bab 1
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Birokrasi sampai saat ini menarik untuk dipelajari, yaitu suatu
struktur organisasi yang berusaha mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
manusia di dalam suatu organisasi seperti pemerintahan. Selanjutnya
birokrasi dikatakan sebagai suatu model aturan main dalam hubungan
antar manusia dalam suatu organisasi untuk mencapai rasionalitas dan
efisiensi. Birokrasi di satu sisi dapat mencapai efektivitas yang tinggi,
sedangkan di sisi lain dipandang sebagai sumber segala macam keburukan
seperti: bertele-tele, rendahnya efisiensi, kelambanan proses, keputusan-
keputusan yang kaku, sampai kepada ungkapan “ kalau bisa dipersulit
mengapa dipermudah”.
Istilah birokrasi selalu menimbulkan kesalahpahaman umum, dan
para ahli selalu memperdebatkan perbedaan konsep birokrasi daripada
mencapai kesepakatan. Oleh karena itu, makna dari birokrasi menjadi
banyak. Birokrasi sering ditunjukkan dengan kegiatan pengisian formulir
atau kemacetan-kemacetan administrasi atau tidak adanya efisien, atau
sebaliknya. Sering birokrasi disinonimkan dengan pegawai negeri atau
juga diartikan sebagai kompleksitas gagasan ciri-ciri struktur organisasi
modern. Birokrasi juga dapat merujuk pada sosok pejabat atau kerutinan
administrasi perkantoran.
Birokrasi merupakan istilah yang terdapat dalam variasi teori yang
luas tentang masyarakat modern. Birokrasi terkait dengan perbedaan-
perbedaan fungsi sosial, alienasi manusia dari pekerjaan, pertumbuhan
oligarki dan dengan proses-proses rasionalisasi pada umumnya. Birokrasi
merupakan suatu unsur yang ada dalam beberapa teori yang lebih terbatas
berkenaan dengan kekuasaan, hirarkhi, komunikasi, partisipasi, dan
pembuatan keputusan di dalam suatu variasi organisasi yang luas.
Struktur sosial organisasi diaplikasikan baik dalam organisasi non-
pemerintah (perusahaan) maupun organisasi pemerintah. Tetapi istilah
birokrasi lebih sering melekat pada organisasi pemerintah. Pada intinya
pemerintah dan perusahaan secara fundamental merupakan lembaga-
lembaga yang berbeda. Para pemimpin perusahaan diransang oleh motif
laba; pemimpin-pemimpin pemerintah seperti di Amerika Serikat
dirangsang oleh keinginan untuk dipilih kembali. Perusahaan-perusahaan
mencapai bagian terbesar dari uang para pelanggannya, sedangkan
pemerintah mendapatkan bagian terbesar pendapatannya dari pembayar
pajak. Perusahaan dirangsang oleh unsur persaingan, sedangkan
pemerintah memanfaatkan berbagai macam monopoli. Perbedaan tersebut,
secara fundamental menimbulkan perangsang-perangsang yang berbeda
pada sektor publik. Masih banyak perbedaan-perbedaan lainnya, misalnya
bahwa pemerintah dianggap demokratik dan terbuka. Maka oleh
karenanya pemerintah bergerak lebih perlahan dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan yang manajernya mengambil keputusan-keputusan
secara tertutup cepat di belakang pintu tertutup. Misi fundamental
pemerintah adalah berbuat "baik" dan bukan menghasilkan uang, maka
karenanya kalkulasi-kalkulasi biaya keuntungan dalam dunia bisnis pada
sektor publik menjadi pertimbangan-pertimbangan moral. Pihak
pemerintah sering sekali harus mengabdi kepada siapa saja secara merata.
Terlepas dari kemampuaun mereka untuk membayar, maka tidak
mengherankan bahwa pemerintah tidak dapat meraih efisiensi pasar sama
seperti halnya dunia bisnis (Winardi, 1997).
Perbedaan-perbedaan di atas memberikan pemahaman lebih jelas
tentang perbedaan peran dan fungsi pihak swasta dengan birokrasi
pemerintah dalam pembangunan nasional.
Birokrasi pemerintah pada hakekatnya berfungsi mengatur dan
melayani masyarakat. Fungsi pelayanan selama ini belum mendapatkan
perhatian dari aparat birokrasi karena porsi mengaturnya masih dominan
daripada porsi pemberian pelayanan. Pemberian pelayanan lebih
menekankan kepada mendahulukan kepentingan umum, mempermudah
urusan publik, dan memberikan kepuasan kepada publik. Sedangkan
fungsi mengatur lebih menekankan pada kekuasaan (Setiawan, 1998).
Peranan dan fungsi pemerintahan tergantung kepada filsafat hidup
dan politik masyarakat, serta tingkat kemajuan suatu negara, menurut
Tjokroamidjojo (1995) dalam pelaksanaannya dapat mengambil tiga
bentuk, yaitu:
(1) Perintah sebagai penjaga malam dan ketertiban yang dalam
perkembangannya juga berfungsi sebagai penarik pajak.
(2) Mendapat pengaruh dari pikiran-pikiran welfare state,
pemerintah berperan sebagai abdi sosial dari keperluan-
keperluan yang diatur dalam masyarakat (service state).
(3) Pemerintah berperan sebagai enterpreneur atau pendorong
inisiatif usaha pembaharuan dan pembangunan (development
state).
