bab 1
DESCRIPTION
mTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang untuk meneliti apa saja yang
terkandung di dalam mikroorganisme. Dalam meneliti mikroorganisme diperlukan
teknik atau cara – cara khusus untuk mempelajarinya serta untuk bekerja pada
skala laboratorium untuk meneliti mikroorganisme baik sifat maupun
karakteristiknya, tentu diperlukan adanya pengenalan alat yang akan digunakan
serta mengetahui cara penggunaan alat – alat yang berhubungan dengan penelitian
unutk memudahkan dalam melakukan penelitian (Dwidjoseputro, 2003).
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian harus dalam keadaan steril atau
bebas dari kuman, bakteri, virus dan jamur. Perlu adanya pengetahuan tentang
cara – cara atau teknik sterilisasi. Hal ini dilakukan karena alat – alat yang
digunakan memiliki teknik sterilisasi yang berbeda (Dwidjoseputro, 2003).
Teknik aseptis memiliki beberapa macam sterilisasi, yaitu sterilisasi mekanik,
sterilisasi fisik dan sterilisasi kimia. Setiap macam tersebut memiliki prinsip kerja
yang berbeda sesuai dengan keadaan media yang akan disterilisasikan. Apabila
dalam melakukan penelitian maupun percobaan tidak dilakukan teknik tersebut
kemungkinan akan terjadi kontaminasi yang menyebabkan hasil penelitian atau
percobaan itu kurang akurat. Oleh karena itu, teknik aseptis sangat penting dalam
kegiatan praktikum ataupun penelitian (Khusnuryani, 2006).
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui jenis
peralatan dan prinsip kerja serta fungsi dari peralatan yang rutin digunakan di
Laboratorium Bioproses. Mengetahui macam- macam media dan cara
pembuatannya. Selanjutnya, mengenal beberapa cara sterilisasi, memperoleh alat
dan media yang steril.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk
yang bersifat mikroskopik yang disebut mikroorganisme atau jasad renik, yaitu
makhluk yang mempunyai ukuran sel sangat kecil dimana setiap selnya hanya
dapat dilihat dengan pertolongan mikroskop. Dalam teknologi pangan,
mikrobiologi merupakan ilmu yang sangat penting, misalnya dalam hubungannya
dengan kerusakan atau kebusukan makanan sehingga dapat diketahui tindakan
pencegahan atau pengawetan yang paling tepat untuk menghindari terjadinya
kerusakan tersebut. Di samping itu, mikrobiologi juga penting dalam fermentasi
makanan, sanitasi, pengawasan mutu pangan, dan sebagainya. Adanya jasad renik
di dalam makanan mungkin tidak diinginkan jika jasad renik tersebut dapat
menyebabkan kerusakan dan kebusukan makanan, atau menyebabkan keracunan
bagi yang mengkonsumsinya. Tetapi dalam fermentasi makanan dan minuman,
pertumbuhan jasad renik justru dirangsang untuk mengubah komponen-komponen
di dalam bahan pangan tersebut menjadi produk-produk yang diinginkan (Atlas,
2010).
Di dalam pekerjaan mikrobiologi seringkali kita tidak terlepas dari alat-
alat yang berada dalam laboratorium. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang
fungsi dan sifat-sifat dari alat yang digunakan. Peralatan yang digunakan pada
laboratorium mikrobiologi hampir sama dengan peralatan-peralatan yang
umumnya digunakan di laboratorium kimia yaitu berupa alat-alat gelas antara
lain : tabung reaksi, cawan petri, pipet ukur dan pipet volumetrik, labu ukur
(tentukur), labu erlenmeyer, gelas piala, pH meter, gelas arloji, termometer, botol
tetes, pembakar spiritus, kaki tiga dengan kawat asbes dan rak tabung.
Di samping peralatan gelas tersebut pada laboratorium mikrobiologi masih
ada sejumlah alat yang khusus antara lain: otoklaf, oven, mikroskop, jarum ose
(inokulasi), jarum preparat, gelas objek, kaca penutup, keranjang kawat untuk
sterilisasi, inkubator untuk membiakkan mikroorganisme dengan suhu yang
2
konstan, spektrofotometer untuk mengukur kepekatan suspensi atau larutan.
Penangas air untuk mencairkan medium, maknetik stirrer untuk mengaduk dan
tabung durham untuk penelitian fermentasi. (Khusnuryani,2006).
