bab 1 new
DESCRIPTION
bab 1 newTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian yang dilakukan di Ethiopia menjelaskan bahwa WHO (World Health
Organization) memperkenalkan program perluasan imunisasi atau expanded
programe of immunization (EPI) untuk membuat vaksin yang tersedia bagi semua
anak yang bertujuan untuk mengendalikan penyakit yang dapat dicegah dengan
vaksin (PD3I) yang berada diseluruh dunia.(Mohamud,et.al.2010).
Vaksinasi pada anak-anak telah menurunkan angka morbiditas dan mortalitas secara
signifikan dari penyakit yang berbeda, sehingga dapat menurunkan angka kematian
bayi. Namun pada tahun 2012 WHO mengungkapkan bahwa sekitar 1,5 juta anak di
seluruh dunia meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin (PD3I).
Lebih dari 70% dari anak-anak ini tinggal disepuluh negara demokratik yaitu :
Kongo, Ethiopia, India, Indonesia, Irak, Nigeria, Pakistan, Filipina, Uganda, dan
Afrika Selatan.(Mohamud,et.al.2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abdi Nur Mohamud dan teman-teman
tentang “Immunization coverage of 12-23 months old children and associated
factors in Jigjiga District,Somali National Regional State,Ethiopia”. Menjelaskan
bahwa terdapat penyakit menular yang mencapai sekitar 60-80% dari masalah
kesehatan. Sebagian besar kematian anak berusia dibawah lima tahun dinegara
Ethopia akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.Dengan demikian
penelitian ini bertujuan untuk menurunkan tingkat mortalitas yang berusia dibawah
1
lima tahun dari 123 per 1000 menjadi 54 per 1000 sampai tahun 2015 untuk
memenuhi MDG-4(Milleniumm Development Goals-4) dan yang menjadi salah satu
indikator untuk memantau kemajuan ini yaitu dengan cakupan imunisasi.
(Mohamud,et.al.2010).
WHO mempunyai tujuan umum yang dipandu oleh prinsip-prinsip yang ditetapkan
dalam rencana GVAP( Global Vaccine Action Plane), untuk mencapai Decade of
Vaccine (DoV ) yang memiliki visi memberikan akses universal untuk melakukan
imunisasi pada tahun 2030. Menurut perkiraan baru dari WHO dan UNICEF (United
Nations International Childrens Emergency Fund) lebih dari 111.000.000 bayi
mendapatkan vaksin pada tahun 2013 untuk melindungi mereka dari penyakit yang
mematikan. Dimana terdiri dari 84% anak-anak didunia yang mendapatkan vaksin
tetapi diperkirakan 21,8 juta tidak divaksinasi.(Mohamud,et.al.2010).
Pada tahun 2012 diperkirakan 8,6 juta orang menderita tuberkulosis dan 1,3 juta jiwa
meninggal akibat penyakit ini ( termasuk 320.000 diantara orang penderita HIV
positif). Tingkat kasus tuberkulosis baru terlihat diseluruh dunia setelah satu dekade
untuk mencapai MDG’s(Millenium Development Goals) yaitu membalikkan penyakit
tuberkulosis secara global. Angka kematian tuberkulosis sudah menurun dan target
untuk menghentikan penularan tuberkulosis dari pengurangan 55% pada tahun 2015
masih berada dalam jangkauan..(Mohamud,et.al.2010).
Kebijakan pembangunan kesehatan periode lima tahun ke depan (2010-2014)
diarahkan pada tersedianya akses kesehatan dasar yang murah dan terjangkau
terutama pada kelompok menengah ke bawah, guna mendukung pencapaian MDG’s
(Millenium Development Goals) pada tahun 2015, dengan sasaran pembangunan
kesehatan antara lain ditandai oleh meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya
2
tingkat kematian bayi dan kematian ibu melahirkan. Penitikberatan pembangunan
bidang kesehatan melalui pendekatan preventive tidak hanya kuratif, melalui
peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan diantaranya dengan perluasan
penyediaan air bersih, pengurangan wilayah kumuh sehingga secara keseluruhan
dapat meningkatkan angka harapan hidup dari 70,7 pada tahun 2009 menjadi 72,0
pada tahun 2014, dan pencapaian keseluruhan sasaran Millenium Development Goals
(MDG’s) tahun 2015.
Indonesia masih mengalami banyak masalah kesehatan yang cukup serius terutama
dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Profil epidemiologis di Indonesia sebagai
gambaran tingkat kesehatan di masyarakat masih memerlukan perhatian yang khusus
yaitu, angka kematian kasar (Crude Mortality Rate) : 7,51 per 1000/tahun, angka
kematian bayi (Infant Mortality Rate) : 48 per 1000 lahir hidup/tahun, angka
kematian balita (U5MR) : 56 per 1000 lahir hidup/tahun, angka kematian ibu hamil
(Maternal Mortality Rate) :470 per 100.000 lahir hidup/tahun, cakupan imunisasi :
BCG (Bacille Calmette Guerin) 85%,DPT (Difteri,Pertusis,Tetanus) 64%, Polio
74%, HB1 91%, HB2 84,4%, HB3 83,0%, TT ibu hamil : TT-1 84% dan TT-2 77%.
