bab 3 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab3/2007-2-00573-tisi bab...

47
BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Salah satu faktor yang paling utama untuk menentukan kinerja dari suatu perusahaan adalah kualitas dari produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut. Selain itu kualitas juga berpengaruh terhadap daya minat konsumen terhadap produk dan jasa tersebut. Gasperz (1998,p1) mendefinisikan kualitas sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari suatu produk (barang/jasa) yang dihasilkan, agar memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal. Spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain produk yang disebut sebagai kualitas desain (quality of design) harus berorientasi kepada kebutuhan atau keinginan konsumen (orientasi pasar). 3.2 Performansi Kualitas Pada dasarnya performansi kualitas dapat ditentukan dan diukur berdasarkan karakteristik kualitas yang terdiri dari beberapa sifat atau dimensi sebagai berikut : Gasperz (1998,p5) Fisik : panjang, berat, diameter, tegangan, kekentalan, dll.

Upload: dangkien

Post on 19-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

BAB 3

LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Kualitas

Salah satu faktor yang paling utama untuk menentukan kinerja dari suatu

perusahaan adalah kualitas dari produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan

tersebut. Selain itu kualitas juga berpengaruh terhadap daya minat konsumen

terhadap produk dan jasa tersebut.

Gasperz (1998,p1) mendefinisikan kualitas sebagai konsistensi

peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari suatu produk

(barang/jasa) yang dihasilkan, agar memenuhi kebutuhan yang telah

dispesifikasikan guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun

eksternal.

Spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain produk yang

disebut sebagai kualitas desain (quality of design) harus berorientasi kepada

kebutuhan atau keinginan konsumen (orientasi pasar).

3.2 Performansi Kualitas

Pada dasarnya performansi kualitas dapat ditentukan dan diukur

berdasarkan karakteristik kualitas yang terdiri dari beberapa sifat atau dimensi

sebagai berikut : Gasperz (1998,p5)

• Fisik : panjang, berat, diameter, tegangan, kekentalan, dll.

Page 2: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

16

• Sensory (berkaitan dengan panca indera) : rasa, penampilan, bentuk, warna,

dll.

• Orientasi waktu : keandalan (reliability), kemampuan pelayanan

(serviceability), kemudahan pemeliharaan (mantainability), dll.

• Orientasi biaya : berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan harga

atau ongkos dari suatu produk yang harus dibayarkan oleh konsumen.

Gasperz (1998,p6) Pengukuran performansi kualitas dapat dilakukan

pada tiga tingkat, yaitu:

• Pengukuran pada tingkat proses

Mengukur setiap langkah atau aktivitas dalam proses dan karakteristik input

yang diserahkan oleh supplier yang mengendalikan karakteristik outputyang

diinginkan.tujuan dari pengukuran pada tingkat ini adalah mengidentifikasi

perilaku yang mengatur setiap langkah dalam proses, dan menggunakan

ukuran – ukuran ini untuk mengendalikan operasi serta memperkirakan

output yang akan dihasilkan sebelum output itu diproduksi atau diserahkan

ke pelanggan.

• Pengukuran pada tingkat output

Mengukur karakteristik output yang dihasilkan dibandingkan terhadap

spesifikasi karakteristik yang diinginkan pelanggan. Misalnya mengukur

tingkat karakteristik kualitas dari produk yang dihasilkan.

• Pengukuran pada tingkat outcome

Mengukur bagaimana baiknya suatu produk memenuhi kebutuhan dan

ekspektasi pelanggan, mengukur tingkat kepuasan pelanggan dalam

Page 3: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

17

mengkonsumsi produk yang diserahkan. Pengukuran pada tingkat outcome

merupakan tingkat tertinggi dalam pengukuran performansi kualitas.

Misalnya mengukur banyaknya keluhan yang diterima dari pelanggan.

3.3 Definisi Statistical Process Control (SPC)

Menurut Gasperz (1998, p1) Statistical Process Control adalah suatu

terminology yang mulai digunakan sejak tahun1970-an untuk menjabarkan

penggunaan teknik – teknik statistical dalam memantau dan meningkatkan

performansi proses menghasilkan produk berkualitas.

Berdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu

metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas, serta penentuan dan

interpretasi pengukuran – pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam

suatu system industri, untuk meningkatkan kualitas dari output guna memenuhi

kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.

. Sasaran utama dari Statistical Process Control adalah mengadakan

pengurangan terhadap variasi atau kesalahan-kesalahan proses. Selain itu, tujuan

utama dari Statistical Process Control adalah mendeteksi adanya penyebab

khusus (assignable cause atau special cause) dalam variasi atau kesalahan proses

melalui analisis data dari masa lalu maupun masa mendatang. Variasi proses

sendiri terdiri dari dua macam penyebab, yaitu penyebab umum (random cause

atau chance cause atau common cause) yang sudah melekat pada proses, dan

penyebab khusus (assignable cause atau special cause) yang merupakan

kesalahan yang berlebihan.

Page 4: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

18

3.4 Definisi Variasi dalam SPC

Berdasarkan Gaspersz (1998, p29) Variasi adalah ketidakseragaman

dalam sistem produksi atau operasional sehingga meinmbulkan perbedaan dalam

kualitas pada output barang / jasa yang dihasilkan. Pada dasarnya dikenal dua

sumber atau penyebab timbulnya variasi yang diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Variasi penyebab khusus (Special cause variation)

Adalah kejadian – kejadian di luar sistem yang mempengaruhi variasi

dalam sistem. Penyebab khusus dapat bersumber dari faktor – faktor

manusia, peralatan, material, lingkungan, metode kerja, dll. yang

mengambil pola – pola nonacak sehingga dapat diidentifikasi / ditemukan,

sebab mereka tidak selalu aktif dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang

lebih kuat pada proses sehingga menimbulkan variasi. Dalam konteks

pengendalian proses statistikal menggunakan peta – peta kendali , jenis

variasi ini sering ditandai dengan titik – titik pengamatan yang melewati

atau keluar dari batas – batas pengendalian yang didefinisikan .

2. Variasi penyebab umum (Common cause variation)

Adalah faktor – faktor di dalam sistem atau yang melekat pada proses yang

menimbulkan variasi dalam sistem serta hasil – hasilnya. Karena penyebab

umum ini selalu melekat pada sistem, untuk menghilangkannya kita harus

menelusuri elemen – elemen dalam sistem itu dan hanya pihak manajemen

yang dapat memperbaikinya, karena pihak manajemenlah yang

mengendalikan sistem itu. Dalam konteks pengendalian proses statisitkal

dengan menggunakan peta – peta kendali jenis variasi ini sering ditandai

Page 5: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

19

dengan titik – titik pengamatan yang berada dalam batas – batas

pengendalian.

