skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab3/2006-2-01020-tisi bab 3.pdf ·...

46
22 BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Pesediaan Persediaan (inventory) dapat dikatakan sebagai persediaan dari suatu bahan atau material yang telah memudahkan produksi atau memuaskan permintaan pelanggan. (Schroeder, 1993, p580). Persediaan mempunyai banyak pengertian terhadap beberapa hal yang berbeda, diantaranya: (Tersine, 1994, p3) 1. Stock on Hand pada suatu waktu tertentu (material dapat dilihat, dihitung, dan diukur). 2. Daftar per item dari semua aset fisik. 3. Untuk menentukan jumlah item yang harus ada di “tangan”. 4. (Dalam konteks dokumen bagian keuangan) nilai stok barang yang dimiliki oleh perusahaan pada waktu tertentu. 3.2. Tujuan Persediaan Persediaan memiliki beberapa tujuan, beberapa yang terpenting adalah: (Stevenson, 1999, p560) 1. Untuk memenuhi permintaan pelanggan Hal tersebut berkenaan dengan keinginan untuk memuaskan rata-rata konsumen. 2. Untuk melancarkan permintaan produksi

Upload: vukhanh

Post on 05-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

22

BAB 3

LANDASAN TEORI

3.1. Pengertian Pesediaan

Persediaan (inventory) dapat dikatakan sebagai persediaan dari suatu bahan atau

material yang telah memudahkan produksi atau memuaskan permintaan pelanggan.

(Schroeder, 1993, p580).

Persediaan mempunyai banyak pengertian terhadap beberapa hal yang berbeda,

diantaranya: (Tersine, 1994, p3)

1. Stock on Hand pada suatu waktu tertentu (material dapat dilihat, dihitung, dan

diukur).

2. Daftar per item dari semua aset fisik.

3. Untuk menentukan jumlah item yang harus ada di “tangan”.

4. (Dalam konteks dokumen bagian keuangan) nilai stok barang yang dimiliki

oleh perusahaan pada waktu tertentu.

3.2. Tujuan Persediaan

Persediaan memiliki beberapa tujuan, beberapa yang terpenting adalah:

(Stevenson, 1999, p560)

1. Untuk memenuhi permintaan pelanggan

Hal tersebut berkenaan dengan keinginan untuk memuaskan rata-rata

konsumen.

2. Untuk melancarkan permintaan produksi

Page 2: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

23

3. Untuk menghindari terjadinya stockouts

Keterlambatan pengiriman dan peningkatan permintaan yang tidak diharapkan

akan meningkatkan resiko kekurangan. Keterlambatan dapat terjadi karena

kondisi cuaca, supplier stockouts, pengiriman material yang salah, masalah

kualitas, dan sebagainya. Resiko tersebut dapat dikurangi dengan memiliki

safety stock, yaitu stock yang lebih dari permintaan rata-rata untuk

mengimbangi variabilitas pada permintaan dan lead time.

4. Untuk menghasilkan keuntungan pada siklus permintaan

Untuk meminimasi biaya penjualan dan inventory, perusahaan sering membeli

dengan jumlah yang lebih dari permintaan dalam waktu dekat. Biasanya, lebih

ekonomis untuk memproduksi dalam jumlah banyak. Kelebihan output harus

disimpan untuk penggunaan yang akan datang. Dengan demikian, penyimpanan

inventory memungkinkan perusahaan untuk membeli dan berproduksi atau

produksi dengan permintaan. Hasil ini digunakan untuk periodik order atau

siklus order.

5. Untuk menghindari peningkatan harga

Biasanya perusahaan akan mengira bahwa besarnya kenaikan harga adalah

mengenai pemesanan dalam jumlah yang besar, melebihi normal. Kemampuan

untuk menyimpan barang-barang juga akan membuat perusahaan mendapat

keuntungan dari harga diskon untuk permintaan dalam jumlah besar.

3.3. Macam-macam Persediaan

Persediaan dapat digolongkan dalam dua bentuk, yaitu berdasarkan proses

produksinya dan berdasarkan fungsi.

Page 3: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

24

3.3.1. Persediaan berdasarkan proses produksi

Persediaan berdasarkan proses produksinya dapat dibedakan menjadi: (Assauri,

1975, p234-235)

1. Persediaan bahan mentah (raw materials)

Merupakan persediaan barang-barang berwujud, seperti baja, kayu, dan

komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah

diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para supplier dan atau

dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi.

2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts / components)

Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-

komponen yang diterima dari perusahaan lain, dimana secara langsung

dapat dirakit menjadi suatu produk.

3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies)

Adalah persedian barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi

tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

4. Persediaan barang dalam proses (work in process)

Adalah persediaan barang-barang yang memerlukan keluaran dari tiap-tiap

bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk,

tetapi masih diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

5. Persediaan barang jadi (finished goods)

Adalah persediaan barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam

pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.

Page 4: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

25

3.3.2. Persediaan Berdasarkan Fungsi

Macam-macam persediaan yang umum dimiliki pada suatu perusahaan antara

lain: (Tersine, 1994, p7-8)

1. Working Stock (Cycle atau Size Stock)

Adalah persediaan yang diperlukan dan disimpan sebelum diperlukan agar

pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan.

Ukuran lot ini bertujuan untuk meminimasi biaya pemesanan dan

penyimpanan, dan mendapatkan potongan harga secara umum, jumlah rata-

rata persediaan on hand yang dihasilkan dari ukuran lot membentuk stock

aktif suatu organisasi.

2. Safety Stock (Buffer atau Fluctuation Stock)

Adalah persediaan yang disimpan untuk mengantisipasi kemungkinan

supply dan demand yang tidak pasti. Dalam siklus pemenuhan kembali,

stock ini berfungsi sebagai tameng terhadap kekurangan stock.

3. Anticipation Stock (Seasonal atau Stabilization Stock)

Adalah persediaan yang digunakan untuk menghadapi permintaan musiman

yang memuncak, keperluan sampingan (promosi, pemogokan buruh,

penutupan karena libur). Stock ini disediakan atau diproduksi sebelum

diperlukan dan berkurang selama permintaan puncak, dengan harapan agar

tingkat produksi rata-rata tetap tercapai dan jumlah tenaga kerja tetap stabil.

4. Pipelaine Stock (Biasanya timbul sebagai stock transit dalam work-in-

process)

Adalah persediaan yang ada dalam transit untuk mengetahui waktu yang

dihabiskan untuk menerima material pada akhir input, mengirim material

Page 5: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

26

melewati proses produksi, dan mengirim hasil akhir pada akhir output.

Secara eksternal, stok pipeline adalah persediaan pada truk, kapal, dll.

Secara internal, saat diproses, menunggu untuk diproses dan saat

dipindahkan.

5. Decoupling Stock

Adalah persediaan yang diakumulasikan antara aktivitas tidak bebas untuk

mengurangi permintaan untuk melengkapi operasi yang tersinkronisasi. Hal

ini mengisolasi satu part dari sistem agar setiap operasi dapat lebih

terbebaskan. Hal ini merupakan pemulusan untuk sistem suplai-produksi-

distribusi yang melindungi dari pergeseran yang berlebihan.

3.4. Motivasi Dalam Persediaan

Motivasi suatu perusahaan dalam menyimpan persediaan adalah: (Nahmias,

1997, p213-214)

1. Skala Ekonomis

Banyak perusahaan yang memproduksi barang yang sejenis dalam perusahaan

tersebut dengan menggunakan mesin yang sama. Mesin tersebut harus diatur,

maka suatu jenis barang yang sama diproduksi dalam jumlah yang banyak juga

untuk keperluan di masa yang akan datang untuk mengurangi biaya pengaturan

mesin tersebut.

2. Ketidakpastian

Ketidakpastian ini yang menjadi motif utama perusahaan untuk menyimpan

persediaan. Ketidakpastian terhadap permintaan dari luar sangat penting.

