bab-1 oke

9
PT. Riau Baraharum Jl. Alaydrus No. 82/4 Jakarta - 10130 Telp. (021) – 634 5222 Fax. (021) – 634 5221 / 633 5985 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batubara merupakan salah satu sumber energi alternatif setelah cadangan minyak bumi mulai menipis. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 1980, Pemerintah Indonesia mencanangkan penggunaan batubara secara optimal sebagai sumber energi untuk industri dan rumah tangga. Sehingga usaha pertambangan batubara mulai meningkat baik oleh swasta nasional maupun oleh investor asing. Implementasi Peraturan Presiden RI, No. 71 dan 72 tahun 2006 tentang Penugasan kepada PT. PLN dalam percepatan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 10.000 MW dengan bahan batubara, diperkirakan akan lebih meningkatkan upaya penyediaan batubara melalui eksploitasi. Peraturan presiden itu pada dasarnya dibuat dalam upaya mengatasi krisis energi yang berkepanjangan melalui konversi bahan bakar minyak bumi yang harganya semakin tinggi dan ketersediaannya juga semakin terbatas. Disamping itu, pada umumnya batubara yang akan digunakan untuk pembangkit tenaga listrik ini adalah batubara dengan kalori yang lebih rendah dibanding dengan batubara kualitas eksport. Dengan demikian optimalisasi pemanfaatan sumber daya energi ini akan lebih effisien. Dalam kondisi demikian permintaan batubara akan semakin tinggi, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun tujuan eksport. Akhirnya komoditi batubara ini menjadi bernilai ekonomis tinggi, menjadikan bisnis ini lebih menarik karena akan sangat menguntungkan. Oleh karena itu tidaklah mengherankan adanya kecenderungan meningkatnya aktifitas dunia usaha yang bergerak di sektor bisnis ini, bahkan sebagian dari mereka yang sudah berkiprah, akan berusaha untuk meningkatkan usaha, baik melalui ekstensifikasi (perluasan konsesi usaha, maupun intensifikasi (peningkatan produksi dan produktifitas usaha). PT. Riau Baraharum merupakan salah satu badan usaha yang telah melaksanakan aktifitas penambangan batubara di Kabupaten Indragiri Hulu. Kegiatan usaha ini juga telah KA-ANDAL Penambangan Batubara Wilayah KW. 99 PB 0262 I - 1

Upload: yuni-rahma

Post on 28-Sep-2015

222 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

nhhh

TRANSCRIPT

BAB I

PT. Riau Baraharum

Jl. Alaydrus No. 82/4 Jakarta - 10130

Telp. (021) 634 5222 Fax. (021) 634 5221 / 633 5985

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangBatubara merupakan salah satu sumber energi alternatif setelah cadangan minyak bumi mulai menipis. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 1980, Pemerintah Indonesia mencanangkan penggunaan batubara secara optimal sebagai sumber energi untuk industri dan rumah tangga. Sehingga usaha pertambangan batubara mulai meningkat baik oleh swasta nasional maupun oleh investor asing.Implementasi Peraturan Presiden RI, No. 71 dan 72 tahun 2006 tentang Penugasan kepada PT. PLN dalam percepatan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 10.000 MW dengan bahan batubara, diperkirakan akan lebih meningkatkan upaya penyediaan batubara melalui eksploitasi. Peraturan presiden itu pada dasarnya dibuat dalam upaya mengatasi krisis energi yang berkepanjangan melalui konversi bahan bakar minyak bumi yang harganya semakin tinggi dan ketersediaannya juga semakin terbatas. Disamping itu, pada umumnya batubara yang akan digunakan untuk pembangkit tenaga listrik ini adalah batubara dengan kalori yang lebih rendah dibanding dengan batubara kualitas eksport. Dengan demikian optimalisasi pemanfaatan sumber daya energi ini akan lebih effisien. Dalam kondisi demikian permintaan batubara akan semakin tinggi, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun tujuan eksport. Akhirnya komoditi batubara ini menjadi bernilai ekonomis tinggi, menjadikan bisnis ini lebih menarik karena akan sangat menguntungkan. Oleh karena itu tidaklah mengherankan adanya kecenderungan meningkatnya aktifitas dunia usaha yang bergerak di sektor bisnis ini, bahkan sebagian dari mereka yang sudah berkiprah, akan berusaha untuk meningkatkan usaha, baik melalui ekstensifikasi (perluasan konsesi usaha, maupun intensifikasi (peningkatan produksi dan produktifitas usaha). PT. Riau Baraharum merupakan salah satu badan usaha yang telah melaksanakan aktifitas penambangan batubara di Kabupaten Indragiri Hulu. Kegiatan usaha ini juga telah didahulukan dengan kajian AMDAL melalui persetujuan Gubernur Riau No. KPTS. 542/IX/2004, tentang Kelayakan Lingkungan Kegiatan Pertambangan Batubara Wilayah KW. 99 PB 0262 di Kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Tingginya permintaan akan bahan galian ini mendorong perusahaan untuk meningkatkan produksinya dari perencanaan semula sebesar 750.000 ton/tahun, menjadi 1.800.000 ton/tahun. Selain itu, fakta di lapangan menuntut dilakukannya perubahan teknologi proses eksploitasi yang mengharuskan penggunaan bahan peledak atau yang sering dikenal dengan istilah blasting, mengingat dibeberapa lokasi ditemukan penutup dengan tekstur yang keras yang tidak bisa dikupas dengan menggunakan alat-alat berat yang umum digunakan.

