bab 1

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam al-Qur’an terdapat ayat yang Qathi’ (pasti, yang tidak mungkin lagi dimasuki oleh daya nalar manusia, seperti kewajiban melakukan shalat, wajib puasa, zakat dan haji. Kemudian ada lagi ayat-ayat yang zhanni (dugaan,memungkinkan beberapa pengertian dan penafsiran). Dari ayat-ayat yang bersifat zhanni ini timbul berbagai macam pendapat dan aliran dalam Islam. 1 Dari interpretasi yang berbeda terhadap ayat-ayat yang zhanni, kemudian muncul berbagai macam aliran pemikiran Islam. Ini bermula ketika Nabi Muhammad SAW wafat. Di zaman Nabi pemetaan pemikiran belum terjadi karena Nabi menjadi sumber rujukan tunggal dalam memahami ayat-ayat tersebut. Sekarang kita kenal berbagai macam pemikiran atau aliran- aliran pemikiran dalam Islam. Hal tersebut sedikit menjelimet dan membuat kaum muslimin sedikit bingung dalam pmenyaksikan realitas yang ada. Terlebih dalam persoalan siapa yang benar dan siapa yang salah? Maka dari itu, siapa yang akan diikuti menjadi persoalan yang lebih rumit lagi. Aliaran –aliran dalam Islam secara garis besarnya adalah tasawuf, politik, hukum, filsafat dan teologi. Masing-masing dari pembagian aliran-aliran yang telah kami sebutkan di atas. Mereka terbagi-terbagi lagi menjadi beberapa bagian. Namun hal yang terpenting yang harus digaris bawahi sumber mereka satu yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Sedang realitas yang ada meman benar adanya bahwa Allah SWT menurunkan ayat yang sifatnya zhanni lebih banyak daripada ayat yang sifatnya Qhat’i. Agar daya nalar yang dimiliki oleh manusia berkembang. Dan kami di sini ingin mengatakan perbedaan tersebut janganlah dianggap sebagai sebuah masalah, terlebih mengatakan hal itu adalah ‘aib. Tidak perlu bingung, dan menjadikannya sebagai beban yang memberatkan kehidupan kita. Yang terpenting mengikuti ajaran yang telah diyakini dengan sebaik mungkin. Dengan landasan fitrah yang menjadi neraca. 1.2.Rumusan Masalah 1 M. Ali Hasan. Studi Islam. (Jakarta, Rajagrafindo Persada : 2000). Hal. 146

Upload: iqbal-libertymodern-fransisco

Post on 27-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tauhidddd

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang MasalahDi dalam al-Qur’an terdapat ayat yang Qathi’ (pasti, yang tidak mungkin lagi dimasuki oleh daya nalar manusia, seperti kewajiban melakukan shalat, wajib puasa, zakat dan haji. Kemudian ada lagi ayat-ayat yang zhanni (dugaan,memungkinkan beberapa pengertian dan penafsiran). Dari ayat-ayat yang bersifat zhanni ini timbul berbagai macam pendapat dan aliran dalam Islam.1

Dari interpretasi yang berbeda terhadap ayat-ayat yang zhanni,  kemudian muncul berbagai macam aliran pemikiran Islam. Ini bermula ketika Nabi Muhammad SAW wafat. Di zaman Nabi pemetaan pemikiran belum terjadi karena Nabi menjadi sumber rujukan tunggal dalam memahami ayat-ayat tersebut.Sekarang kita kenal berbagai macam pemikiran atau aliran-aliran pemikiran dalam Islam.  Hal tersebut sedikit menjelimet dan membuat kaum muslimin sedikit bingung dalam pmenyaksikan realitas yang ada. Terlebih dalam persoalan siapa yang benar dan siapa yang salah? Maka dari itu, siapa yang akan diikuti menjadi persoalan yang lebih rumit lagi.

Aliaran –aliran dalam Islam secara garis besarnya adalah tasawuf, politik, hukum, filsafat dan teologi. Masing-masing dari pembagian aliran-aliran yang telah kami sebutkan di atas. Mereka terbagi-terbagi lagi menjadi beberapa bagian.

Namun hal yang terpenting yang harus digaris bawahi sumber mereka satu yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Sedang realitas yang ada meman benar adanya bahwa Allah SWT menurunkan ayat yang sifatnya zhanni lebih banyak daripada ayat yang sifatnya Qhat’i. Agar daya nalar yang dimiliki oleh manusia berkembang.

