bab 3 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab3/2007-3-00492-tisi bab 3.pdf ·...

79
BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Menurut Teguh Baroto produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sedangkan sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu produk, dimana didalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi, modal, dan tindakan manajemen. Sistem produksi bertujuan untuk merencanakan dan mengendalikan produksi agar lebih efektif, produktif, dan optimal. Production Planning and Control merupakan aktivitas dalam sistem produksi. Perusahaan merupakan kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan perusahaan. Proses produksi adalah aktivitas bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan teknis, dan lain-lain. Perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut. Aktivitas-aktivitas yang ditangani oleh departemen PPC atau PPIC secara umum adalah sebagai berikut: 1. Mengelola pesanan dari pelanggan. 2. Meramalkan permintaan. 3. Mengelola persediaan. 4. Menyusun rencana agregat. 5. Membuat jadwal induk produksi.

Upload: vohuong

Post on 11-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

BAB 3

LANDASAN TEORI

3.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Menurut Teguh Baroto produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku

menjadi produk jadi. Sedangkan sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk

pembuatan suatu produk, dimana didalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan

baku, mesin, energi, informasi, modal, dan tindakan manajemen. Sistem produksi

bertujuan untuk merencanakan dan mengendalikan produksi agar lebih efektif,

produktif, dan optimal. Production Planning and Control merupakan aktivitas dalam

sistem produksi.

Perusahaan merupakan kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling terkait

untuk mencapai suatu tujuan perusahaan. Proses produksi adalah aktivitas bagaimana

membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan

teknis, dan lain-lain. Perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah aktivitas

bagaimana mengelola proses produksi tersebut.

Aktivitas-aktivitas yang ditangani oleh departemen PPC atau PPIC secara

umum adalah sebagai berikut:

1. Mengelola pesanan dari pelanggan.

2. Meramalkan permintaan.

3. Mengelola persediaan.

4. Menyusun rencana agregat.

5. Membuat jadwal induk produksi.

Page 2: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

15

6. Merencanakan kebutuhan.

7. Melakukan penjadwalan pada mesin atau fasilitas produksi.

8. Monitoring dan pelaporan pembebanan kerja disbanding kapasitas produksi.

9. Evaluasi scenario pembebanan dan kapasitas.

Metode perencanaan dan pengendalian produksi yang biasa digunakan pada

perusahaan-perusahaan adalah:

1. Sistem produksi proyek

2. Flexible Control system

3. Material Requirement Planning

4. Just in Time

5. Optimized Production Technology

6. Continuous Process Control Sistem

Berdasarkan cara pembuatan atau masa pengerjaan produksi dapat

diklasifikasikan menjadi tipe-tipe berikut :

1. Engineering to order (ETO), penyiapan fasilitas sampai pembuatan dalam

memenuhi pesanan dilakukan oleh perusahaan. Produk yang dipesan

biasanya berjumlah satu unit dan memiliki spesifikasi yang sangat berbeda

antara pesanan yang satu dengan yang lainnya. Aktivitas yang terlibat dalam

pembuatannya sangat banyak.

2. Made to order (MTO), pesanan yang diterimadisesuaikan dengan fasilitas

produksi yang dimiliki perusahaan.

3. Assembly to order (ATO), untuk memenuhi permintaan, perakitan dilakukan

dengan fasilitas yang dimiliki perusahaan.

Page 3: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

16

4. Made to stock (MTS) , perusahaan memproduksi dengan cara menstok hasil

produksi nya untuk memenuhi permintaan, dan tidak melayani pesanan.

Berdasar ukuran jumlah produk yang dihasilkan, produksi dapat

dikelompokkan menjadi:

1. Produksi proyek, jumlah operasi dan sumber daya yang digunakan banyak,

sedangkan unit yang diproduksi hanya satu.

2. Produksi batch, produksi yang dihasilkan banyak jenisnya, namun dalam

jumlah produksi yang sedang.

3. Produksi massal, jenis produk yang diproduksi lebih sedikit dari batch,

namun jumlah unit yang diproduksi sangat besar.

Berdasar cara memproduksi (berhubungan dengan pengaturan fasilitas

produksi), produksi dikelompokkan menjadi:

1. Produksi flow shop

2. Produksi fleksibel.

3. Produksi job shop

4. Produksi kontinu

Jenis-jenis produksi diatas dapat menentukan sistem produksi yang digunakan.

Page 4: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

17

3.2 Persediaan

3.2.1 Pengertian Persediaan

Persediaan (inventory) dapat memiliki berbagai fungsi penting yang menambah

fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan (Render dan Heizer, 2001, p314). Ada enam

penggunaan persediaan, yaitu:

1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan

yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.

2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi.

3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam

jumlah besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk.

4. Untuk menghindari hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.

5. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca,

kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat.

6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan

menggunakan “barang-dalam-proses” dalam persediaannya.

3.2.2 Jenis Persediaan

Menurut Render dan Heizer (2001, pp314-315), perusahaan mempertahankan 4

jenis persediaan: (1) persediaan bahan mentah, (2) persediaan barang-dalam-proses

(Work-in-process -- WIP), (3) persediaan MRO (perlengkapan

pemeliharaan/perbaikan/operasi), dan (4) persediaan barang jadi.

Persediaan barang mentah telah dibeli, namun belum di proses. Bahan

mentahnya dapat digunakan dari proses produksi untuk pemasok yang berbeda-beda.

Persediaan barang-dalam-proses telah mengalami beberapa perubahan tetapi belum

Page 5: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

18

selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu

siklus). MRO merupakan persediaan yang dikhususkan untuk perlengkapan

pemeliharaan/perbaikan/operasi. Persediaan barang jadi selesai dan menunggu untuk

dikirimkan. Barang jadi dimasukkan ke dalam persediaan karena permintaan konsumen

untuk jangka waktu tertentu mungkin tidak diketahui.

3.2.3 Fungsi Persediaan

Persediaan memiliki beberapa fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari

suatu perusahaan. Fungsi persediaan menurut Render dan Heizer (2001, p314), yaitu:

1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan yang

diantisipasi akan timbul dari konsumen.

2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya bila permintaan hanya

tinggi pada musim panas, persediaan dapat diadakan selama musim dingin untuk

menghindari biaya kehabisan stok.

3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan harga dalam jumlah besar.

4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.

5. Untuk menghindari kekurangan stok akibat kejadian tidak terduga.

6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan menggunakan

barang-barang dalam proses dalam persediaannya.

Page 6: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

19

3.3 Perencanaan Proses

3.3.1 Pengertian Perencanaan Proses

Perencanaan Proses adalah suatu perencanaan awal terhadap proses pembuatan

produk, hal ini berisi bagaimana produk tersebut akan dibuat (hal ini menentukan apakah

suatu komponen akan dibuat atau dibeli dari supplier), memilih fokus proses,

menentukan mesin dan peralatan yang digunakan. Perencanaan proses berkenaan dengan

perancangan dan implementasi sistem kerja yang akan memproduksi produk yang

diinginkan dalam kuantitas yang diperlukan.

3.3.2 Alat Bantu Dalam Perencanaan Proses

Beberapa alat bantu yang digunakan dalam perencanaan proses yaitu:

1) Struktur Produk

Struktur Produk adalah suatu susunan hirarki dari komponen-komponen

pembentuk suatu produk akhir. Biasanya produk akhir ditempatkan di level 0 dan

komponen pembentuk berikutnya adalah ditempatkan di level 1, dan seterusnya. Pada

umumnya produk akhir disebut juga induk atau parent dan komponen pembentuknya

disebut juga anak atau child.

Manfaat Struktur Produk adalah :

1. Mengetahui berapa jumlah item penyusunan suatu produk akhir.

2. Memberikan rincian mengenai komponen apa saja yang dibutuhkan untuk

menghasilkan suatu produk.

Page 7: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

20

Dalam Struktur Produk ada dua teknik yang digunakan yaitu :

1. Explosion

Suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan dimulai dari induk

sampai komponen pada level paling bawah

2. Implosion

Suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan dimulai dari

komponen sampai induk atau level atas.

Berikut adalah contoh struktur produk dari pulpen:

Gambar 3.1 Struktur Produk Pulpen

Keterangan:

Nilai x menunjukkan no komponen, y menunjukkan kuantitas komponen yang

diperlukan untuk menyusun produk benda

Page 8: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

21

2) Bill Of Material (BOM)

Bill of Material (BOM) merupakan rangkaian struktur semua komponen yang

digunakan untuk memproduksi barang jadi sesuai dengan Master Production

Scheduling. Bill Of Material (BOM) adalah daftar (list) dari bahan, material atau

komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur atau mebuat produk akhir.

Menurut Render dan Heizer Bill Of Material dibagi menjadi:

1. Bill Of Material yang berupa modul (modular bills)

Bill Of Material dapat diatur di seputar modul produk. Modul bukan merupakan

produk akhir yang akan dijual, tapi merupakan komponen yang dapat diproduksi

dan dirakit menjadi satu unit produk. Modul-modul ini mungkin merupakan

komponen inti dari suatu produk akhir atau pilihan produk. Bill Of Material untuk

modul-modul tersebut disebut modular bill.

2. Bill untuk perencanaan dan Phantom Bills

Ada lagi jenis Bill Of Material yang lain. Yaitu meliputi bill untuk perencanaan

dan Phantom Bills. Bill untuk perencanaan diciptakan agar dapat menugaskan

induk buatan kepada Bill Of Materialnya. Bill untuk perencanaan mungkin juga

dikenal sebagai sebutan pseudo bill atau angka peralatan. Phantom Bill Of Material

adalah Bill Of Material untuk komponen, biasanya sub-sub perakitan yang hanya

ada sementara waktu. Bill ini langsung bergerak ke perakitan lainnya. Sehingga bill

ini diberi kode agar diperlakukan secara khusus; lead timenya nol dan ditangani

sebagai bahan integral dari bahan induknya. Phantom bill tidak pernah dimasukkan

kedalam persediaan.

Page 9: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

22

Ada beberapa format dari Bill of Material (BOM) yaitu:

1. Single-Level BOM

BOM yang menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu level komponen-

komponen pembentuknya.

2. Multi-Level BOM

BOM yang menggambarkan struktur produk lengkap dari level 0 sampai level

paling bawah.

3. Indented BOM

BOM yang dilengkapi dengan informasi level setiap komponen.

4. Summarized BOM

BOM yang dilengkapi dengan jumlah total tiap komponen yang dibutuhkan.

3) Peta proses operasi

Menurut sutalaksana, peta proses operasi merupakan suatu diagram yang

menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami oleh bahan baku

mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi

produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi-informasi

yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti waktu yang dihabiskan, material

yang digunakan, dan tempat atau alat atau mesin yang dipakai.

Page 10: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

23

Lambang yang digunakan:

Operasi

Suatu operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik

maupun kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan informasi pada

suatu keadaan juga termasuk operasi.

Pemeriksaan

Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan

mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas.

Penyimpanan

Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu

yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut akan diambil kembali, biasanya

memerlukan suatu prosedur perijinan tertentu.

Aktivitas gabungan.

Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan

bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.

Page 11: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

24

Berikut adalah contoh peta proses operasi (OPC) pajangan:

Gambar 3.2 Peta Proses Produksi Pajangan

3.4 Analisis Klasifikasi ABC

Klasifikasi ABC – atau sering juga disebut sebagai analisis ABC – merupakan

klasifikasi dari suatu kelompok material dalam susunan menurun berdasarkan biaya

penggunaan material itu per periode waktu (harga per unit material dikalikan volume

penggunaan dari material itu selama periode waktu tertentu). Periode waktu yang umum

digunakan adalah satu tahun. Analisa ABC dapat juga ditetapkan menggunakan kriteria

lain – bukan semata-mata berdasarkan kriteria biaya – tergantung pada faktor-faktor

penting apa yang menentukan material itu. Klasifikasi ABC umum dipergunakan dalam

pengendalian inventori material pada pabrik, inventori produk akhir pada gudang barang

Page 12: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

25

jadi, inventori obat-obatan pada apotek, inventori suku cadang pada bengkel atau toko,

inventori produk pada supermarket atau toko serba ada (toserba), dan lain-lain

(Gaspersz, 2000, p273).

