bab 1

35
BAB I STATUS PASIEN 1. PASIEN 1. Identitas Pasien a. Nama/Kelamin/Umur : Tn. R. / Laki-laki / 47 tahun b. Pekerjaan/Pendidikan : Swasta (buruh bangunan) / SMA c. Alamat : Rt.33 Talang Bakung 2. Latar belakang sosial ekonomi-demografi-lingkungan keluarga a. Status Perkawinan : Kawin b. Jumlah anak atau saudara : Mempunyai 2 orang anak c. Status ekonomi keluarga : Menengah d. Riwayat KB : - e. Kondisi Rumah : Pasien tinggal dirumah permanen berempat bersama istri dan anaknya. Rumah pasien berisi 1 ruang tamu dan 2 kamar tidur. Dirumah pasien terdapat 5 jendela kaca. Ventilasi dirumah pasien ini termasuk cukup. Jendela rumah jarang dibuka 1

Upload: qyura

Post on 16-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

BAB 1

TRANSCRIPT

BAB ISTATUS PASIEN

1. PASIEN1. Identitas Pasien a. Nama/Kelamin/Umur: Tn. R. / Laki-laki / 47 tahun b. Pekerjaan/Pendidikan: Swasta (buruh bangunan) / SMAc. Alamat: Rt.33 Talang Bakung

2. Latar belakang sosial ekonomi-demografi-lingkungan keluargaa. Status Perkawinan: Kawinb. Jumlah anak atau saudara: Mempunyai 2 orang anakc. Status ekonomi keluarga: Menengah d. Riwayat KB: -e. Kondisi Rumah : Pasien tinggal dirumah permanen berempat bersama istri dan anaknya. Rumah pasien berisi 1 ruang tamu dan 2 kamar tidur. Dirumah pasien terdapat 5 jendela kaca. Ventilasi dirumah pasien ini termasuk cukup. Jendela rumah jarang dibuka karena daerahnya sepi dan rumah sering ditinggal. Selain itu, juga terdapat dapur, dapur dirumah pasien tertata dengan cukup rapi. Selanjutnya, rumah os juga memiliki kamar mandi. Kamar mandi os cukup bersih. Dirumah pasien sumber air bersih berasal dari PDAM sedangkan sumber penerangan berasal dari PLN. Lingkungan rumah os cukup baik.

f. Kondisi Lingkungan keluarga: Pasien dirumah tinggal berempat bersama istri dan anaknya. Sebelum sakit, pasien punya kebiasaan yang kurang baik, yaitu kurang suka makan sayur dan suka mengedan ketika BAB.g. Aspek psikologis di keluarga: Hubungan dengan istri dan anak baik

3. Riwayat penyakit dahulu atau keluarga: a. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat hipertensi (-) Riwayat penyakit DM (-) Riwayat penyakit yang sama sebelumnya (-) b. Riwayat penyakit Keluarga: Riwayat penyakit yang sama (-)

4. Riwayat penyakit sekaranga. AnamnesisKeluhan utama : Os mengeluh terdapat benjolan yang keluar dari dubur sejak 3 hari SMPKM (Sebelum Masuk Puskesmas).Riwayat Perjalanan Penyakit : 3 hari SMPKM (Sebelum Masuk Puskesmas), Os mengeluh terdapat benjolan yang keluar dari dubur. Benjolan dirasakan ketika pasien BAB keras, pasien mengatakan keluar darah (+) setelah BAB, Darah berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan kotoran, Nyeri (+), Demam (-). Benjolan tersebut cuma bisa dimasukan kembali dengan bantuan dorongan jari. Gatal pada daerah anus (-). BAK lancar. Os juga mengatakan jarang mengkonsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan buah buahan. Kesehariannya os sering mengkonsumsi makanan pedas, dan minum lebih dari 8 gelas perhari terutama jika bekerja dan pada saat buang air besar suka mengejan keras sampai berkeringat.5. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : BaikKesadaran : Compos mentisTanda vital : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 83x/I, RR 20 x/I, T:36,5CKepala : NormocephalMata : CA (-/-), SI (-/-) pupil isokor (+/+), reflek cahaya (+/+)Telinga : Tidak nyeri dan tidak bengkakHidung : Simetris, lendir (-/-)Mulut : Bibir kering(-), sianosis (-)Tenggorok : T1-T1, Hiperemis (-), faring hiperemis (-) Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

Thorak Pulmo Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, retraksi (-)Palpasi : Stem fremitus sama antara kiri dan kananPerkusi : SonorAuskultasi : vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-

