bab 1
TRANSCRIPT
BAB 1
TINJAUAN TEORI HIPERTENSI URGENCY
1.1 Tinjauan Medis
1.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg. (Brunner & Suddart, 2001 : 896)
Hipertensi adalah (didefinisikan) sebagai tekanan darah yang lebih tinggi dari
140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, rentang dari tekanan
darah normal tinggi sampai hipertensi (Doengoes, 1999 : 39)
Hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga
melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90 mmHg (Smelttzer & Bare, 2002).
Krisis Hipertensi adalah keadaan hipertensi yang memerlukan penurunan
tekanan darah segera karena akan mempengaruhi keadaan pasien selanjutnya. Tinggi
tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekananan darah.
Krisis Hiperetensi adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah
sistemik yang sangat tinggi (tekanan darah diastolik >120 mmHg) dengan potensial
mengakibatkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada organ target (jantung,
system saraf pusat dan ginjal) dan mengancam kehidupan penderita.
Hipertensi Urgensi adalah tekanan darah sistolik >210 mmHg atau tekanan
diastolik > 120 mmHg dengan kerusakan minimal atau tanpa kerusakan organ target.
Hipertensi urgensi (mendesak) merupakan tekanan siastolik >120mmHg dan
tanpa kerusakan/ klomplikasi minimum dari organ sasaran. TD harus diturunkan
dalam 24 jam sampai batas yang aman memerlukan terapi parenteral. Merupakan
peningkatan tekanan tekanan darah yang berat, tanpa gejala-gejala dan disfungsi
organ target.
(dr. Edial Sanif, 2008. www.jantunghipertensi.com )
1.1.2 Etiologi
1. Esensial (95%) : 10-15% pada orang dewasa kulit putih, 20-30% pada
orang dewasa kulit hitam : onset 25-55 tahun : riwayat dalam keluarga
2. Renal (40%) renovasikuler (2%) : stenosis arteri renalis dari
aterosklerosis atau displasia fibromuskular parenkim (2%) : insufisisensi fungsi
ginjal- retensi NA
3. Endokrin (0,5%), hiperaldosteronisme primer (0,1%), sindrom chusing
(0,2%)
1
4. Koartasio aorta (0,2%)
5. Penggunaan esterogen (5% pada wanita dengan pil kontrasepsi oral
karena meningkatnya substansi substrat renin di dalam hepar)
1.1.3 Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Jantung dapat bergerak
yaitu mengembang dan menguncup disebabkan oleh karena adanya rangsangan
yang berasal dari susunan syaraf otonom.
Dalam kerjanya jantung mempunyai 3 periode :
1) Periode Konstriksi ( periode sistol )
Suatu keadaan dimana jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup.
Katup bikus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup. Vulvula semilunaris
aorta dan vulvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari
ventrikel dekstra mengalir kearteri pulmonalis masuk ke paru-paru kiri dan
kanan, sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir keaorta kemudian
diedarkan keseluruh tubuh.
2) Periode Dilatasi (periode diastol )
Keadaan dimana jantung mengembang. Katup bikus dan trikuspidalis
terbuka, sehingga darah dari atrium sinistra masuk ventrikel sinistra dan
darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra. Selanjutnya darah
yang ada di paru-paru kiri dan kanan melalui vena pulmonalis masuk ke
atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke
atrium dekstra.
3) Periode Istirahat
Waktu antara periode konstriksi dan dilatasi dimana jantung berhenti kira –
kira 1/10 detik.
1.1.4 Patofisiologi
Hipertensi bisa disebabkan oleh beberapa factor salah satu dari factor penyebab
hipertensi adalah stress. Stress merangsang susunan saraf simpatis sehingga
mengakibatkan denyut nadi meningkat, kontraksi jantung meningkat, sehingga
vasokontriksi akan meningkat mengakibatkan tekanan pembuluh darah perifer
meningkat dan cardiac output pun meningkat sehingga menyebabkan tekanan darah
akan meningkat.
