bab 1

41
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bulan secara periodik, seorang wanita normal akan mengalami peristiwa reproduksi yang disebut menstruasi yaitu meluruhnya jaringan endometrium karena tidak adanya telur matang yang dibuahi oleh sperma. Peristiwa itu wajar dan alami sehingga dapat dipastikan bahwa semua wanita yang normal pasti akan mengalami proses itu, akan tetapi pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah menstruasi, diantaranya adalah nyeri haid (Dismenorhea). Beberapa tahun yang lalu, nyeri haid (Dismenorhea) hanya dianggap sebagai penyakit psikosomatis. Akan tetapi, karena keterbukaan informasi dan pesatnya ilmu pengetahuan berkembang, nyeri haid (Dismenorhea) mulai banyak dibahas. Banyak ahli yang telah menyumbangkan pikiran dan temuanya untuk mengatasi nyeri haid (Dismenorhea) ( Abdillah, 2005). Dahulu wanita yang menderita nyeri haid hanya bisa menyembunyikan rasa sakitnya tanpa mengetahui apa yang harus dilakukannya dan kemana mereka harus mengadu. Keadaan itu diperburuk oleh orang disekitar mereka yang menganggap bahwa nyeri haid adalah rasa sakit yang wajar yang terlalu dibesar - besarkan dan dibuat - buat oleh wanita bahkan beberapa orang menganggap bahwa wanita yang mengalami nyeri haid hanyalah wanita yang mencari perhatian atau kurang diperhatikan. Anggapan seperti ini sudah mulai hilang beberapa tahun yang lalu. Sekarang baru diketahui bahwa nyeri haid adalah kondisi medis yang nyata diderita wanita. Banyak metode yang telah dikembangkan oleh ahli dibidangnya yang bertujuan untuk mengatasi nyeri haid. Selama haid, dismenorhea juga bervariasi kekuatanya di setiap perempuan, kadang biasa saja, kadang sampai mengganggu aktivitas atau tidak tertahankan sehingga perlu minum obat pengurang rasa nyeri. Namun, kadang nyeri haid juga ditimbulkan oleh beberapa penyakit misalnya endometriosis, infeksi jalan lahir / panggul, atau kista di ovarium. Untuk nyeri haid yang normal, keluhan tersebut dapat di atasi dengan berbagai macam cara. Dimulai dengan menggunakan kompres handuk / botol hangat di atas perut atau mandi hangat. Obat-obatan yang dijual bebas di pasaran juga dapat digunakan secara hati-hati untuk mengurangi rasa nyeri haid yang berlebihan ( Abdillah, 2005 ). Dismenorhea (nyeri haid) merupakan salah satu masalah paling umum dialami

Upload: melanton-ifan-fernando-rajagukguk

Post on 06-Nov-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

aaaaaaa

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSetiap bulan secara periodik, seorang wanita normal akan mengalami peristiwa reproduksi yang disebut menstruasi yaitu meluruhnya jaringan endometrium karena tidak adanya telur matang yang dibuahi oleh sperma. Peristiwa itu wajar dan alami sehingga dapat dipastikan bahwa semua wanita yang normal pasti akan mengalami proses itu, akan tetapi pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah menstruasi, diantaranya adalah nyeri haid (Dismenorhea). Beberapa tahun yang lalu, nyeri haid (Dismenorhea) hanya dianggap sebagai penyakit psikosomatis. Akan tetapi, karena keterbukaan informasi dan pesatnya ilmu pengetahuan berkembang, nyeri haid (Dismenorhea) mulai banyak dibahas. Banyak ahli yang telah menyumbangkan pikiran dan temuanya untuk mengatasi nyeri haid (Dismenorhea) ( Abdillah, 2005).

