teknologi pengolahan umbi-umbian

Upload: dara-riza-yanuari

Post on 02-Jun-2018

281 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    1/20

    MODUL

    TEKNOLOGIPENGOLAHAN

    UMBIUMBIAN

    Bagian1:

    Pengolahan

    Umbi

    Talas

    Oleh:

    Sutrisno

    Koswara

    SoutheastAsianFoodAndAgriculturalScienceandTechnology

    (SEAFAST)

    Center

    ResearchandCommunityServiceInstitution

    BOGORAGRICULTURALUNIVERSITY

    http://seafast.ipb.ac.id

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    2/20

    DISCLAIMER

    This publicaon is made possible by the generous support of the American

    people through the United States Agency for Internaonal Development (USAID).

    The contents are the responsibility of Texas A&M University and Bogor Agricultural

    University as the USAID Tropical Plant Curriculum Project partners and do

    not necessarily reect the views of USAID or the United States Government.

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    3/20

    1

    BAGIAN 1

    PENGOLAHAN

    UMBI TALAS

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    4/20

    2

    TALAS

    (Colocasia esculenta)

    I. MENGENAL TALAS

    Talas (Colocasia esculenta) merupakan tanaman pangan yang termasuk jenis herba

    menahun. Talas memiliki berbagai nama umum di seluruh dunia, yaitu Taro, Old cocoyam,

    Abalong, Taioba, Arvi, Keladi, Satoimo, Tayoba, dan Yu-tao. Tanaman ini diklasifikasikan

    sebagai tumbuhan berbiji (Spermatophyta) dengan biji tertutup (Angiospermae) dan berkeping

    satu (Monocotyledonae). Taksonomi tumbuhan talas secara lengkap adalah sebagai berikut:

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Monocotyledonae

    Ordo : Arales

    Famili : Araceae

    Genus : Colocasia

    Species : Colocasia esculenta

    Talas berasal dari daerah sekitar India dan Indonesia, yang kemudian menyebar hingga

    ke China, Jepang, dan beberapa pulau di Samudra Pasifik. Pertumbuhan paling baik dari tanaman

    ini dapat dicapai dengan menanamnya di daerah yang memiliki ketinggian 0 m hingga 2740 m di

    atas permukaan laut, suhu antara 21 270C, dan curah hujan sebesar 1750 mm per tahun.

    Bagian yang dapat dipanen dari talas adalah umbinya, dengan umur panen berkisar antara 6 -18

    bulan dan ditandai dengan daun yang tampak mulai menguning atau mengering.

    Gambar a Gambar b Gambar c

    Gambar 1 (a) talas bentul yang baru dipanen, (b) talas bentul yang sudah dibuang bagian daunnya, (c) talas bentul

    yang sudah dikupas kulitnya

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    5/20

    3

    Talas umumnya tumbuh subur di daerah negara-negara tropis. Bahan pangan ini memiliki

    kontribusi dalam menjaga ketahanan pangan di dalam negeri dan juga berpotensi sebagai barang

    ekspor yang dapat menghasilkan keuntungan. Pemasarannya selain dapat dilakukan dalam

    bentuk segar, juga dapat dilakukan dalam bentuk umbi beku ataupun umbi kaleng yang

    memenuhi syarat ukuran tertentu.

    Indonesia sebagai salah satu negara penghasil talas memiliki dua sentra penanaman talas,

    yaitu di kota Bogor dan Malang. Jenis talas yang biasa dibudidayakan di Bogor adalah talas

    sutera, talas bentul, talas lampung, talas pandan, talas padang, dan talas ketan. Namun, yang

    umum ditanam adalah talas bentul karena memiliki produktivitas yang tinggi serta memiliki rasa

    umbi yang enak dan pulen. Pada kondisi optimal, produktivitas talas dapat mencapai 30

    ton/hektar. Perbedaan varietas tersebut dapat dilihat secara kasat mata. Hal yang membedakan

    dapat dilihat mulai dari ukuran, warna umbi, daun, dan pelepah daun, umur panen, serta bentuk

    dan ukuran pucuk. Ciri-ciri dari masing-masing varietas talas yang banyak dibudidayakan di

    Bogor ditampilkan pada Tabel 1.

