bab 1
TRANSCRIPT
![Page 1: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081418/55721235497959fc0b90361d/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 DEFENISI
Flegmon (Yunani: phlegnionè = peradangan; pembengkakan). Peradangan akut
yang mengenai jaringan subkutis, biasanya didahului oleh luka atau trauma, dengan
penyebab Streptococcus betahemolitikus dan Staphilococcus aureus disebut selulitis.
Flegmon adalah selulitis yang mengalami supurasi. Sedangkan bentuk selulitis
superfisial yang mengenai pembuluh limfe yang disebabkan oleh Streptokokus
betahemolitikus grup A disebut erisipelas.
Peradangan itu sendiri adalah reaksi lokal pada vaskuler dan unsur-unsur
pendukung jaringan terhadap cedera yang mengakibatkan pembentukan eksudat.
Eksudat itu sendiri adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas
1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang
melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang
memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya
tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan
serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya. Eksudat pada
phlegmon bersifat purulen dimana konsentrasi sel neutrofil polimorfonuklear (PMN)
lebih tinggi di banding bagian cairan dan proteinosa.
1.2 ETIOLOGI
Peradangan pada phlegmon biasanya diakibatkan oleh bakteri streptoccus dan
bakteri anaerob lainnya. Streptococcus adalah bakteri gram positif ditemukan sebagai
bagian flora normal manusia pada saluran nafas, cerna, dan kemih-kelamin. Biasanya
yang menyebabkan infeksi adalah streptococcus yang bersifat anaerob fakultatif.
Bakteri ini dapat menginfeksi kulit dan jaringan lunak.
Pada saluran cerna, infeksi biasanya disebabkan oleh polimikroba, dimana
mencakup sekelompok bakteri anaerob atau mikroba lainnya. Bakteri atau sumber
infeksi berasal dari daerah perlukaan atau abrasi. Bakteri dapat masuk kedalam jaringan
melalui trauma tersebut, walaupun kadang trauma itu sendiri di abaikan. Pada kasus
tertentu awal infeksi berasal dari kulit kemudian menyebar pada jaringan di bawahnya
hingga mengenai otot. Dengan kata lain Phlegmon juga merupakan komplikasi atau
hasil lanjutan dari suatu proses infeksi sebelumnya.
1
![Page 2: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081418/55721235497959fc0b90361d/html5/thumbnails/2.jpg)
1.3 FAKTOR RISIKO
Faktor predisposisi erysipelas, selulitis, flegmon adalah : kakheksia, diabetes
melitus, malnutrisi, disgammaglobulinemia, alkoholisme dan keadaan yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh terutama bila disertai higiene yang jelek; diabetes dan
alkoholisme sering diobservasi sebagai faktor predisposisi erysipelas.
Faktor predisposisi yang bersifat lokal pada erisipelas umumnya edema baik
yang berasal dari renal maupun sistim limfatik. Selulitis umumnya terjadi akibat
komplikasi suatu luka/ulkus atau lesi kulit yang lain, namun dapat terjadi secara
mendadak pada kulit yang normal terutama pada edema limfatik, renal atau hipostatik.
1.4 PATOGENESIS
Dalam keadaan normal, kulit memiliki berbagai jenis bakteri. Tetapi kulit yang
utuh merupakan penghalang yang efektif, yang mencegah masuk dan berkembangnya
bakteri di dalam tubuh. Jika kulit terluka, bakteri bisa masuk dan tumbuh di dalam
tubuh, menyebabkan infeksi dan peradangan. Jaringan kulit yang terinfeksi menjadi
merah, panas dan nyeri.
Ketika bakteri masuk melalui trauma (perlukaan, abrasi), bakteri selanjutnya
akan menginvasi jaringan, dimana tubuh dalam hal ini akan memberi reaksi terhadap
invasi tersebut. Infeksi ini dapat memicu munculnya reaksi peradangan. Adanya benda
asing dengan segala produknya menyebabkan reaksi dari host yang melibatkan leukosit
fagositik (neutrofil atau PMN, makrofag, atau eosinofil), trombosit, limfosit dan system
komplemen.
Adanya cairan dalam proses peradangan, atau yang yang disebut eksudat,
tergantung dari peradangan itu sediri. Mulai dari factor penyebab, organ yang terlibat,
maupun lamanya peradangan. Eksudat neutrofilik adalah eksudat yang terjadi akibat
nekrosis dari jaringan yang penyebabnya biasanya dari infeksi bakteri.