Namun demikian perubahan proses maupun aktifitas yang dilakukan diperkirakan dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Apapun alasannya, seyogyanya tujuan pembangunan tidaklah hanya berorientasi pada devisa semata (ekonomis), tetapi juga harus berwawasan lingkungan (ekologis). Kebijaksanaan untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan harus didukung semua pihak, termasuk oleh pengusaha, karena aktifitas pembangunan ekonomi yang berorientasi pada lingkungan akan bertahan lebih lama atau berkelanjutan (sustainable development).

Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, maka pemrakarsa telah berkonsultasi dengan beberapa lembaga terkait seperti Departemen Pertambangan dan Energi, dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan baik yang ada di pusat maupun daerah. Rekomendasi yang diterima sesuai dengan PP No. 27 Tahun 1999, pada pasal 25 dan 26 AMDAL berlaku sepanjang umur kegiatan, kecuali apabila pemrakarsa memindahkan lokasi usaha dan/atau kegiatan, mengubah desain dan/atau proses dan/atau kapasitas dan/atau bahan baku dan/atau bahan penolong. Sebagai konsekwensinya, maka diperlukan revisi terhadap pengkajian dan penelaahan yang telah ada.

Pemrakarsa telah menyadari sepenuhnya kondisi dan konsekuensi dari kegiatan itu. Implementasi kesadaran tersebut diwujudkan dengan kemauan mengikuti seluruh persyaratan yang ditetapkan pemerintah, dengan terlebih dahulu melakukan studi yang mendalam terhadap berbagai komponen yang mungkin akan mengalami perubahan serta menelaah seberapa besar dan penting terjadinya perubahan lingkungan akibat kegiatan yang akan dilakukan. Kajian dan penelaahan dimaksud disebut dengan studi AMDAL.Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dilakukan melalui berbagai tahapan, yaitu dimulai dari sosialisasi sesuai dengan Keputusan Bapedal No. 08 tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL. menyusun Kerangka Acuan (KA-ANDAL); Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Dokumen ini merupakan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL) yang akan menjadi acuan dalam penyusunan dokumen selanjutnya seperti ANDAL, RKL dan RPL. Format yang digunakan dalam dokumen KA. ANDAL maupun dokumen ANDAL, RKL, dan RPL mengacu pada Permen LH No. 08 tahun 20061.2. Tujuan Dan Manfaat

1.2.1 Tujuan Rencana Kegiatan

Tujuan meningkatkan produksi dan penggunaan teknologi peledakan pada kegiatan penambangan batubara oleh PT. Riau Baraharum pada Wilayah KW. 99 PB 0262 di Kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir, Propinsi Riau antara lain :

Membuka peluang kesempatan kerja melalui multiflier effect dari kegiatan pembangunan dan menurunkan angka pengangguran.

