bab 1
TRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok
orang yang bekerja untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh
suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu
sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Meningkatnya
nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para
pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan
para pemilik juga akan meningkat.
Salah satu tujuan penting pendirian perusahaan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau memaksimalkan kekayaan
pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Bringham dan Huston,
2001). Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan.
Besarnya jumlah permintaan akan saham perusahaan menunjukan besarnya
keyakinan dan kepercayaan investor untuk menanam modal pada suatu
perusahaan. Salah satu hal yang menyebabkan investor menaruh keyakinan dan
kepercayaan penuh pada perusahaan adalah dengan diterapkannya good corporate
governance.
Memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan harga
saham perusahaan merupakan hal yang paling penting bagi perusahaan. Dalam
menjalankan kegiatannya, suatu perusahaan diwakili oleh direksi (agents) yang
ditunjuk oleh para principlenya. Agen harus bertindak menggunakan keahlian,
kebijaksanaan, itikad baik, dan tingkah laku yang wajar dan adil dalam memimpin
perusahaan. Tetapi dalam praktik timbul masalah (agency problem), karena ada
kesenjangan kepentingan suatu pemegang saham sebagai pemilik perusahaan
-
2
dengan pihak pengurus atau manajemen sebagai agen. Pemegang saham memiliki
kepentingan agar dana yang telah diinvestasikannya memberikan pendapatan yang
maksimal. Sedangkan pihak manajemen memiliki kepentingan terhadap perolehan
insentif atas pengelolaan dana pemilik perusahaan. Untuk mengatasi masalah
ketidakselarasan antara principal dan agent perlu dilakukan pengelolaan
perusahaan yang baik. Corporate Governance adalah salah satu cara untuk
mengendalikan tindakan oportunistik yang dilakukan manajemen. Menurut
Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional adalah dua mekanisme corporate governance utama yang membantu
mengendalikan masalah keagenan.
Menurut FCGI (2001) pengertian good corporate governance adalah
seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham,
pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan
internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka,
atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Sedangkan Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara
Nomor KEP-117/M-MBU/2002, Good Corporate Governance adalah suatu
proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai
pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan etika.
Tata kelola perusahaan atau Good Corporate Governance (GCG)
perusahaan terbuka di Indonesia kurang memuaskan. Ini hasil GCG 97 emiten di
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dilakukan Institute for Corporate Directorship
(IICD). IICD menilai penerapan GCG emiten atas lima faktor. Pertama,
kepatuhan member pengumuman atau transparasi. Kedua, peran pemangku
kepentingan. Ketiga, tanggung jawab ajaran direksi dan komisaris. Keempat,
kesetaraan perlakuan pada pemegang saham. Kalima, perlindungan emiten
terhadap hak investor. (kontan.com 26 Maret 2013).
-
3
Menurut Dewan Pembina IICD Sidharta Utama menyatakan bahwa,
emiten sering lalai melindungi hak pemegang saham. Contohnya, emiten tidak
menyampaikan risalah rapat umum pemegang saham (RUPS) atau tidak
menginformasikan prosedur pengambilan keputusan maupun hasilnya pada
pemegang saham. Ini berbeda dengan kebiasaan emiten di luar negeri yang selalu
menginformasikan prosedur voting dan hasil faktor kepatuhan memberikan
pengumuman dan transparansi emiten Indonesia memang cukup bagus. Tetapi
menurut Sidharta, emiten di Indonesia tidak terbuka mengenai struktur
kepemilikan saham. Banyak emiten yang hanya mengumumkan pengendali yang
mempunyai saham langsung. (mappijatim, 26 Maret 2013).
Lemahnya pengawasan yang independent dan terlalu besarnya kekuasaan
eksekutif telah menjadi sebagian dari penyebab tumbangnya perusahaan-
perusahaan dunia seperti Enron Corp., WorldCom, dan lain-lain. Lemahnya
pengawasan terhadap manajemen juga diindikasikan akan menjadi penggerak
GCG telah menjadi bagian dari reformasi kehidupan bisnis di Indonesia pasca
krisis (Alioyo & Zaini, 2004:167). Oleh karena itu, pentingnya keberadaan
komisaris independen dalam perusahaan diharapkan dapat melakukan tugas
pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih
memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Harapan dari penerapan sistem good corporate governance adalah
tercapainya nilai perusahaan. Dengan adanya salah satu mekanisme good
corporate governance ini diharapkan monitoring terhadap manajer perusahaan
dapat lebih efektif sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan nilai
perusahaan. Jadi jika perusahaan menerapkan sistem good corporate governance
diharapkan kinerja perusahaan tersebut akan meningkat menjadi lebih baik,
dengan meningkatnya kinerja perusahaan diharapkan juga dapat meningkatkan
harga saham perusahaan sebagai indikator dari nilai perusahaan sehingga nilai
perusahaan akan tercapai.