Apabila konsentrasi sel PMN lebih tinggi dibanding konsentrasi cairan maupun
proteinosa, maka eksudat neutrofilik macam ini disebut eksudat purulen. Apabila
peradangan purulen ini menyebar secara difus maka inilah yang dinamakan phlegmon.
Terkadang phlegmon dikaitkan dengan dengan abses yang merupakan peradangan
neutronfilik supuratif , walaupun tidak selama dapat dikaitkan.
2
![Page 3: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081418/55721235497959fc0b90361d/html5/thumbnails/3.jpg)
1.5 GEJALA KLINIS
a. Erisipelas
- Masa inkubasi 2-5 hari
- Gejala konstitusi :
1. Demam tinggi (pada bayi sering diikuti konvulsi)
2. Sakit kepala, lesu, muntah-muntah.
- Pada daerah kulit:
1. Kulit yang terkena terlihat merah cerah, agak menonjol, batas jelas, nyeri
tekan, teraba panas
2. Kadang-kadang dijumpai vesikel vesikel kecil pada tepinya.
3. Dapat juga dijumpai bentuk bulosa.
Gambar 1. Erisipelas
b. Selulitis
- Gambaran kliniknya tergantung akut/tidaknya infeksi.
- Penderita bisa mengalami gejala konstitusi seperti
1. Demam, menggigil
2. Peningkatan denyut jantung
3. Sakit kepala.
4. Penurunan nafsu makan
5. Malaise
Kadang-kadang gejala-gejala ini timbul beberapa jam sebelum gejala
lainnya muncul di kulit. Tetapi pada beberapa kasus gejala-gejala ini sama
sekali tidak ada.
3
![Page 4: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081418/55721235497959fc0b90361d/html5/thumbnails/4.jpg)
- Kelainan kulit berupa:
1. Plak eritem yang berwarna lebih gelap
2. Infiltrat difus di subkutan
3. Tanda radang akut seperti merah, bengkak, nyeri tekan, mengkilat dan
teraba hangat.
Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah
yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan
tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange).
Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan
(vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah. Karena
infeksi menyebar ke daerah yang lebih luas, maka kelenjar getah bening di
dekatnya bisa membengkak dan teraba lunak :
Pembesaran KGB inguinal infeksi di tungkai
Pembesaran KGB axilla infeksi di lengan
Jika selulitis kembali menyerang sisi yang sama, maka pembuluh getah
bening di dekatnya bisa mengalami kerusakan dan menyebabkan
pembengkakan jaringan yang bersifat menetap.
Kadang-kadang bisa timbul abses sebagai akibat dari selulitis. Meskipun
jarang, bisa terjadi komplikasi serius berupa penyebaran infeksi d bawah kulit
yang menyebabkan kematian jaringan (seperti pada gangren streptokokus dan
fasitis nekrotisasi) dan penyebaran infeksi melalui aliran darah (bakteremia) ke
bagian tubuh lainnya.
Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon,
nekrosis atau gangren) Lokalisasi lesi erisipelas dan selulitis paling sering pada
anggota gerak bawah/atas, wajah, badan dan genitalia.
Gambar 2. Selulitis
4
![Page 5: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081418/55721235497959fc0b90361d/html5/thumbnails/5.jpg)
1.6 DIAGNOSA
a. Anamnesis
Terutama mengenai riwayat mikrotrauma.
b. Pemeriksaan fisik
1. Erisipelas : kulit tampak berwarna merah cerah, batas jelas
2. Selulitis :
- Kulit tampak berwarna merah gelap
- Ada infiltrate difus
- Pembengkakan yang terlokalisir (edema)
3. Flegmon
- Kulit tampak berwarna merah gelap
- Ada infiltrat difus yang telah pecah
- Pembengkakan yang terlokalisir (edema)
c. Pemeriksaan laboratorium
- Menunjukkan peningkatan jumlah leukosit (leukositosis)
- Untuk menentukan penyebabnya, dilakukan pembiakan terhadap contoh darah
atau jaringan kulit yang terinfeksi, pus atau eksudat (kultur).
1.7 PENGOBATAN
Tujuan utama dari pengobatan phlegmon adalah mengatasi penyebab,
mencegah perluasan penyebaran, dan mencegah kembalinya penyakit. Jika keadaan
inflamasi ringan sampai sedang dan keadaan umum dari pasien baik dapat diberikan
kompres terbuka dengan larutan PK 1/10.000 2-3x sehari selama 15-30 menit, efeknya
sebagai mendinginkan, mengurangi inflamasi, antiseptic, dan antibiotik.
