bab 1 tugas metodologi fix

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi yang semakin pesat telah mempengaruhi dunia usaha terutama dalam bidang jasa. Dalam hal ini perusahaan jasa semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, sehubungan dengan upaya peningkatan kualitas jasa, seperti jasa pos, jasa telekomunikasi, jasa transportasi, dan sebagainya. Dalam hal layanan jasa komunikasi, selain dalam bentuk telekomunikasi, media cetak dan lainnya, bidang pelayanan dalam bentuk jasa pos sangat diperlukan bagi kelancaran dalam berhubungan dengan berbagai pihak. Pelayanan jasa pos semakin memegang peranan penting disetiap bidang kehidupan, baik bagi suatu perusahaan, pemerintah, maupun mayarakat umum lainnya. Karena pentingnya perusahaan tersebut, maka perusahaan harus mengembangkan usaha sedemikian rupa agar mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Jika perusahaan semakin berkembang maka aktivitas yang dilakukan perusahaan juga akan semakin meningkat. Dengan berkembangnya perusahaan diharapkan dapat meningkatkan laba perusahaan. Perusahaan yang semakin berkembang membuat perusahaan memerlukan orang-orang yang dapat membantunya dalam melaksanakan aktivitas perusahaan. Wewenang yang didelegasikan dari pemilik ke manajer menuntut manajer untuk mempertanggungjawabkan 1

Upload: ayu-etika-s

Post on 13-Jul-2016

11 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

asfafasf

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 Tugas Metodologi Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi yang semakin pesat telah mempengaruhi dunia

usaha terutama dalam bidang jasa. Dalam hal ini perusahaan jasa semakin dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat, sehubungan dengan upaya peningkatan kualitas jasa,

seperti jasa pos, jasa telekomunikasi, jasa transportasi, dan sebagainya.

Dalam hal layanan jasa komunikasi, selain dalam bentuk telekomunikasi,

media cetak dan lainnya, bidang pelayanan dalam bentuk jasa pos sangat diperlukan

bagi kelancaran dalam berhubungan dengan berbagai pihak. Pelayanan jasa pos

semakin memegang peranan penting disetiap bidang kehidupan, baik bagi suatu

perusahaan, pemerintah, maupun mayarakat umum lainnya.

Karena pentingnya perusahaan tersebut, maka perusahaan harus

mengembangkan usaha sedemikian rupa agar mampu memenuhi kebutuhan

masyarakat. Jika perusahaan semakin berkembang maka aktivitas yang dilakukan

perusahaan juga akan semakin meningkat. Dengan berkembangnya perusahaan

diharapkan dapat meningkatkan laba perusahaan. Perusahaan yang semakin

berkembang membuat perusahaan memerlukan orang-orang yang dapat

membantunya dalam melaksanakan aktivitas perusahaan.

Wewenang yang didelegasikan dari pemilik ke manajer menuntut manajer

untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan wewenang kepada pemilik. Untuk

dapat dimintai pertanggungjawaban, manajer harus mengetahui dengan jelas

wewenang apa yang didelegasikan kepadanya.

Pemilik atau manajer perusahaan pada perusahaan yang besar dan

berkembang tidak dapat mengendalikan pekerjaan bawahannya secara langsung.

Manajer perusahaan dinilai kinerjanya dalam melaksanakan peran mereka didalam

organisasi. Salah satu alat bantu bagi manajemen untuk dapat menilai kinerja

manajer perusahaan secara lebih baik adalah dengan adanya informasi akuntansi

pertanggungjawaban (fiesponsibility Accounting Information).

Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun

sedemikian rupa sehingga pengumpulan serta pelaporan biaya dan pendapatan

dilakukan sesuai dengan bidang pertanggungjawabannya didalam organisasi.

1

Page 2: Bab 1 Tugas Metodologi Fix

Dengan diterapkan akuntansi pertanggungjawaban maka dapat diketahui siapa saja

orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas kinerja yang dihubungkan

dengan wewenang yang dimiliki tiap-tiap manajer. Tujuan pokok penilaian kinerja

adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam

mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya.

Laba perusahaan diperoleh melalui selisih antara pendapatan dengan biaya.