    Tabel 1. Ciri-ciri beberapa varietas talas di Bogor (Wahyudi, 2010)

    Ciri-ciri Varietas talas

    Pandan Lampung Sutera Ketan Bentul Padang

    Warna

    daun

    Hijau Kuning

    keunguan

    Hijau Hijau Hijau Hijau

    Warnapangkal

    daun

    Kemerahan - Putih - - -

    Warna

    pelepah

    daun

    Hijau

    kemerahan

    Kuning

    keunguan

    - Hijau Hijau

    keunguan

    Warna

    tangkai

    daun

    Keunguan - - - - -

    Warna

    daging

    umbi

    Keunguan Kuning Putih Putih Putih Putih

    Ukuran

    umbi

    Sedang Besar Besar Kecil Kecil Sedang

    Aroma Panda - - - - -

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    6/20

    4

    Talas merupakan tanaman sekulen yaitu tanaman yang umbinya banyak mengandung air .

    Umbi tersebut terdiri dari umbi primer dan umbi sekunder. Kedua umbi tersebut berada di bawah

    permukaan tanah. Hal yang membedakannya adalah umbi primer merupakan umbi induk yang

    memiliki bentuk silinder dengan panjang 30 cm dan diameter 15 cm, sedangkan umbi sekunder

    merupakan umbi yang tumbuh di sekeliling umbi primer dengan ukuran yang lebih kecil. Umbi

    sekunder ini digunakan oleh talas untuk melakukan perkembangbiakannya secara vegetatif.

    Umbi talas memiliki berbagai macam bentuk yang sangat tergantung dengan lingkungan

    tempat tumbuhnya serta varietasnya. Minantyorini dan Hanarida (2002) melakukan identifikasi

    dan melakukan klasifikasi terhadap plasma nutfah berbagai jenis talas. Hasilnya dapat dilihat

    pada Gambar 2 yang menunjukkan berbagai macam bantuk dari umbi talas, mulai dari yang

    kerucut (1), membulat (2), silindris (3), elips (4), halter (5), memanjang (6), datar dan bermuka

    banyak (7), dan tandan (8). Umumnya talas yang tersebar di Indonesia memiliki bentuk kerucut,

    silindri, atau elips, dengan sebagian kecil daerah memproduksi talas dengan bentuk umbi

    membulat, halter, memanjang, dan tandan. Untuk bentuk umbi datar dan bermuka banyak,

    hingga kini belum ada ditemui di Indonesia.

    Gambar 2. Klasifikasi berbagai bentuk umbi talas (Minantyorini dan Hanarida, 2002)

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    7/20

    5

    II. PEMANENEN DAN PENYIMPANAN

    Di Indonesia talas dapat dijumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi

    pantai sampai ke pegunungan, baik yang liar maupun yang dibudidayakan. Di Maluku dan Irian

    Jaya banyak ditanam talas di samping ubi kayu dan ubi jalar, di Jawa, beberapa kultivar yang

    terkenal adalah talas bogor (dari Bogor dan sekitarnya), talas semir dari Sumedang, dan bentul

    dari Malang. Menurut tempat tumbuhnta, terdapat kultivar yang dipeluhara di tempat becak

    seperti sawah, rawa, pinggir sungai atau kolam, dan ada kultivar yang ditumbuhkan di tanah

    kering seperti kebun dan ladang. Talas di Jawa umumnya ditanam di ladang.

    Walaupun jarang yang berbuah dan menghasilkan biji, talas dapat dikembangbiakan

    dengan menggunakan anakan dengan tinggi 30-40cm, sulur umbi, anak, atau pangkal umbi

    beserta bagian pelepahnya (sepanjang 20cm). Besarnya bibit tidak berpengaruh pada produksiumbu. Waktu tanam yang cocok adalah menjelang musim hujan.

