bab 1

20
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 DEFENISI Flegmon (Yunani: phlegnionè = peradangan; pembengkakan). Peradangan akut yang mengenai jaringan subkutis, biasanya didahului oleh luka atau trauma, dengan penyebab Streptococcus betahemolitikus dan Staphilococcus aureus disebut selulitis. Flegmon adalah selulitis yang mengalami supurasi. Sedangkan bentuk selulitis superfisial yang mengenai pembuluh limfe yang disebabkan oleh Streptokokus betahemolitikus grup A disebut erisipelas. Peradangan itu sendiri adalah reaksi lokal pada vaskuler dan unsur-unsur pendukung jaringan terhadap cedera yang mengakibatkan pembentukan eksudat. Eksudat itu sendiri adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya. Eksudat pada phlegmon bersifat purulen dimana konsentrasi sel neutrofil polimorfonuklear (PMN) lebih tinggi di banding bagian cairan dan proteinosa. 1

Upload: dini-amalia

Post on 07-Aug-2015

315 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 DEFENISI

Flegmon (Yunani: phlegnionè = peradangan; pembengkakan). Peradangan akut

yang mengenai jaringan subkutis, biasanya didahului oleh luka atau trauma, dengan

penyebab Streptococcus betahemolitikus dan Staphilococcus aureus disebut selulitis.

Flegmon adalah selulitis yang mengalami supurasi. Sedangkan bentuk selulitis

superfisial yang mengenai pembuluh limfe yang disebabkan oleh Streptokokus

betahemolitikus grup A disebut erisipelas.

Peradangan itu sendiri adalah reaksi lokal pada vaskuler dan unsur-unsur

pendukung jaringan terhadap cedera yang mengakibatkan pembentukan eksudat.

Eksudat itu sendiri adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas

1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang

melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang

memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya

tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan

serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya. Eksudat pada

phlegmon bersifat purulen dimana konsentrasi sel neutrofil polimorfonuklear (PMN)

lebih tinggi di banding bagian cairan dan proteinosa.

1.2 ETIOLOGI

Peradangan pada phlegmon biasanya diakibatkan oleh bakteri streptoccus dan

bakteri anaerob lainnya. Streptococcus adalah bakteri gram positif ditemukan sebagai

bagian flora normal manusia pada saluran nafas, cerna, dan kemih-kelamin. Biasanya

yang menyebabkan infeksi adalah streptococcus yang bersifat anaerob fakultatif.

Bakteri ini dapat menginfeksi kulit dan jaringan lunak.

Pada saluran cerna, infeksi biasanya disebabkan oleh polimikroba, dimana

mencakup sekelompok bakteri anaerob atau mikroba lainnya. Bakteri atau sumber

infeksi berasal dari daerah perlukaan atau abrasi. Bakteri dapat masuk kedalam jaringan

melalui trauma tersebut, walaupun kadang trauma itu sendiri di abaikan. Pada kasus

tertentu awal infeksi berasal dari kulit kemudian menyebar pada jaringan di bawahnya

hingga mengenai otot. Dengan kata lain Phlegmon juga merupakan komplikasi atau

hasil lanjutan dari suatu proses infeksi sebelumnya.

1

Page 2: Bab 1

1.3 FAKTOR RISIKO

Faktor predisposisi erysipelas, selulitis, flegmon adalah : kakheksia, diabetes

melitus, malnutrisi, disgammaglobulinemia, alkoholisme dan keadaan yang dapat

menurunkan daya tahan tubuh terutama bila disertai higiene yang jelek; diabetes dan

alkoholisme sering diobservasi sebagai faktor predisposisi erysipelas.

Faktor predisposisi yang bersifat lokal pada erisipelas umumnya edema baik

yang berasal dari renal maupun sistim limfatik. Selulitis umumnya terjadi akibat

komplikasi suatu luka/ulkus atau lesi kulit yang lain, namun dapat terjadi secara

mendadak pada kulit yang normal terutama pada edema limfatik, renal atau hipostatik.

1.4 PATOGENESIS

Dalam keadaan normal, kulit memiliki berbagai jenis bakteri. Tetapi kulit yang

utuh merupakan penghalang yang efektif, yang mencegah masuk dan berkembangnya

bakteri di dalam tubuh. Jika kulit terluka, bakteri bisa masuk dan tumbuh di dalam

tubuh, menyebabkan infeksi dan peradangan. Jaringan kulit yang terinfeksi menjadi

merah, panas dan nyeri.