Pengendalian biaya melalui akuntansi pertanggungjawaban dapat dijalankan

dengan menyelenggarakan suatu sistem pencatatan atas biaya-biaya yang

terkendali. Dari sistem pencatatan ini dihasilkan laporan-laporan biaya yang

menunjukkan bagaimana manajer bertanggungjawab atas biaya-biaya yang terjadi

pada unit organisasi. Pendapatan dilain pihak dapat dikendalikan dengan melihat

anggaran pendapatan berdasarkan realisasi tahun sebelumnya. Dengan adanya

laporan biaya dan anggaran pendapatan ini, maka dapat diketahui besarnya

perbedaan antara laba sebenarnya yang diperoleh pada unit organisasi dengan laba

yang telah dianggarkan, sehingga kinerja dari manajer masing-masing departemen

dapat dinilai atau dievaluasi. Bagian yang mendapat paling banyak perhatian adalah

departemen pusat laba karena bagian inilah yang menghasilkan laba yang

diperlukan oleh kelangsungan usaha perusahaan dan bagi perusahaan yang

berorirentasi pada laba, keberhasilan diukur terutama dari laba yang dihasilkan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai akuntansi pertanggungjawaban, dengan mengambil

judul skripsi “PERANAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DALAM

MENINGKATKAN KINERJA MANAJER PUSAT LABA PADA PT POS

INDONESIA”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, berikut rumusan masalah yang

ditemukan oleh penulis :

1.2.1. Apakah akuntansi pertanggung jawaban yang diterapkan pada PT. Pos

Indonesia telah memadai

1.2.2. Bagaimana peranan akuntansi pertanggung jawaban dalam meningkatkan

kinerja manajer pusat laba pada PT. Pos Indonesia

2

Page 3: Bab 1 Tugas Metodologi Fix

1.3. Tujuan Penulisan

Sesuai rumusan yang telah dijelaskan di atas, maka berikut adalah tujuan penulisan

penelitian :

1.3.1. Untuk mengetahui memadainya akuntansi pertanggungjawaban dalam

meningkatkan kinerja manajer pusat laba PT. Pos Indonesia

1.3.2. Untuk mengetahui peranan akuntansi pertanggungjawaban dalam

meningkatkan kinerja manajer pusat laba PT. Pos Indonesia

1.4. Manfaat Penulisan

Berikut adalah manfaat yang didapat dari penulisan penelitian tersebut :

1.4.1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini berguna dalam rangka pengetahuan dan pemahaman

penulis secara langsung yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu

mengenai teori akuntansi pertanggungjawaban yang di dapat selama kuliah.

Serta salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarja Ekonomi Program

Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

1.4.2. Bagi Perusahaan

Hasil ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan

masukan dan sumbangan pemikiran.

1.4.3. Bagi Masyarakat dan Dunia Pendidikan

Penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran yang dapat berguna untuk menambah wawasan pengetahuan,

bahan kepustakaan dan sebagai kasus dilapangan untuk penelitian lebih

lanjut

3

Page 4: Bab 1 Tugas Metodologi Fix

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Akuntansi PertanggungjawabanPengertian akuntansi pertanggugjawaban menurut Anthony & Govindarajan

(2004) yaitu: “Akuntansi pertanggungjawaban bagian dari sistem pengontrolan

akunting yang merupakan salah-satu faktor yang mendukung implementasi strategi,

sedangkan strategi itu sendiri merupakan rencana pencapaian tujuan organisasi”.

Adapun pengertian akuntansi pertanggungjawaban yang dikemukakan oleh Hariadi

(2002) yaitu: “Suatu sistem yang mengukur prestasi dari masing-masing pusat

pertanggungjawaban berdasarkan informasi yang disampaikan dalam menjalankan

pusat-pusat pertanggungjawaban”

Sedangkan menurut Simamora (1999) pengertian akuntansi

pertanggungjawaban yaitu: “Bentuk akuntansi khusus yang dipakai untuk

mengevaluasi kinerja keuangan segmen bisnis”. Pada intinya, akuntansi

pertanggungjawaban mensyaratkan setiap manajer untuk berpartisipasi dalam

penyusunan rencana-rencana finansial segmennya dan menyediakan laporan kinerja

tepat waktu yang membandingkan hasil aktual dengan yang direncanakan.

