bab 1

Upload: ajeng-widy

Post on 19-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangJambu biji (Lambo guava ) adalah salah satu tanaman buah jenis perdu. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia. Hingga saat ini telah dibudidayakan dan menyebar luas di daerah-daerah Jawa. Jambu biji sering disebut juga jambu klutuk, jambu siki, atau jambu batu. Jambu tersebut kemudian dilakukan persilangan melalui stek atau okulasi dengan jenis yang lain, sehingga akhirnya mendapatkan hasil yang lebih besar dengan keadaan biji yang lebih sedikit bahkan tidak berbiji yang diberi nama jambu Bangkok karena proses terjadinya dari Bangkok.Jambu biji merupakan salah satu produk hortikultura yang termasuk komoditas internasional. Lebih dari 150 negara telah membudidayakan jambu biji, diantaranya Jepang, India, Taiwan, Malaysia, Brasil, Australia, Filipina, dan Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, jambu biji mengandung berbagai zat gizi, kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram jambu biji masak segar adalah 0,9 g protein; 0,3 g lemak; 12,2 g karbohidrat; 14 mg kalsium; 28 mg fosfor; 1,1mg besi; 25 SI vitamin A; 0,02 mg vitamin B1; vitamin C 87 mg dan air 86 g dengan total kalori sebanyak 49 kalori(Parimin, 2005).Tanaman jambu biji merah dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk penyembuhan penyakit. Beberapa resep tanaman jambu biji telah terbukti mengobati diare, disentri, demam berdarah, sariawan, jantung dan diabetes. Diabetes merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia, Diabetes melitus sangat erat kaitannya dengan mekanisme pengaturan gula normal. Pada kondisi normal, kadar gula tubuh akan selalu terkendali, berkisar 70-110 mg/dL, oleh pengaruh kerja hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas. Untuk penyakit diabetes militus, air rebusan jambu biji dapat digunakan sebagai terapi antidiabetes.Buah jambu biji dapat dikonsumsi dalam keadaan segar. Selain itu, buahnya juga dapat diolah menjadi sirup, sari buah, nectar, buahvita, jeli, selai, kembang gula, dan dodol, dan dapat juga digunakan sebagai obat yaitu dengan merebus buah jambu biji dan menggunakan air rebusan tersebut untuk obat antidiabetes.Khasiat dari jambu biji ini menyebabkan permintaan pasar menjadi meningkat, namun ketersediaan jambu biji ini masih dirasa kurang dip pasaran. Maka dari itu dibutuhkan suatu usaha perbanyakan vegetatif, slaah satunya dengan cara mencangkok. Mencangkok berarti mengusahakan suatu tanaman agar berakar tanpa memotong cabang induk. Pohon induk yang akan dicangkok hendaknya dipilih pohon yang tidak terlalu tua atau muda, agar cabang diketahui asal-usulnya. Sedang waktu yang baik dilakukan di musim hujan, jika musim kemarau harus selalu disiram air. Cangkok sangat cocok dilakukan pada tanaman buah-buahan yang batangnya berkayu, seperti mangga, jeruk, jambu biji, jambu air, belimbing manis, lengkeng, serta tanaman hias seperti bugenvil, mawar, dan kemuning. Untuk itu perlu dilakukan perbanyakan tanaman untuk melestarikan tanaman jambu biji ini dari kepunahan. Mencangkok sangat memerlukan perhatian, kesabaran, dan ketelitian tinggi agar nantinya hasil pertumbuhan akar pada batang yang dicangkok bisa maksimal dan baik jika ditanam pada media lainnya.