    Di Jawa umumnya panen dilaksanakan pada bulan Juni Agustus menjelang musim

    hujan tiba. Tanda talas siap dipanen adalah : umur telah mencukupi (Umur genjah = 4-5 bulan,

    Umur dalam = 9-12 bulan), dan daun telah berubah warna menjadi kuning serta mulai

    mengering. Saat panen, umbi digali, pelepah dipotong sepanjang 20-30cm dari pangkal,

    perakaran dibuang dan selanjutnya umbi dibersihkan dari tanah yang masih melekat. Jika pada

    satu musim panen umbi tidak sempat diambil potonglah semua pelepah daun tanaman tersebut.

    Dengan cara ini umbi dapat dipanen berikutnya.

    Umbi talas mulai dapat dipanen setelah tanaman berumur antara 7- 9 bulan yang ditandai

    dengan mengeringnya daun. Pemanenan talas pada umumnya dilakukan dengan cara memangkas

    daun dan menyisakan pelapahnya sepanjang 30 cm. Kemudian tanaman dibongkar dengan cara

    menggali tanah di sekitarnya.

    Pembongkaran tanah harus dilakukan secara hatihati agar umbi tidak terluka, karena jika

    terluka dapat mempercepat kerusakan pada saat umbi dalam penyimpanan. Pada talas belitung

    cara panen dilakukan tanpa membongkar pohonnya. Caranya adalah dengan menggali tanah di

    sekitar tanaman dan melepaskan umbi anaknya dari induknya.

    Kemudian tanaman ditimbun lagi untuk kembali tumbuh setelah 3 4 bulan dan panen

    pada talas belitung ini tidak bermusim. Apabila karena sesuatu hal tanaman talas yang sudah

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    8/20

    6

    saatnya dipanen ternyata belum dapat dipanen maka panen dapat ditunda dengan cara

    membiarkan umbi tetap dipertanaman. Namun seluruh pelepah daun tanaman yang belum akan

    dipanen dipotong. Tanaman talas yang dibiarkan di tempat seperti ini tanpa dibongkar tetapi

    hanya dipotong pelapah daunnya saja, dapat tahan sampai musim tanam berikutnya tanpa

    merusak umbi.

    Cara penyimpanan dengan membiarkan umbi tetap berada di pertanaman seperti ini harus

    dilakukan secara hatihati dan dengan penuh perhitungan karena apabila terlalu lama umbi

    disimpan, maka umbi tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman baru sehingga kualitasnya akan

    menurun baik kandungan gizinya maupun rasa umbinya.

    Hasil ratarata per hektar dari talas bogor yang dipanen pada saat tanaman berumur antara

    6-8 bulan mencapai sekitar 5 7 ton umbi basah sedangkan jika panen antara umur 9 -10 bulan

    hasilnya dapat mencapai 8 10 ton umbi basah, sedangkan Sente dan Kimpul dengan umur

    panen antara 4 5 bulan hasil yang diperoleh adalah antara 4-5 ton umbi basah per hektar.

    Umbi talas yang sudah dipanen mudah rusak, talas yang sudah terlanjur dipanen tidak

    bisa bertahan lama tanpa pengolahan dan bila kita ingin menyimpan umbi selama beberapa

    waktu lamanya kita harus menjaganya dari kerusakan mekanis dan diusahakan ruang

    penyimpanan tetap kering. Di Mesir umbi talas disimpan selama 3,5 bulan pada suhu 7 C.

    Untuk jenis kimpul, umbi dapat disimpan didalam gudang sampai sekitar 2 bulan. Di

    pedesaan gudang penyimpanan dapat berupa kolong lumbung atau kolong balaibalai di dapur.

    Pada sekitar 6 minggu dalam penyimpanan umbi mulai bertunas, namun bila suhu cukup tinggi

    tunastunas ini akan mati.

    Dalam penyimpanan, umbi kimpul akan mengalami susut berat. Makin rendah suhu,

    makin kecil susutnya. Pada suhu rendah, umbi dapat bertahan selama 9 minggu dalam

    penyimpanan.

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    9/20

    7

    III. ASAM OKSALAT DALAM TALAS

    Umbi talas belitung seringkali menimbulkan rasa gatal, sensasi terbakar, dan iritasi

    pada kulit, mulut, tenggorokan, serta saluran cerna pada saat dikonsumsi. Talas

    mengandung asam oksalat yang mempengaruhi penyerapan kalsium dalam saluran

    pencernaan, yaitu dengan pembentukan ikatan-ikatan kalsium yang tidak dapat larut air.