Karena seringkali terjadi permintaan dari konsumen, jika ternyata tidak dapat

Page 6: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

27

dipenuhi, maka konsumen tersebut akan kecewa dan di masa mendatang tidak

akan membeli pada perusahaan lagi. Selain terhadap permintaan ketidakpastian

yang lain yaitu terhadap waktu tunggu (lead time). Lead time ini didefinisikan

sebagai sejumlah waktu yang diperlukan dari saat barang dipesan sampai

pesanan tersebut sampai.

3. Spekulasi

Jika nilai suatu barang diprediksikan akan meningkat, akan lebih ekonomis

untuk menyimpan persediaan dalam jumlah besar.

4. Transportasi

Jika transportasi lama, pesanan dalam jumlah cukup besar dapat menghemat

biaya dan waktu transportasi.

5. Pemulusan

Perubahan dalam pola permintaan dari suatu produk dapat bersifat

deterministrik maupun acak. Persediaan dapat mengantisipasi permintaan di

saat puncak.

6. Logistik

Beberapa pembatas dapat meningkatkan pembelian, produksi, atau distribusi

dari barang yang akan menekan sistem pada persediaan utama. Salah satu kasus

yaitu barang yang dibeli harus dalam jumlah yang minimum, dan yang lain

yaitu masalah logistik dimana dimungkinkan untuk mengurangi semua

persediaan sampai nol dan mengharapkan produksi secara terus-menerus.

Page 7: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

28

7. Mengontrol biaya

Biaya untuk menyimpan persediaan tidaklah sama jika persediaan tersebut

disimpan dalam jumlah yang besar atau kecil. Akan lebih mudah jika

perusahaan menyimpan persediaan dalam jumlah besar.

3.5. Biaya-biaya Dalam Persediaan

Tujuan dari persediaan adalah untuk mendapatkan jumlah yang tepat untuk

barang pada tempat dan waktu yang tepat, serta mempunyai biaya yang rendah.

Ada beberapa parameter ekonomi dasar untuk model persediaan yang relevan untuk

sebagian besar sistem, yaitu: (Tersine, 1994, p13)

1. Purchase Cost (Biaya Pembelian)

Biaya pembelian dari suatu barang adalah biaya untuk membeli satu satuan

barang jika diperoleh dari sumber eksternal atau memproduksi satu satuan

barang jika barang tersebut diproduksi secara internal. Biaya per unit ini harus

selalu dibebankan ketika barang tersebut ditempatkan sebagai persediaan.

Untuk barang yang dibeli, pembelian ini termasuk biaya transportasi, sedangkan

untuk barang yang diproduksi, biaya pembelian ini termasuk upah karyawan,

biaya bahan baku dan overhead pabrik.

2. Order / Setup Cost (Biaya Pemesanan) (Tersine, 1994, p14)

Biaya pemesanan ini berasal dari biaya yang timbul setiap dilakukan

pemesanan untuk pemenuhan kembali persediaan yang dimiliki. Pada saat

pemesanan dilakukan, sejumlah biaya tertentu yang berkaitan yaitu pemrosesan,

penyiapan, pendistribusian, penanganan dan pembelian sejumlah barang yang

dipesan.

Page 8: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

29

3. Holding Cost (Biaya Simpan) (Stephen Love, 1976, p6)

Biaya yang mempengaruhi inventori dimulai dengan investasi. Biaya yang

berhubungan dengan penambahan stock diambil dari pendapatan dari

pengembalian. Biaya ini merupakan biaya ‘opportunity’, yang biasanya

dinyatakan dalam bentuk persentase dari investasi. Kekurangan yang terdapat

dalam hal tersebut berkenaan dengan harga yang tepat dari persentase yang

disajikan, walau demikian ‘capital cost’ dapat menjadi satu-satunya biaya

simpan yang signifikan. Investasi persediaan harus terakomodasi secara fisik.

Besarnya biaya simpan tidak tergantung pada banyaknya abrang yang disimpan,

namun demikian beberapa biaya harus dinyatakan. Level inventori yang

semakin tinggi dapat membuat penambahan kepemilikan gudang atau biaya

sewa. Material handling akan meningkat penggunaannya, seiring dengan

bertambahnya jarak tempuh yang lebih jauh karena barang-barang harus

disimpan dengan jarak yang lebih tinggi biasanya juga meningkatkan resiko

busuk pada barang yang disimpan (kecuali yang disimpan adalah keju atau

anggur), usang, dan pencurian atau biaya-biaya yang ada dapat mengurangi

resiko-resiko tersebut. Pajak barang secara berkala akan dikenakan pada

inventory on hand pada waktu tertentu atau rata-rata akhir periode.

4. Stockout Cost (Biaya kekurangan persediaan) (Tersine, 1994, p14-15)

Biaya stockout ini terjadi ketika suatu pesanan tidak dapat dipenuhi dari

persediaan yang ada pada saat pesanan tersebut diterima. Ada dua jenis biaya

stockout ini, yaitu lost sales cost dan backorder cost. Biaya ini sulit diukur

secara akurat.

Page 9: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

30

a. Lost Sales Cost terjadi bila konsumen dihadapkan pada suatu keadaan

dimana pesanan tidak dapat dipenuhi sehingga mereka membatalkan

pesanan tersebut. Biaya ini biasanya termasuk keuntungan yang akan

diterima dan kemungkinan negatif dalam hal penjualan di masa yang akan

datang.

b. Backorder Cost terjadi bila konsumen akan menunggu sampai pesanan

dapat dipenuhi, sehingga penjualan tetap terjadi, tetapi tertunda. Backorder

ini dapat menyebabkan tambahan biaya seperti dalam hal transportasi dan

pemesanan. Biaya backorder ini lebih mudah diprediksi.

3.6. Item Penting Persediaan

Terdapat beberapa item penting persediaan yang berkaitan dengan penentuan

jumlah persediaan yang optimal dan biaya total yang optimal, yaitu:

1. Permintaan (Demand) (Nahmias, 1997, p215)

Terdapat asumsi tentang pola dan karakteristik dari permintaan seringkali

menjadi hal yang paling signifikan dalam penentuan kekompleksan dari

pengendalian persediaan

a. Konstan dan variabel. Model persediaan yang sederhana mengasumsikan

bahwa tingkat permintaan adalah konstan. Model EOQ dan perluasan dari

model ini didasarkan pada asumsi ini. Selain itu juga terdapat permintaan

yang berubah-ubah pada konteks yang beragam.

b. Pasti dan acak. Sangat mungkin bahwa permintaan konstan tetapi dalam

keadaan acak. Persamaan dari acak ini yaitu tidak pasti atau stokastik.

Dalam permintaan stokastik, diasumsikan bahwa tingkat rata-rata

Page 10: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

31

permintaan adalah konstan. Permintaan secara acak ini lebih realistik dan

kompleks dibandingkan dengan yang bersifat deterministik.

2. Lead Time dan Replinishment Rate

Adalah tenggang waktu yang diperlukan antara pemesanan bahan baku dan

datangnya bahan baku itu sendiri, waktu tunggu ini dapat konstan dan dapat

bersifat probabilistik. Replinishment Rate adalah sebagai dasar untuk

membentuk suatu sistem persediaan. (Elsayed, 1994, p65).

3. Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Adalah persediaan yang diadakan untuk mencegah terjadinya kekurangan

persediaan ketika kondisi permintaan tidak pasti atau karena keterlambatan

penerimaan bahan baku yang telah dipesan. Faktor-faktor yang menentukan

besarnya persediaan ini adalah penggunaan bahan baku rata-rata selama periode

tertentu sebelum barang yang dipesan datang dan waktu tunggu yang bervariasi.

