bab 1

8
ANALISIS KUALITATIF PENGUNAAN FORMALIN PADA IKAN DI PASAR SE-KOTA MATARAM BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Makanan adalah salah satu komponen penting yang berperan dalam kelangsungan hidup manusia. Dalam menerapkan makanan yang sesuai dengan gizi seimbang haruslah diawali dengan syarat makanan yang dikonsumsi aman, bermutu, dan bergizi bagi kepentingan kesehatan. Sehingga kemananannya pun sangat perlu untuk diperhatikan oleh setiap orang baik pemerintah, produsen maupun konsumen. Dengan demikian para konsumen akan terhindar dari berbagai masalah kesehatan yang timbul akibat mengonsumsi makanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan (Hasbah, 2012).

Upload: putu-anggreni

Post on 30-Sep-2015

226 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bab 1

TRANSCRIPT

ANALISIS KUALITATIF PENGUNAAN FORMALIN PADA IKAN DI PASAR SE-KOTA MATARAMBAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Makanan adalah salah satu komponen penting yang berperan dalam kelangsungan hidup manusia. Dalam menerapkan makanan yang sesuai dengan gizi seimbang haruslah diawali dengan syarat makanan yang dikonsumsi aman, bermutu, dan bergizi bagi kepentingan kesehatan. Sehingga kemananannya pun sangat perlu untuk diperhatikan oleh setiap orang baik pemerintah, produsen maupun konsumen. Dengan demikian para konsumen akan terhindar dari berbagai masalah kesehatan yang timbul akibat mengonsumsi makanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan (Hasbah, 2012). Dalam Undang-undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang pangan, keamanan pangan didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, benda-benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Kasus-kasus penyalahgunaan bahan kimia berbahaya yang digunakan untuk makanan masih cukup tinggi salah satunya di Indonesia. Masalah keamanan makanan yang dihadapi Indonesia yaitu masih rendahnya tingkat pengetahuan, keterampilan, dan tanggung jawab produsen makanan tentang mutu dan keamanan makanan. Makanan yang diduga sebagai penyebab terjadinya kasus-kasus keracunan makanan berasal baik dari makanan keluarga maupun makanan-makanan yang diperjualbelikan di tempat-tempat pengelolaan makanan terutama di pasar-pasar. Makanan ini diperjualbelikan dengan harga yang murah dan dikonsumsi secara luas oleh berbagai lapisan masyarakat (Sugiyatmi, 2006).Penyalahgunaan zat-zat kimia berbahaya pada bahan makanan seperti formalin, boraks dan insektisida serta bahan tambahan makanan lainnya seperti asam benzoat, askorbat, laktat, laktat sitrat sangat dibatasi penggunaannya. Hal tersebut bertujuan untuk membuat makanan tampak lebih menarik, tahan lama, serta rasa dan teksturnya lebih sempurna. Penggunaan bahan tambahan tersebut diantaranya adalah pewarna, penyedap rasa dan aroma, antioksidan, pengawet, pemanis dan pengental. Dalam kadar tertentu bahan tambahan tersebut akan menimbulkan masalah kesehatan bagi konsumen, sehingga pemakaiannya harus diatur dan diawasi oleh produsen maupun konsumen (Salosa, 2013).Meskipun telah dilarang melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722 / MENKES / PER / IX / 1988, kasus penyalahgunaan formalin sebagai pengawet makanan masih banyak ditemukan di masyarakat. Berdasarkan pengamatan di beberapa pusat kegiatan penangkapan ikan, ditemukan beberapa nelayan segaja menambahkan formalin pada ikan yang akan dijual di pasar atau pelelangan ikan lainnya. Penggunaan formalin tidak dianjurkan sebagai pengawet makanan karena menyebabkan kerusakan pada tubuh organisme mulai dari molekul, sel, jaringan, organ, bahkan organisme itu sendiri ( Corebima and Maramis, 2011). Selain itu terdapat pula Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 tahun 2012 tentang bahan tambahan pangan menjelaskan bahwa salah satu bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan yaitu formalin (PERMENKES RI). Menurut Penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia pada tahun 2010, penggunaan formalin pada ikan dan hasil laut menempati peringkat teratas yaitu berkisar 66% dari total 786 sampel. Posisi kedua ditempati oleh mi basah dengan persentase 57%. Urutan berikutnya tahu dan bakso yakni 16% dan 15%. Penggunaan formalin dalam makanan juga ditemukan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Semarang pada tahun 2010 sebanyak 48 (37,5%) dari 128 sampel makanan (Habibah, 2013). Berdasarkan uraian di atas maka potensi penyalahgunaan formalin pada ikan sangat besar, sehingga penulis tertarik untuk mengetahui penggunaan formalin pada ikan di pasar se-kota Mataram. Selain itu, Balai Pengawasan Obat dan Makanan Mataram ataupu institusi lainnya yang ada di Mataram belum pernah melakukan pengawasan secara spesifik untuk mengetahui adanya formalin pada ikan. Sehingga hal tersebut menjadi peluang penulis untuk memilih ikan sebagai objek penelitiannya. Penelitian ini juga dirasa penting karena ikan yang mengandung formalin jika dikonsumsi secara berkala akan menimbulkan dampak yang buruk bagi tubuh. Penulis memilih tempat pelaksanaan penelitian di pasar karena pasar dimanfaatkan masyarakat untuk membeli kebutuhan sehari-hari salah satunya yaitu membeli ikan. Selain itu para penjual ikan juga sangat banyak dapat ditemukan di pasar, sehingga hal tersebut akan memudahkan penulis dalam mencari sampel ikan yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Penulis telah memilih mengambil objek di Kota Mataram karena belum adanya penelitian sebelumnya yang dilakukan di Kota Mataram, serta Kota Mataram juga merupakan tempat domisili penulis. 1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: apakah ikan yang dijual di beberapa pasar se-kota Mataram mengandung formalin ?1.3 Tujuan Penelitian1 1.1 1.2 1.3.1UmumMengetahui ada atau tidaknya penggunaan formalin pada ikan yang dijual di beberapa pasar se-kota Mataram.1.3.2Khusus1. Mendeskripsikan penyebaran penggunaan formalin pada tiap-tiap pasar se-kota Mataram.2. Memberikan informasi serta pemahaman akan bahaya formalin bagi kesehatan pada masyarakat1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi penulisPenelitian ini merupakan media belajar dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan serta untuk menambah wawasan pengetahuan terutama hal-hal yang terjadi di masyarakat. 1.4.2 Bagi InstitusiSebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di kota Mataram dalam hal pemeriksaan dan pengawasan yang lebih baik.1.4.3 Bagi Masyarakat1. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat mengenai ada atau tidaknya penggunaan formalin pada ikan yang dijual di pasar Kotamadya Mataram.2. Masyarakat dapat lebih selektif dalam memilih ikan yang akan dibeli di pasar.3. Sebagai bahan acuan agar masyarakat mengetahui ciri-ciri makanan yang mengandung formalin 4. Sebagai bahan informasi masyarakat untuk mengetahui bahaya dari formalin yang dicampur dalam makanan.