang terjadi di front-
office, analytical CRM menganalisa perilaku dan persepsi pelanggan yang
dapat digunakan untuk menyediakan actionable business intelligence.
Misalnya, menyediakan informasi atas permintaan dan transaksi dari
pelanggan, serta reaksi pelanggan tehadap pemasaran, penjualan, dan
pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan. Selain itu, sistem ini juga
menyediakan model statistik dari perilaku pelanggan dan nilai dari
customer relationship. Yang termasuk teknologi analytical CRM adalah
data warehouses, data mining, decision support, dan teknologi business
intelligence. Setelah berbagai analisa telah lengkap, informasi akan tersedia
untuk perusahaan dalam bentuk laporan dan panel digital.
Gambar 2.1 Komponen CRM
Sumber : Rainer, Cegielski, & Prince (2015)
19
2.3.4 Tipe CRM
CRM yang merupakan sebuah strategi untuk menjaga hubungan dengan
pelanggan, memiliki beberapa tipe yang dapat diterapkan dalam suatu perusahaan.
Buttle & Maklan (2015:12) mengkategorikan ada empat tipe CRM, yaitu sebagai
berikut :
1. Strategic CRM
Fokus dari strategic CRM ialah pengembangan budaya perusahaan yang
mengutamakan pelanggan. Hal tersebut dilakukan untuk memenangkan dan
menjaga pelanggan dengan memberikan nilai lebih dibandingkan dengan
yang dilakukan para pesaing lain. Saat ini belum banyak perusahaan yang
menerapkan fokus utama perusahaannya adalah pelanggan. Karena, untuk
bisa menjadi fokus utama dalam perusahaan, fokus pelanggan harus
bersaing dengan fokus lainnya. Kotler & Amstrong (2014:31)
mengidentifikasi tiga fokus bisnis perusahaan, yaitu :
• Fokus produk
Fokus pada produk berarti perusahaan percaya bahwa pelanggan akan
memilih produk berdasarkan kualitas dan fitur yang ditawarkan. Pada
fokus ini, seringkali suara pelanggan diabaikan dalam pembuatan
keputusan. Dan manajemen sering kali mengasumsikan secara sepihak
tentang kebutuhan pelanggan. Akibatnya, produk yang dihasilkan tidak
sesuai dengan harapan pelanggan dan terlalu berlebihan, hal tersebut
tentu saja menjadikan harga produk menjadi lebih mahal.
• Fokus pada Produksi
Fokus pada produksi berarti perusahaan percaya bahwa pelanggan akan
memilih produk berdasarkan harga yang terbaik. Dengan berfokus pada
produksi, maka perusahaan akan menghemat biaya serendah-
rendahnya.
• Fokus penjualan
Fokus pada penjualan berarti perusahaan percaya bahwa dengan
banyaknya iklan, anggota public relations dan promosi, akan
mempengaruhi pelanggan untuk membeli. Fokus ini biasanya diikuti
dengan fokus pada produksi. Membuat produk dengan harga terbaik,
akan menjadi keunggulan perusahaan saat promosi.
2. Operational CRM
20
Operational CRM berfokus pada otomatisasi proses dalam menghadapi
pelanggan, seperti penjualan, pemasaran dan layanan pelanggan yang
terotomatisasi dan terintegrasi.
2. Analytic CRM
Fokus dari analytic CRM adalah pada menangkap, menyimpan,
mengekstrak, mengintegrasi, mengolah, menampilkan, menyebarkan,
menggunakan dan melaporkan data yang berkaitan dengan pelanggan untuk
tujuan meningkatkan nilai pelanggan dan perusahaan. Analytic CRM dibuat
berdasarkan informasi yang berkaitan dengan para pelanggan. Data
pelanggan yang dimaksud bisa berupa data penjualan (sejarah pembelian),
data finasial (sejarah pembayaran, nilai kredit), data pemasran (respon dari
iklan dan skema loyalitas) dan data pelayanan.
Bagi pelanggan analytic CRM dapat memberikan informasi yang sesuai
dengan kebutuhan, personalisasi dan solusi dari permasalahan pelanggan.
Sedangkan bagi perusahaan, analytic CRM dapat menjadi peluang bagi
perusahaan untuk melakukan cross selling dan up selling.
3. Collaborative CRM
Collabotive CRM menerapkan teknologi diseluruh area lintas fungsi
organisasi agar dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan lintas
organisasi, dengan pandangan dapat mengoptimalkan perusahaan, mitra
perusahaan dan nilai pelanggan. Meskipun teknologi yang digunakan
sederhana, collaborative CRM biasanya dilengkapi dengan teknologi baru,
misalnya seperti Electronic Data Interchange, portal, chat, forum, email.
2.3.5 Fase CRM
Agar dapat lebih terarah dan berjalan sesuai dengan fungsinya, CRM
memiliki beberapa tahapan. Menurut O’Brien & Marakas (2013:331) ada tiga fase
CRM yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
21
Gambar 2.2 Fase CRM
Sumber : O’Brien & Marakas (2013)
1. Acquire
Sebuah bisnis bergantung pada perangkat lunak CRM dan database yang
digunakan untuk memperoleh pelanggan baru melalui manajemen kontak
dari pelanggan, penjualan kepada pelanggan yang berpotensi, penjualan,
pemasaran langsung, dan pemenuhan permintaan. Tujuan fase acquire
adalah membantu pelanggan merasakan nilai dari sebuah produk unggulan
yang ditawarkan oleh perusahaan.
2. Enhance
Web memberikan kemudahan bagi CRM untuk melakukan manajemen
kontak, Iayanan pelanggan, dan alat-alat bantu lainnya, membantu
pelanggan merasa senang dengan layanan yang unggul dan respon yang
diberikan oleh seluruh anggota perusahaan, baik dari anggota pemasaran,
layanan, bahkan dari mitra bisnis. CRM juga mendukung perusahaan
melakukan cross sell dan up sell untuk meningkatkan keuntungan. Nilai
yang akan dirasakan pelanggan adalah kemudahan berbelanja dalam
memenuhi kebutuhannya dengan harga yang menarik.
3. Retain
Pemanfaatan perangkat lunak analisis dan database CRM membantu
perusahaan untuk melakukan analisa, identifikasi, dan menentukan
pelanggan yang paling menguntungkan dan setia untuk dipertahankan.
22
Dengan begitu nilai yang akan dirasakan oleh pelanggan adalah mendapat
hubungan pelanggan yang lebih personal dengan perusahaan.
2.3.6 Elemen CRM
Terdapat 3 elemen dari Customer Relationship Management menurut Long
et al. (2013) sebagai berikut :
1. Behavior of Employee
Dalam jurnalnya Long dan Khalafinezhad (2012), “Seorang karyawan
menegaskan perilaku karyawan organisasi kemungkinan dapat memperkuat
hubungan antara konsumen dan perusahaan”. Perilaku karyawan dapat
diterapkan oleh beberapa metode seperti:
• Meningkatkan kecepatan respon karyawan kepada pelanggan.
