analisis usaha pengolahan umbi talas ...repository.unas.ac.id/864/1/laporan penelitian...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF
ANALISIS USAHA PENGOLAHAN UMBI TALAS
BERSKALA RUMAH TANGGA DAN PROSPEK
PENGEMBANGANNYA
Peneliti :
IR. ASMAH YANI. M. Si (KETUA)
SAPTOMO SETIAWAN. SP. MM (ANGGOTA)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NASIONAL
2020
DIBIAYAI OLEH UNIVERSITAS NASIONAL
ii
LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF
Judul : Analisis Usaha Pengolahan Umbi Talas
Berskala Rumah Tangga dan Prospek
Pengembangannya
Nama : Ir. Asmah Yani, M.Si
NIDN : 0012085801
Pangkat/Golongan : Pembina/ IV-A
Jabatan Akademik : Lektor Kepala
Fakultas : Pertanian
Perguruan Tinggi : Universitas Nasional
Alamat Kantor : Jl. Sawo Manila No.61 Jakarta Selatan
Bidang Keahlian : Sosial Ekonomi Pertanian
Alamat Rumah : Pondok Bambu Kuning Blok F 1 No. 3
Telp./E-mail : 081389631997/[email protected]
Nama Anggota : Saptomo Septiawan, SP.,MM.,
Mahasiswa yang terlibat : Dena Anggari (Nim. 173112500150019)
Nurul Hanifah (Nim. 173112500150013)
Biaya : Rp. 15.000.000,-
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian UNAS
Ir. IGS Sukartono, M.Agr.,
NIDN. 0322046203
Jakrta, 20 Agustus 2020
Peneliti,
Ir. Asmah Yani, M.Si.,
NIDN. 0012085801
Menyetujui
Wakil Rektor Bidang PPMK UNAS
Prof. Dr. Ernawati Sinaga. MS. Apt
NIP. 19550731 198103 2 001
iii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kekhadirat Allah SWT, karena atas
berkah dan ridhoNya laporan penelitian dengan judul “Analisis Usaha Pengolahan
Umbi Talas Berskala Rumah Tangga dan Prospek Pengembangannya “ studi kasus di
Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati di Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Bogor
Selatan, Kota Bogor dapat penulis selesaikan. Untuk fasilitas yang didapat penulis
banyak mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Nonon Saribanon. M. Si selaku Ketua LPPM Universitas Nasional.
2. Ir. Tri Waluyo. M. Agr selaku Kepala Biro PPM Universitas Nasional.
3. Ir. IGS. Sukartono. M. Agr selaku Dekan Fakultas Pertanian UNAS.
4. Rekan sejawat di Fakultas Pertanian Universitas Nasional.
5. Ketua dan anggota KWT Melati Kelurahan Pamayonan, Bogor.
Semoga laporan penelitian ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan
penulis dalam menggali potensi kelembagaan petani dan usaha kelompok yang
menguntungkan sehingga dapat dikembangkan dalam masyarakat secara lebih luas.
Jakarta, 20 Agustus 2020
Penulis,
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………iv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………iiv
ABSTRAK ……………………………………………………………………..iiiv
PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1
Latar Belakang ………………………………………………………... 1
Permasalahan Penelitian ……………………………………………... 3
Tujuan Penelitian ……………………………………………………... 3
Urgensi Penelitian …………………………………………………..... 4
Roadmap Penelitian………………………………………………….... 4
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………….... 6
Tanaman Talas ………………………………………………………. 6
Jenis-jenis Tanaman Talas …………………………………………… 7
Kandungan Gizi Talas ………………………………………………… 8
Produk Olahan Talas …………………………………………………. 9
Usaha Rumah Tangga.. ………………………………………………..11
Prospek Pengembangan ……….………………………………………13
METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………………… 14
Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………….14
Metode Pengumpulan Data …………………………………………...14
Pengolahan dan Analisis Data ……………………………………..….15
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………………….…..17
Gambaran Umum Kelompok Wanita Tani Melati ……………………17
Produk Olahan Umbi Talas KWT Melati………………………………19
Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha KWT Melati……………………20
Prospek Pengembangan Usaha Pengolahan Umbi Talas ………………32
v
SIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………………35
Simpulan ………………………………………………………………35
Saran …………………………………………………………………..36
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….37
LAMPIRAN………………………………………………………………….. 39
vi
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1. Komposisi Zat Yang Terkandung Dalam 100 gram Talas…………….. 9
2. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pengolahan Tepung Talas…….24
3. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pengolahan Keripik Talas…….28
4. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pengolahan Keripik Talas Balado
Peteuy………………………………………………………………….31
5. Analisis SWOT Usaha Pengolahan Umbi Talas Oleh KWT Melati…..33
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1. Struktur Pengurus KWT Melati…………………………………………18
2. Produk Olahan Tepung Talas………………………………………….. 19
3. Produk Olahan Keripik Talas……………………………………………20.
4. Proses Pembuatan Tepung Talas……………………………………… ..21
5. Bagan Proses Pembuatan Keripik Talas Oleh KWT Melati…………….27
6. Keripik Talas Balado Peteuy Produksi KWT Melati……………………32
viii
ABSTRAK
Bogor sangat terkenal sebagai salah satu daerah penghasil talas. Ada beberapa jenis
talas yang dibudidayakan oleh petani di Bogor yaitu talas bentul, talas ketan, talas
sutera dan talas belitung. Talas yang potensial dikembangkan karena secara ekonomi
menguntungkan adalah talas bentul dan talas Belitung. Selama ini masyarakat
mengkonsumsi talas dalam bentuk talas rebus, goreng. Padahal akan jauh lebih
menguntungkan bila talas diolah menjadi bahan baku jadi atau setengah jadi.
Kelompok Wanita Tani Melati mulai dari sejak berdiri pada tahun 2006 sampai
sekarang sebagai salah satu pemasok tepung talas untuk industri pengolahan makanan
yang ada di Bogor, juga sudah memproduksi olahan dalam bentuk keripik. Sebenarnya
usaha KWT ini masih dapat dikembangkan lagi sehingga dapat meningkatkan
pendapatan kelompok. Atas dasar inilah menarik untuk diteliti tentang analisis usaha
pengolahan umbi talas berskala rumah tangga dan prospek pengembangannya.
Penelitian ini dilakukan pada KWT Melati di Desa Pamayonan, Kecamatan Bogor
Selatan, Bogor dari bulan November 2019 - April 2020. Pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara menggunakan kuesioner dan melalui FGD dengan anggota KWT
Melati dan para tokoh masyarakat. Data yang diperoleh ditabulasi kemudian dilakukan
analisis dan diperoleh R/C ratio = 1,53 untuk tepung , R/C ratio= 3,37 untuk keripik
talas, R/C ratio=2,89 untuk keripik talas balado peteuy, karena R/C ratio semua produk
yang dibuat > 1 maka usaha ini menguntungkan. Usaha ini mempunyai prospek
dikembangkan dengan melihat faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
dengan cara memberikan pembinaan pada sumberdaya yang ada dari instansi terkait,
dan bekerjasama dengan pemasok bahan baku talas, mencari solusi membantu
permodalan usaha, dan berinovasi dalam membuat produk olahan baru.
Key words : usaha, talas, rumah tangga, prospek
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tanaman talas adalah jenis tanaman yang cukup digemari oleh masyarakat
bukan hanya masyarakat suatu daerah tertentu, tetapi masyarakat kota pun sangat
menyukai sumber karbohidrat yang berasal dari talas. Selama ini talas hanya
dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang diolah secara tradisional oleh masyarakat,
misalnya melalui pembuatan stick talas, lapis talas, dodol talas, talas rebus dan talas
goreng di daerah Bogor. Ada beberapa jenis talas yang dibudidayakan oleh petani di
Bogor, akan tetapi secara umum masyarakat hanya mengenal talas bogor saja, padahal
talas bogor hanyalah salah satu jenis talas yang di budidayakan oleh petani di Bogor.
Namun selama ini pemanfaatan talas belum maksimal untuk kajian bidang pangan dan
non-pangan, serta keunggulannya masih belum banyak diekspose.
Pada tahun 2012 produksi talas bogor mencapai 10. 987 ton, dengan lokasi
pengembangan budidaya banyak terdapat di Kecamatan Dramaga, Taman Sari,
Cigombong, Mega Mendung, Sukaraja Cijeruk, Ciomas, dan Ciawi (Pemerintah
Kabupaten Bogor, 2013). Berdasarkan hasil penelitian Yani (2015) menemukan
bahwa dari 4 jenis talas yang banyak dibudidayakan petani di Kabupaten Bogor yaitu
talas bentul, talas ketan, talas sutera dan talas belitung, bila ditinjau dari aspek rasa
yang diuji rasa pada beberapa panelis yang paling disukai adalah talas bentul dan talas
Belitung dibandingkan dengan talas ketan dan talas sutera yang menurut panelis
rasanya kurang enak.
2
Ditinjau dari aspek budidaya talas bentul yang paling banyak ditanam secara
khusus karena talas ketan dan talas mentega hanya diselipkan saja budidayanya
diantara tanaman talas bentul. Hal ini selain karena memang rasanya kurang disukai
oleh konsumen juga karena memang agak sulit mendapatkan bibitnya, sedangkan talas
Belitung juga tidak dibudidayakan secara khusus oleh petani karena tajuknya lebar
sehingga membutuhkan areal penanaman yang lebih luas, walaupun hasil panen yang
diperoleh lebih banyak. Satu bibit talas bentul, talas ketan dan talas mentega hanya
menghasilkan 1 umbi talas yang berasal dari 1 bibit dengan harga jual ditingkat petani
berkisar antara Rp 4 000,- sampai Rp 5 000,-per umbinya, tergantung pada besar
kecilnya umbi, sedangkan talas Belitung 1 tanaman bisa terdiri dari 15-20 umbi yang
beratnya berkisar antara 2-3 kg dengan harga Rp 7 000,- Rp 8 000,- per-kg ditingkat
petani.
Naibaho, Maria, dkk (2009) yang mengemukakan bahwa sebagai produk yang
mudah mengalami kerusakan (perishable food) talas Belitung memerlukan penanganan
khusus, salah satu upaya untuk mengatasi kerusakan adalah mengolahnya menjadi
tepung. Lebih lanjut Menurut Purwanto (2009) secara umum permasalahan yang
dihadapi dalam mengembangkan usaha pengolahan hasil pertanian yaitu sifat produk
pertanian yang mudah rusak, sebagian produk pertanian bersifat musiman dan sangat
dipengaruhi oleh iklim serta kualitas produk pertanian yang dihasilkan pada umumnya
3
masih rendah sehingga akan ada kesulitan dalam persaingan pasar baik di dalam negeri
maupun di pasar internasional.
Umbi talas dapat dijadikan berbagai jenis produk olahan dalam bentuk setengah
jadi misalnya tepung umbi talas maupun sebagai produk olahan siap konsumsi
misalnya keripik talas, dodol talas, kerupuk talas dan sebagainya. Melihat besarnya
potensi tersebut membuat Kelompok Wanita Tani Melati di Kelurahan Pamoyanan,
Bogor selatan yang dibentuk pada tahun 2006 tertarik untuk melakukan usaha
pengolahan umbi talas.
Permasalahan Penelitian
Berdasarkan topik penelitian yang telah dikemukakan di atas maka dapat
diangkat permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Apa saja produk olahan umbi talas yang diproduksi ?
2. Bagaimana biaya dan pendapatan usaha pengolahan umbi talas menjadi
berbagai produk yang dihasilkan ?
3. Bagaimana prospek pengembangan usaha pengolahan umbi talas ke depannya
dalam skala rumah tangga ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui produk olahan umbi talas apa saja yang di produksi..
2. Mengetahui biaya dan pendapatan usaha pengolahan umbi talas menjadi
menjadi berbagai produk yang dihasilkan..
3. Mengetahui prospek pengembangan usaha pengolahan umbi talas ke depannya
dalam skala rumah tangga.
4. Menambah referensi bahan ajar tentang analisis usaha dibidang pengolahan
hasil pertanian dan Agribisnis.
5. Publikasi ilmiah pada jurnal terakreditasi.
4
Urgensi Penelitian
Dari 4 jenis talas yang banyak dibudidayakan petani, yang potensial
dapat meningkatkan pendapatan keluarga yaitu talas bentul dan talas Belitung,
karena talas bentul lebih disukai oleh konsumen dan harganya lebih mahal
dibandingkan talas sutera dan talas ketan, sedangkan talas Belitung lebih
menguntungkan karena dalam 1 pohon bisa menghasilkan 6-7 kg dan selain
dikonsumsi oleh konsumen dalam bentuk talas rebus, talas goreng atau keripik
talas, pangsa pasar dari talas Belitung adalah juga rumah tangga yang
melakukan usaha pembuatan tepung talas sebagai bahan baku kue khas Bogor
seperti lapis bogor dan pie bogor. Industri rumah tangga yang bernaung dalam
Kelompok Wanita Tani Melati yang sejak dibentuk tahun 2006, awalnya hanya
mengolah talas Belitung hanya untuk pembuatan tepung saja, kemudian
berkembang menambah produk olahannya dengan membuat keripik talas
dalam bentuk lain dari keripik talas yang selama ini sudah terkenal di Bogor.
Atas dasar perjalanan usaha yang dilakukan oleh kelompok wanita tani inilah
peneliti tertarik selain untuk mengetahui analisis usaha dan pendapatan dari
usaha yang sudah dilakukan, juga ingin mengkaji lebih jauh lagi prospek
pengembangan usaha apa lagi yang bisa dilakukan sehingga akan menjadikan
kelompok wanita ini lebih beragam produknya, lebih produktif yang pada
akhirnya lebih meningkatkan lagi pendapatan kelompok dan individu yang
terlibat dalam kelompok usaha ini.