Memenuhi permintaan pasar yang cenderung mengalami peningkatan, sekaligus menjadi pemasok sumber energi alternatif yang dibutuhkan bagi kelangsungan pembangunan nasional.

Mendayagunakan teknologi yang paling efektif dalam memanfaatkan sumberdaya alam (batubara) untuk tujuan ekonomis.

Memberikan tambahan penerimaan daerah dari royalty dan pajak yang dihasilkan kegiatan pertambangan kepada Pemda setempat, Propinsi dan Pemerintah Pusat.

Alih teknologi penambangan ke tenaga kerja lokal.

1.2.2. Manfaat Kegiatan

Manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan penambangan batubara di Kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir, Propinsi Riau diharapkan tidak hanya dilakukan oleh pemrakarsa saja namun juga dapat diikuti oleh penduduk dan masyarakat sekitar kegiatan proyek, sambil ikut berpartisipasi dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Secara rinci manfaat dari penambangan batu bara ini adalah :

Mengembangkan usaha pemanfaatan sumberdaya alam secara legal, sehingga manfaat lainnya dirasakan oleh pihak negara.

Mengembangkan potensi cadangan batubara bagi kepentingan pembangunan nasional.

Membuka isolasi daerah

Menambah PAD bagi pemerintah daerah setempat.

Terbukanya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar daerah rencana kegiatan baik langsung maupun melalui multiflier effect dari kegiatan ekonomi.

Membantu pemerintah dalam mendidik tenaga yang terlatih dan terampil.

I.3.Peraturan Perundang-Undangan

Dasar hukum dari pelaksanaan studi AMDAL adalah peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan pemerintah, dalam upaya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Peraturan perundang-undangan tersebut adalah:

UNDANG-UNDANG1. UU Nomor 1 Tahun 1995, tentang Perseroan Terbatas.

2. Undang-undang No. 11 Tahun 1967, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan.

3. Undang-undang No. 5 tahun 1990, tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

4. Undang-undang No. 14 tahun 1992, tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan.

5. Undang-undang No. 21 tahun 1992, tentang Pelayaran.

6. Undang-undang No. 5 tahun 1994, tentang Pengesahan Konvensi PBB mengenai Keanekaragaman Hayati.

7. Undang-undang No. 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

8. Undang-undang No. 41 tahun 1999, tentang Kehutanan.

9. Undang-undang No. 34 tahun 2000, tentang Pajak dan Restribusi Daerah.

10. Undang-undang Republik Indonesia No. 26 tahun 2007, tentang Penataan Ruang.11. Undang-undang No. 32 tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.

12. Undang-undang No. 34 tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

PERATURAN PEMERINTAH1. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1985, tentang Perlindungan Hutan.

2. Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1993, tentang Pemeriksaan Kenderaan Bermotor.

3. Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1993, tentang Prasarana dan Lalulintas Jalan.

4. Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1999, tentang Pajak Eksport Pertambangan dan Royalti.

5. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999, tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

6. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

7. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999, tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

8. Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2000, tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

9. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000, tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.

10. Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2000, tentang Sungai.

11. Peraturan Pemerintah No. 54 tahun 2000, tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Diluar Pengadilan.

12. Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 2001, tentang Kepelabuhan.13. Peraturan Pemerintah No. 75 tahun 2001, tentang Perubahan Kedua atas PP. No. 32 tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan.

14. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

15. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002, tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan.

KEPUTUSAN PRESIDEN

1. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

KEPUTUSAN MENTERI1. Keputusan Menteri Kesehatan No. 718/MENKES/PER/XI/1987, tentang Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan.

2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 39/PRT/1989, tentang Pembagian Wilayah Sungai.

3. Keputusan Bersama Menteri Pertambangan dan Energi dengan Menteri Kehutanan No. 969.K.05/M.PE/1989 dan No. 429/KPB-II/1989 tentang Pedoman Peraturan Pelaksanaan Pertambangan dan Energi dalam Kawasan Hutan.

