bab 1
TRANSCRIPT
![Page 1: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Magang adalah kegiatan mandiri mahasiswa yang dilaksanakan di luar
lingkungan kampus untuk mendapatkan pengalaman kerja praktis yang sesuai
dengan bidang peminatannya melalui metode observasi dan partisipasi.
Kegiatan magang dilaksanakan sesuai dengan formasi struktural dan
fungsional pada instansi tempat magang baik pada lembaga pemerintah,
lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun perusahaan swasta atau lembaga
lain yang relevan (FKM, 2010).
Kegiatan program magang bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat dapat dilakukan pada instansi kesehatan baik milik pemerintah,
LSM, maupun swasta. Salah satunya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah
suatu organisasi yang unik dan kompleks karena merupakan institusi yang
padat karya, mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri serta fungsi-fungsi yang
khusus dalam proses menghasilkan jasa medis dan mempunyai berbagai
kelompok profesi dalam pelayanan penderita (Boekitwetan, 1997). Visi
Departemen Kesehatan telah berubah dari Indonesia Sehat 2010 menjadi
Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat, dengan misi Membuat Rakyat
Sehat. Rumah sakit sebagai salah satu komponen pelayanan dalam Sistem
Kesehatan Nasional harus bertanggung jawab dan siap mengemban misi
tersebut.
1
![Page 2: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/2.jpg)
1.2 Tujuan
1.2.1. Umum
a. Terciptanya suatu hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara dunia
perguruan tinggi dan dunia kerja sebagai penguna outputnya.
b. Membuka wawasan mahasiswa agar bersikap terbuka, tanggap terhadap
perubahan dan kemajuan ilmu dan teknologi, maupun masalah yang dihadapi
masyarakat dalam bidang kesehatan.
c. Mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan serta keterampilan pelayanan
kesehatan yang dimilikinya kedalam kegiatan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
1.2.2. Khusus
Sebagai sarjana dibidang Kesehatan Masyarakat, termasuk di
dalamnya adalah lingkungan kerja diharapkan mampu :
a. Mempelajari gambaran umum Instalasi Gawat Darurat RS Lavalette
Malang.
b. Mempelajari standar pelayanan Instalasi Gawat Darurat RS Lavalette
Malang.
c. Mengidentifikasi alur proses pelayanan Instalasi Gawat Darurat RS
Lavalette Malang.
d. Mempelajari gambaran umum dari sistem manajemen logistik di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Lavalette Malang.
e. Mempelajari standar pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit di RS
Lavalette Malang.
2
![Page 3: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/3.jpg)
f. Mengidentifikasi alur proses pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit di
RS Lavalette Malang.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa Magang
1. Meningkatkan pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, serta wawasan
profesional di tempat kerja.
2. Dapat membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat dari hasil
studi dengan kenyataan yang ada di lapangan.
1.3.2 Bagi Instansi Tempat Magang
Sebagai bahan masukan pada rumah sakit dalam upaya meningkatkan
kualitas pelayanan di Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Farmasi Rumah
Sakit RS Lavalette Malang.
1.3.3 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Mendapatkan masukan mengenai pelaksanaan magang, sehingga dapat
digunakan sebagai umpan balik bagi pelaksanaan magang yang akan datang.
3
![Page 4: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit
Menurut WHO Expert Committe On Organization Of Medical Care,
rumah sakit :
“… is an integral part of social and medical organization, the function
of which is to provide for the population complete health care, both curative
and preventive and whose outpatient service reach out to the family and its
home environment; the hospital also a center for the training of health
workers and biosocial research”.
Berdasarkan WHO, pengertian rumah sakit adalah suatu bagian
menyeluruh dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan pelayanan
kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif, di
mana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan,
rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk
untuk penelitian bio-psiko-sosialekonomi-budaya (WHO 2007, dalam
Supriyanto 2007)
Rumah sakit adalah tempat di mana orang sakit mencari dan menerima
pelayanan kedokteran serta tempat di mana pendidik klinik untuk mahasiswa
kedokteran, keperawatan dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya
diselenggarakan (Wolper dan Pena, 1987 dalam Azwar, 1997).
4
![Page 5: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/5.jpg)
Pengertian lain dari Rumah sakit merupakan salah satu sub sisem
pelayaan kesehatan yang menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk
masyarakat, yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administratif
(Munijaya, 2004).
2.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit
Visi adalah konsep tentang nilai, maksud dan bentuk organisasi yang
ingin dicapai. Visi yang baik mempunyai tiga tujuan penting:
1. Tujuan umum atau kejelasan arah yang ingin dicapai
2. Alat untuk memotivasi anggota organisasi melakukan tindakan yang benar
3. Membantu menyatukan atau mengkoordinasikan tindakan-tindakan yang
berbeda sehingga menjadi efektif dan efisien.
Misi adalah pernyataan bagaimana mencapai atau mewujudkan visi
organisasi. Misi merupakan penjabaran visi ke dalam tugas, kewajiban, hak
dan wewenang serta strateginya (Supriyanto dan Damayanti, 2007).
2.2 Instalasi Gawat Darurat
2.2.1 Pengertian Instalasi Gawat Darurat
Menurut Azrul (1997) yang dimaksud gawat darurat (emergency care)
adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita
dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving).
Instalasi gawat darurat adalah salah satu sumber utama pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD
menjadi khas, diantaranya adalah pasien yang perlu penanganan cepat
walaupun riwayat kesehatannya belum jelas.
5
![Page 6: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/6.jpg)
Maksud dari pelayanan rawat darurat adalah bagian dari pelayanan
kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk
menyelamatkan kehidupannya. Unit kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan rawat darurat disebut dengan nama Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, keberadaan IGD dapat beraneka
macam. Namun yang lazim ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah
sakit.
Meskipun telah majunya sistem rumah sakit yang dianut oleh suatu
negara bukan berarti tiap rumah sakit memiliki kemampuan mengelola IGD
sendiri. Penyebab utama kesulitan untuk mengelola IGD adalah karena IGD
merupakan salah satu dari unit kesehatan yang paling padat modal, padat
karya, serta padat teknologi.
2.2.2 Kegiatan IGD
Instalasi Gawat Darurat yang merupakan suatu bentuk penanganan
kegawatdaruratan memiliki berbagai macam kegiatan. Menurut Flynn (1962)
dalam Azrul (1997) kegiatan IGD secara umum dapat dibedakan sebagai
berikut:
a. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat.
Kegiatan utama yang menjadi tanggung jawab IGD adalah
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat. Sayangnya jenis pelayanan
kedokteran yang bersifat khas seing disalah gunakan. Pelayanan gawat darurat
yang sebenarnya bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan penderita (live
6
![Page 7: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/7.jpg)
saving), sering dimanfaatkan hanya untuk memperoleh pelayanan pertolongan
pertama (first aid) dan bahkan pelayanan rawat jalan (ambulatory care)
b. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang
membutuhkan pelayanan rawat inap intensif.
Kegiatan kedua yang menjadi tanggung jawab UGD adalah
menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang
membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya pelayanan ini merupakan
lanjutan dari pelayanan gawat darurat, yakni dengan merujuk kasus-kasus
gawat darurat yang dinilai berat untuk memperoleh pelayanan rawat inap
intensif.
c. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.
Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab UGD adalah
menyelenggarakan informasi medis darurat dalam bentuk menampung serta
menjawab semua pertanyaan anggota masyarakat yang ada hubungannya
dengan keadaan medis darurat (emergency medical questions).