3.5 DMAIC

Tabel 3.1 DMAIC

Perbaikan Proses Define • Identifikasi masalah

• Definisikan kebutuhan • Tetapkan tujuan

Measures • Pertegas masalah/proses • Membenarkan pengetahuan tujuan • Ukur langkah – langkah inti/masalah

Analyze • Kembangkan hipotesis • Identifikasi akar penyebab masalah • Validasi hipotesis

Improve • Kembangkan ide untuk menghilangkan akar penyebab permasalahan

• Uji solusi • Tetapkan solusi/hasil pengukuran

Control • Buat standar pengukuran untuk memelihara kinerja kerja • Bereskan permasalahan sesuai dengan tujuan yang

diinginkan. Sumber : Peter S. Pande (2000, p39)

3.6 Critical To Quality (CTQ)

CTQ adalah sebuah karakteristik pengukuran suatu produk atau proses

dimana kinerja standar atau batas spesifikasi harus mampu memuaskan

pelanggan. Kita menyesuaikan pengembangan atau perbaikan sesuai dengan

kebutuhan customer.

Page 6: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

20

CTQ mewakili karakteristik produk atau jasa yang diinginkan oleh

customer (internal maupun external). Karakteristik ini bisa saja meliputi batas

atas dan batas bawah sebuah spesifikasi atau faktor-faktor lain yang berhubungan

dengan produk atau jasa. sebuah CTQ harus diterjemahkan dari pernyataan

customer yang bersifat kualitatif menjadi sebuah spesifikasi bisnis yang bersifat

kuantitatif dan dapat dilakukan.

Sederhananya, CTQ adalah harapan customer terhadap sebuah produk,

keinginan sebuah customer. Customer bisa saja mengungkapkan keinginan

mereka dalam bahasa sehari-hari, namun pada akhirnya tergantung pada kita

untuk merubahnya menjadi measurable terms dengan menggunakan tools seperti

FMEA dan lain-lain.

3.7 Voice of Customer (VOC)

Voice of the Customer (VOC) adalah suatu istilah yang digunakan dalam

bisnis untuk menjelaskan suatu proses menangkap keinginan pelanggan.

Walaupun konsep ini terkesan mudah dimengerti, namun sebenarnya cukup

rumit. Tidak mudah untuk mengumpulkan data-data yang tidak bias dalam

proses survei, focus group, dan wawancara . Orang-orang seringkali menganggap

bahwa mereka memberikan jawaban yang diinginkan oleh pewawancara, namun

berlawanan dengan opini mereka yang sebenarnya. hal ini berujung pada hasil

yang tidak merefleksikan keinginan sebenarnya dari pelanggan.

Voice of the Customer tools juga terkadang tidak menggunakan suatu

indikator untuk mengukur kepuasan dari pelanggan. Banyak perusahaan

mengumpulkan data VOC yang reaktif dalam bentuk sebuah form yang berisi

Page 7: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

21

kumpulan keluhan atau database. Dalam beberapa kasus, data ini digunakan oleh

pihak manajemen untuk mengerti pelanggan mereka lebih baik dan

mengembangkan program pengembangan berkala dalam rangka memenuhi

keinginan pelanggan.

Pelanggan terkadang tidak tahu, atau tidak dapat mengkomunikasikan

keinginan dan kebutuhan mereka yang sesungguhnya. Hal ini merupakan

tantangan utama dalam menghadapi dunia bisnis saat ini.

Karena hal ini, dunia bisnis harus terus mencari cara yang lebih kreatif

dalam memahami keinginan pelanggan.lebih jauh, dan untuk mengembangkan

peningkatan yang berkelanjutan untuk mengaplikasikan kebutuhan pelanggan.

Pelangan sering tidak tahu, atau tidak dapat berkomunikasi secara efektif

mengenai kebutuhan mereka yang sebenarnya. Inilah salah satu tantangan yang

dihadapi bisnis sekarang. Karena ini, bisnis harus terus mencari cara-cara yang

lebih kreatif untuk mengerti lebih jauh tentang kebutuhan pelanggan.

3.8 Cost Of Poor Quality (COPQ)

COPQ berisi biaya-biaya yang dikeluarkan sebagai hasil memproduksi

material cacat.

Biaya ini termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi gap

antara kualitas produk atau jasa yang dinginkan dengan hasil sesungguhnya. dan

juga termasuk biaya hilangnya kesempatan yang disebabkan hilangnya sumber

daya yang digunakan memperbaiki cacat. Biaya ini termasuk biaya pekerja,

pengerjaan ulang, pengaturan, dan bahan baku yang harus ditambahkan kedalam

Page 8: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

22

unit sampai pada titik penolakan. COPQ tidak meliputi biaya pendeteksian dan

pencegahan.

Supplier dapat mempengaruhi biaya pada perusahaan meliputi produk

cacat yang dihasilkannya, dan material yang rusak selama pengiriman.

3.9 Peta kendali (Control chart)

Peta kendali menggambarkan perbaikan kualitas. Perbaikan kualitas

terjadi pada dua situasi. Situasi pertama adalah ketika peta kendali dibuat, proses

dalam kondisi tidak stabil. Kondisi yang diluar batas kendali terjadi karena sebab

khusus (assignable cause / Special cause variation), kemudian dicari tindakan

perbaikan sehingga proses menjadi stabil. Hasilnya adalah adanya perbaikan

proses.

Peta kendali dibuat berdasarkan pada tipe datanya. Dalam konteks

pengendalian proses statistik, dikenal 2 (dua) jenis data, yaitu:

1. Data variabel (variables data)

Data variabel atau biasa disebut data kontinu adalah data kuantitatif yang

diukur untuk keperluan analisis. Contoh data variabel yaitu, temperatur,

panjang, waktu, berat, dan lain-lain, Dalam pengendalian mutu proses

statistik dengan menggunakan data variabel, dikenal 2 macam peta kontol

untuk mempermudah analisa, yaitu :

• X dan R

Digunakan untuk memantau proses yang mempunyai karakteristik

berdimensi kontinyu, sehingga peta kontrol X dan R sering disebut

Page 9: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

23

sebagai peta kontrol untuk data variabel. Peta kontrol X menjelaskan

kepada kita tentang apakah perubahan – perubahan telah terjadi dalam

ukuran titik pusat dari sebuah proses. Sedangkan peta kontrol R (Range)

menjelaskan tentang apakah perubahan – perubahan telah terjadi dalam

ukuran variasi, dengan demikian berkaitan dengan perubahan

homogenitas produk yang dihasilkan melalui suatu proses.

Gaspersz(1998, p112)

• Individual X dan MR

Digunakan apabila ukuran contoh yang digunakan untuk pengendalian

proses adalah hanya satu (n=1). Hal ini sering terjadi apabila pemeriksaan

dilakukan secara otomatis, dan juga terjadi pada tingkat produksi yang

sangat lambat, sehingga sukar untuk mengambil ukuran contoh (n) lebih

dari 1. Gaspersz(1998, p133).