Pada dasarnya terdapat sejumlah faktor yang menentukan kepentingan suatu

material yaitu:

1. Nilai total uang dari material.

2. Biaya per unit dari material.

3. Kelangkaan atau kesulitan memperoleh material.

4. Ketersediaan sumber daya, tenaga kerja, dan fasilitas yang dibutuhkan untuk

membuat material itu.

5. Panjang dan variasi waktu tunggu (lead time) dari material, sejak pemesanan

material itu pertama kali sampai kedatangannya.

6. Ruang yang dibutuhkan untuk menyimpan material itu.

7. Risiko penyerobotan atau pencurian material itu.

8. Biaya kehabisan stok atau persediaan (stockout cost) dari material itu.

9. Kepekaan material terhadap perubahaan desain.

Klasifikasi ABC mengikuti prinsip 80-20, atau hukum Pareto di mana sekitar

80% dari nilai total inventori material direpresentasikan (diwakili) oleh 20% material

inventori (Gaspersz, 2000, p273).

Penggunaan Analisis ABC adalah untuk menetapkan:

1. Frekuensi penghitungan inventori (cycle counting), di mana material-material kelas

A harus diuji lebih sering dalam hal akurasi catatan inventori dibandingkan material

kelas B atau C.

Page 13: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

26

2. Prioritas rekayasa (engineering), di mana material-material kelas A dan B

memberikan petunjuk pada bagian Rekayasa dalam peningkatan program reduksi

biaya ketika mencari material-material tertentu yang perlu difokuskan.

3. Prioritas pembelian (perolehan), di mana aktivitas pembelian seharusnya difokuskan

pada bahan-bahan baku bernilai tinggi (high cost) dan penggunaan dalam jumlah

tinggi (high usage). Fokus pada material-material kelas A untuk pemasokan

(sourcing) dan negosiasi.

4. Keamanan: meskipun nilai biaya per unit merupakan indikator yang lebih baik

dibandingkan nilai penggunaan (usage value), namun analisis ABC boleh digunakan

sebagai indikator dari material-material mana (kelas A dan B) yang seharusnya lebih

aman disimpan dalam ruangan terkunci untuk mencegah kehilangan, kerusakan, atau

pencurian.

5. Sistem pengisian kembali (replenishment systems), di mana klasifikasi ABC akan

membantu mengidentifikasi metode pengendalian yang digunakan. Akan lebih

ekonomis apabila mengendalikan material-material kelas C dengan simple two-bin

system of replenishment (synonym: bin reserve system or visual review system) dan

metode-metode yang lebih canggih untuk material-material kelas A dan B.

6. Keputusan investasi: karena material-material kelas A menggambarkan investasi

yang lebih besar dalam inventori, maka perlu lebih berhati-hati dalam membuat

keputusan tentang kuantitas pesanan dan stok pengaman terhadap material-material

kelas A, dibandingkan terhadap material-material kelas B dan C.

Page 14: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

27

Di dalam analisis ABC, setiap kelas inventory membutuhkan level-level kontrol

yang berbeda - semakin tinggi nilai dari sebuah inventory, semakin ketat kontrolnya.

Item class A akan mendapatkan kontrol inventory yang ketat. B dan C membutuhkan

perhatian yang lebih kecil atau mungkin minimal (Russell dan Taylor, 2000, p595).

Langkah pertama di dalam analisis ABC adalah untuk mengklasifikasikan semua

item inventory ke dalam baik A, B, C. Setiap item memiliki nilai dollar, yang dihitung

dengan mengkalikan biaya dollar per satu unit dengan permintaan annual untuk item

tersebut. Semua item yang ada kemudian di beri peringkat sesuai dengan nilai dollar

annual mereka.

Langkah selanjutnya adalah untuk menentukan level dari kontrol inventory untuk

setiap klasifikasi. Item Class A membutuhkan kontrol inventory yang ketat karena

mereka mewakili sejumlah besar persentasi dari total nilai dollar dari inventory. Level

inventory ini harus serendah mungkin dan meminimalkan safety stock. Ini membutuhkan

peramalan permintaan yang akurat dan penyimpanan laporan secara detail. Sistem

kontrol inventory dan model inventory yang pantas menentukan kuantitas permintaan

yang harus diaplikasikan. Sebagai tambahan, perhatian khusus harus dilakukan pada

peraturan dan prosedur pembelian jika item inventory didapatkan dari luar perusahaan.

Item B dan C membutuhkan kontrol inventory yang lebih longgar. Karena carrying cost

biasanya rendah untuk item C, level inventory yang lebih tinggi dapat kadang-kadang

dipertahankan dengan safety stock yang besar. Mungkin tidaklah dibutuhkan untuk

memonitor item C diluar dari sebuah pengamatan sederhana. Secara umum, sebuah item

biasanya membutuhkan sistem kontrol yang terus-menerus, dimana level inventory

secara terus-menerus dimonitor; sebuah sistem review periodic dengan monitoring biasa

cocok untuk item C.

Page 15: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

28

Menurut Render dan Heizer (2001, p317) bahwa peramalan yang lebih baik,

pengendalian fisik, keandalan pemasok, dan pengurangan besar stok pengaman dapat

dihasilkan oleh semua teknik manajemen persediaan semacam analisis ABC.

3.5 Peramalan

Setiap hari para manajer membuat keputusan tanpa mengetahui apa yang akan

terjadi di masa depan. Persediaan dipesan tanpa kepastian berapa jumlah penjualannya;

peralatan baru dibeli padahal tidak ada kepastian permintaan terhadap produk; dan

investasi dilakukan tanpa pengetahuan berapa laba yang akan diperoleh. Dalam

menghadapi ketidakpastian para manajer selalu berusaha membuat estimasi yang lebih

baik tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Membuat estimasi yang baik adalah

tujuan utama peramalan (Render dan Heizer, 2001, p46).

Dalam suplemen ini kita mengkaji berbagai jenis peramalan, dan model-model

peramalan seperti rata-rata bergerak, penghalusan eksponensial, dan regresi linear.

Tujuannya adalah untuk menunjukan pada manajer bahwa ada banyak cara memprediksi

masa depan. Disajikan pula tinjauan tentang subjek peramalan penjualan perusahaan dan

menjelaskan bagaimana menyiapkan, memantau, dan menilai keakuratan peramalan.

Peramalan yang baik adalah bagian penting dari operasi jasa dan manufaktur yang

efisiensi; dan juga merupakan sarana pembentukan model yang penting unruk

pengambilan keputusan.

Page 16: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

29

3.5.1 Pengertian Peramalan

Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu memprediksi peristiwa-peristiwa

masa depan. Peramalan memerlukan pengambilan data historis dan memproyeksikannya

ke masa depan dengan beberapa bentuk model matematis. Bisa jadi berupa prediksi

subjektif atau intuitif tentang masa depan. Atau peramalan bisa mencakup kombinasi

model matematis yang disesuaikan dengan penilaian yang baik oleh manajer (Render

dan Heizer, 2001, p46).

Menurut Sumayang (2003, p23), peramalan penting artinya karena dengan

peramalan yang tepat guna diharapkan akan meningkatkan efisiensi produksi.

Sesungguhnya terdapat perbedaan antara Peramalan dengan Perkiraan.

Peramalan adalah perhitungan yang objektif dan dengan menggunakan data-data masa

lalu, untuk menentukan sesuatu di masa yang akan datang sedangkan perkiraan dengan

cara subjektif dan atau tidak dari data-data masa lalu, memperkirakan sesuatu di masa

yang akan datang. Sehingga dengan demikian, peramalan selalu memerlukan data-data

dari masa lalu dan apabila tidak ada data masa lalu maka penentuan sesuatu di masa

yang akan datang dapat dilakukan dengan cara perkiraan. Untuk melakukan perkiraan

diperlukan keahlian, pengalaman, dan pertimbangan seorang manajer operasi.

Sedangkan untuk melakukan peramalan diperlukan ilmu pengetahuan statistik dan

teknologi (Sumayang, 2003, p24).

Page 17: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

30

3.5.2 Horizon Waktu

Peramalan biasanya dikelompokkan oleh horison waktu masa depan yang

mendasarinya (Render dan Heizer, 2001, p46). Tiga kategori yang bermanfaat bagi

manajer operasi adalah:

1. Peramalan jangka pendek. Rentang waktunya mencapai satu tahun tetapi

umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan jangka pendek digunakan untuk

merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan,

dan tingkat produksi.

2. Peramalan jangka menengah. Peramalan jangka menengah biasanya berjangka

tiga bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat dalam

perencanaan penjualan, perencanaan dan penganggaran produksi, penganggaran

kas, dan menganalisis berbagai rencana operasi.

3. Peramalan jangka panjang. Rentang waktunya biasanya tiga tahun atau lebih;

digunakan dalam merencanakan produk baru, pengeluaran modal, lokasi fasilitas,

atau ekspansi, dan penelitian serta pengembangan.

Peramalan jangka menengah dan jangka panjang mempunyai tiga ciri yang membedakan

keduanya dari peramalan jangka pendek. Peramalan jangka menengah dan jangka

panjang berhubungan dengan isu yang lebih kompetentif dan mendukung keputusan

manajemen berkaitan dengan perencaanaan dan produk, pabrik, dan proses. Kedua,

peramalan jangka pendek biasanya menggunakan metodologi yang berbeda dari pada

peramalan yang lebih panjang waktunya. Teknik-teknik matematis seperti rata-rata

bergerak (moving averages), penghalusan eksponensial {exponential smoothing), dan

ekstrapolasi trend adalah biasa untuk proyeksi jangka pendek. Dan ketiga, peramalan

Page 18: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

31

jangka pendek cenderung lebih akurat daripada peramalan jangka yang lebih panjang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan berubah setiap hari, sehingga ketika

horison waktu semakin panjang, keakuratan peramalan akan berkurang. Dengan

demikian ramalan penjualan perlu diperbarui secara teratur untuk mempertahankan

nilainya. Setelah periode penjualan berlalu, ramalan harus dikaji kembali dan diperbaiki

(Render dan Heizer, 2001, p47).

3.5.3 Jenis-jenis Peramalan

Menurut Render dan Heizer (2001, p47), organisasi menggunakan tiga jenis

peramalan ketika merencanakan masa depan operasinya, yaitu:

1. Ramalan ekonomi membahas siklus bisnis dengan memprediksi tingkat inflasi,

suplai uang permulaan perumahan, dan indikator-indikator perencanaan lain.

2. Ramalan teknologi berkaitan dengan tingkat kemajuan teknologi, yang akan

melahirkan produk-produk baru yang mengesankan, membutuhkan pabrik, dan

peralatan baru.

3. Ramalan permintaan adalah proyeksi permintaan untuk produk atau jasa

perusahaan. Ramalan ini, disebut juga ramalan penjualan, mengarahkan

produksi, kapasitas, dan sistem penjadwalan perusahaan dan bertindak sebagai

masukan untuk perencanaan keuangan, pemasaran, keuangan, dan personalia.

3.5.4 Metode Peramalan

Banyak jenis metode peramalan yang tersedia untuk meramalkan permintaan

dalam produksi. Namun yang lebih penting adalah bagaimana memahami karateristik

suatu metode peramalan agar sesuai dengan situasi pengambilan keputusan. Situasi

Page 19: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

32

peramalan sangat beragam dalam horison waktu peramalan, faktor yang menentukan

hasil yang sebenarnya, tipe pola data dan berbagai aspek lainnya. Untuk menghadapi

penggunaan yang luas seperti itu, beberapa teknik telah dikembangkan. Teknik tersebut

dibagi dalam dua kategori utama, yaitu metode peramalan kuantitatif dan metode

peramalan kualitatif (Makridakis, 1999, p19-24).