2.2.3 Disiplin Pelayanan
Disiplin pelayanan adalah suatu aturan yang berkaitan dengan cara
memilih anggota antrian yang akan dilayani lebih dahulu. Disiplin yang biasa
digunakan adalah (Subagyo, 1993) :
1. FCFS : First Come-First Served (pertama masuk, pertama dilayani)
2. LCFS : Last Come-First Served (terakhir masuk, pertama dilayani)
3. SIRO : Service In Random Order (pelayanan dengan urutan acak)
4. Emergency First : Kondisi berbahaya yang didahulukan.
7
![Page 8: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/8.jpg)
2.2.4 Triage
Mempunyai arti menyortir atau memilih. Dirancang untuk
menempatkan pasien yang tepat diwaktu yang tepat dengan pemberi
pelayanan yang tepat. Triage merupakan suatu proses khusus memilah pasien
berdasar beratnya cedera atau penyakit dan menentukan jenis perawatan gawat
darurat serta transportasi. Dan merupakan proses yang berkesinambungan
sepanjang pengelolaan.
Dalam Triage tidak ada standard nasional baku, namun ada 2 sistem yang
dikenal, yaitu:
1. METTAG (Triage tagging system).
Sistim METTAG merupakan suatu pendekatan untuk
memprioritisasikan tindakan.
Prioritas Nol (Hitam) :
1. Mati atau jelas cedera fatal.
2. Tidak mungkin diresusitasi.
Prioritas Pertama (Merah) :
Cedera berat yang perlukan tindakan dan transport segera.
1. gagal nafas,
2. cedera torako-abdominal,
3. cedera kepala / maksilo-fasial berat,
4. shok atau perdarahan berat,
5. luka bakar berat.
8
![Page 9: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/9.jpg)
Prioritas Kedua (Kuning) :
Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa
dalam waktu dekat :
1. cedera abdomen tanpa shok,
2. cedera dada tanpa gangguan respirasi,
3. fraktura mayor tanpa shok,
4. cedera kepala / tulang belakang leher,
5. luka bakar ringan.
Prioritas Ketiga (Hijau) :
Cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera :
1. cedera jaringan lunak,
2. fraktura dan dislokasi ekstremitas,
3. cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas,
4. gawat darurat psikologis.
Sistim METTAG atau pengkodean dengan warna system tagging
yang sejenis, bisa digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START.
2. Sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid
Transportation).
Penuntun Lapangan START memungkinkan penolong secara cepat
mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian segera
atau apakah tidak memerlukan transport segera.
9
![Page 10: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/10.jpg)
Penuntun Lapangan START dimulai dengan penilaian pasien 60 detik,
meliputi pengamatan terhadap ventilasi, perfusi, dan status mental. Hal ini
untuk memastikan kelompok korban :
a. perlu transport segera / tidak,
b. tidak mungkin diselamatkan,
c. mati.
SISTEM TRIASE
Non Bencana : Memberikan pelayanan terbaik pada pasien secara individu.
Bencana / Korban Berganda : Memberikan pelayanan paling efektif untuk
sebanyak mungkin pasien
OBJEKTIF PRIMER DI IRD
1. Pengenalan tepat yang butuh pelayanan segera
2. Menentukan area yang layak untuk tindakan
3. Menjamin kelancaran pelayanan dan mencegah hambatan yang tidak perlu
4. Menilai dan menilai ulang pasien baru / pasien yang menunggu
5. Beri informasi /rujukan pada pasien / keluarga
6. Redam kecemasan pasien / keluarga; humas.
ATURAN PRIMER PETUGAS
1. Skrining pasien secara cepat.
2. Penilaian terfokus.
SASARAN PRIMER DAN SEKUNDER TRIASE
1. Primer : Mengenal kondisi yang mengancam jiwa.
2. Sekunder : Memberi prioritas pasien sesuai kegawatannya.
10
![Page 11: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/11.jpg)
PRINSIP UMUM TRIASE
1. Perkenalkan diri anda dan jelaskan apa yang akan anda lakukan.
2. Pertahankan rasa percaya diri pasien.
3. Coba untuk mengamati semua pasien yang datang, bahkan saat
mewawancara pasien.
4. Pertahankan arus informasi petugas triase dengan area tunggu & area
tindakan. Komunikasi lancar sangat perlu. Bila ada waktu adakan penyuluhan.
5. Pahami sistem IRD dan keterbatasan anda. Ingat objektif primer aturan
triase. Gunakan sumber daya untuk mempertahankan standar pelayanan
memadai.
PAHAMI JUGA :
1. Struktur pembagian ruangan dengan perangkat yang sesuai.
2. Pemeriksaan fisik singkat dan terfokus.
3. WASPADA atas pasien dengan ancaman jiwa atau serius potensial
terancam hidup atau anggota badannya harus didahulukan dalam penilaian
hingga dapat segera ditindak.
2.2.5 Tarif Rawat Darurat
Dalam Wijono (2000), besaran tarif rawat darurat ditetapkan sebagai
berikut:
a. Besaran tarif rawat darurat ditetapkan sebesar 2 kali besaran tarif pada pasien
rawat jalan, sedangkan pasien tanpa rujukan ditetapkan maksimal 4 kali pasien
rawat jalan.
11
![Page 12: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/12.jpg)
b. Tarif pasien instalasi rawat darurat (IRDA) Psikiatrik ditetapkan sama dengan
tarif perawatan kelas II.
c. Tarif tindakan medik dan penunjang medik ditetapkan maksimal sebesar tarif
tindakan sejenis kelas II.
2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.3.1 Pengertian
Pelayanan farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu kegiatan di RS
yang menunjang pelayanan kecehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan
farmasi RS adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan RS yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat
yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat.
Pelayanan farmasi sekaligus merupakan revenue center utama. Hal
tersebut mengingat bahwa sekitar 50% dari seluruh pemasukan RS berasal
dari pengelolaan perbekalan farmasi. Untuk itu, jika masalah perbekalan
farmasi tidak dikelola secara cermat dan penuh tanggung jawab maka dapat
diprediksi bahwa pendapatan RS akan mengalami penurunan (Suciati, S. dkk,
2006).
2.3.2 Standar Pelayanan Resep
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
12
![Page 13: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/13.jpg)
Apotek, bahwa dalam hal pelayanan resep harus memenuhi beberapa unsur
seperti dibawah ini:
1. Skrining resep.
Apoteker melakukan skrining resep meliputi :
a. persyaratan administratif :
- Nama,SIP dan alamat dokter.
- Tanggal penulisan resep.
- Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
- Nama obat , potensi, dosis, jumlah yang minta.
- Cara pemakaian yang jelas.
- Informasi lainnya.
b. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis,potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
c. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,
durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep
hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan
pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan
setelah pemberitahuan.
2. Penyiapan obat.
a. Peracikan.
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan
memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus
13
![Page 14: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/14.jpg)
dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah
obat serta penulisan etiket yang benar.
b. Etiket.
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
c. Kemasan obat yang diserahkan.
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga
terjaga kualitasnya.
d. Penyerahan Obat.
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir
terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh
apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan
tenaga kesehatan.
e. Informasi Obat.
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada
pasien sekurang kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan
obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang
harus dihindari selama terapi.
f. Konseling.
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan
dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup
pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk
14
![Page 15: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/15.jpg)
penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan
penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara
berkelanjutan.
g. Monitoring Penggunaan Obat.