Akuntansi pertanggungjawaban melibatkan suatu arus berkesinambungan informasi

yang berkaitan dengan arus berkelanjutan dari masukan-masukan kedalam, dan

keluaran-keluaran dari suatu pusat pertanggungjawaban perusahaan.

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari

akuntansi manajemen dan sistem akuntansi yang dikaitkan dan disesuaikan dengan

pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi. Istliah akuntansi

pertanggungjawaban ini akan mengarah pada proses akuntansi yang melaporkan

sampai bagaimana baiknya manajer pusat pertanggungjawaban dapat memanage

pekerjaan yang langsung dibawah pengawasannya dan yang merupakan

tanggungjawabnya atau suatu sistem yang mengukur rencana dan tindakan dari

setiap pusat pertanggungjawaban.

Menurut Hansen, Mowen (2005:116) definisi akuntansi

pertanggungjawaban adalah sebagai berikut ”Akuntansi pertanggungjawaban

adalah Sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat

4

Page 5: Bab 1 Tugas Metodologi Fix

pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para manajer untuk

mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka.”

Sedangkan akuntansi pertanggungjawaban menurut LM Samryn (2001:

258) adalah sebagai berikut : “Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu

sistem akuntansi yang digunakan untuk mengukur kinerja setiap pusat

pertanggungjawaban sesuai dengan informasi yang dibutuhkan manajer untuk

mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka sebagai bagian dari sistem

pengendalian manajemen.

Dari berbagai definisi diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai

akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut :

a. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang disusun

berdasarkan struktur organisasi yang secara tegas memisahkan tugas,

wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing tingkat manajemen.

b. Akuntansi pertanggungjawaban mendorong para individu, terutama para

manajer untuk berperan aktif dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif

dan efisien.

c. Penyusunan anggaran dalam akuntansi pertanggungjawaban adalah berdasarkan

pusat-pusat pertanggungjawaban. Dari laporan pertanggungjawaban dapat

diketahui perbandingan antara realisasi dengan anggarannya, sehingga

penyimpangan yang terjadi dapat dianalisa dan dicari penyelesaiannya dengan

manajer pusat pertanggungjawabannya.

d. Akuntansi pertanggungjawaban melaporkan hasil evaluasi dan penilaian kinerja

yang berguna bagi pimpinan dalam penyusunan rencana kerjaperiode

mendatang, baik untuk masing-masing pusatpertanggungjawaban maupun

untuk kepentingan perusahaan secara keseluruhan.

Sedangkan menurut Mulyadi (1983 : 379-380) dikemukakan :

“Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem yang disusun

sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan penghasilan

dilakukan dengan bidang pertanggungjawaban dalam organisasi dengan tujuan agar

dapat ditunjuk orang atau kelompok yang bertanggungjawab terhadap

penyimpangan dari biaya dan penghasilan yang dianggarkan”.

5

Page 6: Bab 1 Tugas Metodologi Fix

Didalam pengertian di atas Mulyadi menyimpulkan bahwa syarat untuk dapat

menerapkan akuntansi pertanggungjawaban :

a. Struktur organisasi

Dalam akuntansi pertanggungjawaban struktur organisasi harus

menggambarkan aliran tanggungjawab, wewenang dan posisi yang jelas untuk

setiap unit kerja dari setiap tingkat manajemen selain itu harus menggambarkan

pembagian tugas dengan jelas pula.Dimana organisasi disusun sedemikian rupa

sehingga wewenang dan tanggungjawab tiap pimpinan jelas.Dengan demikian

wewenang mengalir dari tingkat manajemen atas ke bawah, sedangkan

tanggungjawab adalah sebaliknya.

b. Anggaran

Dalam akuntansi pertanggungjawaban setiap pusat pertanggungjawaban

harus ikut serta dalam penyusunan anggaran karena anggaran merupakan

gambaran rencana kerja para manajer yang akan dilaksanakan dan sebagai dasar

dalam penilaian kerjanya. Diikut sertakannya semua manajer dalam penyusunan.