    Kalsium oksalat berbentuk kristal yang menyerupai jarum. Selain kalsium oksalat

    talas juga mengandung asam oksalat yang dapat membentuk kompleks dengan kalsium.

    Keberadaan asam oksalat diduga dapat mengganggu penyerapan kalsium. Asam oksalat

    bersifat larut dalam air, sementara kalsium oksalat tidak larut dalam air tetapi larut dalam

    asam kuat. Oksalat tidak tersebar secara merata di dalam umbi talas. Agar aman dikonsumsi,

    maka asam oksalat di dalam talas harus dibuang. Proses perebusan dapat dilakukan untuk

    mengurangi jumlah oksalat terlarut jika air rebusan dibuang, karena senyawa ini terlarut ke

    dalam perebusan. Selain itu, perendaman dalam air hangat, perkecambahan, dan fermentasi

    juga dapat dilakukan untuk menurunkan kadar oksalat terlarut.

    Rasa gatal pada saat mengonsumsi talas disebabkan oleh tusukan jarum-jarum kristal

    kalsium oksalat yang terbungkus dalam suatu kapsul transparan berisi cairan yang berada

    diantara sel-sel umbi tersebut. Kapsul-kapsul ini disebut rafid. Rafid-rafid ini tertancap pada

    dinding pemisah antara dua vakuola pada jaringan umbi dan ujung-ujungnya berada pada

    vakuola tersebut. Jika bagian umbi dikupas atau dipotong-potong, maka vakuola yang berisi

    air karena perbedaan tegangan pada kedua vakuola itu menyebabkan dinding kapsul pecah.

    Akibatnya kristal kalsium oksalat tersembul ke permukaan dan menusuk ke bagian kulit.

    Tusukan-tusukan inilah yang menyebabkan timbulnya rasa gatal pada mulut, tenggorokan,

    atau kulit tangan.

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    10/20

    8

    IV. PENGOLAHAN TALAS

    Umbi talas merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi yang cukup baik.

    Komponen makronutrien dan mikronutrien yang terkandung di dalam umbi talas meliputi

    protein, karbohidrat, lemak, serat kasar, fosfor, kalsium, besi, tiamin, riboflavin, niasin, dan

    vitamin C. Komposisi kimia tersebut bervariasi tergantung pada beberapa faktor, seperti jenis

    varietas, usia, dan tingkat kematangan dari umbi. Faktor iklim dan kesuburan tanah juga turut

    berperan terhadap perbedaan komposisi kimia dari umbi talas. Nilai lebih dari umbi talas adalah

    kemudahan patinya untuk dicerna. Hal ini disebabkan oleh ukuran granula patinya yang cukup

    kecil dan patinya mengandung amilosa dalam jumlah yang cukup banyak (20-25%). Selain itu,

    talas juga bebas dari gluten, maka pangan olahan dari talas dapat digunakan untuk diet individu

    yang memiliki alergi terhadap gluten. Untuk lebih jelasnya mengenai kadar beberapa komponen

    makronutrien dan mikronutrien dari talas mentah, rebus dan kukus dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Kandungan Gizi dalam 100 g Talas Mentah, Talas Kukus, dan Talas Rebus

    Komponen Satuan Talas mentah Talas kukus Talas rebus

    Energi kal 98 120 -

    Protein g 1.9 1.5 1.18

    Lemak g 0.2 0.3 0.17

    Karbohidrat g 23.7 28.2 29.31

    Kalsium mg 28.0 31.0 0.026

    Fosfor mg 61 63 -

    Besi mg 1.0 0.7 -

    Vitamin A RE 3 0 -

    Vitamin C mg 4.0 2.0 -

    Vitamin B1 mg 0.13 0.05 -

    Air g 73.0 69.2 61.0

    Bahan dapat

    dimakan

    % 85 85 -

    Sumber : a. Direktorat Gizi, Depkes RI (1979)

    b. Payne et al. (1941)

