05 bab 4 pendekatan dan metodologi fix

83
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010 Laporan Pendahuluan 4-1 4. Kegiatan Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung merupakan salah satu pekerjaan yang harus dilaksanakan berdasarkan metode dan pendekatan teknis yang tepat dan sesuai dengan standard an aturan yang ada, Penilaian andal atau tidaknya sebuah bangunan gedung tentunya akan dilihat dari beberapa aspek. Pendekatan teknis dan metodologi memegang peran penting dan utama untuk terlaksananya sebuah output yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini pendekatan teknis (technical approach) mempunyai pengertian terutama dikaitkan pada langkah-langkah seperti halnya penapisan (screening), pelingkupan (scoping), pelaksanaan (processing) serta manajemen pelaksanan dan pengelolaan. Sedangkan metode kerja (methodology) mempunyai pengertian yang lebih mengarah pada kriteria, prinsip dan formulasi analisis dalam masing-masing langkah penanganan tersebut. Pendekatan teknis dan metodologi kerja dalam kegiatan Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung di Kota Semarang yang akan dibahas dan dijabarkan di sini hanya akan menekankan pada aspek-aspek secara makro sebelum menginjak ke pelaksanaan di lapangan. 4.1. DASAR HUKUM PEMERIKSAAN KEANDALAN BANGUNAN Dalam pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung di Kota Semarang tahun 2010, tentunya memiliki pedoman-pedoman dan acuan yang dijadikan sebagai dasar dari seluruh konsep dan metode pelaksanaan. Dasar hukum tersebut adalah sebagai berikut: Bab ini memaparkan dasar-dasar hukum yang berkaitan dengan bangunan gedung dan teknis pelaksanaan bangunan gedung serta peraturan yang digunakan dalam proses pelaksanaan pemeriksaan keandalan bangunan gedung. Selain itu dalam bab ini menjelaskan tentang pendekatan dan metodologi dalam pelaksanaan pemeriksaan keandalan dan kelaikan bangunan gedung di Kota Semarang tahun 2010.

Upload: yan-hizrian

Post on 30-Dec-2014

381 views

Category:

Documents


124 download

TRANSCRIPT

Page 1: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-1

4.

Kegiatan Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung merupakan

salah satu pekerjaan yang harus dilaksanakan berdasarkan metode dan pendekatan

teknis yang tepat dan sesuai dengan standard an aturan yang ada, Penilaian andal atau

tidaknya sebuah bangunan gedung tentunya akan dilihat dari beberapa aspek.

Pendekatan teknis dan metodologi memegang peran penting dan utama untuk

terlaksananya sebuah output yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini

pendekatan teknis (technical approach) mempunyai pengertian terutama dikaitkan pada

langkah-langkah seperti halnya penapisan (screening), pelingkupan (scoping),

pelaksanaan (processing) serta manajemen pelaksanan dan pengelolaan. Sedangkan

metode kerja (methodology) mempunyai pengertian yang lebih mengarah pada kriteria,

prinsip dan formulasi analisis dalam masing-masing langkah penanganan tersebut.

Pendekatan teknis dan metodologi kerja dalam kegiatan Pemeriksaan Keandalan dan

Kelaikan Bangunan Gedung di Kota Semarang yang akan dibahas dan dijabarkan di sini

hanya akan menekankan pada aspek-aspek secara makro sebelum menginjak ke

pelaksanaan di lapangan.

4.1. DASAR HUKUM PEMERIKSAAN KEANDALAN BANGUNAN

Dalam pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan

Gedung di Kota Semarang tahun 2010, tentunya memiliki pedoman-pedoman dan acuan

yang dijadikan sebagai dasar dari seluruh konsep dan metode pelaksanaan. Dasar hukum

tersebut adalah sebagai berikut:

Bab ini memaparkan dasar-dasar hukum yang berkaitan dengan bangunan gedung dan teknis pelaksanaan bangunan gedung serta peraturan yang digunakan dalam proses pelaksanaan pemeriksaan keandalan bangunan gedung. Selain itu dalam bab ini menjelaskan tentang pendekatan dan metodologi dalam pelaksanaan pemeriksaan keandalan dan kelaikan bangunan gedung di Kota Semarang tahun 2010.

Page 2: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-2

4.1.1. Dasar Hukum Pemeriksaan Keandalan Bangunan

Dasar hukum yang digunakan adalah:

1. PERMEN PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis

Bangunan Gedung

2. UU RI no 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

3. PP no 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

4.1.2. Dasar Hukum Terhadap Aksesibilitas Penyandang Cacat

1. PP no 30/ PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas

pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

2. PERMEN PU No 38/ PRT/ 2007 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan

Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

4.1.3. Dasar Hukum Tentang Pengamanan Kebakaran

1. KEPMENEG PU No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan

terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

2. SK MEN PU No 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen

Penaggulangan Kebakaran di Perkotaan

3. SK Dirjen Perumahan dan Permukiman tentang Petunjuk Teknis Rencana

Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung

4. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen

Permukiman dan Prasarana Wilayah No 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk

Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung

5. PERMEN PU no 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi

Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

4.1.4. Dasar Hukum Tentang Persyaratan Ijin dan Sertifikasi

1. PERMEN PU No 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Ijin Mendirikan

Bangunan

2. PERMEN PU No 26/ PRT/M/2007 Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung

3. PERMEN PU no 24/ PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan

Perawatan Gedung

Page 3: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-3

4. PERMEN PU No 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis

Bangunan Gedung

5. PERMEN PU No 25/ PRT/M/2007 Tentang Pedoman Sertifikasi Laik Fungsi

Bangunan Gedung

4.2. KERANGKA PIKIR

Kegiatan Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung dimulai

pemaharnan akan latar belakang, perlunya penyusunan permasalahan yang ada, tujuan

serta manfaat penyusunan yang telah dirumuskan sebelumnya. Proses pernahaman ini

kernudian diteruskan dengan perumusan konsep, penentuan metode pelaksanaan dan

penentuan tahapan - tahapan pelaksanaan kegiatan.

4.2.1. Pengertian Umum

Keandalan Bangunan Gedung adalah keadaan bangunan gedung yang memenuhi

persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan bangunan gedung

sesuai dengan kebutuhan fungsi yang ditetapkan.

Pemeriksaan Keandalan Bangunan yang merupakan tolok ukur dimana sebuah

bangunan gedung dinyatakan laik fungsi, tentunya akan diuji secara teknis apakah

bangunan tersebut memenuhi persyaratan seperti yang telah ditentukan oleh

pemerintah. Persyaratan teknis bangunan diatur dalam PERMEN PU NO 29 TAHUN 2006.

Peraturan tersebut merupakan dasar hukum dari persyaratan teknis yang harus dimiliki

sebuah bangunan gedung.

4.2.2. Proses Pemeriksaan Keandalan Bangunan secara Umum

Untuk mengevaluasi keandalan sebuah bangunan gedung, maka diperlukan

sebuah proses yang secara umum akan dituangkan dalam diagram alur pikir berikut:

Page 4: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-4

Gambar 4-1 diagram alur pikir proses kegiatan pemeriksaan keandalan dan kelaikan bangunan gedung

TAHAP PERSIAPAN

LAPORAN PENDAHULUAN

PENDALAMAN & PEMAHAMAN KAK

KAJIAN KEPUSTAKAAN & PERATURAN TERKAIT

TAHAP SURVEY DAN ANALISA

PERSIAPAN KEBUTUHAN DATA, ALAT BANTU & TEKNIK PENGUMPULAN DATA

OUTPUT DAN REKOMENDASI

PERUMUSAN LANGKAH KEGIATAN & PENYIAPAN ALAT KERJA

PENENTUAN STANDAR DAN BATASAN KEGIATAN PEMERIKSAAN

KOORDINASI DENGAN TIM TEKNIS

DRAFT LAPORAN PENDAHULUAN

PRESENTASI LAPORAN DAN PERBAIKAN

KOORDINASI TIM TENTANG PERSIAPAN KEGIATAN SURVEY

SURVEY AWAL, PEMERIKSAAN DAN PENGUMPULAN DATA LAPANGAN

INPUT DATA HASIL SURVEY KE DALAM SOFTWARE KEANDALAN BANGUNAN

PROSES PENGOLAHAN DATA PROGRAM KEANDALAN DAN KELAIKAN BANGUNAN GEDUNG

HASIL PENGOLAHAN DATA PROGRAM KEANDALAN DAN KELAIKAN BANGUNAN GEDUNG

DRAFT LAPORAN ANTARA

PRESENTASI LAPORAN DAN PERBAIKAN

MEMPELAJARI PENGGUNAAN SOFTWARE KEANDALAN BANGUNAN

PENGUMPULAN KELENGKAPAN GAMBAR BANGUNAN YANG AKAN DIPERIKSA.

LAPORAN ANTARA

KOORDINASI TIM TENTANG HASIL ANALISA PEMERIKSAAN KEANDALAN BANGUNAN

REKOMENDASI PERMASALAHAN

KOORDINASI DENGAN TIM TEKNIS, PAKAR AKADEMIS DAN INSTANSI TERKAIT UNTUK

PENYEMPURNAAN REKOMENDASI

PENYUSUNAN DRAFT LAPORAN AKHIR

PRESENTASI LAPORAN DAN PERBAIKAN

LAPORAN AKHIR

PENGUMPULAN DATA BANGUNAN YANG AKAN DIPERIKSA

Page 5: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-5

1. Tahap Persiapan

Sebelum proses pemeriksaan dilaksanakan, akan diakukan persiapan hal-

hal berikut:

a. Perlu dilakukan survei awal untuk melihat kondisi awal bangunan gedung

yang akan dilakukan pemeriksaan keandalannya dan pengumpulan data

berupa gambar as built drawings dan data umum bangunan gedung,

seperti:

- Gambar Perencanaan Teknis.

- Gambar As Built Drawings.

- Gambar IMB.

b. Konsolidasi satu tim tenaga terlatih yang dipimpin oleh seorang koordinator

sesuai yang dibantu oleh beberapa tim ahli dalam jumlah dan

kemampuannya sesuai disiplin ilmu dan tingkat kesulitan seluruh / bagian

gedung yang akan diperiksa keandalannya. Setiap tenaga ahli akan dibantu

oleh seorang atau lebih tenaga pelaksana lapangan sesuai dengan

kebutuhannya.

Pra survei dan data awal ini sangat penting untuk menentukan langkah-langkah

pengambilan data pada saat survei dan pada saat penilaian.

Untuk bisa mendapatkan data-data gedung sesuai dengan point a, maka yang perlu

dilakukan adalah:

a. Berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Semarang dalam Penetapan Bangunan

Gedung sebagai Obyek Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung.

b. Berkoordinasi dengan instansi dan pemilik/pengelola bangunan gedung yang

akan disurvei, untuk membantu dalam proses perolehan data.

c. Mempelajari dan menggunakan Model Teknis Pemeriksaan Keandalan

Bangunan Gedung, dan melakukan penyesuaian terhadap aspek teknis seperti

yang diamanatkan dalam Permen PU No. 29/PRT/M/2006.

d. Menyusun form isian / questioner yang ditujukan kepada masing-masing

pemilik bangunan guna mempermudah perolehan data pada saat survey di

lapangan

Sedangkan isi dari formulir daftar isian secara umum yang juga akan digunakan

sebagai acuan dan sasaran pemeriksaan adalah sebagai berikut:

Page 6: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-6

a. Data Umum

i. Nama Bangunan

ii. Lokasi/alamat

iii. Fungsi

iv. Luas/jumlah lantai

v. Pemilik

b. Data Penunjang

i. Tahun Pembangunan

ii. Sejarah kepemilikan, kerusakan, dan fungsi bangunan gedung

iii. Perencana

iv. Kontraktor

v. Pengawas

vi. Gambar Bangunan

vii. Nomor IMB (Ijin Membangun Bangunan)

c. Data Arsitektur

Pemeriksaan arsitektur dibatasi pada finishing bangunan baik yang

berada pada bagian dalam bangunan gedung, maupun yang berada pada

bagian luar bangunan gedung, mencakup:

i. Fungsi bangunan gedung terhadap kesesuaian peruntukan lahan.

ii. Interior, antara lain: finishing lantai/selubung bangunan,

dinding,pintu, jendela, plafon, kaca, dan mebel terpasang.

iii. Eksterior, antara lain: finishing dinding, lantai, pagar, dan

lingkungan penduduk.

d. Data Struktur

Pemeriksaan dilakukan terhadap

- sistem struktur (bearing wall, shear wall, rigid frames, rangka

kombinasi, rangka tabung dalam tabung dan rangka campuran)

- Bahan Struktur (kayu, pasangan batu, pasangan bata, beton

bertulang, beton precast, prestressed, baja, komposit, dll)

- Keselamatan Struktur

Page 7: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-7

Harus menjamin terciptanya kondisi aman dan tercegahnya kondisi

berbahaya serta timbulnya bencana yang dapat diakibatkan oleh:

o Kegagalan struktur bangunan (akibat kesalahan

perencanaan, atau kesalahan pelaksanaan terkena beban

sementara yang melampaui kapasitas struktur)

o Kegagalan atau tidak berfungsinya utilitas

o Kegagalan akibat bencana alam ( gempa, angin , longsor)

o Kegagalan akibat kelalaian manusia (kebakaran, ledakkan)

- Kerutuhan Bangunan (akibat kelemahan struktur bangunan, akibat

bencana)

e. Data Utilitas

Pemeriksaan dilakukan terhadap

- Sistem transportasi vertikal lift (konstruksi lift, panel inspeksi, panel

operator, motor penggerak).

- Sistem transportasi vertical escalator (badan escalator, panel

kelistrikan, mesin penggerak).

- Sistem instalasi plumbing (sumber air bersih, penampungan dan

distribusi air bersih, air kotor dan limbah, air hujan, dan drainase ke

lingkungan).

- Sistem instalasi listrik (Sumber daya PLN, sumber daya genset).

- Sistem Instalasi tata udara /AC (sistem AC sentral, AC non sentral).

- Sistem instalasi penangkal petir (instalasi proteksi petir eksternal

dan internal).

- Sistem instalasi komunikasi (telepon, PABX, instalasi tata suara).

- Sistem pembuangan sampah, (shaft sampah, bak sampah

setempat, TPS, container sampah).

- Sistem Building Automation System (BAS).

Page 8: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-8

f. Data Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Pemeriksaan dilakukan pada sistem proteksi pasif dan aktif yang

terdapat pada obyek bangunan gedung, termasuk pemeriksaan terhadap

peralatan pemadam kebakaran, material insulator kebakaran. Sistem

pencegahan dan penanggulangan kebakaran ini dikelompokkan dalam:

- Lingkungan dan bangunan (persyaratan lingkungan, klasifikasi

bangunan, persyaratan bangunan).

- Bahan bangunan (persyaratan bahan lapis penutup dan bahan

komponen struktur bangunan).

- Struktur bangunan (persyaratan ketahanan terhadap api).

- Utilitas (alarm kebakaran, hydrant, sprinkler, pompa, sumber daya

listrik darurat, penangkal petir).

- Upaya penyelamatan (tangga kebakaran, koridor, pintu kebakaran,

lift kebakaran, penunjuk arah keluar, komunikasi darurat,

pengendalian asap, dll).

g. Aksesibilitas penyandang cacat

Evaluasi dilakukan pada sistem elemen aksesibiltas yang

terdapat pada obyek bangunan gedung, sesuai dengan ketentuan pada

Permen PU No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan

Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Antara lain:

Ukuran dasar ruang, Jalur pedestrian, jalur pemandu, area

parkir, pintu, ramp, tangga, lift, escalator, toilet, pancuran/ shower,

wastafel, telepon, perlengkapan dan peralatan control, perabot, rambu,

marka.

2. Tahap Pemilihan Lokasi Kegiatan

Bangunan umum yang akan diperiksa keandalannya akan ditetapkan oleh

Dinas Tata Kota dan Perumahan Kota Semarang, sesuai dengan yang tertera

pada Bab I, lingkup wilayah kegiatan.

Page 9: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-9

3. Tahap Pelaksanaan dan Pengumpulan Data Lapangan

Proses Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung dilaksanakan dalam

beberapa tahap. Pada tahap awal berupa pengumpulan data primer dan

sekunder baik berupa data gambar bangunan dan wawancara dengan pemilik

atau pengguna bangunan, serta observasi visual di lapangan untuk

mengidentifikasi kondisi bangunan gedung. Apabila didapatkan temuan

permasalahan yang kiranya perlu dibuktikan dan diuji kembali, baik

permasalahan dari aspek arsitektural, struktural, mekanikal elektrikal maupun

aksesibilitas, maka akan dilakukan pengecekan, pengukuran, pengujian dan

pengetesan dengan alat kerja sesuai permasalahan dan bagian aspeknya

masing-masing terhadap titik studi permasalahan tersebut.

4. Tahap Pengolahan Data dan Penentuan Penilaian Keandalan

Kondisi fisik yang dicatat dalam formulir isian untuk masing-masing

komponen digunakan untuk proses pengolahan dan penentuan nilai keandalan

dari segi arsitektur, struktur, utilitas, kebakaran, dan aksesibiltas, dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan dari kesesuaian dan penyimpangan hasil pemeriksaan

kondisi fisik terhadap komponen yang yang terkait.

b. Menginput data hasil pemeriksaan dari masing-masing komponen ke

dalam software pemeriksaan keandalan bangunan gedung

c. Melakukan pembobotan terhadap data hasil pemeriksaan dari masing-

masing komponen hasil pemeriksaan.

d. Analisis keandalan dan kelaikan bangunan gedung hasil pemeriksaan

dengan cara penilaian total dari hasil pembobotan, dengan mengacu

angka standar yang telah ditentukan sehingga dapat disimpulkan andal

atau tidaknya bangunan tersebut.

5. Tahap Penyusunan Laporan

Laporan hasil pelaksanaan pemeriksaaan keandalan bangunan gedung, termasuk

dokumentasi, meliputi:

a. Foto-foto kegiatan pemeriksaan keandalan.

b. Foto-foto sebagian/seluruh bangunan gedung yang terindikasi memerlukan

tindakan yang diperlukan untuk memenuhi aspek keandalan. Misal: struktur

Page 10: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-10

bangunan gedung, sistem plumbing, air hujan, elektrikal, dll yang tidak

andal.

c. Gambar/foto-foto lain yang diperlukan.

4.2.3. Alur Studi dan Format Penelitian

Dalam studi ini alur penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4-2 Diagram Alur Penelitian

Data-data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan format yang

disusun oleh Dirjen Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL). Piranti lunak

berbasis Excel tersebut memuat lima aspek utama yang dinilai yaitu Arsitektur,

Struktur, Utilitas clan proteksi kebakaran, aksesibilitas dan tata bangunan serta

lingkungan.

4.3. PENDEKATAN PENILAIAN DAN KINERJA BANGUNAN

4.3.1. Pendekatan Arsitektur Dan Kinerja Bangunan

Perancangan sebuah bangunan gedung merupakan hasil dari proses penciptaan

karya arsitektural yangg bertujuan mewadahi manusia untuk melakukan berbagai

aktivitasnya. Oleh sebab itu hasil dari rancangan tersebut yaitu bangunan gedung yang

sudah dibangunan dan dihuni seharusnya mencitrakan kreativitas yang unik dan spesifik

dalam aspek fungsi, tata ruang, penampilan dan kinerjanya.

Melalui pendekatan ilmiah (scientific approach), wujud arsitektur sebuah

bangunan gedung dapat dievaluasi kualitasnya dengan pendekatan objective yang

mengacu pada aspek-aspek terukur berdasarkan standar-standar yang berlaku secara

nasional maupun internasional.

Berdasarkan Permen PU No 29/PRT/M/2006, penelitian kinerja bangunan

Page 11: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-11

merupakan penyelidikan teradap tingkat pemenuhan terhadap persyaratan kenyamanan

dan kesehatan bangunan gedung. Kinerja yang balk dari sebuah bangunan gedung

akan menentukan tingkat pemakaian dan produktivitas penghuni bangunan sesuai

dengan tujuannya masing-masing.