2. Data atribut (attributes data)

Data atribut adalah data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan

analisis. Contoh dari data atribut yaitu ketiadaan label pada kemasan,

banyaknya jenis cacat pada produk, dan lain-lain.

Dalam pengendalian mutu proses dengan menggunakan data atribut, dapat

menggunakan 4 buah peta kontrol untuk mempermudah analisa terhadap

proses, yaitu :

• Peta Kontrol p

Peta kontrol p digunakan untuk mengukur proporsi ketidaksesuaian,

penyimpangan atau cacat dari item – item dalam kelompok yang sedang

Page 10: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

24

diinspeksi. Dengan demikian peta kontrol p digunakan untuk

mengendalikan proporsi dari produk yang cacat yang dihasilkan dalam

suatu proses. Jika item – item itu tidak memenuhi standar pada satu atau

lebih karakteristik kualitas yang diperiksa, item – item itu digolongkan

sebagai tidak memenuhi syarat spesifikasi atau cacat.

• Peta konrol np

Peta kontrol np hampir serupa dengan peta kontrol p. Peta kontrol np

menggunakan ukuran banyak item yang tidak memenuhi spesifikasi atau

banyaknya yang tidak sesuai dalam suatu pemeriksaan. Namun peta np

hanya dapat digunakan saat ukuran sampel tetap, bila bervariasi , harus

menggunakan peta kontrol p.

• Peta kontrol C

Peta kontrol C didasarkan pada titik spesifik yang tidak memenuhi syarat

dalam produk itu, sehingga suatu produk dapat saja dianggap memenuhi

syarat meskipun mengandung satu atau beberapa titik spesifik yang cacat.

• Peta Kontrol U

Peta kontrol U merupakan rata – rata jumlah cacat per unit, dimana

berfungsi sangat mirip dengan peta kontrol C dalam penggunaannya.

3.10 Diagram Pareto

Diagram pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah

berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi

ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada

Page 11: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

25

sisi paling kiri, dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi

ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada sisi

paling kanan.

Vilfredo Pareto, seorang ahli ekonomi dari Italia pada abad ke-19

mengemukakan aturan 80/20 yang kemudian sering disebut sebagai Prinsip

Pareto. Prinsip ini menjelaskan bahwa 80% dari semua masalah disebabkan oleh

20% dari penyebabnya. Analisa Pareto bertujuan untuk mengurutkan dan

memprioritaskan penyebab atau hasil secara sistematis serta hubungannya

dengan performansi lalu sehingga dapat membantu analis untuk

memvisualisasikan penyimpangan distribusi. (Kolarik, 1999, p562)

3.11 Diagram SIPOC (Supplier – Input – Output – Process – Customer)

SIPOC adalah alat yang paling banyak digunakan dan penting dalam

manajemen dan peningkatan proses. SIPOC merupakan singkatan dari Supplier –

Input – Process – Output – Customer dan didefinisikan sebagai berikut:

1. Supplier adalah orang atau sekelompok orang yang memberikan material,

informasi kunci, atau sumber daya lain kepada proses. Supplier dapat juga

merupakan proses sebelum proses yang menjadi fokus.

2. Input adalah segala sesuatu yang diberikan pemasok kepada proses.

3. Process merupakan sekumpulan langkah yang mentransformasi input

sehingga nilainya bertambah.

4. Output adalah produk, baik berupa barang atau jasa yang dihasilkan dari

suatu proses.

Page 12: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

26

5. Customer adalah orang atau sekelompok orang atau sub-proses yang

menerima Output.

Gambar 3.1 SIPOC Diagram

3.12 Diagram sebab akibat (Cause effect/fishbone diagram)

Diagram sebab akibat atau yang sering disebut sebagai diagram tulang

ikan (fishbone diagram) atau diagram Ishikawa (Ishikawa’s diagram)

diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun

1953. Diagram sebab akibat ini merupakan diagram yang menunjukkan

hubungan antara sebab dan akibat secara sistematis.

Kegunaan cause and effect (fishbone diagram) adalah untuk

menampilkan bentuk gambar dari hal yang diidentifikasi dan mengorganisasi

kemungkinan-kemungkinan akar masalah, atau faktor-faktor yang diperlukan

untuk kesuksesan suatu aktivitas. Diagram ini adalah sebuah alat yang efektif

untuk melihat kaitan antar elemen dalam mempelajari proses, sistuasi dan untuk

perencanaan.

Diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk berbagai kebutuhan berikut:

1. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah

2. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah

3. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut

Page 13: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

27

Dalam menggambar cause and effect (fishbone diagram) ada beberapa

kategori umum sumber penyebab berdasarkan prinsip 7M, yaitu : Gasperz (2002,

pp241-243)

1. Manpower (tenaga kerja)

Berkaitan dengan kekurangan dalam pengetahuan (tidak terlatih, tidak

berpengalaman), kekurangan dalam ketrampilan dasar yang berkaitan dengan

mental dan fisik, kelelahan, stress, ketidakpedulian, dll.

2. Machines (mesin-mesin)

Berkaitan dengan tidak ada sistem perawatan preventif terhadap mesin-mesin

produksi, termasuk fasilitas dan peralatan lain, tidak sesuai dengan

spesifikasi tugas, tidak dikalibrasi, terlalu complicated, terlalu panas, dll.

3. Methods (metode kerja)

Berkaitan dengan tidak ada prosedur dan metode kerja yang benar, tidak

jelas, tidak diketahui, tidak terstandarisasi, tidak cocok, dll.

4. Materials (bahan baku)

Berkaitan dengan ketiadaan spesifikasi kualitas dari bahan baku dan bahan

penolong yang digunakan, ketidaksesuaian dengan spesifikasi kualitas bahan

baku dan bahan penolong yang ditetapkan, ketiadaan penanganan yang

efektif terhadap bahan baku dan bahan penolong itu, dll.

5. Media

Berkaitan dengan tempat dan waktu kerja yang tidak memperhatikan aspek –

aspek kebersihan, kesehatan dan keselamatan kerja, dan lingkungan kerja

yang kondusif, kekurangan dalam lampu penerangan, ventilasi yang buruk,

kebisingan yang berlebihan, dll.

Page 14: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

28

6. Motivation (motivasi)

Berkaitan dengan ketiadaan sikap kerja yang benar dan professional (tidak

kreatif, bersikap reaktif, tidak mampu bekerja sama dalam tim, dll), yang

dalam hal ini disebabkan oleh system balas jasa dan penghargaan yang tidak

adil kepada tenaga kerja.

7. Money (keuangan)

Berkaitan dengan ketiadaan dukungan finansial (keuangan) yang mantap

guna memperlancar proyek peningkatan kualitas.

Gambar 3.2 Fishbone Diagram

3.13 Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)

Berdasarkan Melinda (2006, p121), FMEA merupakan seperangkat

pedoman, proses dan format untuk mengidentifikasikan dan memprioritaskan

masalah penting (kegagalan).

