bab 1+2 umbi
DESCRIPTION
BAB 1+2 UMBITRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU BAHAN PANGAN (GZW 124)
ACARA IV
UMBI
Penanggungjawab :
Kelompok : 3
Nama : SITI SARAH
NIM : G1H012014
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
PURWOKERTO
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Umbi–umbian adalah bahan nabati yang diperoleh dari dalam tanah,
misalnya ubi kayu, ubi jalar, kentang, garut kunyit, bawang, jahe, kencur, kimpul,
talas, gembili, ganyong, bengkuang, kentang, wortel dan lain sebagainya.Umbi–
umbian merupakan hasil tanaman karbohidrat yang cukup penting di samping
serealia (Muchtadi, 1992).
Kerusakan yang terjadi pada umbi–umbian adalah terjadinya perubahan
warna pada daging umbi jalar segar menjadi coklat. Proses ini biasanya disebut
kepoyoan. Proses kepoyoan pada umbi dapat diakibatkan oleh reaksi pencoklatan
secara enzimatis yang menyebabkan rasa umbi menjadi pahit dan teksturnya keras
Kerusakan lain dapat berupa kulit terkelupas, memar dan terpotong secara
mikrobiologis, ditandai dengan pertumbuhan kapang disertai dengan timbulnya
bau dan perubahan warna. Secara kimia disertai dengan pola pola warna kebiru-
biruan, cokelat serta kehitaman oleh enzim atau bukan. Secara biologis ditandai
dengan adanya bekas gigitan/lubang(Muchtadi, 1992).
Umbi jalar dipanen pada umur 4 bulan dengan hasil 15 – 25 ton/ha. Umbi
jalar sering pula digunakan sebagai makanan pokok. Secara fisik, kulit umbi jalar
lebih tipis dibandingkan kulit umbi kayu dan merupakan umbi batang. Warna
kulit umbi jalar bervariasi dan tidak terlalu sama dengan warna umbi. Warna
daging umbi bermacam–macam, dapat berwarna putih, kuning, jingga, kemerahan
atau keabuan. Demikian pula bentuk umbinya sering tidak beracun. Biasanya
umbi dimakan setelah direbus atau dibakar atau diolah lanjut untuk lahan, industri
tepung, alkohol, sari karoten, bahan perekat, dan sirup(Rahmad, 1997).
2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum umbi-umbian adalah untuk :
1.2.1 Mengetahui dan membandingkan struktur jaringan dari beberapa
jenis umbi.
1.2.2 Mengionisasi karotenoid
3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Umbi–umbian dibedakan berdasarkan asalnya yaitu umbi akar dan umbi
batang. Umbi akar atau batang sebenarnya merupakan bagian akar atau
batangyang digunakan sebagai tempat menyimpan makanan cadangan. Yang
termasuk umbi akar misalnya umbi kayudan bengkuang, sedangkan ubi jalar,
kentang, wortel, dan gadung merupakan umbi batang(Taejasari, 2005).
Indonesia sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati di dunia,
memiliki banyak tanaman pangan yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan
lebih optimal. Diantaranya adalah umbi–umbian yang berpotensi sebagai sumber
karbohidrat. Umbi–umbian yang layak dikembangkan sebagai lahan pangan
adalah kimpul, garut, umbi ganyong dan umbi jalar.
Umbi–umbian selain sebagai sumber karbohidrat juga merupakan sumber cita rasa
dan aroma karena mengandung aleoresin.Komponen zat gizi tertinggi pada umbi–
umbian adalah karbohidrat, biasanya dalam bentuk pati. Seringkali umbi-umbian
juga mengandung racun dan minyak atsiri(Taejasari, 2005).