Salah satu faktor yang menentukan kelancaran pekerjaan dalam bangunan

adalah tata ruang bangunan. Tata ruang bangunan ialah penentuan mengenai

kebutuhan-kebutuhan ruang dan tenang penggunaan secara terperinci dari ruang

ini yang timbul karena aktifitasnya untuk menyiapkan suatu susunan yang praktis

dan efisien serta faktor-faktor fisik yang dianggap perlu bagi pelaksanaan kerja

perkantoran dengan biaya yang layak.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan tata

ruang bangunan dapat d i l a k ukan melalui beberapa pendekatan terhadap :

− Kebutuhan jenis ruang

− Sifat dan hubungan kelompok ruang

− Standar besaran ruang

− Jenis dan besaran ruang

− Penyusunan ruang

Untuk tujuan penelitian tingkat keandalan bangunan gedung, sampling

bangunan diperiksa dua komponennya.

4.3.2. Komponen Ruang Dalam

Pammeter kinerja ruang dalam (interior):

1) Spacial / Keruangan (spatial performance)

− Layout ruang individu: ukuran, macam perabot, tempat duduk, faktor ergonomic.

− Layout ruang kelompok: pengelompokan ruang, sirkulasi, pencapaian, orientasi,

penandaan

− Pelayanan dan kesesuaian: sanitasi, alat-alat listrik, keamanan, telekomunikasi,

sirkulasi/transportasi.

− Fasilitas kemudahan (amenities).

− Faktor-faktor pemakaian dan control.

2) Termal (thermal performance)

− Suhu udara.

− Suhu radiant.

− Kelembaban udara.

− Kecepatan udara.

− Faktor-faktor pemakaian dan kontrol.

Page 12: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-12

3) Akustik (acoustic performance)

− Sumber bising (noise source).

− Jalur rambat suara (sound path).

− Penerima suara (sound receiver).

4) Visual (visual performance)

− Latar belakang dan fokus cahaya (ambient and task levels): alami dan buatan.

− Contrast dan brightness.

− Warna

− Informasi-informasi visual dan pemandangan

− Faktor-faktor pemakaian dan kontrol.

5) Kualitas udara dalam ruang (indoor air quality)

− Suplai udara segar (fresh air).

− Pergerakan dan distribusi udara segar. - Material pollutant.

− Energy pollutant.

− Faktor-faktor pemakaian dan kontrol.

Tabel 4-1 Batas-batas penerimaan (limit of acceptability)

Parameter Sub parameter Persyaratan Peraturan / Standar

Spasial Was ruang Sesuai luas aktivitas dasar

Termal Suhu 18 - 28 oC

Kep Menkes RI No.

1405/Menkes/SK/XI/2002

Kelembaban 4 0 - 6 0 % Pergerakan udara rata-rata 0,15 - 0,25 m/det

Akustik Sound pressure level (SPQ <85 dB (A)

Visual Tingkat pencahayaan >100 luxKualitas udara Tingkat karbondioksida (CO2) 1000 ppm

Debu 0,15 mg/m3Komponen bangunan yang diamati:

- Plesteran lantai

- Pelapis muka dinding

- Pelapis dinding

- Pintu / jendela

- Pelapis muka langit-langit

Page 13: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-13

4.3.3. Komponen ruang luar

Parameter kinerja komponen pelingkup bangunan (enclosure):

− Ketahanan bangunan (building integrity)

− Antisipasi beban: beban hidup, beban mati, getaran.

− Kelembaban: hujan atau uap yang menyebabkan karat, kebocoran atau

pengembunan

− Suhu: perbedaan panas, isolasi panas, perbedaan pemuaian dan penyusutan

akibat panas.

− Pergerakan udara: infiltrasi atau exfiltrasi, perbedaan tekanan udara

− Radiasi dan cahaya: radiasi matahari, radiasi lingkungan, visible light spectrum

− Penanggulangan bahaya api

Komponen bangunan yang diamati

− Penutup atap

− Pelapis muka dinding luar

− Pelapis muka lantai luar

− Pelapis lantai luar

− Pelapis muka langit-langit luar

Beberapa aspek fisik yang sangat penting untuk diperhatikan dalam studi evaluasi karena

sangat menentukan kenyamanan bagi pemakai di dalamnya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi fisik ruang adalah:

1. Warna

Sebagai bangunan gedung yang memiliki fungsi sebagai bangunan

rumah sakit, bangunan perkantoran, bangunan olah raga maka pemilihan

warna untuk ruang-ruang dalam bangunan akan sangat berpengaruh

terhadap penciptaan suasana ruang, terutama yang berkaitan dengan psikis

pemakai bangunan.

Pemilihan warna dapat berupa warna penerangan buatan yang

digunakan maupun warna yang dipakai sebagai bahan pelengkap ruangan

seperti bahan penutup dinding, furniture, bahan dekoratif ruangan dan

sebagainya.

Penyelesaian warna pada masing-masing banguna, baik untuk eksterior

ataupun interior menggunakan warna-warna cerah. Kondisi ini telah sesuai dan

sangat mendukung fungsi ataupun jenis kegiatan yang berlangsung, sehingga

penyelesaian warna ini perlu ditindak lanjuti.

Page 14: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-14

Penerangan buatan di dalam ruang sebagaian besar menggunakan

penerangan umum yang bersifat langsung dengan menggunakan jenis lampu

daylight yang mempunyai efek perubahan warna relatif kecil.

2. Penghawaan

Suhu yang nyaman dan optimum untuk suatu ruang adalah 22

– 25° C dengan kelembaban 40 % - 60 %.Penyimpangan dari standard

tersebut akan mempengaruhi kelangsungan aktivitas dalam ruang,

penyimpangan ini dapat menimbulkan kelelahan, kegerahan, dsb. Oleh sebab

itu perlu dipikirkan mengenai pemecahan untuk memperoleh suhu dan

kelembaban yang sesuai dengan standard sehingga ruang menjadi

nyaman. Ketidaknyamanan ruang dipengaruhi oleh :

− Radiasi dinding, atap, oleh sinar matahari

− Panas karena suhu badan manusia

− Peralatan dan bahan yang dapat menimbulkan panas

Salah satu Usaha yang dilakukan untuk menghindari ketidaknyamanan, adalah :

− Mengatur tata letak bangunan clan ruang sehingga dapat

mengurangi pengaruh langsung sinar matahari.

− Penggunaan peralatan/bahan yang dapat mengurangi panas.

− Mengkondisikan udara, balk dengan ventilasi alam maupun buatan

(AC).

Untuk mencapai kondisi ruang yang diinginkan yaitu dengan suhu

sekitar 22 - 25° C dan nilai kelembaban 40 % - 70 % dan kebutuhan udara

bersih 20 - 50 m3/jam per orang maka perlu pengkondisian ruang, yaitu

dengan cara pemasangan AC Pakage clan Split. Pemilihan sistem tergantung

pada kekhususan ruang clan kebutuhan ruang.

Pada kondisi bangunan eksisting secara umum luasan pelubangan

Binding untuk fungsi jendela sebagai tempat pertukaran udara berlangsung

telah memenuhi persyaratan apabila dibandingkan dengan luas ruangan di

dalamnya, kondisi ini didukung dengan sumbu akses bangunan. Penggunaan

sistem AC pada bangunan eksisting tentu saja akan sangat membantu

dalam menciptakan suasana kerja yang nyaman. Sebagai konsekuensinya biaya

operation maintenance perlu ditambahkan.

3. Penerangan

Dalam usaha untuk menunjang aktivitas yang terjadi maka dibutuhkan

sistem penerangan yang tepat. Sistem penerangan ini dibedakan menjadi

Page 15: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-15

2 yang disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu :

a) Penerangan alami

Penerangan alami pada siang hari dapat dimanfaatkan untuk

ruang-ruang yang langsung berhubungan dengan luar. Penerangan

alam ini memiliki jarak jangka mencapai 6 kali tinggi bukaan sedangkan

selebihnya dapat diupayakan penerangan buatan.

b) Penerangan buatan

Sebagai bangunan perkantoran, pengadaan penerangan buatan

disesuaikan dengan aktivitas clan fungsi masing-masing ruang, yaitu :

Penerangan umum untuk memberikan iluminasi yang tersebar merata

ke seluruh ruangan, penerangan, penerangan khusus untuk ruang-ruang

yang membutuhkan ketelitian kerja yang cukup tinggi, selain itu juga untuk

menciptakan suasana yang diinginkan. Penerangan buatan pada siang hari

diupayakan hanya sebagai tambahan penerangan dari terang alami atau

untuk mengatasi permasalahan apabila kondisi tidak memungkinkan,

sehingga zonasi perletakan dari tata lampu yang ada perlu untuk

direncanakan secara seksama. Perletakan tata lampu dari penerangan buatan

yang terdapat pada bangunan eksisting, umumnya sebagai penerangan

umum dengan jenis penerangan langsung dan merata pada seluruh ruang.

Jumlah titik lampu clan jenis penerangan yang ada secara umum telah

memenuhi persyaratan. Pada perencanan nantinya perlu direncanakan zonasi

dari tata letak lampu yang mengacu pada terang alami yang diterima oleh

ruangan.

c) Penerangan campuran (alam dan buatan )

Pemanfaatan penerangan alami clan buatan, dimana terdapat suatu

aktivitas yang mempersyaratkan digunakannya sistem penerangan tersebut.

Adapun kebutuhan penerangan untuk tiap-tiap ruangan sesuai dengan

fungsinya dapat dikemukakan sebagai berikut :

− Ruang umum yang meliputi ruang kerja pegawai membutuhkan iluminasi

sebesar 300 lux, koriclor membutuhkan 50 lux ( sekurang-kurangnya 1/5

daripada iluminasi ruangan kantornya ) (Standard Penerangan buatan,

Dirjen Cipta Karya, tahun 1985).

− Ruang khusus yang meliputi ruang sidang dan ruang pertemuan

membutuhkan iluminasi sebesar 200 lux terutama dimanfaatkan untuk

diskusi.

Penerangan ini harus dapat diredupkan atau dikurangi untuk menunjukkan

Page 16: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-16

slide, film, dsb.

4. Suara / Akustik

Untuk memperoleh kenikmatan suara/akustik terutama pada ruang-

ruang yang memeriukan persyaratan akustik tertentu, maka perlu diketahui

adanya sumber bunyi yang dalam hal ini dapat dibedakan menjadi :

− Sumber bunyi yang berasal dari dalam bangunan seperti : suara yang

ditimbulkan oleh kegiatan manusia dan peralatan di dalamnya.

− Sumber bunyi dari luar bangunan, seperti suara yang ditimbulkan oleh lalu

lintas dari jalan sekitar bangunan.

Untuk mengatasi menjalarnya bunyi, salah satu yang dapat dilakukan

adalah dengan memberhentikan suara, pemisahan suara dengan memisahkan

sumber bunyi dari ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan, pencegahan

suara dengan jalan memasang bahan penyerap langsung pada sumber bunyi,

masking dengan menutup suara atau bunyi dan memberikan background musik

lembut.

Pada kondisi eksisting ruang-ruang yang membutuhkan perencanaan

akustik umumnya berupa ruang sidang clan rapat. Secara umum penyelesaian

akustik pada ruang-ruang tersebut belum memenuhi persyaratan, sehingga

untuk perencanaan nantinya perlu dilakukan pembenahan pada ruangan tersebut

agar dapat difungsikan secara maksimal.

Metode pengumpulan data adalah salah satu cara yang paling tepat

dalam melakukan identifikasi dan menganalisis data. Metode pengumpulan data

yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan beberapa indikator. Beberapa

indikator yang dapat dilakukan dalam metode pengumpulan data adalah

sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4-2 Indikator pengumpulan data

No. Tingkatan data pengukuran

yang dipilih Data yang diperlukan

1 Analisis arsip perencanaan

• Gambar-2 denah, spesifikasi, rencana anggaran biaya, catatan manajemen penggunaan

• Syarat: dokumen tersedia. Digunakan untuk memastikan apakah parameter kinerja dijaminkan bagi para pengguna dan aktivitasnya.

2 Analisis hunian dan penggunaan

• Observasi perilaku, rekaman jejak fisik, wawancara dan kuisoner

• Syarat: prosedur mudah dan sumber tersedia 3 Penyusunan instrumen sederhana • Intrumen yang dibutuhkan tersedia

• Syarat: Metode kajian dilakukan dapat dilakukan secara cepat, instrument tersedia

4 Evaluasi • Ambang batas (threshold) dibandingkan dengan standar• Guidelines

Page 17: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-17

Sedangkan instrumen sederhana yang digunakan adalah menggunakan alat yang dapat

mendeteksi beberapa parameter suhu, kelembaban suatu ruang, kandungan kadar karbondioksida.

Gambar di bawah ini adalah alat yang akan dipakai untuk melakukan pengujian pads kegiatan studi

ini.

gambar 4-3. Alat Ukur Komponen Ruang Dalam

Keterangan: • Testo 435-2 untuk mengukur suhu, kelembaban , karbondioksida • Sound level meter LUTRON SL-4012 untuk mengukur tingkat kebisingan • Anemometer probe YK-200PAL-LUTRON + Intelligent Thermometer YK-2001TM untuk

mengukur laju kecepatan udara. • Light level meter LUTRON YK-200PLX untuk mengukur tingkat pencahayaan. • Distance meter - DISTO untuk mengukur jarak, lugs dan volume ruang

Sedangkan untuk mengumpulkan informasi yang dapat dipercaya (reliable data) dan

faktual, maka tahap awal yang penting untuk dilakukan adalah pemeriksaan lapangan.

a. Kesepakatan pemeriksaan (Inspection Agreement)

1) Pemahaman tujuan inspeksi

- Perlu ada kesepakatan tertulis antara pemeriksa dan pemilik/pengelola

bangunan gedung

- Tujuan dari kesepakatan adalah untuk menghindari perselisihan dan

ketidaksepahaman yang tidak perlu

2) Identifikasi kondisi fisik

3) Tahapan pengamatan visual dalam kondisi pencahayaan normal atau

khusus

4) Testing dengan peralatan tertentu

5) Batasan (limitation)

Page 18: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-18

b. Pemeriksaan (Inspection)

1) Nama pemilik/pengelola bangunan

2) Alamat lokasi bangunan yang diamati

3) Tanggal dan waktu pemeriksaan

4) Identitas dari pemeriksa yang melakukan pemeriksaan

5) Kondisi ambien pada saat dilakukan penyelidikan yang dinilai relevan

dengan tujuan penyelidikan

6) Deskripsi dan identifikasi kondisi struktur bangunan

7) Identifikasi area tertentu yang tidak bisa diselidiki (meskipun termasuk

dalam lingkup peneyelidikan) dengan alasan tertentu.

8) Observasi dari hasil pemeriksaan.

c. Pelaporan (inspection records)

1) Identifikasi semua pihak yang terlibat

− Nama dan alamat lembaga pemeriksa

− Identitas personil yang melakukan pemeriksaan

− Identitas pemilik/pengelola bangunan gedung.

2) Detail properti

− Alamat bangunan gedung yang diperiksa

− Deskripsi dan identifikasi bangunan, bagian dari bangunan atau

struktur lainnya.

3) Detail pemeriksaan

− Tanggal pemeriksaan

− Detail tentang tujuan, lingkup dan kriteria-kriteria yang disepakati

− Kondisi ambien pada saat dilakukan pemeriksaan.

4) Batasan-batasan, berupa identifikasi beberapa area atau item yang tidak

diperiksa karena alasan tertentu dan jika diperlukan diberikan

rekomendasi untuk pemeriksaan lebih lanjut.

5) Observasi

6) Item-item penting

7) Kesimpulan

Page 19: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-19

4.3.4. Pendekatan Struktur

1. Konsep Perencanaan

Struktur yang didesain pada dasarnya harus memenuhi kriteria-kriteria

sebagai berikut:

a. Kesesuaian dengan lingkungan sekitar

b. Ekonomis

c. Kuat dalam menahan beban yang direncanakan

d. Memenuhi persyaratan kemampuan layanan

e. Mudah dalam hal perawatan (durabilitasnya tinggi)

Ada 2 filosofi dalam merencanakan elemen struktur beton bertulang yaitu:

a. Metoda Tegangan Kerja

Unsur struktur direncanakan terhadap beban kerja sedemikian rupa sehingga

tegangan yang terjadi lebih kecil daripada tegangan yang diijinkan, dimana:

b. Metoda Kekuatan Ultimit

Dengan metoda ini, unsur struktur direncanakan terhadap beban kekuatan ultimit

yang diinginkan, yaitu:

2. Kondisi Batas Struktur

Dalam evaluasi elemen beton bertulang ada beberapa kondisi batas yang dapat

dijadikan pedoman, yaitu:

a. Kondisi batas ultimit dapat disebabkan oleh beberapa faktor dibawah ini yaitu:

- Hilangnya keseimbangan lokal atau global

- Rupture, yaitu hilangnya ketahanan lentur clan geser elemen-elemen struktur -

keruntuhan progresif akibat adanya keruntuhan lokal pads daerah sekitarnya

− Pembentukan sendi plastis

− Ketidakstabilan struktur

− Fatigue

b. Kondisi batas kemampuan layanan yang menyangkut berkurangnya fungsi

struktur, dapat berupa:

− defleksi yang berlebihan pada kondisi layan

− lebar retak yang berlebih

Page 20: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-20

− vibrasi yang mengganggu

c. Kondisi batas khusus, yang menyangkut kerusakan/keruntuhan akibat beban

abnormal, dapat berupa:

− keruntuhan pada kondisi gempa ekstrim

− kebakaran, ledakan atau tabrakan kendaraan

− korosi atau jenis kerusakan lainnya akibat lingkungan

Konsep perencanaan batas dan evaluasi kondisi batas digunakan sebagai prinsip

dasar Peraturan Eeton Indonesia (SNI 03-2847-2002).

3. Prosedur Desain Berdasarkan Peraturan Beton Indonesia

Elemen struktur dan struktur harus selalu didesain untuk dapat memikul

beban berlebih dengan besar tertentu, diluar beban yang diharapkan terjadi

dalam kondisi normal. Kapasitas cadangan tersebut diperlukan untuk

mengantisipasi kemungkinan adanya faktor-faktor “overload" dan faktor

“undercapacity".

Overload dapat terjadi akibat:

− Perubahan fungsi struktur

− Underestimate pengaruh beban karena penyederhanaan perhitungan

− Urutan dan metoda konstruksi

Undercapacity dapat terjadi akibat:

− Variasi kekuatan material

− Workmanship

− Tingkat pengawasan

Berdasarkan prosedur desain yang baku, kekuatan (resistance) elemen struktur

harus lebih besar Dada pengaruh beban, sehingga:

Resistance ≥ Penqaruh Beban

Untuk mengantisipasi kemungkinan lebih rendahnya resistensi (kekuatan)

elemen struktur daripada yang diperhitungkan/direncanakan dan kemungkinan lebih

besarnya pengaruh beban daripada yang direncanakan maka diperkenalkan faktor

reduksi kekuatan, yang nilainya <1, dan or beban yang nilainya > 1, sehingga:

Page 21: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-21

Prosedur desain yang memperhitungkan adanya faktor-faktor beban dan

resistance diatas disebut sebagai desain kekuatan ultimit. Prosedur desain ini

pada dasarnya merupakan metoda perencanaan kondisi batas dimana perhatian

utama ditekankan pada kondisi batas ultimit. Kondisi batas serviceabilitas

(kemampuan layanan) kemudian dicek setelah desain awal diperoleh.

Filosofi clasar metoda perencanaan ini terdapat pada SNI 03-2847-2002

yang bunyinya adalah:

a. Struktur dan komponen struktur harus direncanakan hingga semua

penampang mempunyai kekuatan rencana minimum same dengan kuat

perlu, yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang

sesuai dengan ketentuan tata cara ini.

Dalam butir a diatas, kuat rencana adalah identik dengan ORn;

sedangkan kuat perlu mengacu pada pengaruh beban terfaktor, yaitu

a1S1 + a2S2 + ....

b. Komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain yang tercantum

dalam tata cara ini untuk menjamin tercapainya perilaku struktur yang cukup

balk pada tingkat beban kerja. Butir 2 diatas mengharuskan adanya

pengontrolan lendutan dan lebar retak pada komponen struktur yang sudah

didesain.