c. Penggolongan biaya

Karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu bagian dapat

dikendalikan oleh manajer, maka hanya biaya-biaya terkendalikan yang harus

dipertanggung jawabkan olehnya.Pemisahan biaya kedalam biaya terkendalikan

dan biaya tak terkendalikan perlu dilakukan dalam akuntansi

pertanggungjawaban.

d. Sistem akuntansi

Oleh karena biaya yang terjadi akan dikumpulkan untuk setiap tingkatan

manajer maka biaya harus digolongkan dan diberi kode sesuai dengan tingkatan

manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi. Setiap tingkatan

manajemen merupakan pusat biaya dan akan dibebani dengan biaya yang terjadi

didalamnya yang dipisahkan antara biaya terkendalikan dan biaya tidak

6

Page 7: Bab 1 Tugas Metodologi Fix

terkendalikan. Kode perkiraan diperlukan untuk mengklasifikasikan perkiraan-

perkiraan baik dalam neraca maupun dalam laporan rugi laba.

e. Sistem pelaporan biaya

Bagian akuntansi biaya setiap bulannya membuat laporan

pertanggungjawaban untuk tiap-tiap pusat biaya. Setiap awal bulan dibuat

rekapitulasi biaya atas dasar total biaya bulan lalu, yang tercantum dalam kartu

biaya. Atas dasar rekapitulasi biaya disajikan laporan pertanggungjawaban

biaya. Isi dari laporan pertanggungjawaban disesuaikan dengan tingkatan

manajemen yang akan menerimanya. Untuk tingkatan manajemen yang

terrendah disajikan jenis biaya, sedangkan untuk tiap manajemen diatasnya

disajikan total biaya tiap pusat biaya yang dibawahnya ditambah dengan biaya-

biaya yang terkendalikan dan terjadi dipusat biayanya sendiri.

Di dalam pelaksanaan akuntansi pertanggungjawaban terdapat beberapa

persyaratan yang harus dipenuhi, seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi adalah

sebagai berikut :

a. Struktur organisasi yang menetapkan secara jelas dan tegas menggambarkan

pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab untuk setiap unit dalam

struktur organisasi.

b. Penyusunan anggaran yang dilakukan oleh tiap tingkatan manajemen dalam

organisasi perusahaan.

c. Adanya pemisahan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan tidaknya suatu

biaya oleh. seorang manajer pusat biaya tertentu dalam perusahaan.

d. Adanya klasifikasi dan kode rekening yang disesuaikan dengan tingkatan

manajemen dalam perusahaan.

e. Sistem pelaporan biaya pada setiap tingkatan perusahaan telah memenuhi

syarat dalam penerapan akuntansipertanggungjawaban.

2.2. Mnajemen KinerjaKata Manajemen Kinerja merupakan penggabungan dari kata manajemen

dan kinerja. Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur.

Menurut George R Terry dalam bukunya Principles of Management, Manajemen

7

Page 8: Bab 1 Tugas Metodologi Fix

merupakan suatu proses yang menggunakan metode ilmu dan seni untuk

menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengendalian pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok manusia yang dilengkapi

dengan sumber daya/faktor produksi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan

lebih dahulu, secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut John R Schermerhorn

Jr dalam bukunya Management, manajemen adalah proses yang mencakup

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian terhadap penggunaan

sumber daya yang dimiliki, baik manusiadan material untuk mencapai tujuan.

Secara mendasar, Manajemen kinerja merupakan rangkaian kegiatan yang

dimulai dari perencanaan kinerja, pemantauan / peninjauan kinerja, penilaian

kinerja dan tindak lanjut berupa pemberian penghargaan dan hukuman. Rangkaian

kegiatan tersebut haruslah dijalankan secara berkelanjutan.

Menurut Baird (1986) definisi Manajemen Kinerja adalah suatu proses kerja

dari kumpulan orang- orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dimana

proses kerja ini berlangsung secara berkelanjutan dan terus- menerus.

Menurut Direktorat Jenderal Anggaran (2008), manajemen kinerja

merupakan suatu proses strategis dan terpadu yang menunjang keberhasilan

organisasi melalui pengembangan performansi aspek-aspek yang menunjang

keberadaan suatu organisasi. Pada implementasinya, manajemen kinerja tidak

hanya berorientasi pada salah satu aspek, melainkan aspek-aspek terintegrasi dalam

mendukung jalannya suatu organisasi.