Ketika bakteri masuk melalui trauma (perlukaan, abrasi), bakteri selanjutnya

akan menginvasi jaringan, dimana tubuh dalam hal ini akan memberi reaksi terhadap

invasi tersebut. Infeksi ini dapat memicu munculnya reaksi peradangan. Adanya benda

asing dengan segala produknya menyebabkan reaksi dari host yang melibatkan leukosit

fagositik (neutrofil atau PMN, makrofag, atau eosinofil), trombosit, limfosit dan system

komplemen.

Adanya cairan dalam proses peradangan, atau yang yang disebut eksudat,

tergantung dari peradangan itu sediri. Mulai dari factor penyebab, organ yang terlibat,

maupun lamanya peradangan. Eksudat neutrofilik adalah eksudat yang terjadi akibat

nekrosis dari jaringan yang penyebabnya biasanya dari infeksi bakteri.

Apabila konsentrasi sel PMN lebih tinggi dibanding konsentrasi cairan maupun

proteinosa, maka eksudat neutrofilik macam ini disebut eksudat purulen. Apabila

peradangan purulen ini menyebar secara difus maka inilah yang dinamakan phlegmon.

Terkadang phlegmon dikaitkan dengan dengan abses yang merupakan peradangan

neutronfilik supuratif , walaupun tidak selama dapat dikaitkan.

2

Page 3: Bab 1

1.5 GEJALA KLINIS

a. Erisipelas

- Masa inkubasi 2-5 hari

- Gejala konstitusi :

1. Demam tinggi (pada bayi sering diikuti konvulsi)

2. Sakit kepala, lesu, muntah-muntah.

- Pada daerah kulit:

1. Kulit yang terkena terlihat merah cerah, agak menonjol, batas jelas, nyeri

tekan, teraba panas

2. Kadang-kadang dijumpai vesikel vesikel kecil pada tepinya.

3. Dapat juga dijumpai bentuk bulosa. 

Gambar 1. Erisipelas

b. Selulitis 

- Gambaran kliniknya tergantung akut/tidaknya infeksi.

- Penderita bisa mengalami gejala konstitusi seperti

1. Demam, menggigil

2. Peningkatan denyut jantung

3. Sakit kepala.

4. Penurunan nafsu makan

5. Malaise

Kadang-kadang gejala-gejala ini timbul beberapa jam sebelum gejala

lainnya muncul di kulit. Tetapi pada beberapa kasus gejala-gejala ini sama

sekali tidak ada.

3

Page 4: Bab 1

- Kelainan kulit berupa:

1. Plak eritem yang berwarna lebih gelap

2. Infiltrat difus di subkutan

3. Tanda radang akut seperti merah, bengkak, nyeri tekan, mengkilat dan

teraba hangat.

Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah

yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan

tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange).

Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan

(vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah. Karena

infeksi menyebar ke daerah yang lebih luas, maka kelenjar getah bening di

dekatnya bisa membengkak dan teraba lunak :

Pembesaran KGB inguinal infeksi di tungkai

Pembesaran KGB axilla infeksi di lengan

Jika selulitis kembali menyerang sisi yang sama, maka pembuluh getah

bening di dekatnya bisa mengalami kerusakan dan menyebabkan

pembengkakan jaringan yang bersifat menetap.

Kadang-kadang bisa timbul abses sebagai akibat dari selulitis. Meskipun

jarang, bisa terjadi komplikasi serius berupa penyebaran infeksi d bawah kulit

yang menyebabkan kematian jaringan (seperti pada gangren streptokokus dan

fasitis nekrotisasi) dan penyebaran infeksi melalui aliran darah (bakteremia) ke

bagian tubuh lainnya.

Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon,

nekrosis atau gangren) Lokalisasi lesi erisipelas dan selulitis paling sering pada

anggota gerak bawah/atas, wajah, badan dan genitalia.

Gambar 2. Selulitis

4

Page 5: Bab 1

1.6 DIAGNOSA

a. Anamnesis

Terutama mengenai riwayat mikrotrauma.

b. Pemeriksaan fisik

1. Erisipelas : kulit tampak berwarna merah cerah, batas jelas

2. Selulitis :

- Kulit tampak berwarna merah gelap

- Ada infiltrate difus

- Pembengkakan yang terlokalisir (edema)

3. Flegmon

- Kulit tampak berwarna merah gelap

- Ada infiltrat difus yang telah pecah

- Pembengkakan yang terlokalisir (edema)

c. Pemeriksaan laboratorium

- Menunjukkan peningkatan jumlah leukosit (leukositosis)

- Untuk menentukan penyebabnya, dilakukan pembiakan terhadap contoh darah

atau jaringan kulit yang terinfeksi, pus atau eksudat (kultur).