2.1 Pengenalan Alat
Di dalam pekerjaan mikrobiologi seringkali kita tidak terlepas dari alat-
alat yang berada dalam laboratorium. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang
fungsi dan sifat-sifat dari alat yang digunakan. Peralatan yang digunakan pada
laboratorium mikrobiologi hampir sama dengan peralatan-peralatan yang
umumnya digunakan di laboratorium kimia yaitu berupa alat-alat gelas antara
lain : tabung reaksi, cawan petri, pipet ukur dan pipet volumetrik, labu ukur
(tentukur), labu erlenmeyer, gelas piala, pH meter, gelas arloji, termometer, botol
tetes, pembakar spiritus, kaki tiga dengan kawat asbes dan rak tabung.
(Purnawijayanti, 2011)
Berdasarkan kegunaannya, alat- alat di laboratorium dapat bagi menjadi :
2.1.1. Alat-alat Sterilisasi
Alat-alat sterilisasi meliputi Outoclaf, Oven, Ozonsterilizer, dan Lampu
Spritus.
Oven
Oven merupakan alat sterilisasi dengan menggunakan udara panas kering,
dimana oven berfungsi mensterilisasi alat-alat gelas yang tidak berskala. Prinsip
dari oven ini sendiri adalah menghancurkan lisis mikroba menggunakan udara
panas kering.
Ozonsterilizer
Ozonsterilizer berfungsi mensterilisasikan alat-alat yang tidak bersekala.
Ozonsterilizer terdiri atas dua bagian, yakni bagian atas dan bagian bawah. Bagian
atas ozonsterilizer mempunyai prinsip kerja membunuh mikroba menggunakan
3
ozon (O3), dimana ozon dapat merusak mekanisme dari mikroba sehingga sel
protein pada mikroba mengalami oksidasi yang mengakibatkan perubahan fungsi
dan kematian pada mikroba, dan ozon (O3) itu sendiri bersifat racun. Bagian
bawah dari ozonsterilizer (elektra) berfungsi mensterilisasikan medium
menggunakan sinar lampu dengan panas tinggi, dimana cara kerjanya hampir
sama dengan oven.
autoclave
autoclave berfungsi mensterilisasikan alat-alat berskala menggunakan uap
air panas. Dimana uap air panas akan merusak protein mikroba hingga mengalami
koogulasi, pada saat itu protein akan mengendap (denaturasi) dan menyebabkan
kematian pada mikroba. Saat penggunaan otoclaf penutupan harus benar-benar
rapat agar uap air yang bertekanan tinggi masuk kedalam atau beruduksi ke alat.
Lampu spritus
Lampu Spiritus merupakan alat yang digunakan untuk pemijaran serta
untuk mensterilisasikan mikroba. Lampu spritus juga mempunyai fungsi lain,
yakni mengamankan praktikan pada saat melakukan penanaman medium.
2.1.2. Alat-alat perhitungan koloni mikroorganisme.
Alat-alat yang tergolong dari alat perhitungan koloni adalah coloni counter
dan cawan petri.
Coloni counter
Coloni counter merupakan alat yang berfungsi sebagai penghitung jumlah
mikroba pada cawan petri menggunakan sinar dan luv. Perhitungan mikroba dapat
dilakukan dengan perbesaran menggunakan luv atau dengan menandai beberapa
koloni yang terdapat pada cawan petri menggunakan bulpoint yang terdapat pada
coloni counter dan juga menggunakan tombol check.
4
• Cawan Petri (Petri Dish)
Cawan petri berfungsi sebagai tempat pertumbuhan mikroba secara kuantitatif
dan sebagai tempat pengujian sampel. Medium dapat dituang ke cawan bagian
bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam
berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat
menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-
kira cukup diisi media sebanyak 10 ml.
2.1.3. Alat lainnya
Alat alat lain yang terdapat di laboratorium antara lain:
Mikroskop
Mikroskop berfungsi sebagai alat bantu untuk melihat mikroorganisme
yang tak dapat dilihat oleh mata. Cara penggunaan mikroskop adalah dengan
membelakangi bagian belakang mikroskop.
Mikroskop yang digunakan antara lain elektron, mikroskop cahaya, dan
mikroskop kemera. Mikroskop cahaya (Monokoler) berfungsi untuk melihat objek
dengan bantuan cahaya. Mikroskop ini digunakan dengan satu mata, sehingga
bayangan yang terlihat hanya memilki panjang dan lebar, dan memberikan
gambaran mengenai tingginya. Prinsip kerja dari mikroskop ini adalah dengan
memantulkan cahaya melalui cermin, lalu diteruskan hingga lensa objektif. Di
lensa objektif bayangan yang dihasilkan adalah maya, terbalik dan diperbesar.