3.5.4.1 Metode Peramalan Kuantitatif

Metode kuantitatif sangat beragam dan setiap teknik memiliki sifat, ketepatan

dan biaya tertentu yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode tertentu. Metode

kuantitatif formal didasarkan atas prinsip-prinsip statistik yang memiliki ketepatan tinggi

atau dapat meminimumkan kesalahan (error), lebih sistematis, dan lebih populer dalam

penggunaannya. Untuk menggunakan metode kuantitatif terdapat tiga kondisi yang

harus dipenuhi, yaitu :

a. Tersedia informasi tentang masa lalu.

b. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.

c. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di

masa mendatang.

Metode kuantitatif dapat dibagi kedalam dua model, yaitu :

a. Model deret berkala (time series)

Pada model ini, pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu

dari suatu variabel dan atau kesalahan masa lalu. Model deret berkala menggunakan

riwayat permintaan masa lalu dalam membuat ramalan untuk masa depan. Tujuan

Page 20: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

33

metode peramalan deret berkala ini adalah menemukan pola dalam deret berkala

historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan.

Prosedur peramalan permintaan dengan metode time series (Baroto, 2002,

p31) adalah sebagai berikut:

1. Tentukan pola data permintaan. Dilakukan dengan cara memplotkan data secara

grafis dan menyimpulkan apakah data itu berpola trend, musiman, siklikal, atau

random.

2. Mencoba beberapa metode time series – yang sesuai dengan pola permintaan

tersebut – untuk melakukan peramalan. Metode yang dicoba semakin banyak

semakin baik. Pada setiap metode, sebaiknya dilakukan pula peramalan dengan

parameter yang berbeda.

3. Mengevaluasi tingkat kesalahan masing-masing metode yang telah dicoba.

Tingkat kesalahan diukur dengan kriteria MAD, MSE, MAPE, atau lainnya.

Sebaiknya nilai tingkat kesalahan ini ditentukan dulu. Tidak ada ketentuan

mengenai berapa tingkat kesalahan maksimal dalam peramalan.

4. Memilih metode peramalan terbaik di antara metode yang dicoba. Metode

terbaik adalah metode yang memberikan tingkat kesalahan yang telah ditetapkan.

5. Melakukan peramalan permintaan dengan metode terbaik yang telah dipilih.

Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala yang tepat

adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling

tepat dengan metode tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi :

1. Pola Horizontal (H) terjadi bilamana nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-

rata yang konstan (deret seperti itu adalah “stasioner” terhadap nilai rata-

Page 21: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

34

ratanya). Suatu produk yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama

waktu tertentu termasuk jenis ini. Demikian pula suatu pengendalian kualitas

yang menyangkut pengambilan contoh dari suatu proses produksi berkelanjutan

yang secara teoritis tidak mengalami perubahan juga termasuk jenis ini.

Gambar 3.3 Pola Data Horisontal

Teknik-teknik yang harus dipertimbangkan pada seri peramalan stationer

mencakup metode yang naif, rata-rata sederhana, moving averages, dan

autoregressive moving average (ARMA) model (metode Box-Jenskins). (Hanke,

2005, p75).

2. Pola musiman (S) terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman

(misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu).

Penjualan dari produk minuman ringan, es krim, dan bahan bakar pemanas

ruangan, menunjukkan jenis pola ini.

Page 22: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

35

Gambar 3.4 Pola Data Musiman

Teknik yang harus dipertimbangkan pada seri peramalan seasonal mencakup

dekomposisi clasical, census x-12, winter’s exponensial smoothing, multiple

regression dan ARIMA models (metode Box-Jenkins). (Hanke, 2005, p76).

3. Pola Siklis (C) terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi

jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan produk

seperti mobil, baja dan peralatan utama lainnya menunjukkan jenis pola data ini.

Gambar 3.5 Pola Data Siklis

Teknik yang harus dipertimbangkan pada peramalan seri cyclical mencakup

dekomposisi clasical, economic indicator, model-model econometric, multiple

regression, dan model-model ARIMA (metode Box-jenkins). (Hanke, 2005,

p76).

Page 23: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

36

4. Pola trend (T) terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka

panjang dalam data. Penjualan banyak perusahaan, produk bruto nasional (GNP)

dan berbagai indikator bisnis atau ekonomi lainnya mengikuti pola trend selama

perubahannya sepanjang waktu.

Gambar 3.6 Pola Data Trend

Teknik-teknik yang harus dipertimbangkan pada seri peramalan trend mencakup

moving averages. Holt’s exponential smoothing, regresi sederhana, growth

curves, model-model exponential, dan autoregressive integrated moving average

(ARIMA) model (metode Box-Jenkins). (Hanke, 2005, p76).

b. Model kausal

Model kausal mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan menunjukkan

suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Maksud dari

model kausal adalah menemukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya

untuk meramalkan nilai mendatang dari varibel tak bebas. Setelah hubungan ini

ditemukan, nilai-nilai masa mendatang dapat diramalkan cukup dengan memasukkan

nilai-nilai yang sesuai untuk varibel-variabel independen. Metode peramalan kausal

mengasumsikan bahwa permintaan akan suatu produk bergantung pada satu atau

beberapa faktor independen (misalnya, harga, iklan, persaingan, dan lain-lain).

Page 24: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

37

3.5.4.2 Metode Peramalan Kualitatif atau Teknologis

Metode peramalan ini tidak memerlukan data yang serupa seperti metode

peramalan kuantitatif. Input yang dibutuhkan tergantung pada metode tertentu dan

biasanya merupakan hasil dari pemikiran intuitif, perkiraan dan pengetahuan yang telah

didapat. Pendekatan teknologis seringkali memerlukan input dari sejumlah orang yang

terlatih.

Metode kualitatif mengandalkan opini pakar atau manajer dalam membuat

prediksi tentang masa depan. Metode ini berguna untuk tugas peramalan jangka panjang.

Penggunaan pertimbangan dalam peramalan, tampaknya tidak ilmiah dan bersifat

sementara. Tetapi bila data masa lalu tidak ada atau tidak mencerminkan masa

mendatang, tidak banyak alternatif selain menggunakan opini dari orang-orang yang

berpengetahuan. Ramalan teknologis terutama digunakan untuk memberikan petunjuk,

untuk membantu perencana dan untuk melengkapi ramalan kuantitatif, bukan untuk

memberikan suatu ramalan numerik tertentu.

Metode kualitatif dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

a. Metode eksploratoris

Metode eksploratoris (seperti Delphi, kurva-S, analogi, dan penelitian

morfologis) dimulai dengan masa lalu dan masa kini sebagai titik awalnya dan

bergerak kearah masa depan secara heuristik, seringkali dengan melihat semua

kemungkinan yang ada.

Page 25: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

38

b. Metode normatif.

Metode normatif (seperti matriks keputusan, pohon relevansi, dan analisis

sistem) dimulai dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang akan datang, kemudian

bekerja mundur untuk melihat apakah hal ini dapat dicapai, berdasarkan kendala,

sumber daya, dan teknologi yang tersedia.

3.5.5 Teknik Peramalan Untuk Data Trend

Suatu data runtut waktu yang bersifat trend didefinisikan sebagai suatu series

yang mengandung komponen jangka panjang yang menunjukkan pertumbuhan atau

penurunan dalam data tersebut sepanjang suatu periode waktu yang panjang. Dengan

kata lain, suatu data runtut waktu dikatakan mempunyai trend jika nilai harapannya

berubah sepanjang waktu sehingga data tersebut diharapkan menaik atau menurun

selama periode dimana peramalan diinginkan. Biasanya data runtut waktu ekonomi

mengandung suatu trend.

Teknik-teknik peramalan yang digunakan untuk peramalan data runtut waktu

yang mengandung trend adalah rata-rata bergerak, pemulusan eksponensial linier dari

Holt, regresi sederhana, model ARIMA (metode Box-Jenkins) (Hanke, 2005, p75-76).

3.5.6 Metode peramalan Exponential Smoothing Tiga Parameter Winter

Pada umumnya, metode rata-rata bergerak dan pemulusan eksponensial dapat

digunakan untuk hampir segala jenis data stasioner atau non stasioner sepanjang data

tersebut tidak mengandung faktor musiman. Tetapi bilamana terdapat faktor musiman,

metode-metode tersebut akan menghasilkan peramalan yang buruk. Untuk data

stasioner, digunakan metode rata-rata begerak atau pemulusan eksponensial. Jika

Page 26: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

39

datanya menunjukkan suatu trend linear, maka baik model linear dari Brown atau Holt

dapat diterapkan. Tetapi jika datanya musiman, metode tersebut tidak bisa mengatasinya

dengan baik. Walaupun demikian, metode Winter dapat menangani faktor musiman

secara langsung.

Metode Winter didasarkan atas tiga persamaan pemulusan, yaitu satu untuk

unsur stasioner, satu untuk trend dan satu untuk musiman. Hal ini serupa dengan metode

Holt, dengan satu pemulusan tambahan untuk mengatasi musiman. Perumusan dasar

untuk metode Winter (Makridakis, 1999, p121-127) adalah sebagai berikut :

Pemulusan Keseluruhan :

))(1( )1()1( −−−

+−+= ttLt

tt bS

IX

S αα

Pemulusan Trend :

)1()1( )1()( −− −+−= tttt bSSb γγ

Pemulusan Musiman :

)()1( Ltt

tt I

SX

I −−+= ββ

Peramalan :

)()( )*( mLtttmt ImbSF +−+ +=

Dimana : L = Panjang musiman

b = Komponen trend

I = Faktor penyesuaian musiman

Ft+m = Peramalan untuk m periode ke depan

Page 27: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

40

Salah satu masalah dalam menggunakan metode Winter adalah menentukan

nilai-nilai untuk ,, βα dan γ tersebut yang akan berpengaruh dalam perhitungan nilai-

nilai error seperti MSE atau MAPE. Pendekatan untuk menentukan nilai ini biasanya

secara trial and error, walaupun mungkin juga digunakan algoritma optimasi non-linear

untuk mendapatkan nilai parameter optimal. Karena kedua pendekatan tersebut

memakan banyak waktu dan mahal, maka metode ini jarang digunakan. Metode ini baru

dipakai jika banyak himpunan data yang harus ditangani.

Untuk menginisialisasi metode peramalan Winter yang diterangkan di atas, kita

perlu menggunakan paling sedikit satu data musiman lengkap (yaitu L periode) untuk

menentukan estimasi awal dari indeks musiman, Lt-1, dan kita perlu menaksir faktor

trend dari satu periode ke periode selanjutnya. Adapun rumus yang digunakan untuk

inisialisasi awal yaitu :

XX

I

SX

Lt

LL

=

= ++ 11

3.5.7 Metode Peramalan Dekomposisi

Metode Dekomposisi mendasarkan penganalisaan untuk mengidentifikasi tiga

faktor utama yang terdapat dalam suatu deret waktu, yaitu faktor trend, faktor siklus,

dan faktor musiman. Di dalam beberapa hal, peramal hanya mendasarkan

penyusunannya pada dua faktor yang penting yaitu trend dan musiman. Faktor trend

menggambarkan perilaku data dalam jangka panjang, dan dapat meningkat, menurun

atau tidak berubah. Pengukuran perkembangan faktor trend dilakukan untuk periode

waktu yang panjang dengan menghilangkan variasi musim dan variasi siklus. Faktor

Page 28: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

41

siklus menggambarkan baik turunnya ekonomi atau industri tertentu. Faktor musiman

berkaitan dengan fluktuasi periodik dengan panjang konstan. Perbedaan antara musiman

dan siklus adalah bahwa musiman berulang dengan sendirinya pada interval yang tetap

seperti tahun atau bulan, sedangkan faktor siklus mempunyai jangka waktu yang lebih

lama dan lamanya berbeda dari satu siklus ke siklus yang lainnya.

