bab 1 ma bab 3

40
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu persyaratan kelulusan bagi mahasiswa yang telah melakukan kegiatan perkuliahan di perguruan tinggi khususnya Sekolah Tinggi Teknonogi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan jurusan D3 teknik pengolahan Migas, mahasiswa diwajibkan untuk melakukan kerja praktek demi melengkapi salah satu SKS yang telah ditetapkan dalam perkuliahan. Pada kesempatan kali ini , kerja praktek di lakukan di Chevron Indonesia Company yang di mulai pada tanggal 20 Februari s/d 19 Maret 2012. Dalam kerja praktek ini, mahasiswa di tempatkan di Terminal Produksi Lawe - lawe South Operation Onshore. Masing-masing mahasiswa diberikan tugas khusus dari dosen pembimbing, pada kesempatan ini penulis mencoba mengevaluasi kinerja pompa yang digunakan di area Proses Plant Drain System Lawe – Lawe Terminal. Dari data yang diperoleh bahwasanya alat tersebut mempunyai beberapa spesifikasi khusus dan fungsi utamanya yang digunakan untuk memompakan air hasil drainase yang telah mengalami penurunan oil content sehingga memenuhi standar air buang yaitu < 25 ppm, diketahui pula laju alir, kekuatan pompa, tekanan pompa (baik data design maupun aktual), maka berkaitan dengan hal tersebut maka penulis mencoba untuk mengambil tugas khusus yaitu “Menghitung Efesiensi Centrfugal Waste Water Stabilizer Pump (1207 A/B/C) di Chevron Terminal Lawe – lawe” Dari hasil evaluasi tersebut diharapkan diperoleh suatu kesimpulan efisiensi kinerja dari perbandingan antara data design alat dan data kondisi aktual operasi.

Upload: yudha-prastya

Post on 05-Aug-2015

2.339 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab 1 ma bab 3

1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sebagai salah satu persyaratan kelulusan bagi mahasiswa yang telah

melakukan kegiatan perkuliahan di perguruan tinggi khususnya Sekolah Tinggi

Teknonogi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan jurusan D3 teknik pengolahan Migas,

mahasiswa diwajibkan untuk melakukan kerja praktek demi melengkapi salah satu

SKS yang telah ditetapkan dalam perkuliahan.

Pada kesempatan kali ini , kerja praktek di lakukan di Chevron Indonesia

Company yang di mulai pada tanggal 20 Februari s/d 19 Maret 2012. Dalam kerja

praktek ini, mahasiswa di tempatkan di Terminal Produksi Lawe - lawe South

Operation Onshore. Masing-masing mahasiswa diberikan tugas khusus dari dosen

pembimbing, pada kesempatan ini penulis mencoba mengevaluasi kinerja pompa

yang digunakan di area Proses Plant Drain System Lawe – Lawe Terminal.

Dari data yang diperoleh bahwasanya alat tersebut mempunyai beberapa

spesifikasi khusus dan fungsi utamanya yang digunakan untuk memompakan air hasil

drainase yang telah mengalami penurunan oil content sehingga memenuhi standar air

buang yaitu < 25 ppm, diketahui pula laju alir, kekuatan pompa, tekanan pompa

(baik data design maupun aktual), maka berkaitan dengan hal tersebut maka penulis

mencoba untuk mengambil tugas khusus yaitu “Menghitung Efesiensi Centrfugal

Waste Water Stabilizer Pump (1207 A/B/C) di Chevron Terminal Lawe – lawe”

Dari hasil evaluasi tersebut diharapkan diperoleh suatu kesimpulan efisiensi

kinerja dari perbandingan antara data design alat dan data kondisi aktual operasi.

Page 2: bab 1 ma bab 3

2

1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari kegiatan Kerja Praktek adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi syarat kelulusan D3 Teknik Pengolahan Migas untuk program Kerja

Praktek di STT MIGAS Balikpapan.

2. Memberikan laporan tertulis tentang hasil orientasi penulis selama menjalani

Program Kerja Praktek di Chevron Indonesa Co. Terminal Lawe-lawe.

3. Mengetahui proses pengolahan gas yang terdapat di Lawe-lawe terminal

production.

4. Mengetahui dan memahami analisa Room Control yang ada di CICo Lawe-

lawe terminal.