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti
cardiovascular, diabetes , TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya.
2.3.3 Manajemen Logistik
1. Definisi manajemen Logistik
Menurut Donald J. Bowersox, manajemen logistik adalah unik karena
ia merupakan salah satu aktivitas perusahaan yang tertua tetapi juga termuda.
Aktivitas logistik yang terdiri 5 komponen : struktur lokasi fasilitas,
transportasi, persediaan (inventory), komunikasi, dan pengurusan &
penyimpanan telah dilaksanakan orang semenjak awal spesialisasi komersil.
Sulit untuk membayangkan sesuatu pemasaran atau manufakturing yang tidak
membutuhkan sokongan logistik (Bowersox, J.D., 2000).
Manajemen logistik modern didefinisikan sebagai proses pengelolaan
yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang
dan barang jadi dari para suplier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan
kepada para pelanggan. Dengan tujuan menyampaikan barang jadi dan
bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu yang
dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi dimana ia
dibutuhkan, dan dengan total biaya yang terendah. Melalui proses logistiklah
15
![Page 16: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/16.jpg)
material mengalir ke kelompok manufakturing yang sangat luas dari Negara
industri dan produk-produk didistribusikan melalui saluran-saluran distribusi
untuk konsumsi (Bowersox, J.D.,2000).
Persaingan yang sangat ketat menuntut para pengelola bisnis untuk
menciptakn model-model baru dalam pengelolaan aliran produk dan
informasi. Supply Chain Management (SCM) adalah tehnik terbaru dalam
mengelola aliran material/produk dan informasi dalam memenangkan
persaingan. Supply Chain Management oleh Ryoichi Watanabe adalah konsep
atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam
rantai suplai melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas bahan
(Watanabe, R.,2001).
2. Manajemen siklus obat di Rumah Sakit
Pengelolaan obat di RS merupakan satu aspek manajemen yang
penting, oleh karena ketidakefisiensinya akan memberi dampak yang negatif
terhadap RS baik secara medis maupun ekonomis (Ratnaningrum, E.,2002).
Pengelolaan obat di RS meliputi tahap-tahap perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian serta penggunaan yang saling terkait satu sama
lainnya, sehingga harus terkoordinasi dengan baik agar masing-masing dapat
berfungsi secara optimal. Ketidakterkaitan antara masing-masing tahap akan
mengakibatkan tidak efisiennya sistem suplai dan penggunaan obat yang ada
(Indrawati, C. S.,2007).
Dalam pengelolaan obat sebaiknya pengendalian dilakukan dari tahap
perencanaan sampai dengan penggunaan obat. Pengendalian dilakukan pada
16
![Page 17: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/17.jpg)
bagian perencanaan yaitu dalam penentuan jumlah kebutuhan, rekapitulasi
kebutuhan dan dana. Pengendalian juga diperlukan pada bagian pengadaan
yaitu dalam pemilihan metode pengadaan, penentuan rekanan, penentuan
spesifikasi perjanjian dan pemantauan status pemesanan. Di bagian
penyimpanan pengendalian diperlukan dalam penerimaan dan pemeriksaan
obat. Sedangkan pengendalian di bagian distribusi diperlukan dalam hal
pengumpulan informasi pemakaian dan review seleksi obat.
Obat sebagai salah satu unsur penting bagi pengobatan, mempunyai
kedudukan sangat strategis dalam upaya penyembuhan dan operasional RS. Di
RS pengelolaan obat dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS),
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dan terkait erat dengan anggaran RS
(Sulistyaningsih, L.,1999). Pengelolaan obat terdiri dari beberapa siklus
kegiatan yaitu :
a. Perencanaan Obat
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunkan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain konsumsi, Epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Metode konsumsi didasarkan atas analisis data konsumsi obat
sebelumnya. Perencanaan kebutuhan obat menurut pola konsumsi mempunyai
langkahlangkah sebagai berikut : pengumpulan dan pengolahan data,
17
![Page 18: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/18.jpg)
perhitungan perkiraan kebutuhan obat dan penyesuaian jumlah kebutuhan obat
dengan alokasi dana.
Jumlah kebutuhan obat menurut metode konsumsi dapat dihitung
dengan rumus berikut :
“Rencana kebutuhan obat tahun ini = jumlah pemakaian tahun lalu + stok
kosong + kebutuhan lead time + safety stock – sisa stok tahun lalu”
Keunggulan metode konsumsi adalah data yang diperoleh akurat,
metode paling mudah, tidak memerlukan data penyakit maupun standar
pengobatan. jika data konsumsi lengkap pola penulisan tidak berubah dan
kebutuhan relatif konstan maka kemungkinan kekurangan atau kelebihan obat
sangat kecil. Kekurangannya antara lain tidak dapat untuk mengkaji
penggunaan obat dalam perbaikan penulisan resep, kekurangan dan kelebihan
obat sulit diandalkan, tidak memerlukan pencatatan data morbiditas yang baik.
Metode epidemiologi didasarkan pada jumlah kunjungan, frekuensi
penyakit dan standar pengobatan. Langkah-langkah pokok dalam metode ini
adalah sebagai berikut : menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani,
menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit,
menyediakan standar pengobatan yang digunakan untuk perencanaan dan
menghitung perkiraan kebutuhan obat dan penyesuaian kebutuhan obat
dengan alokasi dana.
Keunggulan metode epidemiologi adalah perkiraan kebutuhan
mendekati kebenaran, standar pengobatan mendukung usaha memperbaiki
pola penggunaan obat. Sedangkan kekurangannya antara lain membutuhkan
18
![Page 19: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/19.jpg)
waktu dan tenaga yang terampil, data penyakit sulit diperoleh secara pasti,
diperlukan pencatatan dan pelaporan yang baik.
Sedangkan seleksi obat dalam rangka efisiensi dapat dilakukan dengan
cara analisis VEN (Vital, Esensial, Non esensial) dan analisis ABC (akan
dijelaskan di sub bab secara tersendiri).
Analisis VEN adalah suatu cara untuk mengelompokkan obat yang
berdasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan. Semua jenis obat
dalam daftar obat dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok yaitu :
Kelompok V adalah kelompok obat-obatan yang sangat esensial, yang
termasuk dalam kelompok ini adalah obat-obat penyelamat (lifesaving drugs),
obat-obatan untuk pelayanan kesehatan pokok dan obat-obatan untuk
mengatasi penyakit-penyakit penyebab kematian terbesar. Kelompok E adalah
obat-obatan yang bekerja kausal yaitu obat yang bekerja pada sumber
penyebab penyakit. Kelompok N adalah merupakan obat-obatan penunjang
yaitu obat-obat yang kerjanya ringan dan bisa dipergunakan untuk
menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan
(Ratnaningrum, E.,2002).
b. Pengadaan Obat
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui. Menurut Quick J et al, ada empat metode proses
pengadaaan :
19
![Page 20: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/20.jpg)
1) Tender terbuka berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar, dan
sesuai dengan kriteria yang 43 telah ditentukan. Pada penentuan harga lebih
menguntungkan.
2) Tender terbatas sering disebut dengan lelang tertutup. Hanya
dilakukan pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan punya riwayat yang
baik. Harga masih bisa dikendalikan
3) Pembelian dengan tawar menawar dilakukan bila jenis barang tidak
urgen dan tidak banyak, biasanya dilakukan pendekatan langsung untuk jenis
tertentu
4) Pengadaan langsung, pembelian jumlah kecil, perlu segera tersedia.