Factor kedua adalah pengeluaran oleh ginjal yang menyebabkan
angiotensinogen membentuk hormone angiotensin 1 dan diubah angiotensin II yang
mengakibatkan system aldosteron meningkat dan kontraksi arteriol meningkat
sehingga mengakibatkan retensi natrium dan air dalam darah meningkat sehingga
darah akan menjadi kental yang mengakibatkan aliran darah yang tersumbat yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK sehingga dapat diambil diagnosa
2
risikocidera. Sedangkan kontraksi arteriol yang meningkat tadi mengakibatkan
peningkatan tekanan perifer dan mengakibatkan TD meningkat. Tekanan darah yang
meningkat akan mengakibatkan hipertropi, kontraktilitas juga akan meningkat
mengakibatkan volume darah meningkat dan cardiac output menurun diantara otak,
ginjal, peristaltic usus dan ekstremitas. Dalam otak akan mengalami hipoksia yang
mengakibatkan kepala pusing dan nyeri. Dalam ginjal akan mengakibatkan GFR
(Glomerulus Filtrate Rate) menurun, pada peristaltic usus mengakibatkan
gastrointestinal track yaitu akan mengakibatkan mual muntah dan mengakibatkan
anoreksia. Peristaltic yang menurun akan mengakibatkan konstipasi, dan pada
ekstremitas akan menyebabkan perfusi jaringan menurun sehingga mengakibatkan
kelemah
Web Of Caution :
3
Pengeluaran renin oleh ginjal
Angiotensin membentuk angiotensin I menjadi angiotensin II
System aldosteron meningkat
Retensi Na+ dan air meningkat
Darah akan menjadi
kental
Aliran darah akan tersumbat
Peningkatan intracranial
Kontraksi arteriol
Peningkatan tahanan perifer
TD meningkat
Risti cidera
Cardiac output meningkat
Stress
Merangsang system saraf simpatis
Denyut nadi meningkat kontraksi jantung meningkat
Vasokontriksi meningkat
Tekanan pembuluh darah perifer meningkat
TD meningkat
Hipertropi atau vasokontriksi
Kontraktilitas
Volume darah
meningkat
Cardiac output menurun
Otak
Hipoksia
Peningkatan TD serebral
Nyeri pusing
Risiko Penurunan curah jantung
Gastro Intestinal track
Ginjal
GFR menurun
TIK
Ekstremitas
Perfusi jaringan menurun
Kelemahan
Gangguan eliminasi
Lambung
Mual muntah
Anoreksia
Peristaltic menurun
Konstipasi
Gangguan pola defekasi
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1.1.5 Klasifikasi
Secara praktis krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan prioritas
pengobatan, sebagai berikut :
1. Hipertensi Emergensi (darurat) ditandai dengan TD diastolik >120 mmHg,
disertai kerusakan berat dari organ sasaran yang disebabkan oleh satu atau
lebih penyakit/ kondisi akut. Keterlambatan pengobatan akan
menyebabakan timbulnya sequele atau kematian.
2. Hipertensi urgensi (mendesak) TD diastolik >120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakan/ komplikasi minimum dari organ sasaran. Merupakan
peningkatan tekanan darah yang berat, tanpa gejala-gejala dan disfungsi
organ target.
Dikenal beberapa istilah berkaitan dengan krisis hipertensi antara lain :
1. Hipertensi refrakter : respon pengobatan tidak memuaskan dan TD >
200/110 mmHg, walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif pada
penderita dan kepatuhan pasien.
2. Hipertensi akselerasi : TD meningkat (diastolik) > 120 mmHg disertai
dengan kelainan funduskopi KW III. Bila tidak diobati dapat berlanjut ke
fase maligna.
3. Hipertensi maligna : penderita hipertensi akselerasi dengan TD diastolik >
120-130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV disertai papiledema,
peninggian tekanan intracranial kerusakan yang cepat dari vascular, gagal
ginjalakut, atauapun kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan.
4. Hipertensi ensefalopati : kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan
keluhan sakit kepala yang sangat, perubahan kesadaran dan keadaan ini
dapat menjadi reversible bila TD diturunkan.