Dahulu wanita yang menderita nyeri haid hanya bisa menyembunyikan rasa sakitnya tanpa mengetahui apa yang harus dilakukannya dan kemana mereka harus mengadu. Keadaan itu diperburuk oleh orang disekitar mereka yang menganggap bahwa nyeri haid adalah rasa sakit yang wajar yang terlalu dibesar - besarkan dan dibuat - buat oleh wanita bahkan beberapa orang menganggap bahwa wanita yang mengalami nyeri haid hanyalah wanita yang mencari perhatian atau kurang diperhatikan. Anggapan seperti ini sudah mulai hilang beberapa tahun yang lalu. Sekarang baru diketahui bahwa nyeri haid adalah kondisi medis yang nyata diderita wanita. Banyak metode yang telah dikembangkan oleh ahli dibidangnya yang bertujuan untuk mengatasi nyeri haid.Selama haid, dismenorhea juga bervariasi kekuatanya di setiap perempuan, kadang biasa saja, kadang sampai mengganggu aktivitas atau tidak tertahankan sehingga perlu minum obat pengurang rasa nyeri. Namun, kadang nyeri haid juga ditimbulkan oleh beberapa penyakit misalnya endometriosis, infeksi jalan lahir / panggul, atau kista di ovarium. Untuk nyeri haid yang normal, keluhan tersebut dapat di atasi dengan berbagai macam cara. Dimulai dengan menggunakan kompres handuk / botol hangat di atas perut atau mandi hangat. Obat-obatan yang dijual bebas di pasaran juga dapat digunakan secara hati-hati untuk mengurangi rasa nyeri haid yang berlebihan ( Abdillah, 2005 ).Dismenorhea (nyeri haid) merupakan salah satu masalah paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia. Diperkirakan 20 % wanita Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap bulan akibat dismenorhe. Penelitian di Swedia menjumpai 30% wanita pekerja industri menurun penghasilanya karena rasa nyeri haid. Oleh karena itu hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak diperut bagian bawah sebelum dan selama haid dan sering kali disertai rasa mual. Maka istilah dismenorhea hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk beberapa jam atau beberapa hari (Abdilllah, 2005).Di Indonesia angka kejadian dismenorhea belum ada, namun hasil penelitian di Surabaya didapatkan 1,07%-1,31% dari jumlah penderita yang datang kebagian kebidanan untuk memeriksakan nyeri haid yang diderita setiap kali menstruasi. Dari penelitian tahun 2002 di 4 SLTP di Jakarta yang dilakukan oleh salah satu pakar kesehatan Obstetri dan Ginekologi didapatkan sekitar 74,1% siswi mengalami nyeri haid ringan sampai berat ( Abdillah, 2005 ).Hasil yang diperoleh dari studi pendahuluan pada tanggal 11 Maret 2010 di SMPN 1 Pakusari Desa Sumber Pinang Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember, dari 96 siswi yang diambil dari siswi kelas 2, ternyata ada 66 siswi (68,75 %) yang mengalami nyeri haid. Kebanyakan dari remaja putri mengatasi dismenorhea (nyeri haid) dengan mengkonsumsi jamu tradisional seperti kunyit asam.Pengetahuan dan sikap seharusnya berjalan sinergis karena terbentuknya perilaku baru akan dimulai dari domain kognitif atau pengetahuan yang selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap dan akan dibuktikan dengan adanya tindakan, perilaku atau praktek agar hasil dan tujuan menjadi optimal sesuai yang diharapkan, akan tetapi pengetahuan dan sikap tidak selalu akan diikuti oleh adanya tindakan atau perilaku (Notoatmodjo, 2002 : 132).Berdasarkan fenomena di atas, peneliti ingin mengetahui hubungan besar tingkat pengetahuan remaja putri tentang Dismenorhea dengan sikap penanganan Dismenorhea primer.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Adakah Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII tentang Dismenorhea dengan Sikap Penanganan Dismenorhea Primer di SMPN I Pakusari Kabupaten Jember Tahun 2010?

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumDiketahuinya Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII tentang Dismenorhea dengan Sikap Penanganan Dismenorhea Primer di SMPN I Pakusari Kabupaten Jember Tahun 2010.Tujuan KhususMengidentifikasi Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII tentang Dismenorhea di SMPN I Pakusari Kabupaten Jember Tahun 2010Mengidentifikasi sikap penanganan remaja putri kelas VIII terhadap Dismenorhea primer di SMPN 1 Pakusari Kabupaten Jember Tahun 2010.Menganalisa hubungan antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII tentang Dismenorhea dengan sikap Penanganan Dismenorhea Primer di SMPN I Pakusari Kabupaten Jember Tahun 2010.