Beban Terfaktor dan Kuat Perlu

SNI 03-2847 menguraikan tentang faktor-faktor beban dan kombinasi

beban terfaktor untuk perhitungan pengaruh beban.

Kombinasi beban terfaktor tersebut adalah:

− Kombinasi beban coati dan beban hidup:

U = 1,2 D + 1,6 L

Jika pengaruh angin ikut diperhitungkan:

U = 0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 W) atau

U = 0,9 D + 1,3 W

− Jika pengaruh gempa harus diperhitungkan:

U= 1,05 ( D + LR ± E ) atau

U = 0,9 ( D ± E )

Kuat perlu atau pengaruh beban terfaktor (seperti momen, geser, torsi

dan gaya aksial) dihitung berdasarkan kombinasi beban terfaktor U diatas. Kuat

perlu atau pengaruhpengaruh beban terfaktor tersebut ditulis dengan simbol-

Page 22: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-22

simbol M, V, T, dan u, dimana subscript u menunjukkan bahwa nilai-nilai M, V, T

dan u tersebut didapat dari beban terfaktor U.

4. Investigasi Penanganan Struktur Gedung Yang Mengalami Retak-Retak

Dan Penurunan

Penyelidikan terhadap Bangunan Gedung dilakukan untuk mengetahui

Kelayakan dan Keamanan

Bangunan dan segi kekuatan strukturnya. Penyelidikan yang akan

dilakukan meliputi penyelidikan lapangan can laboratonium. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui Kelayakan dan Keamanan bangunan struktur eksisting.

Disamping itu, penyelidikan ini juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi

tentang metoda perbaikan atau perkuatan bilamana diperlukan.

Sebagai tahapan pertama sebelum dilakukannya analisis faktor

keamanan struktur, perlu dilakukan terlebih dahulu evaluasi yang mendalam

mengenai kondisi aktual struktur, termasuk pengukuran geometri struktur dan

karakteristik material bangunan eksisting. Hal ini perlu dilakukan mengingat tidak

tersedianya as built drawing bangungan eksisting. Untuk tujuan ini akan

dilakukan serangkaian pengujian yang sifatnya tidak merusak dengan

menggunakan alat-alat non destruktif seperti covermeter, pulse echolgeoraclar,

ultrasonic dan serangkaian pengujian yang sifatnya semi-merusak seperti core

drill, breaking out dan test sondir. Dengan pengujian-pengujian tersebut akan

dapat diketahui kondisi, diameter dan jumlah tulangan terpasang, kualitas

material beton dan kondisi struktur beton serta kedalaman pondasi dan daya

dukung pondasi.

Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis struktur eksisting dengan

menggunakan data material dan struktural yang telah diperoleh. Analisis struktur

ini bertujuan untuk mengetahui tingkat faktor keamanan struktur eksisting.

Bilamana tingkat faktor keamanan struktur tidak memadai maka struktur perlu

diperkuat. Bentuk-bentuk perkuatan yang sesuai akan direkomendasikan untuk

mengembalikan fungsi struktur kembali seperti semula, Bentuk-bentuk perkuatan

yang direkomendasikan tersebut kemudian dituangkan dalam gambar rencana,

spesifikasi teknis dan BOQ.

Page 23: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-23

Tabel 4-3 Lingkup Pekerjaan (Waktu Pelaksanaan Berdasarkan Lingkup Pekerjaan)

Tahapan Pekerjaan Tujuan Metodologi, Kerja, dan Pendekatan Teknis Keluaran Laporan

Studi Awal Untuk mengumpulkan sebanyak mungkin 1. Pengumpulan data sekunder: a. Kumpulan dokumen data/informasi mengenai gec

data yang diperlukan agar studi yang akan dilakukan nantinya dapat berjalan dengan efisien dengan memanfaatkan seoptimal mungkin data yang tersedia tersebut.

a. Data desain terdahulu kriteria desain gambar dan perhitungan spesifikasi b. Data pelaksanaan

struktur dan material

- as built drawing

- catatan perubahan dan desain awal dan Spesifikasi

- data material c. Data kajian terdahulu

survai/Pemerik Untul memahami kondisi eksisting 1. Pemeriksaan visual dan pengambilan dokumentasi a. Peta kerusakan

sawn struktur sehubungan dengan kondisi struktur: b. Kondisi geometri aktual struktun

Global Untuk menentukan teknik dan metoda pengujian yang optimal

a. Pengamatan geometri struktur b. Pengamatan kerusakan/retak path komponen struktur/nonstruktural c. Deformasi berlebth d. Sarang tawon (honey comb) e. pengambilan foto

C. Dokumentasi

2. Pengukuran geometri elernen-elemen struktur a Geometni aktual elemen-elemen struktur

Pemeriksaan Untuk mendapatkan 1. Pengukuran kondisi aktual material pada struktur a Properties aktual material

Detail karakteristik material eksisting, kondisi penulangan dan

a. Core test b. Covermeter test/Rebar detection

b. Perkiraan lokasi dan ukuran tulangan c. Tebal selimut beton

kondisi kerusakan c. Breaking out d. Kondisi kerusakan

Untuk mendapatkan kedalaman d. Ultrasonic e. Daya dukung tanah

pondasi clan perkiraan daya dukung

2. Pengukuran pondasi dengan menggunakan georadan/pulse echo

f. Perkiraan sistem pondasi

3. Pengukuran daya dukung tanah (Tes Sondir)

Analisis Kondisi Untuk menentukan tingkat keamanan a. Analisis struktur Eksisting a. Kondisi eksisting struktur

eksisting struktur eksisting terhadap kondisi b. Kajian faktor keamanan struktur b. Faktor keamanan struktur

Struktur pembebanan rencana dan mencari penyebab kerusakan pada struktur

c. Analisis daya dukung pondasi dan settlement c. Kapasitas cadangan struktur d. Penyebab kerusakan

Kesimpulan Untuk menentukan langkah- langkah a. Analisis struktur a. Rekomendasi mengenai metoda pethaikan atau

dan Saran selanjutnya yang dianggap perlu. b. Analisis pondasi perkuatan struktur bilaniana diperlukan b. Gambar rencana perbaikanlperkuatan c. spesifikasi teknis d. BOQ

Page 24: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-24

5. Penilaian Material/Struktur Beton Bertulang Eksisting

a. Pendahuluan

Penilaian struktur beton bertulang eksisting (struktur yang sudah

berdiri) diperlukan jika ada kekuatiran mengenai tingkat keamanan struktur

atau bagian-bagian struktur tersebut akibat adanva faktor-faktor yang

sebelumnya tidak diperhitungkan seperti:

1). Kesalahan perencanaan/pelaksanaan

Hal yang berhubungan dengan kemungkinan kesalahan

perencanaan/pelaksanaan dapat terdeteksi dari:

− Hasil pengamatan lapangan dimana terlihat adanya retak-retak

lendutan yang berlebihan pada bagian-bagian struktur.

− Sifat material yang diuji selama pelaksanaan pembangunan struktur,

yang menunjukkan hasil-hasil yang tidak memenuhi syarat balk clan

segi kekuatan maupun durabilitas (misal sifat kekedapan terhadap air

yang di syaratkan untuk bangunan seperti kolam renang).

− Hasil perhitungan (dengan memakai kekuatan material yang aktual)

yang menunjukkan adanya penurunan kapasitas kekuatan struktur

atau komponenkomponen struktur.

2). Penurunan kinerja material/struktur ekisisting yang diakibatkan oleh

pengaruh internal-eksternal seperti:

− Adanya pelapukan material pada struktur karena usianya yang sudah

tua. Atau karena serangan zat-zat kimia tertentu yang merusak

(seperti jenis-jenis senyawa asam).

− Adanya kerusakan pada struktur/bagian-bagian struktur karena

bencana kebakaran, banjir atau gempa atau karena struktur

mengalami pembebanan tambahan akibat adanya leclakan di sekitar

struktur ataupun beban berlebih lainnya yang belum diantisipasi

dalam perencanaan.

3). Rencana redesain/perubahan peruntukan struktur yang menimbulkan

konsekuensi pada perubahan :

− Perubahan fungsi/penggunaan strukur

− Penambahan tingkat (pengembangan struktur)

4). Sarat untuk proses jual-beli atau asuransi suatu struktur bangunan.

Untuk hal ini biasanya cukup dilakukan penyelidikan secara visual kecuali

jika ada tanda-tanda yang mencurigakan pada struktur.

Page 25: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-25

Pada umumnya, tujuan penilaian struktur adalah untuk menentukan salah

satu di bawah ini:

(1) Kemampuannya untuk tetap berfungsi sebagaimana yang diharapkan

berdasarkan desain awal.

(2) Jika kemampuannya sudah berkurang, maka perlu ditentukan

fungsi/beban yang cocok untuk kondisi struktur saat ini.

(3) Sisa umur layananya.

(4) Kemampuannya untuk menerima beban yang lebih besar atau melayani

fungsi yang lain.

(5) Kelayakan untuk memodifikasi struktur sehingga sesuai dengan

peraturan/code yang berlaku

(6) Kondisi/tingkat kerusakan yang dialami struktur

Selain itu, penilaian struktur eksisting merupakan bagian terpenting dari

tahapan perencanaan pekerjaan perbaikan/perkuatan struktur.

b. Prosedur Penilaian Struktur Beton Eksisting

Tujuan utama penilaian struktur adalah untuk rnendapatkan

gambaran yang realistik mengenai kondisi struktur yang sedang dikaji. Hal-

hal yang dinilai diantaranya adalah kapasitas pembebanan struktur,

kemampuan layanan dan durabilitas.

Prosedur penilaian dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan teknis

pada pekerjaan penilaian yang sedang dilakukan, Secara umum, ada enam

tahapan utama yang harus dilalui (lihat Tabel 4.4)

Page 26: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-26

Tabel 4-4 Prosedur Penilaian Struktur Eksisting

Tahapan Tujuan Aktivitas

Studi awal Untuk mengkonfirmasi kualitas material yang digunakan atau data-data penting

Mengumpulkan/mereveiw data skunder seperti as built drawing, data material,

lainnya yang berkaitan dengan struktur laporan perhitungan/clesain. Data yang sedang dikaji konstruksi dll. Site observations. Survei Untuk memahami karakteristik struktur, Pemeriksaan visual Pemeriksaan Global memilih area yang akan diperiksa secara Pengambilan clokumen video detail dan menentukan teknik pengujian Pengukuran geometry, defleksi, retak yang cocok/optimal dan kerusakan lainnya Pengujian NDT terbatas Pengambilan Sampel Pemeriksaan Detai Untuk mengurnpulkan data yang cukup Uji beban clan terpercaya sehingga pemeriksaan Pengujian NDT yang efektif

struktur dapat dilakukan dengan tingkat keyakinan yang tinggi

pengujian fisik kimiawi

Presentasi Hasil Untuk mempermudah penilaian Plot Analisis stasistik Interpretasi Hasil Untuk menilai kinerja struktur eksisting Analisis struktur saat ini clan yang akan dating dan Analisis kerusakan dengan bantuan

membandingkannya dengan persyaratan yang ada

pengalaman sebelumnya

Rekomendasi Untuk menentukan aksi selanjutnya yang diperlukan seperti perbaikan/perkuatan, treatment untuk pencegahan, demolisi atau survey lanjut yang lebih komprehensif

Dari keenam tahapan tersebut, tahapan survey/pemeriksaan global

clan pemeriksaan detail merupakan tahapan-tahapan yang terpenting dalam

prosedur penilaian material/struktur beton bertulang eksisting. Bagian

selanjutnya dari makalah ini akan lebih difokuskan pada pembahasan

mengenai pemeriksaan/pengujian material/struktur beton bertulang

eksisting.

c. Pemeriksaan/Pengujian Struktur Eksisting

Pemeriksaan struktur biasanya bertujuan untuk mendapatkan

informasi yang mendalam mengenal kondisi rnaterial/struktur dalam

bangunan. Hal-hal yang dilakukan dalam pemeriksaan struktur diantaranya

adalah:

− Meng identif i kasi semua cacat dan kerusakan

− Mendiagnosa penyebabnya

− Mengevaluasi kerusakan/cacat yang sudali diidentifikasi

Beberapa bentuk metoda pengujian dapat digunakan untuk hal

tersebut, diantaranya pengujan-pengujian setempat yang bersifat tidak

Page 27: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-27

merusak seperti pengujian ultrasonik, hammer dan lain-lain. Hasil pengujian

tersebut (yang merupakan parameter struktur yang aktual) kemudian dapat

dimanfaatkan untuk analisis kapasitas struktur atau komponen-komponen

struktur.

Bentuk lainnya dapat berupa 'load test" (pengujian pembebanan)

yang dapat bersifat setengah merusak ataupun merusak total komponen-

komponen bangunan yang diuji. Pada kebanyakan Situasi biasanya hasil

yang didapat dan "load test" lebih meyakinkan dibanding hasil dari bentuk-

bentuk pengujian lainnya. Namun walaupun begitu, bentuk "load test"

memerlukan waktu dan biaya yang besar dan tidak mudah untuk di lakukan.

Informasi—informasi yang diperoleh dan pemeriksaan/pengujian

struktur eksisting tersebut dapat digunakan untuk menentukan apakah

tindakan perbaikan/perkuatan struktur yang perlu dilakukan atau layak

secara ekonomis untuk dilakukan (dibandingkan misalnya dengan biaya

demolisi/penghancuran) Seiain itu. berdasarkan intormasiinformasi tersebut

juga dapat ditentukan metoda terbaik jika perbaikan/perkuatan tersebut

memang diperlukan.

6. Tahapan Dalam Pemeriksaan/Pengujian Struktur Eksisting

Secara garis besar, pemeriksaan/pengujian struktur eksisting terdiri atas tiga

tahapan. yaitu:

a. Tahapan Perencanaan

Tahapan ini mencakup pendefinisian masalah, pemilihan metoda

pengujian yang akan dilakukan yang tentunya sesuai dengan masalah yang

dihadapi, penentuan banyaknya pengujian yang akan dilakukan, dan

pemlihan lokasi pengujian pada struktur/komponen struktur yang tentunya

diharapkan dapat mewakili kondisi struktur yang sebenarnva. Tahapan-

tahapan yang umumnya dilakukan pada tahapan perencanaan ini diuraikan

pada bagian berikut ini:

1). Penyelidikan Visual

Pengamatan visual diperlukan sebagai tahapan awal untuk

mendefinisikan permasalahan yang ada di lapangan. Berdasarkan

pengamatan visual ini bisa didapatkan informasi mengenai tingkat

kemampuan layanan (service ability) komponen struktur (seperti

lendutan), baik-tidaknya pengerjaan pada saat pembangunan

Page 28: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-28

struktur/komponen struktur (misal ada tidaknya bagian keropos dan "

honeycombing" pada beton) dan jenis kerusakan yang dialami baik pada

tingkat material (misal pelapukan beton) maupun tingkat struktural

(seperti retak-retak akibat lenturan pada struktur beton). Untuk tahapan

ini diperlukan adanya tenaga ahli yang terlatih yang dapat mendeteksi

hal-hal yang tidak normal yang terjadi pada struktur dan dapat

membedakan jenis-jenis kerusakan yang terjadi dan penyebabnya.

Sebagai contoh tenaga ahli tersebut harus mampu membedakan

jenis-jenis retak yang mungkin terjadi pada struktur beton (Gambar 4.3).

Untuk dapat membedakan jenis—jenis retak tersebut beserta

penyebabnya, perlu diIakukan penyelidikan yang mendalam mengenai

pola retak yang terjadi. berdasarkan penyelidikan tersebut bisa didapat

dugaan-dugaan awal mengenai penyebab retak.

Tabel 4.5 di bawah ini memperlihatkan bentuk-bentuk gejaIa

yang dapat timbul yang biasanya berhubungan deangan jenis-jenis

kerusakan tertentu. Pada session sebelumnya telah diberikan secara

detail bentuk-bentuk kerusakan yang umum pada material/struktur beton

bertulang eksisting beserta penyebabnya.

gambar 4-4. Diagnosis Kerusakan Yang Teriadi pada Beton

Page 29: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-29

Tabel 4-5 Diagnosis Kerusakan Yang Teriadi pada Beton

Penyebab Gejala Jangka Waktu

Pemunculan

Retak Pengelupasan Pengikisan Segera Lama

Defisiensi struktur X X X X

Korosi Tulangan X X

Serangan Kimiawi x X x x

Kebakaran X X x

Reaksi Internal X X x

Pengaruh Suhu X x x X

Susut X X X

Rangkak X x x

Proses Pengeringan yang Abnormal X x Kerusakan Fisik x x x x x

Diadaptasi dari artikel D D. Higggins berjudul "Diagnosing the Causes of Detects or

Deterioration in Cocrete Structures"

2). Pemilihan Jenis Pengujian

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis metoda

pengujian untuk struktur eksisting terdiri atas:

− Tingkat kerusakan struktur eksisting yang diizinkan

− Waktu pengerjaan

− Biaya yang tersedia

− Tingkat keandalan hasil pengujian

− Jenis permasalahan yang dihadapi

− Peralatan yang tersedia

Kemungkinan besar jenis pengujian yang tersedia tidak dapat

memenuhi semua hal diatas secara optimal, sehingga perlu adanya suatu

kompromi. Sebagai ilustrasi disampaikan disini bahwa metoda-metoda

pengujian beton yang sifatnya tidak merusak (seperti halnya ultrasonik

can hammer test yang dapat digunakan untuk mengetahui kuat tekan

beton pada struktur) biasanya merupakan bentuk pengujian yang sangat

sederhana, cepat can murah. Namun, tingkat kesulitan dalam

mengkalibrasi hasil pengujian, misalnya untuk proses interpretasi nilai

kuat tekan beton, adalah tergolong tinggi. Disamping itu, jika kalibrasi ini

tidak dilakukan secara balk can benar, maka tingkat keandalan hasil

pengujian dengan menggunakan alatalat tersebut akan menjadi rendah.

Page 30: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-30

Sementara itu jenis pengujian lain yang tersedia seperti pengambilan

sampel core can struktur beton eksisting yaitu kemudian dilanjutkan

dengan pengujian tekan dapat memberikan informasi yang lebih akurat

mengenai nilal kuat tekan beton. Jadi, tingkat keandalan hasil pengujian

core tersebut adalah tergolong tinggi. Namun, cara ini membutuhkan

biaya yang sangat tinggi dan memerlukan waktu pengerjaan yang relatif

lebih lama. Selain itu, cara ini juga menimbulkan kerusakan pada

struktur. 3adi dapat dilihat disini bawa sebagai langkah awal dalam

memilih jenis pengujian yang paling sesuai dengan situasi clan kondisi

yang ada perlu disusun terlebih dahulu tingkat prioritas hal-hal yang akan

clijaclikan sebagai clasar pemilihan. Namun perlu diperhatikan bahwa

biasanya tingkat akurasi hasil pengukuran merupakan kriteria yang

paling penting dalam pemilihan jenis pengujian.

Biasanya, untuk mengatasi kelemahan pengujian-pengujian yang

disebutkan pada ilustrasi diatas, dapat dilakukan penggabungan

beberapa jenis/metoda pengujian. Sebagai contoh, karena dapat

memberikan hasil yang akurat, pengujian core dapat digabungkan

dengan bentuk-bentuk pengujian yang lain seperti pengujian ultrasonic

atau hammer. Disini, pengujian core dapat dilakukan untuk

mengkalibrasi hasil pengujian ultrasonic clan hammer. Karena sifatnya

yang hanya mengkalibrasi, jumlah sample core yang diperlukan tentu

saja dapat diperkecil. Sehingga kerusakan yang timbul pun dapat

diminimumkan.

3). Jumlah dan Lokasi Pengujian

− Jumlah pengujian yang dibutuhkan ditentukan oleh

− Tingkat akurasi yang diinginkan (hubungannya dengan statistic)

− Biaya yang dibutuhkan

− Tingkat kerusakan yang ditimbulkan

Sebagai contoh, pada pengujian hammer, untuk mengetahui nilai

kuat tekan beton dengan tingkat akurasi yang tinggi biasanya diperlukan

dalam jumlah yang besar yang lokasi pengujiannya dapat disebarkan

sehingga mencakupi semua daerah komponen struktur yang kan diuji.

