bab 1

Upload: sari-eka

Post on 16-Jul-2015

57 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Kosmetik sudah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, dan baru abad ke 19 mendapat perhatian khusus, yaitu selain untuk kecantikan juga mempunyai fungsi untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru di mulai secara besar-besaran pada abad ke 20 dan kosmetik menjadi salah satu bagian dari dunia usaha. Produk-produk kosmetik tersebut dipakai secara berulang setiap hari, sehingga diperlukan persyaratan yang aman untuk dipakai (Kusantati dkk, 2008). Menurut Media Konsumen (2006), belakangan ini jenis kosmetik yang banyak digunakan oleh wanita Indonesia adalah produk bleaching cream yang dikenal sebagai kosmetik pemutih. Produk ini banyak diminati karena menjanjikan dapat memutihkan atau menghaluskan wajah secara singkat. Hasil sampling dan pengujian kosmetik tahun 2005 terhadap 10.896 sampel kosmetik menunjukkan, terdapat 124 sampel (1,24%) tidak memenuhi syarat, diantaranya produk ilegal atau tidak terdaftar, mengandung bahan-bahan dilarang terutama Hidroquinon, Merkuri, Asam Retinoat dan Rhodamin B yang digunakan untuk memutihkan kulit wajah. Hasil pengawasan BPOM RI pada tahun 2005 dan 2006 di beberapa provinsi ditemukan 27 (dua puluh tujuh) merek kosmetik pemutih yang mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam kosmetik yaitu: Merkuri (Hg), Hidroquinon >2%, zat warna Rhodamin B dan Merah K.3. (Deviana, 2009). Khususnya mengenai produk pemutih, berbagai penelitian menunjukkan bahwa 55% dari 85% wanita Indonesia yang berkulit gelap ingin agar kulitnya menjadi lebih putih. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa 70%-80% perempuan di Asia (yaitu : Cina, Thailand, Taiwan, dan Indonesia) ingin mempunyai kulit yang lebih putih. Sebagai contoh, besarnya ingin mempunyai kulit putih, bagi perempuan di Thailand juga

Universitas Sumatera Utara

dapat dilihat dari penjualan pelembab pemutih untuk muka lebih besar dari penjualan pelembab dasar (tidak menggunakan bahan pemutih). Pada suatu laporannya, Kompas (2001) menyajikan suatu artikel mengenai produk kosmetik pemutih wajah. Dalam laporannya itu, Kompas menuliskan bahwa kulit putih merupakan dambaan bagi banyak perempuan Asia. Walaupun tidak semua perempuan Asia berkulit sawo matang (Nandityasari, 2009). Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakuka n oleh Prof. Miho Saitoh dari Universitas Waseda Jepang (tahun tidak disebutkan) yang menggunakan responden mahasiswi Universitas Indonesia menunjukkan kebanyakan responden ingin memiliki kulit yang lebih putih. Ada beberapa alasan mengapa perempuan Asia dan khususnya Indonesia ingin mempunyai kulit putih, anggapan kulit putih lebih baik dari kulit yang gelap, dan anggapan kulit yang cantik adalah kulit yang putih. Hal ini semakin dipertegas dengan digunakannya para model dalam iklan-iklan kecantikan dimana model tersebut umumnya adalah perempuan yang berkulit putih. Kulit putih telah menjadi citra kecantikan yang disebarkan oleh industri kosmetik (Nandityasari, 2009) . Hal ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan di Jepang bahwa 60% wanita Jepang dan 75% perempuan Cina masih menginginkan warna kulit yang lebih putih/cerah dari warna kulit aslinya, meskipun mereka telah memiliki kulit yang putih. Menurut Indarti (2002), mengutip Shannon (1997) hasil test yang dilakukan di Amerika menggambarkan bahwa 88% perempuan yang berusia 18 tahun ke atas berusaha mempercantik diri dengan menggunakan kosmetik. Mereka merasa bahwa kosmetik tersebut membuat mereka lebih cantik dan percaya diri (Purnamawati, 2009). Penelitian lain yang dilakukan di salah satu pusat kebugaran kota Medan menunjukkan sebanyak 46,31% responden ternyata menggunakan kosmetik pemutih yang mengandung bahan berbahaya yaitu merkur i. Dan sebesar 75,79% responden yang menggunakan kosmetika pemutih adalah

Universitas Sumatera Utara

perempuan, hal ini berkaitan bahwa tubuh, kosmetik dan kecantikan merupakan tiga hal yang saling berkaitan satu sama lain membentuk satu kesatuan representasi akan kesempurnaan perempuan. Bahkan untuk mencapai kesempurnaannya perempuan terkadang mengabaikan bahaya yang mengancam dari pemakaian kosmetika pemutih yang bahan berbahaya tersebut dan cenderung tidak percaya (Purnamawati, 2009). Menurut Manurung (2008), mengutip Dwiyatmoko (2007) dari data Tim MESKOS (Monitoring Efek Samping Kosmetik) Badan POM RI tahun 2007, menunjukkan pengaduan yang masuk kepada mereka mengenai efek samping kosmetik adalah akibat kosmetik pemutih (35%), pelembab (20%), bleaching (15%), bedak (10%), cat rambut (5%), dan parfum (5%), dengan demikian efek samping yang paling sering terjadi di masyarakat adalah akibat penggunaan kosmetika pemutih sehingga diklasifikasikan sebagai kosmetika beresiko tinggi (Purnamawati, 2009). Berdasarkan pengamatan sekilas, sekarang ini ibu-ibu karier maupun rumah tangga cenderung memiliki masalah dengan kulit, terutama kulit wajah seperti timbulnya hiperpigmentasi atau noda hitam. Hiperpigmentasi timbul karena adanya berbagai sebab antara lain faktor usia, perawatan yang salah dan paparan sinar matahari secara langsung. Berbagai macam merek kosmetika pemutih yang beredar dipasaran telah menarik minat ibu-ibu untuk menggunakannya, mereka cenderung mencoba-coba dan berharap kulitnya menjadi putih dan cantik. Kaum ibu-ibu tersebut menggunakan kosmetik pemutih sebagai solusi masalah hiperpigmentasi kulitnya tanpa memperhatikan dan mempertimbangkan dampak dari kosmetik pemutih tersebut. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti terbatasnya informasi/pengetahuan baik dari media elektronik dan cetak, produsen kosmetik pemutih maupun pemerintah mengenai kosmetik pemutih yang beredar di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang : Gambaran Pengetahuan Dampak Penggunaan Kosmetik Pemutih terhadap Kesehatan Kulit pada Ibu-ibu di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010.

1.2.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran pengetahuan dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit pada ibu-ibu di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2010.

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit pada ibu-ibu di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu-ibu tentang kosmetik dan kosmetik pemutih. b. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu-ibu tentang dampak penggunaan kosmetik pemutih. c. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu-ibu tentang tentang kesehatan kulit.

Universitas Sumatera Utara

1.4

Manfaat Penelitian

a. Memperoleh gambaran pengetahuan ibu-ibu di kelurahan Mangga tentang dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan responden penelitian mengenai gambaran dampak penggunaan kosmetik pemutih terhadap kesehatan kulit dan meningkatkan kesadaran pentingnya sikap selektif dalam membeli dan menggunakan kosmetik pemutih . c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam bidang penelitian.