2.1 Ubi Jalar Orange (Ipomea batatas)
Ubi jalar juga merupakan umbi akar yang merupakan simpanan energi
bagi tumbuhan tersebut. Bentuk daunnya sangat bervariasi dari bentuk lonjong
sampai bentuk seperti jari, dengan lekukan tepi yang banyak dan dalam. Ubi jalar
dapat berwarna putih, kuning, orange maupun merah, bahkan ada yang berwarna
kebiruan, violet atau berbintik–intik biru. Ubi yang berwarna kuning kuning,
orange, sampai merah banyak mengandung karotenoid yang merupakan prekusor
bagi vitamin A.Ubi jalar ini mengandung porotein kadar rendah, tetapi kualitas
protein cukup baik dengan protein score 81 (Rahmad, 1997).
Timbunan kalori dalam ubi jalar berbentuk karbohidrat.Tanaman ini juga
dimakan daunnya yang jika dimasak dengan api memberi kesan berlendir.
Ubi jalar yang belum dipanen dan masih melekat pada pohonnya, tidak dapat
bertahan lama seperti singkong, mudah menjadi busuk atau mudah dimakan hama
(burik, kulanas). Tetapi bila dipanen ubi jalar lebih tahan lama untuk disimpan,
4
dibandingkan dengan singkong. Masyarakat mencampurkan sabu dapur kepada
umbi sebelum disimpan dan membuat umbi tersebut lebih tahan lama, tidak cepat
busuk diserang hama. Namun demikian daya tahan ubi jalar untuk disimpan masih
terbatas, dan bila disimpan lama menjadi busuk dan diserang hama ulat.
Kandungan rata-rata bahan kering pada ubi jalar adalah 30% dan sangat bervariasi
tergantung pada kultivar, lokasi tanam, iklim, tipe tanah, serangan hama dan
penyakit serta cara menanamnya. Kandungan utam ubi jalar adalah karbohidrat
(Rahmad, 1997).
Karbohidrat pada ubi jalar terdiri dari 60-70% amilopektin dan 30-40%
amilosa. Sekitar 3-6% dari karbohidart pada ubi jalar terdapat dalam bentuk gula.
Dalam kedaan utuh dan tidak terluka, ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian
yang tahan disimpan lama. Bahkan semakin lama ubi jalar disimpan semakin
rasanya. Sifat tersebut sangat berbeda dengan ubi kayu yang semakin lama
disimpan akan semakin busuk (poyo).Kadar gula pada ubi jalar dapat bertambah
selama penyimpanan. Di dalam ubi jalar terdapat enzim diastase yang dapat
mengubah pati menjadi gula. Itulah sebabnya ubi jalar disimpan lebih dulu selama
1-2 minggu sebelum dikonsumsi agar rasanya lebih manis. Selama penyimpanan
akan terjadi penurunan kadar pati, kenaikan kadar sukrosa dan kadar gula
pereduksi.Sama halnya dengan penyimpanan, tingkat kemanisan ubi jalar akan
meningkat selama proses pemasakan. Selama pemasakan, karbohidrat pada ubi
jalar akan terhidrolisis menjadi maltoda dan dekstrosa, sehingga kadar gulanya
bertambah. Itulah sebabnya subsitusi terigu dengan ubi jalar dapat menghemat
pemakaian gula hingga 20%. Hal tersebut sangat menguntungkan karena dapat
menekan biaya produksi untuk menghasilkan produk dengan tingkat kemanisan
yang sama(Rahmad, 1997).
Kelemahan dari bahan pokok nonberas adalah daya simpangnya pendek
karena kadar airnya cukup tinggi (60-80%). Oleh karena itu, upaya penurunan
kadar air perlu dilakukan untuk memperpanjang daya awetnya. Ubi jalar dapat
diolah menjadi produk setengah jadi, seperti chi (sawut kering), tepung dan pati.
Tepung sagu sangat potensial sebagai sumber karbohidrat, yaitu mengandung 84,7
gram/100 gram bahan. Kadar karbohidat tersebut setara dengan yang terdapat
5
pada tepung beras, singkong, dan kentang. Dibandingkan dengan tepung jagung
dan tepung terigu (Taejasari, 2005).