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    11/20

    9

    1. TEPUNG TALAS

    Tepung merupakan bentuk hasil pengolahan bahan yang dilakukan dengan memperkecil

    ukuran bahan menggunakan metode penggilingan. Tepung merupakan produk yang memiliki

    kadar air rendah sehingga daya awetnya pun tinggi. Proses penggilingan bahan disebabkan oleh

    bahan yang ditekan dengan gaya mekanis dari alat penggiling. Tepung mekanis pada proses

    penggilingan diikuti dengan peremukan bahan dan energi yang dikeluarkan sangat dipengaruhi

    oleh kekerasan bahan dan kecenderungan bahan untuk dihancurkan.

    Talas memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai bahan baku tepung-tepungan

    karena memiliki kandungan pati yang tinggi, yaitu sekitar 70-80%. Tepung talas memiliki

    ukuran granula yang kecil, yaitu sekitar 0.5-5 mikron. Ukuran granula pati yang kecil ini ternyata

    dapat membantu individu yang mengalami masalah dengan pencernaannya karena kemudahan

    dari talas untuk dicerna. Pemanfaatan lebih lanjut dari tepung talas adalah dapat digunakan

    sebagai bahan industri makanan seperti biskuit ataupun makanan sapihan. Selain itu, tepung talas

    juga dapat diaplikasikan untuk membuat makanan bagi orang yang sakit dan orang tua, dengan

    cara mencampurkan tepung talas dengan susu skim.

    Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan tepung talas. Proses

    pembuatan tepung dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung dari jenis umbi-umbian itu

    sendiri. Proses pembuatan tepung talas diawali dengan pencucian dan pengupasan umbi segar.

    Lalu dilakukan pengirisan yang ditujukan untuk memperbesar luas permukaan dari talas pada

    saat dikeringkan. Dapat juga terlebih dahulu dilakukan proses perendaman talas di dalam asam

    sulfat dan perendaman di dalam air mendidih selama 4-5 menit sebelum talas mengalami

    pengeringan dengan tujuan untuk mengurangi kandungan oksalat di dalamnya. Kandungan

    oksalat yang ada di talas memang cukup tinggi dan bila tidak dihilangkan ataupun dikurangi,

    maka saat pangan olahan dari talas dikonsumsi, orang yang mengkonsumsi akan merasa gatal-

    gatal pada tenggorokannya.

    Pengeringan talas dapat dilakukan baik itu dengan menggunakan alat pengering maupun

    sinar matahari. Secara umum, pengeringan dengan menggunakan alat pengering lebih baik

    daripada menggunakan sinar matahari. Kelebihannya antara lain suhu pengeringan dan laju alir

    udara panas yang dapat dikontrol, kebersihan yang lebih terjaga, dan pemanasan terjadi secara

    merata. Akan tetapi, pengoperasian alat pengering terkadang memerlukan keahlian dari

    pengguna alatnya dan memakan biaya yang agak sedikit lebih mahal.

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    12/20

    10

    Proses pengeringan pada pembuatan tepung talas merupakan salah satu tahapan yang

    krusial, karena menentukan kualitas dan keawetan dari produk olahan selanjutnya dari tepung

    tersebut. Suhu dan waktu pengeringan merupakan faktor penting dalam pengeringan yang akan

    mempengaruhi mutu produk akhir. Proses pengeringan yang paling optimal dilakukan pada suhu

    pengeringan 60oC selama 22 jam, yang pada akhirnya akan didapatkan kadar air tepung 9.89%.

    Hasil dari pengeringan tersebut kemudian digiling dengan pin disc mill. Nilai gizi dari tepung

    talas dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3. Proksimat tepung talas (Tekle, 2009)

    Komponen Kandungan (%)

