bab 1

24
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin. Kadar asam urat yang tinggi dalam urin mudah menyebabkan pengendapan kristal urat yang dapat membentuk batu ginjal urat. Kristal di jaringan menyebabkan respon peradangan, akibatnya adalah sendi yang membengkak, meradang dan nyeri (Sacher dan McPherson, 2004). Kelebihan asam urat dalam darah menjadi masalah yang cukup serius, terutama bagi orang yang berusia 40 tahun keatas. Kadar asam urat darah yang berlebihan bisa menyebabkan timbulnya suatu penyakit yang disebut dengan artritis gout. Penyakit ini memang tidak mematikan, namun menyebabkan nyeri luar biasa serta menurunkan kualitas hidup. Prevalensi Artritis Reumatoid adalah sekitar 1% populasi (berkisar antara 0,3 sampai 2,1%). Artritis Reumatoid lebih sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita dan pria sebesar 3:1. Serangan pertama terjadi pada dewasa muda, tetapi dapat mulai pada usia kapan saja (Ekbom dkk, 1993; Robbins dkk, 1995). Jumlah penderita asam urat cenderung meningkat dengan prevalensi gout di Amerika Serikat 2,6% dalam 1000 kasus, dan 10% kasus gout terjadi pada hiperurisemia sekunder (Walker dan Edward, 2003). Prevalensi Gout tidak hanya terjadi di Amerika 1

Upload: mifta-dwi-imaniah

Post on 11-Dec-2014

61 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin. Kadar asam urat

yang tinggi dalam urin mudah menyebabkan pengendapan kristal urat yang dapat

membentuk batu ginjal urat. Kristal di jaringan menyebabkan respon peradangan,

akibatnya adalah sendi yang membengkak, meradang dan nyeri (Sacher dan

McPherson, 2004). Kelebihan asam urat dalam darah menjadi masalah yang

cukup serius, terutama bagi orang yang berusia 40 tahun keatas. Kadar asam urat

darah yang berlebihan bisa menyebabkan timbulnya suatu penyakit yang disebut

dengan artritis gout. Penyakit ini memang tidak mematikan, namun menyebabkan

nyeri luar biasa serta menurunkan kualitas hidup. Prevalensi Artritis Reumatoid

adalah sekitar 1% populasi (berkisar antara 0,3 sampai 2,1%). Artritis Reumatoid

lebih sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita dan pria sebesar

3:1. Serangan pertama terjadi pada dewasa muda, tetapi dapat mulai pada usia

kapan saja (Ekbom dkk, 1993; Robbins dkk, 1995).

Jumlah penderita asam urat cenderung meningkat dengan prevalensi

gout di Amerika Serikat 2,6% dalam 1000 kasus, dan 10% kasus gout terjadi pada

hiperurisemia sekunder (Walker dan Edward, 2003). Prevalensi Gout tidak hanya

terjadi di Amerika Serikat saja tetapi juga dibeberapa negara berkembang,

seperti di Indonesia (Walker dan Edward, 2003). Asam urat atau artritis

gout lebih sering menyerang laki-laki terutama yang berumur di atas 30

tahun, karena umumnya laki-laki sudah mempunyai kadar asam urat yang tinggi

dalam darahnya, sedangkan kadar asam urat pada wanita umumnya rendah

dan baru meningkat tajam setelah menopause (Wijayakusuma, 2005).

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber

keanekaragaman hayati yang meliputi berbagai jenis flora dan fauna. Oleh sebab

itu setiap spesies tumbuhan, hewan dan mikroorganisme yang terdapat di darat

dan di laut mempunyai nilai-nilai kimia yang banyak jumlahnya.

Keanekaragaman hayati yang tersedia di Indonesia dapat diartikan sebagai sumber

bagi keanekaragaman bahan kimia (Achmad, dkk, 1999).