Ada beberapa pendekatan alternatif untuk mendekomposisi suatu deret waktu,

dengan tujuan untuk mengisolasikan masing-masing komponen dari deret itu setepat

mungkin. Konsep dasar dari dekomposisi ini adalah data empiris di mana yang pertama

adalah pergeseran musim, kemudian trend dan terakhir adalah siklus. Residu yang ada

dianggap unsur acak yang walaupun tidak dapat ditaksir, tetapi dapat diidentifikasi

(Makridakis, 1999, p150-156).

Langkah-langkah dekomposisi :

1. Pada deret data yang sebenarnya (Xt) hitung rata-rata bergerak yang panjangnya

(N) sama dengan panjang musiman. Maksud dari rata-rata bergerak adalah

menghilangkan unsur musiman dan keacakan. Meratakan sejumlah periode yang

sama dengan panjang pola musiman akan menghilangkan unsur musiman dengan

membuat rata-rata dari periode yang musimannya tinggi dan periode yang

musimannya rendah. Karena galat acak tidak mempunyai pola yang sistematis,

maka perata-rataan ini juga mengurangi keacakan.

2. Pisahkan rata-rata bergerak N periode (langkah satu) dari deret data semula

untuk memperoleh unsur trend dan siklus.

3. Pisahkan faktor musiman dengan menghitung rata-rata untuk tiap periode yang

menyusun panjang musiman secara lengkap.

Page 29: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

42

4. Identifikasi bentuk trend yang tepat (linear, eksponensial, kurva-S, dan lain-lain)

dan hitung nilainya untuk setiap periode (Tt).

5. Pisahkan hasil langkah empat dari hasil langkah dua (nilai gabungan dari unsur

trend dan siklus) untuk memperoleh faktor siklus.

6. Pisahkan musiman, trend dan siklus dari data asli untuk mendapatkan unsur acak

yang ada, Et.

Metode dekomposisi dapat berasumsi pada model aditif atau multiplikatif dan

bentuknya dapat bervariasi. Model aditif berbentuk :

Xt = It + Tt + Ct + Et

Model multiplikatif berbentuk :

Xt = It x Tt x Ct x Et

3.5.8 Statistik Ketepatan Peramalan

3.5.8.1 Ukuran Statistik Standar

Jika Xt merupakan data aktual untuk periode t dan Ft merupakan ramalan (atau

nilai kecocokan/fitted value) untuk periode yang sama, maka kesalahan didefinisikan

sebagai :

ttt FXe −=

Jika terdapat nilai pengamatan dan ramalan untuk n periode waktu, maka akan

terdapat n buah galat dan ukuran statistik standar berikut dapat didefinisikan :

• Nilai Tengah Galat Absolut (Mean Absolute Error)

∑==

n

tet

nMAE

1

1

Page 30: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

43

• Nilai Tengah Galat Kuadrat (Mean Squared Error)

21

1 etn

MSE n

t∑==

• Deviasi Standar Galat (Standard Deviation of Error)

211

1 etn

SDE n

t∑ =−=

Dua formulasi yang sering digunakan dalam menghitung kesalahan yaitu mean

absolute error (yang dalam beberapa buku disebut sebagai mean absolute deviation) dan

mean squared error (MSE). Perbedaan keduanya adalah terletak pada bobot kesalahan,

satu dalam bentuk angka kesalahan absolut dan yang lainnya dalam bentuk nilai kuadrat.

Tujuan optimalisasi statistik seringkali adalah untuk memilih suatu model agar

MSE minimal, tetapi ukuran ini mempunyai dua kelemahan. Pertama, ukuran ini

menunjukkan pencocokan (fitting) suatu model terhadap data hitoris. Pencocokan seperti

ini tidak perlu mengimplikasikan peramalan yang baik. Suatu model terlalu cocok (over

fitting) dengan deret data, yang berarti sama dengan memasukkan unsur random sebagai

bagian proses bangkitan, berarti tidak berhasil mengenali pola non-acak dalam data

dengan baik. Perbandingan nilai MSE yang terjadi selama fase pencocokan peramalan

adalah mungkin memberikan sedikit indikasi ketepatan model dalam peramalan. Kedua,

sebagai ukuran ketepatan model adalah berhubungan dengan kenyataan bahwa metode

yang berbeda akan menggunakan prosedur yang berbeda pula dalam fase pencocokan.

Dalam fase peramalan, penggunaan MSE sebagai suatu ukuran ketepatan juga

dapat menimbulkan masalah. Ukuran ini tidak memudahkan perbandingan deret berkala

yang berbeda dan untuk selang waktu yang berlainan, karena MSE merupakan ukuran

Page 31: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

44

para absolut. Lagipula, interpretasinya tidak bersifat intuitif bahkan untuk para spesialis

sekalipun, karena ukuran ini menyangkut pengkuadratan sederetan nilai (Makridakis,

1999, p58-61).

3.5.8.2 Ukuran-ukuran Relatif

Karena adanya keterbatasan MSE sebagai suatu ukuran ketepatan peramalan,

maka muncul usulan alternatif – alternatif lain yang diantaranya menyangkut galat

persentase. Tiga ukuran yang sering digunakan (Makridakis, 1999, p61-62) adalah :

• Galat Persentase (Percentage Error)

100*⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ −=

t

tt

XFX

PE

• Nilai Tengah Galat Persentase (Mean Percentage Error)

tn

tPE

nMPE ∑ =

=1

1

• Nilai Tengah Galat Persentase Absolut (Mean Absolute Percentage Error)

tn

tPE

nMAPE ∑ =

=1

1

PE dapat digunakan untuk menghitung kesalahan persentase setiap periode

waktu. Nilai-nilai ini kemudian dapat dirata-ratakan untuk memberikan nilai tengah

kesalahan persentase (MPE). Namun MPE mungkin mengecil karena PE positif dan

negatif cenderung saling meniadakan. Dari sana MAPE didefinisikan dengan

menggunakan nilai absolut dari PE.

Page 32: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

45

3.6 Pengukuran Waktu

Menurut pendapat Sutalaksana (1979, p131) pengukuran waktu adalah pekerjaan

mengamati dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan

menggunakan alat-alat yang telah disiapkan. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua

bagian yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran secara langsung

adalah pengukuran yang dilakukan secara langsung yaitu ditempat dimana pekerjaan

yang bersangkutan dilaksanakan. Dua cara yang termasuk didalamnya adalah cara jam

henti dan sampling pekerjaan. Cara tidak langsung melakukan perhitungan waktu tanpa

harus berada ditempat pekerjaan yaitu dengan membaca tabel-tabel yang tersedia

asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen-

elemen gerakan.

Pengukuran waktu ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian

pekerjaan yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik (Sutalaksana,

1979, p117).

3.6.1 Pengukuran Waktu Baku

Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang

memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Di sini

sudah meliputi kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan

kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan tersebut. Dengan demikian, maka waktu baku

yang dihasilkan dalam aktivitas pengukuran kerja ini akan dapat digunakan sebagai alat

untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama suatu kegiatan

Page 33: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

46

itu harus berlangsung dan berapa output yang dihasilkan serta berapa jumlah tenaga

kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

3.6.2 Penyesuaian

Penyesuaian adalah proses dimana analisa pengukuran waktu membandingkan

penampilan operator (kecepatan atau tempo) dalam pengamatan dengan konsep

pengukur sendiri tentang bekerja secara wajar. Setelah pengukuran berlangsung,

pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran

dapat saja terjadi, misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu

waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan, seperti karena kondisi ruangan yang

buruk. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu

singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena

waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang

baku yang diselesaikan secara wajar.

Andai kata ketidakwajaran ada, maka pengukur harus mengetahuinya dan

menilai seberapa jauh hal itu terjadi. Penilaian perlu diadakan karena berdasarkan inilah

penyesuaian dilakukan. Jadi jika pengukur mendapatkan harga rata-rata siklus/elemen

yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar oleh operator, maka agar

harga rata-rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkannya dengan

melakukan penyesuaian.

Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata atau

waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya

harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh

mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Bila pengukur berpendapat

Page 34: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

47

bahwa operator bekerja di atas normal (terlalu cepat), maka harga p-nya akan lebih

besar dari satu (p1); sebaliknya jika operator dipandang bekerja di bawah normal, maka

harga p akan lebih kecil dari satu (p). Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator

bekerja dengan wajar, maka harga p-nya sama dengan satu (p=1) (Sutalaksana, 1979,

p138).

Terdapat beberapa metode dalam menentukan faktor penyesuaian (Sutalaksana,

1979, p139-149), yaitu :

a. Metode Persentase

Merupakan cara yang paling awal digunakan dalam melakukan penyesuaian.

Besarnya faktor penyesuaian sepenuhnya dilakukan oleh pengukur melalui

pengamatannya selama melakukan pengukuran. Cara ini adalah cara yang paling

mudah dan sederhana tetapi cara ini bersifat subyektif, kurang teliti karena

kasarnya penilaian.

b. Metode Shumard

Cara ini memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas performance

kerja dimana setiap setiap kelas tersebut mempunyai nilai sendiri-sendiri. Di sini

pengukur diberi patokan untuk menilai performansi kerja operator menurut

kelas-kelas Superfast +, Fast, Fast -, Excellent, dan seterusnya.

c. Metode Westinghouse

Cara ini mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan

kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu : keterampilan, usaha,

kondisi kerja dan konsistensi. Setiap faktor terbagi dalam kelas-kelas dan

nilainya masing-masing.

Page 35: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

48

d. Metode Objektif

Merupakan metode yang memperhatikan dua faktor, yaitu : kecepatan kerja dan

tingkat kesulitan pekerjaan. Kedua faktor inilah yang dipandang bersama-sama

untuk menentukan berapa harga penyesuaian untuk mendapatkan waktu normal.

e. Metode Bedaux dan Sintesa

Cara Bedaux tidak banyak berbeda dengan cara Shumard, hanya saja niali-nilai

pada cara Bedaux dinyatakan dalam “B”. Sedangkan cara sintesa waktu

penyelesaian setiap elemen gerakan dibandingkan dengan harga-harga yang

diperoleh dari tabel-tabel waktu gerakan untuk kemudain dihitung harga rata-

ratanya.

3.6.3 Kelonggaran

Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi,

menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.

Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan yang

selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karenanya sesuai

pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan

(Sutalaksana, 1979, p149-154).

1) Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi

Yang temasauk dalam kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti minum

sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, becakap-cakap

dengan teman sekerja untuk menghilangkan ketegangan dan kejemuhan kerja.

Kebutuhan-kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak. Besarnya

Page 36: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

49

kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda

dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjaan memiliki

karakteristik sendiri-sendiri dengan tuntutan yang berbeda-beda.

2) Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique

Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah

maupun kualitas. Salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini

adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada

saat-saat dimana hasil produksi menurun.

3) Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan

Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai

“hambatan“. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang

berlebihan dan menganggur dengan sengaja ada pula hambatan yang tidak dapat

dihindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya.

Beberapa contoh yang termasuk kedalam hambatan tak terhindarkan adalah :

a. Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas

b. Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin

c. Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong

yang patah, memasang kembali ban yang lepas dan sebagainya.

d. Mengasah peralatan potong.

e. Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang.