    Air 8.490.05

    Protein 6.430.04

    Lemak 0.470.1

    Serat kasar 2.630.06

    Total abu 4.8170.054

    Karbohidrat 77.163

    Pembuatan Tepung Talas

    Talas segar awalnya dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan tanah yang masih

    menempel. Talas kemudian dikupas dengan menggunakan abrasive peeler hingga kulitnya

    terkupas semua. Setelah itu, dilakukan pengirisan pada talas menggunakan slicer sehingga

    didapatkan talas dengan ketebalan 0.1 cm. Selanjutnya irisan talas tersebut dikeringkan dengan

    menggunakan oven bersuhu 1500C selama 6 jam. Irisan talas yang sudah mengering sempurna

    ditandai oleh irisan talas yang dapat dipatahkan. Langkah terakhir adalah proses penepungan

    irisan talas dengan menggunakan pin disc mill. Selanjutnya akan dihasilkan tepung talas yang

    siap digunakan untuk proses pembuatan dodol talas. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada

    Gambar 3.

    Gambar 3. Pembuatan tepung talas

    Talas segar PengirisanPengupasanPencucian

    PengeringanPenggilinganTepung talas

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    13/20

    11

    2. DODOL TALAS

    Dodol merupakan salah satu jenis pangan olahan yang tergolong Pangan Semi Basah

    (PSB) karena memiliki kadar air 10-40%, aW 0.65-0.90, serta memiliki tekstur yang plastis dan

    padat. Menurut Standar Nasional Indonesia, dodol merupakan produk makanan yang dibuat dari

    tepung beras ketan, santan kelapa dan gula dengan atau tanpa penambahan bahan makanan danbahan tambahan lainnya yang diizinkan. Akan tetapi, dengan permintaan pasar yang semakin

    beragam, produsen mencoba memenuhi keinginan konsumen dengan membuat produk dodol

    dengan beraneka rasa. Oleh karena itu, mulai diproduksilah berbagai jenis dodol dengan buah

    sebagai bahan penambah rasa pada dodol ketan, mulai dari dodol durian, dodol nanas, dodol

    sirsak, hingga dodol talas.

    Pengolahan pangan semi basah dibedakan menurut pembuatan cara tradisional dan

    pembuatan cara modern. Perbedaan yang paling mendasar pada kedua cara pembuatan dodol

    tersebut adalah parameter yang digunakan dalam melihat kematangan dodol. Prinsip pembuatan

    dodol secara tradisional adalah melakukan pencampuran bahan sesuai dengan urutannya danmemasaknya hingga secara organoleptik dianggap matang. Masyarakat tradisional menggunakan

    indikator bahwa adonan dodol yang sudah tidak lengket lagi di tangan sebagai indikator telah

    matangnya adonan dodol tersebut. Sementara itu, untuk pembuatan dodol secara modern, hampir

    sama dengan pembuatan dodol secara tradisional, hanya saja untuk melihat kematangannyan

    lebih berdasarkan pada aw dan kadar air dari dodol. Selain itu pada pembuatan dodol secara

    modern juga dilakukan pengendalian proses pengolahan dan standarisasi bahan, sehingga hasil

    produk akhirnya lebih konsisten. Adapun untuk penyimpanan pangan semi basah dilakukan pada

    suhu ruang. Walaupun memang jika jenis pangan seperti ini disimpan pada suhu rendah memiliki

    kemungkinan umur simpannya lebih panjang, tetapi sangatlah tidak umum hal tersebutdilakukan.

    Daerah-daerah di Indonesia mengenal dodol dengan nama yang berbeda-beda. Bila di

    daerah Garut terkenal dengan nama dodol garut, maka di Kudus lebih dikenal dengan nama

    jenang, dan di Sumatera Barat dikenal dengan nama kalamai. Ini menunjukkan bahwa dodol

    disukai oleh berbagai golongan, sehingga potensi pemanfaatan berbagai sumber daya lokal

    sebagai bahan baku dodol masih sangat besar.