Page 15: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

29

Berdasarkan Gasperz (2002, p246), FMEA adalah suatu prosedur

terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode

kegagalan (failure modes).

Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatan

atau kegagalan dalam desain, kondisi diluar batas spesifikasi yang telah

ditetapkan, atau perubahan – perubahan dalam produk yang menyebabkan

terganggunya fungsi dari produk itu.

Penggunaan FMEA akan paling efektif apabila diterapkan pada produk

atau proses – proses baru, atau produk dan proses sekarang yang akan mengalami

perubahan – perubahan besar dalam desain sehingga dapat mempengaruhi

keandalan dari produk atau proses situ.

Langkah – langkah FMEA :

• Identifikasi proses atau produk/jasa

• Daftarkan masalah – masalah yang mungkin timbul.

• Beri skala pada masalah berdasarkan kerumitannya, kemungkinan terjadi

atau kemampuan terdeteksi.

• Hitung RPN (Risk Priority Number) dan tindakan yang diutamakan.

• Ambil tindakan untuk mengurangi risiko.

Definisi serta pengurutan atau pemberian ranking dari berbagai

terminologi dalam FMEA adalah sebagai berikut:

1. Akibat potensial adalah akibat yang dirasakan atau dialami oleh pengguna

akhir.

Page 16: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

30

2. Mode kegagalan potensial adalah kegagalan atau kecacatan dalam desain

yang menyebabkan cacat itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

3. Penyebab potensial dari kegagalan adalah kelemahan-kelemahan desain dan

perubahan dalam variabel yang akan mempengaruhi proses dan

menghasilkan kecacatan produk.

4. Occurance (O) adalah suatu perkiraan tentang probabilitas atau peluang

bahwa penyebab akan terjadi dan menghasilkan modus kegagalan yang

menyebabkan akibat tertentu.

Tabel 3.2 Rating Occurrence Rangking Kriteria Verbal ProbabilitasKegagalan

1 Tidak mungkin penyebab ini mengakibatkan kegagalan

1 dalam 1000000

2 3

Kegagalan akan jarang terjadi 1 dalam 20000 1 dalam 4000

4 5 6

Kegagalan agak mungkin terjadi 1 dalam 1000 1 dalam 400 1 dalam 80

7 8

Kegagalan adalah sangat mungkin terjadi

1 dalam 40 1 dalam 20

9 10

Hampir dapat dipastikan bahwa kegagalan akan terjadi

1 dalam 8 1 dalam 2

Catatan : probabilitas kegagalan berbeda beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating disesuaikan dengan proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa (engineering judgement) Sumber : Gasperz, 2002, p251

5. Severity (S) adalah suatu perkiraan subyektif atau estimasi tentang bagaimana

buruknya pengguna akhir akan merasakan akibat dari kegagalan tersebut.

Page 17: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

31

Tabel 3.3 Severity

Rangking Kriteria Verbal

1 Neglible Severity, kita tidak perlu memikirkan akibat ini akan berdampak pada kinerja produk. Pengguna akhir tidak akan memperhatikan kecacatan atau kegagalan ini.

2 3

Mild Severity, akibat yang ditimbulkan hanya bersifat ringan, pengguna akhir tidak merasakan perubahan kinerja.

4 5 6

Moderate Severity, pengguna akhir akan merasakan akibat penurunan kinerja atau penampilan namun masih berada dalam batas toleransi.

7 8

High Severity, pengguna akhir akan merasakan akibat buruk yang tidak dapat diterima, berada di luar batas toleransi.

9 10

Potential Safety Problem, akibat yang ditimbulkan adalah sangat berbahaya dan bertentangan dengan hukum.

Catatan : Tingkat severity berbeda beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating disesuaikan dengan proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa (engineering judgement)

Sumber: Gasperz, 2002, 250

6. Detectibility (D) adalah perkiraan subyektif tentang bagaimana efektivitas dan

metode pencegahan atau pendeteksian.

Page 18: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

32

Tabel 3.4 Detectability Rangking Kriteria Verbal Tingkat Kejadian Penyebab

1 Metode pencegahan atau deteksi sangat efektif. Tidak ada kesempatan bahwa penyebab akan muncul lagi.

1 dalam 1000000

2 3

Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi adalah sangat rendah.

1 dalam 20000 1 dalam 4000

4 5 6

Kemungkinan penyebab bersifat moderat, Metode deteksi masih memungkinkan kadang kadang penyebab itu terjadi.

1 dalam 1000 1 dalam 400 1 dalam 80

7 8

Kemungkinan bahwa penyebab itu masih tinggi. Metode pencegahan atau deteksi kurang efektif, karena penyebab masih berulang lagi

1 dalam 40 1 dalam 20

9 10

Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi sangat tinggi. Metode deteksi tidak efektif. Penyebab akan selalu terjadi

1 dalam 8 1 dalam 2

Catatan : tingkat kejadian penyebab berbeda beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating disesuaikan dengan proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa (engineering judgement) Sumber: Gasperz, 2002, p254

7. Risk Priority Number (RPN)

Gabungan dari ranking Severity (S), Occurrence(O), dan Detection (D) dengan

rumus :

RPN = (S) x (O) x (D)

Nilai ini harus digunakan untuk mengurutkan perhatian yang harus diberikan

pada proses tersebut, misal untuk diagram Pareto. RPN ini akan bernilai antara 1

dan 1000. Untuk RPN yang besar, team harus mampu menurunkan nilai resiko,

umumnya perhatian tertinggi harus diberikan pada Severity (S) tertinggi.

Page 19: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

33

3.14 Pengertian Sistem

Menurut McLeod (2001, p11), sistem adalah sekelompok elemen yang

terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.

Mathiassen et al. (2000, p9). Sistem adalah sekumpulan elemen yang

mengimplementasikan kebutuhan model, functions, dan interfaces.

3.15 Elemen Sistem

Sistem memiliki elemen – elemen dasar yang saling berinteraksi yaitu

input, process, output. Input mencakup komponen atau unsur yang akan masuk

ke dalam system untuk diproses. Process adalah perubahan bentuk atau

transformasi dari input menjadi ouput. Output adalah hasil akhir dari process

yang telah sesuai dengan tujuan.

Contoh elemen sistem pada perusahaan manufaktur, sumder daya input

adalah bahan mentah, yang diubah menjadi barang jadi atau jasa melalui proses

manufaktur.

3.16 Pengertian Data

Menurut McLeod (2001, p15), Data adalah fakta – fakta yang dan angka–

angka yang relatif tidak berarti bagi pemakai. Sedangkan menurut O’Brien

(2002, p13), Data adalah fakta mentah atau penelitian tentang fenomena fisik

atau transaksi bisnis.