Page 37: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

50

3.6.4 Perhitungan Waktu Baku

Kegiatan pengukuran waktu dinyatakan selesai bila semua data yang diperoleh

telah seragam, dan jumlahnya telah memenuhi tingkat ketelitian dan keyakinan yang

diinginkan. Selanjutnya adalah mengolah data untuk menghitung waktu baku yang

diperoleh dengan langkah-langkah:

1. Menghitung waktu siklus

NXi

Wr ∑=

dimana : Xi = data yang termasuk dalam batas kendali

2. Menghitung waktu normal

pWrWn ×=

dimana : p adalah faktor penyesuaian

3. Menghitung waktu baku

a)(1WnWb +×=

dimana : a = kelonggaran yang diberikan pekerja untuk menyelesaikan

pekerjaannya disamping waktu normal.

3.7 Master Production Schedule (MPS)

3.7.1 Pengertian MPS

Menurut Gaspersz (1998, p141-144) pada dasarnya jadwal produksi induk

(Master Production Schedulling = MPS) merupakan suatu pernyataan tentang produk

akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan industri

manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan

periode waktu. MPS mendisagregasikan dan mengimplementasikan rencana produksi.

Page 38: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

51

Apabila rencana produksi yang merupakan hasil dari proses perencanaan produksi

dinyatakan dalam bentuk agregat, jadwal produksi induk yang merupakan hasil dari

proses penjadwalan produksi induk dinyatakan dalam konfigurasi spesifik dengan

nomor-nomor item yang ada dalam Item Master and BOM (Bill of Material) files.

Aktifitas penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan

bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk, memproses transaksi

MPS, memelihara catatan-catatan MPS, mengevaluasi efektifitas dari MPS, dan

memberikan laporan evaluasi dalam periode waktu yang teratur untuk keperluan umpan-

balik dan tinjauan ulang.

MPS sering didefinisikan sebagai anticipated build schedule untuk item-item

yang disusun oleh perencana jadwal produksi induk (master schedule). MPS membentuk

jalinan komunikasi antara bagian pemasaran dan bagian manufakturing, sehingga

seyogyanya bagian pemasaran juga mengetahui informasi yang ada dalam MPS

terutama berkaitan dengan ATP (Available To Promise) agar dapat memberikan janji

yang akurat kepada pelanggan.

Penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan aktifitas melakukan

empat fungsi utama berikut :

1. Menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem perencanaan

kebutuhan material dan kapasitas (material and capacity requirements planning

= M&CRP).

2. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (production and

purchase orders) untuk item-item MPS.

3. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas.

Page 39: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

52

4. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk (delivery

promises) kepada pelanggan.

Gambar 3.7 Proses Penjadwalan Produksi

Sebagai suatu aktifitas proses, penjadwalan produksi induk (MPS) yang terlihat

pada gambar 3.7, MPS membutuhkan lima input utama yaitu antara lain :

• Data Permintaan Total merupakan salah satu sumber data bagi proses

penjadwalan produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan ramalan

penjualan (sales forecasts) dan pesanan-pesanan (orders).

• Status Inventori berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory, stok

yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stock), pesanan-pesanan

produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released production and purchase

orders), dan firm planned orders. MPS harus mengetahui secara akurat berapa

banyak inventori yang tersedia dan menentukan berapa banyak yang harus

dipesan.

Page 40: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

53

• Rencana Produksi memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS harus

menjumlahkannya untuk menentukan tingkat produksi, inventori, dan sumber-

sumber daya lain dalam rencana produksi itu.

• Data Perencanaan berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot-sizing yang harus

digunakan, shrinkage factor, stok pengaman (safety stock), dan waktu tunggu

(lead time) dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam file induk dari

item (Item Master File).

• Informasi dari RCCP berupa kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan

MPS menjadi salah satu input bagi MPS. RCCP menentukan kebutuhan

kapasitas untuk mengimplementasikan MPS, menguji kelayakan dari MPS, dan

memberikan umpan-balik kepada perencana atau penyusun jadwal produksi

induk (Master Scheduler) untuk mengambil tindakan perbaikan apabila

ditemukan adanya ketidaksesuaian antara penjadwalan produksi induk dan

kapasitas tersedia.

Page 41: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

54

3.7.2 Teknik Penyusunan MPS

Tabel 3.1 Contoh Tabel MPS

Item No : Description :

Lead time : Safety stock :

On Hand : Demand Time Fences :

Planning Time Fences :

Period Past Due 1 2 3 4 5 6

Forecast

Actual Order (AO)

Project Available Balance (PAB)

Available to Promise (ATP)

Master Schedule (MS)

Penjelasan mengenai komponen-komponen yang terdapat dalam tabel 3.1 MPS

adalah sebagai berikut :

a) Item No menyatakan kode produk yang akan diproduksi.

b) Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk me-release atau

memanufaktur suatu produk.

c) On hand menyatakan jumlah produk yang ada di gudang sebagai sisa periode

sebelumnya.

d) Description menyatakan deskripsi produk secara umum.

e) Safety stock merupakan stok pengaman yang harus ada di tangan sebagai

antisipasi terhadap kebutuhan di masa akan datang.

Page 42: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

55

f) Demand Time Fences (DTF) adalah periode mendatang dari MPS di mana

dalam periode ini perubahan terhadap MPS tidak diijinkan atau tidak diterima

karena akan menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat ketidaksesuaian atau

kekacauan jadwal.

g) Planning Time Fences (PTF) merupakan batas waktu penyesuaian pesanan di

mana permintaan masih boleh berubah. Perubahan masih akan dilayani

sepanjang material dan kapasitas masih tersedia.

h) Forecast merupakan rencana penjualan atau peramalan penjualan untuk item

yang dijadwalkan itu.

i) Actual Order (AO) merupakan pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat pasti.

j) Projected Available Balance (PAB) merupakan perkiraan jumlah sisa produk

pada akhir periode. PAB dihitung dengan menggunakan rumus:

PAB t < DTF = PABt-1 + MSt – AO

PAB DTF < t < PTF = PABt-1 + MSt – AO atau Ft (pilih yang besar)

k) Available to Promise memberikan informasi tentang berapa banyak item atau

produk tertentu yang dijadwalkan pada periode waktu itu tersedia untuk pesanan

pelanggan, sehingga berdasarkan informasi ini bagian pemasaran dapat membuat

janji yang tepat bagi pelanggan.

ATPt = ATPt-1 + MSt – AOt

l) Master Schedule merupakan jadwal produksi atau manufakturing yang

diantisipasi untuk produk atau item tertentu.

Page 43: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

56

3.8 Material Requirement Planning (MRP)

3.8.1 Pengertian MRP

MRP merupakan suatu prosedur logis berupa aturan keputusan dan teknik

transaksi berbasis komputer yang dirancang untuk menerjemahkan jadwal induk

produksi menjadi “kebutuhan bersih” untuk semua item. Sistem MRP dikembangkan

untuk membantu perusahaan manufaktur mengatasi kebutuhan akan item-item dependent

secara lebih baik dan efisien.

Menurut Schoeder (2000, p368) persediaan untuk independent demand

didefinisikan sebagai persediaan yang dipengaruhi atau tunduk pada kondisi-kondisi

pasar dan bebas dari operasi misalnya : persediaan barang jadi dan suku cadang pada

suatu perusahaan manufaktur yang digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen

pada suatu perusahaan persediaan ini harus dikelola dengan metoda titik pemesanan.

Sebaliknya untuk dependent demand tidak dipengaruhi oleh kondisi -kondisi pasar dan

hanya tergantung pada permintaan suku cadang ditingkat atasnya. Beberapa ciri-ciri

dependent demand adalah :

- Ada hubungan matematis antara kebutuhan suatu item dengan item yang lain yang

berada pada level yang lebih tinggi

- Kebutuhan diturunkan dari pemakaian item dalam pembuatan item lain

- Misal kebutuhan akan bahan baku, komponen atau su assembly dalam pembuatan

suatu produk jadi

- Item perlu ada hanya pada saat dibutuhkan

- Diperlukan MRP untuk menjadwalkan seluruh komponen dependent yang

diperlukan dalam rencana MPS/JIP

Page 44: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

57

3.8.2 Tujuan dan Manfaat Sistem MRP

Sistem MRP adalah suatu sistem yang bertujuan untuk menghasilkan informasi

yang tepat untuk melakukan tindakan yang tepat (pembatalan pesanan, pesan ulang, dan

penjadwalan ulang). Tindakan ini juga merupakan dasar untuk membuat keputusan baru

mengenai pembelian atau produksi yang merupakan perbaikan atas keputusan yang telah

dibuat sebelumnya.

Ada empat tujuan yang menjadi ciri utama sistem MRP yaitu sebagai berikut :

1. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat

Menentukan secara tepat kapan sutu pekerjaan harus selesai (atau meterial harus

tersedia) untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah

direncanakan dalam jadwal induk produksi (JIP).

2. Menentukan kebutuhan minimal setiap item

Dengan diketahuinya kebutuhan akhir, sistem MRP dapat menentukan secara

tepat sistem penjadwalan (prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal

setiap item.

3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan

Memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus

dilakukan. Pemesanan perlu dilakukan lewat pembelian atau dibuat pada pabrik

sendiri.

4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah

direncanakan

Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan

pada waktu yang diinginkan, maka sistem MRP dapat memberikan indikasi

untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin) dengan menentukan

Page 45: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

58

prioritas pesanan yang realistik. Jika penjadwalan ulang ini masih tidak

memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan atas suatu pesanan

harus dilakukan.

Beberapa manfaat dari MRP (Render dan Heizer, 1997, p362), adalah:

- Peningkatan pelayanan dan kepuasan konsumen

- Peningkatan pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja

- Perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik

- Tanggapan yang lebih cepat terhadap perubahan dan pergeseran pasar

- Tingkat persediaan menurun tanpa mengurangi pelayanan kepada konsumen

3.8.3 Input MRP

Sebagai suatu sistem, MRP membutuhkan lima input utama (Gaspersz,

2001, p177) seperti pada gambar 3.8 berikut :

PerencanaanKapasitas(CapacityPlanning)

1. MPS2. Bill of Materials3. Item Master4. Pesanan-pesanan5. Kebutuhan

PerencanaanKebutuhan

Material (MRP)

- Primary (orders) Report - Action Report - Pegging Report

Umpan Balik

OUTPUT :PROSES :INPUT :

Gambar 3.8 Proses Kerja dari MRP

Page 46: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

59

Kelima sumber input utama pada gambar 3.8 di atas adalah :

1. Master Production Schedule (MPS) yang suatu rencana terperinci tentang

tentang produk akhir apa yang direncanakan perusahaan untuk diproduksi,

berapa kuantitas yang dibutuhkan, pada waktu kapan dibutuhkan, dan kapan

produk itu akan diproduksi.

2. Bill of Material (BOM) merupakan daftar jumlah komponen, campuran bahan,

dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. MRP

menggunakan BOM sebagai basis untuk perhitungan banyaknya setiap material

yang dibutuhkan untuk setiap periode waktu. Bagan bahan dalam komputer

harus selalu benar dan dapat menggambarkan bagaimana produk itu dibuat.

3. Item master merupakan suatu file yang berisi informasi tentang material, parts

subassemblies, dan produk-produk yang menunjukkan kuantitas on-hand,

kuantitas yang dialokasikan (allocated quantity), waktu tunggu yang

direncanakan (planned lead times), ukuran lot (lot size), stok pengaman, kriteria

lot sizing, toleransi untuk scrap atau hasil, dan berbagai informasi penting

lainnya yang berkaitan dengan suatu item.

4. Pesanan-pesanan (orders) berisi tentang banyaknya dari setiap item yang akan

diperoleh sehingga akan meningkatkan stock on-hand di masa mendatang. Pada

dasarnya terdapat dua jenis pesanan, yaitu: shop orders or work orders or

manufacturing orders berupa pesanan-pesanan yang akan dibuat atau diproduksi di

dalam pabrik, dan purchase orders yang merupakan pesanan-pesanan pembelian

suatu item dan pemasok eksternal.