(Assauri, 1975, p258)

4. Reorder Level

Reorder level merupakan tingkat pemesanan kembali yang digunakan sebagai

acuan pemesanan dari suatu sistem persedissn. (Elsayed, 1994, p65)

3.7. Pengujian Distribusi Normal (Modul Statistik Industri)

Sebaran peluang kontinu yang paling penting dalam statistika adalah

sebaran/distribusi normal dengan kurvanya yang berbentuk genta. Untuk

mengetahui apakah suatu populasi mengikuti sebaran normal atau tidak dapat

digunakan uji Goodness of fit, yaitu uji yang digunakan untuk menentukan apakah

populasi memiliki suatu distribusi teoritik tertentu. Uji ini didasarkan pada seberapa

Page 11: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

32

baik kesesuaian antara frekuensi yang teramati dalam data sampel dengan frekuensi

harapan pada distribusi yang dihipotesakan.

Langkah-langkah Uji Goodness of fit distribusi normal:

1. H0 : Populasi data mengikuti distribusi normal

2. H1 : Populasi data tidak mengikuti distribusi normal

3. Tentukan taraf nyata ( α )

4. Daerah kritis : tolak H0 jika χ2hitung > χ2

tabel dengan v = k-l-m

5. Perhitungan :

a) Buatlah selang kelas

b) Masukkan data-data yang ada ke dalam tabel:

Tabel 3.1. Tabel Perhitungan Uji Goodness of fit distribusi normal

Batas kelas oi(fi) xi fi*xi (xi-x)2fi Pi ei=Pi*n (oi-ei)2/ei

Keterangan :

n = jumlah sampel

fi = oi = frekuensi observasi

Pi = luas daerah di bawah kurva normal

xi = titik tengah kelas

x = rata-rata sampel

s = simpangan baku = ( )

1

2

−∑n

fixxi

Page 12: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

33

c) Hitung total ( )∑ −=

eieioi 2

22 : χχ

Dimana: oi = frekuensi observasi (pengamatan)

ei = frekuensi harapan

6. Kesimpulan: terima/tolak H0 dan simpulkan bahwa populasi mengikuti atau

tidak mengikuti distribusi normal.

Sebuah alternatif penting untuk menguji kesesuaian distribusi adalah metode

yang ditemukan oleh dua matematikawan Rusia, yaitu: Kolmogorov dan Smirnov

pada akhir dekade 1930. Dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov, dapat

diperiksa apakah distribusi nilai-nilai sampel yang diamati sesuai dengan distribusi

teoritis tertentu. Uji Kolmogorov-Smirnov beranggapan bahwa distribusi variabel

yang sedang diuji bersifat kontinu dan sampel diambil dari populasi secara acak

sederhana.

Uji Kesesuaian Kolmogorov-Smirnov ini dapat diterapkan pada dua keadaan

sebagai berikut:

• Menguji apakah suatu sampel mengikuti sebuah bentuk distribusi populasi

teoritis.

• Menguji apakah dua buah sampel berasal dari dua populasi identik

Prinsip dari uji Kolmogorov-Smirnov adalah menghitung selisih absolut antara

fungsi distribusi frekuensi komulatif sampel (disebut Fs(x)) dan fungsi distribusi

frekuensi teoritis (disebut Ft(x)) pada masing-masing interval kelas.

H0 : F(x) = F(x) untuk semua x dari -~ sampai +~

H1 : F(x) = F(x) untuk paling sedikit sebuah x

Page 13: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

34

Dengan F(x) adalah fungsi distribusi frekuensi komulatif populasi pengamatan.

Statistik uji Kolmogorov-Smirnov merupakan selisih absolut terbesar antara

Fs(x) dan Ft(x), yang disebut deviasi maksimum D. Statistik D ditulis sebagai

berikut:

D = ( ) ( )xFxF ts + maks l = 1,2,3, ..., n

Nilai D kemudian dibandingkan dengan nilai kritis pada tabel distribusi yang

diambil, pada ukuran sampel n dan tingkat kemaknaan α. H0 ditolak bila nilai

teramati maksimum D lebih besar atau sama dengan nilai kritis D maksimum.

Dengan penolakan H0 berarti distribusi teramati dan distribusi teoritis berbeda

secara bermakna. Sebaliknya dengan tidak menolak H0 berarti tidak terdapat

perbedaan bermakna antara distribusi teramati dengan distribusi teoritis. Perbedaan-

perbedaan yang tampak hanya disebabkan variasi pengambilan sampel (sample

variation).

Dalam SPSS terdapat beberapa cara untuk menguji kenormalan suatu data,

antara lain adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini digunakan pada data yang

bersifat kuantitatif dan data kualitatif yang berskala ordinal. Cara penggunaan

Software SPSS yaitu:

• Definisikan data pada kolom pertama

• Masukkan data ke dalam kolom pertama

• Pada menu utama, pilih: Analyze, Nonparametric Test, 1 sample KS.

Pada Test Variable List masukkan variable yang akan diuji

Pada Test Distribution pilihlah normal

• Klik OK

Page 14: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

35

Gambar 3.1. Kotak Dialog One Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Keterangan

1. H0 : Populasi data mengikuti distribusi normal

2. H1 : Populasi data tidak mengikuti distribusi normal

3. Tentukan taraf nyata ( α )

4. Daerah kritis : Pvalue ≤ α

5. Perhitungan : Bandingkan Pvalue dengan nilai α

6. Untuk Pvalue lebih besar atau sama dengan α maka terima H0 sedangkan untuk

Pvalue lebih kecil dari α maka tolak H0.

7. Kesimpulan terima / tolak H0 dan simpulkan bahwa populasi mengikuti / tidak

mengikuti distribusi normal.

3.8. Model-model Sistem Persediaan

Model sistem persediaan dapat digolongkan berdasarkan sifat permintaan serta

kebijakan yang ditetapkan pihak perusahaan.

Page 15: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

36

3.8.1. Model Persediaan Berdasarkan Sifat Permintaan

Model persediaan ini mengacu pada pengetahuan tentang permintaan itu

sendiri dan laju permintaannya. Oleh karena itu, persediaan dapat dikelompokkan

ke dalam empat model sebagai berikut: (Elsayed, 1994, p69)

1. Static Deterministic Inventory Model (Model Persediaan Statis Deterministik)

Model ini mempunyai ukuran permintaan yang deterministik karena ukuran

permintaan dalam suatu periode diketahui dan konstan, dan laju

permintaannya sama untuk setiap periode.

2. Dynamic Deterministic Inventory Model (Model Persediaan Dinamis

Deterministik)

Model ini ukuran permintaannya untuk setiap periode diketahui dan konstan,

tetapi laju permintaannya bervariasi (dinamis).

3. Static Probabilistic Inventory Model (Model Persediaan Statis Probabilistik)

Pada model ini, ukuran permintaannya bersifat acak, namun berdistribusi

tertentu yang sama untuk setiap periodenya.

4. Dynamic Probabilistic Inventory Model (Model Persediaan Statis

Probabilistik)

Pada model ini ukuran permintaannya bersifat acak, namun berdistribusi

tertentu yang berbeda dan bervariasi untuk setiap periodenya.

3.8.2. Model Persediaan Berdasarkan Kebijakan Perusahaan

Model persediaan ini mengarah kepada cara melakukan pemeriksaan dan

pemesanan yang digunakan dalam pengendalian persediaan (kapan pemesanan

Page 16: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

37

sebaiknya dilakukan dan berapa jumlah yang harus dipesan). Beberapa model

yang ada dan didasari oleh kebijakan persediaan yang telah disebutkan adalah:

1. Periodic-Review Policy (Elsayed, 1994, p67)

Tingkat persediaan pada model ini diperiksa dalam jangka waktu T. Jika pada

akhir periode T tingkat persediaan masih lebih besar dari pada tingkat

pemesanan kembali, maka tidak terjadi pemesanan. Namun jika persediaan

dari atau kurang sama dengan tingkat pemesanan kembali, maka pemesanan

dilakukan agar persediaan mencapai tingkat persediaan maksimum yang telah

ditentukan.