Dan kami di sini ingin mengatakan perbedaan tersebut janganlah dianggap sebagai sebuah masalah, terlebih mengatakan hal itu adalah ‘aib. Tidak perlu bingung, dan menjadikannya sebagai beban yang memberatkan kehidupan kita. Yang terpenting mengikuti ajaran yang telah diyakini dengan sebaik mungkin. Dengan landasan fitrah yang menjadi neraca.

 1.2.Rumusan MasalahSehubungan latar belakang masalah telah kami uraikan di atas, maka ada beberapa masalah yang akan kami rumuskan. Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sebutkan dan jelaskan aliran-aliran pemikiran dalam Islam?

2. Pokok permasalahan yang menjadi perdebatan utama umat Islam itu dalam bidang apa?

3. Jelaskan eksistensi aliran-aliran pemikiran dalam Islam terhadap masyarakat?

1.3.HipotesisPersoalan ke-Islaman adalah hal yang sangat menarik untuk dikaji. Tentunya hal ini tidak dimiliki oleh agama-agama sebelumnya. Berangkat dari Latar Belakang dan Rumusan Masalah, kami mencoba membuat sebuah kesimpulan sementara.

Adanya persoalan tersebut adalah sebuah rahmatan lil’alamin. Perbedaan kemudian muncul karena satu faktor penyebab yaitu interpretasi yang berbeda. Terkadang yang memandang

1 M. Ali Hasan. Studi Islam. (Jakarta, Rajagrafindo Persada : 2000). Hal. 146

Page 2: BAB 1

sebuah kemaslahatan dari kiri dan ada juga yang memandangnya dari sebelah kanan. Atau segi kedalaman yang dliahatnya dalam sebuah kemaslahatan. Tentunya objek mereka sama bahakan sumber dalil yang mereka pegangi sama.Saling menyalahkan, bukan sebuah disiplin ke-Ilmuan yang baik. Yang terpenting adalah solidaritas dan pemahaman tentang permasalahan dengan mendalam. Sehingga hasil yang mereka timbulkan tidak memunculkan perdebatan yang panjang dan berujung pada persoalan yang meresahkan masyarakat.

Eksistensi dari berbagai aliran yang muncul itu, mempunyai tujuan tersendiri. Namun yang perlu digaris bawahi di sini adalah niat mereka masing-masing. Karena 90% dari golongan itu mempunyai niat baik. Yaitu menginkan umat Islam agar memahami Islam secara mendalam. Walau ada beberapa persen yang tujuan mereka untuk menghancurkan Islam. Namun itu dalam persoalan khusus dan berada dalam komunitas kecil.

1.4.Tujuan PenulisanDengan adanya makalah yang telah kami susun ini bisa menambah khasanah keilmuan kita, khususnya dalam kajian ke-Islaman. Bukan sekadar berislam akan tetapi benar-benar mengerti apa itu Islam. Sehingga masyarakat dapat tercerahkan dengan eksisistensi yang diperkenalkan oleh pemikiran-pemikiran Islam yang mengarah kepada kepada keselamatan dunia dan akhirat.Tujuan yang kami targetkan juga diinginkan masyarakat muslim mengenal pokok permasalahan Islam, sehingga taqliq yang mereka lakukan bukan sekadar berkiblat semata. Tidak berarti segala hal harus dikeritisi dan harus mereka rasionalisasikan. Misalnya pada bidang fiqih, tentunya mereka wajib taqliq. Tidak perlu mempersoalkan kenapa sholat subuh dua rakaat, puasa itu wajib dan lain-lain.Dalam pembahasan lain persoalan  taqliq justru kurang afdal dilakukan. Yaitu pada persoalan tauhid atau ke-Tuhanan. Mereka harus bisa juga menjawab persoalan kenapa harus ber-Tuhan kepada Tuhan Yang Maha Esa.1.4.Manfaat PenulisanSetelah melihat semua kerangka tersebut di atas, maka tibalah saatnya kami membahas manfaat dari makalah yang telah kami susun ini. Adapun manfaat-manfaat yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Mampu memahami ajaran Islam yang sesungguhnya.

2. Mampu mengklarifikasi dan memetakan aliran-aliaran penmikiran dalam Islam.

3. Wilayah taqliq dan wilayah non-taqliq dapat dimengerti.4. Diharapkan masyarakat Muslim bisa bersikap kritis dan analis objektib.

