bab 1

10
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik, kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal dalam bentuk respon perilaku seperti tidak dapat duduk tenang, bicara banyak sering meremas-remas tangan,sedangkan respon kognitif biasanya individu akan kesulitan berkonsentrasi, lapang persepsi menyempit dan respon yang lain seperti secara fisiologis nadi cepat, tekanan darah naik, sering nafas pendek. Respon individu terhadap kecemasan tidak sama meskipun ada faktor pencetus yang sama Rentang respon sehat sakit dapat dipakai untuk menggambarkan respon adaptif-maladaptif. Pada kecemasan kita mengenal empat tingkat kecemasan,yaitu cemas ringan,cemas sedang,cemas berat dan panik. 1

Upload: diah-somawardani

Post on 09-Dec-2014

25 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya.Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik, kondisi

dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan

interpersonal dalam bentuk respon perilaku seperti tidak dapat duduk

tenang, bicara banyak sering meremas-remas tangan,sedangkan respon

kognitif biasanya individu akan kesulitan berkonsentrasi, lapang persepsi

menyempit dan respon yang lain seperti secara fisiologis nadi cepat, tekanan

darah naik, sering nafas pendek. Respon individu terhadap kecemasan tidak

sama meskipun ada faktor pencetus yang sama Rentang respon sehat sakit

dapat dipakai untuk menggambarkan respon adaptif-maladaptif. Pada

kecemasan kita mengenal empat tingkat kecemasan,yaitu cemas

ringan,cemas sedang,cemas berat dan panik.

Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan

lahan persepsinya.Cemas seperti ini sering dirasakan individu saat

menunggu bis. Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan

pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, lebih selektive

dalam memusatkan perhatian. Cemas sedang biasa terjadi dan dirasakan saat

menghadapi soal-soal ujian. Pada cemas berat, fokus pada hal yang lebih

detail dan spesifik, lahan persepsi mulai menyempit, kecemasan seperti ini

1

Page 2: Bab 1

biasanya dirasakan individu saat melihat kecelakaan. Dan rentang respon

yang paling maladaptif adalah panik, individu mulai kehilangan kontrol dan

mengalami disorganisasi dari kepribadian (Frisch and Frisch,2002).

Ada dua faktor yang dapat menjelaskan bagaimana cemas itu

terjadi,yaitu faktor pendukung (predisposisi) dan faktor pencetus

(presipitasi). Untuk faktor predisposisi ada teori perilaku yang menjelaskan

bahwa cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.Pakar perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu

dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk

menghindari kepedihan (Stuart-Sundeen,1998).

Sepanjang kehidupan, orang-orang akan senantiasa menghadapi

perubahan dan kebutuhan dalam banyak hal, dan reaksi kecemasan

bersumber dari respon individu terhadap situasi yang stressfull. Gangguan

kecemasan, merupakan penyakit psikologis, dan mempengaruhi kira-kira 15

% dari populasi secara umum sepanjang kehidupan (Otong, 1995).

Adanya perubahan status dalam diri mahasiswa dari remaja beranjak

ke dewasa, maka akan bertambah juga tugas-tugas perkembangan yang

harus diselesaikan pada tahapan ini. Banyak hal baru yang akan ditemui oleh

mahasiswa di dunia kampus, baik yang menyangkut masalah akademik

seperti perkuliahan, maupun non akademik seperti bersosialisasi

(Paryati.S,2004). Pada kondisi seperti ini, pola hidup yang tidak tepat akan

membawa mahasiswa pada tingkat kejenuhan, kemalasan, kecemasan dan

2

Page 3: Bab 1

kebosanan dalam belajar. Akibatnya mahasiswa akan mengalami masalah

dengan prestasi belajar di kampus.

Prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam

bentuk indeks prestasi, angka kelulusan, predikat keberhasilan dan

sebagainya (Saifuddin Azwar, 2004). Penilaian terhadap prestasi belajar

mahasiswa di perguruan tinggi, merupakan akumulasi dari nilai UTS, UAS

dan tugas-tugas individu maupun kelompok. Sedangkan prosentase untuk

nilai UAS adalah sekitar 50 % dari akumulasi nilai-nilai di atas.

Sedangkan untuk sistem penilaian yang digunakan di Program D3

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang, 90% dari mata kuliah

yang ada menggunakan sistem penilaian PAP (Penilaian Acuan Patokan) , di

mana penilaian lebih ditujukan kepada program penguasaan bahan

pembelajaran, bukan pada kedudukan mahasiswa di kelasnya.

Salah satu konsep yang pernah dirumuskan oleh para ahli

mengatakan bahwa keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal, salah satu faktor internalnya adalah psikologis (Azwar, 2004).

Momentum yang paling kritis dan paling mencemaskan di kalangan

mahasiswa adalah saat menghadapi ujian. Kecemasan, kesibukan belajar

mulai meningkat, sebaliknya istirahat dan perilaku santai mulai menurun.

Ketegangan psikologis, seperti rasa cemas, was-was mulai muncul dan rasa

percaya diri semakin berkurang (Sudjana, 2005).

Hal ini cenderung dialami oleh mahasiswa di manapun mahasiswa

itu kuliah, berhadapan dengan ujian selalu menjadi situasi yang stresfull bagi

mahasiswa. Demikian juga yang terjadi di Program D3 keperawatan

3

Page 4: Bab 1

Universitas Muhammadiyah Malang, sebelum ujian mahasiswa selalu

bertanya kisi-kisi soal, apa saja yang keluar, berapa jumlah soal ujiannya,

bagaimana bentuk soal ujiannya, essay atau multiple. Dan mahasiswa relatif

senang jika soal yang diberikan dalam bentuk multiple, mahasiswa selalu

komentar dan berharap agar soal ujiannya jangan essay. Dan pada saat ujian

mahasiswa selalu berebut tempat duduk untuk memilih tempat yang

strategis, bagi mahasiswa, duduk dekat mahasiswa yang pintar bisa

membantu dalam mengerjakan soal-soal ujian. Untuk sistem pengawasan

pada saat ujian akhir semester ini berlangsung tidak begitu ketat, pengawas

ujian cenderung percaya kepada mahasiswa, dan menganggap mahasiswa

akan jujur dalam mengerjakan soal ujian. Akan tetapi jika pengawas ujian

menemukan hal-hal yang mencurigakan, maka pengawas akan memperketat

pengawasannya dan melakukan penggledahan kepada semua mahasiswa.

Dan dari data evaluasi belajar didapatkan ada penurunan yang

signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa Program D3 Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Malang.Angkatan 2002 untuk semester I rata-

rata prestasi belajar yang diperoleh adalah 2,63, sedangkan angkatan 2003

untuk semester I adalah 2,51, dan angkatan 2004 untuk semester I adalah

2,38. Demikian halnya dengan semester lainnya.

Oleh karena itu, dari beberapa hal di atas, maka peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul ”Hubungan Tingkat Kecemasan

dengan Prestasi Belajar pada mahasiswa Program D3 Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Malang”.

4

Page 5: Bab 1

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :”Adakah hubungan

antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar pada mahasiswa

Program D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum :

Mengetahui adakah hubungan antara tingkat kecemasan dengan

prestasi belajar pada mahasiswa tingkat 3 Program D3 Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Malang.

1.3.2 Tujuan khusus:

1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada mahasiswa tingkat III

sesudah menghadapi Ujian Akhir Semester 5 (UAS)

2. Mengidentifikasi prestasi belajar (Indeks Prestasi) pada mahasiswa

tingkat III setelah menempuh ujian akhir semester 5.

3. Mengidentifikasi ada tidaknya hubungan tingkat kecemasan dengan

prestasi belajar pada mahasiswa tingkat III.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi bidang keperawatan

Sebagai acuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan terutama lingkup

keperawatan jiwa, khususnya keperawatan jiwa remaja dengan kecemasan.

b. Bagi Bidang pendidikan keperawatan

5

Page 6: Bab 1

Sebagai dasar dalam pelaksanaan bimbingan konseling terhadap

mahasiswa-mahasiswa yang bermasalah dalam prestasi belajar.

c. Bagi Mahasiswa

Sebagai bahan masukan dan upaya untuk menata kembali bagaimana

teknik belajar yang efektif agar terjadi peningkatan dalam prestasi belajar.

d. Bagi peneliti

Sebagai dasar untuk menentukan intervensi berikutnya dalam

mengembangkan asuhan keperawatan jiwa gangguan kecemasan pada

mahasiswa.

e. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan masukan untuk mencari korelasi berikutnya terhadap faktor-

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi.

Dan mencari perbedaan tingkat kecemasan terhadap tiap mata kuliah.

6

Page 7: Bab 1

7