bab 1

16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Strategi Departemen Kesehatan (Renstra Depkes) tahun 2005-2009 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan di Indonesia dalam tiga dekade ini yang dilaksanakan secara berkesinambungan telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian, derajat kesehatan di Indonesia tersebut masih terhitung rendah apabila dibandingkan dengan negara- negara tetangga. Memasuki milenium ketiga, Indonesia menghadapi berbagai perubahan dan tantangan strategis yang mendasar baik internal maupun eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan pembangunan nasional termasuk pembangunan kesehatan. (Depkes, 2005). Dalam sistem kesehatan, sekarang ini semakin dituntut adanya pelayanan kesehatan yang profesional. Hal ini akan menjadi tantangan tenaga medis maupun non medis untuk semakin meningkatkan kemampuannya dalam 1 1

Upload: arie-pangeran-kodok

Post on 10-Aug-2015

169 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

skripsi stikes surya global yyk

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam Rencana Strategi Departemen Kesehatan (Renstra Depkes) tahun

2005-2009 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan di Indonesia dalam tiga

dekade ini yang dilaksanakan secara berkesinambungan telah cukup berhasil

meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian, derajat kesehatan di Indonesia

tersebut masih terhitung rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara

tetangga. Memasuki milenium ketiga, Indonesia menghadapi berbagai perubahan

dan tantangan strategis yang mendasar baik internal maupun eksternal yang perlu

dipertimbangkan dalam melaksanakan pembangunan nasional termasuk

pembangunan kesehatan. (Depkes, 2005).

Dalam sistem kesehatan, sekarang ini semakin dituntut adanya pelayanan

kesehatan yang profesional. Hal ini akan menjadi tantangan tenaga medis maupun

non medis untuk semakin meningkatkan kemampuannya dalam bekerja sehingga

mampu memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin kepada masyarakat.

Pelayanan kesehatan selain diharapkan terlaksana hubungan yang baik antara

pasien dengan tenaga kesehatan, juga harus terjadi kolaboratif antara pasien

dengan tenaga kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan yang sering dilakukan

dirumah sakit adalah pembedahan. Batasan kesehatan menurut WHO ini lebih

luas karena kesehatan mencakup empat aspek yakni aspek fisik, mental, sosial,

dan, ekonomi. Keempat aspek tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan

1

1

Page 2: Bab 1

tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok atau masyarakat sehingga kesehatan

bersifat holistik atau menyeluruh (Notoatmodjo, 2003).

Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran menyebabkan perubahan indikasi

pembedahan. Saat ini pembedahan dilakukan dengan berbagai macam indikasi

diantaranya untuk diagnostik, kuratif, rekonstruktif bahkan untuk tujuan paliatif.

Pembedahan juga dilakukan sesuai dengan tingkat urgensinya seperti kedaruratan

dan elektif. Pembedahan adalah peristiwa kompleks yang menegangkan yang

dilakukan di kamar operasi dan memerlukan perawatan pascaoperatif (Brunner

dan Suddarth, 2002).

Pembedahan merupakan prosedur medis yang bersifat invasif untuk

diagnosis atau pengobatan penyakit, trauma atau deformitas. Meskipun

pembedahan merupakan tindakan medis, perawat mempunyai peranan penting dan

aktif dalam memberikan asuhan kepada pasien sebelum, selama, dan sesudah

pembedahan. Asuhan yang bersifat kolaboratif dan asuhan keperawatan mandiri

secara bersama-sama dilaksanakan untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan

pemulihan secara optimal. Seluruh prosedur operasi akan berdampak terhadap

kemampuan fungsional pasien dalam melaksanakan fungsi kesehatan sehingga

keperawatan diharuskan dapat mengembalikan fungsi kesehatan secara optimal

(Hipkabi, 2005).