5. Menciptakan masyarakat yang berakhlak muliah.

BAB II

Page 3: BAB 1

ALIRAN-ALIRAN PEMIKIRAN ISLAMA.    TeologiPengertian ilmu Kalam (Teologi Islam)

Menuurut Ibnu Kaldum, sebagaimana dikutip A. Hanafi, ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan=kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunnah.

Setelah itu pula yang mengatakan bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan dengan bukti-bukti yang meyakinkan. Di dalam Ilmu ini dibahas tentang cara ma’rifat (mengetahui secara mendalam) tentang sifat-sifat Allah dan para Rasul-Nya dengan menggunakan dalil-dalil yang pasti guna mencapai kebahagian hidup abadi. Ilmu ini termasuk induk ilmu agama dan paling utama bahkan paling mulia, karena berkaitan dengan zat Allah, zat para Rasul-Nya.2

Sejarah Munculnya Teologi

Di masa Nabi Muhammad umat Islam belum mengenal namanya teologi. Karena sumber  penyelesaian segala permasalahan masa di tangan Nabi. Setelah wafatnya Nabi barulah mulai muncul sedikit permasalahan yang penyelesaiannya agak rumit. Persoalan pertama itu adalah masalah siapa yang akan menggantingan Nabi. Namun persoalan ini masi bisa diselesaikan, terpilihnya Abu Bakar menjadi khalifah. Hingga di zaman Umar bin Khattab persoalan teologi belum muncul.

Persoalan yang benar-benar merisaukan umat Islam setelah wafatnya khalifah yang ke-3 Utsman bin Affan. Kemudian dilanjutkan oleh Ali bin Abi Thalib. Di mana pemerintahan di kala itu sangat kacau balau. Bahkan terjadi di antara umat Islam itu sendiri. Yaitu perang jamal, Aisya binti Abu Bakar dengan Ali bin Abi Thalib. Namun perang ini dapat diselesaikan oleh khalifah. Peran selanjutnya dikenal dengan nama perang shiffin terjadi pada abad ke-7 M, anatara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sofyan.

Di sinilah awal perpecahan umat Islam yang benar-benar tampak. Di saat pasukan Muawiyah yang dipimpin oleh Amr bin Ash nyaris mengalami kekalahan, kemudian Amr mengangkat al-Qur’an sebagai isyarat perdamaian. Usulan ini kemudian diterima. Sehingga diadakan perundingan. Hasilnya Ali diturunkan dari jabatannya dan Muawiyah diangkat menjadi Khalifah.

Dari kelompok Ali tidak sepenuhnya mengikuti keputusan sang khalifah, ada yang sepakat kemudian disebut syi’ah dan yang tidak sepakat disebut khawarij.

Khawarij, dianggap sebagai kelompok politik pertama yang kemudian memunculkan persoalan teologi yakni tuduhan siapa yang kafir di kalangan kaum muslimin. Mereka memandang bahwa orang yang berdosa besar telah berubah menjadi kafir. Orang-orang yang terlibat dan menyetujui perundingan pascaperang shiffin adalah orang-orang berdosa besar.3 Kelompok inilah yang paling ekstrim, mereka menganggap hanya dirinyalah yang benar. Sehingga Ali dan Muawiyah harus dibunuh. Dan hal itu terwujud pada Ali, namun Muawiyah tidak berhasil.

2 Abuddin Nata. Metodologi Studi Islam. (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada : 2004). Hal.2683 Didin Saefuddin Buchori. Metodologi Studi Islam. (Bogor, Granada Sarana Pustaka : 2005). Hal. 78

Page 4: BAB 1

Lebih khususnya mazhab teologi atau ilmu kalam yang pertama dalam Islam adalah Qadhariyah dan Jabariyah. Qadhariyah didirikan oleh Ma’bad bin Khalid al-Juhani (79 H/699 M) dan Jabariyah Jahm bin Shafwan (127 H/745 M).

ALiran-aliran Teologi Islam

1. Khawarij

Golongan yang memisahkan diri kelompok Ali bi Abi Thalib, lebih tepatnya kelompok yang tidak sepakat dengan tahkim yang diusulkan oleh kelompok Muawiyah. Kelomapok ini dipelopori oleh Atab bin A’war dan Urwah bin Jarir.