Banyak penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian dan kecacatan pada
bayi dan balita seperti Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Campak, Polio, dan
Hepatitis B ( Menteri Kesehatan RI,2010 ).
Kebanyak penyakit pada masa anak-anak merupakan penyakit infeksi dan hal
penting yang harus didapatkan setiap anak pada awal kehidupan adalah imunitas
terhadap berbagai organisme penyebab penyakit. Penyakit infeksi merupakan
penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas anak, sehingga sangat penting untuk
3
menggunakan cara preventif yang tersedia karena anak memiliki hak untuk
terlindungi dari penyakit infeksi.
Secara konvensional, upaya pencegahan penyakit dan keadaan apa saja yang akan
menghambat tumbuh kembang anak dapat dilakukan dalam tiga tingkat, yaitu
pencegahan primer, sekunder dan tersier yang dapat dilaksanakan selama masa
tumbuh kembang sejak masa pra-konsepsi,prenatal,masa neonatal,bayi masa sekolah
dan remaja menuju dewasa.
Pencegahan primer adalah semua upaya untuk menghindari terjadinya sakit atau
kehidupan yang dapat mengakibatkan seseorang sakit atau menderita cedera dan
cacat. Memperhatikan gizi dengan sanitasi lingkungan yang baik, pengamanan
terhadap segala macam cedera dan keracunan serta vaksinasi atau imunisasi terhadap
penyakit adalah rangkaian upaya pencegahan primer. Tidak boleh ada anak yang
tidak mendapatkan imunisasi tanpa adanya pertimbangan matang mengenai
konsekuensinnya , baik untuk anak tersebut sebagai satu individu dan bagi
komunitas.
Pencegahan sekunder dengan deteksi dini, bila diketahui adanya penyimpangan
kesehatan seorang bayi atau anak maka pengobatan perlu segera diberikan.
Pencegahan tersier adalah membatasi berlanjutnya gejala sisa dengan upaya
pemulihan agar dapat hidup mandiri tanpa bantuan orang lain.
Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka
kematian balita, berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992, “
Paradigma Sehat” dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain pemberantasan
penyakit.
4
Salah satu upaya pemberantasan penyakit menular adalah upaya pengebalan
(imunisasi). WHO telah mencenangkan program imunisasi tersebut sejak 1974
dengan EPI dan kemudian lebih luas lagi dengan GPV (Global Programe for
Vaccines and Immunization ). Tahun 1977 imunisasi diperluas menjadi program
pengembangan imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31) yaitu tuberculosis, difteri, pertussis,
campak, polio tetanus, serta hepatitis B.
Diperkirakan 1,7 juta kematian pada anak atau 5 % pada balita di Indonesia adalah
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Astuti 2009). Berdasarkan
target Universal Child Immunization (UCI) yaitu tercapainya kelengkapan imunisasi
dasar, baik cakupan imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG), Difteri, Pertusis,
Tetanus (DPT), Hepatitis B (HB), Polio dan Campak harus mencapai 90% baik
ditingkat nasional , provinsi, dan kabupaten bahkan di desa.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian
dunia.Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB.Angka kematian
dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi.
Tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB (600.000 diantaranya perempuan)
sementara terdapat 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya perempuan).
Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB dimana sebagian besar
penderita TB adalah usia produktif (15-55 tahun) (DEPKES,2013).
Berdasarkan laporan WHO dalam Global Report 2009, pada tahun 2008 Indonesia
berada pada peringkat 5 dunia penderita TB terbanyak setelah India, China, Afrika
Selatan dan Nigeria. Peringkat ini turun dibandingkan tahun 2007 yang
5
menempatkan Indonesia pada posisi ke-3 kasus TB terbanyak setelah India dan
China.Salah satu program pemerintah untuk menekan kasus TB di Indonesia yaitu
dengan memberikan Imunisasi BCG pada balita.
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan
(imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (DEPKES RI,2000).
Imunisasi juga merupakan upaya pencegahan primer yang sangat efektif untuk
menghindari terjangkitnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka kejadian
penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya juga
akan berkurang (WHO, 2007).
Adapun tujuan imunisasi adalah agar Pemerintah Indonesia sangat mendorong
pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka kesakitan,
kematian pada bayi, balita atau anak-anak pra sekolah.