2.2 Wortel (Daucus carota)
Wortel (Daucus carota) adalah tumbuhan sayur yang ditanam sepanjang
tahun. Terutama di daerah pegunungan yangmemiliki suhu udara dingin dan
lembab, kurang lebih pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut.
Tumbuhan wortel mernbutuhkan sinar matahari dan dapat turnbuh pada sernua
musim. Wortel mempunyai batang daun basah yangberupa sekumpulan pelepah
(tangkai daun) yang muncul dari pangkal buah bagian atas (umbi akar), mirip
daun seledri. Wortel menyukai tanah yang gembur dan subur. Menurut para
botanis, wortel (Daucus carota) dapat dibedakan atas beberapa jenis, di antaranya:
a. jenis imperator, yakni wortel yang memiliki umbi akar berukuran panjang
dengan ujung meruncing dan rasanya kurang manis.
b. jenis chantenang, yakni wortel yang memiliki umbi akar berbentuk bulat
panjang dan rasanya manis.
c. jenis mantes, yakni wortel hasil kornbinasi dari jenis wortel imperator dan
chantenang.Umbi akar wortel berwarna khas oranye (Made, 2009).
6
BAB III
MATERI DAN METODE
1.1 Materi
1. Alat
- Pisau
- Timbangan
- Mikoskop
- Mortar
- Gelas ukur
- Erlenmeyer
- Kertas saring
- Corong pisah
2. Bahan
- Ubi jalar mayar
- Wortel
1.2 Metode
7
umbi dan wortel dibuat irisan tipis melintang maupun mebujur dengan perbesaran 100-400 kali
struktur jaringan digambar
gambar dibandingkan
karotenoid diisolasi dengan heksan teknis
8
Bahan 20 gram dihaluskan dengan mortar
Sebanyak 10-15 ml heksan teknis ditambah secara bertahap
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
dikocok
Disaring dengan kertas saring kasar
Filtrate dimasukkan ke corong pisah
Fraksi heksan (yang menganding karotenoid diuapkan)
Didiamkan selama 10-15 menit
Fraksi air dikeluarkan (lapisan bawah yang putih dibuang)
9
Berat bahan ditimbang
Dihitung rendemennya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil
No Perlakuan Pengamatan
1.Wortel dan umbi merah dihitung
20 gram lalu dihaluskan
2.Dicampurkan dengan heksan
teknis 10-15 ml lalu disaring
3.
Filtrat dimasukkan pada corong
pisah dan didiamkan selama 10-
15 menit
Muncul bagian yang bening
(fraksi air) dan berwarna fraksi air
4.Fraksi cair dibuang, fraksi
heksan dipanaskan
Heksan menguap dan terlihat
padatan karotenoid pada cawan
petri
1.2 Perhitungan
a. Rendemen karotenoid wortel
= Berat ba h an dalam cawan
Berat awal x 100%
= 0,4720
x 100%
= 2,35%
b. Rendemen karotenoid ubi merah
= Berat ba h an dalam cawan
Berat awal x 100%
= 0,320
x 100%
= 1,5%
10
11
1.3 Pembahasan
Percobaan pertama mengenai pengamatan jaringan beberapa umbi tidak
dilakukan. Hal ini dikarenakan wortel dan ubi jalar orange yang akan kami teliti
jaringannya tidak mampu terlihat dengan jelas sekalipun dengan perbesaran
maksimum. Berikut contoh jaringan wortel yang di peroleh dari referensi
Percobaan kedua kita akan mengisolasi karotenoid yang ada dalam wortel dan
ubi jalar orange. Pertama-tama kedua bahan seberat 20 gram dihaluskan terlebih
dahulu dengan mortar. Setelah wortel dan ubi dihaluskan larutan dicampurkan
dengan heksana lalu disaring. Hasil filtrat di masukkan pada corong lalu
didiamkan selama beberapa menit. Setelah didiamkan, akan tebentuk fraksi air
dan fraksi heksan. Fraksi air dibuang dengan membuka keran corong pisah secara
perlahan. Fraksi hesan yang tersisia kemudian diuapkan diatas penangas air
menyisakan padatan karotenoid yang menempel pada cawan.