Harga tertentu relatif agak mahal.
Menurut penelitian Sarmini yang dikutip oleh istinganah, pengadaan
obat dengan pembelian langsung sangat menguntungkan karena disamping
waktunya cepat, juga volume obat tidak begitu besar sehingga tidak
menumpuk atau macet di gudang, harganya lebih murah karena langsung dari
distributor atau sumbernya, mendapatkan kualitas sesuai yang diinginkan, bila
ada kesalahan mudah mengurusnya, memperpendek lead time , sewaktu-
waktu kehabisan atau kekurangan obat dapat langsung menghubungi
distributor (Istinganah. Danu, S.,2006).
Proses pengadaan yang efektif harus dapat menghasilkan pengadaan
obat yang tepat jenis maupun jumlahnya, memperoleh harga yang murah,
menjamin 44 semua obat yang dibeli memenuhi standar kualitas, dapat
diperkirakan waktu pengiriman sehingga tidak terjadi penumpukan atau
20
![Page 21: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/21.jpg)
kekurangan obat, memilih supplier yang handal dengan service memuaskan,
dapat menentukan jadwal pembelian untuk menekan biaya pengadaan dan
efisien dalam proses pengadaan.
Frekuensi pengadaan bervariasi untuk tiap level pelayanan kesehatan.
Pada pusat pelayanan kesehatan atau RS mungkin kebanyakan item obat
dipesan perbulan dan untuk mengatasi kekurangan yang terjadi ditambah
dengan pesanan mingguan dan seterusnya. Obat yang mahal atau sering
dipakai pembelian dilakukan sekali sebulan, untuk obat yang murah dan
jarang digunakan dibeli sekali setahun atau setengah tahun (Istinganah. Danu,
S.,2006).
Menurut WHO, ada empat strategi dalam pengadaan obat yang baik :
(a) Pengadaaan obat-obatan dengan harga mahal dengan jumlah yang tepat
(b) Seleksi terhadap supplier yang dapat dipercaya dengan produk yang
berkualitas
(c) Pastikan ketepatan waktu pengiriman obat
(d) Mencapai kemungkinan termurah dari harga total45
c. Penyimpanan Obat
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut
persyaratan yang ditetapkan :
1) dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
2) dibedakan menurut suhunya, kesetabilannya
3) mudah tidaknya meledak/terbakar
21
![Page 22: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/22.jpg)
4) tahan tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem informasi
yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
Pengaturan penyimpanan obat dan persediaan menurut WHO adalah
sebagai berikut :
(a) Simpan obat-obatan yang mempunyai kesamaan secara bersamaan di atas
rak. ‘Kesamaan’ berarti dalam cara pemberian obat (luar,oral,suntikan) dan
bentuk ramuannya (obat kering atau cair)
(b) Simpan obat sesuai tanggal kadaluwarsa dengan menggunkan prosedur
FEFO (First Expiry First Out). Obat dengan tanggal kadaluwarsa yang lebih
pendek ditempatkan di depan obat yang berkadaluwarsa lebih lama. Bila obat
mempunyai tanggal kadaluwarsa sama, tempatkan obat yang baru diterima
dibelakang obat yang sudah ada.
(c) Simpan obat tanpa tanggal kadaluwarsa dengan menggunakan prosedur
FIFO (First In First Out). Barang yang baru diterima ditempatkan dibelakang
barang yang sudah ada.
(d) Buang obat yang kadaluwarsa dan rusak dengan dibuatkan catatan
pemusnahan obat, termasuk tanggal, jam, saksi dan cara pemusnahan.
d. Pendistribusian Obat
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di RS untuk
pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan
serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas
dasar kemudahan untuk di jangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan :
1) efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
22
![Page 23: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/23.jpg)
2) metode sentralisasi atau desantrilisasi
3) sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau
kombinasi.
23
![Page 24: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/24.jpg)
BAB III
METODE
3.1 Metode Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan magang dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
1. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan terhadap alur proses pelayanan di
Instalasi Gawat Darurat RS Lavalette Malang, mulai pasien masuk sampai
pasien dinyatakan dapat rawat jalan ataupun harus menjalani rawat inap. Dan
juga di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, mulai dari penerimaan resep sampai
pengeluaran obat. Serta semua fakta yang terjadi di lingkungan kerja Unit
Gawat Darurat dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit di RS Lavalette Malang.
2. Partisipatif
Partisipatif merupakan bentuk sikap mahasiswa yang turut bekerja aktif
membantu pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan proses pelayanan di
Instalasi Gawat Darurat dan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit RS Lavalette
Malang.
3. Diskusi
Diskusi dilakukan untuk mengetahui adanya kendala yang terjadi dalam
proses kegiatan pelayanan di Instalasi Gawat Darurat dan di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit RS Lavalette Malang. Diskusi juga dilakukan untuk mengetahui
faktor penyebab terjadinya kendala tersebut.
24
![Page 25: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/25.jpg)
3.2 Lokasi Pelaksanaan Kegiatan
Lokasi pelaksanaan kegiatan magang yang kami lakukan berlokasi
di Rumah Sakit Lavalette Malang yang beralamat di Jalan WR Supratman no.
10 kota MALANG. Sedangkan unit-unit yang kami tuju di Rumah Sakit
adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit termasuk Gudang Obat dan Instalasi
Gawat Darurat.
3.3 Waktu Pelakasanaan
Waktu pelaksanaan magang yang kami laksnakan adalah selama 9 – 31
Agustus 2010. Rincian jadwal kegiatan magang telah terlampir dalam laporan
ini.
3.4 Instrumen
Data yang diperoleh adalah data primer dan data sekunder yang
diperoleh melalui wawancara langsung dengan petugas Rumah Sakit Lavalette
Malang dan data sekunder dari laporan di Rumah Sakit Lavalette Malang.
25
![Page 26: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/26.jpg)
BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Lavalette
4.1.1 Sejarah
Rumah Sakit PT. Perkebunan XXIV-XXV (Persero) Lavalette
didirikan pada tanggal 09 Desember 1918 atas prakarsa para pengusaha
Perkebunan Besar yang tergabung dalam sebuah Yayasan bernama
"STICHTING MALANGSCHE ZIEKENVERPLEGING". Diperkirakan bahwa
Kliniek Malangsche Zieken-verpleging tersebut semula menempati bangunan
di daerah Kasin Malang.
Pada tahun 1914 dan tahun 1917 oleh Yayasan tersebut membeli tanah
sawah seluas 19.535 m2 dan tanah pekarangan seluas 7.870 m2 di daerah
Celaket Malang, diatas tanah tersebut dibangun gedung yang selesai dan mulai
digunakan pada tanggal 09 Desember 1918, dengan nama "LAVALETTE
KLINIEK". Nama tersebut diambil dari nama Ketua Yayasan, Tuan G. Chr.
Renardel de Lavalette, yang mempunyai saham besar dalam pendirian Rumah
Sakit ini.
Pada tanggal 07 Januari 1961 Lavalette Kliniek diserahkan oleh Ketua
Yayasan Stichting Malangsche Ziekenverpleging kepada Pusat Perkebunan
Negara (Baru) Cabang Jawa Timur dan selanjutnya dinamakan Rumah Sakit
Lavalette.