Menurut Dessler (2003:322) definisi Manajemen Kinerja adalah: Proses

mengonsolidasikan penetapan tujuan, penilaian, dan pengembangan kinerja ke

dalam satu sistem tunggal bersama, yang bertujuan memastikan kinerja karyawan

mendukung tujuan strategis perusahaan.

Menurut Udekusuma (2007) Manajemen kinerja adalah suatu proses

manajemen yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi dengan tujuan

individu sedemikian rupa, sehingga baik tujuan individu maupun tujuan perusahaan

dapat bertemu. Dalam hal ini bagi pekerja bukan hanya tujuan individunya yang

tercapai tetapi juga ikut berperan dalam pencapaian tujuan organisasi, yang

membuat dirinya termotivasi serta mendapat kepuasan yang lebih besar.

8

Page 9: Bab 1 Tugas Metodologi Fix

Tahapan Manajemen Kinerja:

Tahapan Manajemen Kinerja Menurut Williams (1998), terdapat empat

tahapan utama dalam pelaksanaan manajemen kinerja. Tahapan ini menjadi suatu

siklus manajemen kinerja yang saling berhubungan dan menyokong satu dengan

yang lain.

a. Tahap pertama: directing/planning. Tahap pertama merupakan tahap identifikasi

perilaku kerja dan dasar/basis pengukuran kinerja. Kemudian, dilakukan

pengarahan konkret terhadap perilaku kerja dan perencanaan terhadap target

yang akan dicapai, kapan dicapai, dan bantuan yang akan dibutuhkan.

Indikator-indikator target juga didefinisikan di tahap ini. Menurut Khera (1998),

penentuan target/goal akan efektif bila mengadopsi SMART. SMART

merupakan singkatan dari Spesific, Measureable, Achievable, Realistic, dan

Timebound (dalam Ilyas, 2006, p. 28). Sebuah target harus jelas apa yang akan

dicapai dan bagaimana mencapainya (spesific), terukur keberhasilannya

(measureable) dan orang lain dapat memahami/melihat keberhasilannya. Target

harus memungkinkan untuk dicapai, tidak terlalu rendah atau berlebihan

(achievable), masuk akal dan sesuai kondisi/realita (realistic), serta jelas sasaran

waktunya (timebound).

b. Tahap kedua: managing/supporting. Tahap kedua merupakan penerapan

monitoring pada proses organisasi. Tahap ini berfokus pada manage, dukungan,

dan pengendalian terhadap jalannya proses agar tetap berada pada jalurnya.

Jalur yang dimaksudkan disini adalah kriteria maupun proses kerja yang sesuai

dengan prosedur berlaku dalam suatu organisasi.

c. Tahap ketiga: review/appraising. Tahap ketiga mencakup langkah evaluasi.

Evaluasi dilakukan dengan flashback/review kinerja yang telah dilaksanakan.

Setelah itu, kinerja dinilai/diukur (appraising). Tahap ini memerlukan

dokumentasi/record data yang berkaitan dengan obyek yang dievaluasi.

Evaluator harus bersifat obyektif dan netral agar didapat hasil evaluasi yang

valid.

d. Tahap keempat: developing/rewarding. Tahap keempat berfokus pada

pengembangan dan penghargaan. Hasil evaluasi menjadi pedoman penentu

keputusan terhadap action yang dilakukan selanjutnya. Keputusan dapat berupa

9

Page 10: Bab 1 Tugas Metodologi Fix

langkah perbaikan, pemberian reward/punishment, melanjutkan suatu

kegiatan/prosedur yang telah ada, dan penetapan anggaran.

2.3. Laba PerusahaanLaba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi

sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari

semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu

periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik

(Baridwan, 1992: 55).

Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-

biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan sebagai

suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta

pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003: 444).

Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian

laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi.

Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam

kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan

pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan

dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu (Harahap, 1997).

Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi

perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar

saham. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan

biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat

diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba

operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.

Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan

tetapi penting juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan

kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh

banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham,

ekonom, fiskus, dan sebagainya (Harahap, 2001: 259). Hal ini menyebabkan

adanya berbagai definisi untuk laba.