1.2 Tujuan1. Untuk mengetahui dan mempelajari cara mencangkok, dan untuk mengetahui pertumbuhan akar cangkokan.2. Untuk mengetahui pengaruh media cangkokan terhadap pembentukan sistem perakaran.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKAJambu biji (Psidium guajava L.) Crystal merupakan salah satu buah jambu biji yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dengan daging buah tebal dan berbiji sedikit. Jambu biji Crystal, sebagaimana buah jambu biji pada umumnya, tergolong buah klimakterik dengan masa simpan pendek antara 27 hari. Masa simpan yang pendek ini karena buah jambu biji mudah mengalami kerusakan yang dapat dilihat dari perubahan tekstur dan munculnya bercak coklat pada kulit buah. Perubahan ini menyebabkan penurunan mutu buah untuk dipasarkan (Widodo,dkk, 2012). Buah jambu biji yang digemari masyarakat umumnya berdaging lunak, tebal, rasanya manis, berbiji sedikit, dan buahnya berukuran besar. Buah jambu biji mengandung vitamin C yang cukup tinggi, vitamin A, flavonoid, minyak atsiri, saponin, dan kaya akan serat dibanding buah-buahan lain. Sehingga buah jambu biji pada umumnya di olah oleh masyarakat menjadi jus dan juga sari buah jambu biji. Buah jambu biji ini memiliki khasiat sebagai obat demam berdarah. Vitamin C dan senyawa-senyawa yang terkandung didalam buah jambu biji ini sangat baik digunakan sebagai zat antioksidan (Mesah,2013). Untuk mendapatkan buah dengan mutu tinggi diperlukan bibit yang baik. Bibit yang sehat, vigor, serta bebas hama dan penyakit merupakan beberapa ciri bibit berkualitas tinggi. Bibit yang demikian akan menghasilkan tanaman yang berkualitas dengan hasil yang optimal. Kualitas bibit juga bisa dilihat dari kualitas induknya. Jika induknya memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat dengan kualitas buah yang bagus, besar kemungkinan bibit yang dihasilkan juga memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dari induknya. Untuk memperoleh bibit yang memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dari induknya dapat dilakukan dengan perbanyakan tanaman secara vegetatif (Purwati, 2013). Tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif, yang membedakan keduanya adalah bahan yang digunakan dalam perbanyakanya. Perbanyakan tumbuhan dengan cara generatif menggunakan biji sebagai bahan media tanam. Sedangkan perbanyakn tumbuhan dengan cara vegetatif menggunakan bahan tanam selain biji, dapat berupa cabang, batang, akar dan daun. Pemilihan dua cara tersebut tergantung pada beberapa hal, diantaranya: tersedianya bahan tanam, sifat tanaman, ketersediaan tenaga terampil, alat, atau srana serta tujuannya (Salisbury & Cleon, 1995).Perbanyakan bibit unggul dilakukan dengan cara perbanyakan vegetatif, seperti okulasi, sambung pucuk, stek, dan cangkok. Keuntungan perbanyakan tanaman secara vegetatif di antaranya adalah hasil buah yang dihasilkan akan sama dengan induknya, tanaman lebih cepat berbuah dan tanaman akan lebih cepat besar. Sementara kekurangan perbanyakan vegetatif ini adalah tanaman induk akan rusak karena bagian tanaman banyak yang diambil/dipotong (Parimin, 2005). Upaya untuk meningkatkan produktivitas per satuan luas (intensifikasi) dilakukan melalui pengkajian teknologi inovasi baru yang terarah dan berkelanjutan, yaitu pengkajian perbanyakan benih secara vegetatif. Perbanyakan tanaman secara vegetatif akan menghasilkan populasi tanaman yang homogen dalam sifat-sifat genetiknya (Pesireron, 2010).Sistem akar dari tanaman ini adalah akar tunggang (radix primaria), akar lembaga tumbuh terus-menerus menjadi akar pohon yang bercabang-cabang menjadi akar yang lebih kecil. Psidium guajava memiliki akar tunggang yang bercabang (ramosus), yaitu berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang banyak dan cabang-cabangnya bercabang lagi, sehingga memberi kekuatan yang lebih besar kepada batang dan juga daerah perakaran menjadi amat luas, hingga dapat diserap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak (Tjitrosoepomo, 1985).Pembiakan tanaman dengan cara mencangkok ialah mengusahakan perakaran dari suatu cabang anaman tanpa memotong cabang tanaman tersebut dari pohon induknya. Beberapa jenis tnaman buah-buahan di Indonesia dapat dikembangkan dengan cara pencangkokan ini. Caranya ialah dengan mengerat batang atau cabang tanaman yang akan dicangkok secara melingkar di dua tempat yang jaraknya 5 -10 cm. Kulit pada bagian yang kita kerat tersebut dikupas sampai pada bagiankayunya, sehingga lapisan kambiumnya hilang samasekali. Selanjutnya pada bagian yang kita kupas tersebut ditutup dengan tanah (sebaiknya tanah campur pupuk kandang), kemudian dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Waktu yang baik untuk mencangkok adalah pada musim hujan, namun bisa juga dilakukan pada musim kemarau asal selalu disiram dengan air untuk mencegah kekeringan (Wudianto, 1997).Hormon juga diperlukan pada saat pemeliharaan cangkokan. Hormon tersebut diantaranya adalah auksin, giberelin dan etilen. Biasanya bakteri akna mensintesis auksin untuk membantu proses fisologi pada dirinya (Mohite, 2013). Selain itu juga perlu ditambahkan ZPT. Pada perbanyakan secara vegetatif, pemberian ZPT dimaksudkan untuk merangsang dan memacu terjadinya pembentukan akar stek. Sehingga perakaran stek akan lebih baik dan lebih banyak. Air kelapa telah lama dikenal sebagai salah satu sumber ZPT terutama sitokinin, auksin dan giberelin. Sehingga cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai salah satu sumber ZPT alami yang ramah lingkungan, murah dan mudah didapat (Aguzaen, 2009). Layering dengan bantuan hormon pertumbuhan merangsang primordial akar pada tanaman buah-buahan. Hasil dari perbanyakan vegetatif ini nantinya akan diarahkan pada kualitas mutu buah dan kuantitas yang diharapkan (Maurya, et al, 2012).