Dan terakhir pada tanggal 19 Juni 1968 berdasar Surat Keputusan
Panitia Likwidasi BPU PPN Gula dan PN Karung Goni No. XX-
26
![Page 27: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/27.jpg)
00050/68.005/L tanggal 19 Juni 1968 Rumah Sakit Lavalette diserahkan
kepada PNP XXIV dengan nama RS PNP XXIV Malang. RS PNP XXIV
Malang tidak dirasakan manfaatnya langsung untuk pelayanan kesehatan
karyawan pabrik-pabrik gula dalam wilayah PNP XXIV, karena letak pabrik-
pabrik tersebut yang terlalu jauh dari Malang.
Dalam tahun yang sama PNP XXIV bergabung dengan PNP XXV
menjadi PT Perkebunan XXIV-XXV (Persero) RS Lavalette Malang. OLeh
karena nama Lavalette lebih dikenal oleh masyarakat Malang, maka nama
Lavalette dipakai kembali secara resmi sehingga nama RS menjadi PT
Perkebunan XXIV-XXV (Persero) RS Lavalette Malang.
Dan pada tanggal 11 Maret 1996 berdasar Peraturan Pemerintah No.
16, PT Perkebunan XXIV-XXV (Persero) dibubarkan, kemudian dibentuk
Badan Usaha baru dengan nama PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) atau
dikenal sebagai PTPN XI (Persero) yang merupakan gabungan dari PT
Perkebunan XXIV-XXV (Persero) dengan PT Perkebunan XX (Persero).
4.1.2 Visi, Misi, dan Moto
a. Visi Rumah Sakit
Meningkatkan kesejahteraan Stake Holders berkesinambungan dengan
menjadikan PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero) Perusahaan Perkebunan
yang unggul dan didukung oleh Sumber Daya Manusia yang sehat jasmani
dan rohani.
27
![Page 28: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/28.jpg)
b. Misi Rumah Sakit
1. Memelihara kesehatan karyawan PT Perkebunan Nusantara XI
(Persero) beserta batihnya, baik kuratif maupun prefentif untuk
mendukung tercapainya kinerja perusahaan yang optimal.
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu pada
masyarakat/lingkungan usaha untuk memperoleh nilai tambah Rumah
Sakit sebagai unit usaha.
c. Moto Rumah Sakit
P : Periksa diri sendiri,
E : Empati menaruh diri pada kebutuhan dan harapan customer,
D : Dengarkan kebutuhan dan harapan customer,
U : Usahakan hubungan menang-menang,
L : Layani dengan senyum,
I : Ikatlah hubungan jangka panjang dengan customer
4.2 Instalasi Gawat Darurat
4.2.1 Alur Pasien
Pasien yang datang ke IGD RS Lavalette Malang, tidak hanya pasien
dengan kondisi gawat atau darurat saja, melainkan juga pasien dengan kondisi
yang tidak gawat maupun tidak darurat. Bahkan beberapa pasien yang datang
ke IGD merupakan pesien yang sudah sering ke IGD karena di anggap proses
penanganan lebih cepat atau memang pasien tersebut telah merasa cocok
dengan diagnosa dokter jaga di IGD tersebut.
28
![Page 29: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/29.jpg)
Padahal pasien bisa langsung ke poliklinik umum, kondisi ini
menyebabkan kondisi alur masuk pasien tidak sesuai dengan proses alur
masuk pasien yang telah di tetapkan oleh RS Lavalette. Rincian bagan Alur
Pasien terlampir telah terlampir dalam laporan ini.
4.2.2 Disiplin Pelayanan
Pemilihan anggota antrian yang akan dilayani terlebih dahulu di RS
Lavalette menggunakan sistem FCFS dan emergency first. FCFS atau First
Come-First Served, pemilihan anggota antrian dimana pesien yang pertama
masuk adalah pasien yang pertama dilayani, sedangkan emergency first adalah
pasien dalam kondisi berbahaya yang didahulukan.
4.2.3 Triage
Sesuai Protap IGD RS Lavalette Malang, triage atau pengelompokkan
pasien berdasarkan berat ringannya penyakit serta kecepatan penanganan atau
pemindahannya, sebagai berikut:
Prioritas Pertama (Merah), mengancam jiwa/ mengancam fungsi
vital. Penanganan dan pemindahan bersifat SEGERA.
Prioritas Kedua (Kuning), potensial mengancam jiwa/ fungsi vital bila
tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan pemindahan
bersifat JANGAN TERLAMBAT.
Prioritas Ketiga (Hijau), perlu penanganan seperti pelayanan biasa,
tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat TERAKHIR.
Prioritas Keempat (Hitam), meninggal dunia.
29
![Page 30: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/30.jpg)
4.2.4 Standar
Standar yang dipenuhi oleh IGD RS Lavalette Malang antara lain:
Standar 1. Falsafah dan Tujuan
Instalasi Gawat Darurat di RS Lavalette Malang mampu memberikan
pelayanan gawat darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan
mengalami kecelakaan, sesuai dengan standar.
Kriteria yang terpenuhi :
1.Pelenggaraan pelayanan gawat darurat secara terus menerus selama 24 jam,
7 hari dalam seminggu;
2.Instalasi / Unit Gawat Darurat tidak terpisah secara fungsional dari unit-unit
pelayanan lainnya di rumah sakit;
3.Kebijakan / peraturan / prosedur tentang pasien yang tidak tergolong akut
gawat akan tetapi datang untuk berobat di Instalasi / Unit Gawat Darurat
secara tertulis telah ada;
4.Evaluasi tentang fungsi instalasi / Unit Gawat Darurat;
5.Penelitian dan pendidikan yang berhubungan dengan fungsi instalasi / Unit
Gawat Darurat dan kesehatan masyrakat telah terselenggara.
Standar 2. Administrasi dan Pengelolaan
Pengelolaan dan pengintegrasian Instalasi / Unit Gawat Darurat oleh Instalasi /
Unit Lainnya di Rumah Sakit.
Kriteria yang terpenuhi :
1. Dokter terlatih sebagai kepala Instalasi / Unit Gawat Darurat
bertanggungjawab atas pelayanan di Instalasi / Unit Gawat Darurat.
30
![Page 31: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/31.jpg)
2. Terdapat perawat sebagai penganggungjawab pelayanan keperawatan gawat
darurat.
3. Semua tenaga dokter dan keperawatan mampu melakukan teknik
pertolongan hidup dasar (Basic Life Support).
4. Program penanggulangan korban massal, bencana (disaster plan) terhadap
kejadian di dalam rumah sakit ataupun di luar rumah sakit.
5. Semua staf / pegawai telah menyadari dan mengetahui kebijakan dan tujuan
dari unit. Meliputi kesadaran sopan santun, keleluasaan pribadi (privacy),
waktu tunggu, bahasa, pebedaan, rasial / suku, kepentingan konsultasi dan
bantuan sosial serta bantuan keagamaan.
6. Ketentuan tertulis tentang manajemen informasi medis (prosedur) rekam
medik terpenuhi.
7. Rumah Sakit dapat memberi pelayanan terbatas pada pasien gawat darurat
harus dapat mengatur untuk rujukan ke rumah sakit lainnya.
a.Ketentuan tertulis indikasi tentang pasien yang dirujuk ke rumah sakit
lainnya ada.
b.Ketentuan tertulis tentang pendamping pasien yang di transportasi.