Kemudian bayangan akan diteruskan dan menghasilkan bayangan tegak, nyata
dan diperbesar oleh mata pengamat. Semakin banyak cahaya yang dipantulkan
melalui cermin, maka akan semakin terang pula mikroorganisme yang dilihat.
Mikroskop ini memiliki pembasaran objektif (10x dan 40x) serta pembesaran
okuler (10x). Mikroskop elektron (Biokuler) berfungsi untuk melihat objek
dengan bantuan elektron atau cahaya lampu. terdiri atas empat lensa objektif
dengan empat pembesaran, 10x, 25x, 40x dan 100x. Saat pengunaan
5
menggunakan pembesaran 100x, ditambahkan minyak emersi di atas gelas objek.
Tujuannya adalah untuk mengurangi sudut bias akibat banyaknya cahaya yang
dipantulkan. Tanpa minyak emersi, maka objek yang akan diteliti, tidak akan
terllihat. Mikroskop ini digunakan saat melihat struktur dan melakukan pewarnaan
bakteri.
Mikroskop kamera (Triokuler) berfungsi sebagai pengambil gambar
(objek). Lensa okuler yang terdapat dalam mikroskop ini sejumlah tiga lensa
okuler. Mikroskop ini dapat mengambil gambar dari preparat. Maka dari itu,
mikroskop ini hanya akan digunakan bila ingin mengambil gambar objek yang
akan diamati. Prinsip kerjanya sama seperti mikroskop cahaya, hanya ada sedikit
perbedaan dalam mengoperasikannya.
Centrifuge
Centrifuge merupakan alat yang berfungsi sebagai pemisah zat dalam
cairan yang diduga dapat mengendap dengan cara pemutaran menggunakan
kekuatan rotasi. Dengan pemutaran kecepatan tertentu, zat-zat yang tidak terlarut
akan mengendap. Satuaan yang digunakan pada centrifuge adalah Rpm (Rotation
per meter). Prinsip kerja dari alat ini adalah zat yang akan dipisahkan
dimasukkan kedalam tabung yang terdapat pada centrifuge, kemudian menutup
lubang pada centrifuge agar udar yang masuk tidak mempengaruhi zat yang akan
dipisah. Setelah itu tentukan waktu dan rotasi putaran yang diinginkan, dengan
memutar tombol Timer dan Rotation.
Spektrometri
Spektrometri adalah alat yang berfungsi untuk mengukur kepekatan dalam
larutan menggunakan cahaya. Prinsip kerja alat ini adalah membiaskan cahaya
kedalam kupet yang berisi sampel (zat), sebagian sinar akan ada yang diteruskan
dan sebagian lagi akan diserap. Saat pemasangan kupet ke dalam sepektometri
tidak boleh menggunakan tangan, karena minyak yang terdapat pada tangan akan
menempel pada kupet dan mempengaruhi hasil akhirnya.
6
Pipet volume
Pipet volume adalah alat yang berfungsi sebagai pengambil larutan atau
sampel sesuai dengan jumlah yang kita tentukan. Pipet gondok berfungsi sama
seperti pipet volum, hanya saja pengambilan larutan sudah ditentukan. Cara
sterilisasinya menggunakan otoklaf.
Lumpang dan Alu
Lumpang dan Alu berfungsi sebagai tempat menggerus bahan yang akan
diuji, disterilisasi dengan cara dimasukkan alkohol 70%, lalu dimasukkan api
sampai padam. Objek gelas digunakan dalam meneliti kapang dan cover
glass berfungsi melindungi sampel.
Tabung reaksi
Tabung reaksi berfungsi sebagai tempat untuk melarutkan bahan,
menampung larutan, dan tempat untuk mencampurkan bahan lalu dimasukkan ke
dalam labu Erlenmeyer. Alat ini dapat disterilisasikan dengan dibungkus terlebih
dahulu dengan kertas saring bagian atasnya lalu dibungkus dengan kertas dan
diikat, lalu dimasukkan ke dalam otoklaf.
Tabung Durham
Tabung durham berbentuk mirip dengan tabung reaksi namun
ukurannya lebih kecil dan berfungsi untuk menampung/menjebak gas O2 yang
terbentuk akibat metabolisme pada bakteri yang diujikan. Penempatannya terbalik
dalam tabung reaksi dan harus terendam sempurna dalam media (jangan sampai
ada sisa udara).
Ose
7
Ose berfungsi untuk mengambil dan menggores MO, terdiri dari ose lurus
untuk menanam MO dan ose bulat untuk menggores MO yang biasanya berbentuk
zig-zag.