Roadmap Penelitian
Indonesia dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan
ketersediaan bahan pangan semakin berkurang. Oleh karena itu saat ini banyak dicari
dan dikembangkan sumber-sumber pangan alternative yang dapat memenuhi
5
kecukupan gizi dengan harga yang terjangkau. Berikut ini peta jalan (roadmap)
penelitian tentang pangan yang telah dilakukan adalah :
• Sosialisasi kepada masyarakat tentang tanaman pachira (Pachira aquatica) dan manfaatnya untuk kenekaragaman pangan2013-2014
• Pengembangan Tanaman Pachira dengan menggunakan Mikroorganisme local untuk keanekaragaman pangan.2014-2015
• Kajian dan Pengembangan Jenis-jenis talas di Kabupaten Bogor.2015-2016
• Dihasilkan produk kacang pachira untuk penganekaragaman pangan.2016-2017
• Studi potensi tanaman ubi-ubian specifik local dan upaya pengembangannya dalam mendukung kemandirian pangan di Sumatera Selatan.
2017-2018
• Pengaruh berbagai jenis media dan ukuran bibit set mini terhadap pertumbuhan uwi kelapa. 2018-2019
• Studi potensi tanaman ubi-ubian specific local dan upaya pengembangannya dalam mendukung kemandirian pangan di Provinsi Bengkulu.
2018-2019
• kajian potensi umbi-umbian sebagai sumber pangan alternatif pada beberapa lokasi berdasarkan ketinggian tempat di provinsi jambi2018-2019
• analisis usaha pengolahan umbi talas berskala rumah tangga dan prospek pengembangannya2019-2020
6
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Talas
Tanaman talas berasal dari daerah Asia Tenggara selanjutnya talas menyebar ke
Cina, Jepang, daerah Asia Tenggara dan beberapa pulau di Samudera Pasifik kemudian
terbawa oleh migrasi penduduk ke Indonesia. Di Indonesia talas biasa dijumpai hamper
di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas 1000 m
dari permukaan laut (Purwono dan Heni, 2007).
Talas dapat tumbuh terus-menerus sepanjang tahun di wilayah tropis dan
subtropis, biasanya pada kondisi lembab atau tergenang. Suhu rata-rata yang sesuai
untuk pertumbuhan talas berkisar antara 210 C dan 27 0 C. Tanaman talas dapat tumbuh
pada berbagai jenis tanah, mulai dari tanah liat seperti untuk pertanaman sawah, hingga
tanah yang subur, dan dengan berbagai kondisi lahan baik lahan becek maupun kering
Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae). Tanaman ini berperawakan
tegak dengan tinggi 1 m atau lebih. Talas merupakan tanaman yang pangan yang
berupa herba dan merupakan tanaman semusim atau tanaman sepanjang tahun
(Purwono dan Heni, 2007).
Menurut Anonim tanaman talas dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Colocasia
Spesies : Colocasia esculenta (L.) Schoot
7
Jenis-Jenis Tanaman Talas
Talas mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro dan Old cocoyam. Di
beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong (Philipina), Taioba
(Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao
(China). Talas merupakan umbi dari batang tanaman. Bentuk talas ini bermacam-
macam tergantung dari jenis masing-masing talas ada yang lonjong dan agak bulat,
warna kulitnyapun berbeda-beda seperti keputihan, kemerahan dan keabuan.
Terdapat beberapa jenis talas adalah sebagai berikut:
1. Talas Bogor
Talas bogor (Colocasia esculenta L. Schoott) merupakan salah satu jenis talas yang
banyak digemari orang. Talas bogor ini mempunyai daun yang berbentuk hati dengan
ujung pelepah daunnya tertancap agak ketengah helai daun sebelah bawah. Warna
pelepah bermacam-macam. Bunga terdiri atas tangkai seludang dan tongkol.
2. Talas Belitung (Kimpul)
Talas belitung dengan nama ilmiah Xanthosoma sagitifolium ini termasuk famili
Areacea dan merupakan tumbuhan menahun yang mempunyai umbi batang maupun
batang palsu yang sebenarnya adalah tangkai daun. Umbinya digunakan sebagai bahan
makanan dengan cara direbus ataupun digoreng.
3. Talas Padang
Talas padang, Colocasia gigantea Hook F, hampir sama dengan jenis talas lainnya
yang semarga, Colocasia esculenta. Perbedaannya ialah pada ukuran pohonnya yang
lebih besar, bisa mencapai tinggi 2 meter dan tangkai daunnya yang ditutupi lapisan
lilin putih, serta urat-urat daunnya yang lebih kasar. Umbi induknya cukup besar, akan
tetapi tidak enak dimakan. Salah satunya yang telah dibudidayakan mempunyai ukuran
pohon yang lebih kecil untuk digunakan daunnya, kultivar ini dikenal dengan nama
talas Padang.
8
Kandungan Gizi Talas
Talas merupakan tumbuhan yang 85% bagiannya dapat dimakan, karena
mengandung sumber karbohidrat, protein dan lemak, selain itu, talas juga mengandung
beberapa unsur mineral dan vitamin sehingga dapat dijadikan bahan obat-obatan
Komponen terbesar dari karbohidrat talas adalah pati. Pati merupakan bagian dari
karbohidrat. Pati merupakan sumber utama penghasil energi dari pangan yang
dikonsumsi oleh manusia. Sumber-sumber pati berasal dari tanaman sereal, umbi-
umbian serta beberapa dari tanaman palm seperti sagu. Penyusun utama pati yaitu
amilosa dan amilopektin (Hustiany, 2006).
Pati murni berwarna putih, padat, dapat dicerna dengan baik oleh enzim amilase,
dan mengandung sedikit protein dan lemak yang merupakan bagian dari granula.
Kebanyakan tanaman menyimpan energi dalam bentuk pati, yang tersusun atas amilosa
dan amilopektin Di alam, lebih banyak ditemukan pati berstruktur amilopektin, yaitu
80-90%, sedangkan sisanya 10-20% merupakan pola amilosa. Kedua tipe tersebut
dapat dipisahkan, yaitu dengan melarutkannya di dalam air mendidih, amilosa akan
mengendap sedangkan amilopektin membentuk koloid yang kalau dibiarkan akan
menarik air dan terbentuk pasta (Hawab, 2004).
Pati dalam talas mencapai 77,9 %. Pati umbi talas terdiri atas 17-28 % amilosa,
sisanya 72-83% adalah amilopektin. Tingginya kadar amilopektin dalam talas
menyebabkan talas bersifat pulen dan lengket seperti beras ketan. Selain itu
keunggulan dari pati talas adalah mudah dicerna, sehingga cocok untuk makanan bayi
atau penyembuhan pasca sakit. Selain karbohidrat, talas juga memiliki kadar protein
yang lebih baik. Protein ini mengandung beberapa asam amino esensial
Komposisi zat yang terkandung dalam 100 gram talas, Menurut Rawuh (2008),
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
9
Tabel 1. Komposisi Zat yang Terkandung dalam 100 gr Talas
Komponen Satuan Talas Mentah Talas Kukus Talas
Rebus
Energi Kal 98 120 -
Protein Gr 1,9 1,5 1,17
Lemak Gr 0,2 0,3 29,31
Karbohidrat Gr 23,7 28,2 0,026
Kalsium Mg 28,0 31,0 -
Fospor Mg 61,0 63,0 -
Besi Mg 1,0 0,7 -
Vit. A RE 3,0 0 -
Vit. C Mg 4,0 2,0 -
Vit. B1 Mg 0,13 0,05 -
Air Ml 73,0 69,2 61,0
Bag.Yg dapat dimakan % 85,0 85,0 -
Sumber : Rawuh, 2008.
Talas juga mengandung banyak senyawa kimia yang dihasilkan dari metabolism
sekunder seperti alkaloid, glikosida, saponin, essensial oil, resin, gula dan asam-asam
oraganik. Kandungan kimia dalam talas dipengaruhi oleh varietas, iklim, kesuburan
tanah dan umur panen (Rawuh, 2008).
Produk Olahan Talas
Meskipun Indonesia berhasil menjadi salah satu produsen terbesar beberapa
komoditi pertanian dunia, tetapi Indonesia belum mampu bersaing di dunia
Internasional. Selain itu, nilai tambah (Value added) yang kita raih dari keunggulan
komparatif tersebut masih relative kecil sehingga tingkat pendapatan masyarakat tetap
rendah (Firdaus, 2008). Salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk
pertanian adalah dengan melakukan pengolahan hasil. Begitu juga halnya talas
berpotensi untuk diolah menjadi berbagai jenis olahan antara lain :
10
1. Makanan Pokok
Talas merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang tinggi, sehingga dapat
dijadikan sebagai makanan pokok. Dibeberapa daerah Indonesia talas dijadikan
sebagai pengganti nasi. Selain di Indonesia dibeberapa negara juga digunakan sebagai
makanan pokok seperti di Melanesia, Fiji, Samoa, Hawai, Kolumbia, Brasil, Filipina.
Di Hawai talas disajikan sebagai makanan pokok yang disebut poi yaitu talas yang
dibuat getuk dan dicampur air dan kemudian difermentasikan sebelum dimakan
sedangkan di Brasil talas dibuat jadi roti.
2. Sayuran
Selain umbi yang terdapat pada tanaman talas, bagian tanaman yang lain seperti
daun dan batangnya juga dapat digunakan sebagai sayuran seperti buntil. Sedangkan
akar rimpang maupun getah pada pelepahnya dapat juga dimanfaatkan sebagai obat
tradisonal.
3. Olahan Home Industry (Industri Rumah Tangga).
Tanaman talas telah dikenal lama oleh masyarakat luas sebagai bahan makanan
dan bahkan telah menjadi komoditas perdagangan. Di beberapa daerah seperti di Jawa
Barat, Jawa Timur dan beberapa daerah lainnya umbi talas telah menjadi industri
rumah tangga (home industry) dalam bentuk ceriping, talas goreng, talas rebus, kolak
dan sebagainya sehingga memiliki nilai ekonomi yang baik dan menguntungkan bagi
para petani maupun pedagang yang mengusahakannya.
4. Obat Tradisional
Manfaat talas lainnya adalah sebagai bahan obat tradisional. Seperti bubur akar
rimpang talas dipercaya sebagai obat encok, cairan akar rimpang digunakan obat
bisul,getah daunnya sering digunakan untuk menghentikan pendarahan karena luka dan
obat bengkak. Pelepah dan tangkai daunnya yang telah dipanggang dapat digunakan
untuk mengurangi rasa gatal-gatal, bahkan pelepah daunnya juga dapat sebagai obat
gigitan kalajengking. Umbi talas dapat sebagai penguat gigi, hal ini dapat dibuktikan
pada orang Melanesia ternyata giginya lebih kuat dan bagus (mencegah kerusakan gigi)
daripada mereka yang makanan pokoknya sagu dan biji-bijian.
11
5. Makanan Ternak
Talas ternyata juga dapat dimanfaatkan sebagai makanan babi, terutama bagian
daun, tangkai dan pelepah. Bagian tersebut dipangkas secara kontinyu, dapat
digunakan sebagai makanan tambahan untuk babi. Cara menggunakannya daun dan
tangkai dipotong-potong lalu direbus sampai lunak bersama bekatul dan makanan
lainnya.
6. Tepung Talas
Tepung talas sudah cukup banyak dijumpai di pasaran khususnya di Pulau Jawa.
Hal ini menunjukkan makin berkembangnya aneka ragam makanan di masyarakat
Indonesia di Pulau Jawa yang menempatkan talas sebagai salah satu bahan dasar
pembuatan makanan Enyekenyek. Talas Enyekenyek merupakan makanan ringan
berbentuk seperti kerupuk dan popular di kalangan masyarakat Sunda.
7. Dodol Talas
Hampir semua kalangan masyarakat di Indonesia mengenal jenis makanan ini.
Dodol berbahan dasar talas ini juga mempunyai citarasa yang tidak berbeda dengan
dodol pada umumnya yaitu manis dan agak lengket.
8. Cheese Stick Talas
Cheese stick merupakan jenis makanan yang berasal dari luar Indonesia yang
menempatkan keju sebagai pembentuk citarasa.
Usaha Rumah Tangga
Usaha dapat digolongkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan jumlah investasi.
Menurut Badan Pusat Statistik (2017), perusahaan industri pengolahan dibagi dalam 4
golongan yaitu :
a. Jumlah tenaga kerja 1 – 4 orang untuk industri rumah tangga
b. Jumlah tenaga kerja 5 – 19 orang untuk industri kecil
c. Jumlah tenaga kerja 20 – 99 orang untuk industri menengah
d. Jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang untuk industri besar
12
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan bahwa :
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria-kriteria yaitu memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp.50.000.000 (Lima Puluh Juta Rupiah), tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp.300.000.000 (Tiga Ratus Juta Rupiah).
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria yaitu memiliki kekayaan bersih sebanyak Rp.50.000.000 (Lima
Puluh Juta Rupiah) – Rp.500.000.000 (Lima Ratus Juta Rupiah) dan memiliki hasil
penjualan tahunan Rp.300.000.000 (Tiga Ratus Juta Rupiah) – Rp.2. 500.000.000
(Dua Koma Lima Milyar).
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan
jumlah kekayaan bersih sebanyak Rp.500.000.000 (Lima Ratus Juta Rupiah) –
Rp.10.000.000.000 (Sepuluh Milyar) dan memiliki hasil penjualan tahunan
Rp.2.500.000.000 (Dua Koma Lima Milyar) – Rp.50.000.000.000 (Lima Puluh
Milyar).
