pura tanah lot

26
Pura Tanah Lot 'Tanah Lot' adalah sebuah objek wisata di Bali , Indonesia . Di sini ada dua pura yang terletak di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu . Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan. Pura Tanah Lot merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut. Legenda Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa . Ia adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Ia menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura disana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri- ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben 'akhirnya' menjadi pengikut Danghyang Nirartha. Lokasi

Upload: faqieh-fatonix

Post on 20-Jun-2015

908 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pura Tanah Lot

Pura Tanah Lot

'Tanah Lot' adalah sebuah objek wisata di Bali, Indonesia. Di sini ada dua pura yang terletak di

atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip

dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan. Pura

Tanah Lot merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut.

Legenda

Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa. Ia

adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan

ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu

penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai

meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Danghyang

Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Ia menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot

beliau dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah

laut) dan membangun pura disana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura.

Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang

mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai

racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa

Beraben 'akhirnya' menjadi pengikut Danghyang Nirartha.

Lokasi

Obyek wisata tanah lot terletak di Desa Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sekitar

13 km barat Tabanan. Disebelah utara Pura Tanah Lot terdapat sebuah pura yang terletak di

atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan pura dengan daratan dan

berbentuk seperti jembatan (melengkung). Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang indah untuk

melihat matahari terbenam (sunset), turis-turis biasanya ramai pada sore hari untuk melihat

keindahan sunset di sini.

Page 2: Pura Tanah Lot

Fasilitas

Dari tempat parkir menuju ke area pura banyak dijumpai art shop dan warung makan atau

sekedar kedai minuman. Juga tersedia toilet bersih yang harga sewanya cukup murah untuk

kantong wisatawan domestik sekalipun.

Hari Raya

Odalan atau hari raya di Pura ini diperingati setiap 210 hari sekali, sama seperti pura-pura yang

lain. Jatuhnya dekat dengan perayaan Galungan dan Kuningan yaitu tepatnya pada Hari Suci

Buda Cemeng Langkir. Saat itu, orang yang sembahyang akan ramai bersembahyang di Pura

Ini

Pura Luhur Batukaru

Berdasarkan Lontar Kusuma Dewa, Pura Luhur Batukaru tergolong ke dalam Pura Sad Kahyangan yang dibangun sekitar abad ke-11 Masehi. Pura ini pun dapat dikatakan sezaman dengan Pura Besakih, Pura Lempuyang Luhur, Pura Gowa Lawah, Pura Luhur Uluwatu, dan Pura Pusering Jagat. Pura Luhur Batukaru sendiri terletak di desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel Bali.

Pura Luhur Batukaru berdiri di kaki Gunung Batukaru yang dikelilingi ribuan jenis pepohonan. Tentu saja jika dilihat dari letak geografisnya, pura ini berada di daerah yang berhawa sejuk dan segar, sehingga tidak berlebihan jika, pura ini dikatakan memiliki kekuatan relaksasi yang cukup besar. Memasuki areal pura dari sisi selatan, beraneka ragam patung kuno akan menghantarkan langkah kita menuju halaman utama pura. Ditempat ini terdapat beberapa pelinggih (tempat pemujaan) diantaranya meru dan tiga buah candi yang konon menurut Jro Mangku Luhur Batukaru Kebayan Lingsir, bangunan candi ini mirip candi-candi yang terdapat di Pulau Jawa dan kini menjadi ciri utama Pura Luhur Batukaru.

Sementara itu disisi timur Pura Luhur Batukaru terdapat danau kecil yang memiliki pelinggih tepat ditengah-tengahnya. Masyarakat setempat mempercai bahwa danau ini masih memiliki hubungan tertentu dengan beberapa danau yang ada di Bali. Pura Luhur Batukaru yang dalam konsepsi Hindu dianggap sebagai tempat berstananya Dewa Maheswara ini banyak dikunjungi umat Hindu untuk menggelar persembahyangan yang jatuh saat piodalan pura hari Umanis Galungan (sehari setelah perayaan hari raya Galungan). (gi)

Page 3: Pura Tanah Lot

Pura Besakih

Pura Besakih

Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan

Rendang Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia. Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura

Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17

Pura Lainnya). Di Pura Basukian, di areal inilah pertama kalinya tempat diterimanya wahyu

Tuhan oleh Hyang Rsi Markendya, cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali, sebagai

pusatnya. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara

semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung adalah

pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya

dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di komplek Pura Besakih. Di Pura Penataran

Agung terdapat 3 arca atau candi utama simbol stana dari sifat Tuhan Tri Murti, yaitu

Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta,

Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur/Reinkarnasi.

Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekedar menjadi tempat bersemayamnya

Tuhan, menurut kepercayaan Agama Hindu Dharma, yang terbesar di pulau Bali, namun di

dalamnya memiliki keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung. Sebuah gunung

tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai pusat Pemerintahan Alam Arwah, Alam

Para Dewata, yang menjadi utusan Tuhan untuk wilayah pulau Bali dan sekitar. Sehingga

Page 4: Pura Tanah Lot

tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan untuk kesucian umat

manusia, Pura Besakih yang bermakna filosofis.

Makna filosofis yang terkadung di Pura Besakih dalam perkembangannya mengandung unsur-

unsur kebudayaan yang meliputi:

1. Sistem pengetahuan,

2. Peralatan hidup dan teknologi,

3. Organisasi sosial kemasyarakatan,

4. Mata pencaharian hidup,

5. Sistem bahasa,

6. Religi dan upacara, dan

7. Kesenian.

Ketujuh unsur kebudayaan itu diwujudkan dalam wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan

wujud budaya material. Hal ini sudah muncul baik pada masa pra-Hindu maupun masa Hindu

yang sudah mengalami perkembangan melalui tahap mitis, tahap ontologi dan tahap fungsional.

Objek penelitian

Pura Besakih sebagai objek penelitian berkaitan dengan kehidupan sosial budaya masyarakat

yang berada di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali.

Berdasar sebuah penelitian, bangunan fisik Pura Besakih telah mengalami perkembangan

dari kebudayaan pra-hindu dengan bukti peninggalan menhir, pundenberundak-undak, arca,

yang berkembang menjadi bangunan berupa meru, pelinggih, gedong,

maupun padmasana sebagai hasil kebudayaan masa Hindu.

Latar belakang keberadaan bangunan fisik Pura Besakih di lereng Gunung Agung adalah

sebagai tempat ibadah untuk menyembah Dewa yang dikonsepsikan gunung tersebut sebagai

istana Dewa tertinggi.

Pada tahapan fungsional manusia Bali menemukan jati dirinya sebagai manusia homo religius

dan mempunyai budaya yang bersifat sosial religius, bahwa kebudayaan yang menyangkut

aktivitas kegiatan selalu dihubungkan dengan ajaran Agama Hindu.