Kelompok ini mempunyai ajaran yang keras yang menjastifikasi Ali dan Muawiyah sebagai pelaku dosa besar. Sehingga darahnya halal dan wajib untuk diperangi. Atau dengan sebutan ajaran khawarij adalah murtakib al-akbar.

2. Murji’ah

Tindakan pengkafiran terhadap Ali bi Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sofyan, Amr bin Ash, Abu Musa al-Asy’ari yang dilakukan oleh kalangan Khawarij, mengundang sikap kekhawatiran di tengah umat Islam. Khususnya para ulama.

Munculnya Murji’ah itu sangat erat kaitannya dengan khawarij, di mana golongan yang dipimpin oleh Ghilan al-Dimasyai berusaha bersikap netral. Golongan tidak sepaham dengan khwarij yang mengkafirkan para sahabat tersebut.

Pokok ajaran dari golongan ini adalah orang Muslim yang melakukan dosa besar tidak boleh dihukumi dengan hukuman dunia, sehingga masuk surga atau neraka tidak bisa ditentukan, karena diakhiratlah nanti yang menjadi sah. Golongan ini memandang orang yang beriman tidak merusak iman ketika berbuat maksiat. Sama halnya dengan ketaatan bagi orang yang kufur.

Iman diartikan sebagai pengetahuan tentang Allah secara mutlak dan kufur adalah ketidaktahuan tentang Allah secara mutlak. Oleh karena orang Murji’ah menganggap iman itu tidak bertambah dan tidak berkurang.

3. Qadariyah

Aliran yang didirikan oleh Ma’bad al-Juhani berpandangan bahwa manusia diberikan kebebasan dalam menentukan hidupnya, tanpa ada campur tangan Tuhan. Manusia menentukan segala perbuatan yang dia inginkan.

4. Jabariyah

Golongan ini sangat berbeda dengan paham Qahariyah, karena manusia dianggap tidak mempunyai kehendak. Perbuatan manusia sepenuhnya diatur oleh Tuhan. Golongan yang dibawah oleh Jahm bin Safwan ini, bahkan menyalahkan Tuhan atas perbuatan dosa manusia. Di mana hal itu sudah menjadi setingan Tuhan. Manusia tinggal menjalankan scenario yang telah ada tersebut.

5. Mu’tazilah

Page 5: BAB 1

Munculnya golongan ini benar-benar membawa sejarah baru, yang berpegangan kepada konsep rasionalitas. Bahkan dianggap kedudukan akal sebanding dengan wahyu. Pertama kali diperkenalkan oleh Washil bin Atha.

Perinsip-perinsip kalam Mu’tazilah terhimpun dalam apa yang disebut al-ushul al-khamzah atau “pokok-pokok yang lima” yaitu at-tahid, al-manzilah bainal manzilatain, al-wa’d wal wa’id, al-adl, al-amar bil ma’ruf wan nahy anil mungkar.

Atau dapat dirincikan seperti :

1. Keesaan tuhan (al-tauhid )2. Keadilan tuhan (al-adl )3. Janji dan ancaman (al-wa’d wa al-waid )4. Posisi diantara dua tempat ( al-manzilah bain al-manzilatin )5. Amar makruf nahi munkar (al-amr bi al-ma’ruf wa al-nahy’an al-munkar)

6. Asy’ariyah

Kelompok asy’ariyah berhasil mengukuhkan pemahaman mereka melalui pendekatan rasional dan sistematika yang dilakukan oleh mu’tazilah. Namun faham-faham ini kemudian juga mengkritik mu’tazilah sendiri.

Dalam hal sifat Tuhan asy’ari berpendapat bahwa Tuhan mempunya sifat seperti ilm, hayat, sama’, bashith dan qudrat. Sifat-sifat tersebut bukanlahdzat-Nya. Kalaui itu dzat-Nya berarti dzat-Nya adalah pengetahuan, dan Tuhan sendiri adalah pengetahuan. Tuhan bukanlah ilmu melainkan ‘alim (yang mengetahui).4

Tokoh-tokoh aliran asy’ariyah yang terkemuka setelah Abu Hasan adalah al-Baqillani, al-Juwaeni, dan al-Ghazali. Tokoh yang disebut terakhir dapat disebut sebagai tokoh yang berpengaruh besar dalm menybarkan faham asy’ariyah.5