1.1.6 Manifestasi klinik
Manifestasi klinis krisis hipertensi diklasifikasikan dalam dua kelompok :
1. Hipertensi emergensi
TD diastolik > 120 mmHg disertai dengan satu atau lebih kondisi akut,
antara lain :
1) Perdarahan intra pranial, ombotik CVA atau perdarahan subarakhnoid
2) Hipertensi ensefalopati
3) Aorta diseksi akut
4) Odema paru akut
4
5) Eklampsi
6) Insufisisensi ginjal akut
7) IMA, angina unstable
2. Hipertensi urgensi
Hipertensi berat dengan TD diastolik > 120 mmHg, tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan hipertensi
emergensi.
1) Hipertensi post operasi
2) Hipertensi tak terkontrol/ tanpa diobati pada perioperatif
1.1.7 Komplikasi
1. Dapat menyebabkan kelumpuhan pada ekstremitas badan atau stoke
2. Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain mata
berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal
jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.
3. Dapat menyebabkan kelumpuhan pada ekstremitas badan (stroke)
4. Secara mekanis dapat merusak pembuluh darah dan mulai terjadi
insufisiensi jantung dan dapat menyebabkan berkrangnya perfusi dalam
pembuluh darah otak yang sudah menyempit karena arteriosclerosis
5. Penyakit jantung iskemik
1.1.8 Pemeriksan Penunjang
1. Pemeriksaan yang segera
1) Darah : rutin, BUN, creatinin, elektrolit, KGD
2) Urine : urinalisa dan kultur urine
3) EKG : 12 lead, melihat tanda iskemia
4) Foto dada : apakah ada odema paru
2. Pemeriksaaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama )
1) Sangkaan kelainan renal : IVP, Renald angiography (kasus tertentu)
2) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurology : spinal tab, CT
scan
3) Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk katekolamin,
metamefrin
1.1.9 Penatalaksanaan
5
Penderita dengan HT urgensi tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit.
Sebaiknya penderita ditempatkan diruangan yang tenang, tidak tegang dan TD
diukur kembali dalam 30 menit. Bila TD tetap masih sangat meningkat, maka
dapat dimulai pengobatan. Umumnya digunakan obat-obat oral anti hipertensi
dalam mengurangi hipertensi urgensi ini dan hasilnya cukup memuaskan.
Obat-obat anti hipertensi yang digunakan :
1. Nifedipin : pemberian bisa secara sublingual (onset 5-10 menit).
Buccal (onset 5-10 menit), oral (onset 15-20 menit), duration 5-15 menit
secara sublingual/ buccal.
2. Clonidin : Pemberian secara oral dengan onset 30-60 menit
duration of action 8-12 jam
3. Captopril : pemberian secara oral/ sublingual. Dosis 25 mg dan
dapat diulang setiap 30 menit sesuai kebutuhan.
4. Prazosin : pemberian secara oral dengan dosis 1-2 mg dan diulang
perjam bila perlu
Penderita yang telah mendapat pengobatan anti hipertensi cenderung lebih
sensitive terhadap penambahan terapi. Untuk penderita ini dan pada penderita
dengan riwayat penyakit serebrovaskuler dan kororner, juga pada pasien umur
tua dan pasien dengan volume depletion maka dosis obat nifedipine dan
clonidine harus dikurangi. Seluruh penderita diobservasi paling sedikit selama 6
jam setelah TD turun untuk mengetahui efek terapi dan juga kemungkinan
timbulnya orthotatis. Bila TD penderita yang diobati tidak berkurang maka
sebaiknya penderita dirawat di RS.
1.2.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1. Anamnesa
1) Biodata
Dapat terjadi pada semua jenis kelami baik pria dan wanita.
2) Keluhan utama
Pusing, mual, muntah, gangguan penglihatan (diplopia, kabur), sakit
kepala oksipital, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri dada sesak nafas,
lemah.
3) Riwayat penyakit masa lalu
Riwayat hipertensi, merokok pengguna alkohol, pola hidup tang tidak
sehat.
4) Riwayat kesehatan masa lalu
6
Keluarga yang menderita riwayat hipertensi.