Secara teoritis fungsi pemerintah mencakup: (1) Publik Service
Function, yang lebih berkaitan dengan pelayanan tugas-tugas umum,
kegiatan pemberian pelayanan umum maupun fasilitas-fasilitas sosial
kepada masyarakat seperti penyediaan pendidikan, kesehatan, pengurusan
sampah, air minum; (2) Development Function (fungsi pembangunan),
mendudukkan pemerintah sebagai agen pembangunan, terutama dalam
merangsang dan mendorong pembangunan untuk meningkatkan taraf
hidup warganya; (3) Protection Function, memberikan peran kepada
pemerintah untuk melindungi warganya baik dari gangguan alam maupun
gangguan yang disebabkan manusia (Messi dkk, 1999). Selanjutnya
menurut Soeharyo (1997), fungsi pokok pemerintah adalah (a) perumusan
kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis, pemberian bimbingan dan
pemberian perizinan; (b) pengelolaan atas milik negara; (c) pelaksanaan
sesuai dengan tugas pokoknya; (d) pengawasan; (e) penguasaan atas segala
sesuatu yang mengusai hajat hidup orang banyak serta bumi dan kekayaan
yang terkandung di dalamnya; (f) pemberian informasi kepada masyarakat;
(g) pembinaan sumber daya manusia.
Pemerintah dalam pelaksanaan peran dan fungsinya akan
melahirkan barang dan jasa. Dalam kaitannya dengan barang publik privat
dan barang publik murni maka pemerintah adalah satu-satunya pihak yang
berkewajiban menyediakan barang publik murni, khususnya barang publik
yang bersifat rules atau aturan (Messi dkk, 1999). Sharkansky (1978)
mengklasifikasikan keluaran badan-badan pemerintah: information as a
output (information), opportunities for change in output (peluang untuk
perubahan), dan effects of administrative outputs (akibat-akibat
administrasi).
Peran dan tugas pemerintah Indonesia adalah mencapai cita-cita
dan tujuan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yakni: melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan
kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; ikut melaksanakan
ketertiban dunia. Karena pembagian wilayah Indonesia berdasarkan pada
daerah propinsi, kota, dan kabupaten maka untuk melaksanakan peran dan
fungsi pemerintah dalam mencapai tujuan tersebut dibentuk pemerintahan
propinsi, kota, dan kabupaten.
Masyarakat kontemporer merupakan masyarakat yang terdiri dari
organisasi-organisasi. Karena masyarakat modern lebih mengutamakan
rasionalitas, efektivitas dan efisiensi maka peradaban modern sekarang ini
sangat bergantung pada organisasi-organisasi yang rasional, efektif dan
efisien. Salah satu struktur sosial organisasi yang mengutamakan rasional
adalah birokrasi. Agar organisasi dapat berjalan secara rasional, efektif dan
efisien maka organisasi itu harus: (1) merumuskan dengan baik hirarki
otoritas, pembagian dan pengelompokan pegawai yang didasarkan pada
spesialisasi fungsional; (2) memiliki aturan dan prosedur formal sebagai
mekanisme koordinasi sehingga dapat mengatur hak dan kewajiban setiap
pemegang jabatan; (3) mengutamakan impersonal dalam hubungan
interpersonal; serta (4) mengedepankan sistem seleksi dan promosi
pegawai berdasarkan kemampuan teknis.
Kondisi masyarakat Indonesia yang transisional menyebabkan
kekurangefektifan peran dan fungsi birokrasi pemerintah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat dan tugas-tugas pembangunan
pada umumnya. Hal ini karena perilaku orang-orang dalam birokrasi
pemerintah dan anggota masyarakat sendiri kurang mendukung efektivitas
penyelenggaraan pelayanan dan pelaksanaan tugas-tugas pembangunan.
Pelayanan yang diberikan birokrasi pemerintah masih terdapat
penyimpangan yang dilakukan oleh oknum pegawai dan masyarakat yang
tidak mau melengkapi persyaratan dalam berurusan.
Ketidakmampuan masyarakat di samping sebab-sebab internal,
juga karena peranan tekno-birokrasi yang belum mendukung
pemberdayaan masyarakat seperti: kurangnya kreativitas, kualitas, dan
inovasi aparat birokrasi sehingga mereka terjebak pada kegiatan-kegiatan
rutin dan tuntutan target melalui laporan-laporan formal kepada pihak
atasan; aparat kurang sensitif terhadap fenomena-fenomena perubahan
dengan segala dampaknya; sadar atau tidak sadar aparat pemerintah
kurang memihak kelompok masyarakat lemah.
Di era globalisasi dan hiperkompetisi sekarang ini, kreativitas dan
inovasi merupakan modal utama dalam memenangkan persaingan. Agar
birokrasi pemerintah mampu memberikan kepuasan terhadap pengguna
jasa publik maka model birokrasi yang responsif dan akomodatif terhadap
berbagai perubahan dan memiliki karakteristik organisasi yang adaptif,
harmonis, netral politis, serta berorientasi pelayanan. Oleh karena itu
penyelenggaraan pelayanan pemerintah yang efektif akan menentukan
legitimasi birokrasi pemerintah dan juga sebagai faktor penentu partisipasi
masyarakat dalam kegiatan pembangunan.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membuat
suatu makalah dengan judul:“ Penerapan Banishing Beraucracy
Pemerintahan Indonesia untuk mewujudkan Pemerintahan yang baik
(good governance)”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka muncul beberapa
permasalahan yang ingin dikaji oleh penulis:
1. Sejauhmana banishing beraucracy telah dilakukan oleh pemerintah
Indonesia?
2. Adakah perubahan berarti di pemerintahan Indonesia setelah
dilakukannya banishing beraucracy?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a. Mempelajari lebih lanjut tentang banishing bureaucracy di
pemerintahan Indonesia.
b. Membahas mengenai akibat-akibat yang timbul pasca dilakukannya
banishing bureaucracy di pemerintahan Indonesia. .
D. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat
khususnya yang mempelajari mengenai birokrasi dalam hal ini banishing
bureaucracy.