Pada flegmon karena H. influenza diberikan ampisilin 200 mg/kgbb/hari selama
7-10 hari dan pada kasus berat dapat dikombinasi dengan kloramfenikol 100
mglkgbb/hari. Flegmon karena streptokokus diberi penisilin prokain G (dosis =
erisipelas) Pada flegmon yang ternyata penyebabnya bukan Stafilokokus aureus
penghasil penisilinase (non SAPP) dapat diberi penisilin. Pada yang alergi terhadap
penisilin, sebagai alternatif digunakan eritromisin atau klindamisin (dosis = erisipelas).
Pada yang penyebabnya SAPP selain eritromisin dan klindamisin, juga dapat diberikan
dikloksasilin 12,525 mglkgbb/hari secara oral selama 7-10 hari, atau sefalozelin IMIIV
(dewasa 1 g/hari, kasus berat ditingkatkan 35 gram/hari; bayi dan anak-anak 2040
5
![Page 6: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081418/55721235497959fc0b90361d/html5/thumbnails/6.jpg)
mg/kgbb/ hari, kasus berat sampai 100 mg/kgbb/hari; neonati 1020 mg/ kgbb/hari
diberikan 2 kali sehari)
Jika keadaan buruk dan inflamasi yang terjadi berat maka dilakukan tindakan
pembedahan yang meliputi drainase, disertai dengan pemberian antibiotik. Beberapa
hal yang harus di perhatikan dalam tindakan pembedahan yaitu :
1. Mencegah menyebarnya pus selama operasi berlangsung.
2. Mempertimbangkan faktor kosmetik untuk operasi di daerah wajah.
3. Mencegah perlukaan yang tidak perlu, atau kerusakan saraf selama operasi.
1.8 Komplikasi
Komplikasi dari penyakit ini adalah meluasnya daerah infeksi ke jaringan
sekitar. Oleh karena itu sangat tergantung pada lokasi dari phlegmon itu sendiri.
1.9 Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada beberapa factor, antara lain keadaan umum
pasien, beratnya penyakit, penggunaan antibiotik yang sesuai, dan tindakan
pembedahan yang baik.
Apabila keadaan umum pasien baik maka pemulihan dapat berjalan dengan baik
pula. Semakin berat penyakit maka semakin sulit penanganan dan semakin susah
penyebuhannya. Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai tidak akan menghasilkan
sesuatu yang diharapkan, oleh karena itu diperlukan antibiotik yang sesuai dengan
dandosis yang tepat untuk inflamasi yang terjadi. Kultur diperlukan untuk hal ini.
Tindakan pembedahan yang baik dapat mencegah perluasan penyakit dan mencegah
kembalinya penyakit.
1.10 PENCEGAHAN
Untuk menghindari kerusakan kulit pada saat bekerja atau berolah raga, gunakanlah
pelindung yang tepat.
Bersihkan setiap luka di kulit secara seksama.
Mengusahakan tidak terjadinya kerusakan kulit atau bila telah terjadi kerusakan
kulit berupa luka kecil maka segera dirawat/diobati
Waspada terhadap terjadinya tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan, nyeri,
pembengkakan.
6
![Page 7: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081418/55721235497959fc0b90361d/html5/thumbnails/7.jpg)
Jaga kesehatan dan kendalikan penyakit menahun. Tubuh yang sehat akan lebih
mudah melawan bakteri sebelum mereka berkembang biak dan menyebabkan
infeksi, sedangkan tubuh yang lemah memiliki pertahanan infeksi yang jelek.
7
![Page 8: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081418/55721235497959fc0b90361d/html5/thumbnails/8.jpg)
BAB II
ILUSTRASI KASUS
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI 2
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/ kelamin/ umur : Syamsuar / Laki-Laki/ 55 tahun
b. Pekerjaan/ pendidikan : Wiraswasta / Tukang ojek, peternak
c. Alamat : Jl. Dadok RT 01 RW 03, Tunggul HItam
2. Latar Belakang sosial- ekonomi- demografi- lingkungan keluarga
a. Status perkawinan : Sudah menikah
b. Jumlah anak : 4 orang
c. Status ekonomi keluarga
Keluarga pasien termasuk keluarga yang cukup mampu. Pasien bekerja
sebagai tukang ojek, dengan penghasilan yang tidak tetap setiap harinya. Pasien
memiliki 4 anak, 2 orang diantaranya masih sekolah ( SMP dan SMA ). Pasien
memiliki beberapa hewan ternak di sekitar rumahnya, diantaranya ayam, bebek,
kelinci, kambing, dan ikan kolam. Istri pasien tidak bekerja.
d. KB : -
e. Kondisi rumah :
- Rumah papan, satu kamar tidur, satu ruang tamu yang merangkap sebagai
ruang keluarga, satu dapur dan 1 kamar mandi
- Lantai rumah tanah, yang di alas tikar plastic
- Didepan dan samping rumah terdapat kandang ayam, anjing, bebek, kelinci.
