bab 1 fix

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa ini,tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa industri (proses) kimia memegang peranan sangat penting di dalam peradaban manusia. Produk-produk industri kimia dibutuhkan dan digunakan di dalam semua bidang kehidupan sehari-hari. Pembudidayaan tumbuhan dan hewan memerlukan pupuk kimia, pakan (makanan hewan), insektisida, pestisida, herbisida dan desinfektan. Beraneka ragam bahan bangunan dan bahan konstruksi peralatan merupakan hasil pengolahan kimiawi, misalnya saja logam, semen, kapur, keramik, plastik dan cat. Bahan-bahan sandang menggunakan serat sintetik dan zat warna. Pengangkutan bergantung kepada ketersediaan bensin dan bahan-bahan bakar sejenisnya. Komunikasi tertulis menggunakan kertas dan tinta cetak, sedangkan komunikasi elektronik membutuhkan bahan – bahan isolator dan konduktor yang diolah secara kimiawi. Kesehatan masyarakat terjaga dan terawat dengan obat-obatan dan bahan farmasi, sabun dan deterjen, insektisida dan desinfektan; semuanya merupakan produk industri kimia. Disamping itu, sejumlah besar bahan kimia tidak pernah mencapai masyarakat secara langsung, melainkan diperjualbelikan di dalarn lingkup industri kimia sendiri, untuk diolah lebih lanjut atau digunakan dalam 1

Upload: dewi-anggraini

Post on 21-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

trp

TRANSCRIPT

2BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangPada masa ini,tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa industri (proses) kimia memegang peranan sangat penting di dalam peradaban manusia. Produk-produk industri kimia dibutuhkan dan digunakan di dalam semua bidang kehidupan sehari-hari. Pembudidayaan tumbuhan dan hewan memerlukan pupuk kimia, pakan (makanan hewan), insektisida, pestisida, herbisida dan desinfektan. Beraneka ragam bahan bangunan dan bahan konstruksi peralatan merupakan hasil pengolahan kimiawi, misalnya saja logam, semen, kapur, keramik, plastik dan cat. Bahan-bahan sandang menggunakan serat sintetik dan zat warna. Pengangkutan bergantung kepada ketersediaan bensin dan bahan-bahan bakar sejenisnya. Komunikasi tertulis menggunakan kertas dan tinta cetak, sedangkan komunikasi elektronik membutuhkan bahan bahan isolator dan konduktor yang diolah secara kimiawi. Kesehatan masyarakat terjaga dan terawat dengan obat-obatan dan bahan farmasi, sabun dan deterjen, insektisida dan desinfektan; semuanya merupakan produk industri kimia. Disamping itu, sejumlah besar bahan kimia tidak pernah mencapai masyarakat secara langsung, melainkan diperjualbelikan di dalarn lingkup industri kimia sendiri, untuk diolah lebih lanjut atau digunakan dalam produksi bahan kimia lain yang dibutuhkan masyarakat karena itu, industri kimia seringkali disebut juga konsumen terbaik bagi dirinya sendiri (Soerawidjaja, 1991). Pengembangan industri kimia di Indonesia telah dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia sejak awal tahun limapuluhan, namun mulai meningkat dengan cepat ketika PELITA I dimulai. Pada PELITA V sekarang ini, pemerintah (cq. Departemen Perindustrian) telah menyatakan industri kimia sebagai sektor industri yang mampu "menggelinding" sendiri dan menata perkembangannya yang pesat lewat beberapa kebijaksanaan pokok (Soerawidjaja, 1991).Pengembangan teknologi proses menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam rangka pengembangan industrialisasi Indonesia. Salah satu contohnya adalah bioteknologi. Bioteknologi telah digunakan dalam bentuk belum sempurna sejak pembuat bir kuno mulai menggunakan kultur ragi untuk membuat bir. Terobosan yang meletakkan dasar bioteknologi modern muncul ketika struktur DNA ditemukan pada awal 1950-an (AMGEN, 2012). Bioteknologi didefinisikan sebagai satu rangkaian proses yang menggunakan organisme hidup (atau bagian organisme) untuk membuat atau memodifikasi produk, meningkatkan kualitas tanaman, pohon atau hewan, atau mengembangkan mikroorganisme untuk keperluan tertentu. Bioteknologi mencakup sejumlah alat dan unsur-unsur teknik pembiakkan konvensional, bioinformatika, mikrobiologi, genetika molekuler, biokimia, fisiologi tanaman, dan biologi molekuler (ISAA, 2010). Salah satu sektor industri kimia yang perlu dikembangkan dengan prinsip bioteknologi adalah industri kimia pangan, terkhususnya dalam pembuatan asam sitrat. Asam sitrat adalah komoditas kimia yang diproduksi dan dikonsumsi diseluruh dunia. Asam sitrat (C6H8O7) berbentuk padatan putih yang memiliki berat molekul 192,12 (Dhandayuthapani, dkk.,2008). Asam sitrat terdapat secara alami dalam tumbuh-tumbuhan dan jaringan-jaringan hewan, sebagai unsur pokok didalam anggur, susu, keju, dan dapat ditemukan berlimpah-limpah dalam buah-buahan seperti jeruk, beri, lemon, nanas, pir, dan buah-buahan lainnya. Dari jumlah total keseluruhan produksi asam sitrat di seluruh dunia, diperkirakan 70% digunakan dalam industri makanan karena citra rasanya, kelarutan tinggi di dalam air, bersifat antioksidan, dan berpean sebagai agen buffering. Sekitar 12% digunakan dalam industri farmasi sebagai obat-obatan cair, antikoagulan, dan sebagai bahan pengawet. Sementara 18% asam sitrat digunakan dalam industri-industri lain seperti kosmetik, detergen, tekstil, daur ulang minyak, kertas, dan lain sebagainya. Produksi asam sitrat dapat dilakukan melalui jalur sintesis dan metode kimia, tetapi metode tersebut secara keseluruhan tidak menguntungkan dibanding dngan produksi melalui jalur bioteknologi dengan cara fermentasi. Oleh karena itu, produksi asam sitrat di seluruh dunia biasanya diperoleh dengan jalan bioteknologi (Amenaghawon dan Felix, 2012).Kegunaan asam sitrat yang begitu luas di segala bidang mengakibatkan tingkat kebutuhan semakin tinggi dari tahun ke tahun dan produksi tiap tahun meningkat 2-3% (Ali, dkk., 2002). Akan tetapi, ketersediaan bahan baku untuk pembuatan asam sitrat merupakan kendala untuk proses produksi. Dari berbagai macam bahan baku yang dapat digunakan dalam proses produksi asam sitrat, maka digunakan kulit buah pisang (Musa paradisiacal) sebagai bahan baku proses produksi asam sitrat dalam perancangan pabrik ini. Pemilihan ini didasarkan kulit buah pisang memiliki nilai ekonomis yang lebih baik mengingat selama ini kulit pisang hanya menjadi sebuah bahan yang melimpah ruah yang tidak digunakan, hanya menjadi timbunan sampah belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Selain itu kulit pisang mengandung nutrisi yang lengkap seperti gula, protein, lemak, dan mineral yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroba. Ketersediaan bahan baku yang berupa kulit pisang ini dapat diambil dari perkebunan yang berada di Lampung. Dari data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) produksi buah pisang pada provinsi Lampung mencapai angka 817.606 ton/tahun dan merupakan penghasil pisang terbanyak pertama di pulau Sumatera. Untuk lokasi pabrik asam sitrat ini kami menentukan lokasi di daerah Lampung Selatan dengan produksi tiap tahunnya yaitu 247.382 ton. Kami memilih lokasi tersebut untuk memudahkan pengumpulan kulit buah pisang yang akan menjadi bahan baku pabrik pembuatan asam sitrat.Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, kebutuhan ekspor asam sitrat di Indonesia dari tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1. Ekspor Asam Sitrat di Indonesia Tahun 2007-2011TahunKuantitas (ton)Nilai Ekspor (US$)