5. Kebutuhan-kebutuhan (requirements) akan memberitahukan tentang banyaknya

masing-masing item itu dibutuhkan sehingga akan mengurangi stock on-hand di

Page 47: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

60

masa mendatang. Pada dasarnya terdapat dua jenis kebutuhan, yaitu kebutuhan

internal dan eksternal. Kebutuhan internal digunakan dalam PABrik untuk membuat

produk lain, dan kebutuhan eksternal yang akan dikirim ke luar PABrik berupa:

pesanan pelanggan (customer orders), service parts, dan sales forecasts.

3.8.4 Mekanisme Dasar dari Proses MRP

Tabel 3.2 Contoh Tabel MRP

Part no : Description:

BOM UOM : On hand :

Lead time : Order policy :

Safety stock : Lot size :

period Past due 1 2 3 4 5 6 7 8

gross requirement

scheduled receipts

projected available balance 1

net requirement

planned order receipts

planned order release

projected available balance 2

Page 48: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

61

Penjelasan mengenai tabel sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Part no menyatakan kode komponen atau material yang akan dirakit

2. BOM (Bill of Materials) UOM (Unit of Material) menyatakan satuan komponen

atau material yang akan dirakit

3. Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk merilis atau mengirim

suatu komponen.

4. Safety stock menyatakan cadangan material yang harus ada sebagai antisipasi

kebutuhan dimasa yang akan datang.

5. Description menyatakan deskripsi material secara umum.

6. On Hand menyatakan jumlah material yang ada di tangan sebagai sisa periode

sebelumnya.

7. Order Policy menyatakan jenis pendekatan yang digunakan untuk menentukan

ukuran lot yang dibutuhkan saat memesan barang.

8. Lot Size menyatakan penentuan ukuran lot saat memesan barang.

9. Gross Requirement menyatakan jumlah yang akan diproduksi atau dipakai pada

setiap periode. Untuk item akhir (produk jadi), kuantitas gross requirement sama

dengan MPS (Master Production Schedule). Untuk komponen, kuantitas gross

requirement diturunkan dari Planned Order Release induknya.

10. Scheduled Receipts menyatakan material yang dipesan dan akan diterima pada

periode tertentu.

11. Projected Available Balance I ( PAB I ) menyatakan kuantitas material yang ada

di tangan sebagai persediaan pada awal periode. PAB I dapat dihitung dengan

menambahkan material on hand periode sebelumnya dengan Scheduled Receipts

Page 49: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

62

pada periode itu dan menguranginya dengan Gross Requirement pada periode

yang sama. Atau jika dimasukkan pada rumus adalah sebagai berikut :

PAB I = (PAB II)t-1 - (Gross Requirement)t + (Scheduled Receipts)t

12. Net Requirements menyatakan jumlah bersih (netto) dari setiap komponen yang

harus disediakan untuk memenuhi induk komponennya atau untuk memenuhi

Master Production Scheduled. Net Requirements sama dengan nol jika Projected

Available Balance I lebih besar dari nol dan sama dengan minus jika Projected

Available Balance I kurang sama dengan dari nol.

Net Requirement = -(PAB I)t + Safety stock

13. Planned Order Receipts menyatakan kuantitas pemesanan yang dibutuhkan pada

suatu periode. Planned Order Receipts muncul pada saat yang sama dengan Net

Requirements, akan tetapi ukuran pemesanannya (lot sizing) bergantung kepada

Order Policy-nya. Selain itu juga harus mempertimbangkan Safety stock juga.

14. Planned Order Release menyatakan kapan suatu pesanan sudah harus dilakukan

atau dimanufaktur sehingga komponen ini tersedia ketika dibutuhkan oleh induk

itemnya. Kapan suatu pesanan harus dilakukan ditetapkan dengan periode Lead

time sebelum dibutuhkan.

15. Projected Available Balance II ( PAB II ) menyatakan kuantitas material yang

ada di tanagn sebagai persediaan pada akhir periode. PAB II dapat dihitung

dengan cara mengurangkan Planned Order Receipts pada Net Requirements.

PAB II = (PAB II) t-1 + (Schedule receipt) t – (Gross Requirement) t +

(Planned Order Receipt) t

atau dapat disingkat :

PAB II = (PAB I)t + (Planned Order Receipt)t

Page 50: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

63

3.8.5 Prosedur Sistem MRP

Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang selanjutnya keempat langkah

ini harus diterapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada setiap item.

Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

- Netting : Perhitungan kebutuhan bersih.

- Lotting : Penentuan ukuran lot.

- Offsetting : Penetapan besarnya lead time.

- Explosion : Perhitungan selanjutnya untuk item level di bawahnya.

3.8.6 Output Sistem MRP

Output dari sistem MRP adalah berupa rencana pemesanan atau rencana

produksi yang dibuat atas dasar lead time. Rencana pemesanan memiliki dua tujuan

yang hendak dicapai. Kedua tujuan trsebut adalah :

- Menentukan kebutuhan bahan pada tingkat lebih bawah

- Memproyeksikan kebutuhan kapasitas

Rencana pemesanan dan rencana produksi dari output sistem MRP selanjutnya

akan memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :

- Memberikan catatan tentang pesanan penjadwalan yang harus

dilakukan/direncanakan baik dari panrik sendiri maupun pemasok.

- Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang.

- Memberikan indikasi untuk pembatalan pesanan.

- Memberikan indikasi untuk keadaan persediaan.

Output dari sistem MRP dapat pula disebut sebagai suatu aksi yang merupakan tindakan

pengendalian persediaan dan penjadwalan produksi.

Page 51: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

64

3.9 Sistem Informasi

3.9.1 Pengertian Sistem

Pengertian sistem menurut McLeod (2001, p11) adalah sekelompok elemen-

elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Suatu

organisasi seperti perusahaan atau suatu area bisnis cocok dengan definisi ini. Organisasi

terdiri dari sejumlah sumber daya dan sumber daya tersebut bekerja menuju tercapainya

suatu tujuan tertentu yang ditentukan oleh pemilik atau manajemen.

Dan menurut Mathiassen (2000, p9), Sistem adalah kumpulan dari komponen

yang mengimplementasikan persyaratan model, function dan interface.

3.9.2 Pengertian Informasi

Sedangkan pengertian informasi menurut McLeod (2001, p15) adalah data yang

telah diproses, atau data yang memiliki arti. Perubahan data menjadi informasi dilakukan

oleh pengolah informasi (information processor). Pengolah informasi dapat meliputi

elemen-elemen komputer, elemen-elemen non-komputer, atau kombinasi keduanya.

3.9.3 Pengertian Sistem Informasi

Menurut McLeod (2001, p4), sistem informasi adalah suatu kombinasi yang

terorganisasi dari manusia, perangkat lunak, perangkat keras, jaringan komunikasi, dan

sumber daya data yang mengumpulkan, mentransformasikan, serta menyebarkan

informasi dalam sebuah organisasi. Sedangkan menurut Alter sistem informasi adalah

suatu sistem kerja yang menggunakan teknologi informasi untuk mengumpulkan,

meneruskan, menyimpan, mendapatkan kembali, memanipulasi, ataupun menampilkan

informasi, sehingga mendukung satu atau lebih sistem kerja. Sedangkan sistem kerja

Page 52: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

65

adalah sistem dimana manusia berpartisipasi untuk melakukan proses bisnis dengan

menggunakan teknologi informasi dan sumber daya yang lain untuk menghasilkan suatu

produk bagi pihak internal maupun eksternal.

3.10 Analisis dan Perancangan Sistem Berorientasi Objek

3.10.1 Analisis Sistem

Analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk

merancang sistem yang baru atau diperbaiki (Mcleod, 2001, p234). Jadi dapat

disimpulkan bahwa analisis sistem adalah penelitian sistem yang ada dengan tujuan

penyempurnaan sistem yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna sistem.

3.10.2 Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek

Menurut Mathiassen (2000, p5), Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek

mendeskripsikan dua permasalahan yang berbeda, yakni di dalam sistem dan di luar

sistem. Analisis objek mendeskripsikan fenomena di luar sistem, seperti orang dan

barang, yang dapat berdiri sendiri. Perancangan objek mendeskripsikan fenomena di

dalam sistem yang dapat diawasi. Kita dapat mendeskripsikan behavior mereka sebagai

operasi untuk komputer yang menyelesaikannya.

Page 53: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

66

3.10.3 Tahapan Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek

3.10.3.1 System Definition

Menurut Mathiassen (2000, p24), System Definition (Definisi Sistem) adalah

deskripsi singkat dari sistem yang terkomputerisasi yang ditampilkan dalam bahasa

sehari – hari.

Sebuah system definition menunjukan properties fundamental untuk

pengembangan dan kegunaan sistem. Menjelaskan sistem dalam konteks, informasi yang

harus ada, fungsi yang harus disediakan, dimana akan digunakan, dan kondisi

pengembangan mana yang diaplikasikan.

Tujuan dari definisi ini untuk menjelaskan interpretasi dan kemungkinan-

kemungkinan yang berbeda. System definition membantu anda untuk menjaga overview

dari pilihan yang berbeda, dan anda bisa menggunakannya untuk membandingkan

alternative-alternatif. System definition yang akhirnya dipilih harus menyediakan fondasi

yang penting untuk analisis lanjut dan aktivitas desain.

Sebuah system definition harus singkat dan tepat, dan mengandung sebagian

besar keputusan-keputusan fundamental mengenai system. Menciptakan formulasi yang

singkat dan tepat menyediakan sebuah overview dan membuatnya mudah untuk

membandingkan alternatif.

Page 54: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

67

Gambar 3.9 Subactivities in choosing a system

Sebuah system definition menjelaskan sebuah perspektif akan sesuatu. Setiap

system definition merepresentasikan persepsi spesifik dari kenyataan yang disaring

melalui ide-ide, konsep, pendidikan, dan latar belakang dari orang-orang yang terkait.

Sebuah system definition menjelaskan keseluruhan, sebagai satu kesatuan.

Merupakan pandangan keseluruhan sistem yang memfokuskan pada bagaimana bagian-

bagian dan komponen-komponen berinteraksi. System definition akan menjelaskan

pengembangan yang memfokuskan pada property system ketimbang detail property

yang berorientasi pada komponen.

The FACTOR criterion (Mathiassen, 2000, p40) berisikan akan 6 elemen:

• Functionality: fungsi-fungsi sistem yang mendukung tugas application domain.

• Application domain: bagian dari organsasi yang mengadministrasi, memonitor, atau

mengatur sebuah problem domain.

• Condition: kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan.

Page 55: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

68

• Technology: kedua teknologi digunakan baik untuk sistem yang dikembangkan dan

juga sistem yang sedang berjalan.

• Objects: objek utama di dalam problem domain.

• Responsibility: keseluruhan tanggung jawab sistem di dalam hubungannya dengan

context.

3.10.3.2 Rich Picture

Sebuah rich picture adalah gambar tidak formal yang menunjukan pengertian

illustrator mengenai situasi yang ada. Sebuah rich picture memfokuskan pada aspek

penting dari situasi, yang ditentukan oleh illustrator. Meskipun begitu, rich picture harus

memberikan penjelasan yang luas akan situasi yang memungkinkan beberapa intepretasi

alternatif (Mathiassen, 2000, p26).

Gambar 3.10 Contoh Rich Picture

Page 56: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

69

3.10.3.3 Problem Domain Analysis

Menurut Mathiassen (2000, p45), Problem Domain Analysis merupakan bagian

dari sebuah konteks yang diadministrasi, dimonitor dan dikontrol oleh sebuah sistem.

Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan memodelkan sebuah problem domain.

