bab 1

18
BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dengan berkembang pesatnya industri di Indonesia ditambah dengan era globalisasi membawa berbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja dan masyarakat sekitarnya. Risiko dalam bidang kesehatan bagi pekerja adalah kemungkinan timbulnya Penyakit Akibat Kerja yang disebabkan oleh suatu faktor tunggal yang berasal dari tempat kerja, Penyakit Terkait Kerja yang disebabkan oleh sejumlah faktor namun ada sebagian yang berasal dari tempat kerja, dan penyakit gaya hidup yang disebabkan oleh satu atau beberapa faktor risiko gaya hidup. Selain itu pekerja juga berisiko terkena cedera akibat kecelakaan kerja. Masalah kesehatan kerja yang timbul ini merupakan tanggung jawab pemerintah bersaman dengan pengusaha/investor untuk memberikan perlindungan secara menyeluruh yang meliputi aspek regulasi, aspek perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja, aspek perlindungan jaminan sosial tenaga kerja, dan aspek perlindungan lingkungan kerja. Dewasa ini pembangunan nasional tergantung banyak kepada kualitas, kompetensi dan profesionalisme sumber daya manusia termasuk praktisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Dari segi dunia usaha diperlukan produktivitas dan daya saing yang baik agar dapat berkiprah dalam bisnis internasional maupun domestik. 1

Upload: fausiah-bisma

Post on 02-Jul-2015

133 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Dengan berkembang pesatnya industri di Indonesia ditambah dengan era globalisasi

membawa berbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja dan masyarakat

sekitarnya. Risiko dalam bidang kesehatan bagi pekerja adalah kemungkinan timbulnya Penyakit

Akibat Kerja yang disebabkan oleh suatu faktor tunggal yang berasal dari tempat kerja, Penyakit

Terkait Kerja yang disebabkan oleh sejumlah faktor namun ada sebagian yang berasal dari

tempat kerja, dan penyakit gaya hidup yang disebabkan oleh satu atau beberapa faktor risiko

gaya hidup. Selain itu pekerja juga berisiko terkena cedera akibat kecelakaan kerja. Masalah

kesehatan kerja yang timbul ini merupakan tanggung jawab pemerintah bersaman dengan

pengusaha/investor untuk memberikan perlindungan secara menyeluruh yang meliputi aspek

regulasi, aspek perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja, aspek perlindungan jaminan

sosial tenaga kerja, dan aspek perlindungan lingkungan kerja.

Dewasa ini pembangunan nasional tergantung banyak kepada kualitas, kompetensi dan

profesionalisme sumber daya manusia termasuk praktisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Dari segi dunia usaha diperlukan produktivitas dan daya saing yang baik agar dapat berkiprah

dalam bisnis internasional maupun domestik. Salah satu faktor yang harus dibina sebaik-baiknya

adalah implementasi K3 dalam berbagai aktivitas masyarakat khususnya dalam dunia kerja.

Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit

akibat kerja, kematian 2,2 juta serta kerugian finansial sebesar 1,25 triliun USD. Di Indonesia

menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002 – 2005 terjadi lebih dari 300 ribu

kecelakaan kerja, 5.000 kematian, 500 cacat tetap dan kompensasi lebih dari Rp. 550 milyar.

Kompensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dari 7,5 juta pekerja sektor formal yang

aktif sebagai peserta Jamsostek. Tidak jarang karyawan yang mengalami kecelakaan kerja bukan

karena kelalaian dari dirinya saja tetapi juga karena perusahaan kurang memahami dan tidak

melindungi karyawan dengan alat pengaman ketika mereka bekerja. Kalau ini dibiarkan maka

motivasi dan kinerja karyawan bakal semakin menurun. Karena itu setiap perusahaan sewajarnya

1

Page 2: BAB 1

memiliki strategi memperkecil dan bahkan menghilangkan kejadian kecelakaan kerja di kalangan

karyawan sesuai dengan kondisi perusahaan.