Qi = 0 if Ii > r

Qi = R - Ii if Ii ≤ r

Dimana : Ii = tingkat persediaan pada akhir periode I

R = tingkat pemesanan kembali

R = tingkat persediaan maksimum saat pemesanan

Qi = ukuran pemesanan pada periode I

Mode ini dikenal juga dengan sebutan kebijakan (s,S,R), yaitu pemeriksaan

dilakukan tiap R periode dengan s merupakan tingkat pemesanan kembali dan

S adalah tingkat persediaan maksimum.

2. Order Up to R Policy (R,T) (Elsayed, 1994, p67-68)

Model ini merupakan suatu kasus dari (R,r,T) kebijakan dari periodic-review.

Dalam kebijakan ini, tingkat pemesanan kembali r ditentukan sama dengan R.

Konsekuensinya ukuran pemesanan Qi = R – Ii selalu ditempatkan pada akhir

periode Ti. R dan T merupakan dua parameter yang dibutuhkan untuk

mendefinisikan kebijakan ini.

Page 17: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

38

3. Continuous-Review Policy (Elsayed, 1994, p68)

Pada model ini, level persediaan akan dimonitor secara kontinu dan ukuran

permintaan Qi = R – Ii selalu ditempatkan pada level persediaan Ii sampai pada

level permintaan kembali r atau di bawahnya. Perbedaan antara periodic-

review policy dan continuous-review policy adalah bisa ditempatkan pada

akhir periode Ti, tergantung pada tingkat persediaan, dimana permintaan selalu

ditempatkan saat tingkat persediaan sama dengan atau di bawah r (lamanya

waktu periode yang bebas).

4. Fixed-Reorder Quantity Policy (Elsayed, 1994, p68)

Model ini hampir sama dengan continuous-review policy dengan perkecualian

unit-unit dikeluarkan dari persediaan sekali pada satu waktu. Karena itu,

tingkat persediaan dapat diobservasi saat turun pada titik r. Akibatnya, jumlah

order yang tetap dari ukuran Q selalu ditempatkan saat Ii = r. Q dan r adalah

paramater-parameter yang dibutuhkan untuk mendefinisikan model ini;

ditunjukkan oleh (Q,r).

5. Base Stock Policy (Elsayed, 1994, p68)

Model ini dikenal juga dengan kebijakan persediaan (s,S). Ketika persediaan

kurang atau sama dengan s, maka dilakukan pemesanan sehingga persediaan

mencapai tingkat S (order up to S). Variabel s dan S dapat ditentukan melalui

kebijakan (Q,ROP). Pada gambar terlihat bahwa S = s + Q, dimana Q adalah

jumlah pemesanan ekonomis (EOQ).

Page 18: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

39

3.9. Model Persediaan Economic Order Quantity (EOQ) Sederhana

Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Ford Harris dari Westinghouse pada

tahun 1915. Metode ini merupakan inspirasi bagi para pakar persediaan untuk

mengembangkan metode-metode pengendalian persediaan lainnya. Metode ini

dikembangkan atas fakta adanya biaya variabel dan biaya tetap dari proses produksi

atau pemesanan barang.

Model EOQ akan bersifat stochastic (probabilistik) bila permintaannya bersifat

tidak pasti selama periode tertentu. Akibat dari permintaan yang tidak pasti

tersebut, lead time untuk setiap siklus tersebut tidak akan pasti pula lamanya. Ada

penyimpangan antara perhitungan EOQ dengan kenyataan sebenarnya. Adanya

penyimpangan ini mengakibatkan lead time pesanan tidak pasti. Jika tidak ada

safety stock, maka akan terjadi kekurangan persediaan. Hal ini tidak boleh terjadi,

tujuan dari bagian ini adalah menentukan besarnya safety stock optimal sehingga

dapat meminimasi nilai harapan biaya kekurangan persediaan dan biaya

penyimpanan tersebut.

Rumus-rumus yang digunakan adalah:

• Kuantitas pemesanan optimal kain denim adalah:

H

DAQ ∗∗=

2

• Jumlah pesanan per tahun = D / Q

• Permintaan rata-rata harian: d = D / jumlah hari kerja setahun

• Titik pemesanan kembali: ROP = d * L

• Peluang kumulatif safety stock: ( )DpQHRdLPr *

*1−=≤

Page 19: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

40

• Total biaya persediaan:

( )⎭⎬⎫

⎩⎨⎧

=++⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ += ∑

+

a

nii URdLPi

QDp

QDAnQHTC

1*

2*

Dimana Q = jumlah pemesanan optimal

A = biaya pemesanan untuk satu kali pemesanan

H = biaya penyimpanan per unit per bulan

p = biaya backorder

TC = total biaya persediaan

D = permintaan rata-rata per tahun

3.10. Model Persediaan Probabilistik

Pada model ini, diasumsikan bahwa tingkat permintaan rata-rata konstan

terhadap waktu dan dengan asumsi ini, maka dimungkinkan untuk menetapkan

distribusi probabilitas permintaan. Fokus perhatian tertuju pada distribusi

permintaan selama waktu tunggu. Permintaan selama waktu tunggu bernilai acak

jika salah satu di antara permintaan itu sendiri dan/atau waktu juga bernilai acak.

Ditinjau dari struktur biaya, perbedaan tampak jelas bahwa dalam kondisi

probabilistik perusahaan perlu memperhitungkan biaya tambahan untuk mengatasi

kekurangan stock yang terjadi selama produksi. Untuk mengatasinya, perusahaan

perlu melakukan pemesanan ulang atas produk-produk yang diperlukan untuk

menyelesaikan pesanan pelanggan, tanpa menyebabkan pelanggan membatalkan

pesanannya.

Page 20: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

41

3.10.1. Model Persediaan Kontinu

Pada model ini, pemesanan sejumlah Q dilakukan ketika persediaan di dalam

gudang menurun jumlahnya pada tingkat yang kurang atau sama dengan suatu

jumlah tertentu yang disebut dengan reorder point (ROP), dimana mencakup

safety stock yang dibutuhkan untuk mengantisipasi permintaan selama lead time.

Rumus-rumus yang digunakan adalah: (Elsayed, 1994, p87-91)

Fungsi mutlak dari permintaan selama lead time adalah:

( ) ( ) ( )∫=x

dttltxgxf0

, .............................................................................. (1a)

Dimana: g(x,t) = kondisi probabilitas fungsi permintaan x selama lead time t,x>0

l(t) = fungsi lead time t, t>0

f(x) = fungsi permintaan x selama lead time

Level rata-rata inventory adalah:

{ } { } { }( )zEyEzEI −+=21

Jika suatu pesanan berada di reorder point dan permintaan berlebih selama lead

time (l), dari r ke Z.

{ } ( ) ( ) { }xErdxxfxrzE −=−= ∫

Jika permintaan datang, tingkat inventory meningkat dengan Q dimana:

{ } { } { } QxErQzEyE +−=+=

{ } { } { }( )

{ }xErQ

zEyEzEI

−+=

−+=

2

21

Page 21: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

42

Bila { } ,DlxE = maka DlrQI −+=2

......................................................... (1b)

• Biaya pemesanan per tahun = Q

DA×

• Biaya penyimpanan per tahun = ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −+ lxrQH

2

• Biaya kekurangan persediaan per tahun = ( )xSQ

D×π

Jika terjadi kekurangan persediaan, jumlah kekurangan persediaan adalah:

S(x) = 0 , x ≤ r

x – r , x > r

Stockout yang diharapkan per tahun = ( )( ) ( )Q

DxSNxS .= ............................ (2)

Total biaya persediaan per tahun didapat dari persamaan (1) dan (2)

( ) ( )xSQ

DxrQHQ

DArQTC l×

+⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −++

×=

π2

,

Nilai optimal untuk Q dan r didapat dari penyelesaian rumus di bawah ini:

( ) 02 22 =

×−+

×=

∂∂ xS

QDH

QDA

QTC π

( )∫ =×

−=∂∂ x

r

dxxfQ

Dhr

TC 0π

Diperoleh jumlah pemesanan ekonomis (Q):

( )( )H

xSADQ π+×=

2 .......................................................................... (3)

