lot gabungan ant. pemasok & manufaktur

Upload: juniesty-asima-gultom

Post on 17-Oct-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang

    pelaksanaan penelitian, permasalahan yang akan diselesaikan,

    tujuan yang akan dicapai, manfaat yang didapatkan, dan ruang

    lingkup penelitian.

    1.1 Latar Belakang

    Tantangan dan persaingan dalam dunia bisnis saat ini

    semakin berat dan ketat. Pada mulanya persaingan hanya terjadi

    antara perusahaan dengan perusahaan, dan terus berkembang

    hingga terjadi persaingan antar rantai pasok (supply chain). Salah

    satu cara perusahaan untuk mengatasi hal ini adalah dengan

    menerapkan prinsip supply chain management yang baik.

    Penerapan supply chain management yang baik dilakukan dengan

    tujuan untuk meminimumkan ongkos yang dikeluarkan, terutama

    ongkos inventori. Ongkos inventori dapat ditekan oleh perusahaan

    diantaranya dengan cara menentukan ukuran lot pemesanan dan

    batch produksi.

    Penentuan lot pemesanan yang dilakukan secara

    independen antar entity dalam supply chain mengakibatkan total

    ongkos inventori gabungan menjadi lebih tinggi dimana ada pihak

    yang diuntungkan dan dirugikan. Pendekatan ini bisa

    menimbulkan kemungkinan bahwa ukuran produksi ekonomis

    oleh produsen tidak sama dengan ukuran pemesanan ekonomis

    oleh distributor sehingga akan terjadi kerugian secara ekonomi

    pada salah satu pihak. Berdasarkan literatur Thomas dan Griffin

    (1996), diketahui bahwa untuk meminimasi total ongkos inventori

    gabungan dalam supply chain seharusnya perlu memperhatikan

    kepentingan bersama yaitu dengan cara meminimasi total biaya

    antara produsen dan distributor. Penentuan ukuran lot yang

    optimal dengan memperhatikan kepentingan bersama dikenal

    dengan istilah Joint Economic Lot Size (JELS).

  • 2

    Penelitian mengenai penentuan ukuran lot dengan

    mengintegrasikan antara produsen dan distributor telah banyak

    dibahas dalam penelitian sebelumnya seperti penelitian yang

    dilakukan Lu (1995). Dalam modelnya, dihasilkan suatu model

    integrasi antara produsen dan distributor. Hasil dari penelitian

    tersebut adalah model untuk menentukan ukuran lot yang optimal

    dengan mempertimbangkan ukuran lot produksi produsen dan lot

    pemesanan produk dari distributor. Produsen melakukan

    pengiriman lot ke distributor dalam n kali pengiriman dengan

    jumlah yang sama sebesar lot pemesanan. Penelitian tersebut

    terbatas pada asumsi bahwa semua item barang hasil produksi

    produsen dalam keadaan baik (nondefect/perfect quality). Namun

    pada kenyataannya, ketidaksesuaian produk (imperfect quality)

    sangat sulit untuk dihilangkan dalam proses produksi.

    Terdapat beberapa penelitian mengenai penentuan ukuran

    lot yang mempertimbangkan adanya imperfect quality pada

    produk. Penelitian tentang ukuran lot produksi dengan

    mempertimbangkan imperfect production dilakukan oleh Salameh

    dan Jaber (2000). Dalam modelnya, Salameh dan Jaber membuat

    model kuantitas produksi yang optimal dengan memperhatikan

    adanya imperfect quality item. Dalam model tersebut, produk

    imperfect quality dijual dalam single batch dengan harga yang

    lebih murah (salvage) dari pada produk yang kualitasnya sesuai

    dengan standar. Penelitian mengenai penanganan defect item

    dilakukan oleh Jamal et all (2004), model dibuat untuk

    menentukan lot produksi dengan menerapkan proses reworking

    pada imperfect product. Reworking dilakukan dengan asumsi

    untuk menghilangkan defect dengan harapan product imperfect

    (defect) tersebut dapat dijual dengan harga yang sama dengan

    produk nondefect. Penelitian dikembangkan oleh Yoo et al

    (2009). Penelitian ini mempertimbangkan adanya kesalahan

    dalam proses inspeksi produk, pengembalian barang defect akibat

    error inspeksi, kemungkinan barang di-rework, serta biaya yang

    ditanggung akibat pelaksanaan inspeksi dan pengembalian barang

    juniestyHighlight

    juniestyHighlight

  • 3

    yaitu biaya inspeksi, biaya pengembalian barang , biaya pinalti,

    dan biaya rework.

    Penelitian mengenai penentuan lot dengan

    mempertimbangkan imperfect quality yang disebutkan di atas

    tidak mempertimbangkan adanya integrasi antara produsen dan

    distributor. Penelitian yang mempertimbangkan adanya rantai

    pasok dan imperfect quality product dilakukan oleh Nurzaman

    (2008). Penelitian ini menghasilkan model matematis untuk

    menentukan ukuran lot gabungan pemasok, pemanufaktur, dan

    pembeli dengan mempertimbangkan proses produksi yang tidak

    sempurna. Penelitian dilanjutkan oleh Rachmania (2011), model

    yang dihasilkan adalah pengembangan model Khan et al (2010).