    Gambar 4. Dodol talas yang diproduksi oleh UKM Sawargi desa Situgede, kota Bogor

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    14/20

    12

    Pembuatan Dodol Talas

    Proses pembuatan dodol talas secara skematis dapat dilihat pada Gambar 5. Pembuatan

    dodol talas diawali dengan menyiapkan beberapa bahan penting seperti tepung talas atau talas

    segar, gula pasir, gula merah, garam, santan, mentega, dan tepung ketan. Awalnya, santan

    dicampurkan dengan garam dan mentega, kemudian dididihkan. Selama proses pemanasanhingga santan mendidih, santan harus terus-menerus diaduk. Selanjutnya, tepung talas atau talas

    segar dimasukkan dan diaduk lagi hingga tercampur merata. Setelah itu, gula pasir dimasukkan,

    dan adonan terus-menerus diaduk. Gula merah yang sebelumnya telah diencerkan dengan air,

    ditambahkan ke dalam adonan. Lalu, tepung ketan yang sudah dilarutkan juga dicampurkan ke

    dalam adonan. Selama proses pemasakan adonan dilakukan, harus dilakukan pengadukan secara

    kontinu untuk menghindari terjadinya gosong pada adonan yang terletak di bagian bawah.

    Setelah dodol mencapai kematangan yang cukup, dilakukan pengangkatan dodol dan penuangan

    ke wadah plastik untuk selanjutnya didinginkan selama 10 jam. Setelah itu dilakukan

    pengemasan sampel menggunakan plastik pembungkus dan sampel disimpan di dalam karduspada suhu ruang dan tidak terkena sinar matahari langsung.

    Gambar 5. Diagram alir pembuatan dodol talas

    Tepung ketan 99.2

    gram

    Gula merah 500 gramPengadukan secara kontinu hingga matang

    Penuan an ke nam an

    Pemisahan bintil-bintil talas dari adonan

    Pendin inan selama 24 am

    Dodol talas

    Tepung talas /

    hancuran talas

    segar 1 kg

    Pemanasan selama 15 menit

    Mente a 58.8 ramSantan 1.5 LiterGaram 18 gram

    Pencampuran

    Pencampuran

    Gula putih 500 gram

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    15/20

    13

    Untuk meningkatkan umur simpan, dapat pula dilakukan pembuatan dodol tape talas.

    Proses pembuatannya sama dengan dodol talas, hanya talas lebih dahulu difermentasi menjadi

    tape talas, kemudian baru diolah menjadi dodol. Produk ini memiliki cita rasa khas (asam manis)

    dan mempunyai daya simpan yang lebih lama, atau sekitar 3 bulan pada suhu ruang. Proses

    fermentasi juga dapat mengurangi kandungan asam oksalat yang menyebabkan rasa gatal pada

    talas.

    Tape talas dibuat dengan prosedur sama seperti pembuatan tape singkong pada

    umumnya. Tahap-tahap pembuatannya meliputi pengupasan, pengirisan, pengukusan,

    penambahan ragi, dan fermentasi. Prosedur pembuatan tape talas belitung secara lengkap dapat

    dilihat pada Gambar 6 dan tape talas yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 7.

    talas

    pengupasan kulit talas

    Pemotongan talas

    seragam (2 x 2 x 2 cm)

    Pengukusan selama 20 menit

    Pendinginan selama 45 menit

    ragi 0.1% pencampuran

    pemeraman selama 36 jam

    tape talas

    Gambar 6. Diagram alir proses pembuatan tape talas

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    16/20

    14

    Gambar 7. Produk Tape Talas yang akan diolah lebih lanjut menjadi dodol tape talas

    Produk dodol tape talas merupakan produk yang mirip dengan Suwar-suwir yaitu

    produk sejenis dodol yang terbuat dari tape singkong dan gula. Suwar-suwir merupakan

    produk dan ikon khas kota Jember. Diharapkan dodol tape talas juga akan menjadi jenis

    produk khas Bogor.

    Pembuatan dodol tape talas dilakukan dengan memasak santan dan gula secara

    bersamaan sampai kental setelah itu ditambahkan tape sampai terbentuk tekstur yang

    diinginkan dan mengeluarkan minyak. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini

    adalah jumlah gula yang ditambahkan pada pembutan dodol, yaitu 30%, 40%, dan 50%

    dari berat tape yang digunakan. Produk terbaik dihasilkan dari gula 50 %, Jenis gula yang

    digunakan pada pembutan dodol ini adalah gula pasir dan gula jawa dengan perbandingan

    1:1. Produk dodol tape talas dapat dilihat pada Gambar 8. Sedangkan prosedur

    pembuatan dodol tape talas secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 9.