Di belakang rumah terdapat kolam ikan dan kandang kambing,
- Terdapat pakaian di tumpuk di ruang keluarga
- Kamar mandi dan WC berada di belakang rumah. Terdapat sumur gali,
warna air kuning
- Sumber air minum air gallon
- Pekarangan cukup luas, becek, banyak kotoran ternak
8
![Page 9: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081418/55721235497959fc0b90361d/html5/thumbnails/9.jpg)
- Sampah di bakar di belakang rumah
Kesan : hygiene dan sanitasi kurang
f. Kondisi lingkungan keluarga
- Pasien tinggal berdua dengan istri
- Pasien tinggal terpisah dengan 4 anaknya. Anaknya tinggal di Siteba,
sementara pasien tinggal di tunggul hitam dengan alasan ingin beternak
disini.
3. Aspek psikologis keluarga
- Hubungan pasien dengan keluarga baik
- Istri pasien juga sangat memerhatikan pasien, mereka rutin berobat ke
Puskesmas, terlebih istri pasien juga menderita hiperetensi.
4. Riwayat Penyakit dahulu/ penyakit keluarga
- Pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
- Riwayat DM, hipertensi tidak ada
5. Keluhan utama
- Nyeri pada jari tengah tangan kanan sejak 2 hari yang lalu
6. Riwayat Penyakit Sekarang :
- Nyeri pada jari tengah tangan kanan sejak 2 hari yang lalu. Nyeri telah
dirasakan sejak 9 hari yang lalu. Awalnya sedang bekerja mengangkat
barang, kemudian tangannya mengenai kayu dan jarinya tergores.Satu hari
setelah kejadian, pasien merasakan bengkak pada jari tengah tangan kanan,
merah dan nyeri. Nyeri tersebut terasa berdenyut- denyut membuat pasien
tidak bisa tidur malam harinya. Pasien kemudian membalut jarinya tersebut
dengan inai dengan tujuan untuk mendinginkan dan mengurangi rasa nyeri.
Keesokan harinya pasien pergi berobat ke Puskesmas dan diberikan dua
obat berbentuk tablet. Setelah berobat, pasein merasakan tidak ada
perbaikan, jari semakin bengkak, warna merah kehitaman, nyeri dan 5 hari
setelah itu daerah yang bengkak tersebut mengeluarkan cairan berwarna
kemerahan.
- Demam ada 8 hari yang lalu, demam tidak tinggi, tidak menggigil dan tidak
berkeringat. Saat ini demam sudah tidak ada
9
![Page 10: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081418/55721235497959fc0b90361d/html5/thumbnails/10.jpg)
- Pasien mengeluhkan badan terasa lemas dan nafsu makan menurun sejak
beberapa hari terakhir.
- Riwayat menderita penyakit kronik tidak ada
- Riwayat mengkonsumsi obat jangka lama tidak ada
- Riwayat kelainan kulit lain tidak ada
7. Pemeriksaan fisik
Status generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 88 kali/ menit
Nafas : 20 kali/ menit
Suhu : 37,70 C
BB : 60 kg
TB : 165 kg
IMT : 22. 03 (normoweight)
Status Internus
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Kulit : status lokalis
Dada :
Paru
Inspeksi : simetris kiri kanan
Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : versikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
10
![Page 11: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081418/55721235497959fc0b90361d/html5/thumbnails/11.jpg)
Auskultasi : bising usus (+) normal
- Status Dermatologikus
Lokasi : Jari tengah tangan kanan
Distribusi : Terlokalisir
Bentuk/Susunan : Tidak khas / tidak khas
Batas : Tegas
Ukuran : numular
Efloresensi : Plak eritem, edema, krusta kekuningan, skuama putiih kasar
- Status Venerologikus : Tidak diperiksa
- Kelainan Selaput : Tidak diperiksa
- Kelainan kuku : Tidak ditemukan kelainan
- Kelainan rambut : Tidak ditemukan kelainan
- Kelainan kelenjar limfe : tidak ada pembesaran
8. Pemeriksaan laboratorium anjuran : - Darah rutin
- Kultur dan sensitivity test
9. Diagnosis kerja : Flegmon et regio digitti III manus dextra
10. Manajemen
a. Preventif
Untuk menghindari kerusakan kulit pada saat bekerja atau berolah raga
gunakanlah pelindung yang tepat.