DAFTAR PUSTAKA

Aguzaen. 2009. Respon Pertumbuhan Bibit Lada (Piper Nisrum L.) Terhadap Pemberian Air Kelapa dan Berbagai Jenis CMA. Agronobis 1(1) : 36-47.

Maurya, et al. 2012. Evaluation Of Different Organic Media And Water HoldingMaterials With IBA On Rooting And Survival Of Air Layeringin Guava (Psidium Guajava L.) CV.ALLAHABAD SAFEDA. Horticulture 7(1) : 44-47.

Mesah. 2013. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Dan Buah Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Asal Pulaun Timor. Kimia Terapan 1(1) : 50-54.

Mohite. 2013. Isolation And Characterization Of Indole Acetic Acid (IAA) Producing Bacteria From Rhizospheric Soil And Its Effect On Plant Growth. Soil Science and Plant Nutrition 13(3) : 638-649.s

Parimin. 2005. Jambu Biji : Budidaya dan Ragam Pemanfaatannya. Jakarta : Penebar Swadaya.

Pesireron. 2010. Pengkajian Perbanyakan Tanaman Kakao Secara Vegetatif (Okulasi Mata Entris Dan Sambung Pucuk). Budidaya Pertanian 6(1) : 25-29.

Purwati. 2013. Pertumbuhan Bibit Buah Naga (Hylocereus Costaricensis) Pada Berbagai Ukuran Stek Dan Pemberian Hormon Tanaman Unggul Multiguna Exclusive. Media Sains 5(1) : 16-22.

Salisbury & Cleon, R. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB.

Tjitrosoepomo, Gembong, 1985, Morfologi Tumbuhan, Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Widodo, dkk. 2012. Pengaruh Penambahan Indole Acetic Acid (IAA) Pada Pelapis Kitosan Terhadap Mutu Dan Masa Simpan Buah Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Crystal. Agrotropika 17(1): 14-18.

Wudianto, R. 1999. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Jakarta : Penebar Swadaya.