1.4 Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :1.4.1 Manfaat TeoritisUntuk membuktikan secara empiris Adakah Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII tentang Dismenorhea dengan upaya Penanganan Dismenorhea Primer.1.4.2 Manfaat Praktis1.4.1 Bagi Tempat PenelitianMemberikan informasi agar bisa memberikan tindakan lanjutan berdasarkan penelitian yang dilakukan.1.4.2 Bagi RemajaMeningkatkan pengetahuan remaja tentang pengertian, penyebab, tanda gejala, dan penanganan dismenorhea.1.4.3 Bagi Masyarakat Sebagai tambahan informasi kesehatan khususnya masyarakat yang mengalami dismenorhea pada saat menstruasi.1.4.4 Bagi PenelitiMemberikan pengalaman sendiri serta mendapatkan jawaban tentang hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang dismenorhea dengan sikap penanganan dismenorhea primer yang telah diteliti.BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan2.1.1 Pengertian PengetahuanMenurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab what sedangkan ilmu (sciense) bukan sekedar menjawab what melainkan akan menjawab pertanyaan why dan how.Menurut Muhibbinsyah (2001), isi pengetahuan itu sendiri berupa konsep-konsep dan fakta yang dapat di tularkan kepada orang lain melalui ekspresi tulisan atau lisan.2.1.2 Tingkatan PengetahuanMenurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:1. Tahu (know)Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami ( Comprehension)Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham akan objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramal, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.3. Aplikasi (Application)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain.4. Analisis (Analisys)Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.5. Sintesis (Synthesis)Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyunsun informasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.6. Evaluasi (Evaluasion)Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada.2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi PengetahuanMenurut Notoatmojo (2003), berikut ini adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang suatu hal.2.1.3.1 Faktor Internala. UmurSemakin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur-umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Dari uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi akan menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.b. PendidikanPendidikan adalah suatu kegiatan proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Jadi pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

2.1.3.2 Faktor Eksternala. InformasiInformasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang meskipun seseorang mempunyai pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, misalnya : TV, Radio, Surat kabar. Hal ini akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.b. LingkunganLingkungan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang memberikan pengaruh sosial terutama bagi seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya.c. Sosial BudayaSosial budaya merupakan salah satu yang mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungan dengan orang lain karena hubungan ini seseorang mengalami proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.d. PengalamanPengalaman merupakan sumber pengetahuan, suatu cara untuk kebenaran pengetahuan, hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang telah diperoleh dengan memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu.

2.1.4 Tingkat PengetahuanMenurut Arikunto ( 2002 ) tingkat pengetahuan di bagi menjadi tiga yaitu:1. Tingkat pengetahuan baikTingkat pengetahuan baik adalah tingkat pengetahuan dimana seseorang mampu mengetahui, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan dapat dikatakan baik jika seseorang mempunyai 76% - 100% pengetahuan.2. Tingkat pengetahuan cukupTingkat pengetahuan cukup adalah tingkat pengetahuan dimana seseorang mengetahui, memahami, tetapi kurang mengaplikasi, menganalisis, mengintesis dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan dapat dikatakan sedang jika seseorang mempunyai 56% - < 76% pengetahuan.3. Tingkat pengetahuan kurangTingkat pengetahuan kurang adalah tingkat pengetahuan dimana seseorang kurang mampu mengetahui, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan dapat dikatakan kurang jika seseorang mempunyai Mdtb. sikap responden unfavuorable (negatif) bila nilai Tkemudian diperoleh skor skala dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh responden pada keseluruhan pernyataan yang ada.Hasil angka diolah secara tabulasi didapatkan :X :skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor Ts : deviasi standart skor kelompokX : nilai rata rata kelompokT : skor sikap responden ( Azwar, 2003 : 23)

2.5 Kerangka KonsepKerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variable (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). (Nursalam,2003 : 40)

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri TentangDismenorhea dengan Sikap Penanganan Dismenorhea Primer

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dimana yang meliputi faktor internal adalah usia dan pendidikan. Sedangkan yang meliputi faktor eksternal adalah informasi, lingkungan, sosial budaya, dan pengalaman. Pengetahuan juga mencakup enam tingkatan yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Yang meliputi: Tahu, memahami, aplikasi, sintesis, dan evaluasi. Tetapi hanya tiga tingkatan saja yang diteliti yaitu tingkatan tahu, memahami dan aplikasi.Pengetahuan mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja tentang Dismenorhea yang mana hal-hal yang diteliti adalah pengetahuan Dismenorhea meliputi pengertian, penyebab, tanda gejala, dan penanganan dismenorhea. Pengetahuan remaja tentang dismenorhea mempengaruhi bagaimana sikap remaja dalam mengatasi dismenorhea yaitu dengan sikap yang mungkin dapat mengurangi nyeri dismenorhea. Remaja biasanya mengatasinya dengan cara minum obat penghilang rasa nyeri, minum jamu kunyit asam, kompres hangat pada perut, istirahat atau tidur, dan olahraga atau jalan-jalan.