Dalam budaya masyarakat Hindu Bali, ternyata makna Pura Besakih diidentifikasi sebagai

bagian dari perkembangan budaya sosial masyarakat Bali dari mulai pra-Hindu yang banyak

Page 5: Pura Tanah Lot

dipengaruhi oleh perubahan unsur-unsur budaya yang berkembang, sehingga mempengaruhi

perubahan wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Perubahan

tersebut berkaitan dengan ajaran Tattwa yang menyangkut tentang konsep ketuhanan,

ajaran Tata-susila yang mengatur bagaimana umat Hindu dalam bertingka laku, dan

ajaran Upacara merupakan pengaturan dalam melakukan aktivitas ritual persembahan dari

umat kepada TuhanNya, sehingga ketiga ajaran tersebut merupakan satu kesatuan dalam

ajaran Agama Hindu Dharma di Bali.

Sekilas tentang Agama Hindu Dharma

Agama adalah ajaran tentang Ketuhanan. Semua agama adalah benar adanya. Marilah kita

sebagai manusia, mengayomi agama-agama yang ada, di seluruh dunia. Agama Hindu lahir

dari peradaban di sekitar sungai Shindu, berawal dari India, sekitar tahun 5500 sebelum

masehi.

Agama Hindu di Bali mendapat tempat di hati masyarakat, karena dianggap ssuai dengan

kebudayaan berkembang saat itu.

Uluwatu

Pura Luhur Uluwatu adalah salah satu pura di Bali dengan lokasinya yang sangat indah. Daya tarik utama bagi para wisatawan dari pura ini adalah panoramanya yang spektakuler. Terletak di bagian barat laut, pura ini seperti bertengger di ujung tebing batu yang sangat tinggi dan curam, dengan pemandangan lautnya dibawah berwarna biru bersih dan hantaman ombak yang menghasilkan buih-buih putih yang sangat cantik.

Menurut sejarah, seorang pendeta Hindu yang berasal dari Jawa bernama Empu Kuturan adalah orang yang pertama kali membangun pura di tempat ini. Kemudian diteruskan oleh sejawatnya yang kemudian juga membangun pura Tanah Lot yang juga terkenal dengan pemandangan matahari terbenam (sunset) yang sangat indah.

Untuk bisa masuk kedalam pura ini pengunjung harus mengenakan sarung dan selempang yang bisa disewa ditempat itu. Waktu terbaik untuk mengunjungi pura Uluwatu adalah sore hari pada saat matahari terbenam sehingga bisa menyaksikan pemandangan spektakulernya.

Tembahan informasi, disekitar komplek pura terdapat segerombolan monyet. Para monyet ini biasanya suka usil dengan mengambil berbagai macam barang yang dibawa pengunjung. Barang yang sering menjadi incaran mereka adalah kacamata,

Page 6: Pura Tanah Lot

tas, dompetatau apa saja yang gampang direbut. Jadi hati-hati dengan mereka apabila sedang berkunjung di komplek pura Uluwatu Bali.

Pura Penataran BeratanAdnyana under Pura di Tabanan

Pura Penataran Beratan–Keindahan Alam dan Manisnya Madu Spiritual

Pura Dangkahyangan Penataran Beratan atau disingkat Pura Penataran Beratan adalah sebuah tempat suci yang terletak di tepi Danau Beratan, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Keindahan alam yang terdiri atas air danau yang tenang dan sejuk serta hijau pepohonan di sekitarnya menjadi ciri khas dari pura ini. 

Dari Kota Denpasar, untuk mencapai pura ini harus menempuh jarak sekitar 51 km.  Udara pegunungan yang dinginakan menyapa setiap pengunjung yang memasuki kawasan Candikuning.  Pura yang terletak pada ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut ini memang terkenal

Page 7: Pura Tanah Lot

memiliki suhu yang sangat nyaman yakni berada pada kisaran 18-22 derajat Celsius.  Sangat berbeda dengan suhu udara di tempat lainnya yang rata-rata lebih tinggi.  Selain itu kabut tipis yang menyelimuti daerah pegunungan ini menjadi pesona tersendiri. Daerah Bedugul, Baturiti memang terkenal dengan pesona alamnya, terutama berasal dari pemandangan Danau Beratan.  Daerah ini sangat subur dan sentra penanaman sayur dan tanaman hias.

Jika pemedek memasuki areal pura ini, pesona indahnya alam dan getaran spiritual sangat terasa.  Di samping karena hawanya yang sangat sejuk, air Danau Beratan yang tenang dan sejuk seolah mengingatkan manusia pada keagungan spiritual. Bagi para pemedek Pura Penataran Beratan menjadi salah satu tujuan tirtayatra yang sangat bermakna. Sedangkan bagi para pelancong, areal pura yang tergabung dalam objek wisata Danau Beratan ini mampu memberikan rasa terang, senang dan damai dengan pelukan pesona keindahan alamnya.

Di pura yang diperkirakan dibangun pada zaman kerajaan di Bali ini, ada sesuatu keindahan yang sukar untuk diterjemahkan ke dalam kata-kata.  Banyak pengunjung yang menyatakan sebagai suatu keindahan yang menyentuh rasa terdalam, semacam nektar (madu) spiritual.  Sejauh mata memandang, hijau pegunungan dan jernihnya air lautakan menggugah perasaan terdalam manusia, yang mengingatkan pada keagungan ciptaan Tuhan yang harus dirawat dan dijaga oleh manusia.  Bisa menikmati alam yang indah ini merupakan satu kesempatan yang indah yang mungkinakan terus terbayang sepanjang perjalanan hidup.

Pura pertama yang ditemui ketika memasuki areal ini adalah  Pelinggih Pande.  Di sini dapat ditemui peninggalan prasejarah yang berupa sarkopagus, alat-alat rumah tangga dan benda-benda peninggalan kuno lainnya.  Benda-benda ini dibuatkan pelinggih sederhana  di areal pura yang sempit itu. Pura ini bersebelahan dengan pohon beringin besar yang telah berusia lebih dari seratus tahun. Setiap hari tertentu, para pasemetonan Pande sering melakukan pemujaan di tempat ini. Selain itu persis di depan Pura Penataran terdapat Pura Dalem Purwa.

Pura Penataran Beratan merupakan pura utama yang terdiri atas beberapa pelinggih dan meru. Areal utama mandala dari pura ini juga merupakan daerah yang terluas dari beberapa pura yang ada.  Selain pintu utama, pemedek dapat memasuki pura melalui dua pintu bagian depan dan satu pintu yang tembus persis di tepi danau.  Aturan di pura ini sangat ketat, di utama mandala hanya dapat dimasuki oleh mereka yang melakukan persembahyangan saja dan berpakaian adat. Suasana di dalam pura terasa sangat berbeda dengan di luar.  Di situ lebih tenang dan lebih khidmat, tanpa ada wisatawan yang lalu-lalang, apalagi ditambah dengan bau dupa yang semerbak. Umat yang masuk ke dalam pura ini benar-benar

Page 8: Pura Tanah Lot

bermaksud untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sayang sekali, kondisi pura ini memprihatinkan karena banyak bangunan yang mulai lapuk serta keropos.