Cor Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihatPalpasi : Ictus cordis terabaPerkusi : Batas jantung dalam batas normalAuskultasi : BJ I/II Reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Inspeksi : Datar, sikatriks (-).Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)Perkusi : TimpaniAuskultasi : Bising usus (+) normalAnus : Rectal toucher teraba benjolan diameter 2 cm, permukaan licin, darah (-), nyeri (-), ampulla recti kolaps (-). Ektremitas : Akral hangat, edema (-)

6. Laboratorium dan usulan pemeriksaanHasil Pemeriksaan:Tidak ada hasil

Usulan Pemeriksaan : Darah Rutin

7. Diagnosis KerjaHemoroid grade III

8. Manajemen a. Promotif Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini sulit sembuh dengan hanya pengobatan konservatif. Menjelaskan komplikasi terburuk dari penyakit ini bila tidak dilakukan pengobatan secara cepat, tepat, dan adekuat. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara menjaga kualitas dan kuantitas makanan agar tetap sesuai dengan angka kecukupan gizi. Segera membawa ke tempat pelayanan kesehatan jika sakit berulang.

b. Preventif : Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram sehari). Makan makanan yang mengandung serat seperti buah dan sayur. Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari). Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses. Menghindari makanan terlalu pedas. Menghindari pekerjaan berat

c. Kuratif : Non Medikamentosa Tirah baring untuk membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan. Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan rutin dua kali sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1 2 minggu, karena air hangat dapat merelaksasi sfingter dan spasme. Makan makanan yang berserat (25-30 gram sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi. Mengkonsumsi cairan (6-8 gelas sehari) Medikamentosa Paracetamol tab 500 mg 3 x 1 Amoksisilin tab 500 mg 3 x 1 Antihemoroid suppositoria 1 x 1 malam hari

d. Rehabilitatif Pasien disarankan untuk berobat ke RS yang ada dokter spesialis penyakit dalam / bedah untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Menyarankan kepada pasien untuk menghindari faktor-faktor penyebab bertambah parahnya penyakit ini.

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBIPUSKESMAS TALANG BAKUNGDokter : dr. Wahyuni UtamiSIP : G1A213033

Jambi, Mei 2015R /

Pro : UmurAlamat :

Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hemoroid1,2,3Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari pleksus hemorrhoidalis yang tidak merupakan keadaan patologik. Jika pelebaran vena terletak dibawah atau di luar linea dentate berada di bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna.Sedangkan di atas atau di dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna.

2.2 Etiologi1,2,3,4,5Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus. Faktor risiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi.

2.3 Patogenesis1,4Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran darah vena balik terus terganggu makan dapat menimbulkan pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter anal membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien merasa nyeri dan faeces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh sfingter anal.Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan vena sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal.Arteriola regio anorektal menyalurkan darah dan peningkatan tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena anorektal.Dengan berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra abdominal dan aliran darah dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari otot halus yang mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh darah hemoroidalis.Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, ini biasanya sering menyebabkan pendarahan dalam faeces, jumlah darah yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu yang lama bisa menyebabkan anemia defisiensi besi. Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan, jarang menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur.Jika ada darah beku (trombus) dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.Patofisiologi gejala hemoroid interna dimana hemoroid interna tidak menyebabkan sakit pada kulit, karena berada di atas garis dentate dan tidak diinervasi oleh saraf kulit. Namun, bisa berdarah, prolaps, dan, sebagai akibat dari pengendapan iritasi ke kulit perianal sensitif, menyebabkan gatal-gatal dan iritasi perianal. Hemoroid interna dapat menghasilkan nyeri perianal dan menyebabkan spasme sfingter kompleks sekitar Hemoroid. Hasil tegangan ini menimbulkan ketidaknyamanan sementara hemoroid prolaps.Hemoroid interna juga dapat menyebabkan nyeri akut ketika terjepit.Rasa sakit berkaitan dengan tegangan kompleks sphincter.Jepitandan nekrosis dapat menyebabkan ketidaknyamanan. Ketika terjadi, tegangan sphincter sering menyebabkan trombosis eksternal bersamaan. Trombosis eksternal menyebabkan nyeri kulit akut. Gejala ini disebut sebagai krisis hemoroid akut dan biasanya membutuhkan pengobatan segera.Hemoroid interna yang paling sering menyebabkan perdarahan yang tidak nyeri dengan gerakan usus. Yang meliputi kerusakan epitel oleh gerakan usus yang keras, dan pembuluh darah yang berdarah. Dengan spasme sfingter tekanan elevating kompleks, vena hemoroid internal yang bisa muncrat.Hemoroid intern menghasilkan lendir ke jaringan perianal jika prolaps. Lendir ini dengan isi tinja mikroskopis dapat menyebabkan dermatitis lokal, yang disebut pruritus ani. Patofisiologi gejala hemoroid ekstern yaitu hemoroid eksterna menyebabkan gejala dalam 2 cara. Pertama, trombosis akut yang mendasari vena hemoroid ekstern dapat terjadi. Trombosis akut biasanya berhubungan dengan peristiwa tertentu, seperti kelelahan fisik, tegang dengan sembelit, serangan diare, atau perubahan dalam diet. Ini adalah akut, peristiwa yang menyakitkan.Hasil nyeri dari distensi kulit yang cepat diinervasi oleh bekuan dan edema sekitarnya. Rasa sakit berlangsung 7-14 hari dan sembuh kembali resolusi trombosis tersebut. Dengan resolusi ini, anoderm membentang tetap sebagai kelebihan kulit atau tag kulit. Trombosis eksternl sesekali mengikis kulit di atasnya dan menyebabkan perdarahan. Kekambuhan terjadi sekitar 40-50% dari waktu, di tempat yang sama (karena vena yang rusak yang mendasari masih ada). Cukup mengeluarkan bekuan darah dan meninggalkan vena melemah di tempat, daripada memotong vena dan mengangkat gumpalan, akan mempengaruhi pasien untuk kambuh.Hemoroid eksterna juga dapat menyebabkan kesulitan kebersihan, dengan kelebihan, kulit yang berlebihan tersisa setelah trombosis akut (tag kulit) yang bertanggung jawab atas masalah ini. Vena hemoroid eksterna ditemukan di bawah kulit perianal jelas tidak dapat menyebabkan masalah kesehatan, namun, kelebihan kulit di daerah perianal mekanis dapat mengganggu pembersihan.