2.6 HipotesaHipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesa yang penulis gunakan dalam proposal penelitian ini adalah hipotesa alternatif atau hipotesa kerja (Ha) yang berbunyi: Ada Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII Tentang Dismenorhea dengan Sikap Penanganan Dismenorhea Primer .BAB 3METODE PENELITIAN

3.1 Jenis PenelitianDalam penelitian ini, jenis yang digunakan adalah survey analitik, dimana peneliti ini berusaha menarik kesimpulan. Penelitian ini adalah penelitian korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenorhea dengan sikap mengatasi dismenorhea primer di SMPN I Pakusari Kabupaten Jember Tahun 2010.3.2 Besar Populasi, Besar Sample, dan Tekhnik Pengambilan Sample (Sampling)3.2.1 PopulasiPopulasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti. ( Nursalam, 2003 : 40 ). Populasi yang akan digunakan dalam penelitian adalah remaja putri kelas VIII yang berjumlah 66 siswi di SMPN I Pakusari Desa Sumber Pinang Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember Tahun 2010 yang mengalami nyeri haid.3.2.2 SampelMenurut Nursalam (2003), Sampel yang akan digunakan adalah sebagian dari populasi obyek penelitian melalui sampling. Pengambilan jumlah besarnya sample dengan Total Sampling. Jumlah sampel yang diambil 66 siswi.3.2.3 SamplingDalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling. Yaitu pengambilan sampel secara keseluruhan dari populasi.3.3 Rancangan PenelitianRancangan penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang memungkinkan, memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi validitas suatu hasil. Rancangan penelitian sebagai petunjuk peneliti untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan. Rancangan penelitian yang digunakan ini adalah Cross Sectional.3.4 Variabel penelitianMenurut Arikunto (2002), variabel adalah obyek peneliti atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:1. Variabel bebas adalah tingkat pengetahuan remaja putri tentang nyeri haid.2. Variabel terikat adalah sikap penanganan remaja putri terhadap nyeri haid.3.5 Definisi OperasionalMenurut Hidayat (2003), Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional dan karakteristik yang diamati memungkinkan penelitian untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena. Untuk mempermudah dalam pengukuran, maka variabel yang akan diukur dioperasionalkan atau didefinisikan. Untuk lebih jelasnya dilihat pada tabel.

Tabel 3.1 Definisi Operasional PenelitianVariabel Definisi Operasional Parameter Instru-ment Skala Data KategoriVariable IndependentTingkat pengetahuan remaja tentang dismenorhea

Variable Dependentsikap penanganan dismenorhea primer

Segala hal yang diketahui oleh remaja tentang dismenorhea

Sikap adalah respon atau perilaku dalam mengurangi nyeri haid (dismenorhea) pada remaja putri, meliputi : Cara farmakologik adalah pemakaian obat-obatan digunakan remaja putri untuk mengatasi nyeri haid (dismenorhea) Cara nonfarmakologik adalahkompres hangat pada perut, istirahat / tidur dan olahragaRemaja putri dapat menjawab pertanyaan tertutup yang meliputi pengertian, penyebab, tanda gejala, dan penanganan Dismenorhea

1.

responden mampu menerapkan cara-cara mengurangi nyeri haid (dismenorhea) dengan memakai obat obatan dan kompres hangat pada perut, istirahat/tidur dan olahraga. Kuesioner

Kuesioner

Ordinal

NomiNal (Skala Likert)

Nilai setiap jawaban Benar=1 Pengetahuan baik (76-100%)Nilai jawaban Salah=2 Pengetahuan cukup (56- 0,05.Syarat Uji Chi Squer:1. Sampelnya bebas (independent)2. Biasanya sampelnya berdata skala nominal atau ordinal yang terbagi dalam beberapa kategori3. Apabila sampelnya berukuran besarMenurut Arikunto (2002), kemudian hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, dan dimasukkan dalam kriteria standart penilaian dapat di kategorikan dengan tingkat nyeri haid yaitu tidak nyeri, nyeri ringan, sedang, dan berat dengan kriteria kualitatif.