5) Pola aktivitas sehari-hari
Banyak makanan yang dimasak dengan garam Na, makanan yang
mengandung lemak tinggi, kebiasaan merokok, minumalkohol serta serta
tidak rutin dalam melakukan aktivitas olahraga.
6) Keadaan umum pasien
Keadaan umum lemah dan dapat membaik.
2. Pemeriksaan fisik
1) Breating (B1 = pernafasan)
Dispnea yang berkaitan dari aktivitas / kerja takipnea, ortopnea, dispnea,
batuk dengan / tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : distres pernafasan/ gangguan otot aksesori pernafasan bunyi
tambahan,sianosis.
2) Bleeding (B2 = kardiovaskuler)
Riwayat hipertensi, PJK.
Tanda : kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, distensi vena
jugularis, kulit pucat, sianosis.
3) Brain (B3 = persarafan)
Perubahan status mental, orientassi, pola bicara, afek, proses pikir
Tanda : keluhan pusing sakit kepala suboksipital
4) Blader (B4 = perkemihan)
Gangguan ginjal saat ini atau sebelumnya.
Tanda : disuria, oliguria, anuria poliuria sampai hematuria.
5) Bowel (B5 = pencernaan)
Tanda : Terdapat keluhan mual dan mntah karena adanya peningkatan
tekanan pada daerah intracerebral yang dapat menekan pada hipotalamus
6) Bone (B6 = tulang-otot-integumen)
Hipotensi postural, frekuensi jantung meningkat, takipnea.
1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventricular.
Tujuan :
Irama dan frekwensi jantung stabil, tekanan darah dalam batas normal (90/60 -
140/90 mmHg)
Kriteria hasil :
7
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan
TD
- Mempertahankan TD dalam rentang individu
yang dapat diterima
- Memperlihatkan irama dan frekwensi jantung
stabil dalam rentang normal pasien
Intervensi keperawatan:
1) Pantau TD. Ukur pada kedua tangan /
paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik
yang akurat
R : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan
sentral dan perifer
R : denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati /
terpalpasi. Denyutan pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan
efek dari vasokonstriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena
3) Auskultasi bunyi jantung dan bunyi
nafas
R : S4 umum terdengar pada hipertensi berat karena adanya hipertropi
atrium (peningkatan volume / tekanan atrium). Perkembangan S3
menunjukkan hipertropiventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya
krakles, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder
terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik
4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu,
dan masa pengisian kapiler
R : adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mungkin berkaitan dengan vasokonstriksi atau mencerminkan
dekompensasi / penurunan curah jantung
2. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
Batasan karakteristik :
Mayor ( harus terdapat )
Individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyamanan
Minor ( mungkin terdapat )
- Respon autonom pada nyeri akut
- Tekanan darah meningkat
8
- Nadi meningkat
- Pernafasan meningkat
- Diaforesis
- Pupil dilatasi
- Posisi berhati-hati
- Raut wajah kesakitan
- Menangis, merintih
- Terasa sesak pada abdomen
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri hilang
Kriteria Hasil :
Individu akan :
1) Melaporkan nyeri hilang/ ketidaknyamanan hilang/ terkontrol
2) Mengungkapakan metode yang memberikan pengurangan
3) Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
Intervensi dan Rasional :
1) Pantau/ catat karakteristik nyeri, catat adanya laporan, petunjuk
nonverbal, dan respons hemodinamik
R : Variasi penampilan dan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai
temuan pengkajian
2) Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk
lokasi, intensitas (0-10); lamanya; kualitas dan penyebaran
R : Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harus digambarkan oleh pasien.
