bab 1 dan bab 2

16
BAB I PENDAHULUAN Furunkel merupakan salah satu bentuk dari pioderma yang sering dijumpai, dan penyakit ini sangat erat hubungannya dengan keadaan sosial-ekonomi. Secara umum penyebab furunkel adalah kuman gram positif, yaitu Stafilokokus dan Streptokokus. Furunkel dapat disebabkan juga oleh kuman gram negatif, misalnya Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, Escherichia coli, dan Klebsiella. 1,2 Furunkel dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, predileksi terbesar penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha. Setiap orang memiliki potensi terkena penyakit ini, namun beberapa orang dengan penyakit diabetes, sistem imun yang lemah, jerawat atau problem kulit lainnya memiliki resiko lebih tinggi. Gambaran klinis penyakit ini adalah timbulnya nodul kemerahan berisi pus, panas dan nyeri. Diagnosis furunkel dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri. 3 Furunkel dapat menimbulkan komplikasi yang cukup serius. Masuknya Staphylococcus aureus ke dalam aliran darah menimbulkan bakteremia. Bakteremia Staphylococcus aureus dapat mengakibatkan infeksi pada organ lain atau yang dikenal infeksi metastasis sep. Pada tahap akhir, 1

Upload: may-maghdalena

Post on 26-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

furunkel

TRANSCRIPT

Page 1: bab 1 dan bab 2

BAB I

PENDAHULUAN

Furunkel merupakan salah satu bentuk dari pioderma yang sering

dijumpai, dan penyakit ini sangat erat hubungannya dengan keadaan sosial-

ekonomi. Secara umum penyebab furunkel adalah kuman gram positif, yaitu

Stafilokokus dan Streptokokus. Furunkel dapat disebabkan juga oleh kuman gram

negatif, misalnya Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis,

Escherichia coli, dan Klebsiella.1,2

Furunkel dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, predileksi terbesar penyakit

ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha. Setiap orang memiliki potensi

terkena penyakit ini, namun beberapa orang dengan penyakit diabetes, sistem

imun yang lemah, jerawat atau problem kulit lainnya memiliki resiko lebih tinggi.

Gambaran klinis penyakit ini adalah timbulnya nodul kemerahan berisi pus, panas

dan nyeri. Diagnosis furunkel dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis

yang dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri.3

Furunkel dapat menimbulkan komplikasi yang cukup serius. Masuknya

Staphylococcus aureus ke dalam aliran darah menimbulkan bakteremia.

Bakteremia Staphylococcus aureus dapat mengakibatkan infeksi pada organ lain

atau yang dikenal infeksi metastasis sep. Pada tahap akhir, mengakibatkan sepsis

yang dapat mrti osteomielitis, akut endokarditis, dan abses otak. Manipulasi pada

lesi akan mempermudah menyebarnya infeksi melalui aliran darah. Tetapi,

komplikasi tersebut jarang terjadi. 3

Penatalaksanaan furunkel meliputi pengobatan topikal, sistemik, dan

pengobatan penyakit yang mendasari. Umumnya penderita sembuh dengan terapi

adekuat tersebut, namun ada beberapa penderita yang mengalami rekurensi yang

membutuhkan evaluasi dan penanganan lebih lanjut.3

BAB II

1

Page 2: bab 1 dan bab 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan subkutan

sekitarnya. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat. Jika lebih dari

satu tempat disebut furunkulosis. Furunkulosis dapat disebabkan oleh berbagai

faktor antara lain akibat iritasi, kebersihan yang kurang, dan daya tahan tubuh

yang kurang. Infeksi dimulai dengan adanya peradangan pada folikel rambut di

kulit (folikulitis), kemudian menyebar kejaringan sekitarnya.1,3 Karbunkel adalah

satu kelompok beberapa folikel rambut yang terinfeksi oleh Staphylococcus

aureus, yang disertai oleh keradangan daerah sekitarnya dan juga jaringan

dibawahnya termasuk lemak bawah kulit.4

Gambar . Furunkulosis. 6

2.2 Epidemiologi

2

Page 3: bab 1 dan bab 2

Penyakit ini memiliki insidensi yang rendah. Belum terdapat data spesifik

yang menunjukkan prevalensi furunkel. Furunkel umumnya terjadi pada anak-

anak, remaja sampai dewasa muda frekuensi terjadinya antara pria dan wanita.2

2.3 Etiologi

Permukaan kulit normal atau sehat dapat dirusak oleh karena iritasi,

tekanan, gesekan, hiperhidrosis, dermatitis, dermatofitosis, dan beberapa faktor

yang lain, sehingga kerusakan dari kulit tersebut dipakai sebagai jalan masuknya

Staphylococcus aureus maupun bakteri penyebab lainnya. Penularannya dapat

melalui kontak atau auto inokulasi dari lesi penderita. Furunkulosis dapat menjadi