I.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah strategi penerapan K3 di tempat kerja?

2. Apa visi dan misi K3 di Indonesia?

3. Bagaimanakah program dan kebijakan K3 yang diterapkan oleh Depnakertrans?

I.3. TUJUAN

1. Mengetahui strategi-strategi penerapan K3 dalam menghadapi permasalahan terkait

tenaga kerja?

2. Mengetahui visi dan misi K3 di tempat kerja terkait tenaga kerja?

3. Mengetahui program dan kebijakan K3 di Depnakertrans dalam melindungi tenaga kerja?

2

Page 3: BAB 1

BAB 2

PEMBAHASAN

Pusat K3 merupakan salah satu unit organisasi dari Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI yang mempunyai tugas melaksanakan analisa, pengkajian, pelayanan teknis,

pengembangan sumber daya manusia dan penyebaran informasi di bidang keselamatan kerja dan

higiene perusahaan, ergonomi dan keselamatan kerja. Menyadari pentingnya ketersediaan

fasilitas pendukung menghadapi era globalisasi dimana persaingan dunia industri semakin ketat,

maka Pusat Keselamatan Kerja dan Hiperkes saat ini telah memiliki berbagai fasilitas dan sarana

pendukung antara lain sumber daya manusia yang kompeten, laboratorium yang terakreditasi,

sarana pemeriksaan tenaga kerja serta sarana pendukung lainnya seperti perpustakaan, fasilitas

pelatihan, penginapan dan lain-lain.

UU No. 13 Tahun 2003 menegaskan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk

memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja (pasal 86 ayat (1) a) untuk

melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal

diselenggarakan upaya K3 (pasal 86 ayat (2)); dan perlindungan dimaksud dilakasanakan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja

dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan

pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakan dan penyakit akibat kerja, pengendalian

bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi (penjelasan pasal 86,

ayat (2)).

Untuk menuju dunia usaha dan dunia kerja yang berbudaya K3 serta terlaksananya

implementasi peraturan perundangan K3 di Indonesia, maka Dewan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Nasional (DK3N) sebagai institusi tripartit ekstra struktural memprakarsai untuk

menyusun Visi, Misi, Kebijakan, Strategi, dan Program Kerja K3 Nasional.

1. STRATEGI PENERAPAN K3 D TEMPAT KERJA

Strategi yang perlu diterapkan perusahaan meliputi:

3

Page 4: BAB 1

1. Pihak manajemen perlu menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam

menghadapi kejadian kecelakaan kerja. Misalnya karena alasan finansial, kesadaran

karyawan tentang keselamatan kerja dan tanggung jawab perusahaan dan karyawan maka

perusahaan bisa jadi memiliki tingkat perlindungan yang minimum bahkan maksimum.

2. Pihak manajemen dapat menentukan apakah peraturan tentang keselamatan kerja bersifat

formal ataukah informal. Secara formal dimaksudkan setiap aturan dinyatakan secara

tertulis, dilaksanakan dan dikontrol sesuai dengan aturan. Sementara secara informal

dinyatakan tidak tertulis atau konvensi dan dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan-

kesepakatan.

3. Pihak manajemen perlu proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan rencana

tentang keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Proaktif berarti pihak manajemen perlu

memperbaiki terus menerus prosedur dan rencana sesuai kebutuhan perusahaan dan

karyawan. Sementara arti reaktif, pihak manajemen perlu segera mengatasi masalah

keselamatan dan kesehatan kerja setelah suatu kejadian timbul.

4. Pihak manajemen dapat menggunakan tingkat derajad keselamatan dan kesehatan kerja

yang rendah sebagai faktor promosi perusahaan ke khalayak luas. Artinya perusahaan

sangat peduli dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

Sesuai dengan strategi di atas maka program yang diterapkan untuk menterjemahkan strategi

itu diantara perusahaan biasanya dengan pendekatan yang berbeda. Hal ini sangat bergantung

pada kondisi perusahaan. Secara umum program memperkecil dan menghilangkan kejadian

kecelakaan kerja dapat dikelompokkan: telaahan personal, pelatihan keselamatan kerja, sistem

insentif, dan pembuatan aturan penyelamatan kerja.