Bantu pasien untuk menilai nyeri dengan membandingkan dengan
pengalaman yang lain
3) Pantau tanda vital
R : Kecepatan jantung biasanya meningkat karena nyeri, meskipun respon
bradikardi dapat terjadi pada penyakit jantung berat
4) Berikan tindakan nyaman ( contoh pijatan punggung )
R : Dapat meningkatkan relaksasi/ perhatian tak langsung dan menurunkan
frekuensi/ kebutuhan dosis analgesik
5) Berikan obat sesuai indikasi
- diazepam
- nifedipin
R : Dapat mengurangi tegangan (vasodilator) dan ketidaknyamanan yang
diperberat oleh stres
9
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan :
Aktivitas dapat terpenuhi secara adekuat
Kriteria hasil :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan /
diperlukan
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi
aktivitas yang dapat diukur
- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda
intoleransi fisiologi
Intervensi keperawatan :
1) Kaji respon klien terhadap aktivitas, misal : nyeri dada, pusing atau pingsan
R : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologis
terhadap stres aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari
kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas
2) Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, misal : melakukan
aktivitas dengan perlahan, menggunakan kursi saat mandi, duduk saat
menyisir
R : teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas / perawatan diri bertahapjika
dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
R : kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkataan kerja jantung tiba-
tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan aktivitas
4. Resiko terhadap Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan
Tubuh berhubungan dengan mual muntah
Batasan Karakteristik :
Mayor (harus terdapat)
Individu yang tidak puasa melaporkan atau mengalami masukan makanan tidak
adekuat kurang dari yang dianjurkan dengan atau tanpa penurunan berat badan
Minor (mungkin terdapat)
- Berat badan 10% sampai 20% tau lebih dibawah berat badan ideal untuk
tinggi dan kerangka tubuh
10
- Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah, dan lingkar otot pertengahan
lengan kurang dari 60% standar pengukuran
- Kelemahan otot dan nyeri tekan
- Peka rengsang mental dan kekacauan mental
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi pasien
tercukupi secara adekuat
Kriteria hasil :
Individu akan :
1) Menunjukkan perubahan pola makan, mempertahankan berat badan
yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal
2) Melakukan/ mempertahankan program olah raga yang tepat secara
individual
Intervensi dan Rasional :
1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ mutak, misal nyeri
R : Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
2) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering dan/
atau makanan yang menarik untuk pasien
R : Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat unruk kembali
3) Awasi masukan dan berat badan sesuai indikasi
R : Memberikan informasi sehubungan dengan kebutuhan nutrisi dan
keefektifan terapi
4) Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, contoh BUN/
kretinin, glucosa
R : Memberikan informasi tentang dukungan nutrisi adekuat/ perlu
perubahan
5) Konsultasi dengan ahli gizi
R : Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan
kalori/ nutrisi tergantung pada usia, berat badan, ukura tubuh, keadaan
penyakit sekarang
1.2.3 Evaluasi
1) Tingkat aktivitas optimum/ fungsi tercapai kembali
2) Proses penyakit serta regimen terapiutik dimengerti
3) Aktivitas dapat terpenuhi secara adekuat
11
4) Irama dan frekwensi jantung stabil, tekanan darah dalam batas normal
(90/60 - 140/90 mmHg)
BAB 2
TINJAUAN KASUS
2.1 Pengkajian
12
Pengkajian tgl : 11-08-2011 Jam : 09.00 pm
Tanggal MRS : 10-08-2011 No. RM : 698135
Ruang/Kamar : GU III kelas 2 Dx. Masuk : Hipertensi
Nama : Ny. K Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 69 tahun Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam Penanggung Biaya : Tn. S
Pendidikan : Tamat SD Penanggung Jawab : Tn. S
