bab 1

12
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan industri dalam proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yang mengandung risiko bahaya terhadap terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja (Jacob, 2002). Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, serta bebas pencemaran lingkungan menuju peningkatan produktivitas sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Pasal 86 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa upaya K3 dimaksudkan untuk memberi jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. 1

Upload: johny-iskandar-nst

Post on 30-Sep-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

K3

TRANSCRIPT

8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan industri dalam proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yang mengandung risiko bahaya terhadap terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja (Jacob, 2002).

Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, serta bebas pencemaran lingkungan menuju peningkatan produktivitas sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Pasal 86 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa upaya K3 dimaksudkan untuk memberi jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

Kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan korban jiwa maupun kerugian material bagi pekerja dan pengusaha tetapi dapat juga mengganggu proses produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan yang akhirnya berdampak kepada masyarakat luas. Karena itu, perlu dilakukan upaya yang nyata untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja secara maksimal. Apabila kita lakukan analisis secara mendalam maka kecelakaan, peledakan, kebakaran dan penyakit akibat kerja pada umumnya disebabkan karena tidak dijalankannya syarat-syarat K3 secara baik dan benar (Erman, 2007).

Penerapan K3 di sektor industri masih belum menunjukkan hasil yang diharapkan, hal ini terindikasi dari tingkat kecelakaan kerja yang relatif masih tinggi. Tingginya angka kecelakaan ini umumnya terjadi pada industri skala menengah dan kecil, tapi tidak tertutup kemungkinan hal ini juga bisa terjadi pada industri skala besar.

Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), setiap tahun di seluruh dunia terjadi 2,2 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 500.000 kematian terjadi dari 270 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian disebabkan penyakit akibat hubungan pekerjaan dan kerugian finansial sebesar 1,25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan kompensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Kompensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan 7,5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha (Erman, 2007).

Di Indonesia disadari bahwa pelanggaran tentang norma K3 masih sering ditemukan di lapangan. Perusahaan yang beroperasi di Indonesia belum menerapkan program K3, hal ini dapat dilihat dari sekitar 169.000 perusahaan yang terdaftar, serta 25.000 perusahaan dengan jumlah karyawan di atas 100 orang, ternyata yang meraih zero accident hanya 66 perusahaan (Santoso, 2002).

Pada Januari 2009, ledakan dan kebakaran juga terjadi di Depot Pertamina Plumpang, Jakarta Utara. Ledakan dan kebakaran menyebabkan kehilangan bahan bakar dalam jumlah besar. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Juru Bicara Pertamina Anang Rizkani Noor, Dia menjelaskan bahwa yang terbakar adalah tangki 5.000 kiloliter premium. Secara keseluruhan, Depot Plumpang memiliki cadangan pasokan premium 50-60 ribu kiloliter. Kejadian tersebut mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan dan warga yang bermukim di sekitaran depot (Kompas, 2009). Bahkan pada Maret 2008 lalu juga terjadi insiden kebakaran pada pipa penyaluran bahan bakar minyak (BBM) milik PT. Pertamina (Persero) di Belawan, Medan (Sib, 2008).

Selama tahun 2010 di Indonesia, berdasarkan laporan dari daerah, terjadi kasus kecelakaan kerja sebanyak 98.711 kasus. Sedangkan berdasarkan data semester I Tahun 2011 jumlah kecelakaan kerja adalah 48.511 kasus. Ditinjau dari sumber kecelakaan, penyebab terbesar adalah mesin, pesawat angkut dan perkakas kerja tangan. Sementara berdasarkan tipe kecelakaan, yang terbanyak adalah terbentur, bersinggungan dengan benda tajam yang mengakibatkan tergores, terpotong, tertusuk dan sebagainya dan terpukul akibat terjatuh (Kemennakertrans, 2012).

Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja Provinsi Aceh jumlah kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2002 sampai dengan 2006 mencapai 1.192 pekerja, pada tahun 2002 hingga 2003 jumlah kecelakaan kerja mecapai 218, diantaranya disebabkan karena kecelakaan ringan atau sementara tidak bekerja sebesar 192 pekerja, kecelakaan yang mengakibatkan cacat mencapai 10 pekerja sedangkan kecelakaan yang menyebabkan meninggal sebesar16 pekerja, meningkatnya jumlah kecelakaan kerja hal ini dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah Provinsi Aceh dalam menerapkan Undang-undang tentang keselamatan kerja. Pada tahun 2003-2004 jumlah kecelakaan kerja di Provinsi Aceh mengalami peningkatan yaitu sebesar 370 pekerja, kecelakan ringan atau sementara tidak bekerja mencapai 303 pekerja, kecelakaan yang mengakibatkan cacat yaitu sebesar 44 pekerja sedangkan kecelakaan yang mengakibatkan meninggal yaitu sebesar 23 pekerja hal ini kurangnya perhatian atau sosialisasi dari perusahaan yang mempekerjakan pekerjanya dalam hal keselamatan kerja serta kurang diperhatikannya dalam pengawasan tentang sistem manajemen keselamatan kerja. Pada tahun 2004-2005 jumlah kecelakaan kerja mengalami penurunan yaitu sebesar 338 pekerja, kecelakaan ringan atau sementara tidak bekerja yaitu sebesar 241 pekerja, kecelakaan yang mengakibatkan cacat yaitu sebesar 52 pekerja sedangkan kecelakaan yang mengakibatkan kematian justru mengalami peningkatan yaitu sebesar 30 pekerja, hal ini belum efektifnya sistem pengawasan manajemen program K3 yang diterapkan oleh pemerintah Provinsi Aceh dan perusahaan-perusahaan yang banyak mempekerjakan pekerjanya. Pada tahun 2005-2006 jumlah kecelakaan kerja mengalami penurunan kembali yaitu sebesar 266 pekerja, kecelakaan ringan atau sementara tidak bekerja mencapai 52 pekerja, kecelakaan yang mengakibatkan cacat mencapai 25 pekerja sedangkan kecelakaan kerja yang mengakibatkan meninggal justru mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 189 pekerja, hal ini disebabkan karena pada tahun 2006 adalah masa rehabilitas pasca tsunami sehingga kebanyakan pekerja yang meninggal adalah pekerja yang bekerja dibagian kontruksi bangunan rumah pasca tsunami, sehingga jumlah pekerja yang meninggal mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. (Dinas Tenaga Kerja Provinsi Aceh Tahun 2006).

Di Kabupaten Aceh Barat jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Karya Tanah Subur, angka kecelakaan kerja dari kurun waktu 2 (dua) tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2012 terdapat 8 pekerja yang mengalami kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh cedera ringan seperti, luka pada kaki kanan, luka pada kepala, telinga, leher, punggung, betis kaki dan mata sedangkan pada tahun 2013 angka kecelekaan kerja pada PT. Karya Tanah Subur mengalami peningkatan yaitu sebesar 11 pekerja yang mengalami cedera ringan seperti, luka pada kaki kanan, jari tangan kanan, luka diwajah, mata merah dan pandangan kabur.

Dengan majunya industrialisasi, mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi, maka dalam kebanyakan hal berlangsung pulalah peningkatan intensitas kerja operasionil dan tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran secara intensif dari para pekerja yang akan mengakibatkan kelelahan, kurang perhatian akan hal-hal lain, kehilangan keseimbangan dan lain-lain, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan (Penjelasan UU RI No.1 Tahun 1970).

Saat ini perkembangan industri migas sangat besar di Indonesia. Kegiatan industri migas mulai dari produksi, pengolahan maupun transportasi mempunyai potensi bahaya yang sangat besar yaitu terjadinya kecelakaan kerja dan kebakaran. Karena itu, untuk pengelolaan minyak dan gas bumi tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten, sehingga bangsa Indonesia akan survive dalam menghadapi era kompetisi dan perdagangan bebas.

Berdasarkan survei yang telah saya lakukan di SPBU Suak Raya 14.236.380 bahwa sebagian dari pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan, sepatu yang sesuai standar K3, masker dan juga sebagian dari pekerja ada yang lalai (kurang konsentrasi) ketika melakukan pekerjaan. Alasan pekerja tidak menggunakan APD karena dianggap mengurangi kecekatan dalam bekerja (kurang bebas bergerak).