Sejumlah penyakit merupakan indikasi untuk pembedahan. Untuk tindakan

ini diperlukan perencanaan oleh dokter pembedah yang harus menyiapkan dirinya,

terutama dalam hal pengetahuan tentang penyakit bersangkutan dan teknik

bedahnya. Juga diperlukan persiapan dan perencanaan sarana bedah yang

2

Page 3: Bab 1

diperlukan. Selain itu, juga para personil yang akan ikut dalam penanganan bedah

ini perlu dipersiapkan, jika perlu termasuk dokter ahli lain, seperti ahli anestesi

(Syamsuhidayat R, 2004).

Pada setiap pembedahan diperlukan upaya untuk menghilangkan nyeri.

Keadaan itu disebut anestesi. Dalam upaya menghilangkan nyeri, rasa takut perlu

dihilangkan untuk menciptakan kondisi optimal bagi pelaksanaan pembedahan.

Untuk itu diperlukan cara untuk memilih obat yang rasional dan teknik anestesi

yang paling aman untuk penderita. Setiap waktu harus ada keseimbangan antara

unsur dasar anestesi. Setiap unsur dasar dapat diperkuat, ditambah, dikurangi atau

dihentikan sesuai dengan tahap pembedahan dan kebutuhan penderita

(Syamsuhidayat R, 2004).

Setelah operasi yang menggunakan anestesi umum pasien dipuasakan

sampai peristaltik (gerakan) usus baik. Sedangkan pada operasi yang melibatkan

usus, masa puasa menjadi lebih lama dan makanan diberikan secara bertahap.

Biasanya juga dipasang selang melalui hidung untuk mengistirahatkan usus dan

memantau keadaan usus. Dewasa ini perawatan rumah sakit pasien pascaoperasi

diusahakan sesingkat mungkin. Jika pasien berlama-lama di rumah sakit, resiko

terkena infeksi meningkat, disamping biaya perawatan juga akan menjadi mahal.

(Syamsuridjal D, 2005).

Manipulasi organ abdomen selama prosedur bedah dapat menyebabkan

kehilangan peristaltik normal selama 24 sampai 48 jam, tergantung pada jenis dan

lamanya pembedahan. Meski tidak diberi apapun melalui mulut, udara yang

tertelan dan sekresi gastrointestinal masuk kedalam lambung dan usus, jika tidak

3

Page 4: Bab 1

dikeluarkan oleh aktivitas peristaltik, maka akan terkumpul dalam usus, sehingga

menyebabkan distensi dan menyebabkan pasien mengeluh kembung atau nyeri

pada abdomen (Brunner dan Suddarth, 2002).

Selama periode pascaoperatif, proses keperawatan diarahkan pada

menstabilkan kembali equilibrium fisiologi pasien, menghilangkan nyeri, dan

pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu

pasien dalam kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman, dan senyaman

mungkin. Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan pasien setelah pembedahan

adalah sama pentingnya dengan prosedur bedah itu sendiri ( Brunner dan Suddart,

2002).

Pada umumnya panas cukup berguna untuk pengobatan, meningkatkan

aliran darah ke bagian yang cedera. Apabila panas digunakan selama 1 jam atau

lebih maka aliran darah akan menurun akibat refleks vasokontriksi karena tubuh

berusaha mengontrol kehilangan panas dari area tersebut. Pengangkatan dan

pemberian kembali panas lokal secara periodik akan mengembalikan efek

vasodilatasi (Potter dan Perry, 2005).

Pemakaian kompres hangat biasanya hanya dilakukan setempat saja pada

bagian tubuh tertentu. Dengan pemberian panas, pembuluh-pembuluh darah

melebar sehingga akan memperlancar peredaran darah didalam jaringan tersebut.