1.7 PENGOBATAN

Tujuan utama dari pengobatan phlegmon adalah mengatasi penyebab,

mencegah perluasan penyebaran, dan mencegah kembalinya penyakit. Jika keadaan

inflamasi ringan sampai sedang dan keadaan umum dari pasien baik dapat diberikan

kompres terbuka dengan larutan PK 1/10.000 2-3x sehari selama 15-30 menit, efeknya

sebagai mendinginkan, mengurangi inflamasi, antiseptic, dan antibiotik.

Pada flegmon karena H. influenza diberikan ampisilin 200 mg/kgbb/hari selama

7-10 hari dan pada kasus berat dapat dikombinasi dengan kloramfenikol 100

mglkgbb/hari. Flegmon karena streptokokus diberi penisilin prokain G (dosis =

erisipelas) Pada flegmon yang ternyata penyebabnya bukan Stafilokokus aureus

penghasil penisilinase (non SAPP) dapat diberi penisilin. Pada yang alergi terhadap

penisilin, sebagai alternatif digunakan eritromisin atau klindamisin (dosis = erisipelas).

Pada yang penyebabnya SAPP selain eritromisin dan klindamisin, juga dapat diberikan

dikloksasilin 12,525 mglkgbb/hari secara oral selama 7-10 hari, atau sefalozelin IMIIV

(dewasa 1 g/hari, kasus berat ditingkatkan 35 gram/hari; bayi dan anak-anak 2040

5

Page 6: Bab 1

mg/kgbb/ hari, kasus berat sampai 100 mg/kgbb/hari; neonati 1020 mg/ kgbb/hari

diberikan 2 kali sehari)

Jika keadaan buruk dan inflamasi yang terjadi berat maka dilakukan tindakan

pembedahan yang meliputi drainase, disertai dengan pemberian antibiotik. Beberapa

hal yang harus di perhatikan dalam tindakan pembedahan yaitu :

1. Mencegah menyebarnya pus selama operasi berlangsung.

2. Mempertimbangkan faktor kosmetik untuk operasi di daerah wajah.

3. Mencegah perlukaan yang tidak perlu, atau kerusakan saraf selama operasi.

1.8 Komplikasi

Komplikasi dari penyakit ini adalah meluasnya daerah infeksi ke jaringan

sekitar. Oleh karena itu sangat tergantung pada lokasi dari phlegmon itu sendiri.

1.9 Prognosis

Prognosis sangat tergantung pada beberapa factor, antara lain keadaan umum

pasien, beratnya penyakit, penggunaan antibiotik yang sesuai, dan tindakan

pembedahan yang baik.

Apabila keadaan umum pasien baik maka pemulihan dapat berjalan dengan baik

pula. Semakin berat penyakit maka semakin sulit penanganan dan semakin susah

penyebuhannya. Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai tidak akan menghasilkan

sesuatu yang diharapkan, oleh karena itu diperlukan antibiotik yang sesuai dengan

dandosis yang tepat untuk inflamasi yang terjadi. Kultur diperlukan untuk hal ini.

Tindakan pembedahan yang baik dapat mencegah perluasan penyakit dan mencegah

kembalinya penyakit.

1.10 PENCEGAHAN

Untuk menghindari kerusakan kulit pada saat bekerja atau berolah raga, gunakanlah

pelindung yang tepat.

Bersihkan setiap luka di kulit secara seksama.

Mengusahakan tidak terjadinya kerusakan kulit atau bila  telah terjadi kerusakan

kulit berupa luka kecil maka segera  dirawat/diobati

Waspada terhadap terjadinya tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan, nyeri,

pembengkakan.

6

Page 7: Bab 1

Jaga kesehatan dan kendalikan penyakit menahun. Tubuh yang sehat akan lebih

mudah melawan bakteri sebelum mereka berkembang biak dan menyebabkan

infeksi, sedangkan tubuh yang lemah memiliki pertahanan infeksi yang jelek.