3.17 Pengertian Informasi

Informasi adalah salah satu jenis utama sumber daya yang tersedia bagi

manajer. Informasi ini dapat dikelola seperti halnya sumber daya yang lain, dan

Page 20: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

34

perhatian pada topik ini bersumber dari dua pengaruh. Pertama, bisnis telah

menjadi semakin rumit, dan kedua adalah komputer telah mencapai kemampuan

yang semakin baik.

Output informasi dari komputer digunakan oleh para manajer, non-

manajer, serta orang - orang dan organisasi – organisasi dalam lingkungan

perusahaan. Manajer berada pada semua tingkat organisasional perusahaan, dan

dalam semua bidang fungsional. Manajer melaksanakan berbagai fungsi dan

peran, dan untuk berhasil, manajer memerlukan keahlian da;am komunikasi dan

pemecahan masalah. Manajer perlu mengerti komputer (computer literate), tetapi

yang lebih penting mereka perlu mengerti informasi (information literate).

Sangat bermanfaat jika manajer mampu melihat unitnya sebagai suatu

sistem yang terdiri dari beberapa subsistem dan berada dalam supersistem yang

lebih besar. Perusahaan adalah suatu sistem yang bersifat fisik, namun dikelola

dengan menggunakan suatu sistem konseptual. Sistem konseptual itu terdiri dari

suatu pengolah informasi yang mengubah data menjadi informasi dan

menggambarkan sumber daya fisik.

Menurut McLeod (2001, p15) Informasi merupakan data yang telah

diproses atau data yang memiliki arti. Sedangkan menurut O’Brien (2002, p13),

informasi adalah data yang telah dikonversikan menjadi bentuk yang bermakna

dan berguna bagi pengguna akhir. Dari definisi yang disebutkan, informasi dapat

disimpulkan sebagai data yang telah diolah yang mempunyai arti dalam

pengambilan keputusan bagi pihak yang bersangkutan.

Page 21: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

35

3.18 Sistem Informasi

Menurut O’Brien (2002, p7) Sistem Informasi adalah kombinasi dari

sumber daya manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi,

dan sumber data yang mengumpulkan , merubah, dan menyebarkan informasi

dalam sebuah organisasi.

Manusia telah bergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi

antara satu dengan lainnya menggunakan peralatan fisik (Hardware),

serangkaian instruksi dan prosedur (Software), jaringan komunikasi ( network ),

dan juga data yang tersimpan (Data Resources) sejak berkembangnya sistem

Informasi.

3.19 Analisa dan Perancangan Berorientasi Objek

Secara umum, perkembangan sistem informasi yang banyak diketahui

adalah perkembangan dari sistem informasi yang berorientasi proses hingga

sistem informasi yang berorientasi objek. Objek merupakan sebuah entitas yang

memiliki identitas, status, dan perilaku (Mathiassen et al., 2000,p4).

Gambar 3.3 Evolusi Metodologi Sistem Informasi

Sumber : http://www.embarcadero.com/support/uml_central.asp.

Page 22: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

36

Object Oriented Analysis and Design merupakan tahap awal dalam

pembuatan software berbasis objek, Tujuan dari analisa dan desain ini adalah

untuk mengembangkan garis besar dari keseluruhan kebutuhan sistem dan

sebagai landasan utuk implementasi sistem. Analisa lebih berfokus kepada

konteks sistem, sedangkan desain lebih berfokus pada sisi teknis dari

perancangan software itu sendiri. Mathiassen(2000,p13).

Mathiassen et al. (2000, pp14-15). Empat aktifitas utama pada Object

Oriented analysis and design, yaitu Problem Domain Analysis, Application

Domain Analysis, Component Design, Architectural Design.

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p15).

Gambar 3.4 Aktifitas Utama dalam OOAD

Page 23: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

37

3.20 Object Oriented Methods

Metode ini digunakan untuk membuat suatu sistem yang dimodelkan oleh

objek, dimana objek tersebut berinteraksi.

3.20.1 Keuntungan dan Kelemahan Object Oriented Methods

Mathiassen et al. (2000, pp5-6) menyebutkan bahwa terdapat keuntungan

menggunakan OOAD diantaranya adalah:

1. OOAD dapat memberikan informasi yang jelas mengenai context sistem.

2. OOAD dapat menangani data yang seragam dalam jumlah yang besar dan

mendistribusikannya ke seluruh bagian organisasi.

3. Berhubungan erat dengan analisa berorientasi objek, perancangan

berorientasi objek, user interface berorientasi objek, dan pemrograman

berorientasi objek.

Terdapat beberapa kelemahan dari OOAD yang berhasil diidentifikasi

oleh Raymond McLeod, Jr (2001, p615) yaitu:

1. Diperlukan waktu lama untuk memperoleh pengalaman pengembangan.

2. Kesulitan metodologi untuk menjelaskan sistem bisnis yang rumit.

3. Kurangnya pilihan peralatan pengembangan yang khusus disesuaikan

untuk sistem bisnis.

Page 24: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

38

3.20.2 Karakteristik Object Oriented Methods

• Encapsulation

Adalah suatu objek yang dapat menyembunyikan suatu informasi yang

penting sehingga tidak dapat diakses oleh objek lain yang tidak memiliki

kepentingan serta hak akses pada objek yang bersangkutan.

• Inheritance

Penurunan atau inheritance adalah kemampuan yang dimiliki oleh suatu

objek untuk mewariskan sifat, atribut, metode, variabel kepada kelas

turunannya. Inheritance juga dapat dikatakan dengan menciptakan kelas baru

yang memiliki sifat kelas induknya, serta ditambahkan dengan karakteristik

yang khusus dari kelas itu sendiri.

• Polymorphism

Adalah suatu kemampuan untuk mendefinisikan beberapa kelas dengan

fungsi yang berbeda tetapi memiliki metode dan properti yang sama. Dapat

menyembunyikan banyak detil penerapan yang berbeda dari dan dengan

menggunakan suatu interface yang sama, juga merupakan pengembangan

konsep enkapsulasi.

3.21 Unified Modelling Languange (UML)

Unified Modelling Language (UML) dikembangkan dengan tujuan untuk

menyederhanakan dan mengkonsolidasikan sejumlah besar metode

pengembangan object oriented yang muncul.

Page 25: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

39

Unified Modelling Language (UML) adalah sebuah bahasa yang

berdasarkan grafik/gambar untuk memvisualisasi, menspesifikasikan,

membangun, dan pendokumentasian dari sebuah sistem pengembangan software

berbasis OO (Object Oriented). Pendekatan analisa dan rancangan dengan

menggunakan model OO mulai diperkenalkan sekitar pertengahan 1970 hingga

akhir 1980 dikarenakan pada saat itu aplikasi software sudah meningkat dan

mulai komplek. Sebelum tahun 1980 awal, dimana C dan C++ berkembang,

developer software masih menggunakan sistem pemrograman struktural.