Industri rumah tangga memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap
pemanfaatan sumber daya manusia, yaitu memberikan peluang kerja dalam upaya
mengurangi pengangguran. Perubahan pola pertanian menuju agroindustri juga
memberikan peluang bagi masyarakat untuk mencari alternatif penghasilan tambahan
melalui industri rumah tangga. Karakteristik usaha rumah tangga meliputi :
a. Dikelola oleh pemiliknya.
13
b. Usaha dilakukan dirumah.
c. Produksi dan pemasaran dilakukan dirumah pemilik usaha.
d. Modal terbatas.
e. Jumlah tenaga kerja terbatas.
f. Lemah dalam pembukuan.
g. Sangat diperlukan manajemen pemilik.
Meskipun Indonesia berhasil menjadi salah satu produsen terbesar beberapa
komoditi pertanian dunia, tetapi Indonesia belum mampu bersaing di dunia
Internasional. Selain itu, nilai tambah (Value added) yang kita raih dari keunggulan
komparatif tersebut masih relative kecil sehingga tingkat pendapatan masyarakat tetap
rendah (Firdaus, 2008).
Prospek Pengembangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi, pengembangan artinya proses, cara,
perbuatan mengembangkan. Hariandja (2012) mengungkapkan pengembangan
merupakan usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan pegawai. Pengembangan lebih ditekankan pada
peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang,
yang dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk
merubah perilaku kerja.
Simanjuntak,P (2014) mengemukakan strategi pengembangan usaha dapat
dilakukan dengan strategi agresif yaitu dengan meningkatkan penjualan untuk
memperbesar keuntungan dengan cara meningkatkan akses pasar yang lebih luas.
Sementara Suwardi, S (2016) mengungkapkan prospek pengembangan usahatani dapat
ditinjau dari aspek kekuatan dan kelemahan usaha.
14
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati di
Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Penelitian dilakukan
pada bulan November 2019 - April 2020.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey, dimana populasinya adalah
anggota KWT Melati yang saat ini jumlahnya 22 orang. Selain melakukan wawancara
dengan sampel yang diambil secara purposive, juga akan dilakukan indept studi,
observasi lapang dan wawancara dengan Penyuluh Pertanian dan Tokoh Masyarakat
yang ada di sekitar lokasi KWT Melati dan dilanjutkan dengan penjaringan informasi
menggunakan metode FGD.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, dimana data
primer diperoleh dari wawancara dengan anggota KWT Melati dan pengamatan
langsung untuk melihat aktivitas anggota yang tergabung dalam KWT. Kegiatan KWT
yang dikaji mulai dari apa yang sudah rutin dilakukan dalam proses pengolahan umbi
talas sampai pada kegiatan yang memungkinkan bisa dilakukan ke depannya, sehingga
dengan demikian kegiatan tersebut berimplikasi pada pendapatan anggota KWT.
Peralatan yang diperlukan selain kuesioner juga dibutuhkan kamera. Data sekunder
dalam penelitian ini diperoleh dari laporan-laporan yang berasal dari instansi terkait.
Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperoleh dari wawancara dengan responden ditabulasi kemudian
dianalisis menggunakan perangkat analisis sebagai berikut:
15
Analisis Kelayakan Finansial
Dalam penelitian ini kriteria kelayakan usaha pembuatan tepung talas secara
finansial yang digunakan meliputi Net R/C Ratio, dan Payback Periode.
Tingkat pendapatan usahatani wortel dan usaha pengadaan benih wortel dalam
satu kali proses produksi dianalisis dengan rumus (Suratiyah, 2016):
R/C Ratio = 𝑇𝑅 /𝑇𝐶
Keterangan :
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya Produksi
Kriteria:
- Jika R/C Ratio ≥ 1 maka usahatani dikatakan layak untuk diusahakan
- Jika R/C Ratio < 1 maka usahatani dikatakan tidak layak untuk diusahakan
Analisis dengan Matriks SWOT
Matrik SWOT adalah alat yang dipakai untuk faktor-faktor strategis perusahaan.
Matrik ini menggambarkan dengan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi diselesaikan dengan kekuatan dan kelemahan. Matrik SWOT ini dapat
menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi. Strategi S-O menuntut
perusahaan mampu memanfaatkan peluang melalui kekuatan internalnya. Strategi W-
O menuntut perusahaan untuk meminimalkan kelemahan dalam memanfaatkan
peluang. Strategi S-T merupakan pengoptimalan kekuatan dalam menghindari
ancaman dan WT merupakan meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
(Rangkuti, 2006). Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan
internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO atau strategi
kelemahan peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan
peluang eksternal. Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan
16
perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi
WT atau strategi kelemahanancaman merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk
mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal (David, 2004).
Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui strategi apa yang akan digunakan setelah
melihat kekuatan,kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki industri. Tabel 2.
Matriks SWOT
Strenght (S)
Menentukan 1-10 faktor-
faktor kekuatan internal
Weakness (W)
Menentukan 1-10
faktor-faktor kelemahan
internal
Opportunities (O)
Menentukan 1-10 faktor-
faktor peluang eksternal
Strategi S-O
Menciptakan strategi
yang menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi W-O Menciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Threats (T) Menentukan
1-10 faktor-faktor ancaman
eksternal
Strategi S-T
Menciptakan strategi
yang menggunakan
kekuatan untuk
mengatasi ancaman
Strategi W-T Menciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2001
Matriks ini menggambarkan secara jelas bagian peluang dan ancaman yang
dihadapi disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.
17
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kelompok Wanita Tani Melati
Salah satu kelompok wanita tani (KWT) yang ada di kabupaten Bogor adalah
KWT Melati yang sekretariatnya berlokasi di Kampung Nagrok Rt 02 Rw 12,
kelurahan Pamayonan, Kecamatan Bogor selatan, Kota Bogor. KWT ini terbentuk
sejak 31 Desember 2001 dengan anggota sebanyak 25 orang yang dipelopori oleh ibu-
ibu kader PKK yang berkeinginan untuk merubah kondisi perekonomian masyarakat
yang dirasakan masih sangat rendah dengan cara memanfaatkan lahan pekarangan di
sekitar rumah untuk budidaya tanaman sayuran, palawija dan obat-obatan.
Terbentuknya Kelompok Wanita Tani Melati dipelopori oleh ibu-ibu kader PKK dan
Posyandu di lingkungan RW 03 Kelurahan Pamoyanan.
Pada tanggal 4 April 2005 ada penambahan anggota KWT menjadi 46 orang, dan
kegiatannya bertambah yaitu melakukan pengolahan hasil pertanian seperti
memproduksi tepung singkong, tepung ubi jalar dan pada tahun 2006 mulai
memproduksi tepung umbi talas. Pada tanggal 9 November 2010 dengan SK Lurah
Pamayonan No. 520/17-Pmy tahun 2010 diadakan restrukturisasi dan selanjutnya pada
tahun 2018 dilakukan restrukturasi dan pengukuhan kelompok yang baru dan
menghasilkan jumlah anggota kelompok baru sebanyak 22 orang. Struktur pengurus
KWT Melati saat ini seperti terlihat pada Gambar 1 berikut:
Kegiatan awal dari Kelompok Wanita Tani Melati adalah melibatkan ibu-ibu
yang ingin aktif untuk merubah perekonomian keluarga dengan memanfaatkan lahan
pekarangan di sekitar rumah untuk budidaya tanaman aneka sayuran, palawija dan
obat-obatan.
18
………………………….
Gambar 1. Struktur Pengurus KWT Melati
Fokus awal kegiatan Kelompok Wanita Tani Melati adalah bidang budidaya
pertanian. Namun, dengan adanya penambahan jumlah anggota Kelompok Wanita
Tani Melati juga menambah kegiatan yaitu pada bidang pengolahan hasil pertanian
yang memproduksi tepung dari tanaman pangan. Pada tahun 2006 Kelompok Wanita
Tani Melati mulai memproduksi tepung umbi talas dan mulai memproduksi keripik
talas pada tahun 2013.
Sejak terbentuk sampai sekarang usaha yang dilakukan oleh anggota KWT
Melati ini antara lain, mengolah emping melinjo, membuat manisan dan asinan buah
pala, kue-kue tradional, rengginang dan renggining, bolu lapis talas, Roll talas, brownis
talas, keripik talas, tepung talas, tepung ubi jalar, tepung singkong, dimsum dan cilok
talas, dan budidaya jahe merah. Hanya saja kue dan bolu talas serta kue-kue tradisonal
itu dibuat kalau ada pesanan saja. Kegiatan yang masih kontinyu dilakukan oleh
KETUA
TUTI KURNIATI
SEKERTARIS
ANITA SUPRIATNA
BENDAHARA
DIANA SUSANTI
HUMAS
LUKIA
SAPRODI
EKA LESMANA
PEMASARAN
SITI MARYANI
PERMODALAN
FETI NARIAH
PHP
EDI TRISNAYADI
SEKSI-SEKSI
ANGGOTA
19
anggota adalah mengolah talas menjadi keripik dan tepung, serta budidaya jahe merah
yang bibitnya mendapat pasokan dari Bejo Bintang 7 dan hasilnya yang didapat juga
di jual ke Perusahaan Bejo Bintang 7.
Produk Olahan Umbi Talas KWT Melati
Seperti telah dikemukakan di atas, pada awal terbentuknya KWT Melati ini
melakukan kegiatan budidaya tanaman terutama pemanfaatan lahan pekarangan dan
lahan-lahan sempit yang ada untuk ditanami dengan tanaman sayur dan tanaman obat-
obatan., kemudian kegiatannya berkembang dengan melakukan kegiatan pengolahan
hasil pertanian seperti memproduksi tepung singkong, tepung ubi jalar dan pada tahun
2006 mulai memproduksi tepung umbi talas.
KWT Melati dengan jumlah anggota tercatat 22 orang, akan tetapi tidak semua
anggotanya aktif dengan berbagai kendala dari masing-masing anggota seperti sibuk
mengurus anak-anak karena masih kecil-kecil, sibuk dengan urusan rumah tangga.
Anggota yang aktip sepertinya sudah ada pembagiannya, ada yang kegiatannya khusus
memproduksi rengginang, ada yang memproduksi kue kalua ada pesanan saja, dan ada
yang khusus membuat tepung singkong, tepung ubi jalar dan tepung talas.
Sampai saat penelitian ini dilakukan tepung singkong dan tepung ubi jalar
sudah tidak dilakukan karena mereka hanya konsentrasi mengolah tepung talas dan
keripik talas saja. Produk yang dihasilkan seperti terlihat pada Gambar 2 dibawah ini.
.
Gambar 2. Tepung Talas
20
Gambar 3. Keripik Talas
Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha KWT Melati
Tepung Talas
Tepung merupakan bentuk hasil pengolahan yang dilakukan dengan
memperkecil ukuran suatu bahan menggunakan metode penggilingan. Tepung
merupakan produk yang memiliki kadar air rendah sehingga daya awetnya pun tinggi.
Talas memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai bahan baku tepung karena
memiliki kandungan pati yang tinggi, yaitu 70 – 80%. Tepung talas memiliki ukuran
granula yang kecil, yaitu 0,5 – 5 mikron. Ukuran granula pati yang kecil ini ternyata
dapat membantu individu yang mengalami masalah dengan pencernaannya karena
kemudahan dari talas untuk dicerna (Koswara, 2013).
Proses pembuatan tepung talas diawali dengan pencucian dan pengupasan umbi
segar kemudian dilakukan pengirisan yang ditujukan untuk memperbesar luas
permukaan dari talas pada saat dikeringkan. Dapat juga terlebih dahulu dilakukan
proses perendaman di dalam air mendidih selama ± 4-5 menit sebelum talas mengalami
21
pengeringan dengan tujuan untuk mengurangi kandungan oksalat di dalamnya.
Kandungan oksalat yang ada di dalam talas memang cukup tinggi dan bila tidak
dihilangkan ataupun dikurangi, maka saat olahan dari talas ini dikonsumsi, konsumen
akan merasakan gatal-gatal pada tenggorokannya.
Pengeringan umbi talas dapat dilakukan baik itu dengan menggunakan alat
pengering maupun sinar matahari. Secara umum, pengeringan dengan menggunakan
alat pengering lebih baik dibandingkan menggunakan sinar matahari. Kelebihannya
antara lain suhu pengeringan dan laju air udara panas yang dapat dikontrol, kebersihan
yang lebih terjaga dan pemanasan terjadi secara merata. Akan tetapi, pengoperasian
alat pengering terkadang memerlukan keahlian dari pengguna alatnya dan memakan
biaya yang lebih besar.
Proses pengeringan pada pembuatan tepung talas merupakan salah satu tahapan
yang penting, karena menentukan kualitas dan keawetan dari produk olahan
selanjutnya dari tepung tersebut. Suhu dan waktu pengeringan merupakan faktor
penting dalam pengeringan yang akan mempengaruhi mutu produk akhir. Adapun
proses pembuatan tepung talas dapat dilihat pada (Gambar 4).
(Sumber : Koswara, 2013)
Gambar 4. Proses Pembuatan Tepung Talas
Proses Pengolahan Talas Menjadi Tepung
Proses pengolahan talas menjadi tepung talas menghabiskan waktu minimal 5
hari, sehingga KWT Melati hanya dapat berproduksi seminggu sekali, itupun kalau
tidak terkendala pengadaan bahan baku talas. Jenis talas yang digunakan dalam
Umbi Talas Segar Pencucian Pengupasan
Pengirisan Pengeringan Penggilingan Tepung
Talas
22
pembuatan tepung adalah talas Belitung yang di pasok dari petani talas yang berasal
dari Cibedug, Sukabumi (Cidolog), dan di pasok dari masyarakat sekitar yang
dikumpulkan oleh tengkulak. Tahapan dalam proses pembuatan tepung talas sebagai
berikut:
1. Pengupasan umbi talas, kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja perempuan
yang dilakukan secara manual menggunakan pisau.