7

Page 8: Bab 1

BAB II

ILUSTRASI KASUS

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI 2

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/ kelamin/ umur : Syamsuar / Laki-Laki/ 55 tahun

b. Pekerjaan/ pendidikan : Wiraswasta / Tukang ojek, peternak

c. Alamat : Jl. Dadok RT 01 RW 03, Tunggul HItam

2. Latar Belakang sosial- ekonomi- demografi- lingkungan keluarga

a. Status perkawinan : Sudah menikah

b. Jumlah anak : 4 orang

c. Status ekonomi keluarga

Keluarga pasien termasuk keluarga yang cukup mampu. Pasien bekerja

sebagai tukang ojek, dengan penghasilan yang tidak tetap setiap harinya. Pasien

memiliki 4 anak, 2 orang diantaranya masih sekolah ( SMP dan SMA ). Pasien

memiliki beberapa hewan ternak di sekitar rumahnya, diantaranya ayam, bebek,

kelinci, kambing, dan ikan kolam. Istri pasien tidak bekerja.

d. KB : -

e. Kondisi rumah :

- Rumah papan, satu kamar tidur, satu ruang tamu yang merangkap sebagai

ruang keluarga, satu dapur dan 1 kamar mandi

- Lantai rumah tanah, yang di alas tikar plastic

- Didepan dan samping rumah terdapat kandang ayam, anjing, bebek, kelinci.

Di belakang rumah terdapat kolam ikan dan kandang kambing,

- Terdapat pakaian di tumpuk di ruang keluarga

- Kamar mandi dan WC berada di belakang rumah. Terdapat sumur gali,

warna air kuning

- Sumber air minum air gallon

- Pekarangan cukup luas, becek, banyak kotoran ternak

8

Page 9: Bab 1

- Sampah di bakar di belakang rumah

Kesan : hygiene dan sanitasi kurang

f. Kondisi lingkungan keluarga

- Pasien tinggal berdua dengan istri

- Pasien tinggal terpisah dengan 4 anaknya. Anaknya tinggal di Siteba,

sementara pasien tinggal di tunggul hitam dengan alasan ingin beternak

disini.

3. Aspek psikologis keluarga

- Hubungan pasien dengan keluarga baik

- Istri pasien juga sangat memerhatikan pasien, mereka rutin berobat ke

Puskesmas, terlebih istri pasien juga menderita hiperetensi.

4. Riwayat Penyakit dahulu/ penyakit keluarga

- Pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya

- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

- Riwayat DM, hipertensi tidak ada

5. Keluhan utama

- Nyeri pada jari tengah tangan kanan sejak 2 hari yang lalu

6. Riwayat Penyakit Sekarang :

- Nyeri pada jari tengah tangan kanan sejak 2 hari yang lalu. Nyeri telah

dirasakan sejak 9 hari yang lalu. Awalnya sedang bekerja mengangkat

barang, kemudian tangannya mengenai kayu dan jarinya tergores.Satu hari

setelah kejadian, pasien merasakan bengkak pada jari tengah tangan kanan,

merah dan nyeri. Nyeri tersebut terasa berdenyut- denyut membuat pasien

tidak bisa tidur malam harinya. Pasien kemudian membalut jarinya tersebut

dengan inai dengan tujuan untuk mendinginkan dan mengurangi rasa nyeri.

Keesokan harinya pasien pergi berobat ke Puskesmas dan diberikan dua

obat berbentuk tablet. Setelah berobat, pasein merasakan tidak ada

perbaikan, jari semakin bengkak, warna merah kehitaman, nyeri dan 5 hari

setelah itu daerah yang bengkak tersebut mengeluarkan cairan berwarna

kemerahan.

- Demam ada 8 hari yang lalu, demam tidak tinggi, tidak menggigil dan tidak

berkeringat. Saat ini demam sudah tidak ada

9

Page 10: Bab 1

- Pasien mengeluhkan badan terasa lemas dan nafsu makan menurun sejak

beberapa hari terakhir.

- Riwayat menderita penyakit kronik tidak ada

- Riwayat mengkonsumsi obat jangka lama tidak ada

- Riwayat kelainan kulit lain tidak ada

7. Pemeriksaan fisik

Status generalis

Keadaan umum : baik

Kesadaran : CMC

Nadi : 88 kali/ menit

Nafas : 20 kali/ menit

Suhu : 37,70 C

BB : 60 kg

TB : 165 kg

IMT : 22. 03 (normoweight)

Status Internus

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Kulit : status lokalis

Dada :

Paru

Inspeksi : simetris kiri kanan

Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : versikuler, wheezing (-), ronkhi (-)

Jantung

Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : bunyi jantung jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : tidak tampak membuncit

Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

10

Page 11: Bab 1

Auskultasi : bising usus (+) normal

- Status Dermatologikus

Lokasi : Jari tengah tangan kanan

Distribusi : Terlokalisir

Bentuk/Susunan : Tidak khas / tidak khas

Batas : Tegas

Ukuran : numular

Efloresensi : Plak eritem, edema, krusta kekuningan, skuama putiih kasar

- Status Venerologikus : Tidak diperiksa

- Kelainan Selaput : Tidak diperiksa

- Kelainan kuku : Tidak ditemukan kelainan

- Kelainan rambut : Tidak ditemukan kelainan

- Kelainan kelenjar limfe : tidak ada pembesaran

8. Pemeriksaan laboratorium anjuran : - Darah rutin

- Kultur dan sensitivity test

9. Diagnosis kerja : Flegmon et regio digitti III manus dextra

10. Manajemen

a. Preventif

Untuk menghindari kerusakan kulit pada saat bekerja atau berolah raga

gunakanlah pelindung yang tepat.