8. Pengaturan dan penyesuaian tenaga cadangan untuk unit terealisasikan.
a.Jadwal jaga harian bagi konsulen, dokter dan perawat serta petugas non
medis yang bertugas di UGD.
b.Pelayanan radiologi, hematologi, kimia, mikrobiologi dan patologi
diorganisir / diatur sesuai kemampuan pelayanan rumah sakit.
c.Pelayanan transfusi darah selama 2 jam.
31
![Page 32: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/32.jpg)
9. Pasien yang dipulangkan harus mendapat petunjuk dan penerangan yang
jelas mengenai penyakit dan pengobatan selanjutnya.
10. Penyediaan Rekam Medik untuk setiap kunjungan.
Standar 3. Staf dan Pimpinan
Instalasi / Unit Gawat Darurat dipimpin oleh dokter, dibantu oleh tenaga
medis keperawatan dan tenaga lainnya yang telah mendapat pelatihan
penanggulangan gawat darurat (PPGD).
1. Jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang tersedia di Instalasi / Unit Gawat
Darurat sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
2. Unit mempunyai bagan organisasi yang dapat menunjukkan hubungan
antara staf medis, keperawatan, dan penunjang medis serta garis otoritas, dan
tanggung jawab.
3. Instalasi / Unit Gawat Darurat memiliki bukti tertulis tentang pertemuan
staf yang dilakukan secara tetap dan teratur membahas masalah pelayanan
gawat dan langkah pemecahannya.
4. Rincian tugas tertulis sejak penugasan selalu ada bagi tiap petugas.
5. Pada saat mulai diterima sebagai tenaga kerja selalu ada bagi tiap petugas.
6. Program penilaian kerja sebagai umpan balik untuk seluruh staf tersedia.
7. Daftar petugas, alamat dan nomor telepon tersedia.
Standar 4. Fasilitas dan Peralatan
Fasilitas yang disediakan di instalasi / unit gawat darurat telah terjamin
efektivitas dan efisiensi bagi pelayanan gawat darurat dalam waktu 24 jam, 7
hari seminggu secara terus menerus.
32
![Page 33: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/33.jpg)
1. Di Instalasi gawat darurat terdapat petunjuk dan informasi yang jelas bagi
masyarakat sehingga menjamin adanya kemudahan, kelancaran dan ketertiban
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
a. Petunjuk letak unit / instalasi.
b. Kendaraan roda empat dari luar dan ke instalasi / UGD di rumah sakit
mudah.
c. Terdapat sistem komunikasi untuk menjamin kelancaran hubungan antara
unit gawat darurat dengan :
1) Unit lain di dalam dan di luar rumah sakit terkait.
2) RS dan sarana kesehatan lainnya.
3) Pelayanan ambulan.
4) Unit pemadam kebakaran.
5) Konsulen SMF di UGD.
2. Terdapat pelayanan radiologi yang di organisasi dengan baik serta
lokasinya berdekatan dengan unit gawat darurat.
3. Tersedia alat dan obat untuk Life Saving.
Standar 5. Kebijakan dan Prosedur
Kebijakan dan prosedur pelaksanaan tertulis di unit selalu mendapat tinjauan
dan penyempurnaan (bila perlu).
1. Terdapat prosedur media tertulis yang antara lain berisi :
- tanggungjawab dokter
- batasan tindakan medis
- protokolmedis untuk kasus-kasus yang mengancam jiwa
33
![Page 34: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/34.jpg)
3. Prosedur tetap mengenai penggunaan obat dan alat untuk life saving sesuai
dengan standar.
4. Kebijakan dan prosedur tertulis tentang ibu dalam proses persalinan normal
maupun tidak normal.
Standar 6. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Upaya secara terus menerus menilai kemampuan dan hasil pelayanan
instalasi / unit gawat darurat.
1. Adanya data dan informasi mengenai :
- jumlah kunjungan
- kecepatan pelayanan (respon time)
- pola penyakit / kecelakaan (10 terbanyak)
- angka kematian
2. Instalasi / Unit Gawat Darurat menyelenggarakan evaluasi terhadap
pelayanan kasus gawat darurat setiap bulannya.
3. Instalasi / Unit Gawat Darurat menyelenggarakan evaluasi terhadap kasus-
kasus tertentu setiap bulannya.
4.2.5 Rujukan
Rujukan kesehatan dapat disebut sebagai penyerahan tanggungjawab
dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain. Secara
lengkap Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo mendefinisikan sistem rujukan
sebagai suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu
34
![Page 35: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/35.jpg)
menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana dan harus
kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan
keadaan sakitnya.
Rujukan dilakukan oleh Rumah Sakit Lavalette kepada pasien
dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu:
a. Atas keinginan pasien sendiri untuk dirujuk ke RS lain yang telah
tersedia,
b. Pasien yang dirawat tidak mendapatkan penanganan dikarenakan
jumlah pasien melampaui kuota tempat tidur, dan
c. Fasilitas yang diperlukan oleh pasien tidak didapatkan oleh pasien
dikarenakan fasilitas tersebut tidak tersedia di RS Lavalette.
Rumah Sakit yang menjadi tujuan pasien rujukan adalah RS Saiful
Anwar, RKZ, Pantinirmala Malang, atau RSU
4.2.6 Dana
Pembelian alat – alat kesehatan yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit
diambil dari hasil pendapatan Rumah Sakit sendiri. Pembelian tergantung
pada periode atau kebutuhannya. Obat yang harganya sampai jutaan rupiah
prosesnya dengan pemesanan langsung (CITO), pembeliannya harus sesuai
keadaan keuangan RS.
Apabila dana RS tidak memadai maka RS akan mengajukan pinjaman
kepada PTPN XI. Hal ini juga berlaku untuk pelaksanaan penganggaran untuk
35
![Page 36: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/36.jpg)
alat – alat kesehatan yang nilai infestasinya besar harus mengajukan ke PTPN
XI untuk mendapatkan persetujuan.
4.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Pengstrukturan organisasi IFRS pada Rumah Sakit Lavalette dalam
komando administrasi dan pelayanannya maupun koordinasinya dengan unit –
unit lain telah terlampir .
Perencanaan obat adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan mutu obat
sesuai dengan kebutuhan. Keberhasilan perencanaan jumlah kebutuhan obat
bisa dicapai dengan melibatkan tim dan kombinasi dari berbagai metode
(Hamid,T.B.J, 2007). Metode konsumsi merupakan salah satu metode standar
yang digunakan untuk perencanaan jumlah kebutuhan obat. Metode ini
memberikan prediksi keakuratan yang baik terhadap perencanaan kebutuhan
obat. Namun demikian metode ini tidak selalu memberikan hasil yang
memuaskan, karena metode ini hanya meramalkan berapa jumlah kebutuhan
obat yang akan direncanakan, tidak dapat diketahui kapan saatnya harus
memesan obat lagi.
Disamping itu, metode konsumsi juga tidak bisa memberikan
informasi tentang perencanaan obat berdasarkan prioritas nilai investasinya.
Kejadian ini dapat dilihat di IFRS Lavalette Malang dimana narasumber kami
berpendapat bahwa metode ini obat dianggap sebagai barang spesifik dimana
dalam perencanaan tiap bulannya tidak bisa disamakan dengan bulan-bulan
sebelumnya. Hal ini dikarenakan perencanaan obat tiap bulannya itu
dipengaruhi oleh musim penyakit, resep dokter dll.