2. Pengirisan, setelah dikupas talas selanjutnya diiris menggunakan slicer yang
bertujuan untuk memudahkan dalam proses penggilingan talas menjadi tepung.
Pengirisan talas dengan ukuran 0.1 cm menggunakan slicer selain irisan talas
menjadi seragam, juga untuk menghemat waktu dan tenaga. Umbi talas yang
sudah di iris-iris ini disebut chips.
3. Perendaman, setelah di iris-iris maka dilanjutkan dengan perendaman irisan
talas dalam baskom yang berisi air dan ditambahkan starter bimo sebanyak 2
sendok makan selama 2 hari. Proses perendaman bertujuan untuk mengurangi
kadar kalsium oksalat yang menyebabkan adanya rasa gatal, mencegah proses
browning dan menghilangkan lender yang berasal dari irisan talas.
4. Pencucian, yang dilakukan menggunakan air yang mengalir sampai bersih.
5. Pengeringan, setelah irisan talas dicuci bersih selanjutnya dilakukan
pengeringan. Pada saat sinar matahari cerah maka peneringan dapat dilakukan
menggunakan tampah dibawah sinar matahari selama 4 hari. Tetapi pada saat
tidak ada sinar matahari maka pengeringan dilakukan menggunakan oven yang
waktunya hanya 2 jam saja, akan tetapi hasil yang diperoleh irisan talas menjadi
coklat sehingga mempengaruhi warna tepung yang dihasilkan nanti. KWT
Melati lebih mengutamakan kualitas hasil tepung sehingga mereka lebih sering
melakukan pengeringan secara alami dibawah sinar matahari.
6. Penggilingan, setelah irisan talas kering tahapan selanjutnya adalah proses
penggilingan menggunakan disk mill yang kapasitas mesinnya 250 kg. Akan
tetapi karena kapasitas penjemuran hanya 100 kg saja maka sekali produksi
23
maksimal bahan baku talas yang akan digiling hanya 100 kg dan menghasilakan
tepung talas sebanyak 25 kg.
7. Penyanggeraian, setelah digiling tepung talas yang dihasilkan disanggerai atau
digongseng menggunakan wajan yang tujuannya agar tepung talas yang
dihasilkan bias awet dan dapat bertahan sampai 1 tahun.
8. Pengemasan, dilakukan menggunakan plastic polyethylene yang sudah
ditempel label KWT Melati.
Pemasaran Tepung Talas Oleh KWT Melati
Pemasaran adalah suatu proses berpindahnya barang atau jasa dari produsen ke
konsumen. Tepung talas yang diproduksi oleh KWT Melati sejak awal hanya
dipasarkan dilokasi produksi yaitu rumah ketua KWT yang diletakkan dalam rak
bersusun yang sangat sederhana, kemudian dipasarkan melalu ajang pameran-pameran
yang ada di pemerintahan kota Bogor, seperti pameran pada saat perayaan Hari Jadi
Kota Bogor ataupun Pameran Produk Pertanian yang dilaksanakan setahun sekali.
Baru akhir-akhir ini pemasaran dilakukan secara on-line melalui media social yang
dibantu oleh anak ketu KWT Melati.
Setiap kali produksi dengan bahan baku talas 100 kg saja karena keterbatasan
tempat penjemuran, hasil tepung yang didapat hanya 25 kg dengan asumsi bahan baku
talasnya cukup tua, tetapi kalau dapat talas yang masih belum maksimal umur
panennya maka tepung yang diperoleh dari 100 kg bahan baku hanya sebanyak 20 kg
tepung talas. Sampai saat penelitian berlangsung harga jual tepung talas Rp 25.000,-/
kg.
Saluran pemasaran tepung talas produksi dari KWT Melati ini setelah dianalisis
telah dilakukan dalam beberapa cara sebagai berikut:
1. Produsen – Konsumen akhir
2. Produsen – Konsumen Produsen kue
3. Produsen – Pengecer – Konsumen
4. Produsen – Pedagang Perantara – Pengecer – Konsumen
24
Tepung talas yang di produksi oleh KWT Melati sudah di pasarkan tidak hanya sekitar
kota Bogor saja tapi sudah ke kota-kota lain seperti Bandung, Tangerang, Purbalingga,
Mojokerto, Bali, Palembang, Jakarta dan Indramayu.
Tabel 2. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pengolahan Tepung Talas
(4 kali periode produksi per-bulan)
URAIAN JUMLAH UNIT HARGA
SATUAN (Rp)
JUMLAH
(Rp)
PENERIMAAN
Tepung talas 100 kg 30 000 3 000 000
PENGELUARAN
Talas Belitung
TK.kupas dan potong
TK jemur
TK giling
Starter bimo
Plastik kemasan+label
Listrik
Biaya Penyusutan
Baskom untuk rendam
Baskom untuk cuci
Tampa untuk jemur
Pisau
Chip manual
Mesin penggiling
Karung
400 kg
3 org
1 org
1 org
100 set
6 buah
6 buah
40 buah
3 buah
3 buah
1 buah
3 500
100 000
100 000
100 000
500
1 400 000
300 000
100 000
100 000
50 000
1 000
3 000
3 000
2 000
1 000
2 000
2 000
2 000
TOTAL
PENGELUARAN
1 966 500
LABA PRODUKSI 1 033 500
R/C ratio 1,53
Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa usaha tepung talas ini menguntungkan dan layak
dilanjutkan, hal ini terlihat dari R/C ratio yang didapat sebesar 1,53 yang berarti bahwa
setiap Rp 1,- yang dikeluarkan untuk usaha ini akan menghasilkan sebesar 1,53.
Kendati usaha ini menguntungkan dalam kegiatan usaha KWT Melati, tetapi karena
sering terkendala dengan bahan baku yang sering sulit di dapat dari pemasok maka
25
usaha pembuatan tepung talas ini tidak secara kontinu dilakukan. Hal ini
menghawatirkan bila tidak mendapat mendapat perhatian dari pemerintah yang
berwenang maka usaha pembuatan tepung talas oleh KWT Melati ini akan terhenti
seperti yang terjadi pada usaha pengolahan tepung singkong dan ubi jalar yang benar-
benar sudah tidak pernah di produksi lagi.
Keripik Talas
Keripik talas adalah makanan yang terbuat dari umbi talas yang diiris tipis
kemudian digoreng dengan minyak goreng. Biasanya memiliki rasa yang asin dengan
aroma bawang, makanan ini tersebar merata di seluruh Indonesia. Menurut Suprapti
(2004) tujuan dari usaha pengolahan talas menjadi keripik selain untuk memenuhi
kebutuhan pasar juga sebagai optimalisasi pemanfaatan hasil panen terutama untuk
komoditi lokal yang rendah nilai ekonominya.
Menurut Koswara (2009) pembuatan keripik talas biasanya melalui tahap
penggorengan dalam suhu tinggi maupun penggorengan dengan cara vakum. Proses
pembuatan keripik talas mulai dari bahan baku mentah sampai siap jual melalui
beberapa tahap yaitu :
1. Pengupasan kulit
Talas yang memiliki kualitas baik dan telah lolos tahap penyortiran dikupas hingga
kulit yang menempel dapat terpisah sempurna dari umbi talas dan tidak
meninggalkan kulit yang masih menempel karena ini akan mempengaruhi cita rasa
keripik.
2. Pencucian
Talas yang telah dikupas bersih selanjutnya dicuci bersih dengan air mengalir
sebanyak lima kali lalu direndam dengan larutan air kapur sirih setelah dirasa
cukup kemudian talas dicuci kembali dengan air mengalir. Pencucian berulang ini
bertujuan untuk menghilangkan lendir yang ada di dalam talas yang akan
menimbulkan rasa gatal apabila pencucian kurang bersih. Selain itu kapur sirih
juga dapat berguna untuk merenyahkan keripik talas.
26
3. Pengirisan
Pengirisan keripik talas dibagi menjadi dua, yaitu dengan cara sederhana seperti
menggunakan pisau dan dengan cara modern seperti menggunakan mesin.
4. Penggorengan
Talas yang telah di potong-potong kemudian langsung dilakukan penggorengan.
Minyak yang digunakan harus benar-benar panas (±160-200ºC). Hal ini dilakukan
agar keripik talas yang dihasilkan dapat terbentuk sempurna serta kadar air yang
terdapat di dalam keripik berkurang dan warna yang diinginkan tercapai yaitu
warna kuning keemasan.
5. Penirisan
Setelah penggorengan selesai, kemudian keripik talas ditiriskan dengan
menggunakan alat spinner sehingga minyak yang ada berkurang dan tidak
tertinggal di dalam keripik. Hal ini akan mempengaruhi kerenyahan hasil akhir
keripik talas yang didapatkan.
6. Pengemasan
Setelah ditiriskan, kemudian keripik diturunkan suhunya sampai suhu ruang lalu
keripik sudah dapat dikemas menggunakan plastik dengan ukuran sesuai
kebutuhan.
Proses pengolahan keripik talas yang dilakukan oleh KWT Melati
sebagai berikut:
1. Pengupasan umbi talas, kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja perempuan
yang dilakukan secara manual menggunakan pisau.
2. Pengirisan, setelah dikupas talas selanjutnya diiris menggunakan slicer.
3. Perendaman, setelah di iris-iris maka dilanjutkan dengan perendaman irisan
talas dalam baskom yang berisi air dan ditambahkan kapur sirih sebanyak 5
sendok makan selama 30 menit. Proses perendaman bertujuan untuk
mengurangi kadar kalsium oksalat yang menyebabkan adanya rasa gatal,
mencegah proses browning dan menghilangkan lender yang berasal dari irisan
talas.
27
4. Pencucian, yang dilakukan menggunakan air yang mengalir sampai bersih.
5. Penggorengan, setelah irisan talas secara kasat mata tidak mengandung air lagi
maka dilanjutkan dengan proses penggorengan yang menggunakan kompor.
Mawar (kompor minyak tanah).
6. Penirisan, dilakukan untuk mengurangi minyak yang masih tersisa selama
proses penggorengan..
7. Pengemasan, dilakukan menggunakan plastic polyethylene yang sudah
ditempel label KWT Melati.
Gambar 5. Bagan Proses Pembuatan Keripik Talas oleh KWT Melati
Umbi Talas Belitung
Pengupasan Kulit
Pencucian
Umbi Talas Diiris
Direndam Selama 30
Menit
Kapur
Pencucian dan Penirisan
Penggorengan dan
Pencampuran Bumbu
Pengemasan
28
Tabel 3. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pengolahan Keripik Talas Dalam
1 kali Proses Produksi
URAIAN JUMLAH
UNIT
HARGA
SATUAN (Rp)
JUMLAH
(Rp)
PENERIMAAN
Keripik talas 200 bungkus 20 000 4 000 000
PENGELUARAN
Talas Belitung
TK
Minyak sayur
Minyak tanah
Garam
Kemasan+label
Listrik
Kapur sirih
Bumbu perasa
Penyusutan
Pisau
Baskom
Slicer
Serok+sutil
Kompor mawar
Wajan
120 kg
2 org
8 liter
4 liter
4 bungkus
200 lembar
2 bungkus
3 500
100 000
22 500
10 000
2 000
1 400
5 000
420 000
200 000
112 000
40 000
8 000
280 000
20 000
10 000
20 000
1 000
3 000
5 000
2 000
4 000
2 000
TOTAL
PENGELUARAN
1 187 000
LABA PRODUKSI 2 813 000
R/C ratio 3,37
Dari Tabe1 3 di atas terlihat bahwa analisis usaha pengolahan keripik talas
menguntungkan, hal ini terlihat dari R/C ratio sebesar 3,37. Angka tersebut mempunya
arti bahwa setiap Rp 1,- uang yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar
3,37 kali lipat. Angka ini sangat layak sekali untuk pengembangan usaha keripik talas
di KWT Melati. Hanya saja mereka masih mempunyai kendala dalam memasarkan
produk keripik talasnya, sebab keripik yang diproduksi selama ini hanya dipasarkan
disekitar rumah saja dan promosinya hanya dari mulut ke mulut.
29
Sebenarnya setiap kali mereka membuat keripik talas selalu habis terjual, hanya
saja butuh waktu yang agak lama untuk produksi yang dibuat habis terjual karena
keterbatasan dalam pemasarannya. Selain daripada itu, walau usaha ini sangat
menguntungkan mereka belum bisa secara kontinyu berproduksi karena terkendala
bahan baku yang sering tidak ada yang jual dipasar. Selain kendala tersebut di atas,
menurut penulis kendala yang paling utama adalah masih rendahnya motivasi para
anggota KWT Melati untuk berproduksi karena tenaga mereka masih fokus ke urusan
rumah tangga dan mereka masih ada suami yang sebagai pencari nafkah utama. Hal ini
diperkuat setelah penulis bertemu dengan ibu Vivi yang awalnya adalah anggota KWT
Melati, tetapi sekarang sudah secara professional melakukan dan mandiri melakukan
usaha pengolahan keripik talas dan keripik singkong dengan berbagai varian rasa.
Produk yang dihasilkan sudah masuk ke salah satu toko pusat oleh-oleh khas Bogor,
dan bahan bakunya sudah ada pemasok yang secara kontinyu datang sesuai pesanan
ibu Vivi. Ini artinya kalau KWT Melati ini masih terus dibina dan didampingi baik
dalam proses pengolahan ataupun pemasarannya, usaha kelompok ini bisa berkembang
lebih baik lagi.