1

Page 2: Bab 1

Salah satu sumbangan yang penting dari kekayaan flora di Indonesia adalah

tersedianya senyawa-senyawa bioaktif. (Farnsworth, 1966). Daun salam

merupakan salah satu dari beberapa flora yang banyak ditemukan dan dapat

digunakan sebagai obat asam urat.Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa

ekstrak ekstrak daun salam mampu menurunkan kadar asam urat dalam serum

darah setara dengan allopurinol dosis 10 mg/kg BB.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah mengkaji struktur senyawa kimia

metabolit sekunder yang terkandung dalam Daun Salam (Syzygium polyanthum)

dan potensi Daun Salam (Syzygium polyanthum) sebagai anti atrtithis gout

ditinjau dari strukturnya.

1.3 Manfaat Penulisan dijabarkan: informasi, pemanfaatan/ pembuatan

1. Memberikan informasi tentang kandungan senyawa kimia metabolit

sekunder dalam Daun Salam (Syzygium polyanthum)

a. Memanfaatkan kandungan senyawa kimia metabolit sekunder

dalam Daun Salam (Syzygium polyanthum) sebagai anti atrtithis

gout.

2

Page 3: Bab 1

BAB 2. KONSEP DASAR OBAT TRADISIONAL

2.1 Definisi

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran

dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan

berdasarkan pengalaman (DepKesRI).

2.2 Tingkatan Obat Tradisional

Obat bahan alam yang ada di Indonesia saat dapat dikategorikan menjadi 3

kategori, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.

2.2.1 Jamu (Empirical based herbal medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang disiapkan dan disediakan secara

tradisional. Berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu

tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional

berdasarkan pengalaman. Jamu telah digunakan secara turun-temurun

selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, Pada

umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur

atau pengalaman leluhur. Sifat jamu umumnya belum terbukti secara ilmiah

(empirik) namun telah banyak dipakai oleh masyarakat luas. Belum ada

pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi digunakan dengan bukti

empiris berdasarkan pengalaman turun temurun.

2.2.2 Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)

Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan

alam (dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral). Untuk

melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih rumit dan

berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan

pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses

produksi dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang dengan

pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan)

dengan mengikuti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan

3

Page 4: Bab 1

ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan

telah dilakukan uji toksisitas akut maupun kronis.

2.2.3 Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan

dengan obat modern. Dengan dilakukannya uji klinik, maka akan

meyakinkan para praktisi medis ilmiah untuk menggunakan obat herbal ke

dalam sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk

menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian

secara ilmiah.

2.3 Syarat Obat Tradisional

a. Proses pembuatannya yang telah terstandar,

b. Ditunjang bukti ilmiah atau uji klinik pada manusia dengan kriteria

memenuhi syarat ilmiah,

c. Protokol uji yang telah disetujui,

d. Dilakukan oleh pelaksana yang kompeten,

e. Memenuhi prinsip etika,

f. Tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat.

2.4 Payung Hukum Obat Tradisional

Payung hukum yang ada di Indonesia dalam pelaksanaan pengobatan

tradisional antara lain sebagai berikut:

1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 47 tentang

pengobatan tradisional

2. Peraturan Menkes RI No. 760/Menkes/Per/IX/1992 tentang fitofarmaka

3. Permenkes No. 1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang penyelenggaraan

pengobatan komplementer alternatif di fasilitas kesehatan.

4. Keputusan Menkes RI No. 1076/Menkes/SK//VII/2003 tentang

penyelenggaraan pengobatan tradisional

4

Page 5: Bab 1

BAB 3. ANALISA ARTIKEL

3.1 Jenis Obat dan Taksonomi

Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional untuk

menurunkan kadar asam urat adalah tanaman salam (Syzygium polyanthum

Wight). Bagian tanaman yang digunakan adalah daun yang masih segar atau yang

sudah dikeringkan. Tanaman Salam lebih dikenal sebagi bumbu masakan, karena

aromanya yang khas. Tetapi tanaman salam juga merupakan salah satu alternatif

obat tradisional. Daun salam memiliki berbagai khasiat obat yang dapat

dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya untuk mengatasi

3.1.1 Taksonomi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Sub kelas : Dialypetalae

Bangsa : Myrtales

Suku : Myrtaceae

Marga : Syzygium

Jenis : Syzygium polyanthum Wight

3.1.2 Nama Daerah

Sumatra : Meselangun, ubar serai (Melayu)

Jawa : Salam, gowok (Sunda), salam (Madura), manting

Kangean : Kastolam

3.2 Kandungan Bioaktif dalam Obat

Salam mengandung tanin, flavonoid, saponin, triterpen, polifenol, alkaloid

dan minyak atsiri (Sudarsono dkk., 2002).

a. Tanin

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermaen

terdapat khusus dalam jaringan kayu. Secara kimia terdapat dua jenis utama

tanin, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi

5

Page 6: Bab 1

atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara

kondensasi katekin tunggal (galokatekin) yang membentuk senyawa dimer

dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon

menghubungkan satu flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-6 atau

6-8. Kebanyakan flavolan mempunyai 2-20 satuan flavon. Tanin terhidrolisis

terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana ialah depsida galoiglukosa. Pada

senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima atau lebih gugus

ester galoil. Pada jenis yang kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam

galat yaitu asam heksahidroksidifenat, yang berikatan dengan glukosa. Bila

dihidrolisis, elagitanin ini menghasilkan asam elagat (Harborne, 1987).

b. Flavonoid

Flavonoid sebagai suatu senyawa fenol dalam dunia tumbuhan dapat

ditemukan dalam bentuk glikosida maupun aglikonnya. Aglikon flavonoid

mempunyai kerangka dasar struktur C6-C3-C6. Berdasarkan tingkat oksidasi

serta subsituennya kerangka flavonoid dibedakan menjadi berbagai jenis

seperti flavon,6 flavonol, khalkon, santon, auron, flavon, antosianidin dan

leukoantosianidin (Pramono, 1989). Flavonoid mengandung cincin aromatik

yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan yang kuat pada

daerah spektrum UV (ultra violet) dan spektrum tampak. Flavonoid umumnya

terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula seperti glikosida. Aglikon

flavonoid terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi

glikosida (Harborne, 1989).

c. Minyak Atsiri

Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun,

bunga, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizoma. Minyak atsiri disebut

juga minyak eteris yaitu minyak yang mudah menguap dan diperoleh dari

tanaman dengan cara penyulingan, biasanya tidak berwarna terutama bila

masih dalam keadaan segar, setelah terjadi proses oksidasi dan pendamaran

makin lama akan berubah menjadi gelap, untuk menghindarinya harus

disimpan dalam keadaan penuh dan tertutup rapat (Angoes, 1991). Minyak

atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang

terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O) serta

6

Page 7: Bab 1

berbagai persenyawaan kimia yangmengandung unsur Nitrogen (N) dan

Belerang (S). Beberapa minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan

antiseptik internal dan eksternal, bahan analgesik, hemolitik atau enzimatik,

sedativ, stimulan, untuk obat sakit perut, bahan pewangi kosmetik dan sabun.

d. Saponin

Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam

lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan

dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuan

membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Triterpen tertentu terkenal

karena rasanya, terutama kepahitannya. Pencarian saponin dalam tumbuhan

telah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah

diperoleh. Saponin dan glikosida sapogenin adalah salah satu tipe glikosida

yang tersebar luas dalam tumbuhan (Harborne, 1987). Dikenal dua macam

saponin, yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida dengan struktur

steroid. Kedua saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam

eter (Robinson, 1995).

e. Polifenol

Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan,

yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau

dua penyulih hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air

karena umumnya sering kali berikatan dengan gula sebagai glikosida, dan

biasanya terdapat dalam vakuola sel. Beberapa ribu senyawa fenol telah

diketahui strukturnya. Flavonoid merupakan golongan terbesar, tetapi fenol

monosiklik sederhana, fenil propanoid, dan kuinon fenolik juga terdapat

dalam jumlah yang besar. Beberapa golongan bahan polimer penting dalam

tumbuhan seperti lignin, melanin, dan tanin adalah senyawa polifenol

(Harborne, 1987).

f. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada

umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu

atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari

sistem siklik alkaloid sering kali beracun pada manusia dan banyak yang

7

Page 8: Bab 1

mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi digunakan secara luas

dalam bidang pengobatan. Umumnya alkaloid tidak berwarna, bersifat optis

aktif dan sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar (Harborne, 1987).

3.3 Farmasetika

Pemanfaatan daun salam untuk mengobati asam urat bisa dengan

meminum air rebusan daun salam atau sebagai ekstrak. Namun, selain dalam

bentuk ekstrak daun salam dapat dijadikan serbuk. Kemudian serbuk tersebut

dimasukkan ke dalam kapsul. Selama ini sudah ada di pasaran kapsul obat-

obatan herbal yang kandungannya sama seperti daun salam. Namun cara

pembuatannya tidak praktis dan lebih mahal. Perlu dilakukan ekstraksi atau dan

maserasi (mengairi, melunakkan). Serta perlu menambahkan pelarut.

Bahan mentah obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan ataupun hewan tidak

perlu diproses lebih lanjut kecuali dikumpulkan atau dikeringkan. Tiap-tiap bahan

mentah obat disebut ekstrak, tidak mengandung hanya satu unsur saja tetapi

berbagai unsur(Ansel, 1989). Oleh karena itu lebih praktis apabila kita

membuatnya menjadi ekstrak. Dalam membuat ekstrak daun salam terdapat 3

tahap antara lain :

a. Persiapan, ambil 10 lembar daun salam segar

b. Perebusan, rebus daun salam dengan 700 cc air, hingga bersisa 200 cc

c. Penyaringan

d. Minum selagi hangat.

3.4 Farmakokinetik

Zat yang terkandung didalam daun salam berguna untuk mengobati gout

karena menurunkan kadar asam urat. Pengobatan jangka panjang mengurangi

frekuensi serangan, menghambat pembentukan tofi, memobilisasi asam urat dan

mengurangi besarnya tofi, memobilisasi asam urat ini dapat ditingkatkan dengan

urikosurik. Ekstrak daun salam berguna untuk mengobati penyakit gout kronik

dengan insufisiensi ginjal dan tetapi dosis awal harus dikurangi. Efek daun salam

tidak dilawan oleh salisilat, tidak berkurang pada insufisiensi ginjal dan tidak

menyebabkan batu urat. Ekstrak daun salam berguna untuk mengobati gout

8

Page 9: Bab 1

sekunder akibat penyakit polisitemia vera, metaplasia myeloid, leukemia,

limfoma, psoriasis, hiperurisemia akibat obat dan radiasi (Tjay dan Raharja,

2002). Melalui penghambatan xantin oksidase maka hipoxantin dan xantin

diekskresi lebih banyak dalam urin sehingga kadar asam urat dalam darah dan

urin menurun (Mutschler, 1991).

3.5 Farmakodinamik

Keefektifan daun salam untuk mengobati asam urat diduga didasarkan

pada kandungan flavonoidnya. Kemampuan senyawa tersebut dalam menurunkan

asam urat adalah dengan mekanisme hambatan terhadap aktivitas xantin oksidase

pada basa purin sehingga akan menurunkan produksi asam urat. Jenis flavonoid

yang berperan dalam mekanisme penghambatan enzim xantin oxidase adalah

flavon dan flavonol (Cos et.al., 1998). Flavonoid dalam tanaman mahkota

dewa dapat berbentuk aglikon 3 maupun glikosida.

Mekanismenya adalah pada awalnya bertindak sebagai substrat kemudian

sebagai inhibitor xantin oksidase. Sintesis urat dari hipoxantin dan xantin segera

menurun setelah pemberian ekstrak daun salam sehingga menyebabkan

konsentrasi hipoxantin dan xantin serum meningkat, sedangkan kadar asam urat

menurun (Stryer, 2000). Ekstrak daun salam bekerja dengan cara menghambat

enzim xantin oksidase dan mempunyai durasi kerja yang cukup panjang. Ekstrak

daun salam menormalkan kadar urat darah tetapi kadar urat dalam kemih tetap

tinggi (Tjay dan Raharja, 2002).

3.6 Dosis Penggunaan

Ekstrak daun salam pada dosis 420 mg/kg BB mampu menurunkan kadar

asam urat dalam serum darah yang hasilnya setara dengan allopurinol dosis 10

mg/kg BB. Pemberian ekstraki daun salam yaitu sebanyak 200 cc dalam

seharisebanyak dua kali dan diminum setelah daun salam direbus dan disaring saat

masih hangat

9

Page 10: Bab 1

3.7 Indikasi dan Kontraindikasi

3.7.1 Indikasi

a. Penderita atrithis gout

b. Penderita diabetes mellitus

c. Diare

d. Gastritis

3.7.2 Kontraindikasi

a. Ibu hamil

b. Angina pectoris

c. Myocardial infarction

d. Severe aortic stenosis

3.8 Efek Samping perkuat penjelasan untuk efek samping dan kontraindikasi

Efek samping mungkin tidak dialami oleh semua individu. Efek samping

yang lebih sering dialami adalah diare, mual, muntah, dan pusing. Penggunaan

ekstrak daun salam yang terlalu banyak karena ekstrak daun salam bersifat

diuresis.

3.9 Hal-Hal yang Harus Diperhatikan

a. Jangan terlalu sering memberikan ekstrak daun salam dalam satu hari

b. Berikan sesuai dosis yang sudah terstandart

c. Hentikan pemberian ekstrak daun salam apabila timbul reaksi

hipersensitivitas, mual, muntah atau pusing

d. Jangam memberikan ekstrak daun salam pada orang yang sakit jantung

atau mengeluhkan nyeri dada

e. Jangan diberikan bersama dengan garam besi dan obat diuretik golongan

tiazida.

10

Page 11: Bab 1

BAB 4. IMPLIKASI KEPERAWATAN tidak ada hubungannya dengan isi

makalah di atas, buat lebih spesifik

Obat merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses penyembuhan

penyakit, pemulihan kesehatan dan juga pencegahan terhadap suatu penyakit (1).

Penentuan obat untuk pasien adalah wewenang dari dokter, tetapi para perawat

dituntut untuk turut bertanggung jawab dalam pengelolaan obat tersebut. Mulai

dari memesan obat sesuai order dokter, menyimpan dan meracik obat sesuai order

hingga memberikan obat kepada pasien(2). Memastikan bahwa obat tersebut

aman bagi pasien dan mengawasi akan terjadinya efek samping dari pemberian

obat tersebut pada pasien. Karena hal tersebut maka perawat dalam menjalankan

perannya harus dibekali dengan ilmu keperawatan sesuai UU No. 23 th. 1992

pasal 32 ayat 3.

Obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat

menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai

terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung

jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.

Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral

dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon

pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau

tidak dapat minum obat. Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau

motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus

dipertimbangkan.

Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat,

bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat,

efek samping, lama kerja, dan program dokter. Dalam pemberian obat yang aman

perawat perlu memperhatikan prinsip 6 benar dalam pemberian obat (Joyce 1996).

Tindakan – tindakan dalam komponen prinsip enam tepat :

1. Tepat obat

a. Menegecek program terapi pengobatan dari dokter

b. Menanyakan ada tidaknya alergi obat

c. Menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat

11

Page 12: Bab 1

d. Mengecek obat tradisional sebelum memberikan obat

e. Mengetahui interaksi obat

f. Mengetahui efek samping obat

g. Hanya memberikan obat yang disiapkan sendiri

2. Tepat dosis

a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter

b. Mengecek hasil hitungan dosis

c. Mencampur obat tradisional sesuai petunjuk

3. Tepat waktu

a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter

b. Mengecek obat masih bisa digunakan atau tidak

c. Memberikan obat dalam rentang 30 menit sebelum sampai 30 menit

setelah waktu yang diprogramkan

4. Tepat pasien

a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter

b. Memanggil nama pasien yang akan diberikan obat

c. Mengecek identitas pasien yang akan diberikan obat

5. Tepat cara pemberian

a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter

b. Mengecek cara pemberian obat

c. Mengecek kemampuan menelan, menunggui pasien sampai meminum

obatnya

6. Tepat dokumentasi

a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter

b. Mencatat nama pasien, nama obat tradisional, dosis, cara dan waktu

pemberian obat

c. Mencantumkan nama/ inisial dan paraf

d. Mencatat keluhan pasien

e. Mencatat penolakan pasien

f. Mencatat jumlah cairan yang digunakan untuk melarutkan obat

tradisional dan cara pembuatannya

12

Page 13: Bab 1

Adapun peran perawat dalam pengobatan yaitu :

a. Melaksanakan pemberian obat kepada pasien sesuai program terapi dengan

menerapkan prinsip 6 benar ( klien, obat, dosis, cara, waktu dan dokumentasi)

b. Mengelola penempatan, penyimpanan dan pemeliharaan dan administrasi

obat di ruangan agar selalu tersedia, siap pakai, tidak rusak, mudah ditemukan

dan tidak kadaluarsa.

c. Memberikan penyuluhan berkaitan dengan obat yang digunakan meliputi

khasiat obat, makanan yang boleh selama terapi dan cara mengatasi

kepatuhan obat, dampak ketidakpatuhan dan penghentian obat

d. Mengamati dan mencatat efek samping, efek terapi, efek toksis dari

pengalaman klinis beberapa pasien selama menggunakan obat untuk bahan

masukan dan laporan

e. Beberapa peran perawat dalam memberikan obat yaitu peran dalam

mendukung keefektifan obat, mengobservasi efek samping obat, menyiapkan

menyimpan dan administrasi obat, melakukan pendidikan kesehatan tentang

obat

13

Page 14: Bab 1

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran

dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk

pengobatan berdasarkan pengalaman

Daun salam merupakan salah satu dari beberapa flora yang banyak

ditemukan dan dapat digunakan sebagai obat asam urat.Penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa ekstrak ekstrak daun salam mampu menurunkan kadar

asam urat dalam serum

Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada

pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan

memastikan bahwa obat itu benar diminum. Bila ada obat yang diberikan kepada

pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat

yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan.

5.2 Saran

a. Penggunaan obat harus sesuai dengan prinsip pemberian obat

b. Kaji indikasi dan kontraindikasi diberikannya ekstrak daun salam

c. Jangan terlalu sering memberikan ekstrak daun salam dalam satu hari

d. Berikan sesuai dosis yang sudah terstandart

14

Page 15: Bab 1

DAFTAR PUSTAKA

Ali Zaidin.2001. Dasar – dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika.

BPOM. 2005. Pedoman Cara Pembuatan Obat tradisional Yang Baik. Jakarta: Percetakan Negara.

Brunzell JD.Hipertriglyceridemia.[Serial online]. New England Journal of Medicine 2007 Sep 6;357(10):1009-1017.

Dalimatha Setiawan. 2008. Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam Urat. Jakarta : Penebar Swadaya.

Endah, steela. 2010. Efek Fraksi Kloroform Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium Polyanthum Wight.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Mencit Putih (Mus Musculus) Jantan Galur Balb-C Yang Diinduksi Kalium Oksonat. http://etd.eprints.ums.ac.id/2252/1/K100040082.pdf. diakses pada tanggal 17 Februari 2012.

Gaffar Junaidi. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.

Guyton, Arthur C & Hall, John E. 1997. Fisiologi kodekteran. Jakarta : EGC.

Misnadiarly. 2007. Rematik, Asam Urat, Hiperurisemia, Arthritis Gout. Jakarta : Pustaka Obor Populer.

Kuntarti. 2005. Tingkat Penerapan Prinsip Enam Tepat dalam pemberian obat oleh Perawat. Jakarta : FKUI.

Sukandar Y, Elin. 2005. Trend an Paradigma Dunia Farmasi. [Online] http://www.itb.ac.id/focus/focus_file/orasi-ilmiah-dies-45.pdf

Wijayakusuma Hembing. 2006. Atasi Asam Urat da Rematik ala Hembing. Jakarta : Puspa Swara.

World Health Organization. Research guidelines for evaluating the safety and efficacy of herbal medicine. Manila: World Health Organization Regional Office for the Western Pacific. 1993 : 35.

15