Dengan cara ini penyaluran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel diperbesar dan

pembuangan dari zat-zat yang dibuang akan diperbaiki, jadi timbul proses

pertukaran zat yang lebih baik. Aktivitas yang meningkat akan mengurangi rasa

sakit dan menunjang proses penyembuhan luka, seperti abses, bisul yang besar

4

Page 5: Bab 1

dan bernanah, radang empedu serta beberapa radang persendian pada otot. Panas

juga memiliki efek dapat menghilangkan ketegangan (Steven, 1999).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 11

Juni dan 23 Juni 2009 di RSUD Panembahan Senopati Bantul diperoleh data

yakni pasien yang telah menjalani operasi pada bulan Mei dan Juni sebanyak 238

pasien. Dari jumlah pasien tersebut sejumlah 131 pasien menggunakan anestesi

umum. Hal ini menunjukkan bahwa 55% pasien yang telah menjalani operasi di

RSUD Panembahan Senopati Bantul menggunakan anestesi umum dimana salah

satu kerja anestesi umum adalah menghambat impuls saraf parasimpatik ke otot

usus yang dapat memperlambat atau menghentikan gelombang peristaltik.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti kepada

kepala bangsal dan pasien di bangsal Melati diperoleh informasi bahwa sejumlah

30 orang perawat termasuk didalamnya adalah perawat pelaksana dan perawat

asosiasi sudah menerapkan mobilisasi dini seperti latihan napas dalam, latihan

miring kanan dan miring kiri di tempat tidur serta latihan duduk kepada pasien

yang telah menjalani operasi sebagai upaya untuk membantu menstimulasi

peristalsis. Perawat juga mengatakan kebiasaan pasien menggunakan balsem dan

sejenisnya yang digosok-gosokkan di bagian perut pasien untuk mengurangi rasa

kaku dan memberikan rasa hangat di daerah perut. Hal tersebut dibuktikan oleh

peneliti pada saat observasi langsung ke pasien yaitu dari 66 orang pasien sebesar

68% pasien pascaoperasi juga menggunakan balsem yang digosok-gosokkan di

bagian perut pasien dan kemudian pasien tersebut bisa flatus.

5

Page 6: Bab 1

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari pihak perawat di bangsal Melati

Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul bahwa tindakan kompres hangat

belum pernah diterapkan pada pasien yang telah menjalani operasi untuk

membantu meningkatkan peristaltik yang berhenti akibat dari penggunaan

anestesi umum pada saaat tindakan pembedahan. Dari serangkaian uraian diatas,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh kompres hangat

terhadap peningkatan motilitas usus pada pasien pasca operasi dengan anestesi

umum di Bangsal Melati RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, Memberikan dasar bagi peneliti

untuk merumuskan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut “ Apakah ada

pengaruh kompres hangat terhadap peningkatan motilitas usus pada pasien

pascaoperasi dengan anestesi umum di Bangsal Melati RSUD Panembahan

Senopati Bantul?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres hangat

terhadap peningkatan motilitas usus pada pasien pascaoperasi dengan anestesi

umum di Bangsal Melati RSUD Panembahan Senopati Bantul

2. Tujuan Khusus

6

Page 7: Bab 1

a. Diketahuinya peningkatan motilitas usus pada pasien

pascaoperasi dengan anestesi umum yang diberi perlakuan kompres

hangat.

b. Diketahuinya peningkatan motilitas usus pada pasien

pascaoperasi dengan anestesi umum yang tidak diberi perlakuan kompres

hangat.

c. Diketahuinya perbedaan peningkatan motilitas usus pada

pasien pascaoperasi dengan anestesi umum antara pasien yang diberi

perlakuan kompres hangat dengan pasien yang tidak diberi perlakuan

kompres hangat.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Keperawatan khususnya Keperawatan Medikal Bedah.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur sebagai

bahan bacaan untuk menambah wawasan dan sebagai bahan informasi bagi

keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah untuk meningkatkan

pengetahuan mengenai perngaruh kompres hangat terhadap peningkatan

motilitas usus pada pasien pascaoperasi dengan anestesi umum.