36
![Page 37: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/37.jpg)
Misal, pada bulan A merupakan musim flu maka perencanaan stok
obat flu pada bulan tersebut akan dilebihkan. Namun jika di bulan berikutnya
(A+1) bukan merupakan musim flu lagi maka stok obat flu pada bulan A+1
dapat dikurangi atau disamakan dengan stok bulan A. Atau dapat juga terjadi
dikarenakan adanya 2 dokter yang menangani kasus yang sama tetapi
memberikan jenis obat yang berbeda satu sama lain maka stok obat jumlah
yang dibutuhkan akan berbeda.
Jika kebutuhan obat tidak sesuai dengan yang direncanakan, di artikan
disini jumlah obat yang dibutuhkan kurang dari yang direncanakan, maka
dapat dilakukan pengajuan pemesanan pada bulan itu juga. Perencanaan obat
yang dianggap baik merupakan perencanaan “Just In Time”, dimana
pembelian dilakukan disaat obat dibutuhkan saat itu juga. Tetapi pelaksanaan
perencanaan ini terhambat oleh kurang baiknya transport dan penempatan
waktu dalam pengiriman obat.
Rincian contoh perencanaan obat di IFRS Lavalette Malang telah
terlampir dalam laporan ini. Dari tabel dapat dikatakan bahwa perencanaan
bulan Agustus 2008 merupakan hasil pengurangan dari pengeluaran bulan Juli
2008 dan saldo awal bulan Agustus 2008. Namun tidak semua perencanaan
bulan Agustus diperoleh dari perhitungan tersebut, seperti halnya dalam
perencanaan obat Mucohexin ‘100 tablet 8mg, dimana perencanaan bulan
Agustus bukan merupakan hasil pengurangan pengeluaran Juli 2008 dan saldo
awal Agustus 2008, hal ini dapat dikarenakan oleh berbagai hal diantaranya
seperti penjelasan diatas. Tetapi jika saldo awal bulan Agustus 2008 melebihi
37
![Page 38: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/38.jpg)
pengeluaran bulan Juli 2008, maka perencanaan bulan Agustus 2008 tidak
dianggarkan (ditulis 0), eperti perencanaan obat Motilium tablet -.
Pemesanan obat dapat dilaksanakan dengan kondisi tertentu atau segera
(CITO) ataupun sesuai dengan perencanaan pengadaan obat, yaitu dengan
metode konsumsi.
4.3.1 Standar Pelayanan Resep
Standar pelayanan resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Lavalette
dijalankan berdasarkan protap yang telah di setujui oleh Kepala Rumah Sakit.
Berdasarkan protap No dok 08.01.09 Perancanaan perbekalan farmasi IFRS
memiliki prosedur kerja seperti dibawah ini:
1. Dibuatkan 1 tahun, lalu diserahkan kepada Ka AKU untuk dimintakan
persetujuan kepada ka RS
2. Yang disetujui dibuatkan PB24 tiap bulan berdasarkan penggunaan bulan
sebelumnya
3. PB24 diserahkan kepada sub unit gudang untuk dilihat saldo barang di
gudang
4. PB24 yang telah ditandatangani Ka sub unit gudang dan Ka IFRS
diserahkan kepada Ka unit keuangan dan dikoreksi
5. PB24 yang telah ditandatangani tersebut diserahkan kepada Ka bagian
AKU dan Ka RS untuk dimintai persetujuan
6. Jika sudah disetujui yang asli diserahkan pada Ka sub unit pengadaan
untuk direalisasikan sedangkan arsipnya diserahkan pada Ka sub unit
gudang
38
![Page 39: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/39.jpg)
Protap diatas akhirnya dilakukan revisi pada tanggal 2 Januari 2008, menjadi
sebagai berikut:
1. Perencanaan dibuat 1 tahun, lalu dibagi dalam perencanaan bulanan sesuai
kebutuhan berdasarkan pemakaian bulan sebelumnya
2. Dibuatkan 1 tahun, lalu diserahkan kepada Ka AKU untuk dimintakan
persetujuan kepada Ka RS
3. Yang disetujui dibuatkan PB24 tiap bulan berdasarkan penggunaan bulan
sebelumnya
4. PB24 diserahkan kepada sub unit gudang untuk dilihat saldo barang di
gudang
5. PB24 yang telah ditandatangani Ka subunit gudang dan Ka IFRS
diserahkan kepada Ka unit keuangan dan dikoreksi
6. PB24 yang telah ditandatangani tersebut diserahkan kepada Ka bagian
AKU dan Ka RS untuk dimintai persetujuan
7. Jika sudah disetujui yang asli diserahkan pada Ka sub unit pengadaan
untuk direalisasikan sedangkan arsipnya diserahkan pada Ka sub unit
gudang
Sedangkan untuk pelaksanaan Standar Pelayanan Resep Tagihan telah
disahkan pada tanggal 8 Januari 2003. Pelayanan resep tagihan sendiri
merupakan tata cara pelayanan resep untuk rawat inap dan jalan dari xxxx?
dan instansi relasi yang dibayar secara tagihan melalui instansinya.
Standar Pelayanan Resep Tagihan di Ruang Inap, prosedurnya sebagai
berikut:
39
![Page 40: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/40.jpg)
1. Resep diambil oleh kurir IFRS ke unit perawatan
2. Resep diterima oleh IFRS
3. Diteliti kelengkapannya, seperti; nama penderita, nomer regristrasi, nama
penanggung jawab biaya dan ruang perawatan
4. Ditindas rangkap tiga
5. Resep diberi nomor urut resep
6. Resep diracik dan diberi etiket dan dibungkus sesuai obat masing –
masing, asisten apoteker yang meracik menberikan paraf dikolom R
(racik) pada resep, lalu obat dan resep diserahkan pada asisten apoteker
koordinator shif untuk dilakukan cek ulang. Asisten apoteker yang
memeriksa paraf pada kolom
7. Obat dicatat dibuku ekspedisi penyerahan obat
8. Obat dan buku dimasukkan kelaporan obat untuk siap dikirimkan ke
masing – masing ruangan perawatan
9. Saat mengirim obat ke ruangan. Perawat yang menerima obat
menandatangani buku penerimaan
10. Resep asli untuk arsip IFRS, tindasan dua buah dan nota harga diserahkan
ke unit pembukuan untuk dibuatkan tagihannya, tindasan tiga kali
disimpan diruangan pencatatan
Standar Pelayanan Resep Tagihan di Ruang Jalan, prosedurnya sebagai
berikut:
1. Resep diterima oleh IFRS
40
![Page 41: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/41.jpg)
2. Diteliti kelengkapannya, seperti; nama penderita, nomer regristrasi, nama
penanggung jawab biaya dan ruang perawatan
3. Ditindas rangkap tiga
4. Resep diberi nomor urut resep
5. Lalu obat diserahkan kepada penderita dan diberikan konseling oleh
apoteker atau asisten selesai menyerahkan, apoteker atau asisten
memberikan paraf dikolom S (serah)
6. Penderita menerima obat lalu menandatangani dibalik resep asli sebagai
tanda terima obat
7. Resep asli untuk arsip IFRS, tindasan dua buah dan nota harga diserahkan
ke unit pembukuan untuk dibuatkan tagihannya, tindasan tiga kali
disimpan diruangan pencatatan
Standar Pelaksanaan Pelayanan Resep Tunai disahkan pada tanggal 8
Januari 2004. Pelayanan resep tunai adalah tata cara peleyanan resep dari Poli
Umum, UGD, luar RS dan spesialis, baik inap atau jalan secara tunai
1. Resep diterima dan ditanya alamatnya
2. Resep diperiksa kelengkapannya, kejelasannya nama item obat
3. Resep diberi nomor dan diperhitungkan harganya
4. Resep diberikan ke kasir lalu kasir memberi tahu harganya ke penderita
5. Penderita membayar kepada kasir dan diberikan nota tana lunas
6. Penderita menerima obat lalu menandatangani dibalik resep asli sebagai
tanda terima obat
41
![Page 42: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/42.jpg)
7. Uang hasil penerimaan resep tunai disetorkan ke kasir RS setiap hari jam 8
pagi dan hasil penerimaan tunai jam 8 hingga 11 siang, penyetoran jam
12.00. Sedangkan penerimaan jam 12.00 siang sampai jam 6 pagi
disetorkan jam 8 besok harinya
4.3.2 Manajemen Logistik
Manajemen logistik adalah bagian dari proses supllay chain yang
berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, mengendalikan penyimpanan
barang, pelayanan dan informasi dari titik permulaan hingga komsumsi dalam
tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan.