Page 22: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

43

( )

0=+××

=∂∂ ∫

HQ

dxxfD

rTC r

π

Diperoleh tingkat pemesanan kembali (r):

( )∫∞

∗∗

=r D

QHdxxfπ

.............................................................................. (4)

( ) ( )∫ ∫∞−

−=r

r

dxxfdxxf 1

Jika diketahui data berdistribusi normal, maka:

( )∫∞− ∗

∗=

r

DQHdxxf

π ............................................................................. (5a)

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

∗∗

−+=DQHZsxr LLi π

1 ................................................................... (5b)

Diperoleh Safety Stock:

( ) ( )∫∞

−=0

dxxfxrSS

( ) ( )∫∫∞∞

−=00

dxxxfdxxfSS ................................................................ (6)

LxrSS −=

Jumlah kekurangan persediaan yang diperlukan akan terjadi per siklus

pemesanan:

( ) ( ) ( )∫∞

−=r

dxxfrxxS ........................................................................(7)

Page 23: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

44

Jika diketahui bahwa data berdistribusi normal, maka:

( ) ( ) ( )∫∞

−=r

dxxfrxxS

( ) ( ) dxerxxSr

Sxr

L

L

∫∞ ⎥

⎢⎢

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ −−

−=

2

21

21π

Misalkan L

L

SxrZ −

= , maka LL ZSxx += sehingga dx = Sdz

( )( ) ( ) ( )

∫ ∫∞

⎥⎦⎤

⎢⎣⎡−⎥⎦

⎤⎢⎣⎡−

−+=

L

L

L

L

Sxr

Sxr

zl

z

L dzerxdzeZSxS22

21

21

21

21

ππ

___________________ ___________________

I II

Penyelesaian persamaan integral I:

Misalkan: u = Z2 / 2, sehingga du = Zdz, maka:

( )( ) ( ) ( ) [ ]∫∫ ∫

−∞

⎥⎦⎤

⎢⎣⎡−⎥⎦

⎤⎢⎣⎡−

=−+=

L

L

L

L

L

L

Sxr

uL

Sxr

Sxr

zl

z

L ZduZeSdzerxdzeZSxS

πππ 21

21

21 22

21

21

( )

L

LuL S

xreS −−= −

π21

⎥⎥

⎢⎢

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ −−

=

2

21

21 L

L

Sxr

L eSπ

Penyelesaian persamaan integral II:

( ) ( ) ( )( )[ ]∫∞

⎥⎥

⎢⎢

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ −−

−−−−

L

Ll

L

L

Sxr

LS

xr

L

L ZPxreS

rx 12

12

21

π

Page 24: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

45

dimana P(Z) adalah luas daerah kumulatif di bawah kurva normal, sehingga:

( ) ( ) ( )( )[ ]ZPxreSxS LS

xr

LL

L

−−−=⎥⎥

⎢⎢

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ −−

121

2

21

π ................................ (8)

Tingkat pelayanan: ( )QxSk −= 1

keterangan: D = permintaan rata-rata (unit/tahun)

L = lead time (waktu tunggu)

x = permintaan rata-rata selama waktu tunggu

f(x) = probabilitas destiny function permintaan x selama waktu

tunggu

H = biaya simpan per unit/tahun

C = harga per unit

A = biaya per pemesanan yang dilakukan

π = biaya kkurangan persediaan

Q = jumlah pemesanan ekonomis per siklus

r = reorder point (titik pemesanan kembali)

S(x) = kuantitas kekurangan stok per siklus

TC = total biaya persediaan

Langkah-langkah perhitungan untuk memperoleh Q* dan r* adalah sebagai

berikut: (Don T. Philips, A. Ravindran, Dan James Solberg, 1976, p345-346)

1. Dengan S(x) = 0, hitung Q1 dengan menggunakan rumus (3)

2. Gunakan hasil Q1 untuk mendapatkan r1 dengan menggunakan rumus (5b)

dan SS1 dengan menggunakan rumus (6)

Page 25: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

46

3. Gunakan r1 yang diperoleh pada langkah 2 untuk menentukan nilai S(x)1

4. Masukkan hasil S(x)1 pada rumus (3) sehingga diperoleh Q2

5. Gunakan hasil Q2 untuk mendapatkan r2 dengan menggunakan (5b) dan SS2

dengan menggunakan rumus (6)

6. Gunakan r2 yang diperoleh pada langkah 5 untuk mendapatkan nilai S(x)2

7. Ulangi langkah 4, 5, dan 6 sampai mendapatkan nilai Q dan r yang hampir

sama dimana kedua nilai sudah tidak mengalami perubahan nilai lagi

8. Nilai Q dan r yang telah stabil tersebut merupakan harga yang optimal (Q*

dan r*)

3.10.2. Model Persediaan Periodik

Pada model ini, tingkat persediaan barang dalam gudang sangat dipengaruhi

oleh interval pemesanan (T). Jumlah yang harus dipesan adalah selisih antara

tingkat persediaan maksimum (R) dengan jumlah unit yang berada di dalam

gudang pada saat dilakukannya pemeriksaan.

Rumus-rumus yang digunakan adalah:

Biaya pemesanan per tahun = TA

Biaya penyimpanan per tahun = ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −− TL xxRH

21

Biaya kekurangan persediaan per tahun = ( )xSTπ

Total biaya persediaan per tahun:

( ) ( )xST

xxRHTATRTC TL

π+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛ −−+=

21, ..............................(1)

Page 26: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

47

Periode pemesanan: DHAT

**2

= ...........................................................(2)

Tingkat persediaan maksimum (R):

( )∫∞

=R

THdxxfπ*

( ) ( )∫ ∫∞−

−=R

R

dxxfdxxf 1 .............................................................(3)

Jika data berdistribusi normal, maka:

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −+= ++

πTHZSxR TLTL

*1 ............................................................(3a)

Safety Stock (SS) = ( ) ( )∫∞

−0

dxxfxR

= ( ) ( )∫∫∞

+

−=−00

TLxRdxxxfdxxfR ........................(4)

Jumlah kekurangan persediaan yang diperkirakan akan terjadi per siklus

pemesanan (S(x)):

( ) ( ) ( )∫∞

−=R

dxxfRxxS ............................................................(5)

Jika data berdistribusi normal, maka:

( ) ( )( )[ ]ZPxReSxS TLs

xR

TLTL

TL

−−−= +

⎥⎥

⎢⎢

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ −−

++

+

121)(

2

21

π ...........(5a)

Tingkat pelayanan: ( )TD

xSK∗

−= 1

Page 27: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

48

Dimana: D = permintaan rata-rata (unit.tahun)

L = lead time

T = periode pemesanan

x = permintaan rata-rata

f(x) = probability density function permintaan x selama L+T

H = biaya penyimpanan per unit/tahun

C = harga per unit

A = biaya per pemesanan

π = biaya kekurangan persediaan

R = tingkat persediaan maksimum

S(x) = kuantitas kekurangan stock per siklus

TC = total biaya persediaan

Langkah-langkah perhitungan untuk memperoleh R* dan T* adalah:

1. Tentukan harga T dengan menggunakan rumus (2)

2. Hitung R dan SS dengan menggunakan rumus (3a) dan (4)

3. Tentukan S(x) dengan menggunakan rumus persamaan (5a)

4. Hitung total biaya persediaan dengan menggunakan rumus (1)

5. Ulangi langkah 2 sampai 4 dengan mengubah T = T + ∆T, dimana ∆T = 1

hari, dengan persyaratan sebagai berikut:

Jika TC baru lebih besar dari pada TC sebelumnya, maka iterasi

penambahan T dihentikan dan dicoba dengan menggunakan iterasi

pengurangan T, yaitu dengan T = T - ∆T, sampai akhirnya diperoleh nilai

T* optimal yang memberikan total biaya terkecil.