• Memastikan karyawan ramah dan hormat kepada pelanggan
• Karyawan untuk menunjukkan perhatian dan kepedulian kepada pelanggan.
2. Relationship Development
Membangun hubungan terutama melibatkan penelitian struktur dan
pengolahan hubungan antara pelanggan dan pemasok. Hakansson & Snehota
(dalam Long et al., 2013) berpendapat bahwa proses pembangunan hubungan
menyangkut interaksi di mana koneksi telah dikembangkan antara dua pihak
dan struktur hubungan mencakup 3 lapisan termasuk hubungan aktivitas,
sumber daya dan obligasi aktor yang dapat digunakan untuk mengkarakterisasi
sifat hubungan antara pelanggan dan organisasi. Pengembangan hubungan
diimplementaikan oleh beberapa metode seperti:
• Menginformasikan pelanggan tentang promosi, diskon dan fasilitas lain dari
organisasi.
• Mendorong pelanggan untuk membeli lebih banyak.
• Untuk meyakinkan pelanggan bahwa umpan balik mereka ditanggapi.
3. Quality of Services
Menurut Gee et al. (2008) dalam upaya untuk memahami faktor-faktor yang
menyebabkan kepuasan pelanggan, konsep kualitas pelayanan semakin umum.
Studi menunjukkan bahwa kualitas pelayanan memiliki efek positif pada
kepuasan, bahwa kepuasan konsumen memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap loyalitas pelanggan, dan kemudian profitabilitas perusahaan. Kualitas
pelayanan dapat dilaksanakan oleh beberapa metode seperti:
23
• Harapan pelanggan mendapat tingkat pelayanan yang baik dan memiliki
banyak jenis produk.
• Menyediakan produk-produk berkualitas baik dengan harga yang wajar.
• Untuk menangani keluhan pelanggan tentang produk dan layanan.
2.4. Electronic Customer Relationship Management (E-CRM)
2.4.1 Pengertian e-CRM
Menurut Chaffey (2011:455), e-CRM adalah memanfaatkan teknologi
komunikasi digital untuk memaksimalkan penjualan kepada pelanggan yang ada
dan terus mendukung penggunaan layanan online.
Sedangkan menurut Turban (2012:259), e-CRM adalah sebuah manajemen
hubungan dengan pelanggan yang dilakukan secara elektronik.
2.4.2 Tujuan dan Manfaat e-CRM
Chaffey (2011:486) menjelaskan tujuan dari e-CRM bukan sekedar
pemanfaatan internet atau elektronik dibelakang CRM, tetapi pemanfaatan
teknologi, database, transformasi online, penggunaan web dan sebagainya yang
mendukung perusahaan untuk memantau prilaku para pelanggan.
Menurut Chaffey (2011:487), terdapat beberapa manfaat yang didapatkan
perusahaan dalam menerapkan e-CRM, yaitu antara lain :
1. Penargetan lebih efektif dalam hal biaya (Targeting more cost-effectively)
Menggunakan targeting secara tradisional, misalkan untuk mail secara
langsung, biasanya berdasarkan pada daftar mailing dari orang-orang yang
telah terdaftar, berarti tidak semua orang yang dihubungi merupakan target
pasar. Dengan penggunaan e-CRM masalah tersebut dapat diatasi, dimana
perusahaan menghubungi pelanggannya sesuai target pasar dengan lebih
baik.
2. Mencapai penyesuaian untuk massa pesanan pemasaran (Achieve mass
customization of the marketing messages)
Pemanfaatan teknologi memungkinkan perusahaan untuk mengirim mail
langsung kepada pelanggan yang tepat dan dengan biaya rendah.
3. Meningkatkan kedalaman, memperluas dan sifat alami dari hubungan itu
sendiri (Increase depth, breadth, and nature of relationship)
24
Pemanfaatan internet memberikan kemudahan bagi perusahaan dalam
menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh para pelanggan
4. Sebuah pembelajaran dari hubungan bisa dicapai dengan menggunakan
peralatan yang berbeda dalam seluruh siklus hidup pelanggan (A learning
relationship can be achieved using different tools throughout the customer
lifecyle)
Penggunaan fitur-fitur dengan dukungan penggunaan internet tentunya
memberikan proses operasional perusahaan yang berkaitan dengan
pelanggan menjadi lebih efisien
5. Biaya yang lebih rendah (Lower cost)
Menghubungi pelanggan dengan email atau pelanggan mengunjungi situs
web, perusahaan dapat mengurangi biaya pengeluaran yang lebih rendah
dibandingkan dengan menggunakan physical mail.
2.4.3 Peralatan e-CRM
Menurut Rainer, Prince, & Cegielski (2015:270), Alat-alat atau tools yang
digunakan untuk mendukung penerapan e-CRM, diantaranya adalah :
• Search and Comparison Capabilities
Diperuntukkan bagi pelanggan yang kesulitan dalam melakukan pencarian
apa yang mereka inginkan berdasarkan parameter produk atau layanan
yang tersedia pada website.
• Technical and Other Information and Services
Perusahaan menawarkan pengalaman pribadi untuk mendorong pelanggan
untuk melakukan pembelian atau untuk tetap setia
• Personalisasi Halaman Web (Personalized Web Page)
Halaman web digunakan untuk mencatat pembelian dan preferensi
pelanggan, dengan begitu perusahaan dapat menghadirkan informasi sesuai
kebutuhan dari tiap pelanggan.
• FAQs
Frequently Asked Question (FAQs) merupakan sebuah alat sederhana dan
tidak mahal yang dapat digunakan perusahaan untuk menangani pertayaan
yang sering ditanyakan oleh para pelanggan.
• E-mail and Automated Response
25
Email dan Automated response dapat digunakan perusahaan untuk
mengirim informasi, konfirmasi dan membangun hubungan dengan para
pelanggan.
• Customized Products and Service
Menyediakan fasilitas kustomisasi massal, yaitu proses di mana pelanggan
dapat mengkonfigurasi produk sesuai dengan keinginan masing-masing
pelanggan.
• Loyalty Programs
Mengenali pelanggan yang sudah berulang kali menggunakan produk atau
jasa perusahaan.
2.5. Customer Satisfaction
Menurut Kotler & Armstrong (2012:35), kepuasan pelanggan merupakan
tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan hasil yang dirasakan dengan
harapannya. Seorang pelanggan akan mengalami berbagai tingkat kepuasan bila
kinerja produk dan produk yang dihasilkan sesuai dengan harapannya, dan akan
merasa tidak puas bila barang yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapannya. Hal
yang sama juga dijelaskan oleh Zeithaml, et.al. (2006), bahwa yang dimaksud
dengan kepuasan pelanggan merupakan respon pemenuhan dari konsumen. Hal ini
merupakan penilaian mengenai bentuk dari produk dan layanan, atau mengenai
produk atau layanan itu sendiri, dalam menyediakan tingkat kepuasan dari
konsumsi yang terpenuhi.