    Dalam modelnya, dihasilkan ukuran lot gabungan pemasok,

    pemanufaktur, dan pembeli dengan mempertimbangkan proses

    produksi yang tidak sempurna dan inspection error. Item defect

    dan error tipe 2 yang dikembalikan oleh konsumen, semuanya

    dijual dengan harga lebih murah (salvage). Pengembalian barang

    rusak dan efek biaya yang ditimbulkannya tidak diperhitungkan

    dalam komponen biaya.

    Dalam kenyataannya, perusahaan tidak serta merta akan

    menjual semua item defect dan hasil pengembalian barang rusak

    akibat error inspeksi dengan harga yang lebih murah (salvage).

    Beberapa kemungkinan item tersebut bisa diperbaiki melalui

    proses rework. Selain itu, aktivitas pengembalian barang juga

    memicu biaya pengembalian dan biaya pinalti oleh produsen

    (Yoo at al, 2009). Mengingat bahwa biaya penyimpanan inventori

    adalah komponen terbesar dalam biaya yang dikeluarkan oleh

    perusahaan (Chopra dan Meindl, 2004 dalam Yoo et all, 2009),

    dan banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaan melebihi

    25% dari keseluruhan asset (Pujawan, 2005) maka akan sangat

    baik untuk membedakan besar biaya penyimpanan (holding cost)

    sesuai dengan biaya operasional untuk penanganan masing-

    masing tipe item yang berbeda (defect item, nondefect item,

    returned item, worked item).

    juniestyHighlight

    juniestyHighlight

  • 4

    Dalam penelitian Tugas Akhir ini akan dibuat sebuah

    model integrasi produsen dan distributor dengan

    mempertimbangkan adanya Imperfect Quality Item, Two Way

    Imperfect Inspection, dan Sales Return. Model matematis

    integrasi lot sizing dikembangkan dengan merujuk pada jurnal Lu

    (1995) dan Yoo et al (2009).

    1.2 Perumusan Masalah

    Permasalahan yang diangkat dalam penelitian tugas akhir

    ini adalah bagaimana menentukan ukuran lot optimal yang

    mengintegrasikan keputusan produksi pada produsen dan

    keputusan pemesanan produk dari distributor dengan

    mempertimbangkan adanya imperfect quality item, two way

    imperfect inspection, dan sales return.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Menghasilkan model persediaan produsen dan distributor dengan mempertimbangkan adanya imperfect quality

    item, two way imperfect inspection, dan sales return.

    2. Mengetahui pengaruh perubahan parameter terhadap perilaku model melalui uji sensitivitas.

    1.4 Ruang Lingkup Penelitian

    Dalam subbab ini didefinisikan batasan dan asumsi yang

    digunakan dalam melaksanakan penelitian.

    1.4.1 Batasan

    Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut :

    1. Penelitian dibatasi hanya pada penentuan integrasi lot size untuk single manufacturer dan single buyer. (produsen

    tunggal dan distributor tunggal).

    2. Model dikembangkan untuk single product dan produk tersebut tidak terdiri dari komponen-komponen.

    juniestyHighlight

  • 5

    3. Inspection error hanya terjadi di produsen dan inspeksi dilakukan satu kali sebelum barang dikirim ke distributor.

    1.4.2 Asumsi

    Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut :

    1. Permintaan bersifat konstan dan deterministik. 2. Tidak ada backorder. 3. Work in process tidak dipertimbangkan. 4. Probabilitas terjadinya imperfect quality product, error

    tipe I, error tipe II, dan rework diketahui.

    5. Item yang di-salvage selalu laku terjual dan dijual dengan discounted price.

    6. Barang hasil reworking dijual dengan harga sama dengan perfect items.

    7. Selama rework tidak dihasilkan error/scrap.

    1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini

    adalah sebagai berikut :

    1. Menghasilkan model joint economic lot size yang lebih menggambarkan kondisi nyata.

    2. Mampu menentukan joint economic lot size antara produsen dan distributor yang optimal dengan

    mempertimbangkan adanya adanya imperfect quality

    item, two way imperfect inspection, dan sales return.

    1.6 Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan penelitian tugas akhir ini adalah

    sebagai berikut :

    Bab I PENDAHULUAN

    Bab ini berisikan latar belakang penelitian tugas akhir,

    permasalahan yang diangkat, tujuan penelitian, ruang lingkup

    penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan laporan

    tugas akhir.

  • 6

    Bab II TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini berisikan teori-teori yang mendukung kegiatan

    penelitian, yaitu teori mengenai kualitas, inspeksi, persediaan, dan

    model joint economic lot size.

    Bab III METODOLOGI PENELITIAN

    Bab metodologi penelitian berisi langkah-langkah yang

    dilakukan dalam melaksanakan penelitian. Dengan adanya

    metodologi penelitian, maka kegiatan penelitian akan menjadi

    lebih sistematis dan terstruktur.

    Bab IV PENGEMBANGAN MODEL

    Bab IV berisikan cara-cara pengembangan model

    sehingga didapatkan sebuah model matematis. Bab ini juga berisi

    pengujian model yang dikembangkan.

    Bab V ANALISIS DAN INTERPRETASI MODEL

    Bab ini menguraikan hasil proses sensitivitas model serta

    interpretasi dari hasil-hasil yang diperoleh dari tahap

    pengembangan model.

    Bab VI KESIMPULAN DAN SARAN

    Bab VI ini berisikan kesimpulan yang didapatkan dari

    kegiatan penelitian secara keseluruhan. Pada bab ini juga

    disampaikan saran-saran untuk penelitian selanjutnya, yang

    didefinisikan berdasarkan kekurangan dari penelitian yang

    dilakukan.