bab 3 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab3/2007-3-00489-tisi bab 3.pdf ·...

70
BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi Menurut Baroto (2002, p13), proses produksi adalah aktivitas bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan teknis, dan lain-lain. Proses produksi merupakan tindakan nyata dan dapat dilihat. Proses produksi merupakan tindakan nyata dan dapat dilihat, misalkan proses pengolahan bahan baku menjadi komponen, proses perakitan komponen menjadi sub-assembly, dan proses perakitan sub-assembly menjadi produk jadi. Maka dari itu perencanaan dan pengendalian produksi adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut. Aktivitas yang berada dalam ruang lingkup perencanaan dan pengendalian produksi antara lain: Mengelola pesanan dari pelanggan Meramalkan permintaan Mengelola persediaan Menyusun rencana agregat Membuat jadwal induk produksi Merencanakan kebutuhan bahan baku Melakukan penjadwalan pada mesin atau fasilitas produksi Monitoring dan pelaporan pembebanan kerja dibanding kapasitas produksi Evaluasi skenario pembebanan dan kapasitas

Upload: hoangminh

Post on 08-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

BAB 3

LANDASAN TEORI

3.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Menurut Baroto (2002, p13), proses produksi adalah aktivitas bagaimana membuat

produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan teknis, dan

lain-lain. Proses produksi merupakan tindakan nyata dan dapat dilihat. Proses produksi

merupakan tindakan nyata dan dapat dilihat, misalkan proses pengolahan bahan baku

menjadi komponen, proses perakitan komponen menjadi sub-assembly, dan proses

perakitan sub-assembly menjadi produk jadi. Maka dari itu perencanaan dan

pengendalian produksi adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut.

Aktivitas yang berada dalam ruang lingkup perencanaan dan pengendalian

produksi antara lain:

• Mengelola pesanan dari pelanggan

• Meramalkan permintaan

• Mengelola persediaan

• Menyusun rencana agregat

• Membuat jadwal induk produksi

• Merencanakan kebutuhan bahan baku

• Melakukan penjadwalan pada mesin atau fasilitas produksi

• Monitoring dan pelaporan pembebanan kerja dibanding kapasitas produksi

• Evaluasi skenario pembebanan dan kapasitas

Page 2: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

19

Semua teknik PPC / sistem produksi bertujuan untuk merencanakan dan

mengendalikan produksi agar lebih efisien, efektif, produktif, dan optimal. Beberapa

jenis sistem produksi yang lazim digunakan dalam perusahaan-perusahaan adalah:

1. sistem produksi proyek

2. Flexible Control System

3. sistem produksi Material Requirement Planning

4. sistem produksi Just in Time

5. Optimized Production Technology

6. Continuous Process Control System

Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat

diklasifikasikan menjadi tipe-tipe berikut:

• Engineering to order (ETO), penyiapan fasilitas sampai pembuatan dalam

memenuhi pesanan dilakukan oleh perusahaan. Produk yang dipesan

biasanya berjumlah satu unit dan memiliki spesifikasi yang sangat berbeda

antara pesanan yang satu dengan yang lainnya. Aktivitas yang terlibat

dalam pembuatannya sangat banyak.

• Made to order (MTO), pesanan yang diterima disesuaikan dengan fasilitas

produksi yang dimiliki perusahaan.

• Assembly to order (ATO), untuk memenuhi permintaan, perakitan

dilakukan dengan fasilitas yang dimiliki perusahaan.

• Made to stock (MTS) , perusahaan memproduksi dengan cara menyimpan

hasil produksinya untuk memenuhi permintaan, dan tidak melayani

pesanan.

Page 3: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

20

Berdasarkan cara memproduksi (berhubungan dengan pengaturan fasilitas

produksi), produksi dapat dikelompokan menjadi:

1. produksi flow shop

2. produksi fleksibel (Flexible Manufacturing Systems)

3. produksi job shop, biasanya untuk volume produksi batch.

4. produksi kontinu, biasanya untuk volume produksi massal.

3.2 Persediaan

3.2.1 Definisi Persediaan

Menurut Taylor (2004, p692), persediaan adalah sekumpulan barang yang

disimpan oleh perusahaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Menurut Render dan Heizer (2001, p314), persediaan merupakan salah satu aset yang

paling mahal di banyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang

diinvestasikan.

3.2.2 Penyebab Persediaan

Persediaan merupakan suatu hal yang tidak terhindarkan. Penyebab timbulnya

persediaan adalah sebagai berikut (Baroto, 2002, p53).

• Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan terhadap suatu barang

tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia

sebelumnya. Untuk menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk

pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan hal yang

sulit dihindarkan.

Page 4: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

21

• Keinginan untuk meredam ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat

permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu

kedatangan. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan adanya persediaan.

• Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan

besar dari kenaikan harga di masa mendatang.

3.2.3 Jenis-Jenis Persediaan

Persediaan dapat dibedakan atas beberapa tipe yaitu (Baroto, 2002 p52).

• Supplies (persediaan bahan pembantu), yaitu barang persediaan yang

diperlukan dalam proses produksi tetapi bukan merupakan bagian dari

produk jadi.

• Komponen, yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian-bagian (parts)

yang diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi sendiri untuk

digunakan dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi.

• Raw Materials (persediaan bahan mentah), yaitu barang persediaan yang

dibeli atau dipasok dari supplier yang akan dijadikan sebagai masukan

dalam proses produksi.

• In-process (persediaan barang dalam proses), yaitu persediaan barang yang

merupakan keluaran dari suatu bagian proses produksi, yang masih perlu

diolah atau diproses lebih lanjut lagi untuk menjadi produk jadi.

• Finished goods (persediaan barang jadi), yaitu persediaan barang yang

sudah diproses dan siap untuk dikirim ke pelanggan.

Page 5: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

22

3.2.4 Fungsi Persediaan

Persediaan memiliki berbagai fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari

operasi suatu perusahaan. Ada enam fungsi persediaan yaitu (Render dan Haizer, 2001,

p314)

• Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi

permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.

• Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya bila permintaan

hanya tinggi pada musim panas, persediaan dapat diadakan selama musim

dingin untuk menghindari biaya kehabisan stok.

• Untuk mengambil keuntungan dari potongan harga dari pembelian dalam

jumlah besar.

• Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.

• Untuk menghindari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca,

kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat.

• Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan

menggunakan barang-barang dalam proses dalam persediaannya.

3.2.5 Biaya-Biaya Persediaan

Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai

akibat persediaan. Biaya-biaya tersebut antara lain (Baroto, 2002, pp55-56).

1. Biaya pemesanan itu semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang

dari pemasok.

Page 6: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

23

2. Biaya penyiapan (set up cost) yaitu semua biaya yang timbul dalam mempersiapkan

produksi. Biaya ini terjadi bila barang sediaan diproduksi sendiri dan tidak membeli

dari pemasok.

3. Biaya penyimpanan yaitu biaya yang dikeluarkan dalam penanganan / penyimpanan

material, produk setengah jadi, sub-assembly, ataupun produk jadi. Biaya

penyimpanan meliputi biaya-biaya lain seperti:

a. Biaya kesempatan. Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan

modal, padahal modal ini dapat diinvestasikan di tempat lain. Biaya ini

merupakan opportunity cost yang hilang karena menyimpan persediaan.

b. Biaya simpan. Termasuk dalam biaya simpan adalah biaya sewa gudang,

asuransi, pajak, administrasi, pemindahan, kerusakan, dan penyusutan.

c. Biaya keusangan. Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai

karena perubahan teknologi.

d. Biaya-biaya lain yang bersifat variabel tergantung pada jumlah item.

4. Biaya kekurangan persediaan. Bila perusahaan kehabisan barang saat ada

permintaan, maka akan terjadi stock out. Stock out menimbulkan kerugian berupa

biaya akibat kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan atau kehilangan

pelanggan yang kecewa. Biaya stock out dapat dihitung dari:

a. Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi, biasanya diukur dari keuntungan yang

hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan.

b. Waktu pemenuhan, diukur dari lamanya persediaan habis sehingga proses

produksi terhenti dan perusahaan tidak mendapatkan keuntungan.

Page 7: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

24

c. Biaya pengadaan darurat. Agar konsumen tidak kecewa, maka dapat

dilakukan pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya lebih besar

ketimbang biaya pengadaan normal.

3.3 Perencanaan Proses

3.3.1 Pengertian Perencanaan Proses

Menurut Handoko (1993, p139), perencanaan Proses adalah suatu perencanaan

awal terhadap proses pembuatan produk, hal ini berisi bagaimana produk tersebut akan

dibuat (hal ini menentukan apakah suatu komponen akan dibuat atau dibeli dari

supplier), memilih fokus proses, menentukan mesin dan peralatan yang digunakan.

3.3.2 Alat bantu perencanaan proses

Beberapa alat bantu yang digunakan dalam perencanaan proses antara lain:

• Struktur Produk

Menurut Fogarty et al. (1991, pp336-337), struktur produk adalah suatu

diagram yang menggambarkan susunan hirarki dari komponen-komponen

pembentuk suatu produk akhir.

Manfaat Struktur Produk adalah :

1. Mengetahui berapa jumlah item penyusunan suatu produk akhir.

2. Memberikan rincian mengenai komponen apa saja yang dibutuhkan untuk

menghasilkan suatu produk.

Berikut adalah contoh struktur produk sederhana.

Page 8: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

25

B C D E

A

Sumber:Fogarty et al. (1991, p338)

Gambar 3.1 Contoh Struktur Produk

• Bill Of Material (BOM)

Bill of Material (BOM) merupakan rangkaian struktur semua komponen

yang digunakan untuk memproduksi barang jadi sesuai dengan Master

Production Scheduling. Bill of Material (BOM) adalah daftar dari bahan,

material atau komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur atau membuat

produk akhir.

Menurut Render dan Heizer (2001, p360), Bill Of Material dibagi menjadi:

1. Bill Of Material yang berupa modul (modular bills)

Bill Of Material dapat diatur di seputar modul produk. Modul bukan

merupakan produk akhir yang akan dijual, tapi merupakan komponen yang dapat

diproduksi dan dirakit menjadi satu unit produk. Modul-modul ini mungkin

merupakan komponen inti dari suatu produk akhir atau pilihan produk. Bill Of

Material untuk modul-modul tersebut disebut modular bill.

2. Bill untuk perencanaan dan Phantom Bills

Ada lagi jenis Bill Of Material yang lain. Yaitu meliputi bill untuk

perencanaan dan Phantom Bills. Bill untuk perencanaan diciptakan agar dapat

Page 9: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

26

menugaskan induk buatan kepada Bill Of Materialnya. Bill untuk perencanaan

mungkin juga dikenal sebagai sebutan pseudo bill atau angka peralatan. Phantom

Bill Of Material adalah Bill Of Material untuk komponen, biasanya sub-sub

perakitan yang hanya ada sementara waktu. Bill ini langsung bergerak ke

perakitan lainnya. Sehingga bill ini diberi kode agar diperlakukan secara khusus;

lead timenya nol dan ditangani sebagai bahan integral dari bahan induknya.