Pekerjaan : - Hubungan dengan pasien: Anak
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Kediri
Keluhan Utama : Pasien mengatakan kepala pusing dan leher terasa tegang
Riwayat penyakit saat ini : ± 7 hari badan rasa lemas, kepala pusing, mual (+),
muntah (-),nafsu makan menurun dan perut terasa panas. Pagi ini
kepala bertambah pusing, lalu pasien dibawa ke UGD
Penyakit yang pernah di derita : Pasien mengatakan menderita penyakit
hipertensi ini sejak 1 tahun yang lalu
Penyakit yang pernah di derita keluarga : Pasien mengatakan keluarganya tidak
ada yang menderita HT, DM, Penyakit Jantung
Riwayat alergi : Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital : TD : 180/90 mmHg Nadi : 72x/menit
Suhu Badan : 36,9C RR : 22x/menit
Pola nafas : Teratur Suara nafas : Vesikuler
Sesak nafas : Ya Batuk : Tidak
Alat Bantu nafas : 02 5 l/menit nasal canule
Per
naf
asan
R
iway
at s
Sk
it d
an K
eseh
atanId
enti
tas
Masalah : -
13
Irama Jantung : Reguler S1/S2 tunggal
Nyeri dada : Tidak
Bunyi jantung : Normal
CRT : 3 dt
JVP : Normal
Akral : Hangat
GCS Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6 Total : 15
Refleks fisiologis : Patella
Tanda peningkatan TIK : pusing
Lain – lain: -
Istrahat / tidur : 4-5 jam/hari
Gangguan tidur : pasien mengatakan tidak bisa tidur saat terasa nyeri
Penglihatan (mata)
Pupil : Isokor
Sclera/Konjungtiva : Putih / Pucat
Pendengaran/Telinga
Gangguan pendengaran : Tidak
Penciuman (Hidung)
Bentuk : : Normal
Gangguan Penciuman : Tidak
Kebersihan : bersih
Urin : Jumlah : 1500 cc/hr Warna : Kuning jernih Bau : tidak
Alat bantu (kateter dan lain – lain) : pasien dapat kencing spontan
Kandung Kencing : Tidak membesar dan tidak ada nyeri tekan
Gangguan : tidak ada
Masalah : Risiko tinggi terhadap penurunan Curah jantung
Pen
gin
der
aan
Masalah : Gangguan rasa nyaman nyeri
Per
syar
afan
Kar
dio
vask
ule
r P
erk
emih
an
Masalah : -
14
Nafsu Makan : Menurun Frekuensi : 3 x/hr
Porsi makan : dirumah pasien tak mau makan
Minum : 1200 cc/hr Jenis : sirup, teh, air putih
Mulut dan Tenggorokan
Mulut : Cukup bersih
Mukosa : Lembab
Tenggorokan : Tidak ada nyeri saat menelan
Abdomen
Perut : tidak ada nyeri tekan
Peristaltik : 4-6 x/mnt
Pembesaran Hepar : Tidak
Pembesaran Lien : Tidak
Buang air besar : 1-2 hari sekali teratur : Ya
Konsistensi : Lembek
Tyroid Membesar : Tidak
Hiperglikemia : Tidak Hipoglikemia : Tidak
Luka Ganggren : Tidak Pus : Tidak
Kemampuan penrgerakan sendi : Bebas, tidak ada gangguan
Kekuatan otot :
Ekstremitas atas : Tidak ada Kelainan
Ekstremitas bawah : Tidak ada Kelainan
Kulit
Warna Kulit : Sawo matang
Turgor : Cukup
Odema : Tidak ada
Masalah : Risiko pemenuhan kebutuhan nutrisi
Masalah : -
En
dok
rin
P
ence
rnaa
n
5 5
5 5
Mu
sku
losk
elet
a/In
tegu
men
Masalah : -
15
Masalah : -
Data Penunjang (Lab, Foto, USG)
Darah lengkap tanggal 10-08-2011
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Interprestasi
WBC 5.4 4.1 – 10.9 k/ul Normal
LYM 2.2 10.0 – 58. %L Rendah
*MID 0.4 0.1 – 24. %M Normal
GRAN 4.8 37.0 – 92. %G Rendah
RBC 4.07 4.20 – 6.30 m/ul Normal
HGB 10.9 12.0 – 18.0 g/dl Normal
HCT 30.05 37.0 – 51.0 % Normal
MCV 70.7 80.0 – 97.0 Fl Normal
MCH 22.6 26.0 – 32.0 Pg Normal
MCHC 31.9 31.0 – 36.0 g/dl Normal
RDW 19.2 11.5 – 14.5 % Normal
PLT 140 140. – 440. k/ul Normal
Kimia darah tanggal 10-08-2011
BUN 12 10-23 mg/dl
GDS 108 76-110 mg/dl
Creatinin 0.94 0.5-1.1 mg/dl
Sadium (Na+) 140 136 - 145mEq/L
Postassium (K+) 3.6 3.6 – 5.0mEq/L
Terapi :
IV RL 500 cc q 24 jam
Lancid I Q H ½ jam
Paracetamol I TID
Tensivask 5 mg o-o
Vometa 1 I TID
Tribost I Q H
Captopril 25 mg 1 BID
Daftar Masalah Keperawatan :
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
2. Gangguan rasa nyaman nyeri
2.2 ANALISA DATA
Data Etiologi
Masalah
Kolaboratif
/ Keperawatan
DS : -
DO :
- Ku lemah
- TD : 180/90 mmHg
- Nadi : 74 x/mnt
- Napas : 24 x/mnt
- Ekstremitas hangat
DS : pasien mengatakan kepala
terasa pusing
DO :
- KU lemah
- pasien kurang tidur
- TD : 180/90 mmHg
- Nadi : 74xmenit
- Napas: 24x/menit
- konjungtiva pucat
Etiologi Risiko tinggi