Metode Ilmu Kalam

Dari uaraian pemikiran kalam di atas setidaknya kita dapat menunjukkan bahwa pembicaraan kalam itu biasa menyangkut hal-hal berikut:

Konsep Iman Konsep keesaan Tuhan Konsep kehendak Mutlak Tuhan Konsep Kehendak Bebas Manusia Konsep Keadilan Tuhan Konsep Kasb Manusia Konsep Meliahat Tuhan di Akhirat Konsep Janji dan Anacaman Tuhan Konsep Urgensi Wahyu Konsep Statu al-Qur’an 6

Persoalan pertama, apakah konsep iman itu dengan ucapan, perbuatan atau ucapan dan perbuatan. Jika hanya sekadar ucapan, maka perbuatan tidak penting, karena tidak mempengaruhi. Sebaliknya dengan perbuatan dan ucapan tidak penting. Akan tetapi dengan

4 Didin Saefuddin Buchori Ibid. Hal 825 Didin Saefuddin Buchori Ibid. Hal 846 Didin Saefuddin Buchori Ibid. Hal 84

Page 6: BAB 1

ucapan dan perbuatan, maka ucapan yang harus diikuti oleh perbuatan. Adapun perihal penelitian terhadap metode kalam seseorang, maka hal yang pertama harus dilakukan dan paling menentukan adalah sepuluh konsep tersebut di atas. Yang manakah dianut oleh orang yang akan diteliti.

Abuddin Nata dalam bukunya “Metode Studi Islam”  membagi metode itu menjadi dua, Penelitian Pemula dan Penelitian Lanjutan.

Penelitian PemulaPada tahap ini hanya tataran membangun ilmu kalam menjadi sebuah disiplin ilmu pengetahuan dengan merujuk kepada al-Qur’an dan hadits dan berbagai pendapat aliran teologi.

Sebagai contoh yaitu model al-Ghazali (w.111 M). Imam al-Ghazali yang pernah belajar kepada imam al-haramain sebagaiamana disebutkan di atas, dan dikenal sebagai Hujjatu lislam telah pula menulis buku berjudul al-Iqtisad fi al-I’tiqad dan telah diterbitkan pada tahun 1962 di Mesir. Dalam buku ini di bahas tentang perlunya ilmu sebagai fardhu kifayah, pembahasan tentang zat Allah, tentang qadimnya alam, tentang bahwa penciptaan alam tidak memiliki jisim, karena jisim memerlukan pada materi dan bentuk; dan penetapan tentang kenabian Muhammad SAW.7

Penelitian lanjutanPada tahapan penelitian lanjutan, akan dideskripsikan adanya ilmu kalam. Dengan rujukan pada penelitian tahapan pertama. Para peneliti mencoba deskripsi, analisis, klasisifikasi dan generalisasi.

Sebagai contoh  model Abu Zahrah. Abu Zahrah mencoba melakukan penelitian terhadap berbagai aliran dalam bidang politik dan teologi yang dituangkan dalam karyanya berjudulTarikh al-Mazahib al-Islamiyah fi al-Siyasah wal ‘Aqaid. Pernmasalahannya. Teologi yang diangkat dalam penelitiannya ini sekitar masalah objek-objek yang dijadikan pangkal pertentangan oleh berbagai aliran dalam bidang politik yang berdampak pada masalah teologi. Selanjutnya, dikemukakan pula tentang berabagai aliran mazhab Syi’ah yang mencapai dua belas golongan, diantaranya Al-Sabaiyah, Al-Ghurabiyah, golongan yang keluar dari Syi’ah, Al-Kisaniyah, Al-Zaidiyah, Itsna Asyariyah, Al-Imamiyah, Isma’iliyah. Selanjutnya dikemukakan pula aliran Khawarij dengan berbagai sektenya yang jumlahnya mencapai enam aliran; jabariyah dan Qadariyah, Mu’tazilah, dan Asy’ariyah lengkap dengan berbagai pandangan teologinya8

B.     PolitikDalam domain, sebagaiamana halnya dalam bidang sosial dan ekonomi, ada kerangka kerja dari titik acuan Islam yang ditentukan oleh al-Qur’an dan sunnah yang lebih kurang bersesuaian dengan status hukum dasar-konstitusi (di mana ia membuat formasinya)-viv-a-vis perundang-undangan nasional.9

Oleh karena itu banyak hal yang harus di titik beratkan dalam pembahasan politik. Khususnya pada kajian metodologi. Sorotan harus berfokus pada permasalahan yang semestinya menjadi pembahasan utama. Jangan keluar dari focus pembahasan.  Mengingat khasanah pendidikan keislaman adalah hal yang sangat urgen.