Dalam jurnalnya Liu et al. (2012) mengatakan bahwa penilaian kepuasan
pelanggan memerlukan harapan dan pengetahuan tentang kinerja produk atau jasa
sehingga mengarah ke penentuan tingkat kepuasan, yang merupakan penilaian
secara keseluruhan pelanggan dari harga produk, kualitas produk pelanggan,
efisiensi operasi dan layanan sistem internal perusahaan, sikap layanan staf,
pengetahuan profesional, dan kemampuan, kinerja perusahaan secara keseluruhan,
dan kedekatan perusahaan untuk menjadi perusahaan yang ideal. Untuk mengukur
Customer Satisfaction menurut Liu et al (2012), yaitu :
• Services satisfaction adalah sebuah layanan yang didapatkan sesuai dengan
harapan pelanggan berdasarkan penilaian pelanggan efisiensi operasi dan
layanan sistem internal perusahaan, sikap staf layanan, pengetahuan
profesional, dan kemampuan, kinerja perusahaan secara keseluruhan
26
• Product Satisfaction adalah sebuah produk yang didapatkan sesuai dengan
harapan pelanggan berdasarkan penilaian pelanggan dari harga produk,
kualitas produk pelanggan
2.6 Customer Loyalty
2.6.1 Pengertian Customer Loyalty
Jones & Sasser (dalam Liu et al., 2012) mendefinisikan loyalitas pelanggan
sebagai “niat pelanggan untuk membeli produk atau jasa lagi di masa depan.
Mereka percaya bahwa ada dua jenis loyalitas pelanggan”. Singh & Sirdeshmukh
(dalam Liu et al., 2012) “loyalitas pelanggan adalah kecenderungan perilaku
kesediaan konsumen untuk terus mempertahankan hubungan dengan penyedia
layanan”.
2.6.2 Elemen Customer Loyalty
Berdasarkan pengukuran dimensional pada loyalitas pelanggan yang
dilakukan oleh Liu et al. (2012) terdapat 2 elemen loyalitas pelanggan, yaitu :
• Loyalty, yang merupakan kesetiaan yang benar dan tidak mengalami
perubahan,
• Loyalty switch, dimana pelanggan dapat memilih untuk segera pergi ketika
menemukan produk atau layanan yang lebih baik.
2.7. Analisis Kompetitif : Porter Five Forces
Menurut David (2013:105), model lima kekuatan porter adalah analisis
tentang kompetitif dengan menggunakan pendekatan secara luas untuk untuk
mendukung pengembangan strategi di berbagai sektor industri. Menurut Porter di
dalam buku David (2013:105), hakikat persaingan di suatu industri tertentu dapat
dipandang sebagai perpaduan dari lima kekuatan, yaitu antara lain :
1. Persaingan antar perusahaan saingan
Persaingan antar perusahaan saingan nenberikan pengaruh paling kuat
dalam lima model kekuatan porter. Perusahaan akan memenangkan pasar
jika perusahaan tersebut dapat menciptakan keunggulan kompetitif, yang
berarti keunggulan tersebut tidak dimiliki oleh perusahaan lain.
2. Potensi masuknya pesaing baru
27
Pesaing dapat muncul kapan pun, selama tidak adanya hambatan atau
mudahnya untuk memasuk industri pasar tersebut. Dan biasanya pemain
baru muncul dengan harga yang lebih kompetitif, kualitas lebih unggul.
Maka dari itu perusahaan harus mampu membangun hambatan untuk
masuk ke industri pasar yang digeluti. Hambatan dapat berupa keunggulan
yang dimiliki perusahaan sehingga pemain baru berpikir dua kali untuk
memasuki pasar. Selain itu, perusahaan perlu melakukan identifikasi
kemungkinan perusahaan yang baru masuk pasar dan monitoring dari
strategi para pemain baru, serta melakukan penyerangan jika hal tersebut
diperlukan.
3. Potensi pengembangan produk-produk pengganti
Hadirnya produk-produk pengganti menjadi salah satu ancaman bagi
perusahaan. Besarnya tekanan persaingan yang berasal dari produk
pengganti ditunjukkan dengan rencana pesaing dalam melebarkan kapasitas
produksi, selain dari angka penjualan dan pertumbuhan laba. Kekuatan
persaingan produk pesaing dapat diukur melalui penelitian pada pangsa
pasar yang berhasil diraih produk tersebut, dan juga dari rencana
perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan penetrasi pasar.
4. Daya tawar pemasok
Daya tawar pemasok memberikan pengaruh intensitas kompetisi disuatu
sektor industri, terutama ketika adanya sejumlah besar pemasok, ketika
hanya terdapat beberapa bahan mentah pengganti yang bagus, atau ketika
biaya peralihan ke bahan mentah lain lebih mahal.
5. Daya tawar konsumen
Ketika konsumen melakukan pembelian dalam volume atau jumlah besar,
daya tawar konsumen dapat menggambarkan kekuatan besar yang
memengaruhi intensitas persaingan di suatu sektor industri. Perusahaan
dapat meminimalkan daya tawar pelanggan dengan cara menghasilkan
produk atau jasa yang unggul dan terdiferensiasi. Konsumen memiliki daya
tawar yang semakin tinggi dalam keadaan- keadaan sebagai berikut :
1. Jika konsumen dengan mudah dan murah beralih ke merek atau
pengganti pesaing.
2. Jika mereka menepati tempat terpenting bagi penjualan.
3. Jika perusahaan mengalami penurunan permintaan dari konsumen.
28
4. Jika mereka memegang informasi tentang produk, harga, dan biaya
penjual,
5. Jika mereka memiliki kendali tentang apa dan kapan mereka bisa
membeli produk.
Gambar 2.3 Model Lima Kekuatan Porter
Sumber : David (2013)
2.8. Analisis Perumusan Strategi
Menurut David (2013:204) perumusan strategi menggunakan tiga tahap
yaitu tahap input, tahap pencocokan, dan tahap kepututsan. Tahap input
menggunakan matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE), dan Evaluasi Faktor
Internal (EFI) tahap pencocokan menggunakan matriks SWOT dan matriks
Internal-Eksternal (IE), dan pada tahap keputusan menggunakan matriks
Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).
2.8.1 Tahap Masukan
Menurut David (2011:208) alat-alat input mendorong para penyusun
strategi untuk mengukur subjektivitas selama tahap awal proses perumusan
strategi. Membuat berbagai keputusan kecil dalam matriks input menyangkut
signifikasi relatif faktor-faktor eksternal dan internal memungkinkan para
penyusun strategi untuk secara lebih efektif menciptakan serta mengevaluasi
strategi alternatif. Penilaian intuitif yang baik selalu dibutuhkan dalam menentukan
bobot dan peringkat yang tepat. Dalam tahap ini, dilakukan perangkuman dari
29
masukan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi. Tahap yang
digunakan dalam penulisan ini terdiri dari Matriks EFE, Matriks IFE.
1. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Menurut David (2011:112), matriks EFE memungkinkan perusahaan
melakukan strategi untuk merangkum atau mengevaluasi fakto-faktor
eksternal seperti informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis,
lingkungan, politik, pemerintahan, hukum dan teknologi, serta persaingan.
Matriks EFE dapat dikembangkan melalui 5 langkah:
1. Buatlah daftar faktor – faktor eksternal utama yang diidentifikasi dalam
proses audit eksternal,termasuk total 15- 20 faktor, peluang dan
ancaman, yang mempengaruhi perusahaan juga industrinya. Daftar
peluangnya terlebih dahulu, baru kemudian ancamannya. Buatlah
menjadi lebih spesifik dengan rasio, persentase, dan nilai perbandingan
yang memungkinkan.
2. Berilah bobot pada setiap faktor dengan rentang 0.0 (tidak penting)
sampai dengan 1.0 (sangat penting). Bobot ini, menunjukan
kepentingan relatif dari faktor tersebut untuk keberhasilan didalam
industri perusahaan. Peluang biasanya mendapatkan nilai bobot lebih
tinggi dibandingkan dengan ancaman, tetapi ancaman juga dapat
menerima bobot yang lebih tinggi apabila sifatnya benar-benar
mengancam perusahaan. Total dari semua bobot yang diberikan pada
faktor haruslah berjumlah 1,0.
3. Berilah peringkat antara 1 sampai 4 kepada setiap faktor eksternal
untuk menunjukan seberapa efektif perusahaan dapat merespon faktor
tersebut, dimana 4 = respon sangat baik, 3 = respon diatas rata – rata,
2 = respon rata – rata, 1 = respon buruk. Sangatlah penting untuk
diketahui bahwa peluang maupun ancaman bisa mendapatkan
peringkat 1, 2, 3, atau 4.
4. Kalikan setiap bobot dan peringkat dari setiap faktor untuk menentukan
nilai rata-rata.
5. Jumlahkan nilai rata-rata untuk setiap variabel untuk menentukan total
skor terbobot untuk organisasi.
Jumlah total rata-rata akan berkisar antara 1.0 untuk yang paling rendah dan
4.0 untuk yang paling tinggi dengan nilai rata – rata 2.5, tidak peduli berapa
30
banyak jumlah faktor yang diimasukkan. Total nilai rata-rata sebesar 4.0
menunjukan bahwa organisasi merespon dengan sangat baik terhadap
peluang dan ancaman yang ada didalam industrinya. Total nilai rata-rata 1.0
menunjukan bahwa strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau
tidak menghindari ancaman eksternal.
2. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
David (2011:154), mengungkapkan matriks IFE merupakan alat untuk
meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dari berbagai
area fungsional perusahaan. Penilaian intuitif perlu dilakukan dalam
membuat matriks IFE. Mengembangkan matriks IFE, dapat dilakukan
dengan menggunakan 5 langkah :
1. Buatlah daftar faktor internal utama sebagaimana teridentifikasi dalam
proses audit internal. Gunakan 10 faktor internal terpenting, termasuk
kekuatan maupun kelemhannya. Daftar kekuatan terlebih dahulu dan
kemudian kelemahan. Gunakan persentasi rasiodan angka
perbandingan.
2. Berikan bobot dengan kisaran nilai 0,0 (tidak penting) sampai 1,0
(terpenting) pada setiap faktor. Bobot ini menunjukkan pentingnya
faktor tersebut menunjang keberhasilan perusahaan. Jumlah dari semua
bobot harus 1,0. Bobot didasarkan pada keadaaan industri.
3. Berikan bobot 1–4 pada setiap faktor untuk menunjukan apakah faktor
tersebut merupakan kelemahan terbesar (peringkat = 1) , kelemahan
kecil (peringkat = 2), kekuatan kecil (peringkat = 3) atau kekuatan
besar (peringkat = 4). Pemberian peringkat didasarkan pada keadaan
perusahaan.
4. Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai
dibobot pada setiap variable.
5. Jumlahkan nilai bobot dari masing-masing variabel untuk menentukan
total nilai bobot organisasi.
31
2.8.2 Tahap Pencocokan
Menurut David (2013:205) tahap ini berfokus pada menghasilkan alternatif-
alternatif startegi yang memungkinkan dengan dasar dari kunci faktor-faktor
eksternal dan internal. Tahap yang digunakan pada penulisan ini terdiri dari
Matriks SWOT, dan Matriks IE.
1. Matriks SWOT
Menurut David (2013:206) matriks SWOT membantu pengembangan 4
jenis strategi. Dalam mengembangkan matriks SWOT, digunakan faktor
internal dan eksternal, dan ke empat strategi tersebut ialah :
• Strategi SO (strength-opportunities)
Strategi yang memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk
menarik keuntungan dari peluang yang ada diluar perusahaan.
Perusahaan atau organisasi mengharapkan kekuatan internal dapat
dimanfaatkan untuk mengambil keuntungan dari berbagai tren dan
kejadian yang ada diluar perusahaan.
• Strategi WO (weakness-opportunities)
Tujuan dari strategi ini adalah, memperbaiki kelemahan internal dengan
cara mengambil keuntungan yang berasal dari peluang eksternal.
• Strategi ST (strength-threat)
Strategi ini memanfaatkan kekuatan sebuah perusahaan untuk
menghindari atau mengurangi resiko ancaman yang berasal dari
eksternal perusahaan. Hal tidak berarti bahwa suatu organisasi yang kuat
harus selalu menghadapi ancaman secara langsung di dalam lingkungan
eksternal.
• Strategi WT (weakness – threat)
Merupakan strategi taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi
kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal yang dihadapi
oleh perusahaan. Jika sebuah perusahaan atau organisasi mengalami
berbagai ancaman eksternal dan internal, maka perusahaan atau
organisasi tersebut harus berjuang untuk dapat bertahan dalam usahanya.
32
Tabel 2.1 Matriks SWOT
Sumber : David (2013)
2. Internal-External Matrix (Matriks IE)
Menurut David (2013:217), matriks IE memposisikan perusahaan kedalam
sembilan sel. Matriks IE berdasarkan total nilai rata-rata IFE pada sumbu x
dan total nilai rata-rata EFE pada sumbu y.
Sumber : David(2013)
Pada diagram tersebut dapat diidentifikasi 9 sel strategi, tetapi pada
prinsipnya kesembilan sel tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 strategi
utama, yaitu :
1. Growth Strategy (sel 1,2,4) merupakan pertumbuhan perusahaan itu
sendiri atau upaya diversifikasi. Strategi yang terdapat pada sel ini
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Peluang (O) Strategi SO Strategi WO
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
Gambar 2.4 Matriks IE
33
adalah penetrasi pasar, pengembangan produk, integrasi ke belakang,
integrasi kedepan dan integrasi horizontal.