Keripik Talas Balado Peteuy
Keripik talas balado peteuy adalah nama produk baru yang coba dibuat olek KWT
Melati, yaitu dengan menambahkan ikan asin goreng dan petai (Sunda = Peteuy)yang
buah perai di belah 2 terus digoreng dan dicampur dengan keripik balado yang sudah
mereka buat. Citarasanya jauh lebih enak dan banyak disenangi oleh konsumen, hanya
saja belum bisa kontinyu berproduksi karena kendala bahan baku dan ditambah adanya
wabah pandemik covid-19 melanda Indonesia.
Proses pengolahan keripik balado talas peteuy yang dilakukan oleh KWT Melati
sebagai berikut:
1. Pengupasan umbi talas, kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja perempuan
yang dilakukan secara manual menggunakan pisau.
2. Pengirisan, setelah dikupas talas selanjutnya diiris menggunakan slicer.
30
3. Perendaman, setelah di iris-iris maka dilanjutkan dengan perendaman irisan
talas dalam baskom yang berisi air dan ditambahkan kapur sirih sebanyak 5
sendok makan selama 30 menit. Proses perendaman bertujuan untuk
mengurangi kadar kalsium oksalat yang menyebabkan adanya rasa gatal,
mencegah proses browning dan menghilangkan lender yang berasal dari irisan
talas.
4. Pencucian, yang dilakukan menggunakan air yang mengalir sampai bersih.
5. Penggorengan, setelah irisan talas secara kasat mata tidak mengandung air lagi
maka dilanjutkan dengan proses penggorengan yang menggunakan kompor.
Mawar (kompor minyak tanah).
6. Penirisan, dilakukan untuk mengurangi minyak yang masih tersisa selama
proses penggorengan..
7. Selesai penggorengan keripik talas, selanjutnya pembuatan sambal cabai,
penggorengan ikan asin dan penggorengan petai untuk untuk dicampur ke
keripik talas yang sudah siap.
8. Ada 2 varian rasa yang dibuat KWT Melati yaitu keripik balado yang
menggunakan prisa balado, dan keripik talas yang menggunakan sambal cabai,
ikan asin dan petai.
9. Pengemasan, dilakukan menggunakan plastic polyethylene yang sudah
ditempel label KWT Melati.
10. Keripik siap dipasarkan dengan varian keripik talas balado dan keripik talas
balado peteuy.
31
Tabel 4. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pengolahan Keripik Talas
Balado Peteuy
URAIAN JUMLAH
UNIT
HARGA
SATUAN (RP)
JUMLAH (RP)
PENERIMAAN
Keripik Talas Petey 36 20.000 720.000
Keripik Talas Balado 48 15.000 720.000
PENGELUARAN
Talas Belitung 20 Kg 8.000 160.000
Tenaga Kerja 2 Orang 50.000 100.000
Minyak Sayur 4 Liter 12.500 50.000
Gas LPG 1 Tabung 20.000 20.000
Garam 1/2 Bungkus 2.000 1.000
Ikan Asin 1/2 Kg 50.000 25.000
Kacang Tanah 0,5 Kg 28.000 14.000
Cabai Rawit Jablai 0,5 Kg 20.000 10.000
Cabai Merah 0,5 Kg 20.000 10.000
Bawang Putih 0,5 Kg 30.000 15.000
Petai 20 Papan 1.200 24.000
Gula Pasir 0,25 Kg 14.000 3.500
Bumbu Penyedap 2.000
Plastik Kemasan +
Label
34.000
Kapur 5.000
Prisa Balado 14.000
Biaya Penyusutan
Pisau 2 500
Baskom 3 1.500
Slicer 1 5.000
Serok/Sutil 1 500
Kompor 1 2.000
Wajan 1 1.000
TOTAL
PENERIMAAN
1.440.000
TOTAL
PENGELUARAN
499.000
LABA PRODUKSI 1.067.000
R/C RATIO 2,89
32
Berdasarkan analisis usaha seperti terlihat pada Tabel 4 di atas, terlihat bahwa dalam
1 kali proses produksi usaha ini sangat menguntungkan dinyatakan dengan R/C ratio
sebesar 2,89 yang berarti setiap Rp 1,- uang yang dikeluarkan akan menghasilkan
sebanyak Rp 2, 89,-. Hampir 3 kalilipat keuntungan yang didapat, sehingga dapat
dikatakan bahwa usaha keripik talas peteuy ini sangat layak untuk diusahakan.
. Gambar berikut adalah keripik balado peteuy yang sudah siap dijual.
Gambar 6. Keripik Talas Balado Peteuy Produksi KWT Melati.
Prospek Pengembangan Usaha Pengolahan Umbi Talas
Seperti yang sering kita dengar pernyataan bahwa seorang entrepreuneur itu adalah
orang yang jatuh 10 kali dan bangkit 11 kali, itu artinya tersirat bahwa seorang dalam
melakukan usaha pasti akan menghadapi kegagalan sebelum mencapai sukses. Begitu
juga halnya dengan usaha yang dilakukan oleh KWT Melati ini memiliki kekuatan,
33
kelemahan, peluang dan ancaman dalam proses pengembangannya. Hal tersebut dapat
digambarkan dalam matriks berikut ini.
Tabel 5. Analisis Swot Usaha Pengolahan Umbi Talas Oleh KWT Melati.
Kekuatan
Tersedianya SDM yang banyak.
Pengalaman KWT yang cukup
lama
Produk yang dijual banyak
diminati
Kelemahan
Terkendala ketersediaan modal
Motivasi yang masih masih
kurang
Kesibukan dalam mengurus
keluarga
Peluang
Semua orang sudah kenal talas.
Bogor sebagai destinasi wisata
Banyak orang sudah mengenal
olahan talas di Bogor
Ancaman
Sering langkanya bahan baku
Kurangnya pembinaan pada
KWT
Harus bersaing dengan produk
olahan yang lain.
Berdasarkan analisis SWOT di atas maka dalam upaya pengembangan usaha KWT
Melati yang mempunya prospek, dapat diterapkan beberapa strategi yaitu :
S-O : Strategi dengan menggunakan kekuatan yang ada untuk memanfaatkan peluang
maka Sumberdaya manusia yang banyak dan berpengalaman dapat dijadikan dasar
pengembangan usaha talas ini.
W-O : Strategi dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang, maka
perlu dilakukan dan diberikan pelatihan tentang menajemen usaha guna pengembangan
usaha talas yang sudah banyak dikenal.
34
S-T : Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, maka KWT
Melati harus bekerjasama dengan pemasok bahan baku talas dan terus berinovasi dalam
membuat variasi produk.
W-T : Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman, maka perlu
dilakukan peningkatan motivasi dengan cara memberikan pembinaan pada anggota
KWT Melati.
35
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa:
1. Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati banyak melakukan pengolahan produk,
tapi olehan produk yang berbahan baku talas yang diproduksi sampai sekarang
adalah tepung talas, keripik talas original, dan keripik talas peteuy.
2. Biaya dan pendapatan usaha pengolahan umbi talas menjadi tepung talas untuk
sekali proses produksi biaya produksi yang dikeluarkan sebesar
Rp 1 966 500,- pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 1 033 500,- sehingga
R/C ratio = 1,53. Usaha olahan keripik talas original biaya yang dikeluarkan
dalam 1 kali proses produksi sebesar Rp 1 187 000,- Pendapatan yang diperoleh
sebesar Rp 2 813 000,- dan R/C ratio = 3,37. Usaha olahan keripik talas peteuy
dalam 1 kali proses produksi biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 499 000,-
Pendapatan sebesar Rp 1 067 000,- dan R/C ratio = 2,89. Dari hasil analisa R/C
ratio yang di dapat > 1 maka usaha pengolahan umbi talas menjadi berbagai
produk ini menguntungkan dan layak dilanjutkan.
3. Prospek pengembangan usaha pengolahan umbi talas ke depannya dalam skala
rumah tangga, dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
yang ada , maka kegiatan KWT Melati ini memiliki prospek yang potensial
untuk dikembangkan dengan cara memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk
pengembanganusaha yang berbahan baku talas, dengan cara memberikan
pelatihan tentang mamajemen usaha, bekerjasama dengan pemasok bahan baku
talas dan berinovasi dalam membuat berbagai variasi produk olahan.
36
Saran
Dari pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa saran
yang dapat dikemukakan supaya KWT Melati dapat berkembang :
1. Perlunya Dinas Ketahanan Pangan secara kontinyu tetap memberikan
pembinaan pada KWT Melati ini, terutama dalam mengatasi motivasi yang
masih labil dari anggota untuk secara kontinyu melakukan kegiatan yang dapat
menghasilkan tambahan pendapatan bagi keluarga.
2. KWT Melati harus melakukan pemasaran secara on line dengan memanfaatkan
media social yang mereka miliki.
37
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2017. Industri Besar Dan
Sedang.www.bps.go.id/subject/9/industri-besar-dan-sedang.html
Dasrifah, E. Haris, B: Meilan, J. 2010 Analisis Perilaku Konsumen Dalam Pembelian
Produk Sayuran Di Pasar Modern Kota Bekasi. Jurnal Agribisnis dan
Pengembangan Wilayah Vol. 1 No. 2 Juli 2010..
David, F R. 2004. Manajemen Strategis Konsep-Konsep. PT. Indeks Kelompok
Gramedia. Jakarta
Firdaus, Muhammad. 2008. Manajemen Agribisnis. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Hariandja, Marihot, T, E. 2002. Manajemen Sumberdaya Manusia. PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Hermanto dan Dewa. 2007. Rancangan Kelembagaan Tani Dalam Implementasi
Prima Tani Di Sumatera Selatan. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 5(2), Juni
2007. Pusat Analisis Sosek dan Kebijakan Pertanian, Bogor.
Husein, U. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Penerbit PPM.
Pemerintah Kabupaten Kota Bogor. 2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja. Penerbit
Pemerintah Kabupaten Bogor.
Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Purwanto, H. 2009. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian
5 (1) : 15 – 19.
Rawuh, Sugeng. 2008. Penghilang Rasa Gatal Pada Talas.
http://yellashakti.wordpress.com/2008/01/30penghilang-rasa-gatal-pada-talas.
Saragih. B. 2001. Agribisnis. Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis
Pertanian. Penerbit PT. Surveyor Indonesia.
Simanjuntak, P.Herri F, Riska, D. 2014. Prospek Pengembangan Usaha Dodol Pepaya
(Carica papaya L) pada Home Industri :Dua Saudara” Desa Tebat Monok
Kecamatan Kepahiang, Kabupaten Kepahiang.Jurnal Agritepa Vol 1 No. 1,
Juni 2014.
38
Suwardi, S, Zuriani, Z danMurdani, B. 2016. Prospek Pengembangan Usahatani
Melon Kecamatan Muara Baru dan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Jurnal
Agribisnis Universitas Malikussaleh. Vol 1 No. 1 Tahun 2016
Yani, Asmah, Farida. 2015. Kajian dan Pengembangan Jenis-jenis Talas Di
Kabupaten Bogor. Universitas Nasional.
Koswara, S. 2013. Teknologi Pengolahan Umbi-umbian : Pengolahan Umbi Talas.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
39
DAFTAR LAMPIRAN
1. Perincian Penggunaan Anggaran Penelitian
No. Jenis Kegiatan Biaya
1. Pembelian ATK 500.000
2. Transportasi
Sewa Mobil : 1 x 10 hari x Rp 520.000,-
5.250.000
3 Konsumsi
Kegiatan FGD : 1 hari x 30 org x Rp 25..000,-
Konsumsi : 4 org x 3 x 10 hari x Rp 25.000,-
750.000
3.000.000
3. Peralatan Pendukung Kuesioner dan FGD 1.500.000
4. Dokumentasi 500.000
10. Pengolahan dan analisa data 1.000.000
11. Pelaporan 500.000
12. Publikasi 1.000.000
Total Biaya 15.000.000
Terhitung : Lima Belas Juta Rupiah
40
2. Draft Jurnal Ilmiah
ANALISIS USAHA PENGOLAHAN UMBI TALAS
BERSKALA RUMAH TANGGA DAN PROSPEK
PENGEMBANGANNYA
Asmah Yani 1, Saptomo Setiawan2, Nurul Hanifah dan Dena Anggari
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jl.Sawo
Manila No. 61 Pejaten Ps. Minggu Jakarta Selatan
Email : [email protected]
ABSTRRAK
Bogor sangat terkenal sebagai salah satu daerah penghasil talas. Ada beberapa jenis
talas yang dibudidayakan oleh petani di Bogor yaitu talas bentul, talas ketan, talas
sutera dan talas belitung. Talas yang potensial dikembangkan karena secara ekonomi
menguntungkan adalah talas bentul dan talas Belitung. Selama ini masyarakat
mengkonsumsi talas dalam bentuk talas rebus, goreng. Padahal akan jauh lebih
menguntungkan bila talas diolah menjadi bahan baku jadi atau setengah jadi.
Kelompok Wanita Tani Melati mulai dari sejak berdiri pada tahun 2006 sampai
sekarang sebagai salah satu pemasok tepung talas untuk industri pengolahan makanan
yang ada di Bogor, juga sudah memproduksi olahan dalam bentuk keripik. Sebenarnya
usaha KWT ini masih dapat dikembangkan lagi sehingga dapat meningkatkan
pendapatan kelompok. Atas dasar inilah menarik untuk diteliti tentang analisis usaha
pengolahan umbi talas berskala rumah tangga dan prospek pengembangannya.