7 Abuddin Nata. Op.Cit. Hal. 2758 Abuddin Nata. Ibid. Hal. 2789 Tariq Ramadan. Menjadi Modern Bersama Islam. (Jakarta, Teraju : 2003). Hal. 98

Page 7: BAB 1

Pengertian Politik

Dalam  kamus umum bahasa Indonesia, karangan W.J.S Poerwadarminta, politik diartikan sebagai pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan, seperti tatacara pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan dan sebagainya; dan dapat pula berarti segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan), siasat dan sebagainya mengenai pemerintahan sesuatu negara atau terhadap sesuatu lain.

Selanjutnya sebagai suatu system politik, politik adalah suatu konsepsi yang berisikan antara antara lain ketentuan-ketentuan tentang siapa sumber kekuasaan negara; siapa pelaksana kekuasaan tersebut; apa dasar dan bagaimana cara untuk menentukan serta kepada siapa kewenangan melaksanaka kekuasaan itu diberikan; kepada siapa pelaksanaan kekuasaan itu bertanggung jawab dan bagaimana bentuk tanggung jawabnya10

Sedangkan dalam Islam politik diwakili oleh kata siyasah dan daulah; dan ini berkaitan dengan politik keadilan dan musyawarah. Walau pada awalnya tidak digunakan untuk masalah politik. Kata siyasah  ini dijumpai pada persoalan hukum, makanya dalam Islam ada istilah fiqh siyasah. Demikian juga kata daulah digunakan pada persoalan penguasaan harta. Misalnya zakat, hak asuh anak dan lain-lain. Namun dalam perkembangannya, kemudian kata siyasah mempunyai makna yang mengatur persoalan pemerintahan atau masalah kenegaraan.

Eksistensi Politik dalam Islam

Minimnya pengetahuan tentang hal tersebut, membuat masyarakat pada umumnya menganggap antara politik dan agama adalah suatu hal yang tidak relasi. Mereka tidak menyadari bahwa Islam bukan hanya sekadar agama, akan tetapi sebuah komunitas. Banyak orang yang beragama Islam, tapi pemahaman yang mereka bawa adalah pemahaman individual.

Persoalan yang pertama muncul dalam Islam adalah persoalan politik. Ketika nabi berada di Madinah kedudukan beliau bukan hanya sebagai pemimpin agama, tetapi juga sebagai kepala pemerintahan. Ini adalah sejarah Islam yang telah terjadi di masa lalu.

Sistem pemerintahan yang dibentuk oleh Nabi inilah berhasil mengharmoniskan masyarakat madinah yang flural. Kita kenal “Piagam Madinah”, sebuah konsep yang dibangun melampaui kemodernan pada zamannya. Sehingga dikenallah orang yang hidup di zaman itu, sebagai Masyarakat Madani.Dan setelah wafatnya Nabi, ini terus berlangsung. Di mana pemerintahan dipengang oleh para khulafu rasyidin secara bergantian. Hingga munculnya teori politik.

Model-model Penelitian Politik

MenurutAlfian, permasalahan politik dapat dikaji melalui berbagai macam pendekatan. Ia dapat dipelajari dari sudut kekuasaan. Struktur politik, partisipasi politik, komunikasi politik, dan juga kebudayaan politik11

Saya akan memperkenalkan metode yang dilakukan oleh M. Syafi’I Ma’arif dan harry J. Benda.

M. Syafi’I Ma’arif

10 Abuddin Nata. Metodologi Studi Islam. (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada : 2004). Hal. 31511 Abuddin Nata.  Ibid. Hal. 324

Page 8: BAB 1

Dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan yang handal dan dengan pendekatan normatif historis tersebut, Syafi’I Ma’arif berhasil mengeksplorasi umat Islam Indonesia pada abad ke-20.