2. Stability Strategy (sel 3,5,7) adalah strategi yang diterapkan tanpa
mengubah arah strategi yang diterapkan. Strategi yang terdapat pada sel
ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk
3. Retenchment Strategy (sel 6,8,9) adalah usaha memperkecil atau
mengurangi usaha yang dilakukan oleh perusahaan. Strategi yang
terdapat pada sel ini adalah divestasi, diversifikasi, likuiditas.
2.8.3 Tahap Keputusan
Menurut David (2011:220) tahap ini melibatkan teknik tunggal, yaitu
Quantitive Strategic Planning Matrix (Matriks QSPM). Matriks ini menggunakan
informasi masukan pada tahap pertama untuk secara objektif mengevaluasi
strategi-strategi alternatif yang memungkinkan telah diidentifikasi pada tahap
kedua. QSPM akan menunjukkan hubungan ketertarikan antara alternatif-alternatif
strategi dengan demikian dapat menyediakan dasar yang objektif untuk memilih
strategi yang spesifik. Langkah-langkah untuk membuat matriks QSPM adalah :
1. Buatlah daftar peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan
internal dikolom kiri QSPM yang informasinya diambil dari matriks IFE dan
EFE.
2. Beri bobot pada setiap faktor internal dan eksternal disebelah kanan kolom
dengan bobot yang nilainya sama dengan bobot pada matriks IFE dan EFE.
3. Periksa matriks-matriks yang dibuat pada tahap kedua, dan kemudian
tentukan strategi alternatif yang bisa diterapkan. Lalu tuliskan strategi-
strategi tersebut pada kolom atas matriks QSPM lalu kelompokkan pada
rangkaian yang saling eksklusif jika mungkin.
4. Tentukanlah nilai daya tarik, Attractivenes Score (AS) yang didefinisikan
sebagai angka yang menunjukkan daya tarik alternatif masing-masing
strategi pada suatu rangkaian alternatif tertentu. Nilai daya tarik ditentukan
dengan memeriksa masing-masing faktor eksternal atau internal, satu per
satu, sambil mengajukan pertanyaan, “apakah faktor ini mempengaruhi
strategi yang dibuat?”, jika jawaban atas pertanyaan tersebut adalah “ya”,
maka strategi tersebut harus dibandingkan secara relatif dengan faktor kunci.
Khususnya, nilai daya tarik harus diberikan pada masing-masing strategi
34
untuk menunjukkan daya tarik relatif suatu strategi terhadap yang lain,
dengan mempertimbangkan faktor tertentu.
Kategori nilainya adalah :
1= tidak menarik
2= agak menarik
3= menarik
4 = sangat menarik
Jika jawabannya “tidak”, maka masing-masing faktor kunci tidak memiliki
pengaruh atas pilihan yang dibuat. Karena itu perlu diberi nilai pada
rangkaian daya dengan memberi tanda garis (-). Yang perlu diperhatikan
adalah jika kita memberi nilai pada satu strategi, maka kita harus memberi
nilai pula pada strategi lainnya. Dan jika satu strategi menerima nilai garis (-
), maka seluruh strategi berada dalam satu baris harus menerima nilai garis (-
).
4. Hitunglah nilai total daya tarik, Total Attractiveness Score (TAS).
Didefinisikan sebagai hasil mengkalikan bobot dengan nilai daya tarik di
masing-masing baris. Total nilai daya tarik menunjukkan daya tarik relatif
dari masing-masing strategi alternatif, dengan hanya mempertimbangkan
dampak dari faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal yang
berdekatan. Semakin tinggi total nilai daya tarik, semakin menarik strategi
alternatif tersebut.
Hitunglah jumlah total nilai daya tarik. Jumlahkan total nilai daya tarik di
masing-masing kolom strategi QSPM. Jumlah total nilai daya tarik, Sum Total
Attractiveness Score (STAS) mengungkapkan strategi yang paling menarik dalam
masing-masing rangkaian alternatif. Semakin tinggi nilainya menunjukkan
semakin menarik strategi tersebut, dengan mempertimbangkan semua faktor kritis
internal dan eksternal yang berkaitan dapat mempengaruhi keputusan-keputusan
strategis. Besarnya perbedaan di antara jumlah total nilai daya tarik dalam suatu
rangkaian strategi-strategi alternatif menunjukkan tingkat relatif dikehendakinya
suatu strategi daripada yang lain.
35
Sumber : David (2011)
2.9 Analisis Jalur (Path Analysis)
2.9.1 Pengertian Analisis Jalur (Path Analysis)
Riduwan & Kuncoro (2012:1), menyatakan path analysis adalah sebuah
metode untuk menganalisis pola hubungan antar variabel, dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh langsung ataupun tidak langsung dari seperangkat variabel
bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Model path analysis sering
disebut sebagai model sebab-akibat.
Ditambahkan oleh Ridwan dan Kuncoro (2012:115), mengutip dari
perkataan Al Rasyid, bahwa penelitian sosial tidak hanya mengungkapkan
hubungan antar variabel, tetapi juga fokus pada upaya mengungkapkan hubungan
kausal antar variabel.
Tabel 2.2 Hubungan Pengaruh Variabel Dalam Path Analysis
Kategori Hubungan Pengaruh Variabel
0.1 – 0.09 Lemah
0.10 – 0.29 Sedang
0.30 > Kuat
Sumber : Riduwan & Kuncoro (2012)
Selain itu Riduwan & Kuncoro (2012:2), menambahkan bahwa ada
beberapa asumsi yang menjadi dasar dari path analysis, yaitu sebagai berikut:
1. Model path analysis, hubungan antar variable bersifat linier, adaptif dan
bersifat normal
Gambar 2.5 Matriks QSPM
36
2. Hanya aliran sistem kausal ke satu arah artinya tidak ada arah kausalitas
yang berbalik
3. Variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukur interval dan ratio
4. Menggunakan sampel probability sampling yang merupakan teknik
pengambilan sampel untuk memberikan peluang yang sama pada setiap
anggota populasi agar dipilih menjadi anggota sampel
5. Observed variables diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid
dan reliable), maksudnya adalah, variabel yang diteliti dapat diobservasi
secara langsung
6. Model analisis yang diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori-teori
dan konsep-konsep yang berkaitan, artinya model teori yang dikaji atau
dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang mampu menjelaskan
hubungan kausalitas antar variable yang akan diteliti.