Page 28: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

49

Jika TC baru lebih kecil dari pada TC sebelumnya, maka iterasi

penambahan diteruskan dan proses dihentikan pada saat TC baru

memberikan nilai lebih besar dari pada TC sebelumnya. Harga T* dan R*

dengan TC yang terkecil itulah yang merupakan harga optimal.

3.11. Sistem Informasi

3.11.1 Definisi Sistem Informasi

Menurut Raymond McLeod, Jr., sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan

dari elemen-elemen yang terintegrasi dengan tujuan yang umum dalam mencapai

sebuah obyektivitas. Sedangkan informasi menurut Jogiyanto HM adalah data

yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang

menerimanya. Definisi informasi menurut Steven Alter adalah data yang

berguna, yang bentuknya dan isinya relevan dan sesuai untuk penggunaan

tertentu.

Sistem informasi merupakan suatu alat bantu yang dirancang untuk

membantu tingkat manajemen organisasi dengan menyediakan informasi yang

berguna di dalam pengambilan keputusan organisasi baik pada tingkat

perencanaan strategis, perencanaan manajemen maupun perencanaan operasi

untuk mencapai tujuan organisasi. Adapun komponen-komponen dari sistem

informasi adalah metode kerja (work practices), informasi (information),

manusia (people), teknologi informasi (information technologies).

Page 29: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

50

3.11.2. Manfaat Sistem Informasi

Dalam suatu organisasi, sistem informasi memiliki beberapa peranan dasar,

antara lain berusaha memberikan informasi aktual tentang lingkungan dari

organisasi tersebut sehingga organisasi mendapat gambaran yang akurat tentang

lingkungannya. Selain itu dengan aliran informasinya, sistem informasi berusaha

agar elemen-elemen di dalam organisasi selalu kompak dan harmonis dimana

tidak terjadi duplikasi kerja dan lepas satu sama lain. Dengan demikian dapat

dilihat bahwa manfaat dari sistem informasi adalah:

a. Menjadikan organisasi lebih efisien dan lebih efektif

b. Lebih cepat tanggap dalam merespon perubahan

c. Mengelola kualitas output

d. Memudahkan melakukan fungsi kontrol

e. Memprediksi masa depan

f. Melancarkan operasi organisasi

g. Menstabilkan beroperasinya organisasi

h. Membantu pengambilan keputusan.

3.12. Konsep Analisa dan Perancangan Berorientasi Objek

3.12.1. Konsep Dasar Object Oriented

Dalam object oriented, sebuah sistem dimodelkan dengan objek-objek yang

ada didalam sistem, dimana objek-objek tersebut saling berinteraksi. Sehingga

sebuah model yang dirancang dengan menggunakan pendekatan berorientasi

objek umumnya memiliki karakteristik mudah dimengerti, dan dapat secara

langsung berhubungan dengan kenyataan. Karateristik lain yang ada dalam

Page 30: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

51

pendekatan berorientasi objek yaitu pendekatan yang dilakukan lebih pada data,

bukan pada prosedur atau fungsi, program besar dibagi pada apa yang disebut

dengan objek, struktur data dirancang dan menjadi karakteristik dari objek-objek,

fungsi-fungsi yang mengoperasikan data tergabung dalam satu objek yang sama,

objek-objek dapat saling berkomunikasi dengan saling mengirim pesan satu sama

lain.

Object Oriented Programming merupakan cara berpikir dan berlogika dalam

menghadapi masalah-masalah yang akan diatasi dengan bantuan komputer. OOP

mencoba melihat permasalahan lewat pengamatan dunia nyata dimana setiap

objek adalah entitas tunggal yang memiliki kombinasi struktur data dan fungsi

tertentu (Adi Nugroho, 2002, p11).

Keuntungan umum dari perancangan sistem dengan berorientasi objek adalah:

• Penyederhanaan (abstraksi) pada tingkat tinggi. Pendekatan top-down

menunjang penyederhanaan pada level fungsi. Sedangkan pendekatan

Object-Oriented menunjang penyederhanaan pada level objek. Sejak objek

mengkapsulasi baik data (attributes) maupun fungsi (method), objek bekerja

pada penyederhanaan level tinggi. Pengembangan sistem dapat diproses pada

level objek dan mengindahkan sistem lainnya selama diperlukan. Ini

membuat desain, coding, pengujian (testing), dan pengembangan sistem

menjadi lebih mudah.

• Transisi yang sama antara fase yang berbeda pada pengembangan software.

Pada pendekatan tradisional yang digunakan untuk pengembangan software,

dibutuhkan gaya dan metode yang berbeda untuk setiap tahapan proses.

Page 31: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

52

Perpindahan dari satu fase ke fase lain membutuhkan transaksi pandangan

(perpektif) yang rumit antara model yang sangat mungkin sangat berbeda

dengan dunia nyata. Transisi bukan hanya memperlambat pengembangan

proses tetapi juga meningkatkan ukuran (size) proyek dan kemungkinan

terjadinya error jika berpindah dari satu bahasa ke bahasa lain. Di lain pihak,

pendekatan berorientasi objek ini menggunakan bahasa yang sama dalam

analisa, desain, programming, dan desain database. Pendekatan yang sama

ini dapat meminimalkan tingkat kerumitan dan redudansi serta memberikan

pemahaman yang lebih jelas, juga lebih tahan terhada pengembangan sistem.

• Menghasilkan teknik pemrograman yang baik.

Class dalam pendekatan berorientasi objek menggambarkan secara jelas

antara interface (spesifikasi mengenai apa yang dapat dilakukan oleh class)

dan impelmentasi (bagimana class melakukan apa yang dilakukannya).

Dalam desain sistem yang sebagaimana mestinya class dikelompokkan

dalam sub sistem tetapi tetap berdiri sendiri, dimana jika suatu kelas diubah

tidak akan berdampak atau mempengaruhi kelas yang lain.

• Meningkatkn penggunaan kembali.

Objek dapat digunakan kembali karena objek dimodel secara langsung dari

problem domain pada dunia nyata. Lebih jauh lagi, pendekatan berorientasi

objek menambahkan inheritance, yang merupakan teknik yang

memungkinkan kelas dibangun sendiri berbeda dengan class yang lain. Dan

hanya class yang berbeda yang harus didesain dan di-coding

Page 32: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

53

3.12.2. Pengetian Objek

Dalam OOA&D, yang menjadi dasar atau ‘the basic building block’ adalah

sebuah objek. Menurut Mathiassen (2000, p4) objek adalah sebuah entitas yang

memiliki identitas, informasi (state), dan operasi (behavior). Objek juga dapat

diartikan sebagai sebuah entitas yang dapat menyimpan informasi dan

menawarkan sejumlah operasi (behavior) untuk mengevaluasi maupun

mempengaruhi keadaan entitas tadi (Jacobson, 1996, p44). Sebuah objek ditandai

dengan sejumlah operasi dan sebuah state (informasi) yang mengingat

akibat/efek dari operasi tersebut.

Karakteristik yang dimiliki oleh suatu objek adalah:

1. Setiap objek memiliki suatu identitas, atau informasi individual yang unik,

yang disebut dengan atribut.

2. Objek dapat melakukan suatu operasi (behavior).

3. Objek dapat dikomposisikan menjadi bagian–bagian yang terpartisi yang

dinyatakan dalam hubungan agregat.

3.12.3. Class dan Instance

Penggolongan objek-objek yang memiliki karakteristik yang sama ke dalam

satu kelompok data dinyatakan dengan class. Definisi class sendiri menurut

Mathiassen (2000, p4) adalah deskripsi dari kumpulan objek-objek yang

mempunyai kesamaan struktur, pola operasi, dan atribut. Sedangkan menurut

Jacobson (1996, p46), class dapat merupakan sebuah definisi, atau cetakan

(template), yang memungkinkan penciptaan objek baru, dan merupakan deskripsi

dari sejumlah karakteristik umum yang sama-sama dimiliki oleh sejumlah objek.