Penelitian ini dilakukan pada KWT Melati di Desa Pamayonan, Kecamatan Bogor
Selatan, Bogor dari bulan November 2019 - April 2020. Pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara menggunakan kuesioner dan melalui FGD dengan anggota KWT
Melati dan para tokoh masyarakat. Data yang diperoleh ditabulasi kemudian dilakukan
analisis dan diperoleh R/C ratio = 1,53 untuk tepung , R/C ratio= 3,37 untuk keripik
talas, R/C ratio=2,89 untuk keripik talas balado peteuy, karena R/C ratio semua produk
yang dibuat > 1 maka usaha ini menguntungkan. Usaha ini mempunyai prospek
dikembangkan dengan melihat faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
dengan cara memberikan pembinaan pada sumberdaya yang ada dari instansi terkait,
dan bekerjasama dengan pemasok bahan baku talas, mencari solusi membantu
permodalan usaha, dan berinovasi dalam membuat produk olahan baru.
Key words : usaha, talas, rumah tangga, prosp
1 2
41
3.
PENDAHULUAN
Latar belakang
Talas selama ini talas hanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang diolah
secara tradisional oleh masyarakat, misalnya melalui pembuatan stick talas, lapis talas,
dodol talas, talas rebus dan talas goreng di daerah Bogor. Namun selama ini
pemanfaatan talas belum maksimal untuk kajian bidang pangan dan non-pangan, serta
keunggulannya masih belum banyak diekspose. Pada tahun 2012 produksi talas bogor
mencapai 10. 987 ton, dengan lokasi pengembangan budidaya banyak terdapat di
Kecamatan Dramaga, Taman Sari, Cigombong, Mega Mendung, Sukaraja Cijeruk,
Ciomas, dan Ciawi (Pemerintah Kabupaten Bogor, 2013). Berdasarkan hasil penelitian
Yani (2015) menemukan bahwa dari 4 jenis talas yang banyak dibudidayakan petani di
Kabupaten Bogor yaitu talas bentul, talas ketan, talas sutera dan talas belitung, bila
ditinjau dari aspek rasa yang diuji rasa pada beberapa panelis yang paling disukai
adalah talas bentul dan talas Belitung dibandingkan dengan talas ketan dan talas sutera
yang menurut panelis rasanya kurang enak.
Ditinjau dari aspek budidaya talas bentul yang paling banyak ditanam secara
khusus karena talas ketan dan talas mentega hanya diselipkan saja budidayanya
diantara tanaman talas bentul. Hal ini selain karena memang rasanya kurang disukai
oleh konsumen juga karena memang agak sulit mendapatkan bibitnya, sedangkan talas
Belitung juga tidak dibudidayakan secara khusus oleh petani karena tajuknya lebar
sehingga membutuhkan areal penanaman yang lebih luas, walaupun hasil panen yang
diperoleh lebih banyak. Satu bibit talas bentul, talas ketan dan talas mentega hanya
menghasilkan 1 umbi talas yang berasal dari 1 bibit dengan harga jual ditingkat petani
42
berkisar antara Rp 4 000,- sampai Rp 5 000,-per umbinya, tergantung pada besar
kecilnya umbi, sedangkan talas Belitung 1 tanaman bisa terdiri dari 15-20 umbi yang
beratnya berkisar antara 2-3 kg dengan harga Rp 7 000,- Rp 8 000,- per-kg ditingkat
petani.
Naibaho, Maria, dkk (2009) yang mengemukakan bahwa sebagai produk yang
mudah mengalami kerusakan (perishable food) talas Belitung memerlukan penanganan
khusus, salah satu upaya untuk mengatasi kerusakan adalah mengolahnya menjadi
tepung. Lebih lanjut Menurut Purwanto (2009) secara umum permasalahan yang
dihadapi dalam mengembangkan usaha pengolahan hasil pertanian yaitu sifat produk
pertanian yang mudah rusak, sebagian produk pertanian bersifat musiman dan sangat
dipengaruhi oleh iklim serta kualitas produk pertanian yang dihasilkan pada umumnya
masih rendah sehingga akan ada kesulitan dalam persaingan pasar baik di dalam negeri
maupun di pasar internasional.
Umbi talas dapat dijadikan berbagai jenis produk olahan dalam bentuk setengah
jadi misalnya tepung umbi talas maupun sebagai produk olahan siap konsumsi
misalnya keripik talas, dodol talas, kerupuk talas dan sebagainya. Melihat besarnya
potensi tersebut membuat Kelompok Wanita Tani Melati di Kelurahan Pamoyanan,
Bogor selatan yang dibentuk pada tahun 2006 tertarik untuk melakukan usaha
pengolahan umbi talas.
Permasalahan Penelitian
1. Apa saja produk olahan umbi talas yang diproduksi ?
2. Bagaimana biaya dan pendapatan usaha pengolahan umbi talas berbagai
produk yang dihasilkan ?
3. Bagaimana prospek pengembangan usaha pengolahan umbi talas ke depannya
dalam skala rumah tangga ?
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui produk olahan umbi talas apa saja yang di produksi..
2. Mengetahui biaya dan pendapatan usaha pengolahan umbi talas menjadi
menjadi berbagai produk yang dihasilkan..
3. Mengetahui prospek pengembangan usaha pengolahan umbi talas ke
depannya dalam skala rumah tangga.
43
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati di
Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Penelitian dilakukan
pada bulan November 2019 - April 2020.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey, dimana populasinya adalah
anggota KWT Melati yang saat ini jumlahnya 22 orang. Selain melakukan wawancara
dengan sampel yang diambil secara purposive, juga akan dilakukan indept studi,
observasi lapang dan wawancara dengan Penyuluh Pertanian dan Tokoh Masyarakat
yang ada di sekitar lokasi KWT Melati dan dilanjutkan dengan penjaringan informasi
menggunakan metode FGD.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, dimana data
primer diperoleh dari wawancara dengan anggota KWT Melati dan pengamatan
langsung untuk melihat aktivitas anggota yang tergabung dalam KWT. Kegiatan KWT
yang dikaji mulai dari apa yang sudah rutin dilakukan dalam proses pengolahan umbi
talas sampai pada kegiatan yang memungkinkan bisa dilakukan ke depannya, sehingga
dengan demikian kegiatan tersebut berimplikasi pada pendapatan anggota KWT.
Peralatan yang diperlukan selain kuesioner juga dibutuhkan kamera. Data sekunder
dalam penelitian ini diperoleh dari laporan-laporan yang berasal dari instansi terkait.
Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperoleh dari wawancara dengan responden ditabulasi kemudian
dianalisis menggunakan perangkat analisis sebagai berikut:
Analisis Kelayakan Finansial
Dalam penelitian ini kriteria kelayakan usaha pembuatan tepung talas secara
finansial yang digunakan meliputi Net R/C Ratio, dan Payback Periode.
Tingkat pendapatan usahatani wortel dan usaha pengadaan benih wortel dalam
satu kali proses produksi dianalisis dengan rumus (Suratiyah, 2016):
44
R/C Ratio = 𝑇𝑅 /𝑇𝐶
Keterangan :
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya Produksi
Kriteria:
- Jika R/C Ratio ≥ 1 maka usahatani dikatakan layak untuk diusahakan
- Jika R/C Ratio < 1 maka usahatani dikatakan tidak layak untuk diusahakan
Analisis dengan Matriks SWOT
Matrik SWOT adalah alat yang dipakai untuk faktor-faktor strategis perusahaan.
Matrik ini menggambarkan dengan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi diselesaikan dengan kekuatan dan kelemahan. Matrik SWOT ini dapat
menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi. Strategi S-O menuntut
perusahaan mampu memanfaatkan peluang melalui kekuatan internalnya. Strategi W-
O menuntut perusahaan untuk meminimalkan kelemahan dalam memanfaatkan
peluang. Strategi S-T merupakan pengoptimalan kekuatan dalam menghindari
ancaman dan WT merupakan meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
(Rangkuti, 2006). Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan
internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO atau strategi
kelemahan peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan
peluang eksternal. Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan
perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi
WT atau strategi kelemahanancaman merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk
mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal (David, 2004).
Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui strategi apa yang akan digunakan setelah
melihat kekuatan,kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki industri. Tabel 2.
Matriks SWOT
Strenght (S)
Menentukan 1-10 faktor-
faktor kekuatan internal
Weakness (W)
Menentukan 1-10
faktor-faktor kelemahan
internal
Opportunities (O)
Menentukan 1-10 faktor-
faktor peluang eksternal
Strategi S-O
Menciptakan strategi
yang menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi W-O
Menciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
45
Threats (T) Menentukan
1-10 faktor-faktor ancaman
eksternal
Strategi S-T
Menciptakan strategi
yang menggunakan
kekuatan untuk
mengatasi ancaman
Strategi W-T
Menciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2001
Matriks ini menggambarkan secara jelas bagian peluang dan ancaman yang
dihadapi disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kelompok Wanita Tani Melati
Salah satu kelompok wanita tani (KWT) yang ada di kabupaten Bogor adalah
KWT Melati yang sekretariatnya berlokasi di Kampung Nagrok Rt 02 Rw 12,
kelurahan Pamayonan, Kecamatan Bogor selatan, Kota Bogor. KWT ini terbentuk
sejak 31 Desember 2001 dengan anggota sebanyak 25 orang yang dipelopori oleh ibu-
ibu kader PKK yang berkeinginan untuk merubah kondisi perekonomian masyarakat
yang dirasakan masih sangat rendah dengan cara memanfaatkan lahan pekarangan di
sekitar rumah untuk budidaya tanaman sayuran, palawija dan obat-obatan.
Terbentuknya Kelompok Wanita Tani Melati dipelopori oleh ibu-ibu kader PKK dan
Posyandu di lingkungan RW 03 Kelurahan Pamoyanan. Kegiatan awal dari Kelompok
Wanita Tani Melati adalah melibatkan ibu-ibu yang ingin aktif untuk merubah
perekonomian keluarga dengan memanfaatkan lahan pekarangan di sekitar rumah
untuk budidaya tanaman aneka sayuran, palawija dan obat-obatan.
Fokus awal kegiatan Kelompok Wanita Tani Melati adalah bidang budidaya
pertanian. Namun, dengan adanya penambahan jumlah anggota Kelompok Wanita
Tani Melati juga menambah kegiatan yaitu pada bidang pengolahan hasil pertanian
yang memproduksi tepung dari tanaman pangan. Pada tahun 2006 Kelompok Wanita
Tani Melati mulai memproduksi tepung umbi talas dan mulai memproduksi keripik
talas pada tahun 2013.
46
Produk Olahan Umbi Talas KWT Melati
Seperti telah dikemukakan di atas, pada awal terbentuknya KWT Melati ini
melakukan kegiatan budidaya tanaman terutama pemanfaatan lahan pekarangan dan
lahan-lahan sempit yang ada untuk ditanami dengan tanaman sayur dan tanaman obat-
obatan., kemudian kegiatannya berkembang dengan melakukan kegiatan pengolahan
hasil pertanian seperti memproduksi tepung singkong, tepung ubi jalar dan pada tahun
2006 mulai memproduksi tepung umbi talas.
KWT Melati dengan jumlah anggota tercatat 22 orang, akan tetapi tidak semua
anggotanya aktif dengan berbagai kendala dari masing-masing anggota seperti sibuk
mengurus anak-anak karena masih kecil-kecil, sibuk dengan urusan rumah tangga.
Anggota yang aktip sepertinya sudah ada pembagiannya, ada yang kegiatannya khusus
memproduksi rengginang, ada yang memproduksi kue kalua ada pesanan saja, dan ada
yang khusus membuat tepung singkong, tepung ubi jalar dan tepung talas.
Sampai saat penelitian ini dilakukan tepung singkong dan tepung ubi jalar
sudah tidak dilakukan karena mereka hanya konsentrasi mengolah tepung talas dan
keripik talas saja. Produk yang dihasilkan seperti terlihat pada Gambar 2 dibawah ini.
.
Gambar 2. Tepung Talas dan keripik Talas
Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha KWT Melati
Tepung Talas
Tepung merupakan bentuk hasil pengolahan yang dilakukan dengan
memperkecil ukuran suatu bahan menggunakan metode penggilingan. Tepung
merupakan produk yang memiliki kadar air rendah sehingga daya awetnya pun tinggi.
Talas memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai bahan baku tepung karena
47
memiliki kandungan pati yang tinggi, yaitu 70 – 80%. Tepung talas memiliki ukuran
granula yang kecil, yaitu 0,5 – 5 mikron. Ukuran granula pati yang kecil ini ternyata
dapat membantu individu yang mengalami masalah dengan pencernaannya karena
kemudahan dari talas untuk dicerna (Koswara, 2013).
Proses pembuatan tepung talas diawali dengan pencucian dan pengupasan umbi
segar kemudian dilakukan pengirisan yang ditujukan untuk memperbesar luas
permukaan dari talas pada saat dikeringkan. Dapat juga terlebih dahulu dilakukan
proses perendaman di dalam air mendidih selama ± 4-5 menit sebelum talas mengalami
pengeringan dengan tujuan untuk mengurangi kandungan oksalat di dalamnya.
Kandungan oksalat yang ada di dalam talas memang cukup tinggi dan bila tidak
dihilangkan ataupun dikurangi, maka saat olahan dari talas ini dikonsumsi, konsumen
akan merasakan gatal-gatal pada tenggorokannya.