Path analysis menggunakan dua model anak panah, yaitu:
1. Anak panah satu arah merepresentasikan pengaruh langsung dari sebuah
variable eksogen [variable penyebab (X)] terhadap sebuah variable endogen
[variable akibat(Y)], misalnya:
2. Anak panah dua anak merepresentasikan hubungan korelasional antara
variable eksogen, misalnya
2.9.2 Tujuan dan Manfaat Path Analysis
Tujuan dari Path Analysis menurut Riduwan & Kuncoro (2012:2) adalah
untuk mengukur pengaruh langsung maupun tidak langsung dari setiap jalur yang
terpisah dalam suatu sistem dan kemudian menemukan tingkat dimana variasi dari
dampak yang telah ditentukan oleh setiap penyebab particular. Metode ini
beragntung pada kombinasi pengetahuan tingkat korelasi diantara variabel-variabel
dalam suatu sistem dengan pengetahuan as may possessed dari hubungan sebab
akibat
Riduwan & Kuncoro (2012:2) menyebutkan beberapa manfaat dari
penggunaan metode path analysis, yaitu adalah :
1. Penjelasan atas fenomena yang dipelajari atau diteliti.
2. Memberikan prediksi nilai variabel berdasarkan variabel bebas dan
prediksinya bersifat kualitatif.
37
3. Mengetahui faktor determinan, merupakan variabel bebas mana yang
berpengaruh dominan terhadap varibel terikat dan digunakan untuk
menelusuri jalur- jalur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
4. Pengujian Model menggunakan theory trimming, baik untuk uji realibilitas
yang telah ada ataupun ujung pengembangan konsep baru
2.9.3 Langkah Uji Path Analysis
Riduwan & Kuncoro (2012:116) menyebutkan beberapa langkah yang
dilakukan dalam pengujian path analisis, yaitu sebagai berikut :
1. Merumuskan hipotesis dan membuat persamaan struktural
Struktur: Y = ρyx1 X1 + ρyx2 X2 + ρy ε1
2. Menghitung koefisien jalur berdasarkan pada koefisien regresi
• Menggambar diagram alur dengan lengkap, tentukan sub-sub
strukturnya dan rumuskan persamaan strukturalnya sesuai hipotesis
yang telah diajukan. Hipotesis: Naik atau turunnya variable endogen
(Y) dipengaruhi secara signifikan oleh variable eksogen (X1 dan X2).
• Menghitung koefisien regresi dari struktur yang sudah
dirumuskan. Hitung koefisien regresi untuk struktur yang sudah
dirumuskan: Persamaan regresi ganda: Y = a + b1X1 + b1X2 + ε1
Sebenarnya, koefisien jalur (path) adalah koefisien regresi yang
distandarkan yaitu koefisien regresi dihitung dari basis data yang telah
diatur dalam angka baku atau Z-score (data diatur dengan nilai rata-rata
= 0 dan standar deviasi = 1). Koefisien jalur yang distandarkan
(standardize path coefficient) tidak digunakan untuk memprediksi
tetapi untuk menjelaskan besarnya pengaruh variabel bebas (eksogen)
terhadap variabel lain yang diberlakukan sebagai variabel terikat
(endogen). Koefisien path ditunjukkan oleh output yang dinamakan
Coefficient atau dikenal dengan nilai Beta. Jika ada diagram jalur
sederhana memiliki satu unsur hubungan antara variabel eksogen
dengan variabel endogen, maka koefisien path-nya adalah sama dengan
koefisien korelasi r sederhana.
3. Menghitung koefisien jalur dengan bersamaan atau simultan.
Uji secara bersamaan atau simultan hipotesis statistik dirumuskan sebagai
berikut :
38
Ha: ρyx1 = ρyx2 = ....... = ρyxk ≠ 0
Ho: ρyx1 = ρyx2 = …….. = ρyxk = 0
• Kaidah pengujian signifikansi secara manual, menggunakan Tabel F
Keterangan:
n= jumlah sampel
k= jumlah variable eksogen
R2yxk= R square
Jika F hitung ≥ F tabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan F hitung ≤ F
tabel, terima Ho artinya tidak signifikan
Dengan taraf signifikan (α) = 0,05 mencari nilai F tabel menggunakan
Tabel F dengan menggunakan rumus:
F tabel = F {(1-α) (dk=k), (dk=n-k-1) atau F {(1-α) (v1=k), (v2=n-k-1)}
Cara mencari F tabel : nilai (dk=k) atau V1 disebut sebagai nilai pembilang
dan nilai (dk=n-k-1) atau V2 disebut sebagai nilai penyebut.
• Kaidah pengujian signifikansi dengan menggunakan program SPSS
- Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho ditolak dan Ha
diterima, yang artinya signifikan.
- Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha
diterima, yang artinya signifikan.
4. Menghitung koefisien jalur
Hipotesis penelitian diuji dengan rumus hipotesis statistik :
Ha: ρyx1 > 0
Ho: pyx1 = 0
Secara individual uji statistic yang digunakan adalah uji t, yang dihitung
menggunakan rumus.
5. Meringkas dan membuat kesimpulan
39
2.9.4 Model Path Analysis
Gambar 2.6 Jenis Umum Model Path Analysis
Sumber : Riduwan & Kuncoro (2012)
2.10 Desain Penelitian
2.10.1 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2014:187), pengumpulan data bisa dilakukan dalam
berbagai setting, sumber dan cara. Dari sisi setting-an, data dikumpulkan dari
setting alamiah (natural setting), di laboratorium menggunakan metode
eksperimen, di rumah menggunakan berbagai responden, di suatu seminar, diskusi,
di jalan dan lainya. Jika dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data bisa
menggunakan data primer dan sekunder. Data primer merupakan sumber data yang
didapatkan langsung dari sumbernya, dan data sekunder adalah sumber tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, maka teknik pengumpulan
data bisa melalui interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi
(pengamatan), dan gabungan ketiganya. Berikut penjelasanya:
• Wawancara (Interview)
Terdapat 2 jenis wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan tidak
terstruktur :
1. Wawancara terstruktur
Merupakan teknik pengumpulan data, dimana seorang peneliti atau
pengumpul data sudah mengetahui informasi dengan pasti informasi
yang dibutuhkan. Dalam wawancara terstruktur para pengumpul data
telah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
40
jawabannya pun telah disiapkan. Setiap responden dalam wawancara
terstruktur diberikan pertanyaan yang sama dan pengumpul data
mencatatnya.
2. Wawancara tidak terstruktur
Merupakan jenis wawancara bebas, dimana peneliti tidak
menggunakan panduan atau pedoman untuk pengumpulan datanya.
Yang menjadi pedoman dalam wawancara tidak terstruktur hanya
garis besar dari permasalahan yang akan ditanyakan. Jenis wawancara
ini sering digunakan untuk penelitian pendahuluan atau malahan
untuk penelitian lebih mendalam tentang responden.
• Kuesioner
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan cara yang efisien bila
peneliti tahu variabel yang akan diukur. Selain itu, kuesioner juga cocok
digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah luas.
Teknik pengumpulan data ini dapat dilakukan baik bertemu langsung
dengan responden ataupun melalui pos dan internet.
• Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang melalui suatu proses
kompleks. Cara ini digunakan bila, penelitian berkaitan dengan tingkah
laku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang
akan diteliti jumlahnya tidak terlalu besar.