Phantom bill tidak pernah dimasukkan kedalam persediaan.

Ada beberapa format dari Bill of Material (BOM) yaitu:

• Single-Level BOM

BOM yang menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu level

komponen-komponen pembentuknya.

• Multi-Level BOM

BOM yang menggambarkan struktur produk lengkap dari level 0 sampai

level paling bawah.

• Indented BOM

BOM yang dilengkapi dengan informasi level setiap komponen.

• Summarized BOM

BOM yang dilengkapi dengan jumlah total tiap komponen yang

dibutuhkan.

• Peta Rakitan

Menurut Apple (1990, p137), peta rakitan atau assembly chart adalah

gambaran grafis dari urutan-urutan aliran komponen dan rakitan-bagian ke dalam

rakitan suatu produk. Peta rakitan menunjukkan cara yang mudah dipahami

Page 10: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

27

tentang komponen-komponen yang membentuk produk, bagaimana komponen

ini bergabung bersama, komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian,

dan aliran komponen ke dalam sebuah rakitan.

Contoh peta rakitan dapat dilihat pada gambar 3.2.

Sumber: Apple (1990, p138)

Gambar 3.2 Contoh Assembly Chart

Page 11: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

28

Keterangan:

Lingkaran berdiameter 6 mm yang diberi nomor dan ditempatkan di pojok

kiri menunjukkan komponen rakitan yang berdiri sendiri. Pada sebelah kanan lingkaran

dituliskan nama komponen.

Lingkaran berdiameter 8 mm yang diberi kode A-1 dan menjadi hulu dari

garis-garis yang berasal dari lingkaran lain merupakan proses perakitan / assembly dari

produk tersebut. Bila komponen assembly membutuhkan komponen rakitan lain, maka

komponen tersebut akan disebut sub-assembly dan diberi koda SA-1, SSA-1, dan seterus

dengan pemberian angka yang spesifik.

Kotak dengan kode I yang diberi nomor berarti Inspection atau

pemeriksaan.

Segitiga terbalik dengan kode S berarti Storage atau penyimpanan.

3.4 Peramalan

3.4.1 Definisi Peramalan

Menurut Render dan Heizer (2001, p46), peramalan adalah seni dan ilmu

memprediksi peristiwa-peristiwa masa depan. Secara lebih rinci peramalan menurut

Makridakis (1999,p14) adalah suatu kemampuan untuk memperkirakan / menduga

keadaan permintaan produk di masa datang yang tidak pasti.

Peramalan memerlukan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke

masa depan dengan beberapa bentuk model matematis.

Page 12: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

29

3.4.2 Jangka Waktu

Peramalan dikelompokan menjadi tiga jenis berdasarkan jangka waktu masa depan

yang mendasarinya.

1. Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan dengan rentang waktu

mencapai satu tahun tetapi umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan

jangka pendek digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan

kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan, dan tingkat produksi.

2. Peramalan jangka menengah, yaitu peramalan dengan rentang waktu tiga

bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat dalam

perencanaan penjualan, perencanaan dan penganggaran produksi,

penganggaran kas, dan menganalisis berbagai rencana operasi.

3. Peramalan jangka panjang, yaitu peramalan dengan rentang waktu tiga

tahun atau lebih; digunakan dalam merencanakan produk baru,

pengeluaran modal, lokasi fasilitas, atau ekspansi dan penelitian serta

pengembangan.

Peramalan jangka menengah dan jangka panjang berhubungan isu yang lebih

kompetentif dan mendukung keputusan manajemen berkaitan dengan perencanaan dan

produk, pabrik dan proses. Peramalan jangka pendek cenderung lebih akurat daripada

peramalan jangka yang lebih panjang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan berubah setiap hari, sehingga ketika

horison waktu semakin panjang, keakuratan peramalan akan berkurang. Dengan

demikian ramalan penjualan perlu diperbarui secara teratur untuk mempertahankan

nilainya. Setelah periode penjualan berlalu, ramalan harus dikaji kembali dan diperbaiki.

Page 13: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

30

3.4.3 Metode Peramalan

Banyak metode peramalan yang tersedia untuk meramalkan permintaan dalam

produksi, namun yang lebih penting adalah bagaimana memahami karateristik suatu

metode peramalan agar sesuai dengan situasi pengambilan keputusan. Situasi peramalan

sangat beragam dalam horison waktu peramalan, faktor yang menentukan hasil yang

sebenarnya, tipe pola data dan berbagai aspek lainnya. Untuk menghadapi penggunaan

yang luas seperti itu, beberapa teknik telah dikembangkan. Teknik tersebut dibagi dalam

dua kategori utama (Makridakis, 1999, pp19-24), yaitu :

• Metode peramalan kuantitatif

Metode kuantitatif sangat beragam dan setiap teknik memiliki sifat,

ketepatan dan biaya tertentu yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode

tertentu. Metode kuantitatif formal didasarkan atas prinsip-prinsip statistik yang

memiliki ketepatan tinggi atau dapat meminimumkan kesalahan (error), lebih

sistematis, dan lebih populer dalam penggunaannya. Untuk menggunakan

metode kuantitatif terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Tersedia informasi tentang masa lalu.

2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.

3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus

berlanjut di masa mendatang.

Metode kuantitatif dapat dibagi kedalam dua model, yaitu :

o Model deret berkala (time series)

Pada model ini, pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa

lalu dari suatu variabel dan / atau kesalahan masa lalu. Model deret berkala

menggunakan riwayat permintaan masa lalu dalam membuat ramalan untuk masa

Page 14: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

31

depan. Tujuan metode peramalan deret berkala ini adalah menemukan pola

dalam deret berkala historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa

depan.

Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala yang tepat

adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling

tepat dengan metode tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi :

1. Pola Stasioner atau Horizontal (H) terjadi bilamana nilai data berfluktuasi

disekitar nilai rata-rata yang konstan (deret seperti itu adalah “stasioner”

terhadap nilai rata-ratanya). Suatu produk yang penjualannya tidak

meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk jenis ini.

Demikian pula suatu pengendalian kualitas yang menyangkut pengambilan

contoh dari suatu proses produksi berkelanjutan yang secara teoritis tidak

mengalami perubahan juga termasuk jenis ini.

Waktu

Sumber: Makridakis (1999, p23)

Gambar 3.3 Contoh Pola Data Horisontal

2. Pola musiman (S) terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor

musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada

minggu tertentu). Penjualan dari produk minuman ringan, es krim, dan

bahan bakar pemanas ruangan, menunjukkan jenis pola ini.

Page 15: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

32

Waktu

Sumber: Makridakis (1999, p23)

Gambar 3.4 Contoh Pola Data Musiman

3. Pola Siklis (C) terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi

ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis.

Penjualan produk seperti mobil, baja dan peralatan utama lainnya

menunjukkan jenis pola data ini.

Waktu

Sumber: Makridakis (1999, p23)

Gambar 3.5 Contoh Pola Data Siklis

4. Pola trend (T) terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler

jangka panjang dalam data. Penjualan banyak perusahaan, produk bruto

nasional (GNP) dan berbagai indikator bisnis atau ekonomi lainnya

mengikuti pola trend selama perubahannya sepanjang waktu.

Page 16: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

33

Waktu

Sumber: Makridakis (1999, p23)

Gambar 3.6 Contoh Pola Data Trend

o Model kausal

Model kausal mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan menunjukkan

suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Maksud dari

model kausal adalah menemukan bentuk hubungan tersebut dan

menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari varibel tak bebas.

Setelah hubungan ini ditemukan, nilai-nilai masa mendatang dapat diramalkan

cukup dengan memasukkan nilai-nilai yang sesuai untuk varibel-variabel

independen. Metode peramalan kausal mengasumsikan bahwa permintaan akan

suatu produk bergantung pada satu atau beberapa faktor independen (misalnya,

harga, iklan, persaingan, dan lain-lain).

• Metode peramalan kualitatif atau teknologis

Metode peramalan ini tidak memerlukan data yang serupa seperti metode

peramalan kuantitatif. Input yang dibutuhkan tergantung pada metode tertentu dan

biasanya merupakan hasil dari pemikiran intuitif, perkiraan dan pengetahuan yang

telah didapat. Pendekatan teknologis seringkali memerlukan input dari sejumlah

orang yang terlatih.

Metode kualitatif mengandalkan opini pakar atau manajer dalam membuat

prediksi tentang masa depan. Metode ini berguna untuk tugas peramalan jangka

Page 17: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

34

panjang. Penggunaan pertimbangan dalam peramalan, tampaknya tidak ilmiah dan

bersifat sementara. Tetapi bila data masa lalu tidak ada atau tidak mencerminkan

masa mendatang, tidak banyak alternatif selain menggunakan opini dari orang-orang

yang berpengetahuan. Ramalan teknologis terutama digunakan untuk memberikan

petunjuk, untuk membantu perencana dan untuk melengkapi ramalan kuantitatif,

bukan untuk memberikan suatu ramalan numerik tertentu.

Metode kualitatif dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

o Metode eksploratoris

Metode eksploratoris (seperti Delphi, kurva-S, analogi, dan penelitian

morfologis) dimulai dengan masa lalu dan masa kini sebagai titik awalnya dan

bergerak kearah masa depan secara heuristik, seringkali dengan melihat semua

kemungkinan yang ada.

o Metode normatif.

Metode normatif (seperti matriks keputusan, pohon relevansi, dan analisis

sistem) dimulai dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang akan datang,

kemudian bekerja mundur untuk melihat apakah hal ini dapat dicapai,

berdasarkan kendala, sumber daya, dan teknologi yang tersedia.

3.4.4 Pemilihan Metode Peramalan

Pola atau karakteristik data mempengaruhi teknik peramalan yang dipilih.

Seringkali, pola data tersebut merupakan karakteristik inheren dari kegiatan yang sedang

diteliti. Hubungan data dengan jangka waktu semakin jelas jika kita mengamati bahwa

pola trend adalah merupakan kecenderungan jangka panjang, sedangkan variasi

musiman menunjukkan pola data yang berulang. Dalam mengevaluasi teknik-teknik

yang dikaitkan dengan pola data bisa saja diterapkan lebih dari satu teknik untuk data

Page 18: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

35

yang sama. Misalnya, teknik-teknik tertentu mungkin lebih akurat dalam memprediksi

titik balik, sedangkan lainnya terbukti lebih handal dalam peramalan pola perubahan

yang stabil. Bisa juga terjadi beberapa model meramalkan terlalu tinggi (overestimate)

atau terlalu rendah (underestimate) dalam situasi tertentu. Selain itu, mungkin juga

terjadi bahwa prediksi jangka pendek dari suatu model lebih baik dari model lain yang

memiliki prediksi jangka panjang yang lebih akurat.