4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990, tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

5. Keputusan Bersama Menteri Pertambangan dan Energi dengan Menteri Kehutanan No. 1101.K/702/M.PE/1991 dan No. 426/Kpts-II/1991 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Tetap Departemen Pertambangan dan Energi dan Departemen Kehutanan tentang Perubahan Tata Cara Pengajuan Izin Usaha Pertambangan dan Energi dalam Kawasan Hutan.

6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993, tentang Penggunaan Daerah Manfaat Sungai, Garis Sempadan Sungai dan Penguasaan Sungai dan Daerah Bekas Sungai.

7. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 1519/201/DJP/1993, tentang Laporan Triwulan Pengelolaan Lingkungan.

8. Keputusan Menteri Negara LH No. Kep-14/MENLH/3/1994 tentang Pedoman Umum Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

9. Keputusan Menteri Kehutanan No. 55/Kpts-II/1994, tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan.

10. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 103.K/008/M.PE/1994 tentang Pengawasan Atas Pelaksanaan RKL dan RPL dalam bidang Pertambangan dan Energi.

11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

12. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Bagi Kegiatan Industri.13. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M/PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

14. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1211.K/008/ M.PE/1995 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Perusakan Lingkungan pada Kegiatan Penambangan Umum.

15. Keputusan Menteri Perhubungan No. 33 Tahun 1996, tentang AMDAL Pelabuhan.

16. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Ke-48/MENLH/11/1996, tentang Baku Tingkat Kebisingan.

17. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1256.K/008/ M.PE/1996 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan untuk Kegiatan Pertambangan dan Energi.

18. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 146/Kpts-II/1999, tentang Pedoman Reklamasi Bekas Tambang Dalam Kawasan Hutan.

19. Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor: 1453.K/29/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pemerintahan di Bidang Pertambangan Umum.

20. Keputusan Menteri Perhubungan No. 54 Tahun 2001, tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut.

21. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 343/KMK/06/2001, tentang Penetapan Jumlah Dana Bagian Daerah dari Sumberdaya Alam, Minyak Bumi dan Gas Alam, Pertambangan Umum serta Perikanan.

22. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 114 tahun 2003, tentang Pedoman Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air.

23. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 113 tahun 2003, tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara.24. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 11 tahun 2006 tentang Jenis usaha atau Kegiatan yang wajib dilengkapi Amdal.KEPUTUSAN DIRJEN1. Keputusan Dirjen Pertambangan Umum No. 01.K/2013/DDJP/1991, tentang Kewajiban-kewajiban Pemegang Kuasa Pertambangan Eksploitasi.

2. Keputusan Dirjen Pertambangan Umum No. 03.K/201/DDJP/1996, tentang Pemberian Kuasa Pertambangan.

3. Keputusan Dirjen Pertambangan Umum No. 336.K/271/DDJP/1996, tentang Jaminan Reklamasi.

4. Keputusan Dirjen Pertambangan Umum No. 693.K/2013/DDJP/1996, tentang Pedoman Teknis Pengendalian Erosi pada Kegiatan Pertambangan Umum.

PERATURAN DAERAH1. Peraturan Daerah Propinsi Riau No. 10 tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Riau.

2. Peraturan Daerah Propinsi Riau No. 15 Tahun 1999 tentang Pertambangan Daerah.

KEPUTUSAN GUBERNUR1. Keputusan Gubernur KDH Tk. I Propinsi Riau No. Kpts. 383/VI/1993 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Yang Sudah Beroperasi.

2. Keputusan Gubernur Riau Nomor : 41 Tahun 2000 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Perda Riau No. 15 Tahun 1999 sebagai penegasan Kep. Mentamben No. 1453.K/29/MEM/2000 Lamp. IV tentang Pedoman Teknis Penyusunan AMDAL.

KEPUTUSAN KEPALA BAPEDAL1. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.: KEP-056/ tahun 1994, tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting.

2. Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-299/tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL.

3. Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan ANDAL.

4. Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-08. tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.

5. Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-08/ tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

6. Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-45 tahun 2005 tentang Panduan Pemantauan Pelaksanaan RKL dan RPL.

KA-ANDAL Penambangan Batubara Wilayah KW. 99 PB 0262I - 6