Page 31: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-31

b. Tahapan Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan perlu diperhatikan tingkat kesulitan dalam

mencapai lokasilokasi yang telah ditentukan sebagai lokasi pengujian. System

perancah dapat digunakan, namun sistemnya harus direncanakan clan

dipersiapkan dengan baik. Penanganan peralatan pengujian harus dilakukan

dengan baik selama pelaksanaan. Selain itu, keselamatan tenaga pelaksana

harus benar-benar diperhatikan (tenaga pekerja perlu dilengkapi dengan

peralatan keselamatan seperti topi pengaman ("hard hat"), tali pengikat can

lain-lain). Pada saat pelaksanaan, perlu diperhatikan pengaruh gangguan

yang mungkin timbul dari pengujian tersebut terhadap lingkungan (baik

terhadap orang maupun terhadap gedung-gedung struktur-struktur disekitar

lokasi struktur yang sedang diuji).

gambar 4-5. Instrumen Dan Pelaksanaan Pengujian Kekuatan Beton

c. Tahapan interpretasi

Tahap interpretasi dapat dibagi menjadi tiga tahapan yang berbeda.

- Kalibrasi

- Peninjauan variasi hasil pengukuran

- Analisis Perhitungan

Page 32: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-32

7. Metoda Pengujian

Metoda pengujian untuk mengevaluasi kerusakan beton pads umumnya dapat

dibagi menjadi dua yaitu:

− Metoda langsung

Sebagai contoh: pengamatan visual, analisis dan pengujian bahan.

− Metoda tidak langsung

Pada metoda ini, dilakukan pengukuran parameter-parameter yang dapat

dikorelasikan dengan kekuatan, perilaku elastik atau kondisi kerusakan

bahan

Selain itu metoda pengujian dapat jugs dikelompokkan atas dasar tingkat

kerusakan yang ditimbulkan pads struktur, yaitu pengujian Non-Destructive,

pengujian Semi-Destructive, dan pengujian Destructive.

Metoda pengujian non-destruktive adalah metode pengujian yang tidak

merusak struktur/komponen struktur yang ditinjau. Yang tergolong dalam jenis

pengujian ini diantaranya adalah pengujian hammer, ultrasonic, dan kain-lain.

Metoda pengujian semi-destruktive adalah pengujian yang menimbulkan

kerusakan minor sampai sedang pads struktur/komponen struktur yang diuji.

Contoh dari pengujian ini diantaranya adalah pengujian pull-out, pengujian core,

pengujian beban batas (ultimatelcollapase load test) pada komponen-komponen

struktur.

a. Metoda Pengujian Kekerasan Permukaan (Schmidt Hammer)

Metoda pengujian ini dilakukan deangan memberikan beban impact

(tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang

diaktifkan dengan memberikan energi yang besarnya tertentu. Jarak

pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan

dengan permukaan beton benda uji dapat memberi indikasi kekerasan dan

juga, juga setelah kalibrasi, dapat memberikan indikasi nilai kuat tekan beton

benda uji. Jenis hammer yang umum dipakai untuk pengujian ini adalah

"Schmidt rebound hammer" (Gambar 4.5). Alat ini sangat berguna untuk

mengetahui keseragaman material beton pada struktur. Karena

kesederhanaannya, pengujian deangan menggunakan alat ini dapat

dilakukan dengan cepat, sehinggadapat mencakup area pengujian yang luas

dalam waktu yang singkat. Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada

pada permukaan beton, misalkan keberadaan partikal batu pada bagian-

Page 33: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-33

bagian tertentu dekat permukaan. Oleh karena itu, diperlukan pengambilan

beberapa kali pengukuran di sekitar setiap lokasi pengukuran, yang hasilnya

kemudian dirata-ratakan. British Standarts (BS) mengisyaratkan pengambilan

antara 9 sampai 25 kali pengukuran untuk setiap daerah pengujian seluas

maksimum 300 mm2 (jarak antara 2 lokasi pengukuran tidak boleh dari pada

20 mm).

Secara umum alat yang digunakan untuk :

− Memeriksa keseragaman kualitas beton pada struktur

− Mendapatkan perkiraan nilai kuat tekan beton

− Mendapatkan informasi mengenai ketahanan beton terhadap abrasi

Spesifikasi mengenai penggunaan alat ini bisa dilihat pada BS4408

pt. 4 atau ASTM C805-89.

gambar 4-6. Alat Ukur Schmidt Rebound Hammer

1). Kelebihan dan kekurangan "Schmidt Rebound Hammer"

Kelebihan

− Murah

− Pengukuran bisa dilakukan dengan cepat

− Praktis (mullah digunakan)

− Tidak merusak

Kekuranqan :

− Hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan/kehalusan permukaan.

Page 34: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-34

Kelembaban beton. Sifat-sifat dan jenis agregat kasar, drajad karbonasi,

ukuran dan umur beton. Oleh karena itu perlu diingat bahwa beton yang

akan diuji haruslah dari jenis dan denngan kondisi sama.

− Sulit mengkalibrasi hasil pengukuran

− Tingkat keandalan rendah

− Hanya memberikan informasi mengenai karakteristik beton pada

permukaan.

2). Kalibrasi

Seperti yang disebutkan sebelumnya. banyak sekali variabel yang

berpengaruh terhadap basil pengukuran dengan menggunakan "Schmidt

Rebound Hammer". Oleb karena itu sangat sulit untuk mendapakan diagram

kalibrasi yang bersifat umum yang dapat menghubungkan parameter

tegangan heton sebagai fungsi nilai Skala pemantulan "rebound hammer"

dan dapat diaplikasikan untuk sembarang beton. Jadi dengan kata lain

diagram Kalibrasi sebaiknya berbeda untuk setiap jenis campuran beton yang

berbeda. Oleh karena itu untuk setiap jenis beton yang berbeda, perlu

diperoleh diagram kalibrasi tersendiri. Untuk mendapatkan diagram kalibrasi

tersebut perlu dilakukan pengujian tekan sample hasil Coring untuk setiap

jenis beton Yang berbeda pada struktur yang sedang ditinjau. Hasil uji coring

tersebut kemudian dijadikan sebagai konstanta untuk mengkalibrasi bacaan

yang didapat dari peralatan hammer tersebut.

Perlu diberi catatan disini bahwa penggunaan diagram kalibrasi yang

dibuat oleh produsen alat uji hammer sebaiknya dihindarkan. karena diagram

kalibrasi tersebut diturunkan atas dasar pengujian beton dengan jenis dan

ukuran agregat tertentu. bentuk benda uji yang tertentu dan kondisi test

tertentu.

Tabel 4-6 Diagram Kalibrasi alat uji Hammer

Angka Pantulan Rata—rata Kualitas Selimut Beton

>40 Baik, Lapisan keras

30-40 Cukup Baik

20-30 Kurang Baik

<20 Ada Retak/Delaminasi dekat permukaan

Page 35: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-35

b. Metoda Pengujian Ultrasonik

Metoda pengujian ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa

kecepatan rambat gelombang yang melalui suatu media padat bergantung

pada sifat-sifat elastik media padat tersebut. Jika digunakan dengan balk dan

benar, alat ini dapat memberikan informasi yang banyak mengenai kondisi

bagian permukaan ataupun bagian dalam beton. Alat ini secara talk langsung

juga dapat memberikan informasi mengenai nilai kuat tekan beton jika

hubungan antara sifat-sifat elastik suatu bench padat dengan nilai kuat

tekannya diketahui.

Alat ini pada dasarnya terdiri atas pembangkit signal gelombang,

transducer pengirim (transmitter) dan transducer penerima (receiver). Alat ini

juga dilengkapi oleh alat pengukur dan perekam waktu yang dibutuhkan oleh

gelombang untuk merambat dan transmitter Le receiver (Gambar 4.6). Jika

panjang lintasan jarak antara transmitter dan receiver) diketahui, maka

kecepatan rambat gelombang yang terjadi bisa dihitung. 3enis transducer

yang sesuai untuk aplikasi pada material beton adalah transducer dengan

frekuensi pribadi berkisar antara 20 Khz dan 150Khz. Standar metoda

pengujian ultrasonik ini dapat dilihat pada BS 4408 pt.5 atau ASTM C 597.

1). Prinsip Pengukuran

Alat ini seperti disebutkan sebelumnya memanfaatkan prinsip

perambatan gelombang pada media padat. Seperti diketahui ada tiga

jenis gelombang yang timbul pada saat suatu massa padat diberikan

suatu impulse (getaran) yaitu, gelombang permukaan, gelombang

transversal dan gelombang longitudinal. Dari ketiga gelombang tersebut,

gelombang longitudinal merupakan gelombang yang mempunyai

kecepatan tinggi dan yang memberikan banyak informasi mengenai sifat-

sifat fisik bahan padat yang dilaluinya. Dari teori fisika diketahui bahwa

Page 36: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-36

Jika kecepatan perambatan gelombang longitudinal dan berat

jenis bench padat yang dilaluinya diketahui, maka harga modulus elastik

dinamik dari bahan padat tersebut bisa dihitung berdasarkan persarnaan

diatas. Seperti diketahui untuk beton-beton yang terbuat dari jenis

batuan alam, nilai berat jenis dan poisson's rationya relatif mirip satu

sama lain. Sehingga untuk setiap beton untuk campuran yang berbeda

(namun menggunakan batuan alam) hubungan antara kecepatan

gelombang dan nilai modulus elastis betonnya dapat diasumsikan tetap.

gambar 4-7. Alat Ultrasonic Pulse velocity

2). Penempatan Transduncer

Sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan tiga macam cara

yang bisa dilakukan untuk menempatkan transducer penyampai dan

penerima pads bends uji. Hal ini bisa dilihat pads Gambar 4.7 dan ketiga

cara-cara tersebut cara langsung (direct) merupakan pilihan yang

terbaik. Sedangkan cara tidak langsung (indirect) merupakan cara yang

kurang balk. Pads cara yang tidak langsung tingkat kepekaan gelombang

yang terbaca oleh receiver jauh lebih kecil daripada yang dihasilkan

dengan cara langsung. Oleh karena itu gelombang tersebut bersifat

sangat rentan terhadap ganggguan yang mungkin didapat selama

perambatannya. Hal ini tentunya dapat memperkecil tingkat akurasi basil

pengukuran.

Selain itu, pads cara yang tidak langsung. karena pola

penempatan transducernya, kecepatan gelombang akan dipengaruhi

secara dominan oleh kondisi permukaan solid. sehingga hasil yang

didapat tentunya tidak akan mewakili kondisi solid yang sebenarnya.

Page 37: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-37

Kelemahan lain pads cara yang tidak langsung ini adalah sulitnya

mengetahui secara pasti berapa sebenarnya panjang lintasan yang diialui

oleh perambatan gelombang yang diukur. Untuk mengatasi hal ini perlu

dilakukan pengukuran yang berulan-ulang dengan cara memindah-

mindahkan posisi transducer penerima. sedang posisi transducer

penyampai dijaga tetap (sehingga didapat jarak antara transducer yang

berubah-ubah). Hasil pencatatan waktu perambatan gelombang untuk

masing-masing pengukuran kemudian diplot pads grafik yang

mengambarkan hubungan waktu perambatan sebagai fungsi jarak antara

transducer. Dengan regresi linear bisa didapat persamaan yang linear

untuk kedua parameter tersebut. Kemiringan (slope) persamaan tersebut

merupakan kecepatan rata-rata perambatan gelombang yang dicari.

Namun, cara ini sangat bergantung pads kondisi permukaan solid di

sepanjang penempatan transducer penerima. Jika, sebagai contoh ada

suatu diskontinuitas (retak-retak) maka ketelitian hasil yang didapat

menjadi berkurang.

gambar 4-8. Konfigurasi Transducer

Page 38: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-38

3). Kalibrasi untuk Penukuran Nilai Kuat Tekan beton

Seperti disebutkan sebelumnya, pengukuran dengan

menggunakan alat ultrasonik ini hanya memberikan informasi mengenai

modulus elastisitas beton. Untuk bisa mengkorelasikan hasil pengukuran

dengan nilai kuat tekan beton, maka diperlukan suatu diagram kalibrasi.

Seperti diketahui hubungan modulus elastisitas beton dengan nilai kuat

tekannya sangat sulit dimodelkan. Banyak variabel-variabel dalam

campuran beton yang berpengaruh. Sehingga ada kemungkinan bahwa

beton yang memiliki nilai kuat tekan yang sama ternyata memiliki

modulus elastisitas yang berbeda. Oleh karena itu, sama seperti halnya

dengan pengukuran hammer, diperlukan diagram kalibrasi tersendiri

untuk setiap jenis campuran beton.

gambar 4-9. Hubungan antara Nilai Kuat Tekan Beton

dan Kecepatan Rambat Gelombang

Untuk pengujian lapangan, kalibrasi ini bisa dilakukan dengan mengambil

sample core yang dapat mewakili kondisi beton pada lokasi yang hendak diuji.

Sebelum diuji tekan. sample tersebut terlebih dahulu diuji ultrasonik. Korelasi

yang didapat dari uji ultrasonic dan uji tekan sample core ini kemudian

dijadikan dasar untuk pembuatan diagram kalibrasi untuk jenis beton tersebut.

Gambar 4.8 menunjukkan contoh hubungan antara nilai kuat tekan beton dan

kecepatan rambat gelombang ultrasonic.

Page 39: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-39

4). Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Hasil Pengukuran

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap hasil pengukuran

dengan menggunakan Ultrasonik. Yaitu

− suhu

− kelembaban beton

− posisi tulangan pada beton bertulang

Faktor-faktor tersebut diatas harus diperhatikan dalam

menginterprestasikan hasilhasil pengujian. Kondisi lain yang berpengaruh

terhadap rambatan gelombang dalam beton dapat dilihat pada Gambar

4.7. Untuk pengukuran nilai kuat tekan beton hasil pengujian ultrasonic

sangat dipengaruhi oleh umur beton, kondisi kandungan kadar air rasio

agregat semen, jenis agregat dan lokasi tulangan. Tabel 4.6 memberikan

kriteria penilaian basil pengujian ultrasonic.

gambar 4-10. Kondisi-kondisi yang Berpengaruh terhadap Rambatan Gelombang di Dalam Beton

Page 40: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-40

5). Aplikasi

Banyak aplikasi yang dapat dilakukan dengan alat ukur ultrasonik

terutama yang berkaitan dengan pemeriksaan retak/kerusakan,

diantarnya:

− Memeriksa keseragaman kualitas bahan

− Mendeteksi retak-retak dan honeycombing.

Karena pulse tidak bisa merambat melaui udara. adanya retak

atau rongga kosong pada lintasan rambatan dapat memperbesar panjang

lintasan (karena gelombang akan menjalar mengelilingi retak-retak atau

rongga kosong tersebut) sehingga waktu rambatan untuk sampai ke

transducer penerima menjadi lebih lama. Berdasarkan prinsip ini, retak-

retak atau rongga kosong pada beton atau benda padat lainnya dapat

dideteksi dan dapat di perkirakan dimensinya (misal, kedalaman

retakannya ) (gambar F.9).

− Memperkirakan nilai kuat beton

− Memperkirakan ketebalan beton yang sudah lapuk dibawah

permukaan pelat lantai.

Alat ultrasonik juga dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat

tenal pelapukan yang sudah dialami pelat beton yang timbul akibat

kebakaran atau serangan zat kimiawi dengan cara penempatan

transducer yang tidak langsung (gambar 9)

− Mengukur ketebalan

− Mengukur modulus elastis bahan

− Memonitor proses pengerasan beton

− Memperkirakan ketebalan bagian yang lapuk pada balok kolom

Untuk aplikasi ini perlu diasumsikan bahwa kecepatan rambat

gelombang dipermukaan paling luar pada bagian betcn yang sudah lapuk

akibat serangan kimia kebakaran adalah nol. Sedangkan kecepatan

rambat gelombang pada bagian/lapisan dalam (interior) yang masih baik

diasumsikan dapat cliwakih oleh kecepatan rambat gelombang pada

bagian-bagian struktur lainnya yang kondisi betonnya masih baik (tidak

terkena pengaruh kebakaran dan serangan zat kimia). Sebagai contoh

jika diperoleh waktu T yang diperlukan gelombang berjalan pada lintasan

L (termasuk tebal bagian yang lapuk) maka tebal bagian elemen struktur

Page 41: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-41

yang lapuk/rusak. Adalah :

t = (TV — L)

Dimana Vc = kecepatan rambat gelombang pada bagian beton

yang kondisinya masih baik. Cara ini sudah terbukti memberikan estimasi

yang cukup baik pada investigasi kerusakan beton bertulang akibat

kebakaran.

Tabel 4-7 Kriteria Penilaian Hasil Ultrasonic

Kecepatan Gelombang Kualitas Selimur Beton

>4 Baik

3-4 Cukup Baik

<3 Kurang Baik

Page 42: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-42

gambar 4-11. Penentuan Kedalaman Retakan

c. Uji Pembebanan (load test)

Uji pembebanan (load test) perlu dilakukan jika ternyata hasil

pengujian material, baik non-destructive maupun semi-destructive yang

kemudian diikuti dengan perhitungan analitis dengan menggunalan dimensi

dan sifat-sifat bahan yang sebenarnya, belum memuaskan pihak-pihak

terkait.

Tujuan load test pada dasarnya adalah untuk membuktikan bahwa

tingkat keamanan suatu struktur atau bagian struktur sudah memenuhi

persyaratan peraturan bangunan yang ada, yang tujuannya untuk menjamin

keselamatan umum. Oleh karena itu biasanya load test hanya dipusatkan

pada bagian-bagian struktur yang dicurigal tidak memenuhi persyaratan

tingkat keamanan berdasarkan data-data hasil pengujian material dan

pengamatan.

Uji pembebanan biasanya perlu dilakukan untuk kondisi-kondisi

berikut ini:

Page 43: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-43

− Perhitungan analitis tidak memungkinkan untuk dilakukan karena

keterbatasan informasi mengenai detail dan geometri struktur.

− Kenerja struktur yang sudah menurun karena adanya penurunan kualitas

bahan, akibat serangan zat kimia, ataupun karena adanya kerusakan fisik

yang dialami bagian-bagianstruktur, akibat kebakaran, gempa,

pembebanan yang berlebihan, dan lain-lain.

− Tingkat keamanan struktur yang sangat rendah akibat jeleknya kualitas

pelaksanaan ataupun akibat adanya kesalahan pada perencanaan yang

sebelumnya tidak terdeteksi.

− Struktur direncanakan dengan metoda-metoda yang non standart,

sehingga menimbulkan kekuatiran mengenaitingkat keamanan struktur

tersebut.

− Perubahan fungsi struktur, sehingga menimbulkan pembebanan tambahan

yang belum diperhitungkan saat perencanaan.

− Diperlukannya pembuktian mengenai kinerja suatu struktur yang barn saja

direnivasi/diperkuat.

(1) Jenis-Jenis Load Test

Uji pembebanan dikategorikan dalam 2 kelompok, yaitu

− Pengujian di tempat (in-situ) yang biasanya bersifat non-destructive

− Pengujian bagian-bagian struktur yang diambil dari struktur utamanya.

Pengujian biasanya dilakukan di laboratorium yang bersifat merusak.

Pemilihan jenis uji pembebanan ini bergantung pada situasi dan kondisi.

Tetapi biasanya cara kedua dipilih jikacara pertama tidak praktis (tidak

mungkin) untuk dilaksanakan.

Selain itu pemilihan jenis pengujian pembebanan ini bergantung pada

tujuan diadakannya lod test. Kalau tujuannya hanya ingin mengetahui

tingkat layanan struktur, maka pillhan pertama tentunya paling baik.

Tetapi jika ingin mengetahui kekuatan batas dari suatu bagian struktur,

yang nantinya akan digunakan sebagai kalibrasi untuk bagian-bagian

struktur lainnya yang mempunyai kondisi yang sama, maka cara kedualah

yang dipilih.