kelainan sistemik karena faktor predisposisi antara lain, alcohol, malnutrisi,

diskrasia darah, iatrogenic atau keadaan imunosupresi termasuk AIDS dan

diabetes mellitus.3

2.4 Patogenesis

Kulit memiliki flora normal, salah satunya S.aureus yang merupakan flora

residen pada permukaan kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan dan saluran

hidung. Predileksi terbesar penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau

paha. Bakteri tersebut masuk melalui luka, goresan, robekan dan iritasi pada kulit.

Selanjutnya, bakteri tersebut berkolonisasi di jaringan kulit. Respon primer host

terhadap infeksi S.aureus adalah pengerahan sel PMN ke tempat masuk kuman

tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ke tempat infeksi

oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokin

TNF (tumor necrosis factor) dan interleukin (IL) 1 dan 6 yang dikeluarkan oleh

sel endotel dan makrofag yang teraktivasi. Hal tersebut menimbulkan inflamasi

dan pada akhirnya membentuk pus yang terdiri dari sel darah putih, bakteri dan

sel kulit yang mati.3 Didapatkan keluhan utama dan keluhan tambahan pada

perjalanan dari penyakit furunkel. Lesi mula-mula berupa infiltrat kecil, dalam

waktu singkat membesar kemudian membentuk nodula eritematosa berbentuk

kerucut. Kemudian pada tempat rambut keluar tampak bintik-bintik putih sebagai

mata bisul. Nodus tadi akan melunak (supurasi) menjadi abses yang akan

3

Page 4: bab 1 dan bab 2

memecah melalui lokus minoris resistensi yaitu di muara folikel, sehingga rambut

menjadi rontok atau terlepas.

Jaringan nekrotik keluar sebagai pus dan terbentuk fistel. Karena adanya

mikrolesi baik karena garukan atau gesekan baju, maka kuman masuk ke dalam

kulit. Beberapa faktor eksogen yang mempengaruhi timbulnya furunkel yaitu,

musim panas (karena produksi keringat berlebih), kebersihan dan hygiene yang

kurang, lingkungan yang kurang bersih. Sedangkan faktor endogen yang

mempengaruhi timbulnya furunkel yaitu, diabetes, obesitas, hiperhidrosis, anemia,

dan stres emosional.2

4

Gesekan saat bercukur Gesekan pakaian Goresan, robekan inflamasi kulit keringat berlebihan

penyumbatan folikel

Kebersihan kurang Menurunnya daya tahan tubuh Penggunaan kortikosteroid

supresi sistem imun

Kerusakan folikel rambut

Memudahkan invasi bakteri (infeksi

staphylococcus aureus)

S. aureus menginfeksi folikel rambut

Folikulitis

Bakteri masuk lebih dalam kejaringan folikel rambut dan jaringan kulit disekitarnya (perifolikuler)

Furunkel

Page 5: bab 1 dan bab 2

Gambar. Klasifikasi dari infeksi bakterial pada folikel rambut

bakteri S. Aureus berkolonisasi dijaringan kulit

5

Furunkel berkumpul

Terbentuknya jaringan parut yang lebih dalam

Karbunkel

Page 6: bab 1 dan bab 2

pergerakan sel PMN kedaerah infeksi, untuk melawan infeksi yang terjadi

komponen bakteri seperti, peptidoglikan dan sitokin TNF (tumor necrosis factor)

dan IL-1 dan 6 yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofag yang teraktivasi

Inflamasi

2.5 Gejala Klinis

6

PUS

(terdiri dari sel darah putih, bakteri dan sel kulit yang mati)