2.4 Klasifikasi dan Derajat1,2,3Hemoroid dibedakan antara yang interna dan yang eksterna.Hemoroid interna adalah pleksus v. hemoroidalis superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan-depan, kanan-belakang dan kiri-lateral. Hemoroid yang kecil terletak diantara ketiga letak primer tersebut.Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan anus.Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke v. hemoroidalis superior dan selanjutnya ke v. porta.Pleksus hemoroidalis eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke v. iliaka.

Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas:1. Derajat I: Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal anus. Dapat terjadi perdarahan merah segar tanpa nyeri saat defekasi. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.2. Derajat II: Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus scara spontan.3. Derajat III: Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari.4. Derajat IV: Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami thrombosis dan infark.

Hemoroid intern

DerajatBerdarahMenonjolReposisi

I(+)(-)(-)

II(+)(+)Spontan

III(+)(+)Manual

IV(+)tetapTidak dapat

Gambar 3: Derajat hemoroid interna

2.5 Gambaran Klinis1,2Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada hubungannya dengan gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami thrombosis.Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam. Perdarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan darah arteriKadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar menimbulkan prolaps. Pada tahap awalnya penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi. Pada stadium lebih lanjut hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam anus. Akhirnya, hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak dapat didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan merupakan cirri hemoroid yang mengalami prolaps menetap.Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan edema dan radang.

2.6 Pemeriksaan2Apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagian yang menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita diminta mengedan.Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid intern tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri.Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.Penilaian dengan anoskop diperlukan untuk melihat hemoroid intrn yang tidak menonjol keluar.Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid intern terlihat sebagai struktur vaskular yang menonjol ke dalam lumen. Apabila diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

2.7 Diagnosis1,2,3Diagnosis hemoroid ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan klinis dari hemoroid berdasarkan klasifikasi hemoroid (derajat I sampai dengan derajat IV) dan pemeriksaan anoskopi/kolonoskopi. Karena hemoroid dapat disebabkan adanya tumor di dalam abdomen atau usus proksimal, agar lebih teliti sebaiknya selain memastikan diagnosis hemoroid, dipastikan juga apakah di usus halus atau dikolon ada kelainan misal tumor, atau colitis.Untuk memastikan kelainan di usus halus diperlukan pemeriksaan rotgen usus halus atau enteroskopi. Sedangkan untuk memastikan kelainan di kolon diperlukan pemeriksaan rotgen barium enema atau kolonoskopi total.