Sementara itu, selain Pura Penataran, pura yang terletak pada danau yakni pura dengan meru tumpang 11 dan meru tumpang 3 menjadi sorotan lensa para pengunjung.  Pura dengan meru tumpang 11 merupakan penghayatan terhadap Batara Pucak Mangu dan tumpang 3 merupakan pemujaan Dewi Danu.  Dua pura yang terletak di danau terutama saat air danau penuh menjadi pemandangan tersendiri.  Pura Dewi Danu merupakan penghayatan akan kesejahteraan bumi, di mana air merupakan sumber kemakmuran dan kesejahteraan jagat.  Dengan melakukan pemujaan terhadap Dewi Danu, diharapkan kesejahteraan masyarakat Bali semakin meningkat dan kesadaran manusia untuk memelihara sumber-sumber alam semakin meningkat.  Sebab, mata air merupakan sumber kehidupan bagi manusia.

Keunikan lain dari areal pura ini adalah adanya sejenis pagoda yang terdapat arca Buddha.  Banyak pengunjung yang mengira bahwa tempat ini khusus dibangun untuk memuja Sang Buddha, tetapi konon bangunan ini justru dibangun oleh umat Hindu.  Akan tetapi hingga kini masyarakat Hindu jarang melakukan pemujaan di tempat ini, hanya ada beberapa umat Buddha yang melakukan sembah bakti.

Hampir setiap hari banyak pemedek dari berbagai daerah berdatangan untuk tujuan tertentu di antaranya upacara yang berhubungan dengan pitra yadnya maupun dewa yadnya.  Selain itu, pura ini diyakini sebagai tempat untuk memohon kemakmuran dan rezeki. 

10 Pengider

Terdapat 10 pura pengider pada Pura Penataran Beratan.  Masing-masing dewa yang distanakan pada pura pengider ini berbeda. Kesepuluh pura pengider itu adalah  Pura Pucak Mangu, Pura Manik Umawang (Ulun Danu), Pura Rejeng Besi, Pura Pucak Resi Sangkur, Pura Pucak Candi Mas, Pura Teratai Bang, terletak di lokasi Kebun Raya. Pura Batu Meringgit terletak di lokasi Kebun Raya, Pura Pucak Pungangan, Pura Pucak Sari, dan Pura Kayu Sugih.

Pada saat piodalan yang jatuh pada Anggarkasih Julungwangi ini, kesepuluh Batara yang berstana di masing-masing pura pengider distanakan dan dipuja selama piodalan berlangsung.  Namun, dalam keseharian Tri Murti yakni Brahma, Wisnu dan Siwa merupakan fokus pemujaan di pura ini.

Menurut beberapa sumber pemujaan Tri Murti di pura ini merupakan suatu bentuk pencarian spiritual yang seimbang dan selaras atau sesuai dengan

Page 9: Pura Tanah Lot

masyarakat Bali. Pura ini di-empon oleh empat satakan, yang merupakan pengempon secara turun-temurun.  Satakan Candikuning sebagai pekandel dari pura ini yang terdiri atas lima desa pakraman, Satakan Bangah, Satakan Baturiti dan Satakan Antapan. Keempat satakan ini bekerja bahu-membahu dalam pelaksanaan piodalan maupun perawatan dari pura ini.  Sementara Puri Marga merupakan penganceng, sedangkan Puri Mengwi, Belayu dan Perean sebagai pengabeh.

Ketua Badan Pengelola Objek Wisata Penataran Beratan IGN Budana Arta menyatakan sejak 30 tahun terakhir Pura Penataran ini tidak pernah direhab, sehingga kondisinya banyak yang sudah lapuk. Menurutnya, sebagai suatu tempat pemujaan, kelayakan pura ini patut dipertimbangkan. Sedangkan sebagai tempat wisata keunikan berupa kekunoan sering dianggap alami merupakan satu daya tarik tersendiri. Akan tetapi sebagai tempat pemujaan dianggap sangat layak untuk dilakukan rehab.

Artha menyatakan sejak Maret lalu telah dilakukan rehab tahap I yang terdiri atas tujuh pelinggih yang sudah keropos. Dana yang dibutuhkan untuk hal ini sebesar Rp 600 juta.   Sedangkan untuk tahap II nanti, pihaknya merencanakan akan melakukan rehab pagar, candi dan bangunan lainnya yang diperkirakan menelan dana sebesar Rp 2 milyar.

Kesepuluh pura pengider ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Baturiti, bahkan Pura Pucak Sangkur sering dikaitkan dengan tempat memohon bagi para pejabat di lingkungan Propinsi Bali.  Pada saat bulan purnama banyak pemedek yang tangkil baik dengan tujuan peningkatan spiritual maupun keinginan duniawi.  Alamnya yang teduh dan tenang di pura ini sering dijadikan sebagai tempat meditasi banyak penekun spiritual.

Suatu kekeliruan yang telah meluas terjadi bahwa Pura Penataran ini sering disebut Pura Ulun Danu.  Menurut Artha, setelah dilakukan rembuk antartokoh-tokoh ternyata yang benar merupakan Pura Penataran.  Sedangkan yang dinyatakan sebagai Pura Ulun Danu adalah Pura Manik Umawang yang letaknya memang di daerah hulu dari danau.  Nama Ulun Danu terus melekat dengan belum digantinya pelang nama objek wisata Ulun Danu di pintu masuk areal ini.  untuk hal tersebut, Artha mengaku akan segera mengganti papan nama tersebut dengan nama pura yang sebenarnya. Selain itu, sejarah pembangunan pura yang belum tercatat akan diupayakan untuk dikumpulkan sumber-sumbernya yang selanjutnya akan dibukukan. 

Selain melakukan rehab terhadap pura yang ada di areal objek wisata Beratan, menurut Artha, tugas berat lainnya yang harus dilakukannya bersama seluruh komponen masyarakat Bali adalah menjaga kelestarian tempat tersebut. Seluruh masyarakat Bali hendaknya menjaga sumber alam

Page 10: Pura Tanah Lot

ini dengan bijak.  Sebab, jika terjadi penyusutan volume air yang diakibatkan oleh perilaku manusia, kesuburan