Dilepaskan mediator kimiawi

Histamin, bradikinin, asetilkolin, prostaglandin

merangsang saraf perasa nyeri

Nyeri

Histamin

Gatal

Digaruk

Kerusakan integritas kulit

Page 7: bab 1 dan bab 2

Mula-mula nodul kecil yang mengalami keradangan pada folikel rambut,

kemudian menjadi pustul dan mengalami nekrosis dan menyembuh setelah pus

keluar dengan meninggalkan sikatriks. Awal juga dapat berupa makula

eritematosa lentikular setempat, kemudian menjadi nodula lentikular setempat,

kemudian menjadi nodula lentikuler-numular berbentuk kerucut.4

Nyeri terjadi terutama pada furunkel yang akut, besar, dan lokasinya di

hidung dan lubang telinga luar. Bisa timbul gejala kostitusional yang sedang,

seperti panas badan, malaise, mual. Furunkel dapat timbul di banyak tempat dan

dapat sering kambuh. Predileksi dari furunkel yaitu pada muka, leher, lengan,

pergelangan tangan, jari-jari tangan, pantat, dan daerah anogenital.7,8

2.6 Diagnosa

Diagnosa dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan klinis,

pemeriksaan bakteriologi dari sekret.2

a. Anamnesa

Penderita datang dengan keluhan terdapat nodul yang nyeri. Ukuran nodul

tersebut meningkat dalam beberapa hari. Beberapa pasien mengeluh demam dan

malaise.4

b. Pemeriksaan Fisik

Terdapat nodul berwarna merah, hangat dan berisi pus. Supurasi terjadi

setelah kira-kira 5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui saluran keluar tunggal

(single follicular orifices). Furunkel yang pecah dan kering kemudian membentuk

lubang yang kuning keabuan ireguler pada bagian tengah dan sembuh perlahan

dengan granulasi.8

c. Pemeriksaan Penunjang

Furunkel biasanya menunjukkan leukositosis. Pemeriksaan histologis dari

furunkel menunjukkan proses inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis dan

lemak subkutan. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang

dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri. Pewarnaan gram

S.aureus akan menunjukkan sekelompok kokus berwarna ungu (gram positif)

bergerombol seperti anggur, dan tidak bergerak. Kultur pada medium agar MSA

7

Page 8: bab 1 dan bab 2

(Manitot Salt Agar) selektif untuk S.aureus. Bakteri ini dapat memfermentasikan

manitol sehingga terjadi perubahan medium agar dari warna merah menjadi

kuning. Kultur S. aureus pada agar darah menghasilkan koloni bakteri yang lebar

(6-8 mm), permukaan halus, sedikit cembung, dan warna kuning keemasan. Uji

sensitivitas antibiotik diperlukan untuk penggunaan antibiotik secara tepat.3

2.7 Diagnosa Banding

a. Kista Epidermal

Diagnosa banding yang paling utama dari furunkel adalah kista epidermal

yang mengalami inflamasi. Kista epidermal yang mengalami inflamasi dapat

dengan tiba-tiba menjadi merah, nyeri tekan dan ukurannya bertambah dalam satu

atau beberapa hari sehingga dapat menjadi diagnosa banding furunkel. Diagnosa

banding ini dapat disingkirkan berdasarkan terdapatnya riwayat kista sebelumnya

pada tempat yang sama, terdapatnya orificium kista yang terlihat jelas dan

penekanan lesi tersebut akan mengeluarkan masa seperti keju yang berbau tidak

sedap sedangkan pada furunkel mengeluarkan material purulen.6

b. Hidradenitis Suppurativa

Hidradenitis suppurativa (apokrinitis) sering membuat salah diagnosis

furunkel. Berbeda dengan furunkel, penyakit ini ditandai oleh abses steril dan

sering berulang. Selain itu, daerah predileksinya berbeda dengan furunkel yaitu

pada aksila, lipat paha, pantat atau dibawah payudara. Adanya jaringan parut yang

lama, adanya saluran sinus serta kultur bakteri yang negatif memastikan diagnosis

penyakit ini dan juga membedakannya dengan furunkel. 6

c. Sporotrikosis

Merupakan kelainan jamur sistemik, timbul benjolan-benjolan yang berjejer

sesuai dengan aliran limfe, pada perabaan terasa kenyal dan terdapat nyeri tekan.2

d. Blastomikosis

8

Page 9: bab 1 dan bab 2

Didapatkan benjolan multipel dengan beberapa pustula, daerah sekitarnya

melunak. 2

e. Skrofuloderma

Biasanya berbentuk lonjong, livid, dan ditemukan jembatan-jembatan kulit

(skin bridges). 2

2.8 Penatalaksanaan

Pada furunkel di bibir atas pipi dan karbunkel pada orang tua sebaiknya

dirawat inapkan. Pengobatan topikal, bila lesi masih basah atau kotor dikompres

dengan solusio sodium chloride 0,9%. Bila lesi telah bersih, diberi salep natrium

fusidat atau framycetine sulfat kassa steril. 2,4

Antibiotik sistemik mempercepat resolusi penyembuhan dan wajib

diberikan pada seseorang yang beresiko mengalami bakteremia. Antibiotik

diberikan selama tujuh sampai sepuluh hari. Lebih baiknya, antibiotik diberikan

sesuai dengan hasil kultur bakteri terhadap sensitivitas antibiotik.3

Bila infeksi berasal dari methicillin resistent Streptococcus aureus (MRSA)