Diagnosis Hemoroid

Darah di anus Prolaps Perasaan tak nyaman di anus (pruritus anus) Pengeluaran lendir Anemia sekunder Tampak kelainan khas pada inspeksi Gambaran khas pada anoskopi/rektoskopi

2.8 Penatalaksanaan1,2,3,5,6Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan bedah. Penatalaksanaan medis terdiri dari nonfarmakologis, farmakologis, tindakan minimal invasive.a. Penatalaksaan medis nonfarmakologis: Penatalaksanaan nonfarmakologi bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara memperbaiki defekasi.b. Penatalaksanaan medis farmakologis: Penatalaksanaan ini bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan dan gejala.c. Tindakan medis minimal invasive: Tindakan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dengan tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasive antara lain skleroterapi hemoroid atau ligasi hemoroid atau terapi laser.d. Tindakan bedah: Tindakan ini terdiri dari dua tahap yaitu pertama yang bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dan kedua untuk mengangkat jaringan yang sudah lanjut.Penatalaksanaan medis hemoroid ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai dengan III atau semua derajat hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau pasien menolak operasi.Sedangkan penatalaksanaan bedah ditujukan untuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna, atau semua derajat hemoroid yang tidak respon terhadap pengobatan medis.

Penatalaksanaan Medis non farmakologisPenatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaiki pola/cara defekasi merupakan pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat hemoroid. Perbaikan defekasi disebut bowel magement program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelican feses dan perubahan perilaku buang air.Untuk memperbaiki defekasi dianjurkan menggunakan posisi jongkok (squatting) sewaktu defekasi. Pada posisi jongkok ternyata sudut anorektal pada orang menjadi lurus ke bawah sehingga hanya diperlukan usaha yang lebih ringan untuk mendorong tinja ke bawah atau keluar rectum. Mengedan dan konstipasi akan meningkatkan tekanan vena hemoroid, dan akan memperparah timbulnya hemoroid, dengan posisi jongkok ini tidak diperlukan mengedan lebih banyak. Bersamaan dengan program BMP diatas, biasanya juga dilakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan perendaman ini maka eksudat yang lengket atau sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat atau sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan. Pasien diusahakan tidak banyak duduk atau tidur, banyak bergerak dan banyak jalan. Dengan banyak bergerak pola defekasi menjadi membaik. Pasien dianjurkan banyak minum 30-40 ml/KgBB/hari untuk melembekkan tinja. Pasien harus banyak makan serat antara lain buah-buahan, sayur-sayuran, cereal, dan suplementasi serat komersial bila kurang serat dalam makanannya.

Penatalaksanaan medis farmakologis1. Obat memperbaiki defekasi: ada dua obat yang diikutkan dalam BMP yaitu suplemen serat fiber (fiber supplement) dan pelican tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang banyak dipakai antara lain vegeta, mulax, Metamucil. Dalam saluran cerna obat ini bekerja membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik. Efek samping yaitu kentut, kembung, konstipasi, alergi. Obat kedua laksan atau pencahar yaitu laksadin, dulcolak, mikrolak, merangsang sekresi mukosa usus halus dan meningkatkan penetrasi cairan dalam tinja.

2. Obat simtomatik: pengobatan bertujuan menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau karena kerusakan kulit di daerah anus. Obat pengurang keluhan seringkali dicampur pelumas (lubricant), vasokontriktor, dan antiseptic lemah. Contoh antara lain anusol, boraginol N/S, dan faktu. Sediaan berbentuk suppositoria untuk hemoroid interna, sedangkan sedian ointment/krem untuk hemoroid eksterna.

3. Obat menghentikan perdarahan: luka disebabkan oleh pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Yang digunakan untuk pengobatan hemoroid yaitu diosmin (90%) dan heperidin (10%) dengan nama dagang radium atau daflon.Penatalaksanaan minimal invasive1. Skleroterapi Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke dalam submukosa di dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid intern dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anuskop. Apabila penyuntikan dilakukan di tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, pristatitis akut jika masuk ke dalam prostat, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikkan. Terapi suntikan bahan sklerotik bersama nasehat tentang bahan makanan merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid intern derajat I dan II.

Gambar 4: Skleroterapi2. Ligasi dengan gelang karetDilakukan pada hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps. Dengan bantuan anuskop mukosa diatas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke dalam tabung ligator khusus. Gelang karet di dorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa bersama gelang karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut. Penyulit adalah timbulnya nyeri karena terkena garis mukokutan dan infeksi.

Gambar 5: Ligasi dengan gelang karet

3. Bedah bekuHemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang rendah sekali. Bedah beku atau bedah krio ini tidak dapat dipakai secara luas oleh karena mukosa yang sklerotik sukar ditentukan luasnya. Bedah krio ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rectum yang inoperable.