Menurut Mathiassen (2000, p46), Problem Domain Modelling mempunyai 3

aktivitas :

a. Classes

Object adalah suatu entitas dengan identity (identitas), state (pernyataan) dan

behavior (perilaku). Sedangkan Event adalah kejadian terus – menerus yang

melibatkan satu atau dua objek. (Mathiassen, 2000, p51).

Menurut Mathiassen (2000, p53), Class adalah suatu deskripsi dari sekumpulan

objek yang mempunyai structure, behavioral pattern dan attributes.

Gambar 3.11 Main activitities in Object Oriented Design

Page 57: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

70

Aktivitas class akan menghasilkan event table. Baris yang horizontal berisikan

class-class yang terpilih. Kolom vertikal berisikan event-event yang terpilih. Sebuah

tanda cek menandakan bahwa objek dari class terhubung dengan event tertentu.

Gambar 3.12 Contoh Class Diagram

Menurut Mathiassen (2000, p55) ada 3 sub aktivitas dalam memilih Class dan

Event, yaitu :

1. Menemukan kandidat untuk classes

Pemilihan class merupakan kunci utama dalam membuat problem domain. Pada

umumnya yang dilakukan adalah mencari semua kata benda sebanyak mungkin

yang terdapat pada system definition.

Menurut Mathiassen (2000, p57), penggunaan nama class sebaiknya :

- Sederhana dan mudah dimengerti

- Sesuai dengan problem domain

- Menunjukkan satu kejadian

Page 58: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

71

Gambar 3.13 Memilih Class dan Event

2. Menemukan kandidat untuk event

Selain class, event juga merupakan bagian penting dalam problem domain. Cara

untuk mencarinya adalah dengan mencari kata kerja pada system definition

sebanyak mungkin.

3. Mengevaluasi dan memilih secara sistematik

Jika daftar class dan event telah lengkap, maka mereka dievaluasi secara

sistematik. Kriteria umum untuk mengevaluasi adalah :

- class dan event ada dalam system definition

- class dan event relevan untuk problem domain

b. Structure

Menurut Mathiassen (2000, p69), tujuan structure adalah untuk mendeskripsikan

hubungan struktural antara classes dan objects dalam problem domain.

Page 59: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

72

Menurut Mathiassen (2000, p72), konsep structure dibedakan atas :

1. Class structure

Menggambarkan hubungan konseptual yang statis antar class.

Terdiri atas :

- Generalization Structure :

Merupakan suatu hubungan antara satu atau lebih subclass dengan satu atau

lebih superclass.

- Cluster Structure

Merupakan kumpulan dari classes yang saling berhubungan.

2. Object structure

Menggambarkan hubungan yang dinamis antara objects yang ada dalam problem

domain.

Terdiri atas :

- Agregation structure

Mendefinisilkan hubungan antara 2 buah objects atau lebih. Menurut

Mathiassen (2000, p79), ada 3 tipe aplikasi dari aggregation structure :

1. Whole part

Object superior adalah jumlah dari object inferior, jika menambah atau

mengurangi maka akan mengubah pokok object superior.

2. Container content

Object superior adalah container bagi object inferior, jika menambah

atau mengurangi object inferior maka tidak akan mengubah object

superior.

Page 60: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

73

3. Union member

Object superior adalah object inferior yang terorganisasi. Tidak akan

terjadi perubahan pada object superior apabila melakukan penambahan

atau pengurangan pada object inferior namun tetap memiliki batasan –

batasan.

Gambar 3.14 Aggregation Structure

- Association structure

Merupakan relasi antara 2 atau lebih objek. Digambarkan sebagai

sebuah garis sederhana antara class yang berhubungan. Association

multiplicity diuraikan dengan cara yang sama seperti menguraikan

aggregation.

Gambar 3.15 Association Structure

Perbedaan antara association structure dan aggregation structure

adalah hubungan antar class pada aggregation mempunyai pertalian yang

Page 61: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

74

kuat sedangkan pada association tidak kuat. Dan dalam aggregation

dilukiskan hubungan yang definitive serta fundamental sedangkan dalam

association dilukiskan hubungan yang tidak tetap.

c. Behavior

Menurut Mathiassen (2000, p89), tujuan behavior adalah untuk memodelkan

problem domain yang dinamis. Dan 3 konsep yang terkandung dalam behavior

adalah :

• Event Trace: Merupakan urutan dari events yang melibatkan objek secara

spesifik.

• Behavioral Pattern: Suatu deskripsi dari kemungkinan events traces untuk

semua object dalam class.

• Attribute: Suatu deskripsi dari class atau event.

Gambar 3.16 Activities in Problem Domain

Page 62: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

75

Gambar 3.17 Contoh State Chart

3.10.3.4 Application Domain Analysis

Menurut Mathiassen (2000, p115), Application Domain Analysis adalah

organisasi yang mengadministrasi, memonitor atau mengontrol sebuah problem domain.

Tujuannya adalah untuk menetapkan system usage requirements.

Aktivitas dari Application Domain Analysis adalah : Usage, Functions dan

Interfaces.

Gambar 3.18 Application Domain Analysis

Page 63: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

76

a. Usage

Menurut Mathiassen ( 2000, p119 ), usage untuk menetapkan bagaimana actor

berinteraksi dengan sistem. Konsepnya adalah :

- Actor : sebuah abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan

target system.

- Use case : urutan kejadian – kejadian antara system dan actor dalam application

domain.

Gambar 3.19 Contoh Use Case

b. Functions

Menurut Mathiassen (2000, p137), functions merupakan fasilitas untuk

membuat sebuah model berguna bagi actor. Tujuannya adalah untuk menetapkan

kemampuan berproses sistem informasi.

Secara tradisional, sebuah function dianggap sebagai perhitungan, dimana input

data diubah menjadi output data. Sebuah function diaktivasikan, dijalankan, dan

Page 64: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

77

menyediakan sebuah hasil. Dijalankannya sebuah function dapat mengubah model

component state atau menciptakan reaksi di dalam application domain atau problem

domain. Sebuah function adalah kebutuhan; merupakan property abstract dari

sebuah sistem.

Gambar 3.20 Function Analysis

Tipe – tipe functions adalah :

- Update functions

Diaktifkan dengan problem domain event dan hasilnya didalam perubahan model

state.

- Signal functions

Diaktifkan dengan merubah model state dan hasilnya pada reaksi di konteks.

Reaksi ini mungkin menampilkan actor pada application domain atau intervensi

langsung di problem domain.

- Read functions

Diaktifkan oleh kebutuhan akan informasi di lembar kerja actor dan hasilnya

tampilan sistem yang relevan dari model.

Page 65: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

78

- Compute functions

Diaktifkan oleh kebutuhan akan informasi di lembar kerja actor melibatkan

informasi yang disediakan actor atau model. Hasilnya adalah tampilan dari

kegiatan compute tersebut.

c. Interfaces

Menurut Mathiassen (2000, p151), interfaces adalah fasilitas yang membuat system

model dan functions dapat digunakan oleh actor. Tujuannya adalah untuk

menetapkan system interfaces. Hasil dari interfaces adalah :

- User interfaces

Tipe dialog dan form presentasi, daftar lengkap dari elemen user interface,

window diagram dan navigation diagram.

- System interfaces

Class diagram untuk peralatan luar dan protokol - protokol untuk berinteraksi

dengan sistem lain.

Page 66: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

79

Gambar 3.21 Interfaces Analysis

3.10.3.5 Architectural Design

Menurut Mathiassen (2000, p173), tujuan dari architectural design adalah untuk

menstruktur sistem yang terkomputerisasi.

Gambar 3.22 Activities in Architectural Design

Page 67: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

80

Menurut Mathiassen (2000, p173), 3 aktivitas yang terdapat pada Architectural Design :

a. Criteria

Menurut Mathiassen (2000, p177), tujuan dari criteria adalah untuk mengatur

prioritas perancangan. Konsepnya adalah :

- Criterion : Properti dari architecture

- Conditions : kesempatan dan batas technical, organizational dan human yang

telibat dalam suatu tugas.

Menurut Mathiassen (2000, p178) terdapat 12 jenis kriteria software :

1. Usable: kemampuan sistem untuk beradapatasi dengan situasi organisasi, tugas

dan hal – hal teknis.

2. Secure: kemampuan untuk melakukan pencegahan terhadap akses yang tidak

berwenang.

3. Efficient : penggunaan secara ekonomis terhadap fasilitas technical platform.

4. Correct: sesuai dengan kebutuhan.

5. Reliable: ketepatan dalam melakukan suatu fungsi.

6. Maintainable: kemampuan untuk perbaikan sistem yang rusak.

7. Testable: penempatan biaya untuk memastikan sistem bekerja sesuai dengan

yang diinginkan.

8. Flexible: kemampuan untuk modifikasi sistem yang berjalan.

9. Comprehensible: usaha yang diperlukan untuk memperoleh pengertian akan

suatu sistem.

Page 68: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

81

10. Reusable: potensi untuk menggunakan sistem pada bagian sistem lain yang

saling berhubungan.

11. Portable: kemampuan sistem untuk dapat dipindahkan ke technical platform

yang lain.

12. Interoperable: kemampuan untuk merangkai sistem ke dalam sistem yang lain.

Selain kriteria – kriteria diatas, menurut Mathiassen (2000, p184), terdapat pula

kondisi – kondisi yang harus diperhitungkan :

• Technical

Adalah perangkat keras yang tersedia, perangkat lunak dasar dan sistem;

menggunakan kembali bahan – bahan dan komponen – komponen yang telah

ada; menggunakan komponen standar yang dapat dibeli.

• Organizational

Adalah perjanjian kontrak; rencana pengembangan dan pembagian kerja antara

pengembang.

• Human

Adalah kemampuan untuk mendesain; pengalaman dengan sistem yang serupa;

pengalaman dengan technical platform.

b. Component

Sebuah component architecture adalah pandangan sistem structural yang

membedakan sistem concern. Sebuah component architecture yang baik membuat

sebuah sistem lebih mudah untuk dimengerti, mengatur desain kerja dan

Page 69: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

82

merefleksikan stabilitas dari konteks sistem. Juga mengubah design task ke dalam

beberapa task yang lebih mudah.

Menurut Mathiassen (2000, p189), Component architecture adalah sebuah

struktur sistem dari components yang saling berhubungan untuk menentukan

keseluruhan struktur system. Bagian program yang menyusun classes disebut

component-kumpulan dari bagian sistem yang membentuk keseluruhan dan memiliki

tanggung jawab yang jelas. Tujuan utama dari component architecture adalah agar

kedua hal tersebut lengkap dan fleksibel.

Berikut beberapa pattern umum yang dapat digunakan secara kreatif mendesain

sebuah component architecture:

• the layered architecture pattern

• the generic architecture pattern

• the client-server architecture pattern

Gambar 3.23 Contoh component architecture

Page 70: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

83

c. Process

Menurut Mathiassen (2000, p209), tujuan process adalah untuk mendefinisikan

struktur program secara fisik.

Process activity dibuat berdasarkan 2 level abstraksi. Yang pertama, level

kseluruhan dimana kita mendefinisikan distibusi program component dari prosesor

sistem yang ada. Kedua level yang berhubungan dengan proses yang membangun

kolaborasi diantara objek yang ada ketika dijalankan. Process activity akan cepat

selesai apabila kita membuat system administrative yang berdiri sendiri. Meskipun

begitu, kerumitan dari process architecture meningkat secara signifikan untuk

memonitor dan mengontrol sistem, sistem dengan interaksi yang dekat dengan

sistem yang lain.

Process activity menghasilkan deployment diagram yang menjelaskan

distribusi dan kolaborasi program component dan active objects pada prosesor.

Sebagai tambahan anda mungkin memiliki spesifikasi yang lebih detail untuk

mengkoordinasikan resource sharing.