Bersihkan setiap luka di kulit secara seksama.
11
![Page 12: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081418/55721235497959fc0b90361d/html5/thumbnails/12.jpg)
Mengusahakan tidak terjadinya kerusakan kulit atau bila telah terjadi
kerusakan kulit berupa luka kecil maka segera dirawat/diobati
Waspada terhadap terjadinya tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan,
nyeri, pembengkakan.
Jaga kesehatan dan kendalikan penyakit menahun. Tubuh yang sehat
akan lebih mudah melawan bakteri sebelum mereka berkembang biak
dan menyebabkan infeksi, sedangkan tubuh yang lemah memiliki
pertahanan infeksi yang jelek.
b. Promotif
- Menjelaskan kepada pasien penyebab dari penyakit ini sehingga bisa
mencegah untuk berulangnya penyakit seperti ini
- Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan sehingga tidak mudah
terkena berbagai penyakit kulit.
c. Kuratiif
1. Sistemik
Amoksisilin tablet 500 mg 3 x sehari
Asam mefenamat tablet 500 mg 3 x sehari
Vitamin C 3x sehari
2. Topikal
Kompres rivanol
d. Rehabilitatif
- Kontrol ke puskesmas, jika keluhan tidak berkurang
DISKUSI
12
![Page 13: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081418/55721235497959fc0b90361d/html5/thumbnails/13.jpg)
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki usia 55 tahun , dengan diagnosis
flegmon et regio digitti III manus dextra. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik.
Flegmon merupakan selulitis yang mengalami supurasi. Selulitis itu sendiri
adalah Peradangan akut yang mengenai jaringan subkutis, biasanya didahului oleh luka
atau trauma, dengan penyebab Streptococcus betahemolitikus dan Staphilococcus
aureus. Gejala yang sering timbul pada flegmon adalah kulit tampak berwarna merah
gelap, ada infiltrat difus yang telah pecah, pembengkakan yang terlokalisir (edema).
Munculnya flegmon diawali oleh erisipelas kemudian selulitis. Dan penyebab tersering
ialah miktotrauma.
Pada kasus di atas, pasien mengalami gejala nyeri, bengkak berwarna merah
kehitaman pada jari tangan kana sejak 9 hari yang lalu. Tujuh hari setelah itu, jari yang
bengkak tersebut pecah dan mengeluarkan cairan berwarna merah bercaampur kuning.
Untuk menegakkan diagnosis flegmon lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dengan ditemukannya daerah yang bengkak, merah dan mengeluarkan cairan,
kemungkinan ini adalah selulitis yang telah mengalami supurasi.
Penyebab yang mungkin sebagai pencetus selulitis pada pasien ini adalah
adanya mikrotrauma berupa tangan yang tergores kayu, disertai higienitas pasien yang
tidak bagus. Selulitis tidak sembuh setelah dibawa berobat ke puskesmas dan kemudian
pecah menjadi flegmon bisa disebabkan karena beberapa kemungkinan seperti pasien
yang tidak merawat selulitis dengan baik atau karena pasien tidak meminum obat dari
Puskesmas.
Pengobatan yang diberikan pada pasien di atas ialah pemberian rivanol,
antibiotik ( amoxicilin ), analgetik (Asam mefenamat ). Kemudian pasien diminta untuk
kontrol lagi 1 minggu jika gejala tidak hilang.
DAFTAR PUSTAKA
13
![Page 14: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081418/55721235497959fc0b90361d/html5/thumbnails/14.jpg)
1. Bernard P. Bonnetblanc JM, Denis F. Dermatology in Europe (ed) Emililiano Panconesi.
Blackweil Scien. Publ. 1991 : 102104.
2. Charter C. Grosshans E. Internat. J. Dermatol. 1985; 29(7): 459-66.
5. DiNubile Mark J. Septic Thrombosis of the Cavernosus Sinuses. Arch Neurol 1988;
45: 56772.
3. Harun ES, SUkanto H, Agusni 1, Soeparlan AG. Erisipelas. Dalam: Pedoman Diagnosis
dan Terapi RSUD Dr. Soetomo. Surabaya: LabIUPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelanun FK
UNAIR/RSUD Dr. Soetomo, 1982: 29-31.
4. Hanger SB. Facial Cellulitis. Pediatrics 1981; 67: 37677.
14