bab 1

15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan psikiatri berat, dengan prevalensi seumur hidup sekitar 1 % populasi dunia. Skizofrenia menunjukkan manifestasi gangguan fungsi berfikir normal. Psikopatologi pada skizofrenia dapat digolongkan kedalam tiga dimensi, yaitu gejala positif, gejala negative, dan disorganisasi. Gejala positif meliputi halusinasi, waham, gaduh gelisah, sikap aneh, dan sikap bermusuhan. Gajala-gejala ini cenderung menyebabkan perawatan dirumah sakit dan mengganggu kehidupan pasien. Gejala negative meliputi afek tumpul atau datar, menarik diri, berkurangnya motifasi, miskin kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, dan apatis. Gejala-gejala disorganisasi meliputi disorganisasi pembicaraan, disorganisasi perilaku, serta gangguan dalam pemusatan perhatian dan pengolahan informasi. Gejala ini dikaitkan dengan hendaya social dan pekerjaan pasien skizofrenia. 1 Beberapa faktor yang diduga berperan dalam etiologi skizofrenia yaitu komplikasi obstetric, faktor prenatal 1

Upload: wisnu-wijayanto

Post on 19-Dec-2015

222 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

skizofrenia

TRANSCRIPT

Page 1: bab 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skizofrenia adalah gangguan psikiatri berat, dengan prevalensi seumur hidup

sekitar 1 % populasi dunia. Skizofrenia menunjukkan manifestasi gangguan fungsi

berfikir normal. Psikopatologi pada skizofrenia dapat digolongkan kedalam tiga

dimensi, yaitu gejala positif, gejala negative, dan disorganisasi. Gejala positif

meliputi halusinasi, waham, gaduh gelisah, sikap aneh, dan sikap bermusuhan.

Gajala-gejala ini cenderung menyebabkan perawatan dirumah sakit dan mengganggu

kehidupan pasien. Gejala negative meliputi afek tumpul atau datar, menarik diri,

berkurangnya motifasi, miskin kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif,

dan apatis. Gejala-gejala disorganisasi meliputi disorganisasi pembicaraan,

disorganisasi perilaku, serta gangguan dalam pemusatan perhatian dan pengolahan

informasi. Gejala ini dikaitkan dengan hendaya social dan pekerjaan pasien

skizofrenia.1

Beberapa faktor yang diduga berperan dalam etiologi skizofrenia yaitu

komplikasi obstetric, faktor prenatal spesifik (influenza, infeksi virus lain, nutrisi,

inkompatibilitas rhesus, dan stres pre natal), status sosioekonomi, usia orang tus saat

melahirkan penderita skizofrenia, penyalahgunaan zat, cedera otak traumatic, infeksi

virus, stres kehidupan.2

Dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ

III), skizofrenia di golongkan menjadi skizofrenia paranoid, skizofrenia hebefrenik,

skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, depresi pasca skizofrenia, skizofrenia

residual, skizofrenia simplek, skizofrenia yang lainnya dan skizofrenia yang tidak

tergolongkan.

1

Page 2: bab 1

B. Tujuan

Mengetahui perbedaan skizofrenia tak terinci dan skizofrenia yang laiinya

C. Manfaat

Sebagai informasi mengenai skizofrenia tak terinci dan skizofrenia yang

lainnya.

2

Page 3: bab 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Epidemiologi

Skizofrenia adalah masalah kesehatan masyarakat diseluruh dunia

yang paling banyak menimbulkan beban personal ekonomi. Skizofrenia

diderita oleh kurang lebih 1 % populasi dunia. Jika spectrum skizofrenia

dimasukkan dalam perkiraan prevalensi, maka jumlah individu penderita

menjadi sekitar 5%.3

b. Etiologi

Belum diketahui penyebab pasti dan proses bagaimana penyebab

tersebut menyebabkan patofisiologi skizofrenia. Masalah konseptual

penting dalam etiologi skizofrenia adalah apakah merupakan gangguan

neurodevelopmental atau neurodegeneratif.4

c. Diagnosis

Subtype DSM IV

DSM IV menggunakan subtipe skizofrenia yang sama dengan yang

digunakan di dalam DSM III R: tipe paranoid, terdisorganisasi (kacau),

katatonik, tidak tergolongkan (undifferentiated), dan tipe residual. Skema

subtipe DSM IV didasarkan terutama pada presentasi klinis. Subtipe DSM

IV tidak berhubungan erat dengan perbedaan prognosis; perbedaan

prognosis tersebut paling baik dilakukan dengan melihat pada predictor

prognosis spesifik.