5. Mempelajari kinerja alat secara umum pada unit yang ada di Terminal Lawe-

Lawe Production, melakukan Evaluasi terhadap Waste Water Stabilizer Pump

serta memberikan kesimpulan terhadap pengolahan data desain maupun data

aktual.

6. Menambah pengalaman praktek di lapangan dan mampu mengaplikasikan

semua teori kuliah dengan di lapangan yang sebenarnya, sehingga pada

nantinya dapat digunakan sebagai bekal dikemudian hari.

1.3. Manfaat Kerja Praktek

1. Bagi Mahasiswa/i

a) Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama di perkuliahan.

b) Memperdalam dan meningkatkan kualitas, keterampilan dan kreatifitas

mahasiswa/i.

2. Bagi Akademik

a) Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi kurikulum yang telah

diterapkan sehingga diciptakan tenaga kerja yang berkualitas di

bidangnya.

Page 3: bab 1 ma bab 3

3

1.4. Ruang Lingkup Kerja Praktek

Ruang lingkup penulisan laporan kerja praktek adalah sebagai berikut :

1. Mempelajari dan memahami proses pengolahan minyak.

2. Mempelajari proses di Waste Water Stabilizer Pump pada Proses Plant Drain

System.

3. Menganalisa efisiensi penggunaan Waste Water Stabilizer Pump di lapangan.

1.5. Sistematik Penulisan

Laporan kerja praktek ini terdiri dari 5 ( lima ) Bab, yaitu :

Bab I Pendahuluan

Berisi pendahuluan berupa latar belakang kerja praktek, tujuan kerja

praktek, dan sistematik penulisan.

Bab II Tinjauan Umum

Berisi gambaran umum Chevron Indonesia Company dan Lawe-Lawe

Terminal Production, dan orientasi.

Bab III Deskripsi Proses

Berisi orientasi umum, dan deskripsi proses pada Process Plant di

Terminal Lawe-Lawe Terminal produksi.

Bab IV Dasar Teori

Berisi tentang pengetahuan minyak bumi, peroses pengolahanya ,serta

pengertian pompa dengan jenis–jenis dan karakteristik pompa.

Bab V Pembahasan

Berisi pembahasan tugas khusus tentang Evaluasi penggunaan Waste

Water Stabilizer Pump pada Proses Plant Drain System.

Bab VI Penutup

Berisi kesimpulan dan saran yang merupakan bagian penutup laporan

ini.

Page 4: bab 1 ma bab 3

4

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah Chevron Indonesia Company

Chevron Indonesia Company (dulu Unocal Indonesia Company/ UICo) telah

beroperasi di Indonesia selama 38 tahun. Chevron bekerja sebagai mitra Pemerintah

Republik Indonesia melalui Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan BPMIGAS.

Pada tahun 1968 Chevron Indonesia Company menandatangani kontrak

kerjasama produksinya yang pertama untuk blok lepas pantai di barat laut Sumatera.

Namun justru pada KKS kedua, yang ditandatangani pada tahun yang sama, yang

memungkinkan didirikannya perusahaan, yang waktu itu dinamakan Unocal

Indonesia Company. KKS yang terletak di Kalimantan Timur mencakup daerah

konsesi di daratan dan lepas pantai. Tahun 1970, Chevron Indonesia Company

menemukan lapangan minyak dan gas lepas pantai terbesar di Indonesia, lapangan

Attaka, di Selat Makassar.

Kegiatan eksplorasi dilanjutkan, dan dalam kurun waktu tahun 1973 sampai

1995 Chevron Indonesia Company menemukan lapangan-lapangan Sepinggan,

Yakin, Melahin, Kerindingan, dan Santan; semua terletak di lepas pantai Kalimantan

Timur. Pada tahun 1996, Chevron menggeser fokus kegiatan eksplorasinya ke laut

dalam di Selat Makassar, yang ditandai dengan penemuan penting lapangan-lapangan

West Seno dan Merah Besar setahun kemudian. West Seno terletak di kedalaman laut

antara 2,400 sampai 3,400 kaki (800 sampai 1,100 meter).