Page 71: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

84

Gambar 3.24 Contoh deployment diagram

Menurut Mathiassen (2000, p215-218) terdapat 3 distribution pattern, yaitu:

• The centralize pattern, solusi termudah untuk permasalahan distribusi adalah

untuk mendistribusikan sedikit mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan menjaga

semua data pada satu central server dan memiliki client hanya untuk mengatur

user interface. Beberapa keuntungan untuk proses arsitektur ini, yaitu dapat

mengimplementasikannya dengan client dengan cukup terjangkau. Semua data

konsisten karena berada di satu tempat, struktur berbentuk simple untuk

dimengerti dan diimplementasikan, dan network traffic moderate. Kerugiannya

adalah low level robustness. Access time akan tinggi karena mengaktivasikan

setiap client function mencakup pertukaran dengan server. Data hanya ada di

satu tempat, sehingga design tidak memfasilitasi backup.

Page 72: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

85

• The distribute pattern, design yang berlawanan dengan centralized pattern.

Disini, semua didstribusikan ke client dan server hanya untuk mem-broadcast

model update diantara client. Keuntungan dari architecture ini adalah

rendahnya waktu akses; robustness dapat dimaksimalkan, banyak backup.

Kelemahannya adalah jumlah dari data yang sama dan yang lebih bermasalah-

potensial ketidak-konsistenan data dari client yang berbeda. Kebutuhan

teknikal client yang tinggi dan architecture yang lebih rumit dan sulit

dimengerti dan diimplementasikan.

• The decentralize pattern, berada di antara kedua pattern di atas. Idenya adalah

agar client memiliki data mereka sendiri, sehingga hanya data umum yang ada

pada client di luar server. Structural design dari client dan server sama. Isinya

yang berbeda. Keuntungannya adalah konsistensi network load rendah, access

time low. Kerugiannya adalah semua prosesor harus mampu untuk

menjalankan function yang rumit dan menjaga model yang besar, peningkatan

biaya hardware, tidak adanya fasilitas build-in backup.

3.10.3.6 Component Design

Menurut Mathiassen (2000, p231), tujuan component design adalah untuk

menetapkan sebuah implementasi pada sebuah architectural framework.

Aktivitas pada component design adalah :

1. Model component

Menurut Mathiassen (2000, p235), model component adalah bagian dari sistem yang

mengimplementasikan problem domain model.

Page 73: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

86

2. Function component

Tujuan function component menurut Mathiassen (2000, p252) adalah untuk

menetapkan functions implementation. Function implementation adalah bagian dari

sistem yang mengimplementasikan persyaratan functions.

3. Connecting component

Tujuan dari connecting components menurut Mathiassen (2000, p271) adalah untuk

menggabungkan system components.

Gambar 3.25 Contoh revised class diagram

Page 74: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

87

3.11 Unified Modelling Language (UML)

Pada tahun 1989 sampai dengan 1994, jumlah metodologi berorientasi objek

selalu bertambah terus. Banyak user yang menggunakan metodologi-metodologi

tersebut mendapat kesulitan untuk mencari bahasa pemodelan yang sesuai. Kemudian

muncul beberapa metodologi generasi baru yang lengkap, tetapi masing-masing

mempunyai kelemahan dan kelebihan. Pada pertengahan 1990an, Grady Booch

(Rational Software Corp), Ivar Jacobson (Objectory) dan James Rumbaugh (General

Electric) bergabung untuk menyatukan metodologi mereka.

UML merupakan standar bahasa untuk membuat rancangan software (Booch,

Rumbaugh, Jacobson, 1999, p14-16). UML merupakan bahasa untuk:

• Visualizing : beberapa hal baik untuk dimodel secara tekstual, tetapi beberapa hal

baik untuk dimodel secara grafikal. UML lebih dari sekedar sekelompok simbol

grafis. Dibalik setiap notasi UML merupakan suatu semantik yang didefinisikan

dengan benar.

• Specifying : UML membahas spesifikasi dari analisis, design, dan implementasi yang

diperlukan dalam mengembangkan software.

• Constructing : UML bukan visual program tapi model-model yang terdapat di dalam

UML dapat dihubungkan dengan berbagai bahasa pemrograman. Dengan demikian

UML memperbolehkan eksekusi secara langsung ke model, simulasi sistem dan

intrumentation of running system.

• Documenting : UML mencakup dokumentasi dari arsitektur sistem berserta semua

detailnya. UML menyediakan bahasa untuk menunjukkan kebutuhan sistem dan uji

coba. UML juga menyediakan bahasa untuk permodelan perencanaan proyek.

Page 75: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

88

UML diperuntukan untuk pemakaian sistem software yang intensif. UML banyak

digunakan terutama untuk (Booch, Rumbaugh, Jacobson, 1999, p17) :

• Sistem informasi perusahaan

• Layanan perbankan dan financial

• Telekomunikasi

• Transportasi

• Pertahanaan / angkasa luar

• Perdagangan

• Alat-alat elektronik medis

3.12 Diagram dalam Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek

Delapan diagram yang digunakan untuk menggambarkan empat tahapan atau

aktivitas utama dalam analisis dan perancangan berorientasi object dengan metode

Mathiassen yaitu :

1. Rich picture

Rich picture berisi sebuah pandangan menyeluruh dari people, object process,

structure, dan problem dalam system problem dan application domain. People dapat

berupa system developer, user, pelanggan, atau pemain lain. Object dapat berupa

banyak benda seperti mesin, dokumen, lokasi, departemen, dan yang lainnya.

Process menguraikan aspek dari sebuah situasi yang berubah, tidak stabil, atau di

bawah pengembangan. Secara grafik, process diilustrasikan dengan simbol panah.

Structure menguraikan aspek dari sebuah situasi yang terlihat stabil atau sulit untuk

diubah. Secara grafik, structure diuraikan dalam satu dari dua cara: menggambar

Page 76: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

89

garis antara elemen-elemen atau menempatkan elemen-elemen yang berhubungan

dalam sebuah figur umum, seperti segi empat atau lingkaran.

2. Class Diagram

Class Diagram berisi kesimpulan dari class dan hubungan strukturalnya yang

saling timbal balik. Class adalah uraian dari kumpulan object yang saling berbagi

structure, behavioral pattern, dan attribute.

3. Statechart Diagram

Statechart diagram berisi behavioral pattern yang sah untuk semua object dalam

sebuah class, diuraikan oleh state dan event yang berpartisipasi. Statechart diagram

dapat juga menguraikan use case, yang transitionnya menyimbolkan action. State

dapat berisi substate yang dapat dipisahkan atau bersama-sama. State transition

dapat diperluas dengan menggunakan message sebaik spesifikasi dari action yang

ditunjukkan pada state transition.

4. Use-case diagram

Use-case adalah sebuah model untuk interaksi antara sistem dan actor dalam

application domain. Use-case diagram berisi actor eksternal dalam sebuah system

context, use case dimana sistem mendukung dan hubungan strukturalnya yang saling

timbal balik. Actor dan use case adalah dua elemen utama dalam deskripsi, yang

dapat dihubungkan satu sama lain, karena itu menunjukkan bahwa sebuah actor

yang diberikan berpartisipasi dalam sebuah use case yang diberikan. Setiap use case

menentukan beberapa urutan yang penting dalam interaksi antara actor dan system,

yang diuraikan secara rinci menggunakan use case specification atau statechart

diagram.

Page 77: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

90

5. Sequence diagram

Sequence Diagram berisi interaksi dari waktu ke waktu antara kumpulan objek.

Penekanan utama dapat tepat waktu atau pada hubungan objek. Sequence Diagram

dapat menggambarkan perincian tentang sebuah situasi dinamis, kompleks yang

melibatkan beberapa dari banyak object yang dihasilkan dari class dalam class

diagram. Dalam Sequence Diagram, poros horizontal menunjukkan object yang

berpartisipasi dan poros vertikal menggambarkan urutan waktu, dimana interaksi

yang diekspresikan oleh pesan yang dikirim diantara object. Lifeline untuk object

adalah sebuah bar, dengan object yang ditunjuk pada bagian atas.

6. Navigation diagram

Navigation diagram berisi semua window user interface, dan hubungan

dinamisnya. Navigation diagram adalah sebuah statechart diagram khusus yang

memfokuskan pada keseluruhan user interface yang dinamis. Sebuah window

digambarkan sebagai sebuah state. State tersebut memiliki nama dan mengandung

icon (sebuah miniatur window). State transition menghubungkan ke sebuah switch

antara dua window. Karena navigation diagram secara khusus mengandung hanya

window-window dan tidak ada state form yang lain, perincian ini secara khusus

menjadi berlebihan. Dalam sebuah state transition, action yang user harus tunjukkan

diindikasikan dalam window untuk mengaktifkan transition tersebut.

7. Component diagram

Component adalah sekumpulan dari bagian program yang mewakili keseluruhan

dan memiliki tanggung jawab yang dirumuskan dengan baik. Component

architecture adalah sebuah struktur sistem yang disusun dari komponen yang saling

berhubungan.

Page 78: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

91

8. Deployment diagram

Deployment Diagram berisi komponen system program, external device, dan

sebuah struktural timbal baliknya. Deployment Diagram menguraikan sebuah

konfigurasi sistem dalam bentuk processor dan object yang dihubungkan ke

processor. Processor adalah sebuah unit yang dapat menunjukkan proses. Ketika

membicarakan tentang konfigurasi konkrit, processor digambarkan sebagai object.

External device adalah stereotype khusus dari sebuah processor. Program

component adalah sebuah komponen yang berhubungan yang menawarkan fasilitas

yang pasti ke komponen lain dan dilukiskan oleh sebuah interface yang dibuat dari

class dan operation yang diimplementasikan. Processor dapat mengandung program

component. Processor dan program component adalah objectnya sendiri dan dapat

mengandung object lain. Karena itu, digunakan notasi untuk object dalam

deployment diagram.

3.13 Keunggulan dan Kelemahan Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek

3.13.1 Keunggulan Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek

Terdapat dua kemampuan sistem berorientasi objek (McLeod, 2001, p613-614)

yaitu:

1. Reusability

Kemampuan untuk menggunakan kembali pengetahuan dan kode program yang ada,

dapat menghasilkan keunggulan saat suatu sistem baru dikembangkan atau sistem

yang ada dipelihara atau direkayasa ulang. Setelah suatu objek diciptakan, ia dapat

digunakan kembali, mungkin hanya dengan modifikasi kecil di sistem lain. Ini

Page 79: BAB 3 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-3-00492-TISI BAB 3.pdf · 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk mengambil keuntungan

92

berarti biaya pengembangan yang ditanamkan di satu proyek dapat memberikan

keuntungan bagi proyek-proyek lain.

2. Interoperability

Kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai aplikasi dari beberapa sumber, seperti

program yang dikembangkan sendiri dan perangkat lunak jadi, serta menjalankan

aplikasi-aplikasi ini di berbagai platform perangkat keras.

Reusability dan interoperability menghasilkan empat keunggulan kuat (McLeod,

2001, p614-615) yaitu:

- Peningkatan kecepatan pembangunan, karena sistem dirancang seperti dunia nyata

melihatnya.

- Pengurangan biaya pengembangan, karena pengembangan lebih cepat.

- Kode berkualitas tinggi memberikan keandalan lebih besar dan ketangguhan yang

lebih dibandingkan yang biasa ditemukan dalam sistem berorientasi proses.

- Pengurangan biaya pemeliharaan dan rekayasa ulang sistem, karena kode yang

berkualitas tinggi dan kemampuan pemakaian kembali.

3.13.2 Kelemahan Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek

Beberapa kelemahan dari sistem berorientasi objek (McLeod, 2001, p615)

adalah:

- Diperlukan waktu lama untuk memperoleh pengalaman pengembangan.

- Kesulitan metodologi untuk menjelaskan sistem bisnis yang rumit.

- Kurangnya pilihan peralatan pengembangan yang khusus disesuaikan untuk sistem

bisnis.