Menyadari pentingnya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini, maka saya merasa tertarik untuk mengambil judul kerja praktek mengenai Penerapan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di SPBU Suak Raya 14.236.480.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dari kerja praktek ini adalah :

1. Bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dilaksanakan di SPBU Suak Raya 14.236.480?

2. Bagaimana penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada saat penerimaan BBM dari Mobil Tangki ke SPBU Suak Raya 14.236.480?

1.3. Tujuan dan Manfaat

1.3.1. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan laporan kerja praktek ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di PT. Pertamina (Persero) SPBU Suak Raya 14.236.480.

2. Untuk mengetahui penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada saat penerimaan BBM dari Mobil Tangki ke Tangki Timbun SPBU Suak Raya 14.236.480.

1.3.2. Manfaat

Adapun manfaat dalam kerja praktek ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis khususnya tentang pentingnya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Bagi Perusahaan

Untuk memberi informasi, masukan kepada pihak perusahaan tentang pentingnya penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja bagi PT. Pertamina khususnya PT. Pertamina (Persero) SPBU Suak Raya 14.236.480.

3. Bagi Akademik

Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi pihak akademik fakultas teknik jurusan teknik industri yang berhubungan dengan penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja.

1.4. Asumsi-Asumsi yang Digunakan

Beberapa asumsi yang digunakan adalah sebagi berikut:

1. Kondisi perusahaan tidak berubah selama kerja praktek.

2. Tidak ada perubahan metode kerja selama kerja praktek berlangsung.

1.5. Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak menyimpang dari tujuan perlu dilakukan pembatasan masalah laporan kerja praktek ini, yaitu :

1. Kerja praktek yang dilakukan adalah mengenai bahaya yang terjadi disebabkan oleh manusia atau peralatan yang bekerja serta lingkungan kerja dengan pengamati langsung.

2. Hal yang di pertimbangkan oleh perusahaan seprti atribut-atribut pada Alat Pelindung Diri (APD) dalam penerapan Kesehatan dan keselamatan kerja.

1.6. Metode Pelaksanaan Kerja Praktek

Pelaksanaan kegiatan kerja praktek yang dilakukan di SPBU Suak Raya 14.236.480 ini menggunakan metode antara lain :

1. Metode Interview

Hal ini dapat dilakukan dengan wawancara langsung dengan pihak perusahaan yang meliputi karyawan yang terkait untuk memperoleh data yang diinginkan.

2. Metode Observasi

Hal ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap objek yang dipelajari.

3. Metode Pengambilan data secara langsung

Hal ini dilakukan dengan ikut serta secara langsung dalam proses penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada saat penerimaan BBM di SPBU Suak Raya 14.236.480.

4. Studi Pustaka

Data ini diperoleh dari sumber-sumber yang berkaitan dengan objek yang dipelajari, yang meliputi artikel serta buku-buku bacaan lainnya untuk melengkapi semua data yang diinginkan.

1.7. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan kerja praktek ini ditulis berdasarkan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjelasan mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Metode Pelaksaan Kerja Praktek, Sistematika Penulisan dan Waktu Pelaksanaan.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi tentang Sejarah perusahaan, Lokasi Perusahaan, Struktur Organisasi Perusahaan, Struktur Tenaga Kerja, Manfaat Perusahaan Bagi Masyarakat, Visi dan Misi Perusahaan, Mesin-mesin yang dipakai di Perusahaan.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang Pengertian Pengertian dan Tujuan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di SPBU Suak Raya 14.236.480.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang Pengumpulan Data, Pengolahan Data, Pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang Kesimpulan dan Saran.

1.8. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan pada :

Tanggal: November - Desember 2014

Tempat: PT. Pertamina (Persero) di SPBU Suak Raya 14.236.480.

Desa Suak Raya, Kec. Johan Pahlawan, Kab. Aceh Barat

1