Saat ini Chevron Indonesia Company mengoperasikan 12 lapangan di KKS

Kalimantan Timur dan 1 lapangan di KKS Selat Makasar mencakup daerah seluas

6,6 juta hektar atau 27.000 kilometer persegi. Chevron Indonesia Company juga

mempunyai kontrak untuk menyediakan pasokan gas ke Bontang, instalasi

pengolahan gas alam (LNG) terbesar di dunia.

Page 5: bab 1 ma bab 3

5

2.2. Profil Chevron Indonesia Company

Pemegang saham Chevron Indonesia Company, Chevron Corporation,

termasuk salah satu perusahaan energi terbesar di dunia. Anak-anak perusahaan

Chevron beroperasi di 180 negara di seluruh dunia dan mempekerjakan kurang lebih

53.000 karyawan. Di Indonesia, Chevron beroperasi di bawah IndoAsia Business

Unit (IBU) yang mencakup kegiatan operasi di Indonesia dan Filipina (Panas Bumi/

Geotermal).

Selain Chevron Indonesia Company, IBU juga mengelola PT. Chevron

Pacific Indonesia, perusahaan KKS yang beroperasi di Provinsi Riau dan Sumatera

Utara, dan badan usaha di bidang geothermal & power, di Indonesia: Chevron

Geothermal Indonesia, Ltd., dan Chevron Geothermal Salak, Ltd., dan di Filipina:

Chevron Geothermal Philippines Holding Inc. (CGPHI).

Kegiatan operasi Chevron Indonesia Company berlandaskan pada The

Chevron Way, yang mengandung nilai-nilai universal dan menuntut tingkat integritas

dan kemampuan tertinggi dari karyawannya dalam bekerja bersama mitra kerja,

masyarakat, pelanggan, dan rekan sekerja. Chevron menjunjung tinggi dan menaati

peraturan yang berlaku, mendukung hak asasi manusia, melindungi lingkungan dan

memberikan manfaat bagi masyarakat di tempat perusahaan beroperasi.

Sampai bulan Juni 2006, kegiatan operasi Chevron Indonesia Company didukung

oleh sekitar 1.734 karyawan, yang mana 1.221 ditugaskan di Kalimantan Timur, dan

513 lainnya di Jakarta. Chevron Indonesia Company juga didukung oleh lebih dari

1.300 pekerja kontrak. Pada tahun 2005, Chevron Indonesia Company memproduksi

sekitar 54,000 BOPD minyak/ fluida dan 218 MMCFD gas.

Page 6: bab 1 ma bab 3

6

Kegiatan operasi Chevron Indonesia Company dibelah oleh Delta Makaham

sebagai batas imajiner, menjadi dua daerah utama: Utara dan Selatan; dan West Seno,

proyek laut dalam di Selat Makasar. Di daerah operasi Utara, Chevron Indonesia

Company mengoperasikan lapangan-lapangan Attaka, Melahin, Kerindingan, Serang

dan West Seno, serta Terminal Santan. Sedangkan di daerah operasi Selatan,

Chevron Indonesia Company mengelola lapangan-lapangan Sepinggan dan Yakin ,

Terminal Lawe-Lawe dan Base Camp, Pusat Logistik Penajam (PSB) dan Kantor

Pasir Ridge, Balikpapan.

Chevron Indonesia Company mempunyai tiga lapangan utama, yaitu:

Sepinggan & Yakin, Attaka dan West Seno. Terletak di sebelah selatan Delta

Mahakam, lapangan Sepinggan & Yakin telah memproduksi minyak dan gas selama

30 tahun. Sepinggan mulai beroperasi pada bulan April 1975, dan mencapai puncak

produksinya tahun 1991 dengan produksi sebanyak 26,000 ribu barel minyak per hari

(BOPD). Yakin mulai berproduksi setahun kemudian dan mencapai produksi

sebanyak 13,200 BOPD pada tahun 1986.

Minyak dan gas dari lapangan Sepinggan dan Yakin dikirim ke terminal darat

Chevron di Lawe-lawe yang terletak di Penajam Paser utara. Terminal Lawe-Lawe

merupakan tempat pengumpulan minyak yang kemudian diekspor dengan

menggunakan tanker atau dialirkan melalui pipa ke penyulingan Pertamina di

Balikpapan. Produksi gas juga dikirimkan melalui pipa ke tempat penyulingan dan

digunakan sebagai bahan bakar.