(2) Pengujian Pembebanan di Tempat (In-Situ Load Test)

Ujian utama dan pengujian ini adalah untuk memperlihatkan apakah

perilaku suatu struktur pada saat diberi beban kerja (working load)

memenuhi persyaratan bangunan yang ada yang pada dasarnya dibuat

Page 44: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-44

agar keamanan masyarakat umum terjamin. Perilaku struktur tersebut

dinilai berdasarkan pengukuran lendutan yang terjadi. Selain itu

penampakan struktur pada saat dibebani juga diukur/dievaluasi. sebagai

contoh, apakah retak-retak yang terjadi selama pengujian masih dalam

batas-batas yang wajar. Beberapa hal yang patut men jadi perhatian

dalam pelaksanaan loading test akan diberikan dalam uraian berikut ini.

a) Persiapan dan Tatacara Pengujian

ACI-318-'89 mengisyaratkan bahwa uji pembebanan hanya

bisa dilakukan jika struktur beton sudah berumur lebih dan 56 hari.

Pemilihan bagian struktur yang akan diuji dilakukan dengan

mempertimbangkan:

- permasalahan yang ada

- tingkat keutamaan bagian struktur yang akan diuji

- kemudahan pelaksanaan

Bagian struktur yang akan memikul bagian struktur yang akan

diuji dan beban ujinya juga harus pertimbangkan/dilihat apakah

kondisinya balk dan kuat. Selain itu "scaffolding" juga harus

dipersiapkan untuk mengantisipasi behan-beban yang timbul jika

terjadi keruntuhan pada bagian struktur yang diuji.

Beban pengujian harus direncanakan sedemikian rupa

sehingga bagian struktur yang dmaksud benar-benar mendapatkan

beban yang sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini kadangkala

sulit dilaksanakan. terutama untuk pengujian struktur lantai. Hal mi

dikarenakan adanya keterkaitan antara bagian struktur yang diuji

dengan bagian struktur lain yang ada disekitarnya. sehingga timbul

apa yang disebut pengaruh pembagian pembebanan ("load sharing

effect'). Pengaruh ini juga bisa ditimbulkan oleh elemen-elemen non

struktural yang menempel pada bagian struktur yang akan diuji,

sebagai contoh "ceiling board". Elemen non struktural ini dapal

berfungsi mend istri busikan beban pada komponen-komponen

struktur dibawahnya yang sebenarnya tidak Baling berhubungan,

untuk menghinclan terjadinya distribusi beban yang tidak diingini,

maka bagian struktur yang akan diuji sebaiknya disolasikan dari

bagian struktur yang ada di sekitarnya.

ACI 318-'89 mengisyaratkan bahwa besarnya beban yang harus

Page 45: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-45

diaplikasikan selama "load test" (termasuk beban mati yang sudah ada pada

struktur) adalah: Beban total ?

0,85 ( 1,4D+1.L)

Dimana D=beban mati

L=benda hidup (termasuk faktor reduksinya)

Beban mati harus diaplikasikan selama 48 jam sebelum 'load test'

dimulai. sebelum beban diterapkan terlebih dahulu di dahului pembacaan

lendutan awal yang nantinya dijadikan sebagai acuan untuk pembacaan

lendutan setelah penerapan beban harus di Lakukan secara bertahap dan

perahan-lahan. Sehingga tidak menimbulkan beban kejutan pada

struktur. Setelah beban-beban yang direncanakan berada pada

struktur yang diuji selama 24 jam, pembacaan lendutan bisa

dilakukan, setelah pembacaan, beban-beban bisa di lepaskan dari

struktur. Dua puluh empat jam setelah itu, pembacaan lendutan di

lakukan kembali.

Kriteria minimum yang harus dipenuhi dan hasil load test ini

adalah struktur tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda kerumuhan

seperti terbentuknya retak-retak yang berlebihan atau terjadi lendutan

yang besar yang bisa terlihat oleh mata atau terjadi lendutan yang

melebihi persyaratan keamanan yang telah ditetapkan dalam

peraturan-peraturan bangunan.

(b) Teknik Pembebanan

Pembebanan harus diiakukan sedemikian rupa sehingga laju dan

distribusi pembebanan dapat dikontrol. Beban-beban yang bisa

digunakan diantaranya air, bata/batako, kantong semen/pasir.

pemberat baja dan lainlain. Pemilihan beban yang akan digunakan

tergantung dengan distribusi pembebanan yang diinginkan, besarnya

total beban yang dibutuhkan, ketersediaan, dan kemudahan

pemindahannya.

(c) Pengukuran

Parameter yang biasanya di ukur dalam "load test" adalah lendutan,

lebar retak dan renggangan. Lebar retak yang terjadi biasanya a

diukur dengan menggunakan mikroskop tangan yang dilengkapi

dengan lampu dan mempunyai lensa yang diberi garis-garis berskala

yang ketebalannya berbeda-beda. cara pengukuran adalah dengan

rnembandingkan lebar retak yang terjadi lewat pencropongan dengan

Page 46: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-46

miikroskop, dengan lebar garis-garis berskala tersebut, pola retak-

retak yang terjadi biasanya ditandai dengan menggambarkan garis-

garis yang meingikuti pola retak yang ada dengan menggunakan

spidol berwarna (diujung garis-garis retak tersebut kemudian

dituliskan informasi mengenai tingkat pembebanan dan lebar retak

yang sudah terjadi). Pengukuran lendutan hiasanya di lakukan dengan

menggunakan LVDT ( Linear Variable Displacement Transducer)

Sedangkan pengukuran regangan di lakukan dengan menggunakan

strain gage.

3) Uji Beban Merusak (Beban Batas)

Uji merusak biasanya ditempuh jika pengujian di tempat (in-situ) tidak

mungkin di lakukan atau jika tujuan utama pengujian adalah mengetahui

kapasitas suatu bagian struktur yang nantinya akan dijadikan sebagai

acuan dalam menilai bagianbagian struktur lainnya yang identik dengan

bagian yang diuji. Pengjian jenis ini biasanya memakan waktu dan biaya

yang besar, terutama untuk pemindahan dan penggantian bagian struktur

yang akan diuji dilaboratorium. Namun, walaupun begitu hasil yang bisa

diharapkan dari pengujian jenis ini tergolong sangat akurat dan informatif.

4.3.5. PENDEKATAN UTILITAS BANGUNAN

Bangunan - bangunan gedung yang telah dirancang oleh para arsitek, pada

akhirnya harus digunakan dan tempati oleh penggunanya. Pengguna bangunan gedung

ticlak hanya sekedar memakai can menempati gedung, tetapi harus pula menikmatinya.

Sehinga bangunan gedung tersebut harus memberikan rasa nyaman clan berfungsi

dengan balk, ticlalk hanya sekedar indah cipandang mata dari sudut karya seni. Untuk itu

bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana bangunan yang

mendukung fungsi dari gedung tersebut.

Utilitas bangunan sangat diperiukan untuk melengkapi suatu gedung, terutama

untuk gedung bertingkat yang memiliki lantai lebih dari satu. Kelengkapan dan

berfungsinya utilitas dari suatu gedung, akan memberikan jaminan keselamatan clan

kenyamanan penghuni yang menggunakan gedung tersebut.

Utilitas bangunan suatu gedung terdiri dari beberapa komponen, di mana setiap

komponen sating mendukung fungsi gedung serta kenyamanan dan keselamatan orang-

orang yang menggunakan gedung tersebut. Komponen-komponen utilitas bangunan

Page 47: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-47

tersebut antara lain adalah sistem instalasi pencegahan kebakaran, sistem transportai

vertikal, sistem plumbing, sistem instalasi listrik, sistem tata udara, sistem instalasi

penangkal petir dan sistem instalasi komunikasi.

1. Komponen Utilitas Bangunan

Untuk tujuan penelitian tingkat keandalan utilitas bangunan gedung,

sampling bangunan diperiksa berdasarkan tujuh komponennya, yaitu :

a. Utilitas pencegahan kebakaran :

1). Sistem deteksi alarm kebakaran : alat-alat deteksi, titik panggil manual,

panel kontrol kebakaran, catu daya, alarm kebakaran, kabel instalasi

2). Sprinkler otomatis pompa air, kepala sprinkler, kran uji, pipa instalasi

3). Gas pemadam api kumpulan tabung gas, alarm kebakaran, stater

otomatis, catu daya panel kontrol, kotak operasi manual, alat-alat deteksi,

nose) gas, kran pillih otomatis

4). Hidran : pompa air, pipa instalasi, tangki penekan, hidran kotak, hidran

pilar, sumber air, tangki penampungan air

5). Tabung pemadam api ringan : tabung gas tersegel, selang

b. Utilitas transportasi vertikal :

1). Lift : motor penggerak, sangkar & alat kontrol, motor penggerak pintu,

kabel dan panel listrik, strik, rel', alat penyeirnbang, peredam.

Berdasarkan peraturan nasional: garis tengah kabel-kabel harus sekurang-

kurangnya 12 mm, banyaknya kabel minimal 3 buah, dan plat lantai

pemikul lift terbuat dari beton. Untuk keamanan, kabin lift harus tahan api

dan tertutup. Namun demikian harus ada lubang yang dapat digunakan

untuk menolong penumpang dalam keadaan darurat.

Tabel 4-8 Klasifikasi penggunaan lift

Lift untuk manusia Lift khusus

Tinggi gedung Kecepatan lift Jenis gedung Kecepatan lift

4 - 10 lantai 1.0 - 2.5 m/det Rumah sakit 2.5 - 3.5 m/det

10 - 15 lantai 3.0 - 3.5 m/det Rumah tinggal 1.0 - 1.3 m/det

15 - 20 lantai 3.5 - 4.0 m/det Lift barang

20 - 50 lantai 4.0 - 6.0 m/det 2-3 lantai 0.5 m/det

> 50 lantai 6.0 - 7.5 m/det 4-5 lantai 0.8 m/det

2). Eskalator : motor penggerak, alat kontrol, kabel & panel listrik, rantai

penarik, roda gigi penarik, badan eskalator, anak tangga

Page 48: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-48

c. Utilitas plumbing

1). Air bersih : sumber air, tangki penampungan atas, pompa penampungan &

alat kontrol, pompa distribusi, listrik untuk panel pompa, pompa instalasi,

kran

2). Air kotor : kloset, saluran ke tangki septik, kran air gelontor, tangki septik,

bak cuci, saluran dari bak cuci ke saluran terbuka, lubang pengurasan,

pipa air hujan

d. Utilitas instalasi listrik

1). Sumber daya PLN : panel tegangan menengah, trafo, panel distribusi,

lampu, armatur, kabel instalasi

2). Sumber daya genset : motor penggerak, alternator, alat pengisian aki,

radiator, kabel instalasi, AMF, daily tank, panel

e. Utilitas instalasi tata udara

1 ) . Sistem tata udara sentral : sistem pendinginan langsung (media air),

sistem pendinginan tidak langsung (media udara)

2 ) . Sistem tata udara non sentral : sistem AC windows, sistem AC split

f. Utilitas instalasi penangkal petir

1). Instalasi proteksi petir eksternal : kepala penankal petir, hantaran

pembumian elektroda pembumian

2). Instalasi proteksi petir internal : arester tegangan lebih, pengikat

ekuipotensial hantaran pembumian, elektroda pembumian

g. Utilitas Instalasi komunikasi

1). Instalasi telepon : pesawat telepon, PABX, kabel instalasi

2). Instalasi tata suara : mikropon, panel system tata suara, speaker, kabel

instalsi

2. Pengumpulan Data

a. Observasi

Obeservasi adalah pengamatan visual yang dilakukan dengan survey

lapangan pada objek yang diteliti. Observasi ini diperlukan untuk

mendapatkan gambaran secara langsung objek yang dan untuk

mendapatkan informasi dari pengguna bangunan terhadap komponen utlitas

yang terdapat pada gedung tersebut. Berdasarkan pengamatan visual ini

akan diperoleh data-data mengenai kualitas, kuantitas Berta kelengkapan

dari komponen-komponen utilitas bangunan.

Page 49: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-49

b. Pengukuran dan Pengujian

Pengukuran dan pengujian dilakukan untuk mendukung data-data

yang diperoleh dari pengamatan visual. Pengukuran dan pengujian dilakukan

terhadap komponen utilitas instalalsi listrik dan instalasi penangkal petir.

Peralatan-peralatan pengukuran yang digunakan adalah :

gambar 4-12. Alat ukur mekanikal elektrikal

Tabel 4-9 Batas Nilai Parameter Yang Diinginkan

No Parameter Nilai Yang Diinginkan Keteransan

1 Tegangan Listrik 198 - 240 V max 5 % min 10 % 2 Frekuensi 49,5 -50,5 Hz 3 Total Harmonic Distorsion < 5% Untuk saluran fasa < 10% Untuk saluran netral 4 Pf dan cos Φ 0,8 -1,0 Sifat lagging 5 Voltage unbalanced < 5% 6 Current unbalanced < 5% 7 Resistansi pentanahan < ion 8 Resistansi isolasi ~

Page 50: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-50

4.3.6. PENDEKATAN ASPEK LINGKUNGAN

Sarana dari bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang

dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, untuk itu perlu

dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan

sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan

bekerja dengan produktif secara sosial ekonomis. Untuk itu sarana dan bangunan umum

tersebut harus memenuhi persyaratan kesehatan. Hal ini telah diamanatkan pada UU No

23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan

apabila memenuhi Kebutuhan fisiologis, psikologis clan dapat mencegah penularan

penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus

memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya Kecelakaan.

Dalam rangka melindungi, memelihara clan mewujudkan lingkungan yang sehat

pada sarana dan :angunan umum perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian faktor

risiko penyebab timbulnya penyakit sebagai bagian dari kegiatan surveilans epidemiologi.

1. Komponen Lingkungan

Indikator penilaian Sarana Sanitasi bangunan meliputi beberapa

parameter sebagai berikut

a. Sarana air bersih

b. Drainase gedung

c. Sarana pembuangan air limbah

d. Sarana pembuangan sampan.

a. Sarana air bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari balk

domestik (rumah tangga) maupun non domestik (perkantoran, industri,

komersial dan fasilitas umum lainnya) yang kualitasnya memenuhi syarat

kesehatan clan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan clan dapat langsung diminum.

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber

yang bersih clan aman, karena pencemaran air minum/air bersih dapat terjadi

mulai dari sumber air, selama proses pengolahan maupun selama pengaliran di

dalam pipa distribusi. Beberapa sarana air bersih yang umum digunakan untuk

keperluan domestik ataupun non domestik diantaranya: sumur dangkal (sumur

gall, sumur pompa tangan dangkal), sumur dalam (sumur artesis), terminal air,

Page 51: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-51

PDAM. Demikian pula dalam suatu bangunan, pencemaran dalam sumber air

bersihnya pun dapat terjadi, oleh karena itu, sumber/sarana air bersih dalam

suatu bangunan perlu direncanakan. Misalnya jika menggunakan sarana air

bersih dari sumur, maka persyaratan konstruksi bangunan sumur harus aman

terhadap polusi yang disebabkan pengaruh luar, sehingga harus dilengkapi

dengan pagar keliling, selain itu bangunan pengambilan harus dapat

dikonstruksikan secara mudah dan ekonomis Berta dimensi sumur harus

memperhatikan kebutuhan maksimum harian.

Persyaratan kualitatif menggambarkan mutu atau kualitas dari air bersih.

Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologic dan radiologis. Syarat

kualitas air ini menunjukkan bahwa kandungan unsur fisik, kimia,biologi dan

radiologi harus berada dibawah ambang batas yang diatur menurut Surat Keputusan

Menteri Kesehatan RI No.907/Menkes/SK/VII/2002, sehingga tidak membahayakan

tingkat kesehatan manusia.

Batasan-batasan air yang bersih dan aman antara lain

1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.

2. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.

3. Tidak berasa dan tidak berbau.

4. Dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.

5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen

Kesehatan RI. Adapun syarat-syarat Kualitas Air Minum diantaranya seperti

terlihat pada tabel berikut

Page 52: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-52

Tabel 4-10 Persyaratan Kualitas Air Minum

b. Drainase Gedung

Bangunan yang dilengkapi dengan sistem plambing harus dilengkapi degan

sistem drainase untuk pembuangan air hujan yang berasa) dari atap maupun

jalur terbuka yang mengalirkan air. Air hujan yang dibawa dalam sistem

plambing ini harus disalurkan ke dalam lokasi pembuangan untuk air hujan. Hal

ini karena tidak boleh air hujan disalurkan ke dalam sistem plambing air buangan

yang hanya bertujuan untuk menyalurkan air buangan saja atau disalurkan ke

suatu tempat sehingga air hujan tersebut akin mengalir ke jalan umum,

menyebabkan erosi atau genangan air. Bila terdapat sistem plambing air

buangan dan air hujan dalam satu gedung maka tidak dianjurkan untuk

digabungkan kecuali hanya pada lantai paling bawah saja. Sistem plambing air

hujan yang digabung dengan air buangan pada lantai terbawah harus dilengkapi

dengan perangkap untuk mencegah keluarnya gas dan bau tidak enak dari

sistem tersebut.

Page 53: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-53

Setiap gedung yang direncanakan/dibangun harus mempunyai

perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan dari atap dan halaman

(dengan pengerasan) di dalam persil ke saluran pembuangan campuran kota.

Adapun sistem pengaliran air hujan dapat dilakukan dengan 2 Cara:

1. Sistem Gravitasi : yaitu melalui pipa dari atap dan balkon menuju lantai

dasar dan dialirkan langsung ke saluran kota

2. Sistem Bertekanan (Storm Water) : yaitu aiir hujan yang masuk ke lantai

basement melalui ramp dan air buangan lain yang berasal dari cuci mobil

dan sebagainya dalam bak penampungan sementara (sump pit) di lantai

basement terendah untuk kemudian dipompakan keluar menuju saluran

kota.

Gutter (talang atap) dan leader (talang tegak) air hujan digunakan untuk

menangkap air hujan yang jatuh ke atas atap atau bidang tangkap lainnya di

atas tanah. Dari leader kemudian dihubungkan ke titik-titik pengeluaran,

umumnya ke permukaan tanah atau sistem drainase bawah tanah (underground

drain). Tidak diperkenankan menghubungkannya dengan system saluran saniter.

Talang tegak dapat ditempatkan di dalam ruangan (conductor) maupun di luar

bangunan (leader).

Berdasarkan rekomendasi dari Copper & Brass Research Association beberapa

prinsip berkenaan dengan penentuan ukuran gutter & leader adalah :

1. Ukuran leader dibuat sama dengan outletnya, untuk menghindari kemacetan

aliran yang ditimbulkan oleh daun dan kotoran lainnya.

2. Jarak maksimum antar leader adalah 75 ft (22,86 m). Aturan yang paling

aman adalah untuk 150 ft2 (13,94 m2) luas atap dibutuhkan I inci luas leader.

Angka-angka tersebut dapat berubah akibat kondisi-kondisi local.

3. Ukuran outlet tergantung pada jumlah & jarak antar outlet, kemiringan atap

dan bentuk gutter.

4. Jenis gutter terbaik adalah jika punya kedalaman minimal sama dengan

setengah kali lebarnya dan tidak lebih dari 3/4 lebarnya.

Gutter berbentuk setengah lingkaran merupakan bentuk yang paling

ekonomis dalam kebutuhan materialnya dan menjamin adanya proporsi yang

tepat antara kedalaman dan lebar gutter. ukuran gutter tidak boleh lebih kecil

dari leadernya dan tidak boleh lebih kecil dari 4 inci.

c. Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari

rumah tangga, industri, maupun tempat - tempat umum lainnya.

Page 54: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-54

Jenis dan macam air limbah dikelompokkan berdasarkan sumber penghasil, yang

terdiri dari:

1). Air limbah domestic : berasal ari kegiatan penghunian, seperti rumah

tinggal, hotel, sekolah, Derkantoran, pertokoan, pasar dan fasilitas

pelayanan umum. Air limbah domestik dapat dikelompokkan menjadi:

− air buangan kamar mandi

− air buangan WC : air kotor/tinja

− air buangan dapur clan cucian

2). Air limbah Industri : berasal dari kegiatan industri, seperti pabrik tekstil,

pabrik pangan, industri kima, dll.

3). Air limbah limpasan hujan : berasal dari air hujan yang melimpas di atas

permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah.