dapat diberikan vankomisin sebesar 1 gram tiap 12 jam. Pilihan lain adalah

tetrasiklin, namun obat ini berbahaya untuk anak-anak. Terapi pilihan untuk

golongan penicilinase-resistant penicillin adalah dicloxacilin Pada penderita yang

alergi terhadap penisilin dapat dipilih golongan eritromisin. Pada orang yang

alergi terhadap β-lactam antibiotic dapat diberikan vancomisin. 3

Tindakan insisi dapat dilakukan apabila telah terjadi supurasi. Higiene kulit

harus ditingkatkan. Jika masih berupa infiltrat, pengobatan topikal dapat diberikan

kompres salep iktiol 5% atau salep antibotik. Adanya penyakit yang mendasari

seperti diabetes mellitus, harus dilakukan pengobatan yang tepat dan adekuat

untuk mencegah terjadinya rekurensi.2,4

Terapi antimikrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi

berkurang. Lesi yang didrainase harus ditutupi untuk mencegah autoinokulasi.

Pasien dengan furunkel yang berulang memerlukan evaluasi dan penanganan lebih

komplek.2

9

Page 10: bab 1 dan bab 2

2.9 Pencegahan

Baik bisul furunkel maupun karbunkel bisa dicegah dengan cara menjaga

kebersihan kulit,salah satunya dengan menggunakan sabun anti bakteri. Bayi dan

anak-anak merupakan yang paling sering diserang karena anak-anak biasanya

sering bermain dan sering kotor.

Jika sudah timbul bisul maka jangan dipencet. Ada pemahaman bahwa bisul

ditunggu hingga bernanah lalu dipencet. Padahal tidak begitu pada faktanya. Hal

ini akan memperparah karena menyebabkan kerusakan jaringan lainnya yakni

kulit yang berongga. Penggunaan obat-obatan seperti salap sangat dianjurkan.

Selain itu, bisa disertai dengan konsumsi antibiotic yang diminum. Tetapi

pemberian obat-obatan antibiotic tersebut haruslah disertai dengan resep dokter.

Anda juga sebaiknya mengompresnya dengan air hangat sesegera mungkin.

Cara lain juga bisa dengan merendam bagian tubuh yang timbul bisul dengan air

garam. Hal ini karena air garam memiliki antibiotic yang bisa meredakan bisul

secara tidak langsung. Maka dari itu, tahan diri untuk tidak memencetnya karena

bisa mengakibatkan peradangan. Jangan pula digaruk jika terjadi gatal-gatal.

Cara yang paling penting dan utama adalah dengan menjaga kebersihan

tubuh dan lingkungan. Jika kondisi tubuh bersih maka bisul pun tidak akan

timbul.

2.10 Prognosis

Prognosis baik sepanjang faktor penyebab dapat dihilangkan, dan prognosis

menjadi kurang baik apabila terjadi rekurensi. Umumnya pasien mengalami

resolusi, setelah mendapatkan terapi yang tepat dan adekuat. Beberapa pasien

mengalami komplikasi bakteremia dan bermetastasis ke organ lain. Beberapa

pasien mengalami rekurensi, terutama pada penderita dengan penurunan

kekebalan tubuh.2

DAFTAR PUSTAKA

10

Page 11: bab 1 dan bab 2

1. Djuanda A. Pioderma. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. hal 60.

2. Abdullah, Benny. Furunkulosis. In: Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus

di Rumah Sakit. SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Haji.Surabaya.

2009. hal 113-115.

3. Timothy G. Bacterial Infection. In: Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine. 7th Edition. United States of America: The McGraw-Hill Companies.

2008. pp 1689-1702.

4. Suyoso Sunarso, dkk. Furunkel. In: Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-3. Surabaya: Fakultas Kedokteran Unair.

2005. Hal 29-32.

5. Sterry, Wolfram et al. Bacterial Desease. In: Thieme Clinical Companions

Dermatology. 5th edition. New York: Georg Thieme Veriag. 2006. pp 73-75.

6. http://www.dermis.net/dermisroot/en/26832/image.htm diakses pada tanggal 12

Mei 2012.

7. Murtiastutik Dwi (editor), dkk. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-2

Cetakan kedua. Surabaya: Dep/SMF Kulit dan Kelamin FK UNAIR/RSUD

dr.Soetomo. 2010. Hal 30-32.

8. Cohen P.R et al. Bacterial Infection. In: Harry L.A et al, editor . Andrews

Disease of The Skin: Clinical Dermatology. 10th edition. Philadelphia: W.B.

Saunders Company. 2006. pp 253-254

9. Ray J. Bacterial Infection. In: ABC of Dermatology. Fourth Edition. London:

BMJ Publishing Group Ltd. 2003. pp 90.

11