Pemrograman yang umum digunakan adalah Cobol di tahun 1967 dan

berkembang dengan pesat di tahun 1970. Sejak penggunaan OOAD (Object

Oriented Analysis and Design) pertama di bahasa pemrograman Smalltalk di

awal tahun 1980, banyak metode OOAD yang mulai muncul, diantaranya seperti

Shlaer/Mellor, Coad/Yourdon, Booch, Rumbaugh, dan lainnya.

Pada tahun 1994, Booch dan Rumbaugh bergabung di Rational Software

Corp dan membentuk sebuah standar yang baru. Pada awal tahun 1996, OMG

(Object Management Group) mengajukan proposal untuk bertanggung jawab

pada pengembangan dan penyatuan metode pengembangan berbasis objek, inilah

yang terus dikembangkan menjadi UML. Jumlah yang menggunakan metoda OO

mulai diuji cobakan dan diaplikasikan antara tahun 1989 hingga tahun 1994,

seperti halnya oleh Grady Booch dari Rational Software Co. yang dikenal

dengan OOSE (Object-Oriented Software Engineering) dan James Rumbaugh

dari General Electric yang dikenal dengan OMT (Object Modelling Technique).

Kelemahan saat itu mulai disadari oleh Booch maupun Rumbaugh, ketika

mereka bertemu rekan lainnya, Ivar Jacobson dari Objectory. Kelemahan saat itu

Page 26: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

40

adalah tidak adanya standar penggunaan model yang berbasis OO, sehingga

mereka mulai mendiskusikan untuk mengadopsi masing-masing pendekatan

metoda OO untuk membuat suatu model bahasa yang seragam, yaitu UML

(Unified Modeling Language) dan dapat digunakan oleh seluruh dunia.

Secara resmi bahasa UML dimulai pada bulan oktober 1994, ketika

Rumbaugh bergabung dengan Booch untuk membuat sebuah proyek pendekatan

metoda yang seragam dari masing-masing metoda mereka. Saat itu baru

dikembangkan draft metoda UML version 0.8 dan diselesaikan, serta di release

pada bulan oktober 1995. Bersamaan dengan saat itu, Jacobson bergabung dan

UML tersebut diperkaya ruang lingkupnya dengan metoda OOSE sehingga

muncul release version 0.9 pada bulan Juni 1996. Hingga saat ini, sejak Juni

1998 UML version 1.3 telah diperkaya dan direspons oleh OMG (Object

Management Group), Anderson Consulting, Ericsson, Platinum Technology,

Object Time Limited, dan lain-lain, serta di pelihara oleh OMG yang dipimpin

oleh Cris Kobryn. UML adalah standar dunia yang dibuat oleh Object

Management Group (OMG), sebuah badan yang bertugas mengeluarkan standar-

standar teknologi object oriented dan software component.

Page 27: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

41

Gambar 3.5 Terbentuknya Unified Modelling Language (UML)

Sumber : Dharwiyanti, Wahono, http://ikc.tuxed.org/umum/yanti-uml.php, 2003.

3.21.1 Definisi UML

UML adalah sebuah modeling language, bukanlah sebuah method.

Sebagian besar method, setidaknya dalam prinsipnya, terdiri dari sebuah

modeling language dan sebuah proses. Modeling language adalah notasi

(terutama grafikal) yang digunakan method untuk mengekspresikan rancangan.

Proses adalah nasihat atas langkah-langkah apa yang perlu diambil dalam

menjalankan sebuah rancangan.

3.21.2 Kegunaan UML

UML diperuntukan untuk pemakaian sistem software yang intensif. UML

banyak digunakan terutama untuk (Booch, Rumbaugh, Jacobson, 1999, p17) :

• Sistem informasi perusahaan

• Layanan perbankan dan financial

Page 28: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

42

• Telekomunikasi

• Transportasi

• Pertahanaan / angkasa luar

• Perdagangan

• Alat-alat elektronik medis

3.22 System Definition

System definition (Mathiassen et al., 2000, p24) adalah suatu deskripsi

yang jelas namun singkat dari sebuah system yang terkomputerisasi dan

diekspresikan dengan kata-kata. Sebuah System Definition menjelaskan property

mendasar dari pengembangan sebuah system dan kegunaannya. System

Definition menjelaskan system dalam konteks, informasi apa saja yang harus

dimiliki, fungsi apa saja yang harus tersedia, dimana harus digunakan dan dalam

kondisi apa pengembangan bisa dilakukan.

3.23 Rich Picture

Rich picture merupakan suatu penggambaran dari sistem yang membantu

untuk mengerti keadaan dari sistem yang sedang berjalan maupun sistem yang

akan diusulkan.

Menurut Mathiassen et al. (2000, p27) sebuah rich picture berfokus pada

aspek-aspek penting dari keadaan yang berjalan, yang ditentukan sendiri oleh

sang illustrator.

Page 29: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

43

3.24 FACTOR

Menurut Mathiassen et al. (2000, p39) FACTOR criterion memiliki 6 elemen:

• Functionality

Merupakan fungsi dari system yang mendukung tugas dari application

domain.

• Application domain

Bagian dari organisasi yang mengurus, mengawasi atau mengontrol

problem domain.

• Conditions

Kondisi seperti apa yang sedang berjalan ketika sistem dikembangkan

dan digunakan.

• Technology

Teknologi yang digunakan dalam mengembangkan sistem dan teknologi

yang dibutuhkan untuk menjalankan system.

• Objects

Objek utama dari problem domain.

• Responsibility

Merupakan kegunaan sistem secara keseluruhan .

Page 30: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

44

3.25 Problem Domain Analysis

Mathiassen et al. (2000, pp14-15). Problem domain merupakan bagian dari

situasi yang diatur, diawasi, dan dikendalikan oleh sistem. Tujuan melakukan

analisis problem domain adalah mengidentifikasi dan memodelkan problem

domain.

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p46)

Gambar 3.6 Aktifitas Analysis Problem Domain

3.25.1 Class

Menurut Mathiassen et al. (2000, p4), Class adalah gambaran dari

sekumpulan objek yang mempunyai kesamaan struktur, pola operasi, dan atribut.

+move()+resize()+display()

-originShape

Gambar 3.7 Contoh Class

Page 31: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

45

3.25.2 Object

Objek merupakan suatu abstraksi dari situasi yang ada di dalam suatu

sistem. Objects mendeskripsikan apa yang menjadi perspektif penggun dalam

dunia nyata. Objek dapat didefinisikan sebagai sebuah entitas yang memiliki

identitas, state serta behaviour. Mathiassen et al. ( 2000, p51 )

3.25.3 Event

Event merupakan abstraksi dari problem domain activity atau proses yang

dilakukan atau dialami oleh satu atau lebih objek. Mathiassen et al. ( 2000,p51 )

3.25.4 Class Diagram

Class Diagram menggambarkan struktur objek dari sistem. Class

diagram menunjukkan sekumpulan class yang membentuk sistem dan hubungan

struktural diantara class tersebut (Mathiassen et al., 2000, p336).