3.4.4.1 Pemilihan Metode Peramalan untuk Data Stasioner atau Horizontal

Suatu data runtut waktu yang bersifat stasioner merupakan suatu serial data yang

nilai rata-ratanya tidak berubah sepanjang waktu. Keadaan tersebut terjadi jika pola

permintaan yang mempengaruhi data tersebut relatif stabil. Dalam bentuknya yang

paling sederhana, peramalan suatu data runtut waktu yang stasioner memerlukan data

historis dari runtut waktu tersebut untuk mengestimasi nilai rata-ratanya, yang kemudian

menjadi peramalan untuk nilai-nilai masa datang.

Menurut Hanke (2005, p75 teknik-teknik peramalan yang digunakan untuk

peramalan data runtut waktu yang stasioner adalah metode naif, metode rata-rata

sederhana, rata-rata bergerak, pemulusan eksponensial sederhana, dan model ARMA

(metode Box-Jenkins), sedangkan menurut Makridakis (1999, pp89-101) teknik yang

sebaiknya digunakan adalah Single Exponential Smoothing dan Single Moving Average.

3.4.4.2 Pemilihan Metode Peramalan untuk Data Trend

Suatu data runtut waktu yang bersifat trend didefinisikan sebagai suatu series yang

mengandung komponen jangka panjang yang menunjukkan pertumbuhan atau

penurunan dalam data tersebut sepanjang suatu periode waktu yang panjang. Dengan

kata lain, suatu data runtut waktu dikatakan mempunyai trend jika nilai harapannya

berubah sepanjang waktu sehingga data tersebut diharapkan menaik atau menurun

Page 19: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

36

selama periode dimana peramalan diinginkan. Biasanya data runtut waktu ekonomi

mengandung suatu trend.

Menurut Hanke (2005, pp75-76), teknik-teknik peramalan yang digunakan untuk

peramalan data runtut waktu yang mengandung trend adalah rata-rata bergerak, model

ARIMA (metode Box-Jenkins), sedangkan menurut Baroto (2002, p33), teknik yang

sebaiknya digunakan adalah Double Exponential Smoothing dari Holt dan Linear

Regression.

3.4.4.3 Pemilihan Metode Peramalan untuk Data Musiman

Suatu data runtut waktu yang bersifat musiman didefinisikan sebagai suatu data

runtut waktu yang mempunyai pola perubahan yang berulang secara tahunan.

Mengembangkan suatu teknik peramalan musiman biasanya memerlukan pemilihan

metode perkalian dan pertambahan dan kemudian mengestimasi indeks musiman dari

data tersebut. Indeks ini kemudian digunakan untuk memasukkan sifat musiman dalam

peramalan atau untuk menghilangkan pengaruh seperti itu dari nilai-nilai yang

diobsevasi.

Menurut Hanke (2005, p76), teknik-teknik peramalan yang digunakan untuk

peramalan data runtut waktu yang bersifat musiman adalah metode dekomposisi klasik,

Census X-12, Triple Exponential Smoothing dari Winter, regresi berganda, dan model

ARIMA (metode Box-Jenkins).

3.4.4.4 Pemilihan Metode Peramalan untuk Data Siklis

Pengaruh siklis didefinisikan sebagai fluktuasi seperti gelombang disekitar garis

trend. Pola siklis cenderung untuk berulang setiap dua, tiga tahun, atau lebih. Pola siklis

sulit untuk dibuat modelnya karena polanya tidak stabil. Turun-naiknya fluktuasi di

sekitar trend jarang sekali berulang pada interval waktu yang tetap, dan besarnya

Page 20: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

37

fluktuasi juga selalu berubah. Metode dekomposisi bisa diperluas untuk menganalisis

data siklis.

Menurut Hanke (2005, p76), teknik-teknik peramalan yang digunakan untuk

peramalan data runtut waktu yang bersifat siklis adalah metode dekomposisi klasik,

indikator ekonomi, model-model ekonometrik, regresi berganda dan model ARIMA

(metode Box-Jenkins).

3.4.5 Metode Peramalan

3.4.5.1 Metode Peramalan Data Stasioner atau Horizonal

3.4.5.1.1 Single Moving Average

Menurut Makridakis (1999, p88), rumus untuk Single Moving Average adalah:

nXXXXF ntttt

t−−−− ++++

=Κ321

Dimana

Xt = data aktual permintaan pada periode t

Xt-1 = data aktual permintaan pada periode t-1.

Ft = data peramalan pada periode t

Pada Metode Peramalan Single Moving Average, hasil peramalan dua periode ke

depan diasumsikan sama dengan hasil peramalan sebelumnya.

3.4.5.1.2 Single Exponential Smoothing

Menurut Makridakis (1999, p103), rumus untuk Single Eksponensial Smoothing 1

parameter adalah:

( ) 11 1 −− −+= tt FXFt αα

Dimana

Inisialisasi : F1 = X1

Page 21: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

38

Xt = data aktual permintaan pada periode t

Xt-1 = data aktual permintaan pada periode t-1.

Ft = data peramalan pada periode t

Ft-1 = data peramalan pada periode t-1

α = konstanta pemulusan yang bernilai antara 0 sampai 1

Pada Metode Peramalan Single Exponential Smoothing, hasil peramalan dua

periode ke depan diasumsikan sama dengan hasil peramalan sebelumnya.

3.4.5.2 Metode Peramalan Data Trend

3.4.5.2.1 Double Exponential Smoothing Holt

Menurut Makridakis (1999, p115), rumus untuk Double Exponential Smoothing

Holt 2 parameter adalah:

11 . −− += tt bmSFt

Dimana

( )( )111 −− +−+= tttt BSXS αα dan

( ) ( ) 11 1 −− −+−= tttt bSSb ββ

Inisialisasi :

St = Xt dan

Bt = Xt+1Xt

α, β = konstanta pemulusan yang bernilai antara 0 sampai 1

m = 1 untuk periode-periode yang telah lalu dan 1 periode mendatang.

Untuk peramalan pada periode mendatang kedua, tetap menggunakan rumus pada

peramalan periode sebelumnya, namun nilai m dinaikan sejumlah periode berjalan,

dalam hal ini m = 2.

Page 22: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

39

3.4.5.2.2 Linear Regression

Menurut Baroto (2002, p42), rumus untuk Linear Regression adalah:

tbaFt .+=

Dimana

( )22

2

.

...

∑∑∑ ∑∑∑

−=

ttt

XttXta tt

( )22.

...

∑∑∑ ∑∑−

−=

ttt

XtXttb tt

t = periode

Xt = data aktual peramalan pada periode t

3.4.6 Kriteria Pemilihan Metode Peramalan Terbaik

Menurut Baroto (2002, p47), kriteria untuk memilih metode peramalan terbaik

dilakukan dengan menghitung nilai galat.

Bila tf merupakan data aktual untuk periode t, tf̂ merupakan ramalan untuk

periode yang sama untuk n jumlah peramalan, maka ukuran nilai galat didapat dengan

melakukan perhitungan sebagai berikut.

• Nilai Tengah Simpangan Absolut (Mean Absolute Deviation)

m

ffMAE

m

ttt∑

=

−= 1

ˆ

• Nilai Tengah Galat Kuadrat (Mean Squared Error)

m

ffMSE

m

ttt∑

=

−= 1

Page 23: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

40

• Persentase Nilai Tengah Galat Absolut (Mean Absolute Percentage of

Error)

m

fff

MAPE

m

t t

tt∑= ⎥

⎢⎢

⎡×⎟⎟

⎜⎜

⎛ −

=1

%100ˆ

3.5 Analisis ABC

Pada persediaan, sebagian kecil barang biasanya menunjuk kepada sebagian besar

nilai persediaan bila diukur dengan nilai uang. Maka dari itu, sejumlah kecil barang ini

dapat dikendalikan secara intensif dan hasilnya dapat mengendalikan nilai dari

keseluruhan persediaan.

Barang-barang ini biasanya dibedakan menjadi tiga kategori (Schroeder, 2000,

p609-p610).

• Class A, biasanya berjumlah ±20% dan memiliki nilai uang ±80% dari

keseluruhan persediaan.

• Class B, biasanya berjumlah ±30% dan memiliki nilai uang ±15% dari

keseluruhan persediaan.

• Class C, biasanya berjumlah ±50% dan memiliki nilai uang ±5% dari

keseluruhan persediaan.

Contoh tabel analisis ABC ini dapat dilihat pada tabel 3.1 dan 3.2

Page 24: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

41

Tabel 3.1 Contoh Analisis ABC

Item Annual Usage (Unit)

Unit Cost

Dollar Usage ($)

Percentage of Dollar Usage (%)

1 5000 1,5 7500 2,92 1500 8 12000 4,73 10000 10,5 105000 41,24 6000 2 12000 4,75 7500 0,5 3750 1,56 6000 13,6 81600 32,07 5000 0,75 3750 1,58 4500 1,25 5625 2,29 7000 2,5 17500 6,9

10 3000 2 6000 2,4TOTAL 254725 100

Sumber: Schroeder (2000, p609)

Tabel 3.2 Contoh Penentuan Kelas pada Analisis ABC

Class Item Number

Percentage of Total Items (%)

Percentage of Dollar Usage (%)

A 3,6 20 73,2 B 2,4,9 30 16,3 C 1,5,7,8,10 50 10,5

Sumber: Schroeder (2000, p610)

Sebagian besar nilai uang dapat dikendalikan dengan mengawasi secara ketat

barang kelas A. Untuk barang-barang ini, pengendalian ketat dengan memantau tingkat

persediaan, safety stock yang lebih sedikit, dan perhatian yang lebih terhadap keakuratan

data.

3.6 Master Production Scheduling (MPS)

3.6.1 Pengertian MPS

Menurut Gaspersz (1998, pp141-144) pada dasarnya jadwal produksi induk

(Master Production Schedulling = MPS) merupakan suatu pernyataan tentang produk

akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan industri

manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan

Page 25: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

43

3. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan

kapasitas.

4. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk

(delivery promises) kepada pelanggan.

Sumber: Gasperz (2005, p143)

Gambar 3.7 Proses Penjadwalan Produksi

Sebagai suatu aktifitas, proses penjadwalan produksi induk (MPS) yang terlihat

pada gambar 3.7, MPS membutuhkan lima input utama yaitu antara lain :

• Data Permintaan Total merupakan salah satu sumber data bagi proses

penjadwalan produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan ramalan

penjualan (sales forecasts) dan pesanan-pesanan (orders).

• Status Persediaan berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory, stok

yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stock), pesanan-pesanan

produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released production and purchase

orders), dan firm planned orders. MPS harus mengetahui secara akurat berapa

Page 26: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

42

periode waktu. MPS mendisagregasikan dan mengimplementasikan rencana produksi.