Contoh TabelTabel 3.3 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja putri tentang DismenorheaNo Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)123 BaikCukupKurang Total

Tabel 3.4 Distribusi frekuensi sikap penanganan Dismenorhea primerNo Upaya Penanganan Dismenorhea Primer Frekuensi Persentase(%)12 PositifNegatif Total

Tabel 3.5 Hubungan hasil pengamatan tingkat pengetahuan dengan sikap penanganan Dismenorhea primerNo Tingkat Pengetahuan Upaya Penanganan Dismenorhea Primer TotalPositif(N) Persentase(%) Negatif(N) Persentase(%) N (%)123 BaikCukupKurang

Total 3.9 Etika PenelitianPenelitian yang menggunakan objek manusia tidak boleh bertentangan dengan etika agar hak responden dapat dilindungi. Untuk itu perlu adanya ijin dari Direktur Poltekes Yapkesbi Sukabumi, setelah mendapat persetujuan, baru penelitian boleh dilakukan dengan etika sebagai berikut :3.9.1 Informed Consent (Lembar Persetujuan)Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.3.9.2 Anonymity (Tanpa Nama)Lembar format pengkajian tidak diisi nama untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek penelitian lembar format pengkajian tersebut hanya diberi kode tertentu oleh peneliti (inisial).3.9.3 Confidentially (Kerahasiaan)Kerahasiaan informasi yang dimiliki oleh subjek peneliti dijamin oleh peneliti. ( Hidayat, 2003:76 )BAB 4HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil PenelitianDalam bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII Tentang Dismenorhea Dengan Sikap Penanganan Dismenorhea Primer Di SMPN 1 Pakusari Desa Sumber Pinang Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember Tahun 2010. Pengambilan data dimulai pada tanggal 5 April - 17 April 2010 dengan menggunakan instrument kuesioner dan dengan jumlah sampel 66 responden yang bertempat di SMPN 1 Pakusari Desa Sumber Pinang Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember. Hasil yang disajikan dalam bentuk diagram pie yang telah dikelompokkan sesuai subvariabel meliputi data umum dan data khusus yaitu karakteristik remaja putri kelas VII, tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenorhea, dan sikap penanganan dismenorhea primer. Kemudian dianalisa dengan uji korelasi dan diinterprestasikan sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.4.1.1 Lokasi PenelitianGambaran Lokasi PenelitianSMPN 1 Pakusari adalah satu-satunya SMP Negeri yang terletak di Desa Sumber Pinang Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember yang berbatasan dengan:1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bedadung Kecamatan Pakusari2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sumber Dandang Kecamatan Pakusari

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Subo Kecamatan Pakusari4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bunder Kecamatan PakusariLokasi SMPN 1 Pakusari Desa Sumber Pinang Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember dekat dengan jalan raya sehingga mudah dijangkau oleh transportasi umum. Aktifitas sekolah dimulai pada hari Senin sampai Sabtu, dimana pada hari Senin-Kamis kegiatan belajar dimulai pada pukul 06.50-12.30 WIB, sedangkan pada hari Jumat aktifitas belajar dimulai pukul 06.30-11.00 WIB, dan hari Sabtu dimulai pukul 06.50-11.30 WIB. SMPN 1 Pakusari mempunyai beberapa fasilitas diantaranya; 1 halaman untuk olahraga, 1 lapangan untuk upacara, 1 halaman untuk parkir kendaraan, 1 taman dan 30 ruangan yaitu : 1 ruangan Kepala Sekolah, 1 ruangan guru, 1 ruangan TU, 1 ruangan BP yang biasanya digunakan sebagai tempat untuk memberikan pengarahan dan bimbingan baik tentang kesehatan maupun umum, 1 ruangan UKS, 1 ruangan perpustakaan, 1 ruangan laboratorium, 1 ruang komputer, 1 ruang kantin, dan selebihnya ruangan kelas sebagai tempat proses pembelajaran sehari-hari serta terdapat 1 mushola untuk kegiatan religi sehari- hari.SMPN 1 Pakusari mempunyai 32 guru, terdiri 1 orang Kepala Sekolah, 1 orang Wakil Kepala Sekolah, 3 orang guru BP, 1 orang Kepala TU, 2 orang guru olahraga, 2 orang guru komputer, 18 sebagai guru tetap dan selebihnya sebagai guru honorer, 1 orang penjaga sekaligus pengurus koperasi dan kantin, dan 1 orang petugas perpustakaan.4.1.2 Data UmumData umum dalam penelitian ini akan menyajikan karakteristik responden berdasarkan usia remaja putri kelas VIII di SMPN 1 Pakusari.4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Remaja Putri Kelas VIII di SMPN 1 Pakusari.

Sumber : Data primer tanggal 5-17 April 2010

Gambar 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia remaja di SMPN 1 Pakusari Desa Sumber Pinang Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember Tahun 2010.