Imunisasi BCG (Bacillus of Calmette and Guerin ) adalah salah satu dari lima
imunisasi dasar yang diberikan. Vaksin BCG merupakan vaksin hidup yang terbuat
dari Mycobacterium bivis yang telah dilemahkan, vaksin ini melindungi anak-anak
dari penyakit tuberculosis.
Vaksin BCG ini diberikan pada bayi yang berumur 0-12 bulan.Salah satu faktor yang
perlu diperhatikan dalam imunisasi adalah kepatuhan jadwal imunisasi. Apabila ibu
tidak patuh dalam mengimunisasi bayinya maka akan berpengaruh terhadap
kekebalan dan kerentanan bayi terhadap suatu penyakit. Sehingga bayi harus
mendapatkan imunisasi tepat waktu agar terlindung dari berbagai penyakit berbahaya
(Pedoman Imunisasi Di Indonesia,2008).
6
Salah satu faktor yang mempengaruhi ketepatan jadwal imunisasi adalah tingkat
pengetahuan ibu. Pengetahuan mengenai imunisasi ini akan mempengaruhi motivasi
ibu untuk mengimunisasikan bayinya dengan tepat sesuai jadwal yang telah
ditentukan(Basuki dan Parwati,2001).
Survey atas dugaan kasus tuberkulosis yang dilakukan WHO yang menunjukkan
bahwa Indonesia menempati peringkat kelima penderita tuberkulosis
(WHO,2009).Imunisasi Bacille Calmetter Guerin (BCG) merupakan permulaan
terbaik di awal kehidupan bayi dalam pencegahan penularan tuberkulosis.Cakupan
imunisasi BCG diwilayah kabupaten Bekasi khususnya di kecamatan Serang Baru
masih rendah. Kendala terbesar adalah masih minimnya pengetahuan masyarakat
tentang program dan manfaat imunisasi serta adanya aturan batas minimal orang
yang boleh melakukan imunisasi apabila dilakukan di posyandu dan puskesmas.
Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu
terhadap pemberian imunisasi khususnya imunisasi BCG di Puskesmas Sirnajaya
Kecamatan Serang Baru Kabupaten Bekasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan pada latar belakang diatas tersebut, maka
dapat dirumuskan bahwa rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Bagaimana
hubungan pengetahuandan sikap ibu terhadap pemberian imunisasi BCG di
Puskesmas Sirnajaya Kecamatan Serang Baru Kabupaten Bekasi tahun 2014?”
7
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian
imunisasi BCG di Puskesmas Sirnajaya Kecamatan Serang Baru Kabupaten
Bekasi tahun 2014.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk status pemberian imunisasi BCG di Puskesmas Sirnajaya
Kecamatan Serang Baru Kabupaten Bekasi tahun 2014
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian imunisasi
BCG di Puskesmas Sirnajaya Kecamatan Serang Baru Kabupaten Bekasi
tahun 2014.
3. Untuk mengetahui sikap ibu terhadap pemberian imunisasi BCG di
Puskesmas Sirnajaya Kecamatan Serang Baru Kabupaten Bekasi tahun
2014.
4. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian
imunisasi BCG di Puskesmas Sirnajaya Kecamatan Serang Baru
Kabupaten Bekasi tahun 2014.
5. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan pemberian imunisasi BCG
di Puskesmas Sirnajaya Kecamatan Serang Baru Kabupaten Bekasi tahun
2014.
D. Ruang Lingkup
1. Penelitian ini dibatasi lingkupnya hanya pada pengetahuan ibu, sikap
ibu dan status pemberian imunisasi BCG.
8
2. Penelitian ini dibatasi pada peliputan subjek penelitian yaitu pada ibu-ibu
yang memiliki bayi berusia < 3 bulan – 12 bulan yang telah mendapatkan
imunisasi BCG dan melakukan kunjungan di wilayah kerja Puskesmas
Sirnajaya Kecamatan Serang Baru Kabupaten Bekasi tahun 2014.
3. Penelitian ini dibatasi lokasinya hanya di wilayah kerja Puskesmas
Sirnajaya Kecamatan Serang Baru Kabupaten Bekasi.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai dokumentasi di perpustakaan yang ada di
institusi pendidikan dalam rangka menambah khasanah keilmuan tentang
Imunisasi BCG sehingga dapat berguna bagi mahasiswa kedokteran dan juga
bagi para pembaca pada umumnya.
2. Bagi Puskesmas
Dapat memperoleh gambaran secara objektif bagi Puskesmas mengenai
Imunisasi BCG sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk tindak
lanjut bagi pihak puskesmas dalam meningkatkan Imunisasi BCG di Puskesmas.
3. Bagi Peneliti
Dapat menjadikan bahan kajian untuk penelitian yang akan datang dengan
metoda yang berbeda sehingga dapat menghasilkan penelitian tentang Imunisasi
BCG yang lebih akurat.
9
10