Gambar 6: Bedah beku4. HemoroidektomiTerapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Pasien hemoroid derajat IV yang mengalami thrombosis dan kesakitan hebat. Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi yang dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sphincter ani.

Gambar 7: Hemoroidektomi

5. Tindak bedah lainDilatasi anus yang dilakukan dalam anestesi dimaksudkan untuk memutuskan jaringan ikat yang diduga menyebabkan obstruksi jalan keluar anus atau spasme yang merupakan faktor penting dalam pembentukan hemoroid. Metode dilatasi menurut Lord ini kadang disertai dengan penyulit inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.

2.9 Diagnosis Banding1Perdarahan rectum yang merupakan manifestasi hemoroid intern juga terjadi pada karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, colitis ulserosa, dan penyakit lain yang tidak begitu sering terdapat di kolorektum. Prolaps rektum juga harus dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid intern.Kondiloma perianal dan tumor anorektum lainnya biasanya tidak sulit dibedakan dari hemoroid yang mengalami prolaps.Lipatan kulit luar yang lunak sebagai akibat dari thrombosis hemoroid ekstern sebelumnya juga mudah dikenali. Adanya lipatan kulit sentinel pada garis tengah dorsal, yang disebut umbai kulit, dapat menunjukkan adanya fisura anus.

2.10 Komplikasi1,6Hemoroid intern yang mengalami prolaps akan menjadi ireponibel, sehingga tidak dapat terpulihkan oleh karena kongesti yang mengakibatkan udem dan thrombosis. Keadaan yang agak jarang ini akan dapat berlanjut menjadi thrombosis melingkar pada hemoroid intern dan hemoroid ekstern secara bersamaan. Keadaan ini akan mengakibatkan nyeri hebat dan dapat berlanjut menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit yang menutupinya. Emboli septic dapat terjadi melalui system portal dan dapat menyebabkan abses hati.Anemia dapat terjadi karena perdarahan yang ringan dan lama. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah akan sangat banyak.

2.11 Prognosis4Kebanyakan hemoroid sembuh secara spontan atau dengan terapi medis konservatif saja. Namun, komplikasi dapat mencakup trombosis, infeksi sekunder, abses, dan inkontinensia. Tingkat kekambuhan dengan teknik non-bedah adalah 10-50% selama periode 5 tahun, sedangkan untuk hemorrhoidektomi bedah kurang dari 5%. Mengenai komplikasi dari operasi, ahli bedah yang terlatih mengalami komplikasi dalam waktu kurang dari 5% kasus. Komplikasi termasuk stenosis, perdarahan, infeksi, kekambuhan, nonhealing luka, dan pembentukan fistula. Retensi urin secara langsung berkaitan dengan teknik anestesi yang digunakan dan cairan perioperatif diberikan. Membatasi cairan dan penggunaan rutin anestesi lokal dapat mengurangi retensi urin menjadi kurang dari 5%.

BAB IIIANALISIS KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitarTidak ada hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluargaTidak ada hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.Ada hubungan diagnosis dengan kebiasaan pasien yang kurang makan sayur dan kebiasaan mengedan. Hubungan dengan lingkungan sekitar tidak ada.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini. Kurangnya makan serat. Seringnya mengedan. Seringnya mengkonsumsi makanan pedas. Pekerjaan berat (buruh bangunan)

e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutuskan rantai penularan dengan faktor risiko atau etiologi pada pasien ini. Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram sehari). Makan makanan yang mengandung serat seperti buah dan sayur. Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari). Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses. Menghindari makanan terlalu pedas. Menghindari pekerjaan berat

DAFTAR PUSTAKA1. Jong WD, Sjamsuhidayat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005. hal 672-75.2. Simadibrata,M. Hemoroid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009. hal 395-97.3. Maingots, Rodney. Maingots Abdominal Operation. 11 th ed. editor Michael J. Zinner, Stanley W. Ashley. The McGraw-Hill Companies: 2007. P; 676-80.4. Thornton, SC. Editor: John Geibel. HemorrhoidsTreatment & Management. Last update Sep 12, 2012. Available at: URL: http://emedicine.medscape.com. Accesed: June 1, 2013. 5. Thornton, SC. Editor: John Geibel. Hemorrhoids. Last update Oct 31, 2011. Available at: URL: http://emedicine.medscape.com. Accesed: June 1, 20136. Acheson GA, Scholefield JH. Management of Haemorrhoids. BMJ.2008. 336: 380-383.

Lampiran

24