Apabila rencana produksi yang merupakan hasil dari proses perencanaan produksi

dinyatakan dalam bentuk agregat, jadwal produksi induk yang merupakan hasil dari

proses penjadwalan produksi induk dinyatakan dalam konfigurasi spesifik dengan

nomor-nomor item yang ada dalam Item Master and BOM (Bill of Material).

Aktifitas penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan bagaimana

menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk, memproses transaksi MPS,

memelihara catatan-catatan MPS, mengevaluasi efektifitas dari MPS, dan memberikan

laporan evaluasi dalam periode waktu yang teratur untuk keperluan umpan-balik dan

tinjauan ulang.

MPS sering didefinisikan sebagai anticipated build schedule untuk item-item yang

disusun oleh perencana jadwal produksi induk (master schedule). MPS membentuk

jalinan komunikasi antara bagian pemasaran dan bagian manufakturing, sehingga

seyogyanya bagian pemasaran juga mengetahui informasi yang ada dalam MPS

terutama berkaitan dengan ATP (Available To Promise) agar dapat memberikan janji

yang akurat kepada pelanggan.

Penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan aktifitas melakukan

empat fungsi utama berikut :

1. Menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem perencanaan

kebutuhan material dan kapasitas (material and capacity requirements

planning = M&CRP).

2. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (production and

purchase orders) untuk item-item MPS.

Page 27: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

44

banyak inventori yang tersedia dan menentukan berapa banyak yang harus

dipesan.

• Rencana Produksi memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS harus

menjumlahkannya untuk menentukan tingkat produksi, inventori, dan sumber-

sumber daya lain dalam rencana produksi itu.

• Data Perencanaan berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot-sizing yang harus

digunakan, shrinkage factor, stok pengaman (safety stock), dan waktu tunggu

(lead time) dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam file induk dari

item (Item Master File).

• Informasi dari RCCP berupa kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan

MPS menjadi salah satu input bagi MPS. RCCP menentukan kebutuhan

kapasitas untuk mengimplementasikan MPS, menguji kelayakan dari MPS, dan

memberikan umpan-balik kepada perencana atau penyusun jadwal produksi

induk (Master Scheduler) untuk mengambil tindakan perbaikan apabila

ditemukan adanya ketidaksesuaian antara penjadwalan produksi induk dan

kapasitas tersedia.

3.6.2 Final Assembly Schedule (FAS)

Final Assembly Schedule adalah pernyataan jadwal produksi dari semua produk

akhir yang akan dirakit dari produk-produk MPS untuk periode waktu yang spesifik

(Fogarty et al., 1991, p144). Karena hasil MPS pada umumnya dipengaruhi oleh

peramalan (forecast driven) dan FAS dipengaruhi oleh order (order driven), maka pada

tabel FAS baris forecast tidak digunakan (Sipper et al., 1997, p323). Pada beberapa

perusahaan, MPS komponen dan produk akhir akan identik, dan satu dokumen mewakili

Page 28: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

45

keduanya. Pada kasus yang lain, terutama bila terdapat lebih banyak produk akhir

ketimbang komponen, keduanya akan berbeda. Hubungan antara MPS dan FAS dengan

lingkungan produksi sebuah perusahaan dapat dilihat pada gambar 3.8.

Sumber: Fogarty et al. (1991, p125)

Gambar 3.8 Hubungan Antara MPS/FAS dengan Lingkungan Produksi

3.6.3 Teknik Penyusunan MPS

Tabel 3.3 Contoh Tabel MPS

Item : Description : Lead Time : Safety Stock : On Hand : Demand Time Fences : Batch Size : Planning Time Fences :

Periode Past Due 1 2 3 4 5 6 7 8Forecast

Actual Order Projected Available Balance

Available to Promise Master Production Schedule

Sumber: Gasperz (2005, p159)

Penjelasan mengenai komponen-komponen yang terdapat dalam tabel 3.3 MPS

adalah sebagai berikut :

• Item No menyatakan kode produk yang akan diproduksi.

• Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk me-release atau

memanufaktur suatu produk.

Page 29: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

46

• On hand menyatakan jumlah produk yang ada di gudang sebagai sisa periode

sebelumnya.

• Description menyatakan deskripsi produk secara umum.

• Safety stock merupakan stok pengaman yang harus ada di tangan sebagai

antisipasi terhadap kebutuhan di masa akan datang.

• Demand Time Fences (DTF) adalah periode mendatang dari MPS di mana

dalam periode ini perubahan terhadap MPS tidak diijinkan atau tidak diterima

karena akan menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat ketidaksesuaian atau

kekacauan jadwal.

• Planning Time Fences (PTF) merupakan batas waktu penyesuaian pesanan di

mana permintaan masih boleh berubah. Perubahan masih akan dilayani

sepanjang material dan kapasitas masih tersedia.

• Forecast merupakan rencana penjualan atau peramalan penjualan untuk item

yang dijadwalkan itu.

• Actual Order (AO) merupakan pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat pasti.

• Projected Available Balance (PAB) merupakan perkiraan jumlah sisa produk

pada akhir periode. PAB dihitung dengan menggunakan rumus:

PAB t ≤ DTF = PABt-1 + MSt – AO

PAB DTF ≤ t ≥ PTF = PABt-1 + MSt – AO atau Ft (pilih yang besar)

• Available to Promise memberikan informasi tentang berapa banyak item atau

produk tertentu yang dijadwalkan pada periode waktu itu tersedia untuk pesanan

pelanggan, sehingga berdasarkan informasi ini bagian pemasaran dapat membuat

janji yang tepat bagi pelanggan.

Page 30: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

47

ATPt = ATPt-1 + MSt – AOt

• Master Schedule merupakan jadwal produksi atau manufakturing yang

diantisipasi untuk produk atau item tertentu.

3.7 Rough Cut Capacity Planning (RCCP)

3.7.1 Manajemen Kapasitas

Kapasitas mengukur kemampuan dari suatu fasilitas produksi untuk mencapai

jumlah kerja tertentu dalam periode waktu tertentu dan merupakan fungsi dari

banyaknya sumber daya yang tersedia seperti peralatan, mesin, pekerja, ruang, dan

jadwal kerja. Dalam sebuah sistem MRP, fungsi perencanaan dan pengendalian

kapasitas terpisahkan dari fungsi perencanaan dan pengendalian prioritas. Seperti pada

gambar 3.9, fungsi perencanaan kapasitas terdiri dari Resource Requirements Planning,

Rough Cut Capacity Planning, dan Capacity Requirements Planning, dan RCCP

berlaku pada tingkat MPS dan FAS (Fogarty et al., 1991, p405).

Page 31: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

48

Long Range

Demand Management

Production Planning

Final Assembly Scheduling

Master Production Scheduling

Material Requirements

Planning

Production Activity Control

Resource Requirements

Planning

Rough Cut Capacity Planning

Capacity Requirements

Planning

Input / Output Control

Operation Sequencing

Medium Range

Short Range

Capacity Requirement Techniques

Sumber: Fogarty et al. (1991, p406)

Gambar 3.9 Diagram Capacity Management

3.7.2 Teknik-Teknik RCCP

3.7.2.1 Capacity Planning Using Overall Factors (CPOF)

CPOF membutuhkan 3 input data: MPS, waktu yang dibutuhkan pabrik untuk

menghasilkan satu produk, dan proporsi historis yang dibutuhkan untuk setiap sumber

daya. Bila terdapat lebih dari satu produk, satu waktu bagian dibutuhkan untuk masing-

masing produk. CPOF mengalikan waktu ini dengan jumlah MPS. Waktu ini kemudian

Page 32: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

49

ditempatkan pada sumber daya dengan mengalikan waktu proporsi historis pabrik.

Contoh perhitungan RCCP dengan teknik CPOF dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Contoh RCCP dengan Teknik CPOF

Month Work Center Historical

Proportions January February March April May June

Lamp Assembly 0,455 1501,5 1501,5 1501,5 1501,5 1501,5 1501,5 Oven 0,045 148,5 148,5 148,5 148,5 148,5 148,5 Base Forming 0,227 749,1 749,1 749,1 749,1 749,1 749,1 Plastic Molding 0,091 300,3 300,3 300,3 300,3 300,3 300,3 Socket Assembly 0,182 600,6 600,6 600,6 600,6 600,6 600,6 Total Capacity Requirements 3300 3300 3300 3300 3300 3300

Sumber: Fogarty et al. (1991, 412)

3.7.2.2 Bill of Capacity

Bill of Labor atau Bill of Capacity (BOC) adalah daftar produk-produk atau

komponen berdasarkan jumlah sumber data yang dibutuhkan. BOC tidak digunakan

sebagai pengalihan namun hanya sebagai perkiraan kebutuhan kapasitas untuk suatu

produk. BOC dapat dibuat untuk setiap produk yang berbeda atau kelompok beberapa

produk yang memiliki kesamaan, dan dibatasi dengan kuantitas yang dijadwalkan untuk

menentukan kebutuhan kapasitas. Tabel BOC dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5 Contoh Bill of Capacity

Work Center Capacity Required

Lamp Assembly 0,10 hr Oven 0,01 hr Base Forming 0,05 hr Plastic Molding 0,02 hr Socket Assembly 0,04 hr 0,22 hr

Sumber: Fogarty et al.(1991, 412)

Untuk menentukan kapasitas yang dibutuhkan, waktu per bagian yang ditunjukkan

pada contoh tabel BOC diatas dikalikan dengan jumlah produk akhir yang dibutuhkan

Page 33: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

50

untuk dirakit setiap bulannya. Untuk menentukan total waktu yang dibutuhkan oleh

suatu departemen pada bulan tertentu, waktu per produknya dikalikan dengan jumlah

produk yang akan dibuat pada bulan tersebut. Contoh tabel perhitungan RCCP dengan

teknik BOC dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6 Contoh RCCP dengan Teknik Bill of Capacity

Month Work Center

January February March April May June Lamp Assembly 1500 1500 1500 1500 1500 1500 Oven 150 150 150 150 150 150 Base Forming 750 750 750 750 750 750 Plastic Molding 300 300 300 300 300 300 Socket Assembly 600 600 600 600 600 600 Total Capacity Requirements 3300 3300 3300 3300 3300 3300

Sumber: Fogarty et al.(1991, p414)

3.7.2.3 Resource Profile Approach

Teknik resource profile adalah teknik RCCP yang paling detil diantara ketiga

teknik yang ada. Resource profile memperhitungkan waktu lead time produksi, sehingga

hasil perencanaan kapasitas yang dihasilkan akan lebih detil. Contoh tabel resource

profile dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7 Contoh RCCP dengan teknik Resource Profile

Months before due date Department 2 1 0

Lamp Assembly 0 0 0,1 Oven 0 0,01 0 Base Forming 0,05 0 0 Plastic Molding 0 0,02 0 Socket Assembly 0 0,04 0

Sumber: Fogarty et al.(1991, p416)

Setelah resource profile dibuat, kebutuhan kapasitas didapat dengan mengalikan

nilai resource profile tersebut dengan jumlah produksi pada MPS.