2.10.2 Data Penelitian
Menurut Sugiyono (2014:5), ada dua tipe data yaitu, data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan bisa dalam bentuk kata,
kalimat, ataupun gambar. Sedangkan data kuantitatif adalah data dalam bentuk
angka, atau data kualitatif yang diubah menjadi angka (skoring : baik= 3, kurang
baik = 2, dan tidak baik = 1).
41
2.10.3 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2014:63), variabel penelitian adalah sesuatu yang
berbentuk apa saja, telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diamati
dengan tujuan mendapatkan informasi dari variabel tersebut dan menarik
kesimpulan. Dapat dirumuskan juga bahwa, variabel penelitian merupakan suatu
atribut, sifat atau nilai dari orang, objek, ataupun dari kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu untuk dipelajari oleh peneliti dan ditarik kesimpulannya.
2.10.4 Populasi dan Sampel
Populasi menurut Riduwan & Kuncoro (2012:38) adalah keseluruhan dari
karakteristik atau unit hasil pengukuraan yang menjadi objek penelitian atau
populasi merupakan suatu objek atau subjek yang berkaitan dengan masalah
penelitian dan berada pada suatu wilayah serta memenuhi syarat-syarat tertentu.
Selain itu, Riduwan & Kuncoro (2012:49) menyebutkan bahwa sampel
merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu
sesuai dengan hal yang akan diteliti. Atau bisa dikatakan, sampel adalah sebagian
atau perwakilan dari populasi sehingga hasil penelitian yang diperoleh dari sampel
bisa digeneralisasikan pada populasi.
Sedangkan menurut Sugiyono (2012:116), sampel merupakan bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Karena nilai populasi besar,
dan peneliti tidak mungkin mengamati dan memepelajari semua populasi, maka
digunakanlah sampel yang dapat mewakilkan populasi.
2.10.5 Teknik Sampling
Menurut Riduwan & Kuncoro (2012:41) teknik penarikan sampel adalah
cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Teknik sampling
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
• Probability Sampling
Merupakan teknik pengambilan sampling dengan memberikan peluang
sama untuk setiap anggota populasi yang menjadi sampel.
• Nonprobability Sampling
Merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang
sama untuk setiap populasi sebagai sampel.
42
2.10.6 Menentukan Jumlah Sampel
Menurut Riduwan & Kuncoro (2012:49) terdapat rumus untuk menentukan
jumlah sampel dari populasi dengan menggunakan rumus Slovin :
Keterangan:
n = Sampel
N = Populasi
e = Batas toleransi kesalahan
Sarwono (2010:7) menyatakan terdapat ukuran sampel yang memadai untuk
analisis yaitu, menggunakan sampel minimal 100 dengan tingkat kesalahan 10%
untuk memperoleh hasil analisis yang signifikan dan lebih akurat. Untuk idealnya
besar sampel sebesar 400 – 1000 (tingkat kesalahan 5%).
2.10.7 Skala Pengukuran
Menurut Sugiyono (2014:135), skala pengukuran adalah sebuah acuan atau
pedoman yang telah disepakati untuk menentukan panjang dan pendeknya interval
yang terdapat dalam alat ukur, sehingga, bila digunakan akan menghasilkan data
kuantitatif.
Jenis skala yang digunakan untuk pengukuran dalam penelitian pada
penilisan ini adalah skala Likert. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seorang atau sekelompok orang mengenai fenomena sosial.
Fenomena sosial ini telah ditentukan secara spesifik oleh peneliti sehingga muncul
variabel penelitian yang digunakan untuk pengukuran. Dengan skala Likert, maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
2.10.8 Uji Validitas dan Reliabilitas
Menurut Riduwan & Kuncoro (2012:216), validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahan pada suatu alat ukur misalnya
pada kuesioner. Sedangkan uji reliabilitas menurut Riduwan & Kuncoro
(2012:220) dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan dari alat pengumpul
data dengan pertanyaan (instrumen) yang digunakan.
43
2.10.9 Uji Normalitas
Menurut Priyatno (2008:28), uji normalitas digunakan untuk mengetahui
apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan
untuk mengukur data berskala ordinal, interval atau rasio. Adapun kriteria
pengujian normalitas sebagai berikut:
• Jika angka signifikansi uji Kolmogorov Smirnov Sig > 0.05, maka data
berdistribusi normal
• Jika angka signifikansi uji Kolmogorov Smirnov Sig < 0.05, maka data
berdistribusi tidak normal
2.10.10 Analisis Korelasi Sederhana (Pearson Correlation)
Menurut Sarjono & Julianita (2011:85), Analisis korelasi memiliki tujuan
yaitu untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antar dua atau lebih variabel.
Suatu hubungan erat dinyatakan dalam koefisien korelasi atau korelasi.
Perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan pearson correlation memiliki
syarat bahwa data harus berdistribusi normal.
Korelasi Pearson dilambangkan dengan (r), dengan ketentuan nilai r tidak
lebih dari harga (-1 < r < + 1), maka dapat diartikan, Jika nilai r mendekati +1,
maka hubungan antar variabel sangat kuat dan positif (searah) sedangkan jika nilai
r mendekati -1, maka hubungan antar variabel sangat kuat dan negatif (belawanan
arah).
Tabel 2.3 Interpretasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,40 – 0,599 Cukup Kuat
0,20 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
Sumber : Sarjono & Julianita (2011)
Ketika nilai r (+) artinya hubungan bersifat searah dan jika nilai r(-)
artinya sifat hubungan berlawanan arah. Besarnya sumbangan variabel x dan y
dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut :
KP = r2 x 100%
44
Keterangan :
KP = nilai koefisien determinan
r = nilai koefisien korelasi
2.11 Analisis dan Perancangan Sistem
2.11.1 Sistem
O’Brien & Marakas (2013:26), mendefinisikan sistem sebagai sekumpulan
komponen yang saling berkaitan dan berkerjasama untuk mencapai suatu tujuan
yang sama.
Sistem menurut Satzinger, Jackson & Burd (2005:6) adalah sekumpulan
komponenen terpisah dan saling berhubungan yang menjalankan suatu fungsi
bersamaan untuk mencapai suatu tujuan tetentu.
Selain itu, McLeod & Schell (2007:9) mengatakan bahwa sistem adalah
sekumpulan komponene yang saling terintegrasi dan memiliki tujuan yang sama.
2.11.2 Analisis Sistem
Analisis sistem dibutuhkan agar sistem yang dirancang berjalan sesuai
perencanaan dan hasilnya sesuai dengan kebutuhan dan juga harapan. Satzinger,
Jackson & Burd (2005:4) mengatakan analisis sitem adalah sebuah proses untuk
memahami dan mengerti sistem informasi secara menyeluruh yang nantinya akan
digunakan sebagai rekomendasi dalam membangun sistem informasi.