Pura Ulun Danu Batur

Bertepatan dengan Paing Dungulan adalah Purnama Kedasa, sebagaimana biasa saat itu berlangsung upacara besar di Pura Ulun Danu Batur. Desa Batur, Kintamani, Bangli. Pura Ulun Danur Batur sebagai kahyangan jagat umat Hindu di Bali, dimulialan sebagai stana Bhatara Wisnu. Sedangkan Bhatara Siwa di Besakih dan Brahma di Lempuyang Luhur, Karangasem.SEBAGAI stana Bhatara Wisnu, yang dalam konsep masyarakat Batur terkenal dengan sebutan Bhatari Dewi Danuh, Pura Ulun Danu memiliki historis yang sangat menarik, baik berkembang secara turun-temurun sebagai cerita rakyat yang hidup di Batur serta masyarakat pemuja di sekitarnya, maupun sebagaimana termuat dalam beberapa babad. Paling tidak, sejarah Pura Ulun Danu Batur termuat dalamBabad Pasek yang ditulis oleh Jro Mangku Gede Ketut Soebandi,Babad Pasek yang ditulis oleh I Gusti Bagus Sugriwa, sertaBabad Kayu Selem yang disalin oleh Drs. Putu Budiastra, dkk.Bahkan sejarah pura ini juga termuat dalam Raja Purana Pura Ulun Danu Batur I dan II yang disusun oleh Drs. I Putu Budiastra, dkk.Sejarah dan terjadinya Gunung Batur serta Pura Ulun Danu Batur dapat diuraikan sebagai berikut.Zaman BahariDalam versi Babad Pasek dan Babad Kayu Selem, semula Pulau Bali dan Selaparang masih menyatu dan terombang-ambing dihanyutkan arus samudera. Waktu itu, Ida Bhatara Hyang Pasupati yang berstana di Puncak Gunung Prabulingga (Gunung Semeru) merasa kasihan melihat kedua pulau tersebut terombang-ambing. Beliau lantas mengutus tiga putranya yakni Bhatara Hyang Geni Jaya, Bhatara Hyang Mahadewa, dan Bhatari Dewi Danu agar menyusup ke Pulau Bali.Nanda bertiga, Geni Jaya, Putra Jaya (Mahadewa) dan Dwi Danuh hendaknya nanda bertiga datang ke Pulau Bali agar pulau tersebut tidak terombang-ambing,

Page 11: Pura Tanah Lot

demikian sabda Hyang Pasupati.Mohon maaf, nanda ayahanda, nanda masih sangat muda dan belum berpengalaman,jawab ketiga putranya.Nanda jangan khawatir,tandas Hyang Pasupati.Begitulah, akhirnya Hyang Pasupati memasukkan ketiga putranya ke dalam kelapa gading, dan dihanyutkan lewat dasar laut. Secara gaib ketiganya tiba di Gunung Agung, dan Beliau sepakat mencari tempat bersemayam.Bhatara Hyang Geni Jaya memutuskan berstana di Gunung Lempuyang,Bhatara Putra Jaya (Mahadewa) berstana di Gunung Agung dengan Pura Besakih, danBhatari Dewi Danu memilih sebuah kubangan besar yakni Danau Batur dengan Gunung Batur sebagai puncaknya.Setelah itu, Hyang Pasupati mengirim empat putra lainnya, seterusnya berstana di Andakasa, Gunung Beratan (Pucak Mangu), Gunung Batukaru, dan Pejeng. Sehingga bila dirunut secara historis, khususnya dari kajian babad, seharusnya di Bali ada sapta kahyangan bukannya sad kahyangan.

Pura Bukit Dharma

Masuknya Budaya Hindu ke Bali

Pada waktu Raja Udayana memerintah di Bali sekitar abad X Masehi, masuknya

budaya Hindu ke Bali mulai agak deras sampai pada zaman Majapahit sebagai

puncaknya. Pura Bukit Dharma di Kutri, Desa Buruan, Blahbatuh ini sebagai salah satu

buktinya. Pura Bukit Dharma hasil budaya Hindu purbakala ini dapat dijadikan salah

satu sumber untuk menelusuri proses pengaruh Hindu dari Jawa ke Bali. Seperti

apakah sejarah Pura Bukit Dharma di Kutri itu?

Gunapriya Dharma Patni yang roh sucinya (Dewa Pitara) distanakan di pura ini berasal

dari Jawa Timur. Permaisuri Raja Udayana ini sangat besar pengaruhnya pada sang

Raja sehingga namanya selalu disebutkan di depan nama Raja Udayana. Pelinggih

utama pura ini juga disebut Gedong Pajenengan, tempat distanakan arca Durga

Page 12: Pura Tanah Lot

Mahisasura Mardini. Upacara piodalan di pura ini setiap purnama sasih Kasa

bersamaan dengan pujawali di Pura Semeru Agung di Lumajang, Jawa Timur.

Pura ini letaknya di puncak Bukit Kutri, Desa Buruan. Di areal bawah pura ini terdapat

dua buah pura lagi. Pura yang paling bawah di pinggir jalan menuju kota Gianyar

adalah Pura Puseh Desa Adat Buruan. Di atasnya Pura Pedharman. Naik dari Pura

Padharman inilah letak Pura Bukit Dharma atau Pura Durga Kutri. Yang menarik dari

keberadaan pura ini adalah distanakannya permaisuri Raja sebagai Dewi Durga.

Sejak Raja berpermaisurikan putri dari Jawa Timur ini pengaruh kebudayaan Hindu dari

Jawa sangat kuat masuk ke Bali. Tanpa proses tersebut mungkin kebudayaan Hindu di

Bali tidak semarak dan kaya dengan nilai-nilai kehidupan yang adiluhung seperti

sekarang ini. Fakta sejarah menyatakan bahwa budaya agama Hindu masuk ke Jawa

dari India telah berhasil menjadikan Jawa sebagai Jawa yang ada nilai plusnya.

Dari Jawa budaya agama Hindu masuk ke Bali menyebabkan Bali menjadi Bali yang

plus. Agama Hindu telah berhasil menjiwai budaya setempat. Dengan demikian agama

Hindu dapat menghasilkan kebudayaan Bali yang adiluhung. Hal itu dimulai dari

masuknya bahasa Jawa Kuno ke Bali. Dengan demikian bahasa dan kesusastraan

Jawa Kuno sangat kuat pengaruhnya membentuk kebudayaan Bali seperti sekarang ini.

Ramayana, Mahabharata dan berbagai cerita dan tutur-tutur dalam bahasa Jawa Kuno

masuk dengan kuat dan halus ke Bali. Derasnya bahasa Jawa Kuno masuk ke Bali

nampaknya disebabkan kesusastraan Jawa Kuno itu muatannya adalah ajaran agama

Hindu. Di lain pihak masyarakat Bali saat itu sudah memeluk agama Hindu yang saat

itu disebut agama Tirtha atau agama Siwa Budha. Agama Tirtha tersebut sumber

ajarannya adalah kitab suci Weda dan kitab-kitab susastranya. Seni budaya Hindu yang

berbahasa Jawa Kuno demikian digemari oleh masyarakat Bali.

Sampai saat ini orang awam akan menganggap kesusastraan Jawa Kuno itu sudah

kesusastraan Bali. Sejak itulah Bali mengenal adanya seni sastra dari Jawa Kuno

seperti Sekar Alit, Sekar Madya dan Sekar Agung. Andaikata Raja Udayana saat itu

bersikap kaku tidak membolehkan budaya luar masuk Bali, keadaan Bali dapat

dibayangkan. Mungkin orang Bali tidak kenal geguritan, kidung maupun kekawin.

Geguritan memang berbahasa Bali pada umumnya, tetapi tembang-tembang seperti

Semarandhana, Dhurma, Sinom, Ginanti, Megatruh dll. itu semuanya berasal dari

kesusastraan Jawa Kuno atau sering disebut bahasa Kawi. Apalagi kekawin

sepenuhnya adalah berbahasa Jawa Kuno. Lewat seni sastra Jawa Kuno inilah menjadi

media untuk menanamkan ajaran agama Hindu melalui seni budaya. Dengan seni

budaya itu umat Hindu di Bali dapat menyerap ajaran agama Hindu secara halus.