10

Page 11: Bab 1 Tugas Metodologi Fix

M. Yusuf, dkk (2002) menyebutkan bahwa informasi laba harus dilihat dalam

kaitannya dengan persepsi pengambilan keputusan. Karena kualitas informasi laba

ditentukan oleh kemampuannya memotivasi tindakan individu dan membantu

pengambilan keputusan yang efektif. Hal ini didukung oleh FASB yang menerbitkan

SFAC No. 1 yang menganggap bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik

atas prestasi perusahaan dan oleh karena itu laba akuntansi hendaknya dapat digunakan

dalam prediksi arus kas dan laba di masa yang akan datang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, Hendriksen dalam bukunya Accounting

Theory edisi kelima (1992:338) menetapkan tiga konsep dalam usaha mendefinisikan

dan mengukur laba menuju tingkatan bahasa. Adapun konsep-konsep tersebut meliputi:

a. Konsep Laba pada Tingkat Sintaksis (Struktural)

Pada tingkat sintaksis konsep income dihubungkan dengan konvensi (kebiasaan)

dan aturan logis serta konsisten dengan mendasarkan pada premis dan konsep

yang telah berkembang dari praktik akuntansi yang ada. Terdapat dua

pendekatan pengukuran laba (income measurement) pada tingkat sintaksis,

yaitu: Pendekatan Transaksi dan Pendekatan Aktiva.

b. Konsep Laba pada Tingkat Sematik (Interpretatif)

Pada konsep ini income ditelaah hubungannya dengan realita ekonomi. Dalam

usahanya memberikan makna interpretatif dari konsep laba akuntansi

(accounting income), para akuntan seringkali merujuk pada dua konsep

ekonomi. Kedua konsep ekonomi tersebut adalah Konsep Pemeliharaan Modal

dan Laba sebagai Alat Ukur Efisiensi.

c. Konsep Laba pada Tingkat Pragmatis (Perilaku)

Pada tingkat pragmatis (perilaku) konsep income dikaitkan dengan pengguna

laporan keuangan terhadap informasi yang tersirat dari laba perusahaan.

Beberapa reaksi usaha users dapat ditunjukkan dengan proses pengambilan

keputusan dari investor dan kreditor, reaksi harga surat terhadap pelaporan

11

Page 12: Bab 1 Tugas Metodologi Fix

income atau reaksi umpan balik (feedback) dari manajemen dan akuntan

terhadap income yang dilaporkan.

2.4. PT Pos IndonesiaPos Indonesia merupakan sebuah badan usaha milik negara (BUMN)

Indonesia yang bergerak di bidang layanan pos. Saat ini, bentuk badan usaha Pos

Indonesia merupakan perseroan terbatas dan sering disebut dengan PT. Pos

Indonesia. Bentuk usaha Pos Indonesia ini berdasarkan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1995. Peraturan Pemerintah tersebut berisi

tentang pengalihan bentuk awal Pos Indonesia yang berupa perusahaan umum

(perum) menjadi sebuah perusahaan (persero). Pos Indonesia memiliki Anggaran

Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang dicatatkan di Akta Notaris Sutjipto, S. H.

Nomor 117 pada tanggal 20 Juni 1995 yang juga telah mengalami perubahan

sebagaimana yang dicatatkan di Akta Notaris Sutjipto, S. H. Nomor 89 pada

tanggal 21 September 1998 dan Nomor 111 pada tanggal 28 Oktober 1998.

Dunia perposan modern muncul di Indonesia sejak tahun 1602 pada saat

VOC menguasai bumi nusantara ini. Pada saat itu, perhubungan pos hanya

dilakukan di kota-kota tertentu yang berada di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa.

Surat-surat atau paket-paket pos hanya diletakkan di Stadsherbrg atau Gedung

Penginapan Kota sehingga orang-orang harus selalu mengecek apakah ada surat

atau paket untuknya di dalam gedung itu. Untuk meningkatkan keamanan surat-

surat dan paket-paket pos tersebut, Gubernur Jenderal G. W. Baron Van Imhoff

mendirikan kantor pos pertama di Indonesia yang terletak di Batavia (Jakarta). Pos

pertama ini didirikan pada tanggal 20 Agustus 1746.