Dari Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa usia responden remaja putri di SMPN 1 Pakusari adalah responden yang berusia 11 tahun berjumlah 4 orang (6,06%), 12 tahun berjumlah 12 orang (18,18 %), 13 tahun berjumlah 16 orang (24,24 %), 14 tahun berjumlah 19 orang (28,79 %), dan15 tahun berjumlah 15 orang (22,73 %).

4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orangtua Remaja Putri Kelas VIII di SMPN 1 Pakusari.

Gambar 4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan orangtua di SMPN 1 Pakusari Desa Sumber Pinang Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember Tahun 2010.

Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat pendidikan orangtua responden remaja putri di SMPN 1 Pakusari berjumlah 10 orang (27,27%) adalah SD, 16 orang (24,24%) tidak sekolah, 13 orang (19,70%) adalah tamatan SMA, 10 orang (15,15%) perguruan tinggi dan 9 orang (13,64%) adalah tamatan SLTP.

4.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orangtua Remaja Putri Kelas VIII di SMPN 1 Pakusari.

Gambar 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan orangtua di SMPN 1 Pakusari Desa Sumber Pinang Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember Tahun 2010.

Dari gambar 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan orangtua remaja putri di SMPN 1 Pakusari berjumlah 14 orang (21,21%) adalah sebagai buruh tani, 12 orang (18,18%) tidak bekerja, 12 orang (18,18%) petani, 12 orang (18,18%) sebagai PNS, dan 6 orang (9,09%) adalah sebagai buruh.

4.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan suku Remaja Putri Kelas VIII di SMPN 1 Pakusari.

Gambar 4.4 Karakteristik responden berdasarkan suku di SMPN 1 Pakusari Desa Sumber Pinang Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember Tahun 2010.

Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa remaja putri di SMPN 1 Pakusari berjumlah 33 orang (50%) suku jawa dan 33 orang (50%) suku madura.

4.1.3 Data KhususData khusus dalam penelitian ini akan menyajikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenorhea dan sikap penanganan dismenorhea primer Di SMPN 1 Pakusari.

4.1.3.1 Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII Tentang Dismenorhea Di SMPN 1 Pakusari

Sumber : Data primer tanggal 5-17 April 2010Gambar 4.5 Responden berdasarkan tingkat pengetahuan remaja putri di SMPN 1 Pakusari Desa Sumber Pinang Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember Tahun 2010.

Dari gambar 4.5 dapat diketahui bahwa dari 66 responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik 20 orang (30,3%). Dan mayoritas responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup berjumlah 30 orang (45,45%). Sedangkan jumlah responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang yaitu 16 orang (24,24%)

4.1.3.2 Sikap Penanganan Dismenorhea Primer Remaja Putri Kelas VIII Di SMPN 1 Pakusari

Sumber : Data primer tanggal 5-17 April 20

Gambar 4.6 Responden berdasarkan sikap penanganan Dismenorhea primer remaja putri kelas VIII di SMPN 1 Pakusari Desa Sumber Pinang Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember Tahun 2010.

Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa responden yang bersikap positif berjumlah 29 orang (43,9%) dan responden yang bersikap negative sebanyak 37 orang (66,1%).

4.1.4 Analisa Hasil PenelitianHo : Tidak Ada Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII Tentang Dismenorhea Dengan Sikap Penanganan Dismenorhea Primer.Kriteria :a) Ho diterima jika X hitung < X tabel, artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.b) Ho ditolak jika X hitung > X tabel, artinya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.c) Selain menggunakan pembanding antara X hitung dengan X tabel juga digunakan pengambilan keputusan terhadap hipotesa dengan menggunakan perhitungan angka probabilitas, yaitu :a. Ada hubungan atau Ho ditolak apabila angka probabilitas < 0,05b. Tidak ada hubungan atau Ho diterima apabila angka probabilitas > 0,05.Tahap Perhitungan :a) Untuk mencari X tabel, langkah pertama yaitu mencari dk :dk = (b-1) (k-1)= (3-1) (2-1)= 2Diketahui dk = 2Taraf signifikansi = 5%Jadi X tabel = 5,591

b) Mencari X hitung :Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII Tentang Dismenorhea Dengan Sikap Penanganan Dismenorhea Primer di SMPN 1 Pakusari.