Derasnya pengaruh Hindu Jawa ke Bali sangat menonjol sejak zaman Raja Udayana

memerintah Bali sampai zaman Kerajaan Majapahit berkuasa di Jawa sampai ke Bali.

Page 13: Pura Tanah Lot

Keberadaan Gunapriya Dharma Patni itu dinyatakan dalam Prasasti Bebetin sbb: Aji

Anak Wungsu nira kalih Bhatari lumahing Burwan Bhatara lumahing banyu weka.

Yang dimaksud Bhatari Lumahing Burwan tiada lain adalah ibunya Anak Wungsu yaitu

Gunapriya Dharma Patni yang wafat dan distanakan roh sucinya di Burwan yaitu di

Bukit Kutri, Desa Buruan. Prasasti ini berbahasa Jawa Kuno diperkirakan berada pada

abad X Masehi. Seandainya Raja saat itu tidak berpikir luas dan melakukan proteksi

pada kebudayaan asli Bali yang berlaku pada saat itu, mungkin di Bali kita tidak

mengenal adanya Pesantian yang demikian marak sampai pada saat ini.

Keberadaan Arca Durga Mahisasura Mardini ini sangat erat kaitannya dengan cerita-

cerita Purana dari India. Cerita ini memang sangat populer di kalangan umat Hindu di

India dan di Bali. Diceritakan Dewi Parwati atau Dewi Uma berperang melawan

raksasa. Raksasa itu sangatlah sakti dan sulit ditaklukkan. Karena itulah disebut Durga.

Artinya sulit dicapai, karena raksasa itu sampai bisa bersembunyi di dalam tubuh

seekor lembu atau Mahisa. Karena ada raksasa atau Asura di dalam tubuh lembu itu,

maka ia disebut Mahisasura.

Dewi Parwati adalah Saktinya Dewa Siwa juga sangat sakti. Raksasa yang sulit

ditaklukkan (Durga) itu karena kesaktian Dewi Parwati akhirnya dapat juga

menaklukkan raksasa tersebut dengan pedangnya. Sejak dapat ditaklukannya Asura

yang bersembunyi di tubuh Mahisa atau lembu itulah Dewi Parwati disebut Dewi Durga.

Kemenangan Dewi Durga ini dirayakan setiap hari raya Dasara atau Wijaya Dasami

sebagai hari raya Durgha Puja. Durgha Puja ini lebih menonjol di India Selatan.

Hari suci Wijaya Dasami umumnya dirayakan pada bulan April dan Oktober di India.

Hari raya Wijaya Dasami juga merayakan kemenangan Sri Rama melawan Rahwana.

Wijaya Dasami ini diperingati selama sepuluh hari. Seperti Galungan di Bali. Tiga hari

melakukan Durga Puja, tiga hari berikutnya memuja Dewi Saraswati dan tiga harinya

lagi memuja Laksmi.

Pada hari kesepuluh barulah dirayakan dengan perayaan yang meriah. Pada hari

kesepuluh ini dipuja Dewa Ganesia dan Dewi Laksmi. Ini melambangkan bahwa

kemenangan itu adalah terwujudnya rasa aman dan sejahtera. Dewa Ganesia lambang

pemujaan Tuhan untuk mencapai rasa aman. Sedangkan pemujaan Dewi Laksmi

lambang kesejahteraan.

Senjata-senjata yang dipegang oleh tangan Arca Durga Kutri itu adalah lambang

senjata spiritual. Bukan lambang senjata untuk membunuh badan jasmaniah secara

kejam dalam perang duniawi. Senjata itu adalah lambang senjata spiritual untuk

membasmi kegelapan hati nurani membangun kesadaran rohani menuju kehidupan

yang cerah.

Page 14: Pura Tanah Lot

Pura Gunung Payung dan Danghyang Dwijendra

PADA zaman dahulu perjalanan suci seorang pandita ke tengah-tengah umat untuk

melakukan swadharma-nya sebagai orang suci. Salah satu swadharrna pandita adalah

melakukan perjalanan untuk menyebarkan pendidikan kerohanian kepada umat. Dalam

Sarasamuscaya 40 dinyatakan: panadahari upadesa. Artinya menyebarkan pendidikan

kerohanian. Karena hakikat hidup adalah rohani sebagai pengendali kehidupan

jasmani. Seperti dinyatakan dalam Katha Upanishad bahwa badan jasmani jul

diumpamakan sebagai badannya kereta, indria diumpamakan bagaikan kuda kereta.

Pikiran bagaikan tali kekang kereta, kesadaran Bud hi bagaikan kusir kereta.

Sedangkan Atman diumpamakan bagaikan pemilik kereta. Tm artinya yang

menentukan ke mana gerak kereta diarahkan adalah atas kehendak pemilik kereta.

Selanjutnya kusir kereta dengan tali kekangnya yang mengarahkan Indria dan badan

kereta. Pikiran Budhi dan Atman adalah unsur-unsur rohani dan pada manusia. Unsur-

unsur roham inilah yang wajib dikuatkan eksistensinya dengan berguru pada pandita.

Karena itu pandita disebut Adi Guru Loka. Artinya guru yang utama atau guru yang

terkemuka.

Sebagai Adi Guru Loka pandita itu tidaklah mereka yang hanya diupacarai sebagai

pandita dan berbusana pandita melalui proses diksa. Mereka yang dinyatakan sebagai

pandita hendaknya mereka yang sudah memiliki ciri-ciri seperti yang dinyatakan dalam

Kekawin Nitisastra 1.6 yang seperti kutipan di atas. Umat yang terpanggil untuk menjadi

pandita seyogianya melalui proses pendidikan dan latihan keagamaan Hindu yang

ketat.

Pendidikan dan latihan itu dapat dilakukan dalam bentuk pendidikan dan latihan yang

bersifat tradisional maupun dalam bentuk pendidikan modern. Setelah adanya berbagai

kemajuan di mana telah dapat diwujudkan sifat dan sikap hidup seperti apa yang

dinyatakan dalam Nitisastra 1.6 tersebut barulah upacara diksa dan busana pandita

dikenakan.

Dengan demikian empat fungsi pandita seperti dinyatakan dalam Sarasamuscaya 40

akan lebih mudah dilakukan. Empat fungsi panthta tersebut adalah Sang Satyawadi

artinya beliau yang senantiasa berbicara berdasarkan kebenaran Veda. Sang Apta

Page 15: Pura Tanah Lot

artinya beliau yang dapat dipercaya oleh umat. Sang Patirthan artinya beliau yang

dijadikan tempat mohon penyucian din oleh umat dan sang Panadahan Upadesa.