Page 34: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

51

3.7.3 Representasi RCCP

Untuk mempermudah pengambilan keputusan, maka nilai kebutuhan kapasitas

yang didapat dipresentasikan dalam bentuk grafik yang dinamakan grafik capacity load

profile. Contoh grafik ini dapat dilihat pada gambar berikut.

64,8 64,8

55,71

42,87

05

1015202530354045505560657075

32 33 34 35

Periode Waktu (minggu)

Kap

asita

s Te

rsed

ia d

an Y

ang

Dib

utuh

kan

(jam

)

Kapasitas YangDibutuhkan

Kapasitas Tersedia

Sumber: Gasperz (2005, p176)

Gambar 3.10 Contoh Capacity Load Profile

3.8 Material Requirement Planning (MRP)

3.8.1 Pengertian MRP

MRP merupakan suatu prosedur logis berupa aturan keputusan dan teknik

transaksi berbasis komputer yang dirancang untuk menerjemahkan jadwal induk

produksi menjadi “kebutuhan bersih” untuk semua item. Sistem MRP dikembangkan

untuk membantu perusahaan manufaktur mengatasi kebutuhan akan item-item dependent

secara lebih baik dan efisien.

Page 35: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

52

Menurut Schoeder (2000, p586) persediaan untuk independent demand

didefinisikan sebagai persediaan yang dipengaruhi atau tunduk pada kondisi-kondisi

pasar dan bebas dari operasi misalnya persediaan barang jadi dan suku cadang pada

suatu perusahaan manufaktur yang digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen

pada suatu perusahaan persediaan ini harus dikelola dengan metoda titik pemesanan.

Sebaliknya untuk dependent demand tidak dipengaruhi oleh kondisi-kondisi pasar dan

hanya tergantung pada permintaan suku cadang ditingkat atasnya.

3.8.2 Tujuan dan Manfaat Sistem MRP

Sistem MRP adalah suatu sistem yang bertujuan untuk menghasilkan informasi

yang tepat untuk melakukan tindakan yang tepat (pembatalan pesanan, pesan ulang, dan

penjadwalan ulang). Tindakan ini juga merupakan dasar untuk membuat keputusan baru

mengenai pembelian atau produksi yang merupakan perbaikan atas keputusan yang telah

dibuat sebelumnya.

Ada empat tujuan yang menjadi ciri utama sistem MRP yaitu sebagai berikut :

1. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat

Menentukan secara tepat kapan sutu pekerjaan harus selesai (atau meterial

harus tersedia) untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah

direncanakan dalam jadwal induk produksi (JIP).

2. Menentukan kebutuhan minimal setiap item

Dengan diketahuinya kebutuhan akhir, sistem MRP dapat menentukan

secara tepat sistem penjadwalan (prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan

minimal setiap item.

3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan

Page 36: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

53

Memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus

dilakukan. Pemesanan perlu dilakukan lewat pembelian atau dibuat pada pabrik

sendiri.

4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang

sudah direncanakan

Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang

dijadwalkan pada waktu yang diinginkan, maka sistem MRP dapat memberikan

indikasi untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin) dengan

menentukan prioritas pesanan yang realistik. Jika penjadwalan ulang ini masih

tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan atas suatu

pesanan harus dilakukan.

Beberapa manfaat dari MRP (Render dan Heizer, 1997, p362), adalah:

o Peningkatan pelayanan dan kepuasan konsumen

o Peningkatan pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja

o Perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik

o Tanggapan yang lebih cepat terhadap perubahan dan pergeseran pasar

o Tingkat persediaan menurun tanpa mengurangi pelayanan kepada

konsumen

Page 37: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

54

3.8.3 Input MRP

Sebagai suatu sistem, MRP membutuhkan lima input utama seperti pada gambar

berikut.

PerencanaanKapasitas(CapacityPlanning)

1. MPS2. Bill of Materials3. Item Master4. Pesanan-pesanan5. Kebutuhan

PerencanaanKebutuhan

Material (MRP)

- Primary (orders) Report - Action Report - Pegging Report

Umpan Balik

OUTPUT :PROSES :INPUT :

Sumber: Gasperz (2005, p178)

Gambar 3.11 Proses Kerja dari MRP

Kelima sumber input utama pada gambar 3.11 di atas adalah :

• Master Production Schedule (MPS), suatu rencana terperinci tentang tentang

produk akhir apa yang direncanakan perusahaan untuk diproduksi, berapa

kuantitas yang dibutuhkan, pada waktu kapan dibutuhkan, dan kapan produk itu

akan diproduksi.

• Bill of Material (BOM), merupakan daftar jumlah komponen, campuran bahan,

dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. MRP

menggunakan BOM sebagai basis untuk perhitungan banyaknya setiap material

Page 38: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

55

yang dibutuhkan untuk setiap periode waktu. Bagan bahan dalam komputer harus

selalu benar dan dapat menggambarkan bagaimana produk itu dibuat.

• Item master, merupakan suatu file yang berisi informasi tentang material, parts

sub-assemblies, dan produk-produk yang menunjukkan kuantitas on-hand,

kuantitas yang dialokasikan (allocated quantity), waktu tunggu yang

direncanakan (planned lead times), ukuran lot (lot size), stok pengaman, kriteria

lot sizing, toleransi untuk scrap atau hasil, dan berbagai informasi penting

lainnya yang berkaitan dengan suatu item.

• Pesanan-pesanan (orders) berisi tentang banyaknya dari setiap item yang akan

diperoleh sehingga akan meningkatkan stock on-hand di masa mendatang. Pada

dasarnya terdapat dua jenis pesanan, yaitu: shop orders or work orders or

manufacturing orders berupa pesanan-pesanan yang akan dibuat atau diproduksi

di dalam pabrik, dan purchase orders yang merupakan pesanan-pesanan

pembelian suatu item dan pemasok eksternal.

• Kebutuhan-kebutuhan (requirements) memberitahukan tentang banyaknya

masing-masing item itu dibutuhkan sehingga akan mengurangi stock on-hand di

masa mendatang. Pada dasarnya terdapat dua jenis kebutuhan, yaitu kebutuhan

internal dan eksternal. Kebutuhan internal digunakan dalam Pabrik untuk

membuat produk lain, dan kebutuhan eksternal yang akan dikirim ke luar Pabrik

berupa: pesanan pelanggan (customer orders), service parts, dan sales forecasts.

Page 39: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

56

3.8.4 Mekanisme Dasar dari Proses MRP

Tabel 3.8 berikut adalah contoh dari sebuah tabel MRP.

Tabel 3.8 Contoh Tabel MRP

Item : Description : Lead Time : 0 BOM UOM : On Hand : Order Policy : Safety Stock : Lot Size :

Periode Past Due 1 2 3 4 5 6 7 8Gross Requirements Scheduled Receipts Projected Available

Balance 1 Net Requirements

Planned Order Receipts Planned Order Release

Projected Available Balance 2

Sumber: Gasperz (2005, p180)

Penjelasan mengenai tabel sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Part no / item menyatakan kode komponen atau material yang akan dirakit

2. BOM (Bill of Materials) UOM (Unit of Material) menyatakan satuan

komponen atau material yang akan dirakit

3. Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk merilis atau

mengirim suatu komponen.

4. Safety stock menyatakan cadangan material yang harus ada sebagai

antisipasi kebutuhan dimasa yang akan datang.

5. Description menyatakan deskripsi material secara umum.

6. On Hand menyatakan jumlah material yang ada di tangan sebagai sisa

periode sebelumnya.

7. Order Policy menyatakan jenis pendekatan yang digunakan untuk

menentukan ukuran lot yang dibutuhkan saat memesan barang.

Page 40: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

57

8. Lot Size menyatakan penentuan ukuran lot saat memesan barang.

9. Gross Requirement menyatakan jumlah yang akan diproduksi atau dipakai

pada setiap periode. Untuk end item (produk jadi), kuantitas gross

requirement sama dengan MPS (Master Production Schedule). Untuk

komponen, kuantitas gross requirement diturunkan dari Planned Order

Release induknya.

10. Scheduled Receipts menyatakan material yang dipesan dan akan diterima

pada periode tertentu.

11. Projected Available Balance I (PAB1) menyatakan kuantitas material yang

ada di tangan sebagai persediaan pada awal periode. PAB 1 dapat dihitung

dengan menambahkan material on hand periode sebelumnya dengan

Scheduled Receipts pada periode itu dan menguranginya dengan Gross

Requirement pada periode yang sama. Atau jika dimasukkan pada rumus

adalah sebagai berikut :

PAB I = (PAB II)t-1 - (Gross Requirement)t + (Scheduled Receipts)t

12. Net Requirements menyatakan jumlah bersih (netto) dari setiap komponen

yang harus disediakan untuk memenuhi induk komponennya atau untuk

memenuhi Master Production Scheduled. Net Requirements sama dengan

nol jika Projected Available Balance I lebih besar dari nol dan sama

dengan minus jika Projected Available Balance I kurang sama dengan dari

nol.

Net Requirement = -(PAB I)t + Safety stock

13. Planned Order Receipts menyatakan kuantitas pemesanan yang dibutuhkan

pada suatu periode. Planned Order Receipts muncul pada saat yang sama

Page 41: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

58

dengan Net Requirements, akan tetapi ukuran pemesanannya (lot sizing)

bergantung kepada Order Policy-nya. Selain itu juga harus

mempertimbangkan safety stock juga.

14. Planned Order Release menyatakan kapan suatu pesanan sudah harus

dilakukan atau dimanufaktur sehingga komponen ini tersedia ketika

dibutuhkan oleh induk itemnya. Kapan suatu pesanan harus dilakukan

ditetapkan dengan periode Lead time sebelum dibutuhkan.

15. Projected Available Balance 2 (PAB 2) menyatakan kuantitas material

yang ada di tanagn sebagai persediaan pada akhir periode. PAB 2 dapat

dihitung dengan cara mengurangkan Planned Order Receipts pada Net

Requirements.

PAB II = (PAB II) t-1 + (Schedule receipt) t – (Gross Requirement) t +

(Planned Order Receipt) t

atau dapat disingkat :

PAB II = (PAB I)t + (Planned Order Receipt)t

3.8.5 Prosedur Sistem MRP

Menurut Baroto (2002, p149), sistem MRP memiliki empat langkah utama yang

selanjutnya keempat langkah ini harus diterapkan satu per satu pada periode

perencanaan dan pada setiap item. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

o Netting : Perhitungan kebutuhan bersih.

o Lotting : Penentuan ukuran lot.

o Offsetting : Penetapan besarnya lead time.

o Explosion : Perhitungan selanjutnya untuk item level di bawahnya.