Hasil penelitian tersebut dituangkan dalam lima bab yang saling berhubungan secara organic dan logis. Bab I adalah pendahuluan. Pada bagian ini ia mengemukakan pengertian singkat dan tempat tentang al-Qur’an  dan sunnah Nabi  yang bertalian dengan dengan topic kajiannya. Selanjutnya diikuti dengan Bab II yang mengemukakan secara hati-hati teori-teori politik yang dirumuskan para yuris Muslim abad pertengahan dan sarjana-sarjana serta pemikir Muslim modern. Pada Bab III bertitik berat pada mendekati Islam Indonesia di abad ke-20, yang tidak saja bersifat deskriptif historis, tetapi juga analisis evaluative. Bab ini menurutnya dimaksudkan untuk memberikan suatu latar belakang sejarah yang konprehensif terhadap topic yang dibacakan. Penyajian Islam menurut, lebih diberikan pada penyajian Islam sebagai sutu kekuatan pembebas.

Selanjutnya pada Bab IV, ia menguraikan secara kritis masalah yang sangat krusial, yaitu pengajuan Islam sebagai dasar falsafah negara oleh partai-partai islam dan tantangan kelompok nasionalisme republic Indonesia. Perbenturan ideology antara kedua kekuatan politik itu sangat mewarnai iklim demokrasi Indonesia pada bagian akhir tahun 1950-an, sedangkan dampaknya masih terasa sampai hari ini. Prospek dan kemungkinan-kemungkinan hari depan Islam di Indonesia juga dimaksud dalam Bab IV. Sedangkan Bab V sebagai kesimpulan dari penelitiannya.

Model Harry J. Benda

Harry J. Benda melakukan penelitian politik dengan menggunakan pendekatan historis normatif. Hal ini terbukti dengan adanya judul buku yang diterbitkan dengan judul Bulan Sabit dan Matahari Terbit Islam di Indonesia pada masa pendudukan jepang, diterjemahkan oleh Daniel Dhakidae, sebelumnya judul asli buku tersebut adalah The Crescent and The Rising Sun yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya pada tahun 1980.Penelitian tersebut mengupayakan mengumpulkan informasi setelah terjadinya perang, berusaha mencari catatan kependudukan. Menurutnya pada masa Jepang berbeda dengan masa colonial Belanda. Dan khususnya perkembangan islam di Indonesia selama bertahun-tahun, tidak mendapat perhatian khusus di kalangan penulis.

Page 9: BAB 1

BAB IIIPENUTUP

A.    KesimpulanSejarah merekam bahwa Islam sebagai agama Universal justru mendapat tantangan dari dirinya sendiri (Universalitas). Setiap pemeluk islam jika melihat ke dalam keluasan aspek dan pembahasannya maka meniscayakan beragamnya pendapat dan pandangan , tak ayalnya samudera tak bertepi, islam berusaha untuk selalu “diarungi” sejauh dan sedalam mungkin. Maka dari itu, kita melihat banyaknya kaum muslimin baik perorangan atau kelompok yang senantiasa berusaha sekuat mungkin untuk menemukan hakikat ajarannya yang Universal. Tak heran jika terjadi gesekan pandangan dan perbedaan pendapat yang mengemuka. Namun, bagi kami justru hal ini merupakan anugerah yang memperkaya khazanah keilmuan islam.Perbedaan yang terjadi pada ranah teologi, politik, tasawuf, hukum hingga bangunan filsafat dan yang lainnya memberi warna dan corak tersendiri bagi dinamika peradaban Islam. Dari pemaparan kami di atas, dapat pembaca bayangkan betapa kayanya peradaban yang dibangun oleh Islam dan semua hal itu adalah buah hasil dari pergesekan, perbedaan dan dialektika yang terjadi di sepanjang sejarah islam.

Terlalu naif rasanya jika kami harus menyimpulkan ( menyempitkan ) keluasan khazanah yang dimiliki Islam. Namun, jika diizinkan kami ingin memberi catatan akhir bagi pemaparan pembahasan kami bahwasanya jika kita tarik ke kehidupan beragama kita saat ini, tentu kita seharusnya meneladani semangat yang diwariskan oleh para penyambung keagungan pesan yang terkandung dalam Islam.

B.     SaranSemoga Allah memberikan keberkahan terhadap makalah yang telah kami susun ini.

Tentunya kami juga berharap partisipasi dari para pembaca untuk memberikan keritikan dan saran demi perbaikan karya kami selanjutnya.

Mohon maaf, jika makalah yang singkat ini didapati berbagai kesalahan baik dari segi penulisan, referensi dan lainnya, kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca khususnya dari pihak pengajar (Dosen).