bab 1

5
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mukosa mulut dan gingiva merupakan jaringan lunak pelapis rongga mulut yang dapat mengalami perlukaan baik secara sengaja maupun tidak. Tindakan perawatan gigi sering menimbulkan perlukaan gingiva dan mukosa. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan yang dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, sengat listrik atau gigitan serangga (Ismardianita et al, 2003) Luka traumatis yang melibatkan rongga mulut biasanya dapat menyebabkan pembentukan ulserasi pada permukaan. Cedera dapat terjadi pada saat menggigit bibir sendiri saat berbicara, tidur, atau tidak sengaja pada saat mengunyah. Selain dari trauma mekanik, dapat pula terjadi karena rangsangan kimia, listrik, serta termal juga mungkin terlibat. Selain itu tumpatan yang tajam, karies, cacat gigi, serta erupsi dini pada gigi dapat menyebabkan pembentukan ulserasi pada mukosa (Butler et al, 2006). Di Indonesia prevalensi penyakit jaringan lunak mulut yang

Upload: michael-salomo-christian

Post on 24-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mukosa mulut dan gingiva merupakan jaringan lunak pelapis rongga mulut yang dapat mengalami perlukaan baik secara sengaja maupun tidak. Tindakan perawatan gigi sering menimbulkan perlukaan gingiva dan mukosa. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan yang dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, sengat listrik atau gigitan serangga (Ismardianita et al, 2003) Luka traumatis yang melibatkan rongga mulut biasanya dapat menyebabkan pembentukan ulserasi pada permukaan. Cedera dapat terjadi pada saat menggigit bibir sendiri saat berbicara, tidur, atau tidak sengaja pada saat mengunyah. Selain dari trauma mekanik, dapat pula terjadi karena rangsangan kimia, listrik, serta termal juga mungkin terlibat. Selain itu tumpatan yang tajam, karies, cacat gigi, serta erupsi dini pada gigi dapat menyebabkan pembentukan ulserasi pada mukosa (Butler et al, 2006). Di Indonesia prevalensi penyakit jaringan lunak mulut yang sering terjadi pada orang dewasa adalah ulser traumatik dengan prevalensi 7,1% (Garcia, 2002).Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya melalui peningkatan aliran darah kedaerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler yang merupakan bagian dari proses penyembuhan itu sendiri. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan luka. Penyembuhan luka didefinisikan sebagai suatu proses yang kompleks dan dinamis akibat dari pengembalian kontinuitas dan fungsi anatomi ( Taylor, 1999). Penyembuhan luka diartikan sebagai suatu proses pergantian jaringan yang rusak atau mati oleh jaringan baru yang sehat oleh tubuh melalui regenerasi. Proses penyembuhan luka terbagi menjadi empat fase yaitu penggumpalan dan inflamasi, penyembuhan epitel, penyembuhan jaringan ikat, maturasi, dan pemodelan ulang yang berjalan secara simultan (Harrison, 1991).WHO (World Health Organization) telah menganjurkan suatu program Back to nature, program ini bertujuan untuk menggalakkan kembali pemakaian obat tradisional dalam rnenjaga kesehatan masyarakat, maka sudah saatnya Indonesia mengembangkan dan meningkatkan produksi obat tradisional dengan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi mutahir (Wendari, 1999). Beragam bentuk gangguan kesembuhan luka membuat peneliti di seluruh dunia berusaha untuk menemukan bahan-bahan atau formula obat yang dapat membantu mempercepat proses kesembuhan luka. Saat ini penggunaan bahan tradisional untuk pengganti obat-obat kimia telah banyak dilakukan (Sugianti, 2005).Teripang emas (Stichopus hermanii) telah dimanfaatkan dalam bentuk makanan dan obat- obatan bagi penduduk Asia. Penelitian pada teripang emas membuktikan bahwa teripang emas dapat digunakan sebagai komponen obat. Teripang emas mempunyai tingkat terapi yang bermanfaat dan berpotensi untuk dikomersilkan di lingkup pengobatan modern. Teripang emas juga termasuk nominasi makanan dengan kaya poly- anion karena terdapat sulfated gycosaminoglycans (GAGs) yang mempengaruhi fungsi aktifitas fisiologi termasuk pada proses penyembuhan luka (Liu et al, 2002). Beberapa studi menyatakan bahwa sulfated GAGs antara lain chondrotin sulfat dan heparan sulfat berpengaruh positive terhadap proses penyembuhan luka. (Annika et al, 2007) . Sebagai penghasil terbesar teripang emas, seharusnya Indonesia memanfaat kan kekayaan alam sebagai obat alternatif. Selama ini belum ada penelitian mengenai pemanfaatan teripang emas. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui apakah ekstra air teripang emas dapat meningkatkan proses penyembuhan dengan jalan meningkatkan perbaikan epitel (re-epithelialization) pada ulser traumatikus mukosa rongga mulut.

1.2. Rumusan MasalahApakah ekstrak air teripang emas (Stichopus hermanii) dapat menjadi akselerator re- epitelisasi ulkus traumatikus mukosa rongga mulut tikus wistar?1.3. Tujuan PenelitianTujuan UmumMembuktikan efek ekstrak teripang emas (stichopus hermanii) sebagai akselerator re-epitelisasi ulkus traumatikus mukosa rongga mulut tikus wistar. Tujuan KhususMembuktikan akselerator re- epitelisasi pada proses penyembuhan luka ulser traumatikus akibat pemberian ekstrak teripang emas (Stichopus hermanii) dengan konsentrasi 20 %, 40% dan 80% pada hari ke- 7 perlakuan pada tikus wistar.1.4. Manfaat Penelitian1. Mendapatkan informasi ilmiah tentang penggunaan ekstrak teripang emas (Stichopus hermanii) untuk meningkatkan modulasi epitelisasi pada terapi Ulser Traumatik2. Mendapatkan bahan obat alternatif untuk terapi ulser traumatik untuk meningkatkan proses epitelisasi pada ulser pada khusunya pada mukosa rongga mulut.