Pelaksanaan menyediakan, menyimpan dan distribusi barang – barang
rumah sakit dilaksanakan oleh gudang. Proses permintaan barang – barang
rumah sakit yang dibutuhkan oleh unit – unit yang ada kepada gudang telah
terlampir di laporan ini. Daftar – daftar obat yang dipesan dan dibutuhkan oleh
unit – unit tertentu di Rumah Sakit Lavalette dinamakan PB 24.
Sistem pencatatan (aplikasi) yang keluar dan masuk ada dua, yaitu:
1. Unit
2. Akun
Pintu masuk dan pintu keluar di Gudang Obat RS Lavalette pada
teorinya merupakan dua pintu yang berbeda letak dan orang yang
bertugas menjaganya. Tiap pagi semua unit menyetorkan kebutuhan
dalam bentuk resep itu berbeda. Barang donasi dari unit – unit lain
dilimpahkan ke gudang, barang tersebut merupakan barang – barang yang
tidak dipakai oleh unit tersebut. Permintaan barang oleh semua unit harus
42
![Page 43: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/43.jpg)
menggunakan bon walaupun barang yang diminta hanya satu buah saja.
Barang – barang RS dibagi menjadi barang Rumah Tangga, alat – alat
kesehatan, dan lain – lain.
Laporan barang – barang yang masuk ataupun keluar dibagian administrasi
disebut KUA sedangkan di gudang berupa MUA. Ini dilakukan untuk
crossceck apakah laporan tersebut terjadi kesalahan atau tidak. Laporan
Harian Gudang (LGH) dicetak sebanyak 4 rangkap, 1 untuk KUA, 1 untuk
bagian apotek, dan 2 rangkap untuk bagian pembayaran yang akan dipakai
sebagai bukti. LGH merupakan laporan penerimaan harian sedangkan untuk
pengeluaran dinamakan LHPG.
Protap Gudang
1. Protap Pengadaan
a. Kompilasi semua kebutuhan unit yang ada di Rumah Sakit
b. Rekapitulasi dengan sisa barang yang ada di gudang
c. Dibutuhkan daftar kebutuhan barang tang harus di pe0an (PB-24)
d. PB-24 diserahkan ke bagian Pengadaan
e. Bagian pengadaan memesan barang sesuai kebutuhan
f. Barang datang di terima di Gudang dan bagian Gudang mencocokkan
dengan daftar yang ada di PB-24
g. Barang yang tidak sesuai dengan PB-24 langsung ditukar
h. Barang yang cocok atau sesuai dengan PB-24 langsung
dikonfirmasikan ke unit yang meminta
43
![Page 44: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/44.jpg)
i. Selama barang – barang belum di bon oleh unit – unit yang meminta,
barang disimpan di gudang
j. Barang – barang yang diterima oleh bagian Gudang dicatat sebagai
penerimaan
2. Prosedur Pengeluaran Barang
a. Barang yang dikeluarkan berdasarkan permintaan berupa Bon Gudang
b. Barang diserahkan ke peminta
c. Barang yang keluar dicatat sebagai pengeluaran di Label Barang
d. Barang yang keluar di catat sebagai pengeluaran di Laporan Harian
Pengeluaran Barang – barang
e. Bon yang ada ditaruh diarsip
44
![Page 45: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/45.jpg)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Lavalette telah memenuhi standar
pelayanan IGD yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
2. Alur pasien IGD yang telah ditetapkan oleh RS Lavalette belum berjalan
secara optimal.
3. Manajemen logistik di IFRS Lavalette berada di bawah koordinasi Ka
IFRS yang bekerjasama dengan Ka sub unit gudang serta Kepala RS
Lavalette.
4. Pelayanan resep yang dilakukan di IFRS Lavalette berjalan sesuai dengan
Protap yang telah ditetapkan oleh RS Lavalette.
5.2 Saran
1. Mengingat akan pentingnya Form dan ATK bagi kelancaran tugas maka
sebaiknya di adakan penambahan petugas untuk menangani pengadaan
sehingga meminimalkan terjadiya stocout dan stagnat pada persediaan.
2. Agar sebaiknya dilakukam penambahan SDM untuk petugas pengadaan
agar tugas dari petugas pengadan dilakukan oleh petugas pengadaan bukan
di sambi oleh petugas lainnya.
45
![Page 46: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/46.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/triage.html diakses pada tanggal 10
September 2010
http://rslavalette.blogspot.com/ diakses pada tanggal 10 September 2010
http://semaranganjawa.blogspot.com/2009/11/pelayanan-gawat-darurat.html
diakses pada tanggal 10 September 2010
http://sehatuntuksemua.wordpress.com/2008/07/14/sistem-rujukan-kesehatan-di-
indonesia/ diakses pada tanggal 14 September 2010
http://eprints.undip.ac.id/16382/1/Ali_Maimun.pdf diakses pada tanggal 14
September 2010
http://eprints.undip.ac.id/17996/1/JOKO_PUJI_HARTONO.pdf diakses pada
tanggal 14 September 2010
46
![Page 47: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/47.jpg)
Lampiran 1 BAGAN ALUR PASIENNAMA : SEPTA LINDA R
STEPHANY M. PONDAANGNIM : 100810367
100810349TEMPAT MAGANG : Rumah Sakit Lavalette Malang
47
PASIEN DATANG
GAWAT DAN ATAU DARURAT
TIDAK GAWAT DAN TIDAK DARURAT
RAWAT INAP
MENINGGAL RAWAT JALAN
ADMINISTRASI
(INFORMASI PENDAFTARAN)
ADMINISTRASI
KASIR
UNIT RAWAT
INAP
DIBERIKAN :
-RESEP
-SURAT KONSULTASI KE DOKTER SPESIALIS
-SURAT KEMATIAN
IGD POLIKLINIK UMUM
![Page 48: Bab 1](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081515/5571f82f49795991698cd51b/html5/thumbnails/48.jpg)
Lampiran 2 BAGAN ALUR PENGADAAN DAN PENGELUARANOBATNAMA : SEPTA LINDA R
STEPHANY M. PONDAANGNIM : 100810367
100810349TEMPAT MAGANG : Rumah Sakit Lavalette Malang
48
APOTIK
KASIR
UNIT-UNIT
INVOICHE
PB-24 ALKES DAN RT
RT
PB-24 NON ALKES DAN RT
AU-22
PBF
BAGIAN PENGADAAN
UNIT-UNIT
MEMBUAT PB-24
GUDANG
BARANG
PB-24
RS
GUDANG