Page 42: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

59

3.8.5.1 Netting

Menurut Baroto (2002, p149), netting adalah proses perhitungan untuk

menetapkan jumlah kebutuhan bersih, yang besarnya merupakan selisih antara

kebutuhan kotor dengan keadaaan persediaan ( yang ada dalam persediaan dan yang

sedang dipesan). Data yang diperlukan dalam proses perhitungan kebutuhan bersih ini

adalah :

o Kebutuhan kotor untuk setiap periode.

o Persediaan yang dipunyai pada awal perencanaan.

o Rencana penerimaan untuk setiap periode perencanaan.

3.8.5.2 Lotting

Menurut Baroto (2002, p152), lotting adalah suatu proses untuk menentukan

besarnya jumlah pesanan optimal untuk setiap item secara individual didasarkan pada

hasil perhitungan kebutuhan bersih yang telah dilakukan. Ukuran lot menentukan

besarnya jumlah komponen yang diterima setiap kali pesan. Penentuan ukuran lot ini

sangat tergantung pada besarnya biaya-biaya persediaan, seperti biaya pesan, biaya

simpan, biaya modal, dan harga barang itu sendiri. Ada banyak alternatif metode untuk

menentukan ukuran lot. Beberapa teknik diarahkan untuk meminimalkan total ongkos

set-up dan ongkos simpan.

Model untuk pengambilan keputusan jumlah lot size biasa disebut lot sizing

models. Terdapat banyak model lot sizing dan dapat dibagi menjadi dua kategori (Sipper

et al., 1999, p215).

• Static lot sizing, digunakan untuk menentukan lot size dimana permintaan

sepanjang horizon perencanaan konstan / uniform

Page 43: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

60

• Dynamic lot sizing, digunakan untuk menentukan lot size dimana permintaan

sepanjang horizon perencanaan tidak konstan. Diasumsikan permintaan diketahui

dengan pasti, dan biasa disebut lumpy.

Teknik-teknik lot sizing berdasarkan pembagian tersebut dapat dilihat pada

gambar 3.12 berikut.

Lot Sizing Models

Static Lot Sizing Dynamic Lot Sizing

Economic Order Quantity

Economic Production Quantity

Optimum HeuristicSimple

Resource Constraints

Fixed Order Quantity

Period Order Quantity

Lot for Lot

Fixed Period Wagner-Whitin

Least Unit Cost

Part Period Balancing

Silver-Meal

Sumber: Sipper et al.(1999, p215)

Gambar 3.12 Macam-Macam Teknik Lot Sizing

Dynamic Lot Sizing digunakan untuk menganalisa permintaan yang tidak konstan

(lumpy). Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menganalisa pola permintaan ini

adalah dengan menggunakan Peterson-Silver rule. Peterson-Silver mengusulkan suatu

pengukuran variabilitas permintaan, dan menyebutnya koefisien variabilitas. Rumus dari

koefisien variabilitas ini adalah sebagai berikut (Sipper et al., 1999, p256) :

Page 44: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

61

1

D

Dn

2n

1tt

n

1t

2t

⎟⎠

⎞⎜⎝

⎛=

=

=V

Dimana

Dt adalah permintaan diskrit tiap periode dan n adalah panjang horizon.

Peterson-Silver mengajukan penentuan pola permintaan dengan aturan sebagai

berikut:

bila V < 0.25, gunakan Static Lot Sizing.

bila V ≥ 0.25, gunakan Dynamic Lot Sizing.

Berikut adalah beberapa teknik lot sizing untuk masing-masing kategori.

3.8.5.2.1 Static Lot Sizing.

1. Fixed Order Quantity (FOQ)

Dalam metode FOQ ukuran lot ditentukan secara subjektif. Berapa besarnya dapat

ditentukan berdasarkan pengalaman produksi atau intuisi. Tidak ada teknik yang dapat

dikemukakan untuk menentukan berapa ukuran lot ini. Kapasitas produksi selama lead

time produksi dalam hal ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan besarnya

lot. Sekali lot ditetapkan, maka lot ini akan digunakan untuk seluruh periode selanjutnya

dalam perencanaan. Berapa pun kebutuhan bersihnya, rencana pesan akan tetap sebesar

lot yang telah ditentukan tersebut.

Apabila teknik ini diterapkan dalam sistem MRP, maka besarnya jumlah pesanan

dapat menjadi sama atau lebih besar dari kebutuhan bersih, yang kadang-kadang

diperlukan bila ada lonjakan permintaan. Salah satu ciri dari metode FOQ ini adalah

ukuran lot-nya selalu tetap, tetapi periode pemesanannya yang selalu berubah.

Page 45: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

62

2. Economic Order Quantity (EOQ)

Dalam teknik ini besarnya ukuran lot adalah tetap. Penentuan lot berdasarkan

biaya pesan dan biaya simpan, dengan formula seperti berikut :

HADEOQ 2

=

Dimana :

EOQ = jumlah pemesanan yang ekonomis

D = Demand rata-rata per horison

A = biaya pesan bahan baku

H = biaya simpan bahan baku dalam suatu periode

Metode EOQ ini biasanya dipakai untuk horizon perencanaan selama satu tahun

sebesar dua belas bulan. Metode EOQ baik digunakan bila semua data konstan dan

perbandingan biaya pesan dan simpan sangat besar.

3.8.5.2.2 Dynamic Lot Sizing

1. Lot-for-Lot (LFL)

Teknik penetapan ukuran lot dilakukan atas dasar pesanan diskrit. Di samping itu,

teknik ini merupakan cara paling sederhana dari semua teknik ukuran lot yang ada.

Teknik ini selalu melakukan perhitungan kembali (bersifat dinamis) terutama apabila

terjadi perubahan pada kebutuhan bersih. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk

meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol.

Oleh karena itu sering digunakan untuk item-item yang mempunyai biaya simpan per

unit sangat mahal.

2. Silver-Meal

Page 46: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

63

Sebuah metode pemesanan lot dinamis yang mempertimbangkan pemesanan untuk

beberapa periode ke depan. Tujuan dari teknik lotting ini yaitu untuk meminimumkan

rata-rata biaya per periode selama m periode perencanaan. Biaya yang termasuk di

dalam teknik lotting ini yaitu biaya pesan dan biaya simpan. Permintaan untuk beberapa

periode n ke depan dilambangkan dengan :

D1, D2, ..., Dn

K(m) adalah biaya variabel rata-rata per periode jika pesanan mencakup m

periode. Diasumsikan biaya simpan terjadi pada akhir periode dan kuantitas yang

diperlukan di setiap periode digunakan pada awal periode.

Untuk periode 1 :

K(1) = A

Jika kita memesan D1+D2 pada periode 1 untuk memenuhi permintaan di periode

1 dan 2 , kita mendapatkan:

K(2) = )(21

2hDA +

Dimana h adalah biaya simpan satu unit untuk 1 periode.

Rumus:

K(m) = mhDmhDhDAm

)1(...2(132 −++++

Hitung K(m), m= 1, 2, ..., m dan berhenti jika: K(m+1) > K(m)

Qi = D1 + D2 + ... + Dm

Secara umum, Qi adalah kuantitas yang dipesan pada periode i dan mencakup m

periode ke depan. Jika tidak ada pemesanan pada periode i maka Qi adalah nol.

3. Part Period Balancing

Page 47: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

64

Metode ini berusaha meminimalkan jumlah biaya variabel untuk semua lot. Untuk

mendapatkan biaya simpan barang, dikenalkan nama part period yaitu satu unit barang

yang disimpan pada satu periode. Jadi apabila ada 10 unit disimpan untuk 1 periode

sama dengan 10 part period, dan sama juga dengan 5 unit disimpan untuk 2 periode.

PPm = part period for m periods

Jadi

PP1 = 0

PP2 = D2

PP2 = D2 + 2 D3

PPm = D2 + 2 D3 + … + (m-1)Dm

PPF = part period factor = A / h

Stopping Rule = PPm > PPF

Keterangan:

Dm = permintaan pada periode ke m

A = Biaya Pesan

H = Biaya Simpan

3.8.5.3 Offsetting

Menurut Baroto (2002, p152), proses offsetting bertujuan untuk menentukan saat

yang tepat untuk melakukan rencana pemesanan dalam rangka memenuhi tingkat

kebutuhan bersih. Rencana pemesanan diperoleh dengan cara mengurangkan saat awal

tersedianya ukuran lot yang diinginkan dengan besarnya lead time. Lead time adalah

besarnya waktu saat barang mulai dipesan atau diproduksi sampai barang tersebut

selesai dan diterima siap untuk dipakai.

Page 48: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

65

3.8.5.4 Explosion

Menurut Baroto (2002, pp152-153), proses explosion adalah proses penghitungan

kebutuhan kotor untuk tingkat item/komponen yang lebih bawah. Perhitungan kebutuhan

kotor ini didasarkan pada rencana pemesanan item-item produk pada level yang lebih

atas. Untuk penghitungan kebutuhan kotor ini, diperlukan struktur produk dan informasi

mengenai berapa jumlah kebutuhan tiap item untuk iem yang akan dihitung.

Dalam proses ini, data mengenai struktur produk harus tersedia secara akurat.

Ketidakakuratan data struktur produk akan mengakibatkan kesalahan pada perhitungan.

Atas dasar struktur produk inilah proses explosion dibuat.Dengan data struktur produk

dapat ditentukan kearah komponen mana harus dilakukan explosion. Struktur produk

juga harus langsung dimodifikasi bila ada perubahan pada cara produksi atau perakitan.

3.9 Gantt Chart

Menurut Taylor (2004, p304), gantt chart adalah sebuah grafik batang dengan

masing-masing batang menandakan sebuah aktivitas proyek yang ditunjukkan dalam

satuan waktu. Tujuan dari grafik ini adalah untuk menampilkan status dari tiap sumber

daya pada semua waktu.

Sumbu x merepresentasikan waktu dan sumbu y merepresentasikan batang

horisontal untuk setiap sumber daya. Ketika sebuah kerja diproses pada sebuah sumber

daya, maka sebuah kotak ditempatkan di batang horizontal, dimulai dengan waktu

mulainya pekerjaan dan diakhiri dengan waktu penyelesaian. Contoh gantt chart dapat

dilihat pada gambar berikut.

Page 49: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

66

Gambar 3.13 Contoh Gantt Chart

3.10 Pengertian Sistem

Menurut McLeod, Jr. et al.(2004, p9), sistem adalah sekelompok elemen-elemen

yang terintegrasi dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Definisi ini

cocok untuk suatu organisasi seperti suatu perusahaan atau bidang fungsional lainnya.

3.11 Pengertian Informasi

Menurut McLeod, Jr. et al. (2004, p12), informasi adalah data yang telah diproses,

atau data yang memiliki arti. Sedangkan menurut O’Brien (2004, p13) informasi adalah

data yang telah dikonversikan menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi pemakai

tertentu.