No Sikap Penanganan

TingkatPengetahuanPositifNegatif Jumlah (%)N (%) N (%) 1 Baik 14 21,21 6 9,09 20 30,32 Cukup 7 10,6 23 34,84 30 45,53 Kurang 8 12,12 8 12,12 16 24,2Total 29 43,9 37 56,1 66 100Uji Chi Squere= 0,004 XHitung = 10,91= 0,05db = 2 XTabel = 5,591Sumber : Tabulasi silang data primer tabel 4.1 tanggal 19 April 2010Dari tabel 4.1 diketahui bahwa hasil dari tabulasi silang menunjukkan Uji Chi Squere yang dilakukan dengan =0,05, db=2 didapatkan hasil X hitung = 10,91, value = 0,004 dan X table = 5,591.Chi-square (X2)( fo fh )X = fh

Diketahui fo sel a = 14f o sel b = 6fo sel c = 7fo sel d = 23fo sel e = 8fo sel f = 8 barisFh = x kolom semua

20Fh sel a = x 29 = 8,7866

20Fh sel b = x 37 = 11,2166

30Fh sel c = x 29 = 13,1866

30Fh sel d = x 37 = 16,8166

16Fh sel e = x 29 = 7,0366

16Fh sel f = x 37 = 8,9666

( f0 fh)2X2 = fh

X = (148,78) + (6-11,21) + (7-13,18) + (23-16,81) + 8 11,21 13,18 16,81

(8-7,03) + (8-8,96) 7,03 8,96

= (3,10) + (2,42) + (2,89) + (2,27) + (0,13) + (0,10)

X = 10,91

Hasil analisa uji chi squer secara manual dan dengan bantuan komputer SPSS didapatkan X hitung > X table dan nilai < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII Tentang Dismenorhea Dengan Sikap Penanganan Dismenorhea Primer Di SMPN 1 Pakusari Desa Sumber Pinang Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember pada bulan April 2010.

4.2 PembahasanSetelah dilakukan pengumpulan data dan tabulasi silang, selanjutnya akan dilakukan pembahasan mengenai Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dismenorhea Dengan Sikap Penanaganan Dismenorhea Primer serta melakukan pembahasan tentang hubungan antara kedua variabel di atas.4.2.1 Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII Tentang Dismenorhea Di SMPN 1 Pakusari.Hasil analisa dari penelitian yang telah di bahas menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri kelas VIII mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup dengan jumlah 30 responden (45,45 %). Yang mempengaruhi cukupnya tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenorhea adalah usia. Semakin bertambahnya usia, maka pengetahuan yang dimiliki semakin bertambah. Usia juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, dengan bertambahnya usia maka proses berfikir seseorang semakin berkembang, sehingga akan lebih mudah memperoleh pengetahuan ( Notoatmodjo, 2005 ). Terbukti dengan jumlah responden dengan pengetahuan baik, sebagian besar berumur lebih dari 14 tahun.Pendidikan orangtua juga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang misalnya seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup akan lebih mudah untuk menerima arahan atau informasi dan mereka sering sedikit mau atau sedikit meyakini akan pentingnya pengetahuan khususnya tentang dismenorhea. Terbukti dari responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik (30,3%) berasal dari orang tua dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Selain itu pekerjaan orangtua juga mempengaruhi pengetahuan remaja dari segi pendapatan (ekonomi) dimana semakin tinggi tingkat pendapatan maka pendidikan akan terjamin, dengan demikian pengetahuan dapat bertambah.Terbukti dari responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik berasal dari orang tua dengan tingkat social yang baik. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).Yang mempengaruhi kurangnya tingkat pengetahuan remaja tentang dismenorhea adalah karena responden masih menganggap bahwa Dismenorhea merupakan hal yang biasa terjadi saat menstruasi. Selain itu banyak remaja yang tidak mau mencari informasi tentang Dismenorhea dari Internet, Televisi, Surat kabar, majalah dan lain sebagainya.Pada remaja beranggapan bahwa Dismenorhea bukanlah hal yang berbahaya melainkan hal yang normal dialami oleh wanita saat menstruasi. Pengalaman itu sendiri merupakan sumber pengetahuan, suatu cara untuk kebenaran pengetahuan, hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah yang telah dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2000).4.2.2 Sikap Penanganan Dismenorhea Primer Remaja Putri Kelas VIII Di SMPN 1 PakusariHasil analisa yang didapat dari pengolahan data diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan sikap yang negatif terhadap penanganan Dismenorhea primer selama remaja menstruasi dengan jumlah responden 37 orang (66,1%).Sebagian besar kebiasaan yang dilakukan oleh remaja putri di SMPN 1 Pakusari pada saat menstruasi adalah melakukan pemijatan keras pada daerah perut bawah atau daerah punggung, minum obat analgesik untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri Dismenorhea secara berlebihan, dan minum jamu tradisional seperti jamu kunyit asam selama mereka menstruasi dan sedang mengalami Dismenorhea.Tetapi tidak sedikit pula yang melakukan sikap yang positif selama remaja menstruasi dengan jumlah responden 29 orang (43,9 %), yaitu dengan melakukan kegiatan olahraga ringan seperti jalan-jalan, istirahat / tidur, minum air putih hangat, melakukan kompres hangat pada perut dan berusaha mencari informasi dari orang tua atau teman sehingga dapat mempersiapkan diri selama menstruasi. Mengompres perut bagian bawah saat dismenorhea dapat mengurangi nyeri, hal itu disebabkan paparan panas yng mengakibatkan dilatasi pembuluh darah selama mengkompres( Abdillah, 2005 ).Menurut Notoatmodjo (2002), sosial budaya dan lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungan dengan orang lain karena hubungan ini seseorang mengalami proses belajar dan memperoleh contoh dari lingkungan dalam melakukan sikap penanganan Dismenorhea primer yang dilakukan selama Dismenorhea sehari-hari saat menstruasi.