Pengeringan umbi talas dapat dilakukan baik itu dengan menggunakan alat
pengering maupun sinar matahari. Secara umum, pengeringan dengan menggunakan
alat pengering lebih baik dibandingkan menggunakan sinar matahari. Kelebihannya
antara lain suhu pengeringan dan laju air udara panas yang dapat dikontrol, kebersihan
yang lebih terjaga dan pemanasan terjadi secara merata. Akan tetapi, pengoperasian
alat pengering terkadang memerlukan keahlian dari pengguna alatnya dan memakan
biaya yang lebih besar.
Proses pengeringan pada pembuatan tepung talas merupakan salah satu tahapan
yang penting, karena menentukan kualitas dan keawetan dari produk olahan
selanjutnya dari tepung tersebut. Suhu dan waktu pengeringan merupakan faktor
penting dalam pengeringan yang akan mempengaruhi mutu produk akhir. Adapun
proses pembuatan tepung talas dapat dilihat pada (Gambar 4).
(Sumber : Koswara, 2013)
Gambar 4. Proses Pembuatan Tepung Talas
Umbi Talas Segar Pencucian Pengupasan
Pengirisan Pengeringan Penggilingan Tepung
Talas
48
Pemasaran Tepung Talas Oleh KWT Melati
Pemasaran adalah suatu proses berpindahnya barang atau jasa dari produsen ke
konsumen. Tepung talas yang diproduksi oleh KWT Melati sejak awal hanya
dipasarkan dilokasi produksi yaitu rumah ketua KWT yang diletakkan dalam rak
bersusun yang sangat sederhana, kemudian dipasarkan melalu ajang pameran-pameran
yang ada di pemerintahan kota Bogor, seperti pameran pada saat perayaan Hari Jadi
Kota Bogor ataupun Pameran Produk Pertanian yang dilaksanakan setahun sekali.
Baru akhir-akhir ini pemasaran dilakukan secara on-line melalui media social yang
dibantu oleh anak ketu KWT Melati.
Setiap kali produksi dengan bahan baku talas 100 kg saja karena keterbatasan
tempat penjemuran, hasil tepung yang didapat hanya 25 kg dengan asumsi bahan baku
talasnya cukup tua, tetapi kalau dapat talas yang masih belum maksimal umur
panennya maka tepung yang diperoleh dari 100 kg bahan baku hanya sebanyak 20 kg
tepung talas. Sampai saat penelitian berlangsung harga jual tepung talas Rp 25.000,-/
kg.
Saluran pemasaran tepung talas produksi dari KWT Melati ini setelah dianalisis
telah dilakukan dalam beberapa cara sebagai berikut:
5. Produsen – Konsumen akhir
6. Produsen – Konsumen Produsen kue
7. Produsen – Pengecer – Konsumen
8. Produsen – Pedagang Perantara – Pengecer – Konsumen
Tepung talas yang di produksi oleh KWT Melati sudah di pasarkan tidak hanya sekitar
kota Bogor saja tapi sudah ke kota-kota lain seperti Bandung, Tangerang, Purbalingga,
Mojokerto, Bali, Palembang, Jakarta dan Indramayu.
Dari Tabel 3 di bawah terlihat bahwa usaha tepung talas ini menguntungkan dan
layak dilanjutkan, hal ini terlihat dari R/C ratio yang didapat sebesar 1,53 yang berarti
bahwa setiap Rp 1,- yang dikeluarkan untuk usaha ini akan menghasilkan sebesar 1,53.
Kendati usaha ini menguntungkan dalam kegiatan usaha KWT Melati, tetapi karena
sering terkendala dengan bahan baku yang sering sulit di dapat dari pemasok maka
usaha pembuatan tepung talas ini tidak secara kontinu dilakukan. Hal ini
menghawatirkan bila tidak mendapat mendapat perhatian dari pemerintah yang
berwenang maka usaha pembuatan tepung talas oleh KWT Melati ini akan terhenti
seperti yang terjadi pada usaha pengolahan tepung singkong dan ubi jalar yang benar-
benar sudah tidak pernah di produksi lagi.
49
Tabel 3. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pengolahan Tepung Talas
(4 kali periode produksi per-bulan)
URAIAN JUMLAH UNIT HARGA
SATUAN (Rp)
JUMLAH
(Rp)
PENERIMAAN
Tepung talas 100 kg 30 000 3 000 000
PENGELUARAN
Talas Belitung
TK.kupas dan potong
TK jemur
TK giling
Starter bimo
Plastik kemasan+label
Listrik
Biaya Penyusutan
Baskom untuk rendam
Baskom untuk cuci
Tampa untuk jemur
Pisau
Chip manual
Mesin penggiling
Karung
400 kg
3 org
1 org
1 org
100 set
6 buah
6 buah
40 buah
3 buah
3 buah
1 buah
3 500
100 000
100 000
100 000
500
1 400 000
300 000
100 000
100 000
50 000
1 000
3 000
3 000
2 000
1 000
2 000
2 000
2 000
TOTAL
PENGELUARAN
1 966 500
LABA PRODUKSI 1 033 500
R/C ratio 1,53
Keripik Talas
Keripik talas adalah makanan yang terbuat dari umbi talas yang diiris tipis
kemudian digoreng dengan minyak goreng. Biasanya memiliki rasa yang asin dengan
aroma bawang, makanan ini tersebar merata di seluruh Indonesia. Menurut Suprapti
(2004) tujuan dari usaha pengolahan talas menjadi keripik selain untuk memenuhi
kebutuhan pasar juga sebagai optimalisasi pemanfaatan hasil panen terutama untuk
komoditi lokal yang rendah nilai ekonominya.
50
Menurut Koswara (2009) pembuatan keripik talas biasanya melalui tahap
penggorengan dalam suhu tinggi maupun penggorengan dengan cara vakum. Proses
pengolahan keripik talas yang dilakukan oleh KWT Melati sebagai berikut:
1. Pengupasan umbi talas, kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja perempuan
yang dilakukan secara manual menggunakan pisau.
2. Pengirisan, setelah dikupas talas selanjutnya diiris menggunakan slicer.
3. Perendaman, setelah di iris-iris maka dilanjutkan dengan perendaman irisan
talas dalam baskom yang berisi air dan ditambahkan kapur sirih sebanyak 5
sendok makan selama 30 menit. Proses perendaman bertujuan untuk
mengurangi kadar kalsium oksalat yang menyebabkan adanya rasa gatal,
mencegah proses browning dan menghilangkan lender yang berasal dari irisan
talas.
4. Pencucian, yang dilakukan menggunakan air yang mengalir sampai bersih.
5. Penggorengan, setelah irisan talas secara kasat mata tidak mengandung air lagi
maka dilanjutkan dengan proses penggorengan yang menggunakan kompor.
Mawar (kompor minyak tanah).
6. Penirisan, dilakukan untuk mengurangi minyak yang masih tersisa selama
proses penggorengan..
7. Pengemasan, dilakukan menggunakan plastic polyethylene yang sudah
ditempel label KWT Melati.
Gambar 5. Bagan Proses Pembuatan Keripik Talas oleh KWT Melati
Umbi Talas Belitung
Pengupasan Kulit
Pencucian
Umbi Talas Diiris
Direndam Selama 30
Menit
Kapur
Pencucian dan Penirisan
Penggorengan dan
Pencampuran Bumbu
Pengemasan
51
Tabel 4. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pengolahan Keripik Talas
Dalam 1 kali Proses Produksi
URAIAN JUMLAH
UNIT
HARGA
SATUAN (Rp)
JUMLAH
(Rp)
PENERIMAAN
Keripik talas 200 bungkus 20 000 4 000 000
PENGELUARAN
Talas Belitung
TK
Minyak sayur
Minyak tanah
Garam
Kemasan+label
Listrik
Kapur sirih
Bumbu perasa
Penyusutan
Pisau
Baskom
Slicer
Serok+sutil
Kompor mawar
Wajan
120 kg
2 org
8 liter
4 liter
4 bungkus
200 lembar
2 bungkus
3 500
100 000
22 500
10 000
2 000
1 400
5 000
420 000
200 000
112 000
40 000
8 000
280 000
20 000
10 000
20 000
1 000
3 000
5 000
2 000
4 000
2 000
TOTAL
PENGELUARAN
1 187 000
LABA PRODUKSI 2 813 000
R/C ratio 3,37
Dari Tabe1 4 di atas terlihat bahwa analisis usaha pengolahan keripik talas
menguntungkan, hal ini terlihat dari R/C ratio sebesar 3,37. Angka tersebut mempunya
arti bahwa setiap Rp 1,- uang yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar
3,37 kali lipat. Angka ini sangat layak sekali untuk pengembangan usaha keripik talas
di KWT Melati. Hanya saja mereka masih mempunyai kendala dalam memasarkan
produk keripik talasnya, sebab keripik yang diproduksi selama ini hanya dipasarkan
disekitar rumah saja dan promosinya hanya dari mulut ke mulut.
Sebenarnya setiap kali mereka membuat keripik talas selalu habis terjual, hanya
saja butuh waktu yang agak lama untuk produksi yang dibuat habis terjual karena
52
keterbatasan dalam pemasarannya. Selain daripada itu, walau usaha ini sangat
menguntungkan mereka belum bisa secara kontinyu berproduksi karena terkendala
bahan baku yang sering tidak ada yang jual dipasar. Selain kendala tersebut di atas,
menurut penulis kendala yang paling utama adalah masih rendahnya motivasi para
anggota KWT Melati untuk berproduksi karena tenaga mereka masih fokus ke urusan
rumah tangga dan mereka masih ada suami yang sebagai pencari nafkah utama. Hal ini
diperkuat setelah penulis bertemu dengan ibu Vivi yang awalnya adalah anggota KWT
Melati, tetapi sekarang sudah secara professional melakukan dan mandiri melakukan
usaha pengolahan keripik talas dan keripik singkong dengan berbagai varian rasa.
Produk yang dihasilkan sudah masuk ke salah satu toko pusat oleh-oleh khas Bogor,
dan bahan bakunya sudah ada pemasok yang secara kontinyu datang sesuai pesanan
ibu Vivi. Ini artinya kalau KWT Melati ini masih terus dibina dan didampingi baik
dalam proses pengolahan ataupun pemasarannya, usaha kelompok ini bisa berkembang
lebih baik lagi.
Keripik Talas Balado Peteuy
Keripik talas balado peteuy adalah nama produk baru yang coba dibuat olek KWT
Melati, yaitu dengan menambahkan ikan asin goreng dan petai (Sunda = Peteuy)yang
buah perai di belah 2 terus digoreng dan dicampur dengan keripik balado yang sudah
mereka buat. Citarasanya jauh lebih enak dan banyak disenangi oleh konsumen, hanya
saja belum bisa kontinyu berproduksi karena kendala bahan baku dan ditambah adanya
wabah pandemik covid-19 melanda Indonesia.
Proses pengolahan keripik balado talas peteuy yang dilakukan oleh KWT Melati
sebagai berikut:
1. Pengupasan umbi talas, kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja perempuan
yang dilakukan secara manual menggunakan pisau.
2. Pengirisan, setelah dikupas talas selanjutnya diiris menggunakan slicer.
3. Perendaman, setelah di iris-iris maka dilanjutkan dengan perendaman irisan
talas dalam baskom yang berisi air dan ditambahkan kapur sirih sebanyak 5
sendok makan selama 30 menit. Proses perendaman bertujuan untuk
mengurangi kadar kalsium oksalat yang menyebabkan adanya rasa gatal,
mencegah proses browning dan menghilangkan lender yang berasal dari irisan
talas.
4. Pencucian, yang dilakukan menggunakan air yang mengalir sampai bersih.
5. Penggorengan, setelah irisan talas secara kasat mata tidak mengandung air lagi
maka dilanjutkan dengan proses penggorengan yang menggunakan kompor.
Mawar (kompor minyak tanah).
53
6. Penirisan, dilakukan untuk mengurangi minyak yang masih tersisa selama
proses penggorengan..
7. Selesai penggorengan keripik talas, selanjutnya pembuatan sambal cabai,
penggorengan ikan asin dan penggorengan petai untuk untuk dicampur ke
keripik talas yang sudah siap.
8. Ada 2 varian rasa yang dibuat KWT Melati yaitu keripik balado yang
menggunakan prisa balado, dan keripik talas yang menggunakan sambal cabai,
ikan asin dan petai.
9. Pengemasan, dilakukan menggunakan plastic polyethylene yang sudah
ditempel label KWT Melati.
10. Keripik siap dipasarkan dengan varian keripik talas balado dan keripik talas
balado peteuy.
Berdasarkan analisis usaha seperti terlihat pada Tabel 5 di bawah, terlihat bahwa
dalam 1 kali proses produksi usaha ini sangat menguntungkan dinyatakan dengan R/C
ratio sebesar 2,89 yang berarti setiap Rp 1,- uang yang dikeluarkan akan menghasilkan
sebanyak Rp 2, 89,-. Hampir 3 kalilipat keuntungan yang didapat, sehingga dapat
dikatakan bahwa usaha keripik talas peteuy ini sangat layak untuk diusahakan.
. Gambar berikut adalah keripik balado peteuy yang sudah siap dijual.
Gambar 5. Keripik Talas Balado Peteuy Produksi KWT Melati.