Dalam Class Diagram ini dapat digambarkan hubungan berikut :

• Generalization

Mathiassen et al. (2000, p72). Class induk (Super Class) menjelaskan

properties yang umum yang dimilikinya kepada class khusus dibawahnya

(subclasses).

Page 32: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

46

Passenger Car

Taxi Private car

Sumber : Mathiassen et al. ( 2000,p73 )

Gambar 3.8 Contoh Generalization

• Association

Mathiassen et al. (2000, pp 76-77). Yaitu hubungan antar dua atau lebih

objek. Dan hubungan komunikasi antara satu class dengan class lain.

Hubungan ini menggambarkan apa yang perlu diketahui oleh sebuah class

mengenai class lainnya.

Sumber : Mathiassen et al. ( 2000,p77 )

Gambar 3.9 Contoh Association

• Aggregation

Mathiassen et al. (2000, pp 75-75). Merupakan hubungan antar dua atau lebih

objek. Objek superior (the whole) terdiri dari beberapa objek inferior (the

parts). Hubungan yang unik diman sebuah objek merupakan bagian dari

objek lain.

Page 33: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

47

Engine Wheel

Cam Shaft

Car

Body

Cylinder

1

1

1

1

1

1..*

1

1..*

11..*

Sumber : Mathiassen et al. ( 2000,p76 )

Gambar 3.10 Contoh Aggregation

• Multiplicities – Yaitu hubungan satu class dengan banyak class.

Class Diagram ini juga dapat disebut sebagai Static Digram, karena dalam

Class Diagram ini tidak terdapat deskripsi yang berkaitan dengan waktu,

seperti di Sequence diagram.

Page 34: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

48

Gambar 3.11 Contoh Class Diagram

3.25.5 Behavioral Pattern

Behavioral Pattern: A description of possible event traces for all objects

in a class. (2000, p90). Tujuan dari behaviour activity adalah untuk memodelkan

keadaan problem domain yang dinamis dengan memperluas class definition yang

ada didalam class diagram dengan menambahkan behavioural pattern untuk

setiap class.

3.25.6 Statechart Diagram

Statechart Diagram digunakan untuk memodelkan perilaku dinamis dari

sebuah objek dalam sebuah class yang spesifik dan berisi state dan transition

(Mathiassen et al., 2000, p341).

Statechart diagram mendeskripsikan behavior dari sebuah sistem.

Statechart Diagram menunjukkan state yang mungkin dijalankan oleh sebuah

Page 35: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

49

objek dan bagaimana state objek tersebut menjalankannya berubah sebagai hasil

dari event yang mencapai objek tersebut.

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p425)

Gambar 3.12 Contoh StateChart Diagram

3.25.7 Sequence Diagram

Bennet et al. (2006, p253) mengemukakan bahwa sequence diagram

menunjukkan interaksi antar objek yang diatur berdasarkan urutan waktu.

Sequence diagram dapat digambarkan dalam berbagai level of detail yang

berbeda untuk memenuhi tujuan yang berbeda-beda pula dalam daur hidup

pengembangan sistem. Aplikasi sequence diagram yang paling umum adalah

untuk menggambarkan interaksi antar objek yang terjadi pada sebuah use case

atau sebuah operation.

Bennet et al. (2006, pp253-254) menyatakan bahwa setiap sequence diagram

harus diberikan frame yang memiliki heading dengan menggunakan notasi sd

Page 36: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

50

yang merupakan kependekan dari sequence diagram. Bennet et al. (2006, p270)

juga menyatakan bahwa terdapat beberapa notasi penulisan heading pada setiap

frame yang terdapat dalam sequence diagram, antara lain:

a. alt

Notasi alt merupakan kependekan dari alternatives yang menyatakan bahwa

terdapat beberapa buah alternatif jalur eksekusi untuk dijalankan.

b. opt

Notasi opt merupakan kependekan dari optional dimana frame yang memiliki

heading ini memiliki status pilihan yang akan dijalankan jika syarat tertentu

dipenuhi.

c. loop

Notasi loop menyatakan bahwa operation yang terdapat dalam frame tersebut

dijalankan secara berulang selama kondisi tertentu.

d. break

Notasi break mengindikasikan bahwa semua operation yang berada setelah

frame tersebut tidak dijalankan.

e. par

Merupakan kependekan dari parallel yang mengindikasikan bahwa operation

dalam frame tersebut dijalankan secara bersamaan.

f. seq

Notasi seq merupakan kependekan dari weak sequencing yang berarti operation

yang berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada urutan manapun.

Page 37: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

51

g. strict

Notasi strict merupakan kependekan dari strict sequencing yang menyatakan

bahwa operation harus dilakukan secara berurutan.

h. neg

Notasi neg merupakan kependekan dari negative yang mendeskripsikan operasi

yang tidak valid.

i. critical

Frame yang memiliki heading critical menyatakan bahwa operasi-operasi yang

terdapat di dalamnya tidak memiliki sela yang kosong.

j. ignore

Notasi ini mengindikasikan bahwa tipe pesan atau parameter yang dikirimkan

dapat diabaikan dalam interaksi.

k. consider

Consider menyatakan pesan mana yang harus dipertimbangkan dalam interaksi.

l. assert

Merupakan kependekan dari assertion yang menyatakan urutan pesan yang valid.

m. ref

Notasi ref merupakan kependekan dari refer yang menyatakan bahwa frame

mereferensikan operation yang terdapat di dalamnya pada sebuah sequence

diagram tertentu.

Page 38: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

52

Campaign Manager :Client

getName()

listCampaigns()

:Campaign

getCampaignDetails()

:Advert

loop [for all client’s campaigns]

listAdverts()

getAdvertDetails()loop [for all campaign’s adverts]

addNewAdverts()

AdvertnewAd:Advert

Sumber: Bennet et al. (2006, p254)

Gambar 3.13 Contoh Sequence Diagram

3.25.8 Navigation Diagram

Mathiassen et al.(2000, p344). Navigation Diagram merupakan

statechart diagram khusus yang berfokus pada user interface. Diagram ini

menunjukkan window-window dan transisi diantara window-window tersebut.

Page 39: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

53

3.26 Application Domain Analysis

Application domain merupakan organisasi yang mengatur, mengawasi,

atau mengendalikan problem domain. Tujuan dilakukannya analisis application

domain adalah untuk menentukan kebutuhan penggunaan sistem.

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p117)

Gambar 3.14 Application Domain Analysis

3.26.1 Usecase Diagram

Use case diagram mendeskripsikan hubungan antara actors dan use case

(Mathiassen et al., 2000, p343).

Actor1

UseCase1

Actor2

Gambar 3.15 Contoh Usecase Diagram

3.26.2 Function

Function : a facility for making a mode useful for actors. Mathiassen et

al. (2000, p138). Sebuah fungsi diaktifkan, dieksekusi dan menyediakan hasil,

Page 40: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

54

eksekusi dari fungsi dapat menciptakan sebuah reaksi pada application domain

atau problem domain.