Telaahan Personal

Telaahan personal dimaksudkan untuk menentukan karakteristik karyawan tertentu yang

diperkirakan potensial berhubungan dengan kejadian keselamatan kerja:

1. faktor usia; apakah karyawan yang berusia lebih tua cenderung lebih lebih aman dibanding

yang lebih muda ataukah sebaliknya,

4

Page 5: BAB 1

2. ciri-ciri fisik karyawan seperti potensi pendengaran dan penglihatan cenderung

berhubungan derajad kecelakaan karyawan yang kritis, dan

3. tingkat pengetahuan dan kesadaran karyawan tentang pentingnya pencegahan dan

penyelamatan dari kecelakaan kerja.

Dengan mengetahui ciri-ciri personal itu maka perusahaan dapat memprediksi siapa saja

karyawan yang potensial untuk mengalami kecelakaan kerja. Lalu sejak dini perusahaan dapat

menyiapkan upaya-upaya pencegahannya.

Sistem Insentif

Insentif yang diberikan kepada karyawan dapat berupa uang dan bahkan karir. Dalam bentuk

uang dapat dilakukan melalui kompetisi antarunit tentang keselamatan kerja paling rendah dalam

kurun waktu tertentu, misalnya selama enam bulan sekali. Siapa yang mampu menekan

kecelakaan kerja sampai titik terendah akan diberikan penghargaan. Bentuk lain adalah berupa

peluang karir bagi para karyawan yang mampu menekan kecelakaan kerja bagi dirinya atau bagi

kelompok karyawan di unitnya.

Pelatihan Keselamatan Kerja

Pelatihan keselamatan kerja bagi karyawan biasa dilakukan oleh perusahaan. Fokus pelatihan

umumnya pada segi-segi bahaya atau resiko dari pekerjaan, aturan dan peraturan keselamatan

kerja, dan perilaku kerja yang aman dan berbahaya.

Peraturan Keselamatan Kerja

Perusahaan perlu memiliki semacam panduan yang berisi peraturan dan aturan yang

menyangkut apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh karyawan di tempat kerja. Isinya

harus spesifik yang memberi petunjuk bagaimana suatu pekerjaan dilakukan dengan hati-hati

untuk mencapai keselamatan kerja maksimum. Sekaligus dijelaskan beberapa kelalaian kerja

yang dapat menimbulkan bahaya individu dan kelompok karyawan serta tempat kerja. Dalam

pelaksanaannya perlu dilakukan melalui pemantauan, penumbuhan kedisiplinan dan tindakan

tegas kepada karyawan yang cenderung melakukan kelalaian berulang-ulang.

5

Page 6: BAB 1

Untuk menerapkan strategi dan program di atas maka ada beberapa pendekatan sistematis

yang dilakukan secara terintegrasi agar manajemen program kesehatan dan keselamatan kerja

berjalan efektif berikut ini.

Pendekatan Keorganisasian

Merancang pekerjaan

Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan program

Menggunakan komisi kesehatan dan keselamatan kerja,

Mengkoordinasi investigasi kecelakaan.

Pendekatan Teknis

Merancang kerja dan peralatan kerja

Memeriksa peralatan kerja,

Menerapkan prinsip-prinsip ergonomi.

Pendekatan Individu

Memperkuat sikap dan motivasi tentang kesehatan dan keselamatan kerja,

Menyediakan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja,

Memberikan penghargaan kepada karyawan dalam bentuk program insentif.