Pada umumnya air limbah menganclung bahan-bahan atau zat - zat yang

dapat membahayakan kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup

Meskipun merupakan sisa air , namun volumenya besar, karena lebih kurang 80

% dari air yang digunakan kegiatan manusia sehari - hari dibuang dalam bentuk

yang sudah kotor (tercemar ). Untuk kemudian air limbah ini akan mengalir ke

sungai dan laut dimana air ini digunakan manusia kembali. Oleh sebab itu air

buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara balk. Buruknya kualitas sanitasi

juga tercermin dari rendahnya persentase penduduk yang terkoneksi dengan

sistem pembuangan air limbah (sewerage system).

Sistem pengolahan air limbah dapat dilakukan melalui proses pengolahan secara:

1). Pengolahan individual : pengolahan yang dilakukan sendiri-sendiri oleh masing-

masing rumah terhadap limbah domestic yang dihasilkan. Secara diagramatis

penanganan air limbah secara individual ditunjukkan dalam gambar berikut:

gambar 4-13. Pengelolaan Individual

Page 55: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-55

2). Pengolahan Individu pada Lingkungan Terbatas : dilakukan secara terpadu dalam

wilayah yang kecii, seperti hotel, rumah sakit, bandara dan fasilitas umum. Secara

diagramatis penanganan air limbah secara individual pada lingkungan terbatas

ditunjukkan dalam gambar berikut:

gambar 4-14. Pengelolaan Individu Pada Lingkungan Terbatas

3). Pengolahan Komunal : dilakukan pada suatu kawasan pemukiman, industri,

perdagangan, yang pada umumnya dibuang melalui jaringan riooi kota untuk

kemudian dialirkan ke suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Secara

diagramatis penanganan air limbah secara komunal ditunjukkan dalam gambar

berikut:

gambar 4-15. Pengelolaan Komunal

d. Sarana Pernbuangan Sampah

Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya

banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Apabila

dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang

berbahaya bagi kesehatan manusia. Apabila dibakar akan menimbulkan

Page 56: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-56

pengotoran udara. Kebiasaan membuang sampah disungai dapat mengakibatkan

pendangkalan sehingga menimbulkan banjir. Dengan demikian sampah yang

tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pencemar pada tanah, badan

air dan udara. Selain itu juga sudah hares dimulai penerapan prinsip-prinsip

pengurangan volume sampah dengan menerapkan prinsip 4 R yaitu (Reduce,

Reuse, Recycle dan Replace ).

Secara umum system pengelolaan sampah ditinjau dari aspek teknis

operasional dapat ditunjukkan pads gambar berikut:

gambar 4-16. Pengelolaan Sampah

Berdasarkan gambar tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pengelolaan

sampah dapat dilakukan dengan berbagai jalur, misalnya timbulan wampah masuk ke

pewadahan kemudian di bawa oleh kendaraan pengumpul langsung dibuang ke

tempat pembuangan akhir, atau jalur lain, misalnya setelah melalui bagian

pengumpulan kemudian dibawa ke bagian pemilahan dan pengolahan, setelah itu

dibuang ke tempat pembuangan akhir.

Page 57: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-57

2. Pengumpulan Data, Peralatan dan Analisis Data

a. Pengumpulan Data

Data yang terkait dengan aspek lingkungan terdiri dari data sekunder

maupun data primer. Data sekunder yang akan dipergunakan dikumpulkan dari

berbagai sumber yang representative dan mewakili, terutama dokumen yang

berkaitan dengan upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan dari

masing-masing pemilik bangunan. Data primer dikumpulkan dari hasil observasi

lapangan dan pengambilan sampel serta pengukuran di lokasi yang telah

ditetapkan. Untuk sarana air bersih, drainase dan air limbah, sampel air diamati

dan diambil sampelnya di titik-titik antara lain pads sumber air, saluran

air/drainase dan outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sarana

pembuangan sampah diamati terutama mengenai sistem pengelolaan sampah

secara umum yang meliputi: pewadahan/penyimpanan, pengangkutan,

pengolahan dan pembuangan akhir.

b. Peralatan

Untuk menunjang kegiatan monitoring penyehatan sarana dan bangunan umum

diperlukan instrumen berupa formulir pengamatan dan peralatan yaitu

i. Formulir Pengamatan

1) Formulir pemeriksaan

2) Formulir Inspeksi Sanitasi

ii. Peralatan pengukuran kualitas lingkungan antara lain

1) Pengukur kualitas air

2) Sanitarian Kit

3) Peralatan lain yang dipergunakan untuk mengukur kualitas lingkungan pada

penyehatan sarana dan bangunan umum.

c. Analisis Data

Metode analisis yang digunakan untuk sampel air mengacu pada Keputusan

Gubernur KDH Tingkat I Jawa Tengah Nomor: 660.1/26/1990 tentang Baku Mutu

Lingkungan di Provinsi Jawa Tengah. Analisis aspek sanitasi mengacu pada

KepMenkes No. 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana

dan Bangunan Umum.

Page 58: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-58

4.4. KEBUTUHAN, PEROLEHAN DAN PENYAJIAN DATA

4.4.1. Kebutuhan dan Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini berupa survei pengumpulan

data sekunder dan primer di lapangan untuk mengidentifikasi kondisi bangunan

gedung dan menganalisis guna memperoleh temuan-temuan dilapangan.

Teknik pengumpulan data tersebut adalah dengan cara:

1. Data Primer

a. Observasi visual di lapangan dengan tim ahli. Tim ahli secara

spontan dengan sense dan pengalaman yang dimilikinya dapat

dijadikan pedoman awal bagaimana kondisi bangunan tersebut.

b. Melakukan pemotretan dan pengukuran untuk mendapatkan foto

kondisi lapangan dan beberapa penyimpangan-penyimpangan yang

ada.

c. Melakukan wawancara dengan kuisioner dan wawancara bebas

untuk mendapatkan gambaran umum dan sejarah mengeai

bangunan terkait.

d. Melakukan uji lab bila diperlukan.

2. Data Sekunder

a. Dengan melakukan studi pustaka contoh kajian teoritis.

b. Mengkopi dan mempelajari peraturan-peraturan yang terkait.

c. Mengkopi dan mempelajari gambar teknis bangunan gedung

(gambar IMB, gambar arsitektur, gambar struktur, dan gambar

mekanikal elektrikal bangunan gedung terkait, serta gambar as built

drawing) yang akan dilakukan pemeriksaan keandalan dan kelaikan

bangunan.

d. Browsing data-data peraturan terkait melalui internet.

4.4.2. Jenis Perolehan Data

Jenis data yang diperlukan untuk pemeriksaan keandalan bangunan

meliputi beberapa aspek. Masing-masing akan dinilai dengan memberikan

Page 59: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-59

parameter angka sesuai dengan kondisi item yang dinilai tersebut. Data-data

yang akan diobeservasi adalah sebagai berikut:

1. Data Umum Bangunan Gedung

a. Data utama : • Nama Bangunan : (menunjukkan bangunan yang akan dilakukan

pemeriksaan)

• Lokasi / Alamat : (menunjukkan bangunan yang akan dilakukan

pemeriksaan)

• Fungsi : (menjelaskan fungsi / kriteria bangunan tersebut)

• Total luas: (menginformasikan luasan total bangunan tersebut)

• Jumlah lantai: (menjelaskan bangunan yang akan diperiksa terdiri

atas berapa lantai)

2. Aspek Arsitektural

a. Kesesuaian penggunaan fungsi : (apakah bangunan tersebut masih

sesuai dengan fungsi awal saat bangunan tersebut berdiri, masih sesuai

dengan fungsi, atau sudah tidak sesuai).

b. Pelapis muka lantai : (apakah pelapis muka lantai masih dalam kondisi

baik, mengalami retak rambut, terbelah, pecah atau terkelupas).

c. Pelapis lantai : (apakah pelapis lantai masih dalam kondisi baik,

mengalami retak, terbelah, pecah, terkelupas atau pelapis lantai

tersebut licin/ slip yang dapat menyebabkan terpelesetnya pengguna).

d. Plesteran lantai : (apakah plesteran lantai masih dalam kondisi baik,

buram, mengalami retak, pecah/ rusak, terkelupas, ambles, berlumut,

atau hal lain yang dapat membahayakan pengguna).

e. Pelapis dinding : (apakah pelapis dinding /cat masih dalam kondisi baik,

luntur, pudar/ busam, mengapur, terkelupas atau berjamur ).

f. Plesteran dinding : (apakah plesteran dinding masih dalam kondisi baik,

mengalami retak, pecah atau terkelupas).

g. Pintu dan Jendela : (apakah pintu dan jendela masih dalam kondisi baik

bisa difungsikan sesuai fungsinya, atau dalam kondisi rusak, macet,

hilang dan tidak berfungsi)

h. Langit-langit dalam : (apakah kondisi langit-langit dalam pada posisi baik,

kusam, lembab, berlubang atau rusak)

i. Pelapis lantai luar : (apakah pelapis lantai luar masih dalam kondisi baik,

atau sudah kusam, retak, pecah,

Page 60: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-60

j. Plesteran lantai luar :(apakah plesteran lantai luar masih dalam kondisi

baik, buram, mengalami retak, pecah/ rusak, terkelupas, ambles,

berlumut, atau hal lain yang dapat membahayakan pengguna).

k. Pelapis dinding luar : (apakah pelapis dinding /cat masih dalam kondisi

baik, luntur, pudar/ busam, terkelupas atau berjamur ).

l. Pelapis langit-langit :(apakah kondisi langit-langit dalam posisi baik,

kusam, lembab, berlubang atau rusak)

m. Penutup atap: (apakah penutup atap dalam keadaan baik, atau terlepas,

tanpa pengikat, retak, pecah, berlubang, bocor, rapuh)

3. Aspek Struktural

Sebelum dilakukan survey ke lapangan, akan dilakukan klasifikasi form isian

terlebih dahulu, apakah bangunan menggunakan :

a. Struktur rangka beton dan dinding pasangan

b. Struktur rangka baja dan dinding pasangan

c. Struktur rangka beton dan dinding geser

d. Struktur dinding pasangan dan rangka beton praktis

Item yang akan diperiksa adalah sebagai berikut:

a. Pondasi, kepala pondasi, balok pondasi : (apakah masih kuat, kaku, atau

terjadi penurunan dan patah struktur)

b. Join balok-kolom: ( apakah masih kuat, kaku, atau terjadi patahan,

pecah pada beton, atau hanya retak rambut pada pelapis plesteran saja)

c. Kolom (baja/beton) : ( apakah masih kaku, kuat menopang beban di

atasnya, jika dari besi apakah terjadi karat, melengkung, ikatan

sambungan mur baut terlepas, jika dari beton apakah terjadi patah,

pecah, miring)

d. Balok (baja/beton) : ( apakah masih kaku, kuat menyalurkan beban, jika

dari besi apakah terjadi karat, melengkung, ikatan sambungan mur baut

terlepas, jika dari beton apakah terjadi patah, pecah, lendut, retak

rambut)

e. Pengaku silang : (apakah pengaku silang masih dalam keadaan kuat atau

hilang, hilang mur dan baut, lapuk/ berkarat)

f. Dinding geser : (apakah dinding geser masih dalam kondisi baik, mampu

menopang/ menahan beban, atau muncul retak, beton terkelupas, bocor

pada basement)

Page 61: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-61

g. Slab lantai : (apakah dalam keadaan baik atau terjadi cekungan/

lendutan, patah, retak struktur, retak rambut, beton mengelupas)

h. Slab atap : (apakah dalam keadaan baik atau terjadi cekungan/ lendutan,

patah, retak struktur, retak rambut, beton mengelupas, lembab,

berjamur)

i. Rangka atap, ikatan angin-gording : (apakah masih dalam kondisi baik

mampu menahan beban penutup atap, apakah terdapat beban benda

yang menggantung dibawahnya seperti AC ducting atau rangka penutup

atap, atau terjadi lengkung, patah, atau hal-hal yang menghawatirkan

jika terjadi keruntuhan)

j. Penggantung langit-langit : (apakah penggantung langit-langit kuat,

kokoh, mampu menarik beban langit-langit yang ada di bawahnya,

apakah ikatan ke penghubung atasnya masih baik)

k. Penutup langit-langit : (apakah penutup langit-langit dalam kondisi baik,

lembab, atau rusak, terlepas ikatannya dengan rangka penggantungnya)

l. Dinding pasangan (bata/batako) : (apakah pasangan bata/ batako dalam

kondisi baik, atau rapuh, mudah hancur, kuat dalam penataan siarnya,

kuat dalam campuran semen ikatannya)

m. Balok anak, leufel, canopy: (apakah balok anak dalam kondisi bagus

atau patah, retak struktur, retak rambut, ikatannya menyatu dengan

balok induk, apakah leufel & kanopi masih kuat, tegak, atau miring,

meliuk, lendut, retak rambut)

n. Tangga (beton/baja/kayu) : ( apakah masih bisa berfungsi dengan baik,

mampu menahan beban pengguna yang melaluinya, atau terjadi retak,

lendut, pecah, hilang komponen pengikatnya, lapuk, berkarat)

o. Lantai bawah tanah : (apakah dalam kondisi baik, atau terjadi pecah,

retak, bocor, rembes, retak rambut, berjamur)

4. Utilitas dan Proteksi Kebakaran

a. Sistem deteksi alarm (meliputi alat deteksi, titik panggil manual, panel

control kebakaran, catu daya, alarm, kabel instalasi) : : (apakah tersedia

atau tidak, apakah dalam kondisi berfungsi sebagaimana mestinya,

ataukah rusak, komponen tidak lengkap, tidak terawat, hilang, tidak

berfungsi)

Page 62: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-62

b. Sprinkler otomatis (meliputi pompa air, kepala sprinkler, kran uji, tangki

air, pipa instalasi) : : (apakah tersedia atau tidak, apakah dalam kondisi

berfungsi sebagaimana mestinya, ataukah rusak, komponen tidak

lengkap, tidak terawat, hilang, tidak berfungsi)

c. Gas pemadam api (Kumpulan tabung gas pemadam api, alarm

kebakaran, stater otomatis, catu daya, panel control, kotak operasi

manual, alat deteksi kebakaran, Nosel gas, kran pemilih otomatis) : :

(apakah tersedia atau tidak, apakah dalam kondisi berfungsi

sebagaimana mestinya, ataukah rusak, komponen tidak lengkap, tidak

terawat, hilang, tidak berfungsi)

d. Hydrant (meliputi pompa air, pipa instalasi, tangki penekan atas/ alat

kontrol, hydrant box/ pillar, sumber air, tangki penampungan air) : :

(apakah tersedia atau tidak, apakah dalam kondisi berfungsi

sebagaimana mestinya, ataukah rusak, komponen tidak lengkap, tidak

terawat, hilang, tidak berfungsi)

e. Tabung pemadam api (tabung gas tersegel, selang) : : (apakah tersedia

atau tidak, apakah dalam kondisi berfungsi sebagaimana mestinya,

ataukah sudah expired, rusak, hilang segel, tidak terawat, tidak

berfungsi)

5. Utilitas Transportasi vertikal

a. Lift / elevator ( meliputi motor penggerak, sangkar dan alat control,

motor penggerak pintu, kabel dan panel listrik, rel, alat penyeimbang

sangkar, peredam sangkar) : (apakah terdapat lift atau tidak, apakah

masih dalam kondisi berfungsi dengan baik, atau terjadi permasalahan

yang kiranya membahayakan bagi pengguna lift)

b. Escalator (meliputi motor penggerak, alat control, kabel dan panel listrik,

rantai penarik, roda-roda gigi penarik, badan escalator, anak tangga/

lantai) : : (apakah terdapat escalator atau tidak, apakah masih dalam

kondisi berfungsi dengan baik, atau macet, tidak berfungsi, rusak salah

satu komponen, dan permasalahan yang kiranya membahayakan bagi

pengguna escalator)

Page 63: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-63

6. Utilitas Plumbing

a. Air Bersih (sumber air, tangki penampungan air, tangki air atas, pompa

penampung air dan control, pompa distribusi dan tangki hidrofor, listrik

untuk panel pompa, pompa instalasi, kran) : (apakah terdapat semua

komponen tersebut atau hanya beberapa, apakah semua komponen

masih berfungsi dengan baik atau dalam kondisi rusak, tidak terawat,

hilang)

b. Air kotor (Kloset, bidet, urinoir, saluran ke septictank, kran air gelontor,

septictank, bak cuci, wastafel, saluran dari wastafel ke saluran terbuka,

lubang saluran pengurasan lantai, pipa air hujan) : (apakah terdapat

semua komponen tersebut atau hanya beberapa, apakah semua

komponen masih berfungsi dengan baik atau dalam kondisi rusak, tidak

terawat, hilang)

7. Utilitas Instalasi listrik

a. Sumber daya PLN (Panel tegangan menengah, trafo, panel distribusi,

lampu TL/pijar/halogen/SL, lampu amatur, kabel instalasi) : (apakah

masih dalam kondisi baik, terawat, kering, bersih, atau rusak salah satu

komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi)

b. Sumber daya Genset (Motor penggerak, altermator, alat pengisi aki,

radiator, kabel instalasi, AMF, Daily tank, panel) : (apakah masih dalam

kondisi baik, terawat, kering, bersih, atau rusak salah satu komponen,

tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi)

8. Utilitas Instalasi tata udara

a. Sistim pendingin langsung (sentral dengan pendingin air)

(meliputi kompresor, evaporator, kondensor, panel distributor, kipas

udara evaporator, kipas udara kondensator, media pendingin, alat

control, diffuser grill, cerobong udara, menara pendingin, pipa instalasi

air pendingin kondensor, pompa sirkulasi air pendingin kondensor, panel

control) : : (apakah masih dalam kondisi baik, terawat, bersih, atau

rusak salah satu komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak

berfungsi)

Page 64: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-64

b. Sistim pendingin tidak langsung (sentral dengan media udara)

(meliputi kompresor, evaporator, pipa instalasi air es, pipa sirkulasi air

es, kondensor, kipas udara kondensor, media pendingin, media

pendingin air es, unit pengelola udara, alat control cerobong udara,

diffuser grill, pipa instalasi air pendingin kondensor, pipa sirkulasi

pendingin kondensor, panel control) : : (apakah masih dalam kondisi

baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu komponen, tidak berfungsi

dengan baik, hilang, tidak berfungsi)

c. Sistim AC window (non sentral)

(Kompresor, evaporator, kondensor) : : (apakah masih dalam kondisi

baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu komponen, tidak berfungsi

dengan baik, hilang, tidak berfungsi)

d. Sistim AC split/ FCU (non sentral)

(Kompresor, evaporator, pipa instalasi, kondensor) : : (apakah masih

dalam kondisi baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu komponen,

tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi)

9. Utilitas Penangkal petir

a. Instalasi proteksi petir eksternal (meliputi kepala penangkal petir,

hantaran pembumian, elektroda pembumian) : : (apakah masih dalam

kondisi baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu komponen, tidak

berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi)

b. Instalasi proteksi petir (meliputi arrester tegangan rendah, stri pengikat

ekuipotensial, hantaran pembumian, elektroda pembumian) : : (apakah

masih dalam kondisi baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu

komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi)

10. Utilitas instalasi komunikasi

a. Instalasi telepon (meliputi pesawat telepon, PABX, kabel instalasi) : :

(apakah terdapat komponen tersebut atau tidak, apakah masih dalam

kondisi baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu komponen, tidak

berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi)

b. Instalasi tata suara (meliputi mikropon, panel system tata suara, speaker,

kabel instalasi) : : (apakah terdapat komponen tersebut atau tidak,

apakah masih dalam kondisi baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu

komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi)

Page 65: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-65

11. Aspek Aksesibilitas

a. Ukuran dasar ruang : (apakah ukuran dasar ruang dan luasan masih

sesuai dengan standar minimal kebutuhan ruang, atau tidak sesuai)

b. Jalur pedestrian dan ramp : (apakah terdapat jalur khusus untuk

pedestrian dan ramp, apakah dalam kondisi baik atau rusak)

c. Area parkir : (apakah terdapat area parkir yang mencukupi kebutuhan,

ataukah tidak mencukupi)

d. Perlengkapan dan peralatan kontrol : (semua peralatan control, baik

alarm, saklar lampu dll, apakah dapat dipakai dan dijangkau oleh semua

orang tanpa terkecuali orang cacat/ sehat, atau tidak memenuhi

persyaratan)

e. Toilet : (apakah dapat dipakai oleh semua orang tanpa terkecuali orang

cacat/ sehat, atau tidak memenuhi persyaratan)

f. Pintu : (apakah memenuhi persyaratan ukuran, apakah dapat dilalui oleh

semua orang tanpa terkecuali orang cacat/ sehat, atau tidak memenuhi

persyaratan)

g. Lift aksesibilitas : (apakah dapat dipakai oleh semua orang tanpa

terkecuali orang cacat/ sehat, atau tidak memenuhi persyaratan)

h. Lift tangga : (apakah dapat dipakai oleh semua orang tanpa terkecuali

orang cacat/ sehat, atau tidak memenuhi persyaratan)

i. Telepon : (apakah dalam perletakan dan posisinya dapat dipakai oleh

semua orang tanpa terkecuali orang cacat/ sehat, atau tidak memenuhi

persyaratan)

4.4.3. Penyajian data

Berdasarkan hasil dari proses pemeriksaan di lapangan, dan data yang telah diperoleh

dari pengisian daftar isian pemeriksaan keandalan bangunan, Penyajian data dituangkan

dalam sebuah perangkat lunak/ software keandalan bangunan gedung sesuai dengan

pembagian aspek masing-masing. Gambaran penilaian teknik penyajian data dapat dilihat

pada table berikut:

Page 66: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-66

1. Form Penilaian Keandalan Bangunan Aspek Arsitektur (Tabel 4-11)

FORM - ARSNILAI KEANDALAN KELOMPOK KOMPONEN : ARSITEKTUR

12000 m28 lantai

NILAI

SUB MAKSIMUM KONDISI N.K. KURANG N.K. TIDAK N.K.