Bersihkan setiap luka di kulit secara seksama.

11

Page 12: Bab 1

Mengusahakan tidak terjadinya kerusakan kulit atau bila  telah terjadi

kerusakan kulit berupa luka kecil maka segera  dirawat/diobati

Waspada terhadap terjadinya tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan,

nyeri, pembengkakan.

Jaga kesehatan dan kendalikan penyakit menahun. Tubuh yang sehat

akan lebih mudah melawan bakteri sebelum mereka berkembang biak

dan menyebabkan infeksi, sedangkan tubuh yang lemah memiliki

pertahanan infeksi yang jelek.

b. Promotif

- Menjelaskan kepada pasien penyebab dari penyakit ini sehingga bisa

mencegah untuk berulangnya penyakit seperti ini

- Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan sehingga tidak mudah

terkena berbagai penyakit kulit.

c. Kuratiif

1. Sistemik

Amoksisilin tablet 500 mg 3 x sehari

Asam mefenamat tablet 500 mg 3 x sehari

Vitamin C 3x sehari

2. Topikal

Kompres rivanol

d. Rehabilitatif

- Kontrol ke puskesmas, jika keluhan tidak berkurang

DISKUSI

12

Page 13: Bab 1

Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki usia 55 tahun , dengan diagnosis

flegmon et regio digitti III manus dextra. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis

dan pemeriksaan fisik.

Flegmon merupakan selulitis yang mengalami supurasi. Selulitis itu sendiri

adalah Peradangan akut yang mengenai jaringan subkutis, biasanya didahului oleh luka

atau trauma, dengan penyebab Streptococcus betahemolitikus dan Staphilococcus

aureus. Gejala yang sering timbul pada flegmon adalah kulit tampak berwarna merah

gelap, ada infiltrat difus yang telah pecah, pembengkakan yang terlokalisir (edema).

Munculnya flegmon diawali oleh erisipelas kemudian selulitis. Dan penyebab tersering

ialah miktotrauma.

Pada kasus di atas, pasien mengalami gejala nyeri, bengkak berwarna merah

kehitaman pada jari tangan kana sejak 9 hari yang lalu. Tujuh hari setelah itu, jari yang

bengkak tersebut pecah dan mengeluarkan cairan berwarna merah bercaampur kuning.

Untuk menegakkan diagnosis flegmon lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Dengan ditemukannya daerah yang bengkak, merah dan mengeluarkan cairan,

kemungkinan ini adalah selulitis yang telah mengalami supurasi.

Penyebab yang mungkin sebagai pencetus selulitis pada pasien ini adalah

adanya mikrotrauma berupa tangan yang tergores kayu, disertai higienitas pasien yang

tidak bagus. Selulitis tidak sembuh setelah dibawa berobat ke puskesmas dan kemudian

pecah menjadi flegmon bisa disebabkan karena beberapa kemungkinan seperti pasien

yang tidak merawat selulitis dengan baik atau karena pasien tidak meminum obat dari

Puskesmas.

Pengobatan yang diberikan pada pasien di atas ialah pemberian rivanol,

antibiotik ( amoxicilin ), analgetik (Asam mefenamat ). Kemudian pasien diminta untuk

kontrol lagi 1 minggu jika gejala tidak hilang.

DAFTAR PUSTAKA

13

Page 14: Bab 1

1. Bernard P. Bonnetblanc JM, Denis F. Dermatology in Europe (ed) Emililiano Panconesi.

Blackweil Scien. Publ. 1991 : 102104.

2. Charter C. Grosshans E. Internat. J. Dermatol. 1985; 29(7): 459-66.

5. DiNubile Mark J. Septic Thrombosis of the Cavernosus Sinuses. Arch Neurol 1988;

45: 56772.

3. Harun ES, SUkanto H, Agusni 1, Soeparlan AG. Erisipelas. Dalam: Pedoman Diagnosis

dan Terapi RSUD Dr. Soetomo. Surabaya: LabIUPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelanun FK

UNAIR/RSUD Dr. Soetomo, 1982: 29-31.

4. Hanger SB. Facial Cellulitis. Pediatrics 1981; 67: 37677.

14