Attaka diakui dunia sebagai lapangan minyak raksasa dan dicatat sebagai

lapangan lepas pantai terbesar di Indonesia. Terletak sekitar 12 mil laut dari Tanjung

Santan, lapangan Attaka memulai produksi dari sumur pertamanya pada tahun 1972.

Gas dari Attaka diproses di fasilitas pemurnian fluida (LEX) di Terminal Santan dan

gas kering dikirim ke instalasi pengolahan gas alam di Bontang, Kalimantan Timur.

Penemuan lapangan West Seno menandai tahap baru pada pengembangan

proyek energi di Indonesia, produksi laut dalam. Lapangan West Seno terletak di

KKS Selat Makasar dengan kedalaman antara 2.400 sampai 3.400 kaki. Di West

Seno, Chevron Indonesia Company mengaplikasikan kaki landasan bertegangan kecil

Page 7: bab 1 ma bab 3

7

(TLP) dengan menara pengeboran yang disangga secara fleksibel. Minyak yang

diproduksi diproses di unit produksi apung (FPU) yang terletak berdekatan dengan

TLP. Minyak dan gas dari FPU dikirim lewat pipa bawah air berdiameter 12” ke

terminal darat di Santan.

Terletak sekitar 170 km dari Balikpapan, Terminal Santan yang selesai

dibangun pada tahun 1973 menandai dimulainya operasi komersial gas Chevron

Indonesia Company di Indonesia. Terminal Santan memroses gas dari fasilitas

pemurnian fluida (LEX), memasok logistik untuk menara-menara lepas pantai,

stabilisasi minyak mentah dan kondensat, serta kompresi gas. Produksi gas dari

lapangan-lapangan Attaka, Melahin, Kerindingan, Serang dan Santan di daerah

produksi Utara melewati terminal Santan dalam perjalanannya menuju instalasi

raksasa gas alam (LNG) di Bontang atau untuk diproses di instalasi LEX.

Chevron Indonesia Company telah memasok gas ke instalasi LNG di Bontang

Kalimantan Timur sejak tahun 1979.

Pada saat ini Chevron sedang mengembangkan proyek laut dalam di lepas

pantai Kalimantan Timur. Produksi dari pengembangan proyek laut dalam akan

sangat membantu usaha Chevron Indonesia untuk menambah pasokan gas wiayah

Bontang.

• Teknologi Mutakhir dan Perlindungan Lingkungan

Sebagai perusahaan energi terkemuka di dunia, Chevron Indonesia Company

menerapkan teknologi mutakhir dan inovasi terbaik di setiap aspek operasi minyak

dan gas. Teknologi seperti visualisasi tiga dimensi (3D) dan empat dimensi (4 D),

serta pengeboran terarah adalah beberapa contoh dari teknologi maju yang

diterapkan.

Page 8: bab 1 ma bab 3

8

Chevron Indonesia Company berkomitmen untuk menjaga kesehatan dan

keselamatan karyawan dan melindungi lingkungan. Kinerja lingkungan dan

keselamatan merupakan kunci utama dari sistim manajemen yang diaplikasikan

Chevron untuk mencapai keunggulan operasi.

• Karyawan adalah Aset Utama

Masa depan Chevron Indonesia Company ditentukan oleh satu faktor utama,

karyawan nasional. Saat ini, 96 % dari karyawan Chevron Indonesia Company

adalah bangsa Indonesia. Untuk mengembangkan profesionalisme dan kemampuan

manajerial, karyawan diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi, penugasan kerja dan pelatihan hingga ke Amerika atau negara lain.

Sejak beroperasi, Chevron Indonesia Company telah menciptakan lebih dari

5.000 pekerjaan dengan gaji dan upah yang memadai. Perusahaan juga menyediakan

pinjaman rumah bebas bunga untuk karyawan tetap, dan fasilitas lain yang membantu

meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarga serta masyarakat setempat.

Operasi global Chevron juga memberikan kesempatan bagi karyawan untuk

menambah pengalaman internasional. Saat ini terdapat 9 karyawan nasional Chevron

Indonesia Company yang ditugaskan di jajaran karyawan global Chevron yang

prestisius di benua-benua Amerika, Asia, dan Afrika.