Paper Disk
Paper Disk merupakan alat yang terbuat dari kertas saring dan dicelupkan ke
dalam cairan antibiotik, disterilisasi dengan oven.
Timbangan Analitik
berfungsi untuk menimbang bahan kimia. Timbangan ini memiliki batas
maksimal penimbangan. Jika melewati batas tersebut, maka ketelitian perhitungan
akan berkurang.
Labu erlenmeyer
Labu erlenmeyer berfungsi sebagai tempat penyimpanan medium,
memanaskan larutan, dan menampung hasil dari penyaringan. Alat ini dapat
disterilisasikan dengan ditutup terlebih dahulu bagian atas dengan kapas, lalu
disterilisasi dengan menggunakan otoklaf.
• Inkubator (Incubator)
Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada
suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur
waktu. Kisaran suhu untuk inkubator produksi Heraeus B5042 misalnya adalah
10-70 °C.
• Gelas ukur (Graduated Cylinder)
Berguna untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu erlenmeyer,
gelas ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya. Pada saat
mengukur volume larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan berdasarkan
meniskus cekung larutan.
Combined Stirrer and hot plate
8
Stirrer digunakan untuk mempersiapkan media untuk media kultur dan
reagen, dan juga ketika membutuhkan memanaskan cairan. Magnetic stirrer dapat
mencapai kecepatan 100-1500 rpm dengan pengontrol kecepatan elektrik.
Magnetic stirrer dapat mengaduk hingga 5 liter cairan. (Cheesbrough, 2005).
Laminar air flow
Laminar air flow tipe horizontal adalah alat untuk menyediakan tempat
steril yang akan digunakan pada pemindahan bahan yang membutuhkan tempat
steril. Prinsip kerja dari laminar air flow ini adalah sterilisasi dengan
menggunakan aliran udara dengan arah horizontal.
Rotary shaker
Rotary shaker adalah alat yang digunakan untuk inkubasi bakteri. Prinsip
kerja rotary shaker adalah menginkubasi dengan menggunakan putaran.
Kulkas
Kulkas berfungsi untuk menyimpan medium atau bakteri.
2.2 pengertian Sterilisasi
Pada pengerjaan mikrobiologi, diperlukan suatu kondisi yang benar-benar
aseptik dimana alat penunjang serta nutrient dan substrat harus benar-benar steril.
Hal ini berarti mikroba kontaminan harus dimatikan. Sterilisasi dilakukan pada
suhu 121 oC selama 30 menit, yaitu agar spora atau mikroba dapat dimatikan.
Spora adalah sel istirahat yang resisitan terhadap panas dan lingkungan yang
berfungsi sebagai tunas untuk berkembang biak selanjutnya. Udara tekan yang
digunakan juga harus dalam kondisi steril. Substrat yang berisi nutrien tidak peka
terhadap suhu, maka sterilisasi media substrat dilakukan pada 138 oC selama 5
menit. Pada substrat yang berisi nutrien tetapi peka terhadap suhu, maka sterilisasi
media substrat dilakukan dengan penyaringan bertekanan melalui saringan
milipore diameter 0,22 µm (indra,2008).
9
Yang dimaksud sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk
mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda.
Ketika untuk pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara
aseptic, sesungguhnya hal itu telah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu
pembakaran. Namun, kebanyakan peralatan dan media yang umum dipakai di
dalam pekerjaan mikrobiologi akan menjadi rusak bila dibakar. Untungnya
tersedia berbagai metode lain yang efektif ( Indra,2008).
Sterilisasi diperlakukan pada :
1. Sterilisasi produk pangan dalam kaleng, botol, dan kemasan lain.
2. Sterilisasi media cair dan nutrien untuk industry bioteknologimisalnya, obat-
obatan dan enzim.
3. Sterilisasi bioreaktor dengan alat pengendali dan pemonitor.
Jenis-jenis sterilisasi berdasarkan cara sterilisasi dapat dibedakan atas:
1. Sterilisasi secara fisik
2. Sterilisasi secara kimia
3. Sterilisasi secara mekanik
4. Sterilisasi secara gas mikroksidal
5. Sterilisasi dengan saringan membrane (suharto : 1995).
Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan
panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan
bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab atau
sterilisasi basah, bila tanpa kelembapan maka disebut sterilisasi panas kering atau
sterilisasi kering. Di pihak lain, sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan gas atau radiasi. Pemilihan metode didasarkan pada sifat bahan
yang disterilkan.( Sari,1993).