Menurut McLeod & Schell (2007:190), analisis sistem adalah sebuah
penelitian dari sistem yang sudah ada dengan tujuan untuk memperbaharui sistem.
Analisis sistem melibatkan analis sistem bekerjasama dengan para manajer dan
komite pengarah Sistem Informasi Manajemen pada titk-titik penting
2.11.3 Perancangan Sistem
Setelah analisis sistem dilakukan, langkah selanjutnya adalah membuat
perancangan sistem yang akan dibangun. Sistem yang dibangun harus dapat
menjawab kebutuhan sistem. O’Brien & Marakas (2013:416) mengatakan,
perancangan sistem adalah sebuah cara dalam membangun sistem sesuai dengan
tujuan.
45
Selain itu Satzinger, Jackson & Burd (2005:4) juga mengatakan
perancangan sistem adalah proses untuk menentukan secara detail komponen-
komponen dari sistem informasi yang akan diimplemntasikan secara fisik.
2.12 Object-Oriented Analysis and Design
Menurut Satzinger, Jackson & Burd (2005:60), Object-Oriented Analysis
(OOA) mendefinisikan semua tipe objek yang melakukan pekerjaan dalam suatu
sistem dan menunjukkan interaksi dari pengguna yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas.
Menurut Satzinger, Jackson & Burd (2005:60), Object-Oriented Design
(OOD), mendefinisikan semua tipe tambahan dari objek yang diperlukan untuk
dapat berkomunikasi dengan orang dan perangkat yang ada didalam sistem,
menunjukan bagaimana objek dapat menyelesaikan tugas, dan menyesuaikan dan
menyempurnakan tiap – tiap tipe objek sehingga dapat diimplementasikan dengan
bahasa atau lingkungan tertentu.
Menurut Whitten et al. (2009:25), object oriented analysis and design
(OOAD) merupakan suatu kumpulan alat dan teknik untuk mengembangkan suatu
sistem yang akan menggunakan teknologi objek untuk membangun sebuah sistem
dan piranti lunak.
2.13 Unified Modeling Language (UM L)
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:48), Unified Modeling Language
(UML) adalah serangkaian standar konstruksi model dan notasi yang dikembangkan
secara khusus untuk pengembangan object-oriented
2.12.1 Activity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2012:57), activity diagram adalah
sebuah diagram alur yang menggambarkan aktivitas dari pengguna ataupun sistem.
Activity diagram sesuai dengan urutan proses.
Activity diagram memiliki beberapa notasi, yaitu sebagai berikut :
• Swimlane
Bentuknya persegi panjang, menggambarkan sebuah aktivitas dari aktor
tunggal dalam satu area
• Starting activity (Pseudo)
46
Sebuah lingkaran hitam, digunakan untuk menandakan mulainya (start)
suatu aktivitas
• Transation arrow
Garis dengan tanda panah yang menggambarkan urutan dari aktivitas.
• Activity
Berbentuk oval yang mendeskripsikan aktivitas intividu didalam sebuah
swimlane
• Ending activity (pseudo)
Sebuah lingkaran yang ditangahnya terdapat lingkaran hitam berukuran
lebih kecil dari lingkaran lapisan luarnya. Ending activity menandakan
berakhirnya suatu aktivitas
• Synchronization bar
Notasi yang digunakan untuk mengatur pemisahaan dan penyatuan aktivitas
yang dilakukan secara bersamaan tetapi terjadi pada aktor yang berbeda.
Gambar 2.7 Notasi Activity Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd (2012:58)
2.12.2 Use Case Diagram
Menurut Satzinger, Jackson & Burd (2012:78), use case diagram
menggambarkan aktivitas atau interaksi yang terjadi antara pengguna dengan
sistem. Para pengguna sistem didalam use case disebut actor. Actor merupakan
orang atau benda yang berinteraksi langsung dengan sistem.
47
Gambar 2.8 Contoh Use Case diagram
Sumber : Satzinger, Jackson,& Burd (2012)
2.13.3 Use Case Description
Menurut Satzinger, Jackson & Burd (2012:121), use case description
adalah penjelasan secara lengkap atau deskripsi terkait dengan aktivitas proses
yang ada pada use case diagram.
Gambar 2.9 Contoh Use Case Description
48
2.12.4 Domain Class Diagram
Satzinger, Jackson & Burd (2005:184) mengatakan, domain class diagam
merupakan sebuah diagram yang menggambarkan semua hal penting yang di
gunakan oleh pengguna.
Notasi domain class diagram terdiri dari kotak persegi yang
merepresentasikan sebuah class dan garis penghubung yang merepresentasikan
asosiasi antara class. Sebuah class terdiri dari tiga bagian yaitu, class name,
attribute, dan method.
Hubungan antara satu class denga class lainya di representasikan dengan
multiplicity. Ditambahkan oleh Satzinger, Jackson & Burd (2005: 188), ada enam
multiplicity :
Tabel 2.4 Multiplicity
Multiplicity Notasi
Zero to one (optional) 0..1
One and only one (mandatory) 1
One and only one alternate (mandatory) 1..1
Zero or more (optional) 0..*
Zero or more alternate (optional) *
One or more (mandatory) 1..*
Sumber : Satzinger, Jackson & Burd (2005
Gambar 2.10 Domain class diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd (2012: 101)
49
2.12.5 Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:316), Sequence Diagram
merupakan diagram yang menggambarkan eksekusi operations pada sebuah object
yang melibatkan pemanggilan operations pada object lain. Object tersebut
kemudian diurutkan dari kiri ke kanan, aktor yang melakukan interaksi berada di
paling kiri dari bagian diagram
Satzinger, Jackson & Burd (2005:315) menambahkan, sequence diagram
dikategorikan menjadi tiga bagian system sequence diagram, first-cut sequence dan
multi layer sequence. Dalam penulisan ini digunakan multi layer sequence.
Gambar 2.11 Contoh Multi Layer Sequence
Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd (2012)
50
2.12.6 User Interface
Menurut Satzinger (2005: 442) User Interface merupakan bagian dari sebuah
sistem informasi yang membutuhkan interaksi dari para pengguna untuk membuat
input dan output. User interface digunakan oleh pengguna sebagai media untuk
berinteraksi dengan suatu sistem. User interfaces memungkinkan pengguna
berinteraksi dengan komputer untuk menyimpan transaksi. Biasanya output
dihasilkan berdasarkan interaksi dari pengguna.
Gambar 2.12 Contoh User Interface
Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd (2005)
51
2.12.7 Navigation Diagram
Menurut Mathiassen et al. (2000:344), diagram navigasi adalah statechart
diagram khusus yang berfokus pada keseluruhan antar muka pengguna yang
dinamis. Diagram ini menunjukkan window yang berkaitan dan transisi di antara
window-window tersebut.
Gambar 2.13 Notasi Navigation Diagram
Sumber : Mathiassen et al. (2000:344)
52
2.13 Kerangka Pikir
Gambar 2.14 Kerangka Berpikir Sumber : Peneliti (2015)