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia
C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3. Awalan heks-
merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana
berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan
atom-atom karbon tersebut. N Hexana merupakan jenis pelarut non polar.
Heksana dapat digunakan untuk mengekstraksi minyak nilam yang dapat
digunakan sebagai minyak atsiri (Jos, B., 2004). Selain itu, heksana dapat
digunakan sebagai solven untuk mengekstraksi karotenoid dari CPO (Firdiana, D.,
dan Kuncoro, R., dan Jos, B., 2003). Solven campuran antara heksana dan
benzena dapat digunakan untuk mengekstraksi minyak dari kopra (Kustanti, F.,
dan Ajianni, M. Y., 2000). Sedangkan solven campuran antara heksana dan
12
isopropanol dapat digunakan dalam penurunan kadar limbah sintetis asam
phosphat dengan ekstraksi cair – cair (Mahmudi, M., 1997).
Berdasarkan hasil percobaan, padatan karotenoid yang tersisa pada wortel
adalah 0,47 gr atau sekitar 2,45% dari total berat wortel. Padatan karotenoid yang
tersisa dari ubi jalar orange adalah 0,3 gr atau sekitar 1,5% dari total berat ubi
jalar orange. Hal ini menunjukkan bahwa karotenoid lebih banyak terdapat pada
wortel dibandingkan pada ubi jalar orange.
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
Rendemen padatan karotenoid yang telah diisolasi dari wortel adalah
sekitar 2,35% dari berat total wortel.
Rendemen padatan karotenoid yang telah diisolasi dari ubi jalar orange
adalah sekitar 1,5% dari berat total ubi jalar orange.
1.2. Saran
Pada praktikum acara umbi-umbian dapat digunakan jenis ubi lain agar
dapat tetap melakukan praktikum pengamatan jaringan secara mikroskopik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Firdiana, D., Kuncoro, R., dan Jos, B., .2003. Ekstraksi Karotenoid dari CPO Dengan Solven Heksana. Semarang: Universitas Diponegoro
Jos, B.2004. Ekstraksi Minyak Nilam Dengan Pelarut n – Heksana. Semarang: Universitas Diponegoro
Made, Irawan. 2009. Panduan Karbohidart Terlengkap. Dian Rakyat : Jakarta
Mahmudi, M.1997. Penurunan Kadar Limbah Sintetis Asam Phosphat Menggunakan Cara Ekstraksi Cair – Cair Dengan Solven Campuran Isopropanol Dan n – Heksane. Semarang: Universitas Diponegoro
Muchtadi, Tien R dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Institut Pertanian Bogor : Bogor
Rahmad Rukmana. 1997. Ubi Jalar Budi Daya dan Pascapanen. Yogjakarta: Penerbit Kanisius
Sudarmadji, slamet dkk. 2003. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Jogjakarta : Liberty.
Tejasari. 2005. Nilai-Nilai Pangan. Yogjakarta: Graha Ilmu
15
LAMPIRAN
Gambar 1. Pengupasan kulit ubi jalar Gambar 2. Pengupasan kulit wortel orange
Gambar 3. Penghalusan ubi jalar orange Gambar 4: Proses penghalusan wortel
Gambar 5: Proses Penambahan heksan ke Dalam ubi jalar orange
Gambar 6: Proses penambahan heksan ke dalam wortel
16
Gambar 7: penyaringan ubi jalar orange Gambar 8: penyaringan wortel
Gambar 9: Fraksi heksan dan air yang Gambar 10: Fraksi air dan heksan yang terbentuk pada ubi jalar orange yang terbentuk pada wortel
17
Gambar 11: padatan karotenoid pada Gamabar 12: padatan karatenoid pada ubi jalar orange pada wortel
18