2. Bagi Peneliti.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

kemampuan dalam melakukan perawatan pasien pascaoperasi di rumah sakit

serta dapat menambah pengalaman melalui proses penelitian yang dilakukan.

3. Bagi Institusi RSUD Panembahan Senopati Bantul

7

Page 8: Bab 1

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

menerapkan asuhan keperawatan pada pasien pascaoperasi serta dapat

meningkatkan mutu pelayanan di RSUD Panembahan Senopati bantul.

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang

pengaruh kompres hangat terhadap peningkatan motilitas usus pada pasien

pascaoperasi dengan anestesi umum dan sebagai tambahan pengetahuan serta

penilaian untuk penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup variabel

Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Untuk variabel bebas adalah kompres hangat sedangkan untuk

variabel terikat adalah peningkatan motilitas usus pada pasien pascaoperasi

dengan anestesi umum.

2. Lingkup subyek

Subyek dalam penelitian ini adalah pasien pascaoperasi dengan

anestesi umum di Bangsal Melati RSUD Panembahan Senopati Bantul.

3. Lingkup lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bangsal Melati RSUD Panembahan

Senopati Bantul.

4. Lingkup waktu penelitian

8

Page 9: Bab 1

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2009

F. Keaslian Penelitian

Adapun beberapa penelitian yang berhubungan dengan kompres hangat,

diantaranya :

1. Jatmiko Adi Ponco (2007), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Pemberian Tepid Sponge Both Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada

Pasien Hipertermia Di Ruang Flamboyan RS TK II 04.05.01 dr,

SOEDJONO Magelang”. Karekteristik respondennya pada pasien

hipertermia pada anak usia 1 sampai dengan 12 tahun, dengan hasil

penelitian bahwa kompres hangat pada anak menurunkan suhu tubuh sebesar

0.57˚ C.

Perbedaan penelitian Adi ponco jatmiko dengan peneliti dilihat pada

variabel terikatnya yaitu penurunan suhu tubuh pada pasien

hipertermi,sedangkan peneliti variabel terikatnya adalah peningkatan

motilitas usus pada pasien pascaoperasi dengan anestesi umum. Persamaan

penelitian Adi ponco jatmiko dengan yang dilakukan peneliti adalah

menggunakan penelitian eksperimen.

2. Supriyanti Sri (2007), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Pemberian Kompres Hangat Basah Terhadap Tingkat Keparahan Flebitis

9

Page 10: Bab 1

Pada Pasien Dewasa di Ruang Rawat Inap kelas III RS PKU

Muhammadiyah”. Penelitian ini mengunakan pretest-posttest design with

control group dengan hasil penelitian bahwa Pemberian kompres hangat

basah lebih menurunkan tingkat keparahan flebitis dibandingkan tanpa

perlakuan apapun.

Perbedaan penelitian Sri Supriyanti dengan peneliti dilihat dari variabel

terikatnya yaitu tingkat keparahan flebitis,sedangkan pada peneliti variabel

terikatnya adalah peningkatan motilitas usus. Persamaan penelitian Sri

Supriyanti dengan yang dilakukan peneliti adalah menggunakan pretest-

posttest design with control group.

3. Wahyudi Soni (2008), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Kompres Hangat Terhadap Waktu Flatus Pada Pasien Post Operasi Sectio

Saesaria di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten”. Penelitian ini

menggunakan Penelitian ini mengunakan pretest-posttest design with

control group dengan hasil penelitian bahwa responden yang dilakukan

perlakuan kompres hangat lebih cepat flatusnya daripada responden yang

tidak dilakukan kompres hangat.

Perbedaan penelitian Soni Wahyudi dengan peneliti dilihat dari variabel

terikatnya yaitu waktu flatus sedangkan pada peneliti variabel terikatnya

adalah peningkatan motilitas usus. Persamaan penelitian Soni Wahyudi

dengan yang dilakukan peneliti adalah menggunakan pretest-posttest design

with control group.

10