terhadap
penurunan curah
jantung
16
Gangguan
rasa nyaman
nyeri
Merangsang system saraf simpatis
Denyut nadi meningkat, kontraksi jantung meningkat
Tekanan pembuluh darah perifer meningkat
Tekanan darah meningkat
kontraktilitas
Volume darah meningkat
Cardiac output
menurun
Otak
Hipoksia
Peningkatan TD serebral
Peningkatan TIK
Gangguan rasa nyaman nyeri
Risiko gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Mual, muntah
Risiko tinggi terhadap
penurunan curah
jantung
2.3 Daftar Masalah Kolaboratif / Diagnosa Keperawatan
NoTanggal /
Jam ditemukan
Masalah Kolaboratif / Diagnosa KeperawatanTanggal / Jam
Teratasi
1.
2.
11-08-2011
11-08-2011
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan dengan vasokontriksi ( penurunan cardiac
output).
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
peningkatan tekanan intracranial yang ditandai dengan
pasien mengatakan kepala tersa pusing, KU lemah,
pasien kurang tidur, TD : 180/90 mmHg, Nadi :
74x/menit, Napas: 24x/menit, konjungtiva pucat.
17
2.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ( NCP / NURSING CARE PLANS )
NO.MASALAH KOLABORATIF / DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN & KRITERIA HASIL RENCANA RASIONAL
TGL/JAM/PARAF
DIMULAI
1. Risiko tinggi terhadap
penurunan curah jantung
berhubungan dengan
vasokontriksi ( penurunan
cardiac output).
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan tidak terjadi
penurunan curah jantung
Kriteria Hasil :
- frekwensi jantung stabil
(80-100 x/mnt)
-nafas normal (16-24 x/mnt)
-produksi urine baik (sesuai
dengan intake)
-ekstremitas pasien hangat
- Tekanan darah dalam
batas normal (90/60 -
140/90 mmHg)
1. Pantau TD. Ukur pada
kedua tangan / paha untuk evaluasi
awal. Gunakan ukuran manset yang
tepat dan teknik yang akurat
2. Catat keberadaan,
kualitas denyutan sentral dan perifer
3. Auskultasi bunyi jantung
dan bunyi nafas
4. Amati warna kulit,
kelembaban, suhu, dan masa
pengisian kapiler
1. perbandingan dari tekanan memberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan /
bidang masalah vaskuler
2. Denyutan karotis, jugularis, radialis dan
femoralis mungkin teramati / terpalpasi. Denyutan pada
tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari
vasokonstriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena
3. S4 umum terdengar pada hipertensi berat
karena adanya hipertropi atrium (peningkatan volume /
tekanan atrium). Perkembangan S3 menunjukkan
hipertropiventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya
krakles, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru
sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik
4. Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan
masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan
dengan vasokonstriksi atau mencerminkan
dekompensasi / penurunan curah jantung
18
NO.MASALAH KOLABORATIF / DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN & KRITERIA HASIL RENCANA RASIONAL
TGL/JAM/PARAF
DIMULAI
2. Gangguan rasa nyaman
nyeri berhubungan
dengan peningkatan
tekanan intracranial yang
ditandai dengan pasien
mengatakan kepala tersa
pusing, KU lemah, pasien
kurang tidur, TD : 180/90
mmHg, Nadi : 74x/menit,
Napas: 24x/menit,
konjungtiva pucat.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan nyeri berkurang
atau hilang
Kriteria Hasil :
- Klien
tidak gelisah
- Klien
tidak mengeluh nyeri
kepala
- Tidak
terjadi mual dan muntah
- GCS 4-5-
6
- Tidak
terdapat papiledema
- TTV
1. Pantau/ catat karakteristik
nyeri, catat adanya laporan, petunjuk
nonverbal, dan respons hemodinamik
2. Ambil gambaran lengkap
terhadap nyeri dari pasien termasuk lokasi,
intensitas (0-10); lamanya; kualitas dan
penyebaran
3. Pantau tanda vital
4. Berikan tindakan nyaman
( contoh pijatan punggung)
5. Berikan obat sesuai indikasi
1. Variasi penampilan dan
perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai
temuan pengkajian
2. Nyeri sebagai
pengalaman subjektif dan harus digambarkan
oleh pasien. Bantu pasien untuk menilai nyeri
dengan membandingkan dengan pengalaman
yang lain.