Perkembangan bisnis property di Indonesia dinilai akan semakin pesat dan
meningkat di tahun 2014. Bahkan dari 15 kota di Asia Pasifik, Jakarta termasuk
-
4
menjadi salah satu kota terbaik untuk berbisnis property (Tempo.co, 6/12/12).
Adanya krisis ekonomi Eropa menyebabkan investor tertarik melihat negara-
negara kawasan Asia yang dinilai lebih potensial, dan salah satunya adalah
Indonesia. Banyak perusahaan asing dan international melakukan pengurangan
bisnis di Eropa dan mengalihkannya ke Indonesia. Ini dapat dilihat dari
banyaknya permintaan ruang kantor yang berasal dari perbankan, lembaga
sekuritas, asuransi, manufaktur, perusahaan minyak juga pertambangan. Dari segi
pertumbuhan ekonomi, Indonesia termasuk Negara Asia yang perekonomiannya
paling stabil di tengah adanya krisis ekonomi global. Gubernur Bank Indonesia
Darmin Nasution memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun
2012-2013 berada pada kisaran 6,1% hingga 6,5% (Antaranews, 11/10/12).
Kemudian beliau menjelaskan juga bahwa walaupun pertumbuhan ekonomi
Indonesia bukan merupakan yang tertinggi selama 5 tahun terakhir, tetapi
ekonomi Indonesia tetap masuk dalam kategori stabil (Didik Purwanto,
Kompas.com 12/11/12). (mariyunproperty.com, 10 Mei 2013)
Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga akhir November 2012,
secara sektoral saham properti mengalami kenaikan dalam satu tahun (sejak
Desember 2011) yaitu sebesar 63,49% dengan level 322.566. Sedangkan sektor
industri dasar hanya tumbuh 37,48% di posisi penutupan 513.321 dan sektor
perdagangan dan jasa yang naik 33,82% dengan posisi penutupan 736.812.
Sebelum mengalami kenaikan di akhir November 2012, sektor perdagangan dan
jasa masih terdepan yaitu sebesar 54,86% pada akhir kuartal ketiga September
2012, sementara sektor properti di posisi kedua dengan kenaikan sebesar 52,9%.
(propertiindonesia.co.id, Januari 2013)
Berkembangnya perusahaan property dan realestate di Indonesia pada
akhir tahun 2012 sampai dengan saat ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti
mekanisme good corporate governance (GCG) pada perusahaan property dan real
estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini dikarenakan baiknya
mekanisme good corporate governance akan meningkatkan kepercayaan publik
terhadap perusahaan tersebut termasuk kepercayaan para investor untuk
-
5
berinvestasi. GCG ini akan dilihat dari tiga mekanisme yaitu kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah dipaparkan, maka
penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan
mengambil judul: Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap
Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 2012)
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah yang
dapat dirumuskan adalah:
1. Bagaimana gambaran kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
dan komisaris independen pada perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012?
2. Bagaimana perkembangan nilai perusahaan pada perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
2008-2012?
3. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2008-2012?
4. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2008-2012?
5. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2008-2012?
6. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial
dan komisaris independen secara simultan terhadap nilai perusahaan pada
-
6
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2008-2012?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial dan pengaruh independensi dewan komisaris
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar
di BEI selama periode 2008-2012.
Bertitik tolak dari rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan
untuk menguji secara empiris dan mengetahui :
1. Gambaran kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan
komisaris independen pada perusahaan property dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012.
2. Perkembangan nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012.
3. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2008-2012.
4. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2008-2012.
5. Pengaruh komisaris independen terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Busra Efek Indonesia
(BEI) periode 2008-2012.
6. Pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris
independen secara simultan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2008-2012.