Tipe paranoid

Ditandai oleh keasikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau

halusinasi dengar yang sering, dan tidak ada perilaku spesifik lain yang

mengarah pada tipe terdisorganisasi atau katatonik. Scara klasik,

3

Page 4: bab 1

skizofrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya waham

persekutorik (waham kejar) atau waham kebesaran. Pasien skizofrenia

paranoid usianya lebih tua daripada pasien skizofrenia terdisorganisasi

atau katatonik jika mengalami periode pertma penyakitnya. Pasien yang

sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan

social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Selain itu,

kekuatan ego pasien paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik

dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenia katatonik menunjukkan regresi

yang lambat dari kemampuan mentalnya, respon emosional, dan

perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenia.

Pasien skizofrenia paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-

hati, dan tak ramah. Mereka juga bersikap bermusuhan atau agresif. Pasien

skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka

sendiri secara adekuat di dalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak

terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak

Tipe Disorganisasi

Tipe disorganisasi yang sebelumnya disebut skizofrenia hebefrenik,

ditandai oleh regresi yang nyata ke perilaku primitif, terdisinhibisi, dan

tidak teratur, dan oleh tidak adanya gejala yang memenuhi kriteria untuk

katatonik. Onset biasa awal, sebelum usia 25 tahun. Pasien

terdisorganisasi biasanya aktif tetapi dengan cara yang tidak bertujuan dan

tidak konstruktif. Gangguan pikiran mereka adalah menonjol, dan

kontaknya dengan kenyataan adalah buruk. Penampilan pribadinya dan

perilaku sosialanya adalah rusak. Respon sosialnya adalah tidak sesuai,

dan merekasering kali meledak tertawanya tanpa alas an. Meringis dan

seringai wajah adah sering ditemukan pada pasien ini, perilaku tersebut

digambarkan perilaku yang kekanak-kanakan atau bodoh.

4

Page 5: bab 1

Tipe Katatonik

Walapun tipe katatonik sering ditemukan dalam bebrapa dekade yang

lalu, sekarang tipe ini jarang ditemukan di Amerika utara dan Eropa. Ciri

kasik dari tipe katatonik adalah gangguan nyata pada fungsi motorik,

yang mungkin berupa stupor, negativism, rigiditas, kegembiraan dan

stupor. Ciri penyerta adalah stereotipik, manerisme, dan flexibilitas lilin

(waxy flexibility). Mutisme sering ditemukan. Selama stupor atau

kegembiraan katatonik, pasien skizofrenia memerlukan pengawasan yang

ketat untuk menghindari perlukaan terhadap dirinya sendiri atau orang

lain. Perawatan medis mungkin diperlukan karena adanya malnutrisi,

kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.

Tipe Tidak Tergolongkan (Undifferentiated type)

Sering kali, pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat mudah

dimasukkan kedalam sub tipe. DSM IV mengklasifikasikan pasien

tersebut sebagai tipe tak tergolongkan.

Subtipe lain

Pembagian subtipe skizofrenia memiliki sejarah yang sangat panjang;

skema pembagian subtype yang lain terdapat dalam literature, khususnya

literature dari Negara selain Amerika Serikat

Bouffee Delirante ( psikosis delusional akut)

Konsep diagnostik prancis ini berbeda dengan diagnostic skizofrenia

terutama dengan dasar durasi gejala kurang dari 3 bulan. Diagnosis ini

sesuai dengan gangguan skizofrenia DSM-IV TR. Klinisi prancis

melaporkan bahwa kurang lebih 40 persen pasien dengan diagnosis

5

Page 6: bab 1

bouffee delirante mengalami progesi penyakit dan akhirnya

diklasifikasikan sebagai skizofrenia

Laten

Konsep skizofrenia laten muncul pada suatu waktuketika para teori

memahami gangguan tersebut dalam terminology diagnostic yang luas.

Saat ini, pasien harus mengalami penyakit mental yang sangat parah untuk

ditegakkan sebagai diagnosis skizofrenia. Sebagai contoh skizofrenia laten

merupakan diagnosis yang sering diberikan kepada pasien dengan yang

kini disebut sebagai gangguan kepribadian schizoid dan skizoatipal.

Pasien tersebut menunjukkan perilaku aneh atau gangguan pikir namun

tidak secara konsisten menunjukkan manifestasi gejala psikotik. Dahulu,

sindrom ini juga diistilahkan sebagai skizofrenia ambang.

Oneiroid

Keadaan oneiroid menunjukkan suatu keadaan menyerupai mimpi

ketika pasien mungkin menjadi sangat binggung dan tidak berorientasi

penuh terhadap waktu dan tempat.istilah skizofrenik oneroid digunakan

untuk pasien yang sangat dirasuki pengalaman halusinasi hingga mencapai

eksklusi keterlibatannya didunia nyata. Bila terjadi suatu keadaan oneroid,

klinis seyogjanya memeriksa pasien secara sesama terhadap kemungkinan

adanya kausa medid atau neurologis dari gejala tersebut.