Function memiliki beberapa tipe, setiap tipe dari sebuah function

merupakan ekspresi atau penggambaran dari hubungan ang terjadi antara model

dan konteks sistem dan setiap function memiliki karakteristik yang dapat

membantu ketika ingin mendefinisikan suatu function, tipe dari function antara

lain (Mathiassen et al, 2000, p138) :

• Update

Function ini diaktifkan oleh problem domain event dan dapat

menghasilkan sebuah perubahan dalam model state.

• Signal

Function ini diaktifkan dengan merubah model state dan menghasilkan

suatu reaksi dari dalam sistem, reaksi dapat dilihat oleh actor dalam

application domain.

• Read

Fungsi read diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan

menghasilkan tampilan model sistem yang relevan.

• Compute

Fungsi compute diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan

berisi perhitungan yang dilakukan baik oleh actor maupun oleh model.

Hasilnya adalah tampilan dari hasil perhitungan yang dilakukan.

Page 41: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

55

3.26.3 Interface

Interface : facilities that make a system’s and functions available to

actors. Mathiassen et al (2000, p151 ). Interface merupakan fasilitas yang

membuat model dan function dapat berinteraksi dengan actor, dimana user

interface merupakan interface yang digunakan untuk berhubungan dengan

server.

3.27 Architectural Design

Architectural design berfungsi sebagai kerangka kerja dalam aktivitas

pengembangan sistem dan menghasilkan struktur komponen dan proses sistem.

Tahap architectural design terdiri dari tiga aktivitas yaitu criteria,

component architecture, dan process architecture.

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p176)

Gambar 3.16 Architectural Design

3.27.1 Criteria

Mathiassen et al (2000, p151 ). Criterion : a preferred property of an

architecturing.

Page 42: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

56

Tabel 3.5 Kriteria untuk kualitas Software

Criterion Measure of

Usable Kemampuan sistem beradaptasi dengan context organisasional dan teknikal.

Secure Pencegahan akses ilegal terhadap data dan fasilitas.

Efficient Eksploitasi ekonomis dari fasilitas technical platform.

Correct Kesesuaian dengan kebutuhan. Reliable Fungsi yang dijalankan secara tepat.

Maintainable Biaya untuk mencari dan memperbaiki kerusakan sistem.

Testable Biaya untuk menjamin bahwa sistem melakukan fungsinya.

Flexible Biaya memodifikasi sistem.

Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk memahami sistem.

Reusable Penggunaan bagian dari sistem ke dalam sistem lain yang berkaitan.

Portable Biaya memindahkan sistem ke technical platform lain.

Interoperable Biaya pemasangan sistem dengan sistem lain.

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p178)

Mathiassen et al. (2000, pp179-182) menyebutkan bahwa kriteria usable,

flexible, dan comprehensible tergolong sebagai kriteria umum yang harus

dimiliki oleh sebuah sistem dan menentukan baik tidaknya suatu rancangan

sistem.

3.27.2 Component Architecture

Mathiassen et al (2000, p190). Component architecture : a system

structure composed of interconnected components.

Page 43: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

57

Mathiassen et al (2000, p190). Component : a collection of program parts

that constitutes a whole and has well-defined responsibilities.

Component architecture yang baik dapat membuat sistem menjadi lebih

mudah dimengerti, dan mengorganisasi design work dan juga merefleksikan

stabilitas dari sistem. Mathiassen et al (2000, p189).

Dalam aktivitas ini, perlu ditentukan pola arsitektural yang paling sesuai

dengan model sistem. Pola-pola arsitektural tersebut antara lain:

• Layered Architecture Pattern

• Generic Architecture Pattern

• Client-Server Architecture Pattern

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah component diagram yang

merupakan class diagram yang dilengkapi dengan spesifikasi komponen yang

kompleks.

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p190)

Gambar 3.17 Contoh Component Architecture

Page 44: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

58

3.27.3 Process Architecture

Mathiassen et al (2000, p211). Process architecture adalah sebuah

struktur eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses yang saling tergantung

satu sama lain. Dalam aktivitas ini juga perlu menentukan pola distribusi yang

sesuai dengan model sistem. Pola-pola distribusi yang ada antara lain:

• Centralized Pattern

• Distributed Pattern

• Decentralized Pattern

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah deployment diagram yang

menunjukkan processor dengan komponen program dan active objects.

3.28 Component Design

Component design bertujuan untuk menentukan implementasi kebutuhan

di dalam kerangka kerja arsitektural. Hasilnya adalah deskripsi mengenai

komponen-komponen sistem. (Mathiassen et al., 2000, p231).

Component design terdiri dari tiga aktivitas, yaitu:

a. Model component

Merupakan bagian sistem yang mengimplementasikan model problem

domain. Dalam aktivitas ini dihasilkan sebuah class diagram yang

telah direvisi (revised class diagram).

b. Function component

Merupakan bagian sistem yang mengimplementasikan kebutuhan

fungsional. Hasilnya adalah class diagram dengan operasi dan fungsi-

Page 45: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

59

fungsinya. Terdapat empat pola eksplorasi untuk merancang function

component, yaitu: Model-Class Placement, Function-Class

Placement, Startegy, Active Function.

c. Connecting component

Hasilnya adalah class diagram yang berhubungan dengan komponen-

komponen sistem.

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p232)

Gambar 3.18 Aktivitas Component Design

3.29 Component Diagram

Menggambarkan organisasi dan dependensi diantara sekumpulan

komponen-komponen. Umumnya komponen terbentuk dari beberapa class dan

atau package, tapi dapat juga dari komponen-komponen yang lebih kecil.

Komponen juga dapat berupa interface, yaitu kumpulan layanan yang disediakan

sebuah komponen untuk komponen lain.

Page 46: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

60

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p201)

Gambar 3.19 Contoh Component Diagram

3.30 Deployment Diagram

Menurut Mathiassen et al. (2000, p340), deployment diagram

menunjukkan konfigurasi sistem dalam bentuk processor dan objek yang

terhubung dengan processor tersebut.

Menggambarkan node dalam membentuk topologi perangkat keras yang

akan digunakan dan konfigurasi komponen-komponen yang ada di dalam sistem.

Sebuah node adalah server, workstation, atau piranti keras lain yang digunakan

untuk men-deploy komponen dalam lingkungan sebenarnya. Hubungan antar

node dan requirement dapat juga didefinisikan dalam diagram ini.

Page 47: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00573-TISI Bab 3.pdfBerdasarkan uraian diatas SPC dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi pengumpulan

61

:Client

UserInterface

SystemInterface

Function

Model

:Server

SystemInterface

more clients

Sumber: Mathiassen et al. (2000, p217)

Gambar 3.20 Contoh Deployment Diagram