3.12 Pengertian Sistem Informasi

Berdasarkan pendapat Laudon (2004, p8), sistem informasi adalah sekumpulan

komponen yang saling berhubungan yang menerima, memproses, menyimpan, dan

menyebarkan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi,

visualisasi dan pengendalian dalam sebuah organisasi. Turban et al. (2001, p17) juga

Page 50: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

67

berpendapat bahwa sistem informasi mengumpulkan, pemproses, menyimpan,

menganalisa, dan menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu.

Empat elemen dari sistem informasi adalah input, output, process, dan feedback.

Skema dasar dari sistem informasi ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 51: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

68

Sumber : Laudon (2004, p9)

Gambar 3.14 Skema dari Elemen Sistem Informasi.

3.13 Computer Based Information System (CBIS)

Menurut Turban et al. (2001, p17), sistem informasi berbasiskan komputer (CBIS)

merupakan sebuah sistem informasi yang menggunakan komputer dan teknologi

telekomunikasi untuk melakukan beberapa atau semua tugasnya.

3.14 Object-Oriented Analysis and Design (OOAD)

3.14.1 Objek dan Class

Objek merupakan sebuah entitas yang memiliki identitas, status, dan perilaku

(Mathiassen et al., 2000, p4). Contoh dari objek misalnya pelanggan yang merupakan

entitas dengan identitas yang spesifik, dan memiliki status dan perilaku tertentu yang

berbeda antara satu pelanggan dengan pelanggan yang lain.

Sedangkan class merupakan deskripsi dari kumpulan objek yang memiliki

struktur, pola perilaku, dan atribut yang sama (Mathiassen et al., 2000, p4). Untuk dapat

lebih memahami objek, biasanya objek-objek tersebut sering digambarkan dalam bentuk

class.

3.14.2 Konsep Oriented Analysis and Design (OOAD)

Terdapat tiga buah konsep atau teknik dasar dalam proses analisa dan perancangan

berorientasi objek (Whitten et al., 2004, pp430-440).

Page 52: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

69

• Encapsulation

Encapsulation dalam bahasa pemrograman berorientasi objek secara

sederhana berarti pengelompokkan fungsi. Pengelompokkan ini bertujuan agar

developer tidak perlu membuat coding untuk fungsi yang sama, melainkan hanya

perlu memanggil fungsi yang telah dibuat sebelumnya.

• Inheritance

Inheritance dalam bahasa pemrograman berorientasi objek secara

sederhana berarti menciptakan sebuah class baru yang memiliki sifat-sifat dan

karakteristik-karakteristik sama dengan yang dimiliki class induknya disamping

sifat-sifat dan karakteristik-karakteristk individualnya.

• Polymorphism

Polymorphism berarti kemampuan dari tipe objek yang berbeda untuk

menyediakan atribut dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda.

Polymorphism adalah hasil natural dari fakta bahwa objek dari tipe yang berbeda

atau bahkan dari sub-tipe yang berbeda dapat menggunakan atribut dan operasi

yang sama.

3.14.3 Keuntungan OOAD

Mathiassen et al. (2000, pp5-6) menyebutkan bahwa terdapat keuntungan

menggunakan OOAD diantaranya adalah:

1. OOAD memberikan informasi yang jelas mengenai context sistem.

2. Dapat menangani data yang seragam dalam jumlah yang besar dan

mendistribusikannya ke seluruh bagian organisasi.

Page 53: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

70

3. Berhubungan erat dengan analisa berorientasi objek, perancangan berorientasi objek,

user interface berorientasi objek, dan pemrograman berorientasi objek.

3.14.4 Aktivitas Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Mathiassen et al. (2000, pp14-15) menjelaskan empat buah aktivitas utama dalam

analisa dan perancangan berorientasi objek yang digambarkan dalam Gambar 3.16

berikut ini.

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p15)

Gambar 3.15 Aktivitas Utama dalam OOAD

Berikut ini merupakan penjelasan lebih rinci mengenai keempat aktivitas utama

dalam melakukan analisa dan perancangan berorientasi objek menurut Mathiassen et al.

(2000, pp14-15).

Page 54: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

71

1. Problem Domain Analysis

Problem domain merupakan bagian dari situasi yang diatur, diawasi, dan

dikendalikan oleh sistem. Tujuan melakukan analisis problem domain adalah

mengidentifikasi dan memodelkan problem domain.

Analisis problem domain terbagi menjadi tiga aktivitas yang digambarkan dalam

Gambar 3.10, yaitu:

• Memilih objek, class, dan event yang akan menjadi elemen model problem

domain.

• Membangun model dengan memusatkan perhatian pada relasi struktural antara

class dan objek.

• Mendeskripsikan properti dinamis dan atribut untuk setiap class.

Classes

Structure

BehaviorSystem Definition

Model

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p46)

Gambar 3.16 Aktivitas Analisis Problem Domain

Pada aktivitas classes, langkah awal yang perlu dilakukan adalah menentukan

class. Langkah berikutnya adalah membuat sebuah event table yang dapat membantu

menentukan event-event yang dimiliki oleh setiap class.

Page 55: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

72

Pada aktivitas structure, class-class yang telah ditentukan sebelumnya akan

dihubungkan berdasarkan tiga jenis hubungan yaitu generalisasi, agregasi, atau asosiasi

sehingga menjadi sebuah skema yang disebut class diagram.

Dalam aktivitas behavior, definisi class dalam class diagram akan diperluas

dengan menambahkan deskripsi pola perilaku dan atribut dari masing-masing class. Pola

perilaku dari class terdiri dari tiga jenis, yaitu:

• Sequence

Merupakan event yang terjadi secara berurutan satu per satu.

• Selection

Merupakan pemilihan salah satu dari beberapa event yang terjadi.

• Iteration

Merupakan event yang terjadi berulang kali.

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah statechart diagram yang menunjukkan

perubahan status dari masing-masing class yang dikarenakan oleh event tertentu mulai

dari initial state sampai dengan final state.

2. Application Domain Analysis

Application domain merupakan organisasi yang mengatur, mengawasi, atau

mengendalikan problem domain. Tujuan dilakukannya analisis application domain

adalah untuk menentukan kebutuhan penggunaan sistem.

Sama seperti analisis problem domain, analisis application domain juga terdiri dari

beberapa aktivitas antara lain:

• Menentukan penggunaan sistem dan bagaimana sistem berinteraksi dengan user.

• Menentukan fungsi dan kemampuan sistem dalam mengolah informasi.

Page 56: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

73

• Menentukan kebutuhan interface sistem dan merancang interface.

Berikut ini merupakan gambaran aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada saat

melakukan analisis application domain.

Usage

Functions

Interfaces

System Definition

Requirements

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p117)

Gambar 3.17 Aktivitas Analisis Application Domain

Dalam aktivitas usage, hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat actor

table yang dapat membantu menentukan actor dan use case yang berkaitan. Langkah

selanjutnya adalah membuat use case diagram sehingga terlihat lebih jelas interaksi

antara actor dengan masing-masing use case.

Function merupakan fasilitas sistem yang menjadikan sistem tersebut berguna bagi

actor. Terdapat empat jenis function, antara lain:

• Update

Fungsi update diaktifkan oleh event problem domain dan menghasilkan

perubahan status model.

• Signal

Fungsi signal diaktifkan oleh perubahan status model dan menghasilkan reaksi

di dalam context.

Page 57: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

74

• Read

Fungsi read diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan menghasilkan

tampilan model sistem yang relevan.

• Compute

Fungsi compute diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan berisi

perhitungan yang dilakukan baik oleh actor maupun oleh model. Hasilnya adalah

tampilan dari hasil perhitungan yang dilakukan.

Aktivitas interface mencakup pembuatan navigation diagram yang merupakan

skema yang menunjukkan tampilan dari sistem dan relasi antar interface.

3. Architectural Design

Architectural design berfungsi sebagai kerangka kerja dalam aktivitas

pengembangan sistem dan menghasilkan struktur komponen dan proses sistem.

Tujuannya adalah untuk menstrukturisasi sebuah sistem yang terkomputerisasi.

Tahap architectural design terdiri dari tiga aktivitas yaitu criteria, component

architecture, dan process architecture seperti yang digambarkan pada Gambar 3.12.

Criteria

Process Architecture

Component Architecture

Analysis Document

Architectural Application

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p176)

Gambar 3.18 Aktivitas Architectural Design

Page 58: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

75

Criterion merupakan properti yang diinginkan dari sebuah arsitektur. Tabel 3.3

menunjukkan criterion yang telah ditentukan oleh para peneliti untuk menentukan

kualitas dari sebuah software.

Tabel 3.9 Criteria untuk Menentukan Kualitas Software

Criterion Ukuran

Usable Kemampuan sistem beradaptasi dengan context organisasional dan teknikal.

Secure Pencegahan akses ilegal terhadap data dan fasilitas.

Efficient Eksploitasi ekonomis dari fasilitas technical platform.

Correct Kesesuaian dengan kebutuhan. Reliable Fungsi yang dijalankan secara tepat.

Maintainable Biaya untuk mencari dan memperbaiki kerusakan sistem.

Testable Biaya untuk menjamin bahwa sistem melakukan fungsinya.

Flexible Biaya memodifikasi sistem. Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk memahami sistem.

Reusable Penggunaan bagian dari sistem ke dalam sistem lain yang berkaitan.

Portable Biaya memindahkan sistem ke technical platform lain.

Interoperable Biaya pemasangan sistem dengan sistem lain. Sumber: Mathiassen et al. (2000, p178)

Mathiassen et al. (2000, pp179-182) menyebutkan bahwa kriteria usable, flexible,

dan comprehensible tergolong sebagai kriteria umum yang harus dimiliki oleh sebuah

sistem dan menentukan baik tidaknya suatu rancangan sistem.

Component architecture adalah struktur sistem dari komponen-komponen yang

berkaitan. Dalam aktivitas ini, perlu ditentukan pola arsitektural yang paling sesuai

dengan model sistem. Pola-pola arsitektural tersebut antara lain:

• Layered Architecture Pattern

Page 59: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

76

• Generic Architecture Pattern

• Client-Server Architecture Pattern

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah component diagram yang merupakan class

diagram yang dilengkapi dengan spesifikasi komponen yang kompleks.

Process architecture adalah sebuah struktur eksekusi sistem yang terdiri dari

proses-proses yang saling tergantung satu sama lain. Dalam aktivitas ini juga perlu

menentukan pola distribusi yang sesuai dengan model sistem. Pola-pola distribusi yang

ada antara lain:

• Centralized Pattern

• Distributed Pattern

• Decentralized Pattern

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah deployment diagram yang menunjukkan

processor dengan komponen program dan active objects.

4. Component Design

Component design bertujuan untuk menentukan implementasi kebutuhan di dalam

kerangka kerja arsitektural. Hasilnya adalah deskripsi mengenai komponen-komponen

sistem. (Mathiassen et al., 2000, p231).