3. Kecepatan jantung
biasanya meningkat karena nyeri, meskipun
respon bradikardi dapat terjadi pada penyakit
jantung berat.
4. Dapat meningkatkan
relaksasi/ perhatian tak langsung dan
menurunkan frekuensi/ kebutuhan dosis
analgesik.
19
dalam batas normal
S : 36,5 – 37,5 ºC
P : 80 – 100x/mnt
N : 16 - 20x/mnt
TD : 90/60 –
140/90mmHg
5. Dapat mengurangi
tegangan (vasodilator) dan ketidaknyamanan
yang diperberat oleh stres .
20
2.5 IMPLEMENTASI
TGL,JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI11-08-2011
Jam 12 am
11-08-2011
Jam 12 am
Risiko tinggi terhadap
penurunan curah jantung
Gangguan rasa nyaman
nyeri
1. Mengukur TD : 130/80 mmHg
2. Mengauskultasi bunyi nafas
Bunyi nafas vesikuler
3. Mengamati warna kulit, suhu
S : 368 C
1. Memantau/ catat
karakteristik nyeri, petunjuk nonverbal
- wajah agak menyeringai kesakitan
- skala nyeri 5
2. Mengobservasi tanda vital
P : 84 x/mnt
N : 22 x/mnt
TD : 130/80 mmHg
3. Memberikan obat sesuai
indikasi
Captopril 25 mg 1 jam 12 am
Pamol 1 jam 12 am
21
2.6 EVALUASI
TGL,JAM DIAGNOSA EVALUASI
11-08-2011
Jam 1 pm
11-08-2011
Jam 1 pm
Risiko tinggi
terhadap
penurunan curah
jantung
Gangguan rasa
nyaman nyeri
S:
O:
A:
P:
S:
O:
A:
P:
-
-Ku masih lemah
-TD : 130/80 mmHg
-Nadi : 84 x/mnt
-Napas : 22 x/mnt
-Ekstremitas hangat
Tujuan belum tercapai
Intervensi dilanjutkan
Pasien mengatakan pusing sudah agak
berkurang
- KU pasien masih lemah
- pasien belum bisa tidur
- S : 368C P : 84x/menit
- N: 22x/menit TD :130/80 mmHg
- wajah tampak rileks
Tujuan belum tercapai
Intervensi dilanjutkan
22
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi : 8, Vol : 2. Jakarta : EGC
Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. Penerbit EGC ; Jakarta
Doenges, Marilynn.( 2000 ). Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit EGC ; Jakarta.
dr. Edial Sanif, 2008. Krisis Hipertensi. www.jantunghipertensi.com
Guyton and Hall ( 1997 ). Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Penerbit EGC ; Jakarta
Nuer, Sjaifoellah (1996). Buku Ajar Penyakit Dalam. Ed. 3. Penerbit FKUI ; Jakarta
Price, Anderson Sylvia. (1997) Patofisiologi. Ed. I. Jakarata : EGC.
23