Page 33: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

54

Objek dalam class yang sama memiliki definisi yang sama pula baik untuk

operasi maupun struktur informasinya Sebuah instance merupakan objek yang

diciptakan dari class dengan struktur yang didefinisikan dari class. Sebagai

contoh, class kendaraan merupakan sebuah model dengan karakteristik

dijalankan oleh mesin dan digunakan untuk transportasi. Dari class ini dapat

diturunkan objek-objek seperti mobil, motor, pesawat, dan sebagainya karena

semua itu memiliki karakteristik yang sama dalam class kendaraan, yakni

semuanya dijalankan oleh mesin dan untuk tujuan transportasi. Objek mobil,

motor dan pesawat tersebut yang disebut sebagai instance.

3.12.4. Konsep Encapsulation, Inheritance, Polymorphism

3.12.4.1. Konsep Encapsulation

Encapsulation adalah suatu prinsip penyembunyian data internal dan

prosedur (method) dari objek dan menyediakan sebuah interface pada setiap

objek dengan cara tertentu untuk menyatakan sebisa mungkin tentang apa

yang dilakukan objek. Oleh karena itu, encapsulation juga dikenal dengan

penyembunyian informasi (information hiding). Secara tradisional, data dan

fungsi dalam sebuah program adalah independen. Seperti dalam pemrograman

modular dan abstraksi data, pemrograman berorientasi objek

mengelompokkan data dengan fungsi yang beroperasi pada data tersebut.

Setiap objek kemudian mempunyai sebuah set data dan sebuah set method

secara logik.

Sebagai contoh, ketika kita menggunakan handphone, kita hanya menekan

tombol sesuai dengan aktivitas yang kita inginkan tanpa mengetahui proses

Page 34: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

55

detil yang terjadi dalam aktivitas tersebut. Di sinilah terdapat penyembunyian

informasi, dan kita sebagai pengguna hanya berinteraksi dengan tombol-

tombol antar muka.

3.12.4.2. Konsep Inheritance

Inheritance dapat diartikan sebagai penurunan class baru yang memiliki

class parent (induk), ditambah dengan karakteristik khas individu class yang

baru. Suatu class baru yang diturunkan dari induknya akan memiliki struktur

informasi dan operasi yang sama. Keuntungan menggunakan teknik ini adalah

kita dapat membangun dari objek yang sudah kita miliki sebelumnya atau

penggunaan kembali dari apa yang kita miliki.

3.12.4.3. Konsep Polymorphism

‘Poly’ berarti banyak dan ‘morph’ berarti bentuk. Sehingga polymorphism

dapat diartikan sebagai kemampuan dari tipe objek yang berbeda untuk

menyadari property dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda. Menurut

Aitken (1999, p7), polymorphism adalah hasil natural dari fakta bahwa objek

dari tipe yang berbeda (bahkan dari subtipe yang berbeda) dapat menggunakan

property dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda.

3.13. Unified Modelling Language (UML)

3.13.1. Sejarah UML

Tahun 1990 terkenal dengan masa perang metodologi (Method War) dalam

pendesainan berorientasi objek. Pada saat itu banyak pengguna metode OOA/D

Page 35: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

56

menghadapi masalah karena belum adanya suatu modelling language yang dapat

memenuhi kebutuhan mereka. Masing-masing metodologi membawa notasi-

notasi sendiri, yang mengakibatkan timbul masalah baru apabila kita bekerja

sama dengan perusahaan lain yang menggunakan metodologi yang berlainan.

Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dimulai pada bulan Oktober

1994. Booch (yang mempunyai metode yang baik dalam fase perancangan dan

konstruksi dari pembuatan proyek), Rumbaugh (Object Modelling

Technique/OMT, yang sangat berguna dalam analisis dan sistem informasi

dengan data intensif), dan Jacobson (Object-Oriented Software

Engineering/OOSE, yang menyediakan dukungan use case untuk mengetahui

kebutuhan requirement, analisis, dan perancangan high-level), yang merupakan

tiga tokoh yang metodologinya paling banyak digunakan, mempelopori usaha

untuk penyatuan metodologi pendesainan berorientasi objek. Pada tahun 1995

dirilis draft pertama dari UML, dan sejak tahun 1996 pengembangan tersebut

dikoordinasikan oleh Object Management Group (OMG).

3.13.2. Konsep Bahasa UML

UML adalah sebuah modelling language, dan bukan sebuah method. Sebagian

besar method, paling tidak dalam prinsipnya, terdiri dari sebuah modelling

language dan sebuah proses. Modelling language adalah notasi (terutama

grafikal) yang digunakan method untuk mengekspresikan rancangan. Proses

adalah nasihat atas langkah-langkah apa yang perlu diambil dalam menjalankan

sebuah rancangan. Pada saat ini, UML telah menjadi standar dalam industri

untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak.

Page 36: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

57

Seperti bahasa-bahasa lainnya, UML mendefinisikan notasi dan syntax/

semantik. Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk khusus untuk

menggambarkan berbagai diagram piranti lunak. Setiap bentuk memiliki makna

tertentu, dan UML syntax mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk tersebut

dapat dikombinasikan.

3.13.3. Diagram UML

Secara keseluruhan, UML memiliki delapan buah diagram, yang dapat

dijelaskan sebagai berikut :

3.13.3.1. Class Diagram

Class diagram menggambarkan sekumpulan class, interface, dan

collaboration, dan relasi-relasinya. Class diagram juga menunjukkan atribut

(attribute) dan operasi (operation) dari sebuah objek class.

Atribut adalah nama-nama properti dari sebuah kelas yang menjelaskan

batasan nilainya dari properti yang dimiliki oleh sebuah kelas tersebut.

Sedangkan operasi adalah implementasi dari layanan yang dapat diminta dari

sebuah objek dari sebuah kelas yang menentukan tingkah lakunya. Suatu

operasi dapat berupa perintah maupun permintaan (Mathiassen, 2000, p69).

Hubungan antar class dapat digambarkan dengan notasi-notasi sebagai

berikut:

• Association

Association dapat diartikan sebagai hubungan antar benda struktural yang

terhubung diantara obyek. Kesatuan obyek yang terhubung merupakan

hubungan khusus, yang menggambarkan sebuah hubungan struktural

Page 37: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

58

diantara seluruh atau sebagian. Pada umumnya association digambarkan

dengan sebuah garis yang dilengkapi dengan sebuah label, nama, dan status

hubungannya.

Com pany Person-Employer

1

-Employee

*

Gambar 3.2. Association

• Navigability

Navigability merupakan sebuah properti dari role, yang menandakan

bahwa ada kemungkinan untuk melakukan navigasi uni-directional pada

association dari objek sumber ke objek tujuan. Pada gambar berikut, panah

navigability menandakan bahwa class Person terhubung secara uni-

directionally ke class Company. Class Person kemungkinan memiliki

sebuah attribute yang menunjuk kepada sebuah objek Company.

Person CompanyWorks for

Gambar 3.3. Navigability

• Aggregation

Aggregation merupakan hubungan “bagian dari” atau “bagian

keseluruhan”. Suatu class atau objek mungkin dapat dibagi menjadi class

Page 38: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

59

atau objek tertentu, dimana class atau objek tersebut merupakan bagian dari

class atau objek yang terdahulu. Agregasi adalah bentuk khusus dari

asosiasi.

Company Departmen

1 *

Gambar 3.4. Aggregation

• Composition

Composition adalah strong aggregation. Pada composition, objek “bagian”

tidak dapat berdiri sendiri tanpa objek “keseluruhan”. Jadi mereka terkait

dengan kuat satu dengan yang lainnya.

Com pany Departm en

1 *

Gambar 3.5. Composition

• Generalization

Generalization adalah sebuah hubungan spesialisasi/generalisasi dalam

model-model UML, dimana objek-objek dari elemen yang dispesialisasi-

kan (child) dapat digantikan dengan objek dari elemen yang di-

generalisasi-kan (parent). Dengan demikian, child berbagi struktur dan

behavior dari parent. Dalam penerapannya, generalization merupakan

Page 39: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

60

konsep inheritance dan dapat dikembangkan menjadi konsep

polymorphysm.