10
2.3 Macam-macam sterilisasi
Berikut contoh proses sterilisasi:
a. Sterilisasi basah atau sterilisasi panas lembab
Sterilisasi basah biasanya dilakukan didalam autoklaf atau sterilisator uap
yang mudah diangkat (portable) dengan menggunakan air jenuh bertekanan pada
suhu 121oC selama 15 menit. Maka sterilisasi basah dapat digunakan untuk
mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus uap air (minyak misalnya, tidak
dapat ditembus uap air) dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang
berkisar antara 1100C dan 121oC. Bahan-bahan yang biasa disterilkan dengan cara
ini antara lain medium biakan yang umum, air suling, peralatan laboratorium,
biakkan yang dibuang, medium yang tercemar, dan bahan-bahan dari karet.
( sari,1993)
Ada 4 hal utama yang harus di ingat bila melakukan sterilisasi basah: (1)
sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-betul
dari ruang sterilisator; (2) semua bagian bahan yang disterilkan harus terkenai
uap, karena itu tabung dan labu kosong harus diletakkan dalam posisi tidur agar
udara tidak terperangkap di dasarnya; (3) bahan-bahan yang berpori atau yang
berbentuk cair harus permeabel terhadap uap; (4) suhu sebagaimana yang terukur
oleh termometer harus mencapai 121oC dan dipertahankan setinggi itu selama 15
menit. ( sari,1993)
b. Sterilisasi kering
Sterilisasi kering atau sterilisasi panas kering dapat diterapkan dengan
cara pemanasan langsung sampai merah, melayangkan diatas merah api,
pembakaran dan sterilisasi dengan udara panas (oven). Pemanasan kering sering
digunakan dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium. (Srikandi,1992)
11
Dalam sterilisasi panas kering, bahan yang sering disterilkan dengan cara
ini adalah pipet, tabung reaksi, cawan petri dari kaca, dan barang-barang pecah
belah lainnya. Bahan-bahan yang harus disterilkan harus dilindungi dengan cara
membungkus, menyumbat atau menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk
mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven. ( sari,1993)
Sebelum melakukan sterilisasi udara panas kering ini terlebih dahulu
membungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil setelah itu,
atur pengatur suhu oven menjadi 1600C dan alat disterilkan selama 2 jam.
c. Sterilisasi uap
Uap panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir
atau air mendidih. Metode ini mempunyai keterbatasan penggunaan uap mengalir
dilakukan dengan proses sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan media kultur.
Metode ini jarang memuaskan untuk larutan yang mengandung bahan-bahan
karena spora sering gagal tumbuh dibawah kondisi ini, bentuk vegetatif dari
kebanyakan bakteri yang tidak membentuk spora. Temperatur suhu titik mati
bervariasi, tetapi tidak ada bentuk non spora yang bertahan. Dalam prakteknya, 2
metode uap mengalir digunakan, suatu perpanjangan pemaparan uap selama 20-60
menit akan membunuh semua bentuk vegetatif bakteri tapi tidak akan
menghancurkan spora. Untuk meyakinkan penghancuran spora, sterilisasi berjeda
yang juga disebut sterilisasi bertingkat. Penjedahan dan bertahap adalah tindalisasi
digunakan. Dengan metode ini bahkan dipaparkan pada uap mengalir pada
periode waktu bervariasi dari 20-60 menit setiap hari selama 3 menit. Antara
pemaparan bahan terhadap uap yang disimpan pada suhu kamar atau pada
inkubator pada 37oC. prinsip dari metode ini adalah pada saat waktu pertama kali
pemaparan pada uap membunuh bakteri vegetatif tapi tidak sporanya. Tapi pada
saat bahan disimpan pada inkubator atau pada suhu ruangan selama 24 jam,
banyak spora akan tumbuh ke dalam bentuk vegetatif bentuk spora yang telah
tumbuh ini akan dimatikan pada pemanasan hari ke dua. Kesuksesan dari proses
12
ini tergantung pada spora yang berkembang ke bentuk vegetatif selama masa
istirahat.
d. Penyaringan ( filtrasi )
Penyaringan telah banyak digunakan untuk mensterilkan medium
laboratorium dan larutan yang dapat mengalami kerusakan jika dipanaskan.
Penyaringan dengan ukuran pori-pori 0,45 mikron atau kurang akan
menghilangkan jasad renik yang terdapat didalam larutan tersebut. Penyaringan
yang banyak digunakan terbuat dari gelas sinter, film selulosa (Gelaman,
Millipore) dan asbestos atau penyaring Seitz. Pori-pori dari penyaring tersebut
berkisar antara 0,22 sampai 10 mikron. Pori-pori yang lebih kasar biasanya
digunakan untuk penjernihan sebelum digunakan pori-pori yang lebih halus,
sehingga tidak terjadi penyumbatan. Penyaring yang biasa digunaakan untuk
bakteri tidak dapat menahan atau menyaring virus atau mikoplasma.