Nampaknya Danghyang Dwijendra Sebagai pandita telah mengamalkan petunjuk-

petunjuk sastra agama Hindu tersebut sehingga beliau disebutkan Pedanda Sakti

Wawu Rauh. Kata Sakti menurut Wrehaspati Tattwa 14 adalah memiliki banyak ilmu

dan banyak kerja berdasarkan ilmu tersebut. Tidaklah seperti pemahamanku di mana

sakti itu dipahami mereka yang memiliki magic power yang berkonotasi negatif. Ilmu

yang dimiliki itu adalah ilmu yang disebut Para Widya dan Apara Widya. Para Widya itu

adalah ilmu tentang kerohanian. Sedangkan Apara Widya adalah ilmu tentang

keberadaan dan pengelola dunia jul dengan baik dan benar. Dna ilmu itulah yang

dibutuhkan oleh kehidupan umat manusia di dunia ini.

Demikianlah per)alanan suci Danghyang Dwijendra di Bali mendatangi umat dan

memberikan kesejukan pada umat. Saat beliau datang di daerah Kuta Selatan untuk

niengakhiri keberadaan beiau di dunia sekala menuju dunia niskala beliau sempat

datang ke Desa Kutuh di Kuta Selatan di suatu bukit dekat pantai selatan Bali. Di

tempat itu beliau menjadi sang Patirthan artinya beliau memberi prayascita atau

penyucian pada umat yang datang memohon penyucian diri pada sang Pandita. Di

samping itu beliau juga melakukan pena4ahan Upadesa, artinya memberi pendidikan

kerokhanian kepada umat.

Karena kesaktian beliau itu tangkai payung yang beliau tancapkan di tanah perbukitan

yang kering itu dapat menimbulkan sumur dengan air yang tiada pernah kering sampai

saat ini. Di tempat inilah umat mendirikan pura yang kini disebut Pura Gunung Payung.

Itu artinya di pura un atas kedatangan Danghyang Dwijendra terdapat vibrasi kesucian

yang wajib dipelihara oleh generasi selanjutnya. Danghyang Dwijendra thyakini

mencapai dunia niskala dengan moksha di Pura Luhur Uluwatu di Desa Pecatu yang

tidak jauh dan Pura Gunung Payung. Pura Luhur Uluwatu adalah satu dan Pura

Kahyangan Jagat sebagai pemujaan Tuhan dalam manivestasinya sebagai Dewa

Rudra. Pura Luhur Uluwatu didirikan atas anjuran Mpu Kuturan pada abad ke-II Masehi.

Pendirian Pura Luhur Uluwatu dinyatakan dalam Lontar Kusuma Dewa dengan

landasan konsepsi Sad Winayaka.

Pura Luhur Uluwatu mi memiliki banyak pura prasanak atau pura jajar kemiri. Tm

artinya di areal perbukitan Kuta Selatan ini sejak zaman dahulu sudah terpatri vibrasi

kesucian yang dipelihara dengan adanya banyak Pura Prasanak dari Pura Luhur

Uluwatu. Di antaranya adalah Pura Gunung Payung jul. Karena itu sebagai generasi

penerus seyogianya dalam menata kawasan di areal Pura Luhur Uluwatu termasuk di

areal Pura Gunung Payung seyogianya memperhatikan nilai-nilai spiritual yang sudah

terbukti memberikan vibrasi kesucian pada areal tersebut bersinergi dengan areal suci

lainnya di seluruh Bali

Page 16: Pura Tanah Lot

Untuk memelihara vibrasi kesucian dikawasan bukit Kuta Selatan ini semua pihak

hendaknya bertimbang cermat dan seimbang dengan konsep Tri Semaya. Konsep Tri

Semaya itu adalah Atita, Nagata dan Wartamana. Apapun yang dilakukan saat ini

(Wartamana) hendaknya terlebih dahulu menelaah dengan cermat di masa lalu (Atita)

dan dengan berpikir panjang apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang.

Dengan demikian kita tidak meninggalkan begitu saja nilai-nilai luhur di masa lalu yang

susah payah dikerjakan oleh para pendahulu kita. Demikian juga hendaknya kita

berusaha melihat ke depan agar jangan sampai kita meninggalkan persoalan-persoalan

yang membuat generasi mendatang penuh beban derita karena kesalahan kita saat ini.

Dengan konsep Atita, Nagata dan Wartamana inilah kita akan bisa hidup Sejahtera

dengan berkelanjutan dan generasi ke generasi selanjutnya sepanjang masa.

Pura Barong-BaronganPura Barong-Barongan namanya. Unik memang, tetapi beginilah adanya. Pura Barong-

Barongan merupakan salah satu jejak perjalanan DangHyang Nirartha yang berada di

wilayah Badung Selatan, tepatnya di atas bukit Ungasan. Mengapa Pura ini disebut

dengan Pura Barong-Barongan?

SUARA angin menderu ditepi pantai menggambarkan betapa tenangnya suasana

disekitar Pura Barong-Barongan ini. Perubahan cuaca yang begitu drastis dikawasan

bukit ini memang membuat suasana menjadi lain di sekitar pura.

Dimana letak Pura ini?

Kalau kita berjalan menuju Banjar Sawangan, Desa Adat Peminge, Kelurahan Benoa,

Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Tepatnya di Selatan areal Hotel Nikko Bali, atau

keselatan dari hotel tersebut kita bakal menjumpai jalan kapur menuju pantai. Diareal

inilah lokasi pura yang mempunyai sejarah panjang di Bali, dan tidak mungkin dilupakan

oleh umat Hindu di daerah ini. Sebenarnya dulu, katanya sebuah sumber kepada MBA

yang sempat metirtayatra ke pura ini. Pura Barong-Barongan bernama Pura Dalem

Karang Boma. Mengapa diberikan nama Pura Dalem Karang Boma? Konon menurut

lontar Dwijendra Tattwa, pura tersebut merupakan salah satu bagian dari napak tilas

Danghyang Dwijendra di Bali. Ketika tiba di lokasi perbukitan yang menjorok ke laut,

Danghyang Dwijendra kemudian menganugrahkan pasupati kepada anak didiknya.

Lantaran lokasi tersebut merupakan tempat memberikan pasupati, banyak sekali

keajaiban yang dimiliki tempat itu. Sehingga mulailah terbangun sebuah pura. Pura

tersebut awalnya bernama Pura Dalem Karang Mua. Karena pasupatinya itu bisa

diistilahkan dengan segala sesuatu yang bermuka seram. Sehingga pura tersebut

dikatakan sebagai Pura Karang Mua. Lama kelamaan pura ini akhirnya berubah nama

Page 17: Pura Tanah Lot

menjadi Karang Boma. Selain itu ada beberapa hal yang mengakibatkan pura ini

disebut Pura Barong-Barongan.

Yang memberikan nama Pura Barong-Barongan adalah para nelayan. Ceritera yang

berkembang di masyarakat adalah ketika para nelayan berangkat menangkap ikan di

laut, mereka melihat bahwa daratan yang menjorok ke laut dilihatnya menyerupai

barong. Untuk itu nelayan akhirnya menandai tempat itu agar tidak tersesat dilaut.

Batas daratan itulah yang dipakai tandanya. Saat itulah sebagian besar nelayan melihat

bahwa ada pura yang dipakai tanda ketika turun kelaut. Dan karena pura tersebut

bentuknya seperti barong, maka diberilah nama Barong-Barongan. Sederhana sekali.