2. VISI MISI PENERAPAN K3 DI INDONESIA

Visi :

Terwujudnya budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia

Misi :

1. Meningkatkan koordinasi yang sinergis antar pengandil (stakeholders) bidang K3

2. Meningkatkan kemandirian dunia usaha dalam menerapkan K3

3. Meningkatkan kompetensi dan daya saing tenaga kerja di bidang K3

3. PROGRAM DAN KEBIJAKAN K3 DI DEPNAKERTRANS

Kebijakan

1. Peningkatan koordinasi berdasarkan kemitraan yang saling mendukung.

6

Page 7: BAB 1

2. Pemberdayaan pengusaha, tenaga kerja dan pemerintah agar mampu menerapkan dan

meningkatkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Pemerintah berperan sebagai fasilitator dan regulator.

4. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) sebagai bagian

yang tidak terpisahkan dari manajemen perusahaan.

5. Pemahaman dan penerapan norma keselamatan dan kesehatan kerja yang berkelanjutan.

Strategi

1. Meningkatkan komitmen pengusaha dan tenaga kerja di bidang keselamatan dan kesehatan

kerja.

2. Meningkatkan peran dan fungsi semua sector dalam pelaksanaan keselamatan dan

kesehatan kerja.

3. Meningkatkan kemampuan, pemahaman, sikap dan perilaku budaya keselamatan dan

kesehatan kerja dari pengusaha dan tenaga kerja.

4. Melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja melalui manajemen risiko dan manajemen

perilaku yang berisiko.

5. Mengembangkan sistem penilaian keselamatan dan kesehatan kerja (Audit SMK3) di dunia

usaha.

6. Mendampingi dan menguatkan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam

menerapkan dan meningkatkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja.

7. Meningkatkan penerapan sistem informasi keselamatan dan kesehatan kerja yang

terintegrasi.

8. Memberikan pemahaman mengenai keselamatan dan kesehatan kerja sejak usia dini hingga

pendidikan tinggi.

9. Meningkatkan peran organisasi profesi, perguruan tinggi, praktisi dan komponen

masyarakat lainnya dalam peningkatan pemahaman, kemampuan, sikap, perilaku budaya

keselamatan dan kesehatan kerja.

10. Meningkatkan integrasi keselamatan dan kesehatan kerja dalam semua bidang disiplin

ilmu.

7

Page 8: BAB 1

8

Page 9: BAB 1

9

Page 10: BAB 1

10

Page 11: BAB 1

11

Page 12: BAB 1

12

Page 13: BAB 1

13

Page 14: BAB 1

BAB 3

PENUTUP

Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang

aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta bebas

pencemaran lingkungan menuju peningkatan produktivitas sebagaimana diamanatkan dalam

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Seperti kita ketahui bahwa

kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan korban jiwa maupun kerugian material bagi pekerja

dan pengusaha tetapi dapat juga mengganggu proses produksi secara menyeluruh dan merusak

lingkungan yang akhirnya berdampak kepada masyarakat luas. Karena itu perlu dilakukan upaya

yang nyata untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja secara maksimal. Apabila kita lakukan analisis secara mendalam maka kecelakaan,

peledakan, kebakaran dan penyakit akibat kerja pada umumnya disebabkan tidak dijalankannya

syarat-syarat K3 secara baik dan benar.

Program K3 yang dicanangkan Depnakertrans bertujuan untuk meningkatkan

produktivitas karyawan dan perusahaan. Masih banyak perusahaan yang meragukan untuk

mengaplikasikan program K3 dengan berbagai pertanyaan mengenai keuntungan program

tersebut, belum lagi dengan tambahan biaya yang akan keluar. Dari aspek hukum sendiri, K3

merupakan ketentuan perundangan dan memiliki landasan hukum yang kuat dan wajib

dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat dalam proses produksi, yaitu pengusaha dan

pekerja. Dari aspek perlindungan tenaga kerjanya, tenaga kerja merupakan asset perusahaan

yang harus dilindungi. Dari aspek ekonomi, program K3 dapat meningkatkan produktivitas

perusahaan sehingga kualitas dan kuantitasnya terjamin, selain itu juga mengendalikan kerugian

akibat non injury accident atau damage accident.

14