Parafrenia

Istilah ini kadang-kadang digunakan sebagai sinonim skizofreniaq

paranoid atau perjalanan penyakit yang secara progresif memburuk

maupun adanya system waham yang tersistematik baik. Makna ganda

istilah ini membuatnya menjadi tidak efektif untuk mengkomunikasikan

informasi.

6

Page 7: bab 1

Skizofrenia pseudoneurotik

Ada kalanya, pasien yang mengalami gejala seperti ansietas, fobia,

obsesi, dan kompulsi, dikemudian hari menunjukkan gejala gangguan

piker dan psikosis. Pasien tersebut ditandai dengan gejala gangguan pikir

dan psikosis. Pasien tersebut ditandai dengan gejala panansietas, panfobia,

panambivalensi, dan kadang-kadang seksualitas yang kacau. Tak seperti

orang gangguan ansietas, pasien pseudoneurotik mengalami ansietasyang

mengambang bebas yang jarang menghilang. Dalam deskripsi klinis,

pasien jarang menjadi psikotik secara nyata atau parah. Pasien semacam

ini dalam DSM IV TR kini didiagnosis mengalami gangguan kepribadian

ambang.

Gangguan Deterioratif Simplek (Skizofrenia Simplek)

Gangguan deterioratif simplek ditandai dengan hiking nya hasrat dan

ambisi secara perlahan dan bertahap. Pasien dengan gangguan ini biasanya

tidak menjadi sangat psikotik serta tidak mengalami halusinasi dan waham

persisten. Gejala primernya adalah penarikan diri dari situasi sosial dan

situasi terkait pekerjaan. Sindrom ini harus dibedakan dari depresi, fobis,

demensia, atau eksaserbasi cirri kepribadian. Klinisi sebaiknya

memastikan bahwa pasien benar-benar memenuhi kriteria diagnostik

skizofrenia sebelum menegakkan diagnosis ini. Ganggua deterioratif

simplek tampil sebagai kategori diagnostik pada apendiks DSM IV yang

mengindikasikan perlunya terapi lanjut.

Gangguan Depresi Pascapsikotik pada skizofrenia

Setelah episode skizofrenia akut, beberapa pasien menjadi depresi.

Gejala gangguan depresi pascapsikotik pada skizofrenia dapat sangat

7

Page 8: bab 1

menyerupai gejala skizofrenia fase residual dan efeksamping pengobatan

antipsikotik yang biasa digunakan. Diagnosis ini tidak boleh ditegakkan

bila diinduksi zat atau merupakan bagian gangguan mood akibat kondisi

medis umum. Keadaan depresi ini terjadi pada hingga 25% pasien

skizofrenia dan dikatkan dengan peningkatan resiko bunuh diri.

Skizofrenia Awitan Dini

Minoritas kecil pasien menunjukkan manifestasi skizofrenia pada

masa kanak-kanak. Anak semacam ini awalnya menimbulkan masalah

diagnostik, terutama deferensiasinya dari retardasi mental dan gangguan

autistik. Studi kini menetapkan bahwa diagnosis skizofrenia masa kanak-

kanak dapat didasarkan pada gejala yang sama yang digunakan skizofrenia

dewasa. Awitan biasanya perlahan, perjalanan penyakit cenderung kronik,

dan prognosis sebagian tidak begitu baik.

Skizofrenia awitan lambat.

Skizofrenia awitan lambat secara klinis tidak dapat dibedakan dari

skizofrenia, namun memiliki awitan setelah usia 45 tahun. Kondisi ini

cenderung lebih sering tampak pada wanita dan juga cenderung ditandai

dengan predominasi gejala paranoid. Prognosisnya baik, dan pasien

biasanya berespon baik terhadap pengobatan antipsikotik.

8

Page 9: bab 1

BAB III

KESIMPULAN

9

Page 10: bab 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Kirkpatrick B. & Tek C., 2005. Schizophrenia: Clinical Features and

Psychopatology in Kaplan & sadock (ed) Comprehensive Textbook of

Psychiatry, ighth Edition, Lippincott William & wilkins, New York

2. Brown A.S., Bresnahan M., Susser E. S., 2005. Schizophrenia: Environmental

Epidemiology, in Kaplan & sadock (ed) Comprehensive Textbook of

psychiatry, Eighth Edition, Lippincott William & Wilkins, New York.

3. Buchanan R.W. & Carpenter W.T., 2005 Concept of Schizophrenia, in Kaplan

& sadock (ed) Comprehensive Textbook of psychiatry, Eighth Edition,

Lippincott William & Wilkins, New York.

4. Murray R.M & Bramon E., 2005. Developmental Model of Skizophrenia, in

Kaplan & sadock (ed) Comprehensive Textbook of psychiatry, Eighth

Edition, Lippincott William & Wilkins, New York.

10