Pura Barong-Barongan terdiri atas dua palebahan yaitu jaba sisi dan jaba tengah. Pura

ini disungsung oleh berbagai komponen masyarakat. Selain itu ada beberapa tempat

yang memohon pasupati ketapaknya masing-masing di pura Barong-Barongan.

Misalnya Tapakan Barong dari Krama Sesetan Banjar Lantang Bejuh, Suci- Badung,

Sidakarya, Pedungan, Bualu, Pagan, Kelandis dan sebagainya.

Yang mamedek di Pura ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai Pengemong,

Pengempon dan Pemaksan. Sebagai pengemongnya adalah keluarga Jro Mangku

Regig. Sementara iru sebagai pengemponnya adalah Pasek Gaduh, Pasek Kebayan

serta Pasek Gelgel dan Pasek Denpasar. Sedangkan yang terakhir Pemaksan.

Pemaksan ini adalah sejenis sekaa yang mempunyai tugas yang sama juga dengan

yang lainnya, yakni menyelenggarakan upacara yadnya. Jumlah pemaksan di Pura

Barong-Barongan tersebut adalah empat puluh empat orang. Piodalan Pura Barong-

Barongan ini adalah pada Tumpek Landep. Bersamaan dengan piodalan pusaka.

*ambara

DIJAGA MONYET DAN KERIS EMAS LUK TELU

SEORANG krama Kecos yang berprofesi sebagai nelayan, saat ditemui MBA

mengungkapkan Pura Barong-Barongan ini sangat angker. Dahulu, ketika Kecos masih

senang ke laut, tiap malam hari banyak sekali krama nelayan kawehan. Ia melihat

seolah-olah ada barong yang begitu saja muncul di Pura, melesat keatas dan menari-

nari. Karena kejadian itu sering terjadi, akhirnya masyarakat nelayan setempat

menyebut pura ini dengan nama Pura Barong-Barongan.

Kemudian bagi peminat spiritual, keanehan apapun yang terjadi di pura ini berasal dari

kekuatan magis. Melihat situasi sekelilingnya, maka ada beberapa getaran yang

mengakibatkan getaran wilayah tersebut menjadi sangat kuat. Selain berada ditepi

tebing, Pura ini memang mempunyai daya tarik tersendiri. Sayangnya jalan menuju

lokasi Pura ini kondisinya sangat memprihatinkan, padahal disebelahnya terdapat hotel

berbintang yakni Hotel Nikko. Ketika tiba di lokasi Pura ternyata MBA merasakan

getaran gaib yang luar biasa. Pada saat ditanyakan kepada Jro Mangku, ternyata

Page 18: Pura Tanah Lot

getaran gaib itu berasal dari hasil pasupati yang sering dilihat oleh peminat spiritual

seperti Keris Emas yang mempunyai luk tiga.

“Memang wilayah ini dulunya sangat angker. Akan tetapi saat ini keangkerannya itu

hanya bisa dirasakan oleh orang tertentu saja. Hal itu diakibatkan kepercayaan masing-

masing,” katanya. Suatu ketika ada beberapa orang penganut spiritual melakukan

semadi di Pura ini. Pada saat semadi tubuhnya bergetar ia bisa melihat bahwa ada

pusaka emas di depan matanya. Dengan penuh rasa bakti orang yang melakukan

semadi tersebut langsung memohon keselamatan serta tidak akan melakukan hal yang

negatif. Selain itu ada juga hewan yang sering menunggui areal Pura seperti kera. Kera

tersebut memang sangat banyak disekliling pura. Akan tetapi tidak berani untuk

mengganggu segala sesuatu yang ada disekitar pura. *ambara

TEMPAT PASUPATI PUSAKA DAN NUNAS PAICA

MUNGKIN hanya sebagian kecil krama yang mengetahui fungsi Pura tersebut. Menurut

Jro Mangku Regig fungsi Pura Barong-Barongan itu sudah jelas adalah untuk nunas

pasupati. “Ida Bhatara di Pura Barong-Barongan ini sangat sueca. Apapun yang diminta

masyarakat sebagian besar diberikan. Ida Bhatara yang melinggih di Pura Barong-

Barongan ini adalah sebagai pengelingsir Ida Bhatara Ratu Ayu Manik Maketel.

Sedangkan yang bertugas menjadi bendesa serta menguasai wilayah sekitarnya adalah

Ida Bhatara di tempat ini adalah seorang wanita berpakaian putih. Karena telah putus

(suci) maka segala sesuatu yang dibawanya itu selalu berkenaan dengan unsur

kesucian.

Dengan rambutnya yang panjang, Ida Bhatara selalu memberikan peanugrahan kepada

krama yang memerlukan. Seperti yang dikatakan di atas, Pura ini juga mempunyai

fungsi untuk nunas paica sebagai balian. Sudah banyak krama yang ada di luar

maupun sekitar tempat Pura berada nunas. Semua pinunas memang terkabul. Baik

memohon agar bisa ngiwa, nengen (kanan) ataupun yang lainnya. jadi intinya adalah

apabila ingin memohon keselamatan yang berkenaan dengan pasupati, baik nunas

agar bisa ngiwa, agar bisa mengobati maupun yang lainnya, bisa memohon di pura ini.

Sampai saat ini sudah banyak sekali balian yang sukses serta permohonannya

dikabulkan. Pada saat piodalan berlangsung banyak sekali tapakan barong yang

datang untuk menghadiri piodalan tersebut. *ambara

Jro Mangku Regig

NGIRING PEKAYUNAN

SEIRING dengan tugasnya sebagai pemangku di Pura Dalam Karang Boma (Pura

Barong-Barongan), Jro Mangku mempunyai kiat tersendiri. Bagi pemangku yang

mempunyai penampilan kalem dan tenang ini merasa bersyukur karena sampai saat ini

ia sekeluarga selalu diberikan kebahagiaan.

“Tiang bersyukur karena apa yang menjadi harapan keluarga tetap terpenuhi.” katanya.

Page 19: Pura Tanah Lot

Disisi lain meskipun banyak sekali hambatan yang ditemuinya, ia mengatakan dirinya

berusaha semaksimal mungkin untuk ngiring pekayunan.

Jro Mangku yang telah mengabdi selama 5 tahun ini telah merasakan berbagai hal

yang berkenaan dengan tugasnya sebagai pemangku. “sampai saat ini saya belum

menemui hambatan berarti. Karena apapun yang tiang lakukan adalah pengabdian

sebagai manusia,” akunya. Ketika ditanya ia mengaku teringat kembali pada masa

upacara padudusan tahun 1994, dimana saat itu untuk pertama kalinya dia diangkat

sebagai pemangku. “Keluarga tiang memang keturunan mangku di pura ini. Akan tetapi

kesan yang mendalam memang tiang dapatkan ketika diangkat menjadi pemangku,”

katanya.