(Srikandi,1992)
Beberapa contoh bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini adalah serum,
larutan bikarbonat, enzim, toksin, bakteri, medium sintetik tertentu, dan antibiotik.
( sari,1993)
e. Sterilisasi dengan disenfektan
Desinfektan adalah zat yang dengan membunuh bakteri. Senyawa kimia
yang banyak digunakan sebagai desinfektan antara lain : Larutan AgNO3, CuSO4,
HgCl2, ZnO, dan lain-lain, serta alkohol dan campurannya. Zat-zat yang dapat
membunuh atau menghamabat pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas garam-
garam,logam, fenol, dan senyawa-senyawa lain yang sejenis, formaldehida,
yodium, alkohol, klor, zat warna, detergen, sulfonamida, dan antibiotik.
Umumnya bakteri yang muda kurang daya tahannya terhadap desinfektan
daripada bakteri yang tua, pekat, konsentrasi, lamanya berada dibawah pengaruh
desinfektan, merupakan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan.
13
f. Sterilisasi gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh
mikroorganisme dan sporanya. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan
untuk sterilisasi gas ialah etilena oksida asam perasetat,formaldehida dan
glutaraldehida alkalin. Cara ini diterapakn pada suhu kamar selama 2-18 jam
bergantung pada bahan kimianya.hal yang perlu dipertimbangkan dalam sterilisasi
gas adalah (1) lamanya waktu yang diperlukan sesudah perlakuan untuk
menghilangakan semua sisa bahan kimia yang diguankan (2) daya bahan bakar
yang bersangkutan (3) persyaratan peralatan (4) biaya pelaksanaan. ( Sari,1993)
g. Sterilisasi dengan radiasi
Sterilisasi dengan radiasi dapat dilakukan dengan sinar gama (sinar UV
kadang-kadang juga digunakan tetapi tidak begitu baik karena daya tembusnya
lemah ) namun penggunaanya terbatas karena menuntut persyaratan keamanan
dan biaya yang tinggi. ( Sari,1993)
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
14
3.1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini diadakan pada:
Hari/tanggal : Senin-Selasa / 29-30 September 2014
Waktu : Pukul 08.00-17.30 WIB
Tempat :Laboratorium Bioproses Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik, Univesitas Syiah Kuala
3.2.Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan:
- Erlenmeyer 500 ml (4 buah)
- Tabung reaksi (4 buah)
- Cawan petri (4 buah)
- Gelas ukur 500 ml (1 buah)
- Pipet tetes (1 buah)
- Spatula (1 buah)
- Kawat ose (1 buah)
- Magnetic stirrer (1 buah)
- Hot plate (1 set)
- Clean bench (1 set)
- Autoclave (1 set)
Bahan-bahan yang digunakan:
15
- Kapas (secukupnya)
- Kertas sampul coklat (secukupnya)
- Aquadest (210 ml)
- NaCl (2 gram)
- Glukosa (0,9 gram)
- Agar-agar (1,5 gram)
- Ekstrak daging (10 ml)
3.3 Prosedur Kerja Autoclave
(1) Untuk pemanasan air dalam autoclave dapat dilakukan pemanasan listrik
ataupun gas;
(2) Sebelum barang-barang yang akan disterilkan dimasukkan dan dilakukan
pemanasan, terlebih dahulu periksa air dibawah rak kukus;
(3) Usahakan air tersebut berada pada batas yang telah ditentukan, dan jangan
sampai kering. Apabila berada dibawah batas tersebut maka harus
ditambahkan lagi. Air didalamAutoclave harus berlebih, guna
pembentukan uap air supaya jenuh. Bila tidak jenuh maka tekanan uap dan
suhu dalam alat tersebut tidak akan sesuai lagi;
(4) Barang-barang yang akan disterilkan diletakkan dalam rak-rak logam/
keping-keping logam yang terletak beberapa cm di atas air, setelah hampir
mendidih;
(5) Tutup Autoclave lalu diskrup erat, sedangkan pentil dibuka sehingga udara
terhalau;
(6) Pentil lalu ditutup, suhu serta tekanan naik, sampai suhu 121oC dan
tekanan 15 psi (1,02 atm); Jika telah tercapai tekanan yang telah
dikehendaki (15 psi), maka aliran gas dan klep keamanan diatur untuk
16
menjaga supaya tekanan konstan. Pemanasan dilakukan selama 15 menit;
dan
(7) Setelah selesai waktu penyetrilan, pemanasan dialihkan
dan Autoclave dibiarkan dingin hingga meter tekanan menunjukkan angka
nol. Lalu dengan hati-hati kran udara dibuka sehingga tekanan mencapai
tekanan atmosfir.