200734382.841.100

200821272.609.300

20095476,84.525.900

20109910,38.189.700

20119347,57.724.600

(Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2014)

Dari tabel data ekspor asam sitrat di atas, dapat dilihat bahwa nilai ekspor asam sitrat di Indonesia dari tahun 2007-2011 mengalami fluktuasi. Berdasarkan hal tersebut, kapasitas produksi untuk pabrik asam sitrat ini ditetapkan 10 ton/tahun yang akan mengurangi sekitar 33% nilai ekspor asam sitrat di Indonesia. Dengan demikian, dengan adanya rancangan pendirian pabrik asam sitrat ini diharapkan mampu terus meningkatkan komoditi ekspor di Indonesia dalam rangka meningkatkan devisa negara, serta mampu meningkatkan pemanfaatan bahan baku yang digunakan.

1.2. Perumusan MasalahKebutuhan pasar akan asam sitrat yang terus meningkat di seluruh dunia menyebabkan penting adanya pertimbangan pembangunan pabrik asam sitrat dengan menggunakan proses yang efisien, ekonomis, dan ramah lingkungan. Pra rancangan pabrik asam sitrat dari bahan baku kulit pisang melalui proses fermentasi diharapkan merupakan solusi yang tepat untuk memenuhi kriteria tersebut. Peritimbangan untuk mendirikan pabrik kelak juga diharapkan dapat mengoptimalkan ketersediaan limbah kulit pisang yang melimpah ruah di Indonesia dan meningkatkan komoditi ekspor di Indonesia.

1.3. Tujuan PerancanganSecara umum, tujuan pra rancangan pabrik pembuatan asam sitrat melalui proses fermentasi dari kulit pisang adalah menerapkan disiplin ilmu teknik kimia khusunya di bidang perancangan dan operasi teknik kimia.Secara khusus, tujuan pra rancangan pabrik pembuatan asam sitrat melalui proses fermentasi dari kulit pisang ini adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah kulit pisang yang melimpah ruah di Indonesia dan meningkatkan devisa negara melalui komoditi ekspor asam sitrat.

1.4. Manfaat Kegunaan asam sitrat begitu luas dalam industri makanan dan farmasi. Di sisi lain, buah pisang sebagai salah satu tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia dan banyak diminati masyarakat, namun kulit buahnya kebanyakan menjadi limbah tak bermanfaat, padahal masih terdapat kandungan gula yang dapat menjadi bahan baku dalam proses fermentasi asam sitrat. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya kajian mengenai pra rancangan pabrik pembuatan Asam Sitrat sebagai alternatif lain penggunaan kulit buah pisang secara maksimal.Selain itu, hal ini diupayakan dapat meningkatkan tingkat ekspor Indonesia terhadap asam sitrat sehingga dapat meningkatkan devisa negara dan mampu mendorong pertumbuhan industri kimia lainnya. Manfaat lain yang ingin dicapai adalah terbukanya lapangan kerja dan memacu rakyat untuk meningkatkan produksi dalam negeri yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

1