• Bekerja Bersama Masyarakat

Chevron Indonesia Company secara konsisten menerapkan nilai-nilai

dasarnya yang terkandung di dalam The Chevron Way yaitu: memaksimalkan

dampak positif dari kehadiran perusahaan di daerah tempatan, memadukan aspirasi

sosial dan kepentingan ekonomi, termasuk kehati-hatian lingkungan dalam operasi

dan tujuan bisnis perusahaan, serta menimbang secara seksama kebutuhan para

pemangku kepentingan.

Chevron Indonesia Company telah menjalankan program pengembangan

masyarakat (CD) sejak tahun 1970-an. Dalam menjalankan program pengembangan

masyarakatnya, Chevron Indonesia Company lebih mengarah kepada program yang

Page 9: bab 1 ma bab 3

9

terstruktur, terencana, berdasarkan kebutuhan masyarakat, dan berkesinambungan

untuk membina masyarakat agar mandiri. Lebih penting lagi ialah program CD

direncanakan untuk melengkapi, atau membantu program pemerintah daerah, dan

bukan untuk mengambil alih. Program CD difokuskan pada empat bidang utama

yaitu: pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan revitalisasi ekonomi.

2.3. Visi dan Misi Chevron Indonesia Company

Visi chevron tertanam di dalam The Chevron Way yaitu : Menjadi perusahaan

energy dunia yang dikagumi karena karyawan, kemitraan, dan kinerjanya. Dari visi

tersebut chevron memiliki misi sebagai berikut :

• Menyediakan produk-produk energy yang sangat penting untuk kemajuan

ekonomi yang berkelanjutan dan pengembangan manusia di seluruh dunia.

• Chevron adalah orang-orang dan suatu organisasi dengan kemampuan dan

komitmen tinggi.

• Chevron adalah mitra terpercaya.

• Memberikan kinerja berkelas dunia.

• Dikagumi oleh semua pihak yang berkepentingan – investor, pelanggan,

Negara tempat kami beroperasi, masyarakat setempat dan karyawan kami,

tidak saja dari hasil yang kami capai tetapi juga dari bagaimana kami

mencapainya.

2.4. Struktur Organisasi Chevron Indonesia Company

Organisasi Chevron di seluruh unit Indonesia dapat dibagi menjadi dua bagian

besar yaitu organisasi yang berpusat di Jakarta dan oganisasi yang berpusat di

Balikpapan. Pembagian ini juga memperlihatkan adanya pembagian dari segi

operasional, dalam hal ini produksi berpusat di Balikpapan kedua bagian ini seperti

ditunjukan pada bagian yang sesungguhnya saling berkaitan antara basis di Jakarta

dengan yang ada di Balikpapan mempunyai hubungan yang hirarkis.

Page 10: bab 1 ma bab 3

10

Chevron Indonesia Company dipimpin oleh President and Managing Director

yang dibantu oleh Vice President yang membawahi seluruh kegiatan di Indonesia.

Vice President yang berada di Balikpapan dalam hal ini merangkap sebagai General

Manager. Secara teknis ia membawahi seluruh operasi yang berpusat di Balikpapan,

koordinasi dengan pusat di Jakarta yang mana turut pula menentukan arah dan

kebijakan organisasi dari sudut operasional.

Untuk lokasi di Balikpapan sesungguhnya dalam kaitan struktur komando dan

koordinasi memiliki hubungan langsung dan melewati beberapa jalur. Jalur yang

paling utama yaitu antara President dan Vice President untuk General Manager

praktis merupakan perwakilan President untuk kegiatan operasional di lapangan.

Vice President ini yang memimpin setiap Departement. Dalam setiap

management, Chevron Indonesia Company menganut sistem line and staff

organitation system, yang memiliki beberapa departement dan sub departement.

Struktur organisasi yang di Chevron Indonesia Company dapat dibagi menjadi dua

sub bagian yaitu :

a. Bagian management yang bertanggung jawab dalam pengaturan, pengarahan

dan pengawasan jalannya operasi dilapangan.

b. Bagian operasi yang bertanggung jawab dalam hal penanganan masalah

operasi lapangan baik di onshore maupun offshore yang bertanggung jawab

pada Management.