Proses sterilisasi dengan Autoclave
1. Dicuci alat-alat yang akan digunakan dengan air panas atau sabun,baru
setelahnya dicuci dengan air megalir, serta aquadest atau alkohol;
2. Alat-alat dan media yang akan digunakan dibungkus dengan kertas sampul
coklat;
3. Untuk erlenmeyer yang berisi media cair sebelum penambahan ragi,
mulut erlenmeyerdisumbat dengan kapas anti basah;
4. Alat-alat dan media cair dimasukkan kedalam Autoclave dan dipanaskan
sampai suhu 121oC, dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
3.2.3. Prosedur Kerja Praktikum
Pembuatan Media Padat
1. Untuk media padat dibuat dengan mencampurkan agar-agar 1,5 gr dan
aquadest 100 ml di dalam gelas kimia .
2. Dimasukkan magnetic stirrer dalam campuran tersebut.
3. Kemudian gelas kimia yang berisi campuran tersebut diletakkan di atas hot
plate sampai campuran tersebut homogen; dan
4. Selanjutnya larutan dipindahkan kedalam Erlenmeyer dan didinginkan.
Pembuatan Media Cair
1. Untuk media cair dicampurkan NaCl 0,5 gram, glukosa 0,3 gram,
aquadest 10 ml dan ekstrak daging 10 ml didalam gelas kimia.
17
2. Kemudian gelas kimia yang berisi campuran tersebut di tambahkan ragi
0,8 gram
3. Setelah steril, ditambahkan ragi sebanyak 1 gr ke dalam campuran tersebut
Proses Penanaman di Clean Bench
1. Dibuka semua alat-alat yang sudah diautoclave
2. Dituang media padat kedalam petridish dan tabung reaksi yang di buat miring
secara perlahan
3. Ditunggu sampai agar-agar / media padat mengeras;
4. Diambil kawat oase,kemudian dipanaskan ujungnya hingga berpijar lalu
digoreskan pada media padat bentuk zig-zag untuk petridish dan garis lurus
untuk tabung reaksi;
5. Kemudian dituang media cair ke atas media padat yang telah digores;
6. Dibiarkan pertidish tersebut di dalam clean bench dan dilakukan pengamatan
selama 4 jam sekali.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan. Diperoleh bahwa perbedaan waktu inkubasi pada media padat menyebabkan terjadinya perubahan
18
pada media padat tersebut. Peristiwa ini dapat di lihat pada gambar 4.1 dan 4.2 di bawah ini, yaitu perbandingan media padat t0 = 0 jam dan t4 = 16 jam.
Gambar 4.1 media padat saat t0 = 0 jam
Gambar 4.2 media padat saat t4 = 16 jam
4.2 pembahasan
Pada percobaan ini dibuat dua bentuk media, yaitu media padat dan media cair. Menurut Atlas (2010), bahwa media padat yaitu media yang mengandung agen pemadat (misalnya agar atau gelatin) dengan konsentrasi tertentu, sehingga setelah dingin media menjadi padat. Media padat berguna untuk menjaga sel agar tidak berpindah tempat sehingga akan mudah dihitung dan dipisahkan jenisnya
19
ketika tumbuh menjadi koloni. Sedangkan media cair yaitu media yang mengandung larutan cair dari satu atau lebih bahan. Media cair tidak mengandung agar, contohnya adalah NB(Nutrient Broth) dan LB(Lactose Broth).
Pembuatan media padat dilakukan dengan mencampurkan agar-agar 1,5 gram, NaCl 0,8 gram, glukosa 0,6 gram dan aquadest sebanyak 100 ml didalam gelas kimia. Kemusian gelas kimia yang berisi campuran tersebut di masukkan magnetic stirrer dan di letakkan diatas hotplate sampai campuran tersebut homogen ( ditandai dengan timbulnya buih0buih di atas permukaan larutan). Selanjutnya larutan di pindahkan ke dalam Erlenmeyer dan didinginkan.
Sedangkan pembuatan media cair dengan cara menghomogenkan bahan-bahan seperti Glukosa 0,3 gram, NaCl 0,5 gram, estrak daging 10 ml dan aquadest sebanyak 10 ml di dalam Erlenmeye, kemudian dalam campuran tersebut ditambahkan ragi sebanyak 0,8 gram.