Component design terdiri dari tiga aktivitas, yaitu:

a. Model component

Merupakan bagian sistem yang mengimplementasikan model problem

domain. Dalam aktivitas ini dihasilkan sebuah class diagram yang telah direvisi.

Page 60: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

77

b. Function component

Merupakan bagian sistem yang mengimplementasikan kebutuhan

fungsional. Hasilnya adalah class diagram dengan operasi dan fungsi-fungsinya.

Terdapat empat pola eksplorasi untuk merancang function component, yaitu:

o Model-Class Placement

o Function-Class Placement

o Startegy

o Active Function

c. Connecting component

Merupakan desain hubungan antar komponen untuk memperoleh

rancangan yang fleksibel dan mudah dimengerti. Hasilnya adalah class diagram

yang berhubungan dengan komponen-komponen sistem.

Gambar 3.20 berikut ini menggambarkan aktivitas-aktivitas yang terdapat dalam

component design.

Design of component connections

Design of components

Architectural Specification

Component Specification

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p232)

Gambar 3.19 Aktivitas Component Design

Page 61: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

78

3.15 Unified Modeling Language (UML)

Menurut Whitten et al. (2004, p430), UML atau Unified Modelling Language

adalah seperangkat aturan pemodelan yang digunakan untuk menspesifikasikan atau

menjelaskan sistem perangkat lunak dalam bentuk objek. UML tidak menjelaskan

metode pengembangan sistem, namun hanya notasi dan diagram yang sekarang diterima

secara luas sebagai standard untuk pemodelan sistem dengan objek. Notasi serta diagram

UML dijelaskan lebih lanjut pada sub-bab berikut.

3.15.1 Class Diagram

Class Diagram menggambarkan struktur objek dari sistem. Class diagram

menunjukkan class objek yang membentuk sistem dan hubungan struktural diantara

class objek tersebut (Mathiassen et al., 2000, p336). Terdapat tiga jenis hubungan antar

class yang biasa digunakan dalam class diagram (Whitten et al., 2004, pp455-459).

Ketiga jenis hubungan tersebut antara lain:

a. Asosiasi

Asosiasi merupakan hubungan statis antar dua objek atau class. Hubungan

ini menggambarkan apa yang perlu diketahui oleh sebuah class mengenai class

lainnya. Hubungan ini memungkinkan sebuah objek atau class mereferensikan

objek atau class lain dan saling mengirimkan pesan.

Page 62: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

79

Sumber: Whitten et al. (2004, p461)

Gambar 3.20 Contoh Hubungan Asosiasi

b. Generalisasi

Dalam hubungan generalisasi, terdapat dua jenis class, yaitu class

supertype dan class subtype. Class supertype atau class induk memiliki atribut

dan behavior yang umum dari hirarki tersebut. Class subtype atau class anak

memiliki atribut dan behavior yang unik dan juga memiliki atribut dan behavior

milik class induknya. Class induk merupakan generalisasi dari class anaknya,

sedangkan class anak merupakan spesialisasi dari class induknya.

Sumber: Whitten et al. (2004, p461)

Gambar 3.21 Contoh Hubungan Generalisasi

Page 63: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

80

c. Agregasi

Agregasi merupakan hubungan yang unik dimana sebuah objek merupakan

bagian dari objek lain. Hubungan agregasi tidak simetris dimana jika objek B

merupakan bagian dari objek A, namun objek A bukan merupakan bagian dari

objek B. Pada hubungan ini, objek yang menjadi bagian dari objek tertentu tidak

akan memiliki atribut atau behavior dari objek tersebut.

Sumber: Whitten et al. (2004, p461)

Gambar 3.22 Contoh Hubungan Agregasi

Sumber: Whitten et al. (2004, p461)

Gambar 3.23 Contoh Class Diagram

Page 64: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

81

3.15.2 Statechart Diagram

Statechart Diagram digunakan untuk memodelkan perilaku dinamis dari sebuah

objek dalam sebuah class yang spesifik dan berisi state dan transition (Mathiassen et al.,

2000, p341). Statechart diagram mengilustrasikan siklus objek hidup yaitu berbagai

status yang dapat dimiliki objek dan event yang menyebabkan status objek berubah

menjadi status lain (Whitten et al., 2004, p700).

Statechart diagram dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut (Whitten et al.,

2004, p700):

1. Mengidentifikasi initial dan final state.

2. Mengidentifikasi status objek selama masa hidup objek tersebut.

3. Mengidentifikasi event pemicu perubahan status objek.

4. Mengidentifikasi jalur perubahan status.

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p425)

Gambar 3.24 Contoh Statechart Diagram

Page 65: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

82

3.15.3 Use Case Diagram

Use Case Diagram menggambarkan interaksi antara sistem dan user (Whitten et

al., 2004, p441). Use case diagram mendeskripsikan secara grafis hubungan antara

actors dan use case (Mathiassen et al., 2000, p343). Penjelasan use case biasa

ditambahkan untuk menjelaskan langkah-langkah interaksi.

Library System

Visitor

Patron

Apply formembership

Search libraryinventory

Check out books

Sumber: Whitten et al. (2004, p282)

Gambar 3.25 Contoh Use Case Diagram

3.15.4 Sequence Diagram

Bennet et al. (2006, p253) mengemukakan bahwa sequence diagram menunjukkan

interaksi antar objek yang diatur berdasarkan urutan waktu. Sequence diagram dapat

digambarkan dalam berbagai level of detail yang berbeda untuk memenuhi tujuan yang

berbeda-beda pula dalam daur hidup pengembangan sistem. Aplikasi sequence diagram

yang paling umum adalah untuk menggambarkan interaksi antar objek yang terjadi pada

sebuah use case atau sebuah operation.

Page 66: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

83

Bennet et al. (2006, pp253-254) menyatakan bahwa setiap sequence diagram harus

diberikan frame yang memiliki heading dengan menggunakan notasi sd yang merupakan

kependekan dari sequence diagram. Bennet et al. (2006, p270) juga menyatakan bahwa

terdapat beberapa notasi penulisan heading pada setiap frame yang terdapat dalam

sequence diagram. Notasi penulisan ini dapat dilihat pada tabel 3.10.

Tabel 3.10 Notasi Sequence Diagram

Notasi Kepanjangan Arti alt alternatives menyatakan bahwa terdapat beberapa buah alternatif jalur

eksekusi untuk dijalankan. opt optional frame yang memiliki heading ini memiliki status pilihan yang

akan dijalankan jika syarat tertentu dipenuhi. loop - operation yang terdapat dalam frame tersebut dijalankan

secara berulang selama kondisi tertentu. break - semua operation yang berada setelah frame tersebut tidak

dijalankan. par parallel operation dalam frame tersebut dijalankan secara bersamaan. seq weak sequencing operation yang berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi

pada urutan manapun. strict - operation harus dilakukan secara berurutan. neg negative mendeskripsikan operasi yang tidak valid. critical - operasi-operasi yang terdapat di dalamnya tidak memiliki sela

yang kosong. ignore - tipe pesan atau parameter yang dikirimkan dapat diabaikan

dalam interaksi. consider - menyatakan pesan mana yang harus dipertimbangkan dalam

interaksi. assert assertion menyatakan urutan pesan yang valid. ref refer menyatakan bahwa frame mereferensikan operation yang

terdapat di dalamnya pada sebuah sequence diagram tertentu. Sumber: Bennet et al. (2006, p270)

Page 67: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

84

Campaign Manager :Client

getName()

listCampaigns()

:Campaign

getCampaignDetails()

:Advert

loop [for all client’s campaigns]

listAdverts()

getAdvertDetails()loop [for all campaign’s adverts]

addNewAdverts()

AdvertnewAd:Advert

Sumber: Bennet et al. (2006, p254)

Gambar 3.26 Contoh Sequence Diagram

3.15.5 Navigation Diagram

Navigation Diagram merupakan statechart diagram khusus yang berfokus pada

user interface (Mathiassen et al., 2000, p344). Diagram ini menunjukkan window-

window dan transisi diantara window-window tersebut.

Sebuah window dapat digambarkan sebagai sebuah state. State ini memiliki nama

dan berisi gambar miniatur window. Transisi antar state dipicu oleh ditekannya sebuah

tombol yang menghubungkan dua window.

Page 68: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

85

Session

Person

Activity

Paper

Main

New-buttonDouble click onHighlighted paper

New-buttonDouble click onHighlighted paper

Quit Button

New-button,Include-buttonDouble click onHighlighted session

New-button, include-buttonDouble click on highlighted paper

Quit Button

Quit Button

New-button,Include-buttonDouble click onHighlighted lecturer

New-button,Include-buttonDouble click onHighlighted function

New-button,Include-buttonDouble click onHighlighted paper or reviewer

New-button,Include-buttonDouble click onHighlighted author or reviewer

New-button,Include-buttonDouble click onHighlighted person

Quit Button

Quit Button

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p366)

Gambar 3.27 Contoh Navigation Diagram

Page 69: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

86

3.15.6 Component Diagram

Component Diagram merupakan diagram implementasi yang digunakan untuk

menggambarkan arsitektur fisik dari software sistem. Diagram ini dapat menunjukkan

bagaimana coding pemrograman terbagi menjadi komponen-komponen dan juga

menunjukkan ketergantungan antar komponen tersebut (Whitten et al., 2004, p442).

Sebuah komponen digambarkan dalam UML sebagai sebuah kotak dengan dua

kotak kecil di sebelah kirinya. Ketergantungan antar dua komponen menunjukkan

bagaimana kedua komponen tersebut saling berkomunikasi.

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p201)

Gambar 3.28 Contoh Component Diagram

3.15.7 Deployment Diagram

Deployment Diagram, sama seperti component diagram, juga merupakan diagram

implementasi yang menggambarkan arsitektur fisik sistem. Perbedaannya, deployment

diagram tidak hanya menggambarkan arsitektur fisik software saja, melainkan software

Page 70: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab3/2007-3-00489-TISI Bab 3.pdf · Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan

87

dan hardware. Diagram ini menggambarkan komponen software, processor, dan

peralatan lain yang melengkapi arsitektur sistem (Whitten et al., 2004, p442). Menurut

Mathiassen et al. (2000, p340), deployment diagram menunjukkan konfigurasi sistem

dalam bentuk processor dan objek yang terhubung dengan processor tersebut.

Setiap kotak dalam deployment diagram menggambarkan sebuah node yang

menunjukkan sebuah hardware. Hardware dapat berupa PC, mainframe, printer, atau

bahkan sensor. Software yang terdapat di dalam node digambarkan dengan simbol

komponen. Garis yang menghubungkan node menunjukkan jalur komunikasi antar

device. Gambar 3.30 berikut ini menunjukkan sebuah contoh deployment diagram.

:Client

UserInterface

SystemInterface

Function

Model

:Server

SystemInterface

more clients

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p217)

Gambar 3.29 Contoh Deployment Diagram