Ia merasakan bahwa ketika diangkat menjadi pemangku ada beberapa penyesuaian

yang harus dilakukannya. Penyesuaian tersebut baginya memang gampang-gampang

susah. Pemangku yang berasal dari Banjar Sawangan ini sangat tabah dan tekun

melakukan aktivitas tapa brata dan semadi. Akhirnya dengan usaha yang dilakukannya

dengan tekun, iapun berhasil menghadapi berbagai ujian dan cobaan. Sampai saat ini

Jro Mangku merasa aktivitas kesehariannya tidak terganggu oleh tugasnya sebagai

pemangku. Selain mendapat cobaan yang berat dalam menyesuaikan diri, ia juga

merasa bangga karena senantiasa bisa mendekatkan diri dengan Ida Bhatara. “Yang

paling pokok adalah bagaimana tiang bisa membantu umat dalam menyampaikan

keinginannya di pura itu,” katanya. Disisi lain, Jro Mangku juga merasa berkewajiban

untuk membantu masyarakat yang menemui kesulitan yang berarti bagi kehidupannya.

*ambara

Pura Tambangan BadungBali TV - Pura tambangan badung terletak di pusat kota denpasar, tepatnya di banjar

pemedilan kerandan, desa pemecutan  denpasar. Lokasi pura ini sangat strategis dan

sangat mudah dijangkau, tepatnya di sebelah barat pasar pasah pemedilan, yang

terletak di  jalan gunung batur denpasar.Mungkin banyak masyarakat yang mengetahui

keberadaan pura ini, namun tak banyak yang mengatahui apa dan bagaimana sejarah

dari pura yang satu ini.

Pada episode kali, ini ista dewata akan mengajak anda untuk bertirtayatra ke pura

tambangan badung, yang merupakan salah saru pura yang memupunyai rentang

sejarah yang panjang dan menarik.Pura tambangan badung merupakan salah satu

jajaran pura tua yang ada di bali. Pura ini sudah berdiri sebelum anglurah pemecutan

pertama berkuasa.Kemudian dalam peralanannya, pura tambangan badung diperluas

dan dipugar  oleh bhatara sakti raja badung, kemudian diempon oleh  puri agung

pemecutan.

Page 20: Pura Tanah Lot

setelah diperluas oleh raja badung, Pura tambangan badung beberapa kali mengali

proses perehaban diantaranya adalah  pada tahun 1928 dan tahun 1990.

Di dalam tutur babad karana, diceritakan pura tambangan badung dulunya bernama

pura taman,  kemudian berubah menjadi pura ayu penestaran panembahan badung,

sebelum menjadi pura tambangan badung.  tutur babad karana juga menceritakan

tentang keadaan pura di lingkungan soring jagat badung,  yang erat kaitannya dengan

puri dan pura panembahan badung dan bebanjaran di lingkungan pemecutan .Dengan

luas keseluruhan areal pura berkisar dua hektar, Pura tambangan badung dibagi

menjadi tiga mandala dengan komposisi pelinggih lebih banyak terletak di utama

mandala. Di mandala pertama yang terletak tepat di depan pasar, terdapat dua buah

meriam yang menghiasi candi bentar  yang dusebut dengan gora dan gori.

Di mandala kedua, terdapat sebuah bangunan terbuka yang berfungsi sebagai wantilan

pura. Lepas dari madya mandala, kita akan memasuki utama mandala dengan

melewati sebuah candi kurung unik,  dihiasi dengan dua buah arca di kanan kirinya

yang disebut dengan arca jaksa dan jaksi.Utama mandala,  merupakan areal yang

paling luas dan dipenuhi dengan pelinggih pelinggih, termasuk pelinggih pokok pura.

Bila dilihat , utama mandala pura tambangan badung  sekilas tampak mirip dengan

suasana di  sebuah kerajaan. Salah satu keunikan dari pura ini, adalah adanya dua

pemedalan yaitu  pemedalan siwa dalem tambangan badung di sisi timur, dan

pemedalan ida bhatari durga di sisi barat.Jajaran pelinggih yang menghiasi utama

mandala tersusun apik sesuai fungsi dan kedudukannya masing masing.

Ada beberapa pelinggih yang sangat unik, diantaranya adalah pelinggih hyang ibu

candi yang struktur bangunannya  berbentuk candi, yang didalamnya terdapat dua buah

lingga. Konon di bawah candi inilah dipendam prasasti prasasti penting yang

mengisahkan tentang pura dan kerajaan bali.Pelinggih pokok pura, adalah pelinggih

luhur kaler atau yang juga disebut dengan anglayang, linggih ida bhatara siwa ring

gunung agung, batur, gunung jati.  Bentuk pelinggih ini layaknya padmasana yang

dilengkapi dengan bedawang nala dan naga sebagai hiasannya.

Di sebelah pelinggih pokok, berdiri pelinggih gedong dalem tambangan badung yang

merupakan stana dari siwa dalem dan ratu ngurah ratu agung kiwa tengen.Selain

pelinggih pokok, utama mandala juga dilengkapi dengan pesanggrahan agung yang

terdiri dari beberapa pengayatan ke pura sad kahyangan seperti pengayatan ke pura

sakenan, pura uluwatu,pura batukaru, pura besakih, dan pura batur.

Pelinggih lain yang berada di areal utama adalah jajaran pelinggih hyang ibu,

diantaranya adalah hyang ibu agung, ibu meranggi, ibu ngurah, ibu jembrana, ibu 

bongani, ibu rurung, ibu tameng, ibu pupuan, ibu bandem, ibu taruna, ibu tojan, ibu

mekel bukit, ibu klating, ibu tinggi, ibu janggal, ibu prani gata , ibu pasek agung dan ibu

sari.     Selain beberapa pelinggih, pura tambangan badung juga dilengkapi dengan

Page 21: Pura Tanah Lot

beberapa buah bale pelengkap, seperti bale semanggen, bale prasanak, bale

penganten genah bhatara manik galih,  bale gajah, bale pemiodan peranda sinuhun,

bale ban, bale pererepan ratu ayu, pewaregan dan lumbung.

Di sisi utara pura, terdapat sebuah palebahan pura yang merupakan linggih ratu ayu

saren taman. pelinggih ini merupakan stana ratu ayu mas meketel,  ratu mas

mereronce, bhatari gayatri dan bhatari gangga.Ada beberapa tradisi unik yang

dilaksanakan di pura tambangan badung, diantaranya adalah tradisi tari baris

tangklong  yang di pentaskan pada waktu  penampahan galungan, dan tradisi unik siyat

sampian yang dilaksanakan pada waktu manis kuningan . Tujuan dari tradisi unik ini

adalah untuk pembersihan mala dan menanamkan jiwa ksatria.

Piodalan di pura tambangan badung  didasarkan atas perhitungan pancawara,

saptawara dan pawukon, sehingga piodalan akan berulang setiap 210 hari sekali,

tepatnya pada wraspati wuku sungsang yang bertepatan dengan sugian jawa.

Sedangkan piodalan yang dilaksanakan satu tahun sekali adalah  purnamaning kapat

yang disebut ngapat dan purnaming kedase bulan april.Berdasarkan lintas sejarah dan

kenyataan yang berkembang, pura tambangan badung merupakan pura yang berstatus

sebagai pura kahyangan tiga yaitu pura siwa dan pura kerajaan.