KOMPONEN KEANDALAN ANDAL (%) ANDAL (%) ANDAL (%)

(%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Kesesuaian penggunaan 15 Sesuai 100 masih sesuai Tidak sesuai 15

fungsi fungsi dengan fungsi

Pelapis muka lantai 10 100,00% 100 baik 100 retak rambut - belah, pecah - 10

0

Plesteran lantai 10 100,00% 100 baik 100 retak rambut - retak, belah, - 10

RUANG 0 pecah

DALAM Pelapis muka dinding 10 100,00% 100 baik 100 buram, ter‐ - hilang, tidak - 10

(80%) 0 kelupas <10% tampak

Plesteran dinding 10 100,00% 100 baik 100 terkelupas <10% - hilang, tidak - 10

0 tampak

Pintu/jendela 15 100,00% 100 Berfungsi 100 Masih berfungsi - Tidak berfungsi - 15

0 baik

Pelapis muka langit‐ 10 100,00% 100 baik 100 terkelupas <10% - Terkelupas  - 10

langit 0 >=10%

S U B T O T A L

Penutup atap 10 1,00 100 baik 100 Tidak berlubang - berlubang,  - 10

0 hancur

RUANG  Pelapis muka dinding 2,5 100,00% 100 baik 100 buram <50% - buram >=50% - 2,5

LUAR luar 0

Pelapis muka lantai luar 3 100,00% 100 baik 100 aus, bergelombang - terbelah, pecah - 3

0 buram, kasar terlepas

Plesteran lantai luar 2,5 100,00% 100 baik 100 retak, terkelupas - terbelah, pecah - 2,5

0 berlubang <5% terlepas

(20%) Pelapis muka 2 100,00% 100 baik 100 terkelupas <10% - terkelupas  - 2

langit‐langit luar >=10%

T O T A L 100

Kesimpulan :

Saran agar arsitektur bangunan secara keseluruhan andal :12345

PemeriksaNamaNIPTanggal PemeriksaanTanda Tangan

S U B T O T A L 20

1. Bangunan secara keseluruhan dapat dinilai ANDAL

20

Luas

Jumlah lantai

Pemilik

KOMPONEN

K R I T E R I A P E N I L A I A N (dalam %) NILAI

KEANDALAN

TOTAL

95 - 100 75 - <95 <75 (%)

80

80

Nama Bangunan

Lokasi/Alamat

Fungsi

Page 67: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-67

2. Form Penilaian Keandalan Bangunan Aspek Struktur

a. Struktur rangka beton dan dinding pasangan (Tabel 4-12) : lantai:

Kondisi Andal

N.K (%)

Kurang Andal

N.K (%)

Tidak Andal

N.K (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)Pondasi, Kepala Pondasi, Balok Pondasi

25 100 Kuat, Kaku, Stabil

100 Kuat, Kurang Kaku, Stabil

Tidak stabil, retak, tidak kuat, pecah

25

Sub Total 25,00

Dinding Pasangan Bata/Batako

30 100Bahan/dimensi OK Bebas retak, stabil

100Kuat, kaku, retak, lentur kecil

Kurang kuat, retak diagonal/ melintang

30,00

Kolom, Balok Praktis

20 100Kuat, Kaku, berfungsi baik

100Kuat, kurang kaku, fungsi baik

Kurang kuat/kaku, kurang stabil

20,00

Slab Lantai 4,5 100

Kuat, kaku, bebas retak, rata

100Kuat, kurang kaku, retak halus/bocor

Retak, bocor, tidak dapat dipakai

4,50

Slab Atap 0,5 100Kuat, kaku, bebas bocor, mulus

100Kuat, kurang kaku, retak rambur

Kurang kuat, lendutan besar

0,50

Rangka Atap, Ikatan Angin, Gording

5 100Rangka dan tumpuan kuat, kaku, stabil

100Kuat, kurang kaku, awet, ada lendut

Lendut, lapuk, pecah, kropos/ karat

5,00

Sub Total 60,00Rangka Langit-langit

3 100 Kuat, kaku, rata 100 Kuat, kaku,

kurang rata

Lendut, lapuk, pecah, tidak rata

3,00

Penutup langit-langit

2 100Bahan/dimensi OK, rata, kuat

100Rata, kurang mulus, ada retak

Kusam dan retak.rusak tak berfungsi

2,00

Tangga 6 100Kuat, Kaku, berfungsi baik

100Kuat, kurang kaku, fungsi baik

Kurang kuat/kaku, kurang stabil

6,00

Lantai bawah 4 100

Kuat, rata, padat, kedap air

100Rata, padat, kedap air, retak-retak

Retak, basah, amblas, tidak rata

4,00

Sub Total 15,00TOTAL NILAI KEANDALAN BANGUNAN 100,00

Kesimpulan:Struktur gedung secara keseluruhan adalah ANDAL

Saran agar struktur secara keseluruhan 1.2.3.

PemeriksaNama :NIP :Tanggal Pemeriksaan :Tanda Tangan :

Pemilik Jumlah lantai

Nilai Maks

Keandalan (%)

Nilai keandala

n kompone

Faktor ReduksiNilai Keandalan

Total (%)95 - 100 85 - <95 < 85

Struktur Bawah

Struktur Pelengkap

Komponen

Sub Kompone

n

Page 68: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-68

b. Struktur rangka baja dan dinding pasangan (Tabel 4-13)

Kondisi Andal

N.K (%)

Kurang Andal

N.K (%)

Tidak Andal

N.K (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Pondasi, Kepala Pondasi, Balok Pondasi

25 100 Kuat, Kaku, Stabil 100

Kuat, Kurang Kaku, Stabil

Tidak stabil, retak, tidak kuat, pecah

25

Sub Total 25,00

Join Kolom - Balok 15 100 Kuat, Kaku, Daktail 100

Kuat, lebar retak 0,1 - 0,5

Tidak kaku, retak sudah tampak

15,00

Kolom Baja 20 100 Kuat, Kaku, Daktail 100 Kuat, retak

lenturRetak lentur/geser 20,00

Balok Baja 13 100 Kuat, Kaku, Daktail 100 Kuat, retak

lenturRetak lentur/geser 13,00

Pengaku Silang 2 100 Kuat, kaku, menyatu 100 Kuat, retak

lentur Retak terlihat 2,00

Slab Lantai 5 100 Kuat, Awet, Aman 100 Retak < 0,5

mm Retak 1-3 mm 5,00

Rangka Atap, Ikatan Angin, Gording 5 100 Rata dan

baik 100 Lendut > L/300 Retak, bocor 5,00

Sub Total 60,00

Penggantung Langit-langit 1 100 Kuat,

Rata/Datar 100 Kuat, kurang rata

Kurang rata, ada lendutan 1,00

Dinding Pasangan Bata/Batako 2 100 Kuat, tanpa

retak 100

Batang jangkar lemah, retak rambut

Tanpa jangkar dinding pasangan belah

2,00

Shotcrete Panel Precast 2 100 Kuat, tanpa

retak 100

Batang jangkar lemah, dinding retak

Tanpa jangkar dinding pasangan belah

2,00

Balok Anak, Leufel, Canopy 5 100 Kuat, kaku,

daktail 100 Kuat, retak lentur

Retak lentur/geser 5,00

Tangga beton/baja/kayu 5 100 Kuat, kaku 100

Retak rambut, kuat, lendut

Rusak, tidak kaku, melendut

5,00

Sub Total 15,00TOTAL NILAI KEANDALAN BANGUNAN #####

Kesimpulan:Struktur gedung secara keseluruhan adalah ANDAL

Saran agar struktur secara keseluruhan 1.2.3.

PemeriksaNama :NIP :Tanggal Pemeriksaan :Tanda Tangan :

Nilai Maks

Keandalan (%)

Nilai keandala

n kompone

Faktor ReduksiNilai Keandalan

Total (%)95 - 100 85 - <95 < 85

Struktur Bawah

Struktur Atas

Struktur Pelengkap

Komponen Sub Komponen

Page 69: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-69

c. Struktur rangka beton dan dinding geser (Tabel 4-14) PENILAIAN KEANDALAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG RANGKA BETON DAN DINDING GESER

12000 m28 lantai

Kondisi Andal

N.K (%)

Kurang Andal

N.K (%) Tidak Andal N.K

(%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Pondasi, Kepala Pondasi, Balok Pondasi 25 100 Kuat, Kaku,

Stabil 100 Kuat, Kurang Kaku, Stabil

Tidak stabil, retak, tidak kuat, pecah

25

25,00

Join Kolom - Balok 10 100 Kuat, Kaku, Daktail 100

Kuat, tetapi telah retak rambut

Tidak kaku, retak sudah tampak

10,00

Kolom 15 100 Kuat, Kaku, Daktail 100 Kuat, retak

lenturRetak lentur/geser 15,00

Balok 15 100 Kuat, Kaku, Daktail 100 Kuat, retak

lenturRetak lentur/geser 15,00

Dinding Geser 10 100 Kuat, Kaku, Menyatu 100 Kuat, retak

lenturRetak geser, belah 10,00

Slab Lantai 4,5 100 Kuat, Awet, Aman 100 Retak rambut Retak 1-3 mm 4,50

Slab Atap 0,5 100 Kuat, Awet, Aman 100 Retak rambut Retak, bocor 0,50

Rangka Atap, Ikatan Angin, Gording 5 100 Kuat, Kaku,

Aman 100 Lendut > L/300 Retak, bocor 5,00

60,00

Penggantung Langit-langit 1 100 Kuat,

Rata/Datar 100 Kuat, kurang rata

Kurang rata, ada lendutan 1,00

Dinding Pasangan Bata/Batako 2 100 Kuat, tanpa

retak 100Batang jangkar lemah, retak rambut

Tanpa jangkar ikat dinding retak/belah

2,00

Balok Anak, Leufel, Canopy

6 100 Kuat, kaku, daktail 100 Kuat, retak

lenturRetak lentur/geser 6,00

Tangga beton/baja/kayu 6 100 Kuat, kaku 100 Retak rambut, kuat, lendut

Rusak, tidak kaku, melendut 6,00

15,00

TOTAL NILAI KEANDALAN BANGUNAN 100,00

Kesimpulan:Struktur gedung secara keseluruhan adalah ANDAL

Saran agar struktur secara keseluruhan 1.2.3.

PemeriksaNama :NIP :Tanggal Pemeriksaan :Tanda Tangan :

Nama Bangunan Lokasi/Alamat Fungsi Luas

Sub KomponenNilai Maks Keandalan

(%)95 - 100

Nilai keandalan komponen

struktur85 - <95

Jumlah lantai Pemilik

< 85

Struktur Pelengkap

Struktur Bawah

Sub Total

Nilai Keandalan Total (%)

Struktur Atas

Faktor Reduksi

Sub Total

Sub Total

Komponen

Page 70: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-70

3. Form Penilaian Keandalan Bangunan Aspek Utilitas (Tabel 4-15)

Form – AUraian Analisa Nilai Keandalan Utilitas Bangunan Gedung

No. Jenis Komponen Nilai µ ku KeandalanKomp. Utilitas Gedung Maks. (%) N ku

Util. Instalasi: Keandalan Andal KA TA (%)i (%) 99 -100 95 - <99 <95

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Intalasi Pencegahan Kebakaran 20 100,00 100 x x

2 Transportasi Vertikal 15 100,00 100 x x

3 Plambing 15 100,00 100 x x

4 Instalasi Listrik 20 100,00 100 x x

5 Tata Udara, AC 15 100,00 100 x x

6 Instalasi Penangkal Petir 5 100,00 100 x x

7 Instalasi Komunikasi 10 100,00 100 x x

100,00 ANDAL

Keterangan :Andal : µku = 99 – 100 %; Kurang andal ; µku = 95 – 99 %; Tidak andal : µku = < 95 %

Pemeriksa : ……………………….Nama : ……………………….NIP : ……………………….Tanggal Pemeriksaan : ……………………….Tanda Tangan : ……………………….

Total Nilai Keandalan seluruh Komponen Utilitas Σ (µku.i)

Maka Utilitas gedung secara keseluruhan : Andal/ Kurang/Tidak Andal

Kondisi Andal, Kurang Andal, Tidak Andal (%)

Page 71: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-71

a. Form Penilaian Utilitas Instalasi Pencegahan Kebakaran (Tabel 4-16) Form Utl-1Nilai Keandalan Utilitas : Pencegahan Kebakaran

Nomor BobotKelompok Komponen Utilitas Fungsi F. Reduksi

Utilitas Pencegahan Kebakaran (100%) Andal Kurang Andal Tidak Andal Ф

(%) 100% 95 -<100% <95 % (%)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

SISTEM DETEKSI ALARM KEBAKARAN

NF = 20100,00

1. Alat-alat deteksi 3 100 100 x x 32. Titik Panggil manual 3 100 100 x x 3

1A3. Panel control Kebakaran 4

100 100 x x 44. Catu daya 3 100 100 x x 35. Alarm Kebakaran 3 100 100 x x 36. Kabel Instalasi 4 100 100 x x 4SPRINKLER OTOMATIS NF = 20 100,001. Pompa Air 4 100 100 x x 4 2. Kepala Sprinkler 4 100 100 x x 4

1B 3. kran Uji 4 100 100 x x 4 4. Tangki Air 4 100 100 x x 4 5. Pipa Instalasi 4 100 100 x x 4 GAS PEMADAM API NF = 20 100,001.Kumpulan Tabung Gas Pemadam Api

3100 100 x x 3

2. Alarm Kebakaran 2 100 100 x x 23. Stater Otomatis 2 100 100 x x 2

1C 4. Catu Daya 2 100 100 x x 25. Panel Kontrol 2 100 100 x x 26. Kotak Operasi Manual 2 100 100 x x 27. Alat-alat Deteksi kebakaran

3100 100 x x 3

8. Nosel Gas 2 100 100 x x 29. Kran Pemilih Otomatis 2

100 100 x x 2HIDRAN NF = 15 100,001. Pompa Air 3 100 100 x x 32. Pipa Instalasi 2 100 100 x x 23. Tangki Penekan Atas/Alat Kontrol

2100 100 x x 2

1D 4. Hidran Kotak 2 100 100 x x 25. Hidran Pilar 2 100 100 x x 26. Sumber Air 2 100 100 x x 27. Tangki Penampung Air 2

100 100 x x 2TABUNG PEMADAM API RINGAN

NF = 15100,00

1E 1. Tabung Gas Tersegel 8 100 100 x x 82.Selang 7 100 100 x x 7

Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ)

Tingkat keandalan

Termasuk Kategori Tingkat keandalan

Page 72: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-72

b. Form Penilaian Utilitas Transportasi Vertikal (Tabel 4-17)

Form Utl-2Nilai Keandalan Utilitas : Transportasi Vertikal

Nomor BobotKelompok Komponen Utilitas Fungsi F. Reduksi

Utilitas Transportasi Vertikal (100%) Andal Kurang Andal Tidak Andal Ф

(%) 100% 95 -<100% <95 % (%)(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

LIF (LIFT) NF = 50 100,001. Motor Penggerak 8 100 100 x x 82. Sangkar dan alat Kontrol 7 100 100 x x 7

2A 3. Motor Penggerak Pintu 7 100 100 x x 74. Kabel dan Panel Listrik 7 100 100 x x 75. Rel 7 100 100 x x 76. Alat Penyeimbang Sangkar 7 100 100 x x 77. Peredam Sangkar 7 100 100 x x 7ESKALATOR NF = 50 100,001. motor Penggerak 8 100 100 x x 82. Alat Kontrol 7 100 100 x x 7

2B 3. Kabel dan Panel Listrik 7 100 100 x x 74. Rantai Penarik 7 100 100 x x 75. Roda-roda gigi Penarik 7 100 100 x x 76. Badan Eskalator 7 100 100 x x 77. Anak Tangga/lantai 7 100 100 x x 7

Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ)

Tingkat keandalan

Termasuk Kategori Tingkat keandalan

c. Form Penilaian Utilitas Plambing (Tabel 4-18)

Form Utl-3Nilai Keandalan Utilitas : Plambing

Nomor BobotKelompok Komponen Utilitas Fungsi F. Reduksi

Utilitas Plumbing (100%) Andal Kurang A d l

Tidak Andal Ф(%) 100% 95 -<100% <95 % (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)AIR BERSIH NF = 50 100,001.Sumber air dari PAM *) dan Meter Air 5 100 100 x x 52. Sumber Air dari sumur dala, pompa air, alat control, M t Ai *)

5 100 100 x x 53.Tangki Penampung Air 6 100 100 x x 6

3A 4. Tangki Air Atas : Menara 6 100 100 x x 65. Pompa Penampung air dan alat kontrol 6 100 100 x x 66. Pompa Distribusi dan Tangki Hidrofor dan alat control 6 100 100 x x 67. Listrik untuk Panel Pompa 5 100 100 x x 58. Pompa Instalasi 6 100 100 x x 69. Kran 5 100 100 x x 5AIR KOTOR NF = 50 100,001. Kloset/ bidet/ Urinoir 7 100 100 x x 72. saluran ke Tangki Septik 6 100 100 x x 63. Kran Air gelontor 6 100 100 x x 6

3B 4. Tangki Septik 7 100 100 x x 75. Bak cuci, tempat cuci tangan 6 100 100 x x 66. saluran dari Bak cuci ke saluran terbuka 6 100 100 x x 67. Lobang/ saluran pengurasan lantai 6 100 100 x x 68. Pipa Air Hujan 6 100 100 x x 6

*) Bila hanya ada satu dari sumber air tersebut, maka jenis sumber air yang tidak ada diberikan

Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ)Tingkat

keandalanTermasuk Kategori Tingkat

keandalan

Page 73: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-73

d. Form Penilaian Utilitas Instalasi listrik (Tabel 4-19)

Form Utl-4Nilai Keandalan Utilitas : Instalasi Listrik

Nomor BobotKelompok Komponen Utilitas Fungsi F. Reduksi

Utilitas Instalasi Listrik (100%) Andal Kurang A d l

Tidak A d l

Ф(%) 100% 95 -

<100%<95 % (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)SUMBER DAYA PLN NF = 50 100,001. Panel Tegangan Menengah 8 100 100 x x 82. Trafo 7 100 100 x x 7

4A 3. Panel Tegangan Tengah 7 100 100 x x 74. Panel Distribusi 7 100 100 x x 75. Lampu TL/ Pijar/ Halogen/ SL 7 100 100 x x 76. Armatur 7 100 100 x x 77. Kabel Instalasi 7 100 100 x x 7SUMBER DAYA GENSET NF= 50 100,001. motor Penggerak 7 100 100 x x 72. Altermator 7 100 100 x x 73. Alat pengisi aki 4 100 100 x x 4