Era kepemimpinan Gubernur Jenderal Daendels di VOC membuat sebuah

kemajuan yang cukup berarti di dalam pelayanan pos di nusantara. Kemajuan

tersebut berupa pembuatan jalan yang terbentang dari Anyer sampai Panarukan.

Jalan sepanjang 1.000 km ini sangat membantu dalam mempercepat pengantaran

surat-surat dan paket-paket antarkota di Pulau Jawa. Jalan yang dibuat dengan

metode rodi (kerja paksa) ini dikenal dengan nama Groote Postweg (Jalan Raya

Pos). Dengan adanya jalan ini, perjalanan antara Provinsi Jawa Barat sampai

Provinsi Jawa Timur, yang awalnya bisa memakan waktu puluhan hari, bisa

ditempuh dalam jangka waktu kurang dari seminggu.

12

Page 13: Bab 1 Tugas Metodologi Fix

Arus perkembangan teknologi telepon dan telegraf yang masuk ke Indonesia

pun mengubah sistem pelayanan pos di Indonesia. Pada tahun 1906, pos di

Indonesia pun akhirnya berubah menjadi Posts Telegraafend Telefoon Dienst atau

Jawatan Pos, Telegraf, dan Telepon (PTT). Layanan pos yang awalnya berpusat di

Welrevender (Gambir) juga berpindah ke Dinas Pekerjaan Umum atau Burgerlijke

Openbare Werker (BOW) di Bandung pada tahun 1923. Pada saat pendudukan

Jepang di Indonesia, Jawatan PTT dikuasai oleh militer Jepang. Angkatan Muda

PTT (AMPTT) mengambil alih kekuasaan Jawatan PTT tersebut dan kemudian

secara resmi berubah menjadi Jawatan PTT Republik Indonesia. Peristiwa tersebut

terjadi pada tanggal 27 September 1945. Hari itu pun diperingati sebagai Hari Bakti

PTT atau Hari Bakti Parpostel.

Cukup banyak perubahan dalam sistem Pos Indonesia sendiri. Perubahan

tersebut terlihat dari bentuk badan usaha yang dimiliki oleh Pos Indonesia secara

terus-menerus dari tahun ke tahun. Pada tahun 1961, Pos Indonesia resmi mejadi

perusahaan negara berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 240 Tahun 1961.

Peraturan tersebut menyebutkan bahwa Jawatan PTT itu kemudian berubah

menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Setelah menjadi

perusahaan negara, Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel)

mengalami pemecahan menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan

Giro) dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi). Hal ini

bertujuan untuk mencapai perkembangan yang lebih luas lagi dari masing-masing

badan usaha milik negara (BUMN) ini. Pemecahan PN Postel menjadi PN Pos dan

Giro dan PN Telekomunikasi ini memiliki legalitas hukum melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 29 Tahun 1965 dan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun

1965.

Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1978

dikeluarkan untuk mengubah lagi bentuk badan usaha dari pelayanan pos di

Indonesia ini (melalui PN Pos dan Giro). Dengan dikeluarkannya peraturan

tersebut, Perusahaan Negara Pos dan Giro berubah menjadi Perusahaan Umum Pos

dan Giro (Perum Pos dan Giro). Hal ini bertujuan untuk semakin mempermudah

keleluasaan pelayanan pos bagi masyarakat Indonesia. Perubahan bentuk usaha dari

13

Page 14: Bab 1 Tugas Metodologi Fix

sebuah perusahaan negara menjadi perusahaan umum ini pun disempurnakan lagi

supaya bisa mengikuti iklim usaha yang sedang berkembang melalui keluarnya

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1984 mengenai tata cara pembinaan dan

pengawasan. Setelah beberapa tahun memberikan pelayanan dengan statusnya

sebagai perusahaan umum, Pos Indonesia mengalami perubahan status atau bentuk

usaha lagi. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1995,

Perum Pos dan Giro berubah menjadi PT. Pos Indonesia (Persero). Hal ini

bertujuan untuk memberikan fleksibilitas dan kedinamisan untuk PT. Pos Indonesia

(Persero) sehingga bisa lebih baik dalam melayani masyarakat dan menghadapi

perkembangan dunia bisnis yang semakin ketat persaingannya.

14