Media agar digunakan untuk membiakkan bakteri. Dalam pembuatan medium untuk pertumbuhan bakteri di perlukan suatu kondisi yang steril, agar pada saat pembuatan media tidak ada bakteri yang tidak diinginkan ikut berkembangbiak juga (Barker, 2009).
Bakteri pada dasarnya membutuhkan nutrisi tambahan, sehingga dibutuhkan oleh bakteri untuk berkembangbiak atau memperbanyak diri. Ekstrak daging di dalamnnya mengandung substansi jaringan hewan yang larut dalam air, meliputi karbohidrat, senyawa nitrogen organik, vitamin, dan garam-garam. Agar, suatu karbohidrat kompleks yang diperoleh dari algae marine tertentu. Digunakan untuk bahan pemadat media, agar yang lembur dalam larutan cair akan berbentuk gel bila suhu di kurangi sampai 45o C, agar tidak merupakan sumber nutrien bagi bakteri (wijayani, 2002).
Media padat yang telah homogen di pindahkan kedalam petridish dan kedalam tabung reaksi yang di buat miring secara perlahan di dalam Clean Bench. Di tunggu hingga media padat tersebut mengeras, setelah itu di ambil kawat Ose dan di goreskan pada media bentuk zig zag utnuk petridish dan garis lurus untuk tabung reaksi, sebelum kawat Ose tersebut digunakan, terlebih dahulu kawat tersebut di Sterilkan dengan menggukan api bunse.Kemudian media cair di tuangkan kedalam media padat yang telah di gores. Di biarkan petridish dan tabung reaksi tersebut di dalam Clean Bench dan diamati selama 4 jam sekali.
20
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
21
1. Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan tekanan uap tinggi menggunakan autoclave sehingga alat dan media steril. Sterilisasi dilakukan bertujuan untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan
2. Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang menggunakan tekanan 15 psi dan suhu 121oC. Autoclave bekerja pada suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas.
3. Mikroorganisme yang di gunakan untuk penanaman mikroba berasal dari ragi.
4. Komposisi media bahan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bakteri demi mengoptimalkan pertumbuhannya, oleh karena itu tiap-tiap komposisi harus setimbang jumlahnya.
5. Mikroba didalam cawan petri (petridish) lebih banyak dari pada mikroba dalam tabung reaksi, karena sampel dalam cawan petri memiliki luas permukaan yang lebih besar. Namun untuk media dalam tabung reaksi dengan bentuk permukaan bidang miring yang dipengaruhi oleh faktor sumber nutrien yang mendukung mikrobanya terlihat lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Atlas,ronald.M.2010.Handbook of microbiologycal Media.Ed ke-4.New york:CRC press.
22
Barker, kathy.1998.t the bench, A laboratory navigator.New york:cold spring harbor laboratory press.
Cheesbrough, Monica. 2005. District Laboratory Practice in Tropical Countries,ed.vol.2. Cambridge: Cambridge University Press,
Suharto, Ign.1995. Bioteknologi dalam Dunia Industri.Andi Offset:Yogyakarta
Dwidjoseputro, D. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Malang
Indra.2008..Http://ekmon-saurus/Bab-3 sterilisasi/.htm.diakses pada tanggal 01-oktober-2014.
Khusnuryani.2006. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia: jakarta
purnawijayanti, L. 2005. Mikrobilogi Umum. UMM Press: Malang
Sari, Ratna 1993.Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia: Jakarta
Srikandi,kardias.1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia: Jakarta
Wijayani, Ari.2002. Teknik kultur jaringan.kasinus:yogyakarta
LAMPIRAN A
DAFTAR TABEL
Tabel A.1. hasil pengamatan pada media padat petridish dan media padat tabung reaksi (miring).
waktu perubahan yang terjadi
23
(jam) media padat petridish media padat tabung reaksi
0 belum terjadi perubahan belum terjadi perubahan
4 warna mulai menguning mikroba belum terlihat jelas
8 goresan zig-zag mulai terlihat jelasmulai muncul bintik-bintik, dan
media cair masih terdapat di permukaan agar
12terdapat sedikit bintik bintik dan
sedikit uap airwarna agak keruh dan terdapat
sedikit uap air
16 goresan zig-zag terlihat lebih jelasberuap air dan bintik bintik tersebar di permukaan agar
LAMPIRAN B
GAMBAR
Tabel B.1. perubahan yang terjadi pada media dalam petridish dan tabung reaksi miring
24
t0 = 0 jam t1= 4 jam
t3= 8 jamt4 = 12 jam
25
t5= 16 jam