Bagian operasi untuk terminal Balikpapan terbagi menjadi dua bagian yaitu

opeasi wilayah Selatan dan operasi wilayah Utara yang berada langsung dibawah

pengawasan dan koordinasi superitendent lapangan masing-masing. Pada dasarnya

struktur organisasi di lapangan terdiri dari :

1. Terminal Superintendent

Mempunyai tugas untuk merencanakan, mengendalikan serta mengawasi

seluruh kegiatan operasi perusahaan yang berada diwilayahnya. Selain itu

Page 11: bab 1 ma bab 3

11

terminal superintendent bertugas melakukan pembinaan pada seluruh

karyawan yang ada. Serta bertanggung jawab pada pihak menagement di

kantor pusat.

2. Head of Process (HOP) Process Operation

Mempunyai tugas utntuk mengontrol seluruh kegiatan proses produksi

minyak dan gas bumi yang ada di terminal Lawe-lawe. HOP process

operation juga bertanggung jawab kepada Superintendent.

3. Head of Maintaenance (HOM) Process Maintaenance

Mempunyai tanggung jawab dalam pemeliharaan dan perawatan semua unit-

unit yang ada di Process Plant dalam masalah tekhnikal. Seluruh hasil

kerjanya juga dilaporkan kepada Superintendent.

4. Head of Maintaenance (HOM) Terminal Maintaenance

Mempunyai tugas untuk memantau dan mengawasi seluruh pemeliharaan

fasilitas-fasilitas terminal, diantaranya : pemeliharaan asset perusahaan,

peralatan, lingkungan kerja, dan pemeliharaan sarana pengolahan sampah dan

limbah. Serta mempertanggung jawabkan hasil kerjanya kepada

Superintendent.

5. TS-Laboratory (Technology Suport-Laboratory)

Mempunyai tugas dalam mengontrol kualitas produksi, kualitas bangunan,

dan lain-lain dalam bentuk sampling pada effluent-effluentnya. Untuk

mengetahui kualitasnya, apakah sudah sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan. Hasil kerjanya dipertanggung jawabkan kepada Superintendent.

6. F & ERT (Fire and Emergency Response Team)

Mempunyai tugas dalam hal penanganan kejadian-kejadian yang bersifat

emergency. Mempertanggung jawabkan kerjanya kepada superintendent.

Page 12: bab 1 ma bab 3

12

7. Maintaenance Planner

Mempunyai tugas dalam merencanakan pemeliharaan yang ada diProcess

Plant termasuk pemeliharaan unit-unit produksi maupun peralatan-peralatan

yang digunakan, juga bertanggung jawab langsung pada superintendent.

8. PG and PA Officer (Policy Government and Public Affair)

Mempunyai tugas dalam mengurusi masalah-masalah keluar atau public

problem, menjembatani urusan-urusan yang berhubungan dengan masyarakat

sekitar Lawe-lawe terminal (HUMAS), bertanggung jawab langsung kepada

Superintendent.

9. Administration and Crude Lifting Assistance

Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan administrasi, juga

mempertanggung jawabkan hasil kerjanya kepada Superintendent.

10. Field Environment Safety Officer

Bertugas dalam hal penanganan dan pengadaan masalah-masalah keselamatan

kerja di Terminal Lawe-lawe, bertanggung jawab kepada Superintendent.

Page 13: bab 1 ma bab 3

13

2.1. Struktur Organisasi di Lapangan

TS. Laboratorium

Lawe-lawe Terminal Superintendent

F & ERT (Fire & Emergency Response Team)

Maintaenance Planner

PG & PA Officer

Assistance Maintaenance

PG & PA Admin Assistance

Administration Crude Lifting Assistance

Administration Assistance

Field ESO

HOM Terminal Maintaenance

HOM Process Maintaenance

HOP Process Operation

Page 14: bab 1 ma bab 3

14

2.5. Unit Sarana Terminal Produksi Lawe-Lawe Chevron Indonesia Company

Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia Company berdiri sejak tahun 1974

berada disebelah Selatan Balikpapan (12 mil), 01°29’23 lintang selatan dan

116°41’13’ bujur timur, berada di areal seluas 11.9 km2

Terminal Lawe-Lawe menampung minyak dari kapal lepas pantai Sepinggan,

lapangan Yakin Utara dan lapangan Yakin Barat. Operasi mendasar utama di

Terminal Lawe-Lawