bab 1-3

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia. Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam perancangan produk dalam hal ini produk yang akan di rancang adalah meja belajar, dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia sebagai konsumen. Pemakaian data antropometri mengusahakan semua alat disesuaikan dengan kemampuan manusia dan bukan manusia disesuaikan dengan alat. Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia yang memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat terjadinya kesalahan pembuatan meja belajar dan akibat adanya kesalahan disain (designinduced error). Pendekatan antropometri dalam perancangan alat dan perlengkapan adalah agar terjadi keserasian antara manusia dengan system kerja (man-machine system). Karena itu perancangan tempat kerja dan peralatan pendukungnya menjadi penting agar sisi buruk yang ada pada setiap produk meja belajar tidak muncul. Sisi buruk yang dimunculkan suatu produk meja belajar diakibatkan oleh tidak manusiawinya desain produk itu karena terkadang para pendisain terlalu berorientasi pada kuantitas, berkorban sekecil -kecilnya dengan mengharapkan hasil sebanyak -banyaknya tanpa memperhatikan kualitas. . 1.2 TUJUAN PRAKTIKUM 1

Upload: andi

Post on 05-Dec-2014

130 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab 1-3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada dasarnya Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan

dengan dimensi tubuh manusia. Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam

perancangan produk dalam hal ini produk yang akan di rancang adalah meja

belajar, dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia sebagai

konsumen. Pemakaian data antropometri mengusahakan semua alat

disesuaikan dengan kemampuan manusia dan bukan manusia disesuaikan

dengan alat.

Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia yang

memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat

terjadinya kesalahan pembuatan meja belajar dan akibat adanya kesalahan

disain (designinduced error). Pendekatan antropometri dalam perancangan alat

dan perlengkapan adalah agar terjadi keserasian antara manusia dengan system

kerja (man-machine system). Karena itu perancangan tempat kerja dan peralatan

pendukungnya menjadi penting agar sisi buruk yang ada pada setiap produk

meja belajar tidak muncul. Sisi buruk yang dimunculkan suatu produk meja

belajar diakibatkan oleh tidak manusiawinya desain produk itu karena terkadang

para pendisain terlalu berorientasi pada kuantitas, berkorban sekecil -kecilnya

dengan mengharapkan hasil sebanyak -banyaknya tanpa memperhatikan

kualitas.

.

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengetahui cara pengukuran antoprometi yaitu dimensi tubuh, tangan, kepala

dan kaki dan juga antropometri dinamis untuk kpentingan ergonomi.

2. Mengetahui tabel anthropometry.

3. Mengetahui segmen tubuh yang digunakan untuk perancangan produk dan

optimasi metodologi kerja.

4. Mengetahui perbedaan antropometri orang Indonesia dengan orang eropa.

5. Membandingkan segmentasi tubuh hasil pengukuran dengan perhitungan

segmentasi tubuh Pheasant.

1

Page 2: bab 1-3

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 ANTHROPOMETRY

Antropometri yaitu studi yang berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia

yang akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam memerlukan

interaksi manusia. Ukuran yang digunakan yaitu standar rata-rata/kurva normal.

Data antropometri diaplikasikan secara luas antara lain dalam perancangan

area kerja, perancangan peralatan kerja dan perancangan lingkungan kerja fisik.

Perancangan suatu produk harus memperhatikan beberapa faktor yang

mempengaruhi ukuran tubuh manusia yaitu umur, jenis kelamin, suku/bangsa,

posisi tubuh.

Kini antropometri berperan penting dalam bidang perancangan industri,

perancangan pakaian, ergonomik, dan arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut,

data statistik tentang distribusi dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan

untuk menghasilkan produk yang optimal. Perubahan dalam gaya kehidupan

sehari-hari, nutrisi, dan komposisi dari masyarakat dapat membuat perubahan

dalam distribusi ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk kegemukan) dan membuat

perlunya penyesuaian berkala dari koleksi data antropometri. Berikut adalah

standar cara pengukuran posisi tubuh :

1. Pengukuran dimensi struktur tubuh (pengukuran dalam berbagai posisi

standar dan tidak bergerak seperti berat, tinggi saat duduk/berdiri, ukuran

kepala, tinggi, panjang lutut saat berdiri/duduk, panjang lengan dan lain-lain.

Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standar tidak bergerak (tetap

tegak sempurna). Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini adalah

“static antropometri”. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara

lain meliputi berat badan,  tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk,

ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri/ duduk, panjang lengan

dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan persentil tertentu

seperti 5-th dan 95-th persentil  

2. Pengukuran dimensi fungsional tubuh (pengukuran saat melakukan

gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus dilakukan atau

dengan kata lain pengukuran dilakukan saat tubuh melakukan gerakan kerja

dalam posisi dinamis dan banyak diaplikasikan pada proses perancangan

fasilitas/ruang kerja).

2

Page 3: bab 1-3

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi

melakukan gerakan – gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang

harus dilakukan. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi

fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan

berkaitan erat dengan gerakan – gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk

melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu. Cara pengukuran kali ini

dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan  - gerakan kerja atau dalam

posisi yang “dinamis” cara pengukuran semacam ini akan menghasilkan data

“dynamic antropometry”. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan

fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses prancangan

fasilitas ataupun ruang kerja. Secara umum antropometri dibagi dalam dua

kelompok yaitu:

a.  Antropometri Statis

       Pengukuran antropometri statis dilakukan pada saat tubuh dalam

keadaan diam/posisi diam/tidak bergerak. Dimensi yang diukur pada

antropometri statis diambil secara linear (lurus) dan dilakukan pada

permukaan tubuh. Agar hasilnya dapat representatif, maka

pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap

individu.

b. Antropometri Dinamis

       Yang dimaksud dengan antropometri dinamis adalah pengukuran

keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau

memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja

tersebut melaksanakan kegiatannya. Dalam antropometri dinamis,

dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang

bergerak. Untuk mengukur antropometri dinamis, terdapat tiga kelas

pengukuran, yaitu:

1. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk

mengerti kedaaan mekanis dari suatu aktivitas, contohnya mempelajari

tingkah seseorang.

2.   Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat bekerja.

3.   Pengukuran variabilitas kerja.

      Permasalahan variasi dimensi antropometri seringkali menjadi faktor

dalam menghasilkan rancangan sistem kerja yang “fit” untuk pengguna.

Dimensi tubuh manusia itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

3

Page 4: bab 1-3

harus menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan sampel data

yang akan diambil. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Umur

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar

20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan

berkurang setelah 60 tahun.

2. Jenis kelamin

Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali

bagian dada dan pinggul.

3. Rumpun dan Suku Bangsa.

4. Sosio ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh.

5. Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh.

6. Kondisi waktu pengukuran.

(maulana,2012)

4

Page 5: bab 1-3

2.2 PERSENTIL

Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari

orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh,

persentil ke-95 akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau

dibawah ukuran tersebut, sedangkan persentil ke-5 akan menunjukkan 5%

populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu. Dalam antropometri, angka

persentil ke-95 akan menggambarkan ukuran manusia yang “terbesar” dan

persentil ke-5 sebaliknya akan menunjukkan ukuran “terkecil”. Bilamana

diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang

ada, maka diambil rentang 2.5-th dan 97.5-th persentil sebagai batas-batasnya.

Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data

antropometri ada pada tabel berikut.

Tabel 1.2.1 Perhitungan Persentil

(sumber : Fitri Agustina, ST.,MT, 2011, Anthropometry, slide 11)

PERCENTILE CALCULATION

1 st – 2.325 σ

2.5 th – 1.960 σ

5 th – 1.645 σ

10 th – 1.280 σ

50 th

90 th + 1.280 σ

95 th + 1.645 σ

97.5 th + 1.960 σ

99 th + 2.325 σ

5

Page 6: bab 1-3

Sebagai contoh, dari hasil pengukuran tubuh manusia Indonesia (dewasa, laki-

laki, usia antara 18–45 tahun) diperoleh data dengan distribusi normal, tinggi

rata-rata 165 cm dan standard deviasi 6,5 cm. Berapakah ukuran persentil 90.

Jawab:

90-th ukuran = X + 1,28σ x = 165 + 1,28 (6,5) = 173,32 cm

(aiu,2010)

6

Page 7: bab 1-3

2.3 APLIKASI DATA ANTHROPOMETRY DALAM PERANCANGAN PRODUK

ATAU FASILITAS KERJA

Data antropometri jelas diperlukan supaya rancangan suatu produk bisa

sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Permasalahan yang akan

timbul adalah ukuran ukuran siapakan yang nantinya akan dipilh sebagai acuan

untuk mewakili populasi yang ada? Mengingat ukuran individu yang berbeda –

beda satu dengan populasi yang menjadi target sasaran produk tesebut.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya problem adanya variasi ukuran

sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana kita mampu merancang

produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu sesuai” (adjustable)

dengan suatu rentang ukuran tertentu.

2 Gambar 2.1. Distribusi Normal dengan Data Antropometri 95-th Percentile

Gambar 1.2.1 Batas Persentil

Untuk penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan

umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat formulasikan

berdasarkan harga rata – rata (mean, ) dan simpangan standarnya (standar

deviation, X) dari data yang ada. Dari nilai yang ada maka “percentiles”

dapat ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal. Dengan

percentile, maka yang dimaksud disini adalah suatu nilai yang menunjukan

persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai

tersebut. Sebagai contoh 95-th percentile akan menunjukan 95% populasi

akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut; sedangkan 5-th percentile

akan menunjukan 5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu.

Dalam antropometri ukuran 95-th akan menggambarkan ukuran manusia

yang “terbesar” dan 5-th percentile sebaliknya akan menunjukan ukuran

“terkecil”.

7

1,96 X 1,96 X

X

2,5%

95%

2,5%

N(X, X)

2,5-th percentile 97,5-th percentile

Page 8: bab 1-3

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data anthropometry untuk bias

diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka

gambar dibawah ini akan memberikan informasi tentang berbagai macam

anggota tubuh yang perlu diukur :

Gambar 1.2.2 Anthropometry Tubuh Manusia

(sumber : Nurmianto, 1991. Hal 52)

8

Page 9: bab 1-3

Keterangan dari gambar tersebut dapat di lihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.2.2

Anthropometry masyarakat Indonesia yang didapat dari Interpolasi masyarakat

British dan Hongkong (Pheasant 1986) terhadap

masyarakat Indonesia (Suma’mur 1989) serta istilah dimensinya

dari ( Nurmianto, 1991 a : Nurmianto, 1991 b: )

NO DIMENSI TUBUH PRIA WANITA

5% X 95% SD 5% X 95% SD

1 Tinggi tubuh posisi berdiri tegak

1532 1632 1732 61 1404 1563 1662 60

2 Tinggi mata 1425 1520 615 58 1350 1446 1542 58

3 Tinggi bahu 1247 1338 1429 55 184 1272 1361 54

4 Tinggi siku 932 1003 1074 48 886 957 1028 48

5 Tinggi gengggaman tangan ( knukle ) pada posisi rileks ke bawah

665 718 782 39 646 708 771 38

6 Tinggi badan pada posisi duduk

809 804 919 33 775 884 893 36

7 Tingi mata pada posisi duduk

694 749 804 33 666 721 776 33

8 Tinggi bahu pada posisi duduk

523 572 621 30 501 550 599 30

9 Tinggi siku pada posisi duduk

181 231 282 31 175 229 283 33

10 Tebal paha 117 140 163 14 115 140 165 15

11 Jarak dari pantat kelutut 500 545 590 27 488 537 586 30

12 Jarak dari lipat lutut ( popliteal ) ke Pantat

405 450 495 27 488 537 586 30

13 Tinggi lutut 448 496 544 29 428 472 516 27

14 Tinggi Lipat Lutut (popliteal) 361 403 445 26 337 382 428 28

15 Lebar Bahu 382 424 466 26 342 385 428 26

16 Lebar Panggul 291 331 371 24 298 345 392 29

17 Tebal Dada 174 212 250 28 178 228 278 30

18 Tebal Perut ( abdominal ) 174 228 282 33 175 231 287 34

9

Page 10: bab 1-3

19 Jarak dari Siku ke ujung jari 405 439 478 21 374 409 287 34

20 Lebar kepala 140 150 160 6 135 146 157 7

21 Panjang tangan 161 176 191 9 153 168 183 9

22 Lebar tangan 71 79 87 5 64 71 78 4

23 Jarak bentang dari ujung jari tangan kanan ke kiri

1520 1663 1806 87 1400 1523 1646 75

24 Tinggi pegangan tangan ( grip ) pada posisi tangan vertikal ke atas dan berdiri tegak

1795 1932 2051 78 1713 1841 1969 79

25 Tinggi pegangan tangan ( grip ) pada posisi tangan vertikal keatas dan duduk

649 708 767 37 610 661 712 31

26 Jarak genggaman tangan ( grip ) ke punggung pada posisi tangan ke depan

1065 1169 1273 63 945 1030 1115 52

Sumber : (Pheasant 1986) (Suma’mur 1989)

( Nurmianto, 1991 a : Nurmianto, 1991 b: )

Gambar 1.2.3 Anthropometry tangan

(sumber, Nurmianto, 1991. hal 62 )

10

Page 11: bab 1-3

Keterangan dari gambar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2.3

Anthropometry telapak tangan masyarakat Indonesia

yang didapat dari Interpolasi Data Pheasant ( 1986 ), Suma’mur ( 1989 )

dan Nurmianto ( 1991 ) ( semua dimensi dalam satuan mm )

NO DIMENSI PRIA WANITA

5% X 95% SD 5% X 95% SD

1 Panjang Tangan 163 176 189 8 155 168 181 8

2 Panjang Telapak Tangan 92 100 108 5 87 94 101 4

3 Panjang Ibu Jari 45 48 51 2 42 45 48 2

4 Panjang Jari Telunjuk 62 67 72 3 60 65 70 3

5 Panjang Jari Tengah 70 77 84 4 69 74 79 3

6 Panjang Jari Manis 62 67 72 3 59 64 69 3

7 Panjang Jari Kelingking 48 51 54 2 45 48 51 2

8 Lebar Ibu Jari (IPJ) 19 21 72 1 16 18 20 1

9 Tebal Ibu Jari (IPJ) 19 21 54 1 13 17 19 1

10 Lebar Jari Telunjuk (PIPJ) 18 20 23 1 15 17 19 1

11 Tebal Jari Telunjuk (PIPJ) 16 18 20 1 13 15 17 1

12 Lebar Telapak Tangan 74 81 88 4 68 73 78 3

  (Metacarpal)

13 Lebar Telapak tangan 88 98 108 6 82 89 96 3

  (Sampai Ibu Jari)

14 Tebal Telapak Tangan 28 31 34 2 25 27 29 3

  (Metacarpal)

15 Tebal Telapak Tangan 41 48 47 2 41 44 47 1

  (Sampai Ibu Jari)

16 Diameter Genggaman 45 48 51 2 43 46 49 2

  (maksimum)

17 Lebar Maksimum (Ibu Jari 177 192 206 9 169 184 199 9

11

Page 12: bab 1-3

  Ke Jari Kelingking)

18 Lebar Fungsional Maksimum

122 132 142 6 113 123 134 6

  (Ibu Jari ke Jari lain)

19 Segi Empat Minimum yang dapat dilewati Telapak Tangan

57 62 67 3 51 56 61 3

Sumber : Interpolasi Data Pheasant ( 1986 ), Suma’mur ( 1989 )

dan Nurmianto ( 1991 ) ( semua dimensi dalam satuan mm )

Gambar 1.2.4 Anthropometry Kaki

(sumber : Nurmianto, 1991. hal 65 )

12

Page 13: bab 1-3

Keterangan dari gambar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2.4

Anthropometry telapak kaki masyarakat Indonesia

yang didapat dari Interpolasi Data dempster ( 1955 ), Reynold (1978 )

dan Nurmianto ( 1991 ) ( semua dimensi dalam satuan mm )

N

O

DIMENSI TUBUH PRIA WANITA

5% X 95% SD 5% X 95% SD

1 Panjang kaki 230 248 266 11 212 230 248 11

2 Panjang Telapak lengan

kaki

165 178 191 8 158 171 184 8

3 Panjang kaki sampai jari

kelingking

186 201 216 9 178 191 204 8

4 Lebar kaki 82 89 96 4 81 88 95 4

5 Lebar Tangkai kaki 61 66 71 3 49 54 59 3

6 Tinggi mata kaki 61 66 71 3 59 64 69 3

7 Tinggi bagian tengah kaki 68 75 82 4 64 69 74 3

8 Jarak horizontal tangkai

mata kaki

49 52 55 2 46 49 52 2

Sumber : Interpolasi Data dempster ( 1955 ), Reynold (1978 )

dan Nurmianto ( 1991 ) ( semua dimensi dalam satuan mm )

13

Page 14: bab 1-3

Gambar 1.2.5 Anthropometry Kepala

(sumber : Nurmianto, 1991. hal 65 )

Keterangan dari gambar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2.5 Anthropometry kepala masyarakat Indonesia

yang didapat dari Interpolasi Data Pheasant ( 1986 ), Suma’mur ( 1989 )

dan Nurmianto ( 1991 ) ( semua dimensi dalam satuan mm )

Sumber : Interpolasi Data dempster ( 1955 ), Reynold (1978 )

dan Nurmianto ( 1991 ) ( semua dimensi dalam satuan mm )

14

Page 15: bab 1-3

2.4 PENYEBAB VARIABILITAS

Gambar 1.2.6 Metode proporsi antromorfis mencari perbandingan-

perbandingan yang fungsional.

(Sumber : Evaluasi Ergonomi Dalam Perancangan Desain.pdf)

Data anthropometry ini menyajikan informasi mengenai ukuran tubuh

manusia, yang dibedakan berdasarkan usia, jenis kelamin, suku bangsa (etnis),

posisi tubuh saat beraktivitas, dan sebagainya, serta diklasifikasikan dalam

segmen populasi pemakai, perlu diakomodasikan dalam penetapan dimensi

ukuran produk desain yang dirancang guna menghasilkan kualitas rancangan

yang tailor made dan memenuhi persyaratan itness for use (Sritomo, 2000).

Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain dikarenakan

oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a. Keacakan atau Random

Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah

jelas sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia dan

pekerjaannya, namun masih ada perbedaan yang signifikan antara

berbagai macam masyarakat. Distribusi frekuensi secara statistik dari

dimensi kelompok anggota masyarakat jelas dapat diapromasikan dengan

menggunakan distribusi normal, yaitu dengan menggunakan data

persentil yang telah diduga, jika mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi)

telah dapat diestimasi.

15

Page 16: bab 1-3

b. Jenis Kelamin

Secara distribusi statistik ada perbedaan yang signifikan antara

dimensi tubuh pria dan wanita. Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya

akan lebih besar dibandingkan dengan wanita. Oleh karenanya data

anthropometry untuk kedua jenis kelamin tersebut selalu disajikan secara

terpisah.

c. Suku Bangsa (Ethnic Variability)

Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki

karakteristik fisik yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Suatu

contoh sederhana bahwa dengan meningkatnya jumlah penduduk yang

migrasi dari Negara Vietnam ke Australia, untuk mengisi jumlah satuan

angkatan kerja maka akan mempengaruhi anthropometry secara

Nasional.

d. Usia

Pengelompokan usia digolongkan seperti dibawah ini :

Balita

Anak-anak

Remaja

Dewasa

Lanjut usia

Hal ini sangat berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk

anthropometry anak-anak. Anthropometry-nya akan cenderung terus

meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia

dewasa, tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan untuk

menurun yang antar lain disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang

belakang, berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.

e. Jenis Pekerjaan

Beberapa jenis pekerja tertentu menuntut adanya persyaratan dalam

seleksi karyawan atau stafnya. Seperti misalnya: pekerja yang bekerja di

dermaga atau pelabuhan adalah harus mempunyai postur tubuh yang

relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada

umumnya.

f. Pakaian

16

Page 17: bab 1-3

Hal ini merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh

bervariasinya iklim atau musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat

yang lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya,

pada waktu musim dingin manusia akan memakai pakaian yang relative

lebih tebal dan ukuran yang relatif lebih besar.

g. Faktor Kehamilan Pada Wanita

Faktor ini sudah jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang

berarti kalau dibandingkan degan wanita yang tidak hamil. Terutama yang

berkaitan dengan analisis perancagan produk (APP) dan analisis

perancangan kerja (APK).

h. Cacat Tubuh Secara Fisik

Dimana data anthropometry disini akan diperlukan untuk perancangan

produk bagi orang-orang cacat (kursi roda, kaki atau tangan palsu, dan

lain-lain).

2.5 DIMENSI STATIS DAN DINAMIS

a. Pengukuran dimensi struktur tubuh atau dimensi statis

Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak

(tetap tegak sempurna). Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini

dikenal dengan “static anthropometry”. Dimensi tubuh yang diukur tetap

antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun

duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut pada saat berdiri atau

duduk, panjang lengan, dan sebagainya.

b. Pengukuran dimensi fungsional tubuh atau dimensi dinamis

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi

melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang

harus diselesaikan. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi

fungsional tubuh ini adalah medapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan

berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.

17

Page 18: bab 1-3

2.6 Uji-t

Uji-t menilai apakah mean dan keragaman dari dua kelompok berbeda secara

statistik satu sama lain. Analisis ini digunakan apabila kita ingin membandingkan

mean dan keragaman dari dua kelompok data, dan cocok sebagai analisis dua

kelompok rancangan percobaan acak.

Pengujian hipotesis dapat didasarkan dengan menggunakan dua hal,

yaitu: tingkat signifikansi atau probabilitas (α) dan tingkat kepercayaan atau

confidence interval. Didasarkan tingkat signifikansi pada umumnya orang

menggunakan 0,05. Kisaran tingkat signifikansi mulai dari 0,01 sampai dengan

0,1. Yang dimaksud dengan tingkat signifikansi adalah probabilitas melakukan

kesalahan tipe I, yaitu kesalahan menolak hipotesis ketika hipotesis tersebut

benar. Tingkat kepercayaan pada umumnya ialah sebesar 95%, yang dimaksud

dengan tingkat kepercayaan ialah tingkat dimana sebesar 95% nilai sample akan

mewakili nilai populasi dimana sample berasal. Dalam melakukan uji hipotesis

terdapat dua hipotesis, yaitu :

H0 (hipotessis nol) dan H1 (hipotesis alternatif) Contoh uji hipotesis

misalnya rata-rata produktivitas pegawai sama dengan 10 (μ x= 10),

maka bunyi hipotesisnya ialah:

H0: Rata-rata produktivitas pegawai sama dengan 10

H1: Rata-rata produktivitas pegawai tidak sama dengan 10

Hipotesis statistiknya:

H0: μ x= 10

H1: μ x > 10 Untuk uji satu sisi (one tailed) atau

H1: μ x < 10

H1: μ x ≠ 10 Untuk uji dua sisi (two tailed)

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam uji hipotesis ialah;

Untuk pengujian hipotesis kita menggunakan data sample.

Dalam pengujian akan menghasilkan dua kemungkinan, yaitu pengujian

signifikan secara statistik jika kita menolak H0 dan pengujian tidak

signifikan secara statistik jika kita menerima H0.

Jika kita menggunakan nilai t, maka jika nilai t yang semakin besar atau

menjauhi 0, kita akan cenderung menolak H0; sebaliknya jika nila t

semakin kecil atau mendekati 0 kita akan cenderung menerima H0.

18

Page 19: bab 1-3

(alvina,2010)

2.7 METODE ERGONOMI

1. Diagnosis dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja,inspeksi tempat

kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan,ergonomikchecklist dan

pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari

yang sederhana sampai kompleks.

2.Treatment merupakan pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data

dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi

meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai

dengan demensi fisik pekerja.

3. Follow-upmerupakan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya

dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan

siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan

parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.

2.8 APLIKASI / PENERAPAN ERGONOMI

1. Posisi Kerja

Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak

terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi

berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara

seimbang pada dua kaki.

19

Page 20: bab 1-3

Gambar 1.2.7 Anthropometry yang dibutuhkan untuk desain tempat duduk

(Sumber, Evaluasi Ergonomi Dalam Perancangan Desain.pdf)

2. Proses Kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi

waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometry-nya. Harus

dibedakan ukuran anthropometry barat dan timur.

3. Tata letak tempat kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.

Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak

digunakan daripada kata-kata.

4. Mengangkat beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan

kepala, bahu, tangan, punggung dan sebagainya. Beban yang terlalu

berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan

persendian akibat gerakan yang berlebihan.

Menjinjing beban

Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO

sbb:

Laki-laki dewasa 40 kg

Wanita dewasa 15-20 kg

20

Page 21: bab 1-3

Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg

Wanita (16-18 th) 12-15 kg

Organisasi kerja

Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :

Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun

Frekuensi pergerakan diminimalisasi

Jarak mengangkat beban dikurangi

Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan

mengangkat tidak terlalu tinggi.

Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

Metode mengangkat beban

Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode

kinetic dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada

dua prinsip :

Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung.

Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum

berat badan.

Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :

Posisi kaki yang benar.

Punggung kuat dan kekar.

Posisi lengan dekat dengan tubuh.

Mengangkat dengan benar.

Menggunakan berat badan.

Supervisi medis

2.9 Determining sample size

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah

sampel yang 100% mewakili populasi adalah sama dengan populasi. Jadi bila

jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000

orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama

dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel

mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil.

Menentukan ukuran sampel yang sangat praktis, dapat menggunakan tabel dan

21

Page 22: bab 1-3

nomogram. Tabel yang digunakan adalah tabel Nomogram Harry King. Dengan

kedua cara tersebut tidak perlu dilakukan perhitungan yang rumit. Krecjie dalam

melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas tingkat kesalahan 5%.

Jadi sampel yang diperoleh itu mempunyai tingkat kepercayaan 95% terhadap

populasi. Tingkat kepercayaan adalah tingkat kebenaran terhadap penelitian

yang dilakukan yang dinyatakan dengan persen (%). Sedangkan tingkat

ketelitian (α) merupakan peluang maksimum, dimana kita bersedia untuk

menanggung resiko kesalahan jenis I. Harry King rnenghitung sampel tidak

hanya didasarkan kesalahan 5% saja, tetapi bervariasi sampai 15%. Tetapi

jumlah populasi paling tinggi hanya 2000. Nomogram ini ditujukan pada gambar

dibawah ini.

Gambar 1.2.8 Nomogram Harry King

(Sumber: Sugiyono, 2002)

Contoh

Misalkan populasi yang diteliti sebanyak 122 orang. Bila dikendaki kepercayaan

terhadap populasi 95% atau tingkat kesalahan 5%, maka jumlah sampel yang

diambil sebanyak 68% (berdasarkan garis yang ditarik tegak lurus antara ukuran

populasi terhadap tingkat kesalahan). Jadi banyaknya sampel minimum yang

harus diambil adalah:

68% x 122 = 82.96 sampel atau 83 sampel.

22

Page 23: bab 1-3

Jadi, jumlah sampel minimum untuk populasi sebanyak 122 data dengan tingkat

kepercayaan sebesar 95% dan tingkat kesalahan sebesar 5% adalah 83 data.

Cara menentukan ukuran sampel seperti dikemukakan diatas didasarkan atas

asumsi bahwa populasi berdistribusi normal.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

1. Kursi Antropometri.

2. Mistar penggaris 2 buah.

3. Meteran kain.

4. Observation sheet.

3.2 Prosedur PraktikumProsedur praktikum yang dilakukan dalam modul satu

mengenai anthropometry adalah sebagai berikut : Pengukuran dilakukan oleh

seluruh praktikan.

1. Setiap pengukuran dilakukan, praktikan dibagi menjadi 3 bagian :

a. Bagian pertama (anthropometry tubuh)

Persiapkan alat pengukur, yaitu antropometer, meteran, dan mistar.

Ukur dimensi tubuh tiap praktikan, dimana dimensi tubuh yang

diukur sebanyak 26 buah (lihat tabel antropometri, Nurmianto, p-59-

61).

b. Bagian kedua (anthropometry tangan)

Persiapkan alat pengukur yaitu mistar.

Ukur dimensi tangan tiap praktikan, dimana dimensi tangan yang

diukur sebanyak 20 dimensi telapak tangan (lihat tabel

anthropometry tangan, Nurmianto, p-63).

c. Bagian ketiga (anthropometry telapak kaki)

Persiapkan alat pengukur, yaitu antropometer, meteran, dan mistar

23

Page 24: bab 1-3

Ukur dimensi kaki tiap praktikan, dimana dimensi kaki yang diukur

sebanyak 8 dimensi telapak kaki (lihat tabel anthropometry tangan,

Nurmianto, p-69).

Bagian ke empat (Antropometri kepala)

- Persiapan alat pengukur yaitu Antropometer,meteran, dan mistar.

- Ukur dimensi kepala tiap rakitan, dimana dimensi dimensi yang

diukur sebanyak 14 dimensi pada kepala (lihat tabel antropometri,

nurmianto ,p-69).

2. Pengerjaan laporan bersifat kelompok.

Flowchart Prosedur Praktikum

Langkah-langkah pelaksanaan praktikum dan langkah-langkah

pengolahan data dalam bentuk flowchart adalah sebagai berikut :

24

Mulai

Siapkan alat pengukuran (mistar dan meteran baju)

Melakukan pengukuran dimensi tubuh tiap praktikan sebanyak 26 buah

Mencatat hasil pengukuran

Mengukur dimensi tangan tiap praktikan sebanyak 20 buah

Melakukan perbandingan persentil hasil pengukuran dengan persentil orang eropa

Melakukan pengumpulan dan pengolahan data berupa : Uji kecukupan data, uji keseragaman data, uji kenormalan data, data antropometri, dan persentil

Mencatat hasil pengukuran

Mengukur dimensi kaki tiap praktikan sebanyak 8 buah

Mencatat hasil pengukuran

Page 25: bab 1-3

Gambar 1.3.9

Flowchart Prosedur praktikum

25

Menyimpulkan hasil praktikum

Selesai

Melakukan analisa dan intrepetasi data