Kendaraan

BusMobil Truk

Gambar 3.6. Generalization

3.13.3.2. Use Case Diagram

Use case merupakan pola interaksi antara sistem dengan aktor dalam

application domain (Mathiassen, 2000, p126). Use Case diagram

menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem dan

digunakan untuk menyusun requirement dari sebuah sistem,

mengkomunikasikan rancangan dengan klien, dan merancang test case untuk

semua feature yang ada pada sistem. Yang ditekankan pada use case adalah

‘apa’ yang diperbuat sistem, dan bukan ‘bagaimana’.

Gambar 3.7. Use Case Diagram

Page 40: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

61

3.13.3.3. Interaction Diagram

Interaction diagram menggambarkan interaksi yang terdiri dari

sekumpulan objek-objek dan hubungannya termasuk pesan-pesan yang dikirim

antara kedua objek tersebut. Interaction diagram dapat dibedakan menjadi

sequence diagram dan collaboration diagram. Sequence diagram adalah

sebuah interaction diagram yang menekankan pada urutan waktu

penyampaian dari suatu pesan. Sedangkan Collaboration diagram lebih

menenkankan pada struktur organisasi dari objek-objek yang mengirim dan

menerima pesan.

3.13.3.3.1. Sequence Diagram

Sequence diagram terdiri atar dimensi vertikal (waktu) dan dimensi

horizontal (objek-objek yang terkait). Sequence diagram biasa digunakan

untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang

dilakukan sebagai respons dari sebuah event untuk menghasilkan output

tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger aktivitas tersebut, proses, dan

perubahan yang terjadi secara internal dan output apa yang dihasilkan.

Masing-masing objek, termasuk aktor, memiliki lifeline vertikal. Message

digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek lainnya, dimana

beberapa message tersebut dapat dipetakan menjadi metode dari class.

Activation bar menunjukkan lamanya eksekusi sebuah proses, biasanya

diawali dengan diterimanya sebuah message.

Page 41: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

62

Object1 Object2

Message1

Gambar 3.8. Sequence Diagram

3.13.3.3.2. Collaboration Diagram

Collaboration diagram menggambarkan interaksi antar objek seperti

sequence diagram, tetapi lebih menekankan pada peran masing-masing objek

dan bukan pada waktu penyampaian pesan.

Gambar 3.9. Collboration Diagram

3.13.3.4. Statechart Diagram

Statechart menggambarkan behaviour dari sebuah sistem serta perubahan

keadaan dari satu state ke state lainnya yang mungkin dilakukan oleh sebuah

objek. Pada umumnya statechart diagram menggambarkan behavior dari suatu

class.

Page 42: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

63

Gambar 3.10. Statechart Diagram

3.13.3.5. Component Diagram

Component diagram menggambarkan struktur dan hubungan antar

komponen piranti lunak, termasuk ketergantungan (dependency) di antaranya.

Komponen piranti lunak adalah modul berisi code, baik berisi source code

maupun binary code, baik library maupun executable, baik yang muncul pada

compile time, link time, maupun run time. Umumnya komponen terbentuk dari

beberapa class dan atau package, tetapi dapat juga dari komponen-komponen

yang lebih kecil. Komponen juga dapat berupa interface, yaitu kumpulan

layanan yang disediakan sebuah komponen untuk komponen lain.

Transaction

«table»Account

ATM-GUI

Interface

Gambar 3.11. Component Diagram

Page 43: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

64

3.13.3.6. Deployment Diagram

Deployment diagram menggambarkan secara jelas bagaimana komponen

di-deploy dalam infrastruktur sistem, di mana komponen akan diletakkan

(pada mesin, server atau piranti keras apa), bagaimana kemampuan jaringan

pada lokasi tersebut, spesifikasi server, dan hal-hal lain yang bersifat fisikal.

Sebuah node adalah server, workstation, atau piranti keras lain yang

digunakan untuk men-deploy komponen dalam lingkungan sebenarnya.

Hubungan antar node (misalnya TCP/IP) dan requirement dapat juga

didefinisikan dalam diagram ini.

Server:BankServer

:Transactions

«table»AccountDB : Account

Interface1

client:ATMKiosk

:ATM-GUI

Gambar 3.12. Deployment Diagram

3.14. Tahapan Pengembangan Software Berorientasi Objek

Ada beberapa tahapan dalam perancangan software berorientasi objek yang

dilakukan dengan menggunakan metode Unified Software Deployment.

Page 44: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

65

Metode ini digunakan untuk melakukan analisa dan desain software

berorientasi objek secara cepat dan sederhana. Sedangkan untuk programming

tidak termasuk dalam desain ini. Tahapan-tahapan tersebut adalah

(Mathiassen, 2000, p14):

Gambar 3.13. Tahap Unified Software Development

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 4 kegiatan utama yang

digunakan dalam metode Unified Software Deployment untuk OOA&D, yaitu:

1. Problem Domain Analysis

Pada tahap ini sistem akan dirancang sesuai dengan kebutuhan informasi

dari pengguna. Tahapan ini menentukan hasil dari keseluruhan akivitas

analisis dan perancangan. Tahap Problem Domain Analysis ini masih

dibagi menjadi beberapa aktivitas, yaitu:

a) Menentukan class yang ada dalam sistem dengan melakukan proses

identifikasi dari definisi sistem yang telah dikembangkan

Page 45: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

66

b) Menganalisa dan mengembangkan struktur hubungan dari class-class

yang ada

c) Menganalisa behaviour dari class-class tersebut untuk menentukan

state daris setiap class yang termasuk dalam sistem ini.

Hasil laporan perancangan yang dihasilkan dari tahapan ini adalah:

a) System Definition: mendefinisikan seluruh sistem sebagai sebuah

model yang akan dilihat user saat sistem jadi

b) Class Diagram: menggambarkan hubungan antara class-class dalam

sebuah sistem

c) Statechart Diagram: menggambarkan bagaimana state dari daur hidup

kelas yang ada di dalam sistem ini.

2. Application Domain Analysis

Tahapan ini berfokus pada bagaimana sistem akan digunakan oleh

pengguna. Tahap ini dan tahap sebelumnya dapat dimulai secara

bergantian, tergantung pada kondisi pengguna. Terdapat 3 tahapan yang

dilakukan dalam Aplication Domain Analysis (Mathiassen, 2000, p116),

yaitu:

a) Menentukan penggunaan (usage), yaitu menentukan actor dan use case

yang terlibat besrta interaksinya.

b) Menenetukan fungi sistem untuk memproses informasi dan membuat

daftar fungsi.

c) Menentukan antarmuka pengguna dan sistem, untuk interaksi

sesungguhnya dari pengguna dan sistem informasi yang dirancang.

Page 46: skripsi bab 3 - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2006-2-01020-TISI bab 3.pdf · pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan

67

Laporan yang akan dihasilkan dari tahapan ini adalah :

a) Use Case Diagram: menggambarkan interaksi pengguna sebagai aktor

dengan sistem informasi.

b) Function List: yaitu kemampuan yang harus dimiliki sistem sebagai

kebutuhan dasar dari user.

c) User Interface Navigation Diagram: diagram untuk menggambarkan

tampilan layar yang akan dirancang untuk memenuhi kebutuhan user.

3. Architectural Design

Dalam tahap ini, akan dirancang arsitektur hubungan antara client dan

server yang memadai untuk sistem dapat berjalan dengan baik.

Perancangan di sini akan menentukan bagaimana struktur sistem fisik akan

dibuat dan bagaimana distribusi sistem informasi pada rancangan fisik

tersebut. Architecture Design terdiri dari tiga aktivitas, yaitu component

architecture, process architecture, dan standars.

4. Component Design

Pembuatan Component Design bertujuan untuk menentukan sebuah

implementasi dalam sebuah architectural framework. Pada tahap ini

terdapat tiga aktivitas, yaitu membuat model component, function

component, dan connecting components.