54
Tabel 5. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pengolahan Keripik Talas
Balado Peteuy
URAIAN JUMLAH
UNIT
HARGA
SATUAN (RP)
JUMLAH (RP)
PENERIMAAN
Keripik Talas Petey 36 20.000 720.000
Keripik Talas Balado 48 15.000 720.000
PENGELUARAN
Talas Belitung 20 Kg 8.000 160.000
Tenaga Kerja 2 Orang 50.000 100.000
Minyak Sayur 4 Liter 12.500 50.000
Gas LPG 1 Tabung 20.000 20.000
Garam 1/2 Bungkus 2.000 1.000
Ikan Asin 1/2 Kg 50.000 25.000
Kacang Tanah 0,5 Kg 28.000 14.000
Cabai Rawit Jablai 0,5 Kg 20.000 10.000
Cabai Merah 0,5 Kg 20.000 10.000
Bawang Putih 0,5 Kg 30.000 15.000
Petai 20 Papan 1.200 24.000
Gula Pasir 0,25 Kg 14.000 3.500
Bumbu Penyedap 2.000
Plastik Kemasan +
Label
34.000
Kapur 5.000
Prisa Balado 14.000
Biaya Penyusutan
Pisau 2 500
Baskom 3 1.500
Slicer 1 5.000
Serok/Sutil 1 500
Kompor 1 2.000
Wajan 1 1.000
TOTAL
PENERIMAAN
1.440.000
TOTAL
PENGELUARAN
499.000
LABA PRODUKSI 1.067.000
R/C RATIO 2,89
55
Berdasarkan analisis usaha seperti terlihat pada Tabel 5 di atas, terlihat bahwa dalam 1
kali proses produksi usaha ini sangat menguntungkan dinyatakan dengan R/C ratio
sebesar 2,89 yang berarti setiap Rp 1,- uang yang dikeluarkan akan menghasilkan
sebanyak Rp 2, 89,-. Hampir 3 kalilipat keuntungan yang didapat, sehingga dapat
dikatakan bahwa usaha keripik talas peteuy ini sangat layak untuk diusahakan.
. Gambar berikut adalah keripik balado peteuy yang sudah siap dijual.
Gambar 5. Keripik Talas Balado Peteuy Produksi KWT Melati.
Prospek Pengembangan Usaha Pengolahan Umbi Talas
Seperti yang sering kita dengar pernyataan bahwa seorang entrepreuneur itu adalah
orang yang jatuh 10 kali dan bangkit 11 kali, itu artinya tersirat bahwa seorang dalam
melakukan usaha pasti akan menghadapi kegagalan sebelum mencapai sukses. Begitu
juga halnya dengan usaha yang dilakukan oleh KWT Melati ini memiliki kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dalam proses pengembangannya. Hal tersebut dapat
digambarkan dalam matriks berikut ini.
56
Tabel 6. Analisis Swot Usaha Pengolahan Umbi Talas Oleh KWT Melati.
Kekuatan
Tersedianya SDM yang banyak.
Pengalaman KWT yang cukup
lama
Produk yang dijual banyak
diminati
Kelemahan
Terkendala ketersediaan modal
Motivasi yang masih masih
kurang
Kesibukan dalam mengurus
keluarga
Peluang
Semua orang sudah kenal talas.
Bogor sebagai destinasi wisata
Banyak orang sudah mengenal
olahan talas di Bogor
Ancaman
Sering langkanya bahan baku
Kurangnya pembinaan pada
KWT
Harus bersaing dengan produk
olahan yang lain.
Berdasarkan analisis SWOT di atas maka dalam upaya pengembangan usaha KWT
Melati yang mempunya prospek, dapat diterapkan beberapa strategi yaitu :
S-O : Strategi dengan menggunakan kekuatan yang ada untuk memanfaatkan peluang
maka Sumberdaya manusia yang banyak dan berpengalaman dapat dijadikan dasar
pengembangan usaha talas ini.
W-O : Strategi dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang, maka
perlu dilakukan dan diberikan pelatihan tentang menajemen usaha guna pengembangan
usaha talas yang sudah banyak dikenal.
S-T : Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, maka KWT
Melati harus bekerjasama dengan pemasok bahan baku talas dan terus berinovasi dalam
membuat variasi produk.
W-T : Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman, maka perlu
dilakukan peningkatan motivasi dengan cara memberikan pembinaan pada anggota
KWT Melati.
57
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa:
1. Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati banyak melakukan pengolahan produk,
tapi olehan produk yang berbahan baku talas yang diproduksi sampai sekarang
adalah tepung talas, keripik talas original, dan keripik talas peteuy.
2. Biaya dan pendapatan usaha pengolahan umbi talas menjadi tepung talas untuk
sekali proses produksi biaya produksi yang dikeluarkan sebesar
Rp 1 966 500,- pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 1 033 500,- sehingga
R/C ratio = 1,53. Usaha olahan keripik talas original biaya yang dikeluarkan
dalam 1 kali proses produksi sebesar Rp 1 187 000,- Pendapatan yang diperoleh
sebesar Rp 2 813 000,- dan R/C ratio = 3,37. Usaha olahan keripik talas peteuy
dalam 1 kali proses produksi biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 499 000,-
Pendapatan sebesar Rp 1 067 000,- dan R/C ratio = 2,89. Dari hasil analisa R/C
ratio yang di dapat > 1 maka usaha pengolahan umbi talas menjadi berbagai
produk ini menguntungkan dan layak dilanjutkan.
3. Prospek pengembangan usaha pengolahan umbi talas ke depannya dalam skala
rumah tangga, dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
yang ada , maka kegiatan KWT Melati ini memiliki prospek yang potensial
untuk dikembangkan dengan cara memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk
pengembanganusaha yang berbahan baku talas, dengan cara memberikan
pelatihan tentang mamajemen usaha, bekerjasama dengan pemasok bahan baku
talas dan berinovasi dalam membuat berbagai variasi produk olahan.
Saran
Dari pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa saran
yang dapat dikemukakan supaya KWT Melati dapat berkembang :
1. Perlunya Dinas Ketahanan Pangan secara kontinyu tetap memberikan
pembinaan pada KWT Melati ini, terutama dalam mengatasi motivasi yang
masih labil dari anggota untuk secara kontinyu melakukan kegiatan yang dapat
menghasilkan tambahan pendapatan bagi keluarga.
2. KWT Melati harus melakukan pemasaran secara on line dengan memanfaatkan
media social yang mereka miliki.
58
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2017. Industri Besar Dan
Sedang.www.bps.go.id/subject/9/industri-besar-dan-sedang.html
Dasrifah, E. Haris, B: Meilan, J. 2010 Analisis Perilaku Konsumen Dalam Pembelian
Produk Sayuran Di Pasar Modern Kota Bekasi. Jurnal Agribisnis dan
Pengembangan Wilayah Vol. 1 No. 2 Juli 2010..
David, F R. 2004. Manajemen Strategis Konsep-Konsep. PT. Indeks Kelompok
Gramedia. Jakarta
Firdaus, Muhammad. 2008. Manajemen Agribisnis. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Hariandja, Marihot, T, E. 2002. Manajemen Sumberdaya Manusia. PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Hermanto dan Dewa. 2007. Rancangan Kelembagaan Tani Dalam Implementasi
Prima Tani Di Sumatera Selatan. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 5(2), Juni
2007. Pusat Analisis Sosek dan Kebijakan Pertanian, Bogor.
Husein, U. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Penerbit PPM.
Pemerintah Kabupaten Kota Bogor. 2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja. Penerbit
Pemerintah Kabupaten Bogor.
Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Purwanto, H. 2009. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian
5 (1) : 15 – 19.
Rawuh, Sugeng. 2008. Penghilang Rasa Gatal Pada Talas.
http://yellashakti.wordpress.com/2008/01/30penghilang-rasa-gatal-pada-talas.
Saragih. B. 2001. Agribisnis. Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis
Pertanian. Penerbit PT. Surveyor Indonesia.
Simanjuntak, P.Herri F, Riska, D. 2014. Prospek Pengembangan Usaha Dodol Pepaya
(Carica papaya L) pada Home Industri :Dua Saudara” Desa Tebat Monok
Kecamatan Kepahiang, Kabupaten Kepahiang.Jurnal Agritepa Vol 1 No. 1,
Juni 2014.
Suwardi, S, Zuriani, Z danMurdani, B. 2016. Prospek Pengembangan Usahatani
Melon Kecamatan Muara Baru dan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Jurnal
Agribisnis Universitas Malikussaleh. Vol 1 No. 1 Tahun 2016
59
Yani, Asmah, Farida. 2015. Kajian dan Pengembangan Jenis-jenis Talas Di
Kabupaten Bogor. Universitas Nasional.
Koswara, S. 2013. Teknologi Pengolahan Umbi-umbian : Pengolahan Umbi Talas.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
60
4. Synopsis Penelitian Lanjutan
SINOPSIS PENELITIAN
STUDI POTENSI TANAMAN UBI-UBIAN SPECIFIK LOKAL DAN UPAYA
PENGEMBANGANNYA DALAM MENDUKUNG
KEMANDIRIAN PANGAN DI PROVINSI LAMPUNG
TIM PENELITI :
Ir. ASMAH YANI, M. Si ( Ketua)
Ir. WAYAN RAWINIWATI, M. Si (Anggota)
Latar Belakang
Berdasarkan Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, secara tegas
diamanatkan bahwa Indonesia perlu membangun ketahanan pangan, mandiri dan
berdaulat. Kemandirian pangan (food resilience) adalah kemampuan Negara dan
bangsa dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang
menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang yang cukup sampai tingkat
perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam, manusia, social,
ekonomi, dan kearifan local secara bermartabat. Kemandirian dicirikan oleh 3 hal
pokok yaitu ; 1) Ketersediaan pangan yang berbasis pada pemanfaatan sumberdaya
lokal, 2) Keterjangkauan pangan dari aspek fisik dan ekonomi oleh seluruh masyarakat,
dan 3) Pemanfaatan pangan.
Sumber daya lokal termasuk di dalamnya pangan lokal erat kaitannya dengan
ketahanan pangan. Ketahanan pangan yang dikembangkan berdasarkan kekuatan
sumber daya lokal akan menciptakan kemandirian pangan. Di samping itu, juga akan
melahirkan sistem pangan dengan pondasi yang kokoh (Hariadi dalam Yuliatmoko,
2011). Di sisi lain, pangan lokal atau pangan tradisional dapat berperan sebagai survival
strategi bagi masyarakat golongan ekonomi lemah dalam sistem ketahanan pangan
(Lestari et al. dalam Yuliatmoko, 2011). Potensi ketersediaan pangan lokal Indonesia
memang sangat melimpah. Indonesia memiliki setidaknya 77 bahan makanan lokal
yang mengandung karbohidrat yang hampir sama dengan nasi sehingga bisa dijadikan
substitusi (Yuliatmoko, 2011).
Provinsi Lampung yang terdiri dari 10 kabupaten/kota dengan potensi pertanian
yang cukup tinggi dan tersebar pada daerah dataran rendah dan dataran tinggi, tentu
saja memiliki potensi pangan local dalam bentuk umbi-umbian. Selama ini yang
61
penulis ketahui hanya potensi pangan singkong dan ubi jalar saja yang sangat terkenal
di provinsi ini. Menarik untuk dikaji ubi jalar putih yang ada di Provinsi Lampung ini.
Saat ini, potensi lahan pekarangan sebagai kebun koleksi sumber bahan pangan
lokal belum dimanfaatkan secara optimal. Ketersediaan pangan di tingkat lokal
merupakan faktor pendukung bagi pemenuhan gizi keluarga. Kemampuan masyarakat
untuk mendapatkan bahan pangan juga sangat menentukan selain ketersediaan pangan
tersebut (Suminah dan Mujiyo, 2008). Pemanfaatan pangan lokal tersebut sudah
berlangsung secara turun-temurun. Namun budidayanya masih relatif bersifat terbatas
sedangkan sangat berpotensi sebagai penyedia sumber bahan pangan. Seperti jewawut
, jejawutpangan lokal ini hanya jagung, ubi kayu dan ubi jalar yang telah tercatat jumlah
produksinya, namun sebagian besar belum tercatat jumlah produksinya. Hal ini
dikarenakan jenis pangan lokal tersebut belum dibudidayakan secara optimal. Aktivitas
pemanfaatan lahan pekarangan secara intensif, dapat dijadikan potensi dalam
mempertahankan keberadaan dan kelestarian sumber bahan pangan lokal daerah.
Rumusan Masalah
. Melihat potensi dan permasalahan yang ada inilah menggugah peneliti untuk
melakukan penelitian tentang “Studi Potensi Tanaman Ubi-Ubian Specifik Lokal dan
Upaya Pengembangannya Dalam Mendukung Kemandirian Pangan Di Propinsi
Lampung” dengan mengangkat permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana keberadaan dan sebaran tanaman ubi-ubian yang potensial
untuk mendukung kemandirian pangan masyarakat di Provinsi Lampung?
2. Bagaimana teknik budidaya tanaman ubi-ubian specifik lokal dan seberapa
besar potensi lahan yang dapat dikembangkan dalam mendukung
kemandirian pangan di Provinsi Lampung ?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian adalah :
1. Mengetahui bagaimana keberadaan dan sebaran tanaman ubi-ubian yang
potensial untuk mendukung kemandirian pangan masyarakat di Provinsi
Lampung.
2. Mengetahui teknik budidaya tanaman ubi-ubian specifik local dan seberapa
besar potensi lahan yang dapat dikembangkan dalam mendukung
kemandirian pangan di Provinsi Lampung.
3. Menambah referensi bahan ajar tentang peran pangan dalam mata kuliah
ekonomi pertanian.
62
4. Publikasi ilmiah pada jurnal terakreditasi.
Manfaat Penelitian:
1. Menggali potensi tanaman umbi-umbian yang specifik local yang berfungsi
sebagai pengganti pangan beras selain ubi kayu dan ubi jalar di Provinsi
Lampung.
2. Mengembangkan potensi lahan yang ada untuk budidaya tanaman umbi-
umbian specifik local pengganti pangan beras di Provinsi Lampung.
63
5. Dokumentasi Penelitian
64
6. Peta Wilayah Penelitian di Kecamatan Pamayonan, Bogor Selatan