4B 4. Radiator/ pendingin 6 100 100 x x 65. Kabel Instalasi 7 100 100 x x 76. AMF 7 100 100 x x 77. Daily Tank 6 100 100 x x 6

Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ)Tingkat

keandalanTermasuk Kategori Tingkat

keandalan

Page 74: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-74

e. Form Penilaian Utilitas Instalasi Tata Udara sentral (Tabel 4-20)

Form Utl-5aNilai Keandalan Utilitas : Instalasi Tata Udara (Sentral)

Nomor BobotKelompok Komponen Utilitas Fungsi F. Reduksi

Utilitas Instalasi Tata Udara (Sentral) (100%) Andal Kurang A d l

Tidak A d l

Ф(%) 100% 95 -<100% <95 % (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)SISTEM PENDINGIN LANGSUNG NF=50 100,001. Kompresor 4 100 100 x x 42. Evaporator 4 100 100 x x 43. Kondensor 4 100 100 x x 44. Panel Distributor 3 100 100 x x 35. Kipas Udara Evaporator 3 100 100 x x 3

5A 6. Kipas Udara Kondensator 3 100 100 x x 37. Media Pendingin 3 100 100 x x 38. Pipa Instalasi Media Pendingin 3 100 100 x x 39. Alat Kontrol 3 100 100 x x 310. Difuser gril 4 100 100 x x 411. Cerobong Udara 3 100 100 x x 312. Menara Pendingin 4 100 100 x x 413. Pipa Instalasi air pendingin kondensor 3 100 100 x x 314. Pompa sirkulasi air pend kondensor 3 100 100 x x 315. Panel Kontrol 3 100 100 x x 3SISTEM PENDINGIN TIDAK LANGSUNG NF = 50 100,001. Kompresor 4 100 100 x x 42. Evaporator 4 100 100 x x 43. Pipa Instalasi Air Es 4 100 100 x x 44. Pipa Sirkulasi Air Es 3 100 100 x x 35. Kondensor 3 100 100 x x 3

5B 6. Kipas Udara Kondensor 3 100 100 x x 37. Media Pendingin 3 100 100 x x 38. Media Pendingin Air Es 3 100 100 x x 39. Unit Pengolah Udara 5 100 100 x x 510. Alat Kontrol Cerobong Udara 3 100 100 x x 311. Difuser gril 5 100 100 x x 512. pipa instalasi air pendingin Kondensor 3 100 100 x x 313. pompa sirkulasi Pendingin Kondensor 4 100 100 x x 414. Panel Kontrol 3 100 100 x x 3

Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ)Tingkat

keandalanTermasuk Kategori Tingkat

keandalan

Page 75: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-75

f. Form Penilaian Utilitas Instalasi Tata Udara non sentral (Tabel 4-21)

Form Utl-5bNilai Keandalan Utilitas : Instalasi Tata Udara (Non Sentral)

Nomor BobotKelompok Komponen Utilitas Fungsi F. Reduksi

Utilitas Instalasi Tata Udara (Non Sentral) (100%) Andal Kurang A d l

Tidak Andal Ф(%) 100% 95 -<100% <95 % (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)SISTEM AC WINDOW NF = 50 100,00

5A 1. Konpresor 18 100 100 x x 182. Evaporator 16 100 100 x x 163. Kondensor 16 100 100 x x 16SISTEM AC SPLIT /FCU NF = 50 100,001. Konpresor 13 100 100 x x 13

5B 2. Evaporator 13 100 100 x x 133. Pipa Instalasi 12 100 100 x x 124. Kondensor 12 100 100 x x 12

Catatan: Dipilih salah satu sesuai dengan kondisi sistem yang terpasang

Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ)Tingkat

keandalanTermasuk Kategori Tingkat

keandalan

g. Form Penilaian Utilitas Penangkal Petir (Tabel 4-22)

Form Utl-6Nilai Keandalan Utilitas : Penangkal Petir

Nomor BobotKelompok Komponen Utilitas Fungsi F. Reduksi

Utilitas Penangkal Petir (100%) Andal Kurang A d l

Tidak Andal Ф(%) 100% 95 -<100% <95 % (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)INSTALASI PROTEKSI PETIR NF = 50 100,00

6A 1. Kepala Penangkal Petir 16 100 100 x x 162. Hantaran Pem-bumi-an 16 100 100 x x 163. Elektroda Pem-bumi-an 18 100 100 x x 18INSTALASI PROTEKSI PETIR NF = 50 100,001. Arester Tegangan Lebih 13 100 100 x x 13

7B 2. Stri Pengikat Ekuipotensial 12 100 100 x x 123. Hantaran Pem-bumi-an 12 100 100 x x 124. Elektroda Pem-bumi-an 13 100 100 x x 13

Catatan: Dipilih salah satu sesuai dengan kondisi sistem yang terpasang

Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ)Tingkat

keandalanTermasuk Kategori Tingkat

keandalan

Page 76: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-76

h. Form Penilaian Utilitas Instalasi Komunikasi (Tabel 4-23)

Form Utl-7Nilai Keandalan Utilitas : Instalasi Komunikasi

Nomor BobotKelompok Komponen Utilitas Fungsi F. Reduksi

Utilitas Instalasi Komunikasi (100%) Andal Kurang A d l

Tidak Andal Ф(%) 100% 95 -<100% <95 % (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)INSTALASI TELEPON NF = 50 100,00

7A 1. Pesawat telepon 16 100 100 x x 162. PABX 18 100 100 x x 183.Kabel Instalasi 16 100 100 x x 16INSTALASI TATA SUARA NF = 50 100,001. Mikropon 12 100 100 x x 12

7B 2. Panel system tata suara 13 100 100 x x 13 3. Speaker 13 100 100 x x 13 4. Kabel Instalasi 12 100 100 x x 12

Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ)Tingkat

keandalanTermasuk Kategori Nilai

tingkat keandalan

4. Aspek Aksesibilitas (Tabel 4-24) PENILAIAN KEANDALAN KOMPONEN AKSESIBILITAS LAINNYA

Nama Bangunan Lokasi/Alamat Fungsi Luas 12000 m2Jumlah lantai 8 lantaiPemilik

Nilai Keandalan Kelompok : AKSESIBILITAS

KeandalanTerfaktor

100>Ka≥95 95>Ka≥75 75>Ka>0(1) (3) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

ada tidakX

x 5 5x 5 5

ada tidakx

X 5 5x 4 4X 1 1

SUB TOTAL 100Keterangan :Andal : µku = 95 – <100%; Kurang andal ; µku = 75 – <95%; Tidak andal : µku = <75 %

KESIMPULAN : X ANDAL

KURANG ANDAL

TIDAK ANDAL

Rekomendasi1234

100,00 100,00 x x 50

Peringatan berbentuk suaraPeringatan berbentuk visualPeringatan berbentuk getaran

Rambu aksesibilitasPerlengkapan peralatan

Ya Tidak 40 40

100,00 100,00 x x 50

Stop Kontak, tombol & perlengkapan k t l l i b d d i i

(2)PERLENGKAPAN & PERALAT

Ya Tidak 40 40

Nilai Keandalan

Parsial

Elemen AksesibilitasKondisi Kefungsian

Baik Rusak Sedang

Rusak BeratKomponen Perlengkapan & Peralatan Kontrol

No. Kode Komponen

Nilai Maksimum Keandalan

(%)

Kondisi Eksisting Elemen

Pedestrian (%)

Kondisi Eksisting

Page 77: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-77

5. Tata Bangunan dan Lingkungan (Tabel 4-25)

PENILAIAN KESESUAIAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Nama Bangunan :Alamat :Fungsi Bangunan :Pemilik :

Nilai Keandalan Kelompok : TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

KeandalanTerfaktor

(1) (2) (3) (5) (10)

x 2 2x 2 2x 1 1

100Keterangan :Andal : µku = 95 – <100%; Kurang andal ; µku = 75 – <95%; Tidak andal : µku = <75 %

No. Kode Komponen

Nilai Maksimum Keandalan

(%)

Nilai Keandalan Kondisi Kefungsian

Komponen Parkir

KESESUAIAN DENGAN DOKUMEN RENCANA KOTA

Kesesuaian dengan dokumen rencana kota Ya Tidak 5

100Kesesuaian KDBKesesuaian KLBKesesuaian GSB

SUB TOTAL

5

Page 78: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-78

FORM PENILAIAN KEANDALAN BANGUNAN (Tabel 4-26)

No Aspek Yang dinilai

Kategori Penilaian Bobot Nilai Keandalan

Andal NK Kurang Andal NK Tidak

Andal NK Penilaian Total

(%) (%) (%) (%) (%) (1) (2) (3) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Arsitektur 95% -

100% 100.00 75% -

<95% - <75% - 10 10.00

2 Struktur Rangka Beton dan Dinding Pasangan

95% - 100%

- 85% - <95%

89.92 <85% - 30 30.00

3 Utilitas & Proteksi Kebakaran 100% 100.00 95% - <100%

- <95% - 50 50.00

4 Aksesibilitas 95% - 100%

100.00 75% - <95%

- <75% - 5 5.00

5 Tata Bangunan & Lingkungan 95% - 100%

100.00 75% - <95%

- <75% - 5 5.00

Jumlah Total 100 100.00

Bangunan yang diperiksa masuk kategori ANDAL Interpretasi :

a. Nilai suatu bangunan "Andal" jika nilai keandalan suatu komponen bangunan (arsitektur/struktur/utilitas) atau nilai keandalan suatu segi dalam bangunan (arsitektur=NKA, struktur=NKS, dan utilitas=NKU) tidak kurang dari nilai batas terendah kategori andal sebagaimana tersebut dibawah

b. Nilai suatu bangunan "Kurang andal" jika nilai keandalan suatu komponen bangunan (arsitektur/struktur/utilitas) atau

nilai keandalan suatu segi dalam bangunan (arsitektur=NKA, struktur=NKS, dan utilitas=NKU) tidak kurang dari nilai batas terendah kategori krang andal sebagaimana tersebut dibawah

Page 79: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-79

c. Nilai suatu bangunan "Kurang andal" jika nilai keandalan suatu komponen bangunan (arsitektur/struktur/utilitas) atau

nilai keandalan suatu segi dalam bangunan (arsitektur=NKA, struktur=NKS, dan utilitas=NKU) tidak kurang dari nilai batas terendah kategori krang andal sebagaimana tersebut dibawah 1. Tingkat Keandalan Struktur dianggap :

a. Andal, bila NKA tidak kurang dari 95% atau (95%<=NKA<=100%)

b. Kurang andal, bila NKA bernilai : 85%<=NKA<=95%

c. Tidak andal, bila NKA bernilai dibawah 85 %

2. Tingkat Keandalan Arsitektur dianggap

a. Andal, bila NKA tidak kurang dari 90% atau (90%<=NKA<=100%)

b. Kurang andal, bila NKA bernilai : 75%<=NKA<=90%

c. Tidak andal, bila NKA bernilai dibawah 75 %

3. Tingkat Keandalan Utilitas dianggap

a. Andal, bila NKA tidak kurang dari 99% atau (99%<=NKA<=100%)

b. Kurang andal, bila NKA bernilai : 95%<=NKA<=99%

c. Tidak andal, bila NKA bernilai dibawah 95 %

d. Untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan gedung secara keseluruhan, NKA, NKS, dan NKU tidak boleh kurang dari 95 %

Page 80: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-80

4.5. TAHAPAN KOMPILASI DATA INTERPRETASI DAN ANALISA

4.5.1. Kompilasi Data

Setelah proses pemeriksaan suatu bangunan sudah selesai maka didapatkan data

lapangan. Data yang nantinya telah diperoleh tersebut akan dikelompokkan berdasarkan

aspek masing-masing sesuai tabel di atas. Setelah dikelompokkan akan di tabulasi atau

di entry ke dalam format pemeriksaan keandalan dan kelaikan bangunan gedung. Data

tersebut akan digunakan untuk:

1. Menentukan nilai keandalan suatu komponen dari salah satu aspek bangunan

2. Menentukan tingkat kelaikan atau keandalan yang telah dianalisa

3. Menginterpretasikan nilai keandalan yang telah dianalisa menjadi makna fisik dari

bangunan yang telah diperiksa

4.5.2. Interpretasi

• Suatu bagunan bapat disebut Andal bila nilai keandalan suatu bangunan

(komponen arsitektur, struktur, utilitas, aksesibilitas dan tata bangunan dan

lingkungan) atau nilai keandalan suatu segi dalam bangunan (arsitektur, struktur,

utilitas, aksesibilitas dan tata bangunan dan lingkungan) tidak kurang dari nilai

batas terendah kategori Andal.

• Suatu bangunan dapat disebut kurang andal bila nilai keandalan suatu segi

dalam bangunan ( arsitektur, struktur, utilitas, aksesibilitas dan tata bangunan

dan lingkungan) termasuk dalam kategori kurang andal

• Suatu bangunan dapat disebut tidak andal bila nilai keandalan suatu segi dalam

bangunan (arsitektur, struktur, utilitas, aksesibilitas dan tata bangunan dan

lingkungan) termasuk dalam kategori tidak andal

Tingkat keandalan Arsitektur dianggap:

1. Andal. Bila bobot nilainya tidak kurang dari 95% atau >95% - 100%

2. Kurang Andal, bila bobot nilai diantara > 75% sampai < 95%

3. Tindak Andal, bila bobot nilai diantara < 75%

Tingkat keandalan Struktur dianggap:

1. Andal. Bila bobot nilainya tidak kurang dari 95% atau >95% - 100%

2. Kurang Andal, bila bobot nilai diantara > 85% sampai < 95%

3. Tindak Andal, bila bobot nilai diantara < 85%

Page 81: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-81

Tingkat keandalan Utilitas dianggap:

1. Andal. Bila bobot nilainya tidak kurang dari 99% atau >99% - 100%

2. Kurang Andal, bila bobot nilai diantara > 95% sampai < 99%

3. Tindak Andal, bila bobot nilai diantara < 95%

Tingkat keandalan Aksesibilitas dianggap:

1. Andal. Bila bobot nilainya tidak kurang dari 95% atau >95% - 100%

2. Kurang Andal, bila bobot nilai diantara > 75% sampai < 95%

3. Tindak Andal, bila bobot nilai diantara < 75%

Tingkat keandalan Tata Bangunan dan Lingkungan:

1. Andal. Bila bobot nilainya tidak kurang dari 95% atau >95% - 100%

2. Kurang Andal, bila bobot nilai diantara > 75% sampai < 95%

3. Tindak Andal, bila bobot nilai diantara < 75%

Untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan gedung secara keseluruhan, nilai

keandalan Arsitektural, nilai keandalan struktural nilai keandalan aksesibilitas dan nilai

keandalan tata bangunan dan lingkungan tidak boleh kurang dari 95%. Namun untuk

nilai keandalan utilitas, khususnya keselamatan terhadap bahaya kebakaran, tidak boleh

kurang dari 99%.

Tabel 4-27

Penentuan nilai Keandalan Bangunan

ASPEK KEANDALAN

NILAI DAN KATEGORI KEANDALAN CATATAN

KONDISI ANDAL KURANG ANDAL TIDAK ANDAL ARSITEKTUR >95%-100% >75% - 95% < 75%

STRUKTUR >95%-100% >85% - 95% < 85% UTILITAS >99%-100% >95% - 99% < 95% AKSESIBILITAS >95%-100% >75% - 95% < 75% 4.5.3. Analisa

Analisa dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap pembobotan masing-masing

komponen dan sub komponen, tahap perhitungan terhadap kondisi yang diakibatkan

adanya kerusakan (penurunan kondisi awal akibat kerusakan). Tahap penilaian

keandalan lantai masing-masing bangunan bila bangunan lebih dari satu lantai.

Penilaian per masing masing komponen diperoleh dari volume awal elemen yang ada

dikurangi dengan elemen yang rusak (factor reduksi). Nilai keandalan masing-masing

lantai dikalikan dengan bobot penilaian keandalan awal masing-masing komponen

Page 82: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-82

Tabel 4-28

Teknik pengisian analisa software Keandalan Bangunan

volume volume Faktor Faktor Nilai Nilai Lantai elemen reduksi reduksi KeandalanKeandalan

(i) yg rusak rusak posisi Tingkat Awal

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)12345678

Kategori Nilai Keandalan

A KA TA

Tahap selanjutnya adalah tahap penilaian kondisi keandalan bangunan saat ini. Setelah

diperoleh kondisi keandalan saat ini, tahap berikutnya adalah melakukan penilaian atau

pengelompokan berdasarkan kategori nilai keandalan, yaitu Andal, Kurang ndal dan Tidak

andal.

Setelah kondisi keandalan saat ini masing-masing sub komponen diperoleh kemudian

dilakukan penilain total keandalan bangunan masing-masing komponen. Dari hasil akhir

penilaian total keandalan bangunan akan diperoleh kondisi bangunan saat ini andal,

kurang andal atau tidak andal.

Tabel 4-29

Rekapitulasi total nilai Keandalan Bangunan

Bobot ilai Keandala

Andal NK Kurang Anda NK Tidak Andal NK Penilaian Total

(%) (%) (%) (%) (%)

(1) (3) (3) (4) (5) (6) (7)

1 95% - 100% 100,00 75% - <95% - <75% - 10 10,002 95% - 100% - 85% - <95% 89,92 <85% - 30 30,003 100% 100,00 95% - <100% - <95% - 50 50,004 95% - 100% 100,00 75% - <95% - <75% - 5 5,005 95% - 100% 100,00 75% - <95% - <75% - 5 5,00

100 100,00

Utilitas & Proteksi KebakaranAksesibilitasTata Bangunan & LingkunganJumlah Total

No Aspek Yang dinilai

Kategori Penilaian

(2)

ArsitekturStruktur Rangka Beton dan Dinding

Jumlah Total nilai semua komponen diberi bobot 100%, sedangkan nilai masing-masing

komponen dibagi berdasarkan tingkat urgensinya.

Page 83: 05 Bab 4 Pendekatan Dan Metodologi Fix

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010

Laporan Pendahuluan 4-83

4.6. TAHAPAN KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Rekomendasi yang dihasilkan tergantung dari hasil pemeriksaan fisik bangunan

dan nilai keandalan bangunan gedung tersebut. Hasil dari rekomendasi tersebut dapat

diajukan oleh tim pemeriksa yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi kurang andal

atau tidak andal menjadi bangunan yang berkondisi Andal.

1. Perumusan kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan yang dapat menggambarkan

secara umum bagaimana penyelenggaraan pembangunan dan kondisi bangunan

negara/kantor pemerintah dan bangunan gedung untuk fungsi pelayanan umum

pada kab/kota.

2. Membuat surat rekomendasi/surat pernyataan pemeriksaan keandalan bangunan

terhadap masing-masing obyek bangunan gedung yang diperiksa dan disetujui

oleh Kepala Dinas/Instansi Teknis Pembina Penyelenggaraan Bangunan Gedung.

3. Melakukan konsultasi dan pembahasan secara intensif dengan tim teknis, pakar,

akademisi, dan instansi terkait, serta unsur Pemerintah Kota guna memperoleh

masukan penyempurnaan rekomendasi.

4.7. KELUARAN/OUPUT

Keluaran akhir pekerjaan Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung ini:

1. Laporan

Laporan hasil pelaksanaan pemeriksaaan keandalan bangunan gedung,

termasuk dokumentasi, meliputi:

a. Foto-foto kegiatan pemeriksaan keandalan.

b. Foto-foto sebagian/seluruh bangunan gedung yang terindikasi

memerlukan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi aspek

keandalan. Misal: struktur bangunan gedung, sistem plumbing, air hujan,

elektrikal, dll yang tidak andal.

c. Gambar/foto-foto lain yang diperlukan.

2. Rekomendasi

Rekomendasi yang berisi penanganan lebih lanjut terhadap bangunan

gedung yang telah diperiksa dalam bentuk surat peryataan pemeriksaan

keandalan bangunan gedung yang dibuat oleh konsultan pemeriksa dan disetujui

oleh instansi teknis pembina penyelenggara bangunan gedung di

Kabupaten/Kota.