4.2.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII Tentang Dismenorhea Dengan Sikap Penanganan Dismenorhea PrimerBerdasarkan hasil analisa data tentang Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Dismenorhea dengan Sikap Penanganan Dismenorhea Primer terdapat hubungan antara variabel dependent dan variabel independent di atas. Pernyataan ini diperoleh dari hasil uji korelasi Chi Squere. Dengan = 0,05, db=2 dan dengan kriteria penilaian adalah Ho ditolak apabila uji statistik Xhitung > Xtabel yang berarti terdapat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Hasil uji Statistik Xhitung = 10,91 > Xtabel=5,591, Berarti Ho ditolak dan Ha diterima, Maka terdapat hubungan antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII Tentang Dismenorhea Dengan Sikap Penanganan Dismenorhea Primer Di SMPN 1 Pakusari Desa Sumber Pinang Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember.Dari hasil penelitian terdapat kesesuaian antara teori yang dikemukakan dengan hasil uji korelasi yang dilakukan pada 66 responden. Berdasarkan teori bahwa tingkat pengetahuan mempengaruhi sikap terhadap individu, dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, semakin baik atau semakin positif dalam bersikap.BAB 5PENUTUP

5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :5.1.1 Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII Tentang DismenorheaSebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup (45,45%), dan selebihnya adalah tingkat pengetahuan baik (30,3%) dan kurang (24,24%).5.1.2 Sikap Penanganan Dismenorhea PrimerSikap penanganan dismenorhea primer di SMPN 1 Pakusari mayoritas bersikap negative (66,1%) dan sebagian lagi bersikap positif (43,9%)5.1.3 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII Tentang Dismenorhea Dengan Sikap Penanganan Dismenorhea PrimerSetelah dilakukan uji korelasi Chi Squere menunjukkan Ho ditolak sehingga dapat dibuktikan secara empiris bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri kelas VIII tentang dismenorhea dengan sikap penanganan dismenorhea primer di SMPN 1 Pakusari Kabupaten Jember.

585.2 SaranBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut:5.2.1 Bagi SMPN 1 PakusariBagi SMPN 1 Pakusari khususnya bagian unit perpustakaan bisa menambah fasilitas buku-buku tentang kesehatan, juga tambahan materi tentang dismenorhea saat pelajaran Biologi, dan bila perlu dapat diadakan program Health Education kepada siswi di SMPN 1 Pakusari yang dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan.5.2.2 Bagi InsitusiDiharapkan hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai pertimbangan dan pertambahan sumber pustaka dalam pengembangan mata kuliah kesehatan reproduksi wanita.5.2.3 Bagi RemajaOleh karena tingkat remaja putri kelas VIII mempunyai pengetahuan cukup, disarankan remaja putri yang sudah menstruasi khususnya yang selama menstruasi mengalami nyeri haid (Dismenorhea) sebaiknya menambah lagi pengetahuan dengan cara mencari informasi seputar kesehatan organ kewanitaan seperti Dismenorhea melalui media masa atau media elektronik atau juga melaui situs-situs internet dan sering bertanya pada orang tua (ibu) atau orang lain yang dianggap biasa memberikan penjelasan mengenai masalah kewanitaan.5.2.4 Bagi Penelitian SelanjutnyaDalam penelitian selanjutnya diharapkan Karya Tulis ini dapat menjadi panduan dan tambahan sumber pustaka untuk penelitian yang akan datang.