    Gambar 8 . Dodol Tape Talas sebelum dan sesudah dikemas.

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    17/20

    15

    500 ml santan kental

    gula pasir + gula jawa

    pencampuran (1:1) 50%

    pengadukan sampai kental

    tape talas 1kg pencampuran

    pengadukan sampai matang

    pencetakan

    pendinginan selama 12 jam

    pemotongan

    pengemasan

    dodol tape talas

    Gambar 9. Diagram alir proses pembuatan dodol tape talas

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    18/20

    16

    3. ENYEK-ENYEK TALAS

    Enyek-enyek merupakan makanan rungan berbentuk seperti kerupuk dan populer di

    kalangan masyarakat Sunda. Namun demikian jenis makanan ini kemungkinan besar juga dapat

    dijumpai di seantero tanah air dengan nama yang berbeda. Bahan yang diperlukan meliputi

    tepung talas (1kg), air (875 ml), bawang bakung (50 g), bawang merah (100g), cabai merah (75

    g), ketumbar (10g), telur (1 butir), garam halus (20 g), dan gula halus (30 g). Sedangkan alat

    yang diperlukan adalah mengkok, sendok, alat pengocok, alat pengukus dan kompor. Cara

    pembuatannya dapat dilihat pada Gambar 10.

    - bawang merah- kunyit- ketumbar

    - cabai- telur- garam msg

    Gambar 10. Proses pembuatan enyek-enyek talas

    tepung talas

    Pengadonan dan pembentukan lembaran tipis

    pengukusan (5 menit)

    Pen emuran I seten ah kunin /3 am

    Lembaran tipis dipotong-potong

    Pen erin an II 6 am

    enyek-enyek mentah

    Pengemasan

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    19/20

    17

    4. CHEESE STICK TALAS

    Cheese stick merupakan jenis makanan yang berasal dari luar Indonesia yang

    nemenpatkan keju sebagai pembentuk citarasa. Harga keju yang relatif mahal membuat jenis

    makanan tersebut mempunyai gengsi tersendiri. Bahan yang perlu disiapkan adalah tepung

    talas (450 g), keju (250 g), telur (4 butir), soda kue (2 sendok teh), garam (1 sendok teh), dan

    air (50 cc). Alat yang digunakan meliputi mangkuk, alat pengocok, cetakan alat pemotong

    atau pisau, penggorengan, dam kompor. Cara pembuatannya secara skematis dapat dilihat

    pada Gambar 11.

    - garam- soda kue-

    keju parut

    - telur- air

    Gambar 11. Proses pembuatan cheese stick talas

    Tepung terigu+tepung talas

    pengadukan

    Pembuatan adonan

    Pencetakan

    Pemotongan

    Penggorengan

  • 8/10/2019 Teknologi Pengolahan Umbi-umbian

    20/20

    18

    5. KERIPIK TALAS

    Peralatan yang digunakan dalam pembuatan keripik talas meliputi : pisau, alat atau mesin pengiris

    talas (kacip), wajan serok, kompor, dan beberapa alat pendukung lainnya. Sedangkan bahan-bahan yang

    digunakan antara lain umbi talas, garam, minyak goring dan beberapa bahan pendikung lainnya.

    Pembuatan keripik talas dilakukan dengan cara sebagai berikut :

    1. Pilih umbi talas yang sehat dan mulus, kupas dengan pisau tajam hingga bersih.

    2. Iris umbi tals tanpa kulit tersebut sehingga membentuk irisan-irisan yang tipis panjang (sekitar 0,5 x 0,5 x

    3 cm).

    3. Jemur irisan tersebut sekitar 2 jam hingga getahnya kering.

    4. Rendam irisan umbi talas tersebut ke dalam larutan garam (2 - 5%) selama sekitar 15 menit, kemudian

    diangkat dan ditiriskan.

    5.

    Goreng irisan umbi talas tersebut ke dalam minyak panas, hingga matanf dan kering, kemudian diangkat

    dan ditiriskan.

    6. kemas keripik talas tersebut dengan plastik dalam ukuran sesuai kebutuhan.

    O00O