-
7
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari permasalahan yang telah dirumuskan adalah:
1. Penulis
Penelitian ini sangat berguna bagi penulis karena dapat menambah
pengetahuan, dan dapat memperoleh pemahaman mengenai mekanisme
good corporate governance khususnya. Selain itu penelitian ini diajukan
unutk memenuhi dan melengkapi syarat dalam menempuh Ujian Sarjana
Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Bisnis dan Manajemen
Universitas Widyatama.
2. Bagi Perusahaan
Perusahaan lebih terbuka dalam penyampaian informasi kepada investor
mengenai kinerja perusahaan dan mengurangi tindakan-tindakan yang
dapat menurunkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan.
3. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memberikan
masukan kepada para pemakai laporan keuangan dan praktisi
penyelenggara perusahaan dalam memahami corporate governance dalam
manajemen keuangan.
4. Bagi peneliti di masa yang akan datang yang sejenis yang dilakukan oleh
peneliti lain diharapkan mempertimbangkan hasil dalam penelitian ini
sebagai tambhan referensi dan dasar perluasan penelitian.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Nilai perusahaan dalam penelitian ini adalah menggambarkan seberapa
baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari
pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Suatu perusahaan akan berusaha
memaksimalkan nilai perusahaannya. Peningkatan nilai perusahaan biasanya
ditandai dengan naiknya harga saham di pasar. Teori yang dikemukakan oleh
-
8
Modigliani dan Miller menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh
earnings power dari aset perusahaan. Hasil positif menunjukan bahwa semakin
tinggi earnings power semakin efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi
profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini akan berdampak pada nilai
perusahaan. Oleh karena itu, naiknya nilai perusahaan akan meningkatkan
kepercayaan para investor untuk berinvestasi.
Penelitian ini menggunakan Tobins Q untuk mengukur nilai perusahaan.
Tobins Q merupakan harga pengganti (replacement cost) dari biaya yang
dibutuhkan untuk mendapat aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dinamai
sesuai dengan penggagasnya James Tobin (1969). Bila Tobins Q ini lebih
rendah dari 1, maka perusahaan akan menjadi sasaran akuisisi yang menarik baik
untuk digabungkan dengan perusahaan lain ataupun untuk likuidasi. Sebaliknya
bila nilai Tobins Q tinggi merupakan indikasi bahwa perusahaan memiliki
potensi pertumbuhan yang tinggi sehingga nilai perusahaan lebih dari sekedar
nilai asetnya.
Nilai perusahaan adalah persepsi investor terhadap perusahaan. Semakin
tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya.
Harga saham yang tinggi akan membuat nilai perusahaan juga tinggi. Harga
saham yang tinggi merupakan dampak dari adanya jumlah permintaan yang besar.
Besarnya jumlah permintaan akan saham perusahaan menunjukan besarnya
keyakinan dan kepercayaan investor untuk menanamkan modal pada suatu
perusahaan. Salah satu hal yang menyebabkan investor manaruh keyakinan dan
kepercayaan penuh pada perusahaan adalah dengan diterapkannya good corporate
governance.
OECD (organiszation for Economic Co-operation and Development)
mendefinisikan corporate governance sebagai sekumpulan hubungan antara pihak
manajemen perusahaan, board dan pemegang saham, dan pihak lain yang
mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate governance juga
mensyaratkan adanya struktur, perangkat untuk mencapai tujuan, dan pengawasan
atas kinerja. Corporate governance yang baik bagi board dan manajemen untuk
-
9
mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham
dan harus memfasilitasi pemonitoran yang efektif, sehingga mendorong
perusahaan untuk menggunakan sumber daya dengan lebih efisien.
Indikator mekanisme good corporate governance yang digunakan dalam
penelitian ini yang bertujuan mengurangi konflik keagenan adalah kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen. Kepemilikan
institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki institusi atau lembaga.
Investor institusional sering disebut sebagai investor yang canggih sehingga
seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang dalam
memprediksi laba masa depan dibanding investor non institusional. Investor
institusional diyakini mampu memonitor tindakan manajer lebih baik dibanding
investor individual. Sedangkan kepemilikan manajerial merupakan persentase
kepemilikan saham yang dimiliki oleh direksi, manajer, dan dewan komisaris.
Kepemilikan manajerial dalam saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan
potensi perbedaan antara pemegang saham luar dengan manajemen.
Menurut Shleifer dan Vishny (1986) dalam Siallagan dan Machfoedz
(2006:5) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai
ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis ketika
kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya
perilaku oportunistik manajer akan meningkat. Sehingga permasalahan keagenan
akan hilang apabila seorang manajer adalah sekaligus sebagai pemilik.
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi
manajemen laba. Persentasi saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat
mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup
kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen
(Boediono, 2005:175)
Dalam penelitian Decho dkk (1996) yang dikutip oleh Siregar dan
Utama (2005:477) menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan manipulasi
laba lebih besar kemungkinannya memiliki dewan komisaris yang didominasi
-
10
oleh manajemen dan lebih besar kemungkinannya memiliki direksi utama yang
merangkap menjadi komisaris utama. Karena itu adanya komisaris independen
diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta good
corporate governance di dalam perusahaan.
Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota
manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain
berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas
dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Komite Nasional
Good Corporate Governance (KNGCG) mengeluarkan pedoman tentang
komisaris independen yang ada perusahaan publik. Pedoman tersebut
menyebutkan bahwa pada prinsipnya komisaris bertanggung jawab dan
berwenang untuk mengawasi kebijakan dan tindakan direksi, serta memberikan
nasihat kepada direksi jika diperlukan. Setiap anggota komisaris harus berwatak
amanah dan mempunyai pengalaman dan kecakapan yang diperlukan untuk
menjalankan tugasnya.
Tujuan utama good corporate governance adalah untuk menciptakan nilai
tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder). Dan mekanisme
corporate governance merupakan mekanisme untuk mengatur, mengelola,
menganalisis, dan untuk meningkatkan kemakmuran perushaan. Mekanisme
corporate governance yang baik memberikan perlindungan kepada pemegang
saham dan kreditur untuk memperoleh kembali investasi dengan wajar, tepat dan
efisien dengan memastikan manajemen untuk bertindak sebaik yang dilakukan
kepentingan perusahaan.
Investor yang menanamkan modalnya dalam suatu sekuritas, pasti akan
selalu mengharapkan suatu penghasilan. Dalam penghasilan yang diterimanya
tersebut investor akan menerima kembali jumlah modal yang sudah dipakai untuk
membeli sekuritas tersebut ditambah suatu keuntungan. Oleh karena itu,
keputusan investor untuk berinvestasi harus didukung dengan analisa yang baik.
Misalnya dengan menggunakan laporan keuangan.
-
11
Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari
proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan
atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan rata-
rata atau aktivitas tersebut (Sundjaja dan Barlian, 2007:87).
Bagan Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan dan tujuan dari
penelitian, maka penulis mengambil suatu hipotesis yang akan diuji kebenarannya
sebagai berikut:
Perusahaan
Laporan
Keuangan
Kinerja
Perusahaan
Kepemilikan
Institusional
Nilai Perusahaan
Kepemilikan
Manajerial
Good Corporate
Governance (GCG)
Komisaris
Independen
-
12
1. Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2008-2012.
2. Kepemilikan manaerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2008-2012.
3. Komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2008-2012.
4. Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komisaris
independen secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2008-2012.
1.6 Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif verifikatif. Dimana pengertian metode deskriptif menurut (Moch Nazir,
2007:7) adalah sebagai berikut:
Metode deskriptif adalah studi untuk menentukan fakta dengan
interpretasi yang tepat, dimana termasuk didalamnya studi untuk
melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena kelompok dan
individu, serta studi untuk menentukan frekuansi terjadinya suatu keadaan
untuk meminimalisasikan bias dan memaksimumkan realibilitas.
Sedangkan metode verifikatif menurut Marzuki (2002:7) pengertian
metode verifikatif adalah sebagai berikut:
Metode verifikatif merupakan metode yang bertujuan melakukan
pengujian, hipotesis, pengaruh variabel X terhadap Y, yang bertujuan
untuk menguji suatu pengetahuan.
-
13
Data yang diperoleh selama penelitian kemudian akan dianalisis lebih
lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih terperinci, serta untuk menjawab
permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Untuk menguji seberapa besar
hubungan GCG dengan nilai perusahaan, digunakan analisis statistik, yaitu
analisis korelasi, regresi, linear, dan koefisien determinasi. Untuk menguji
hipotesis tentang pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan digunakan uji t, untuk
menguji pengaruh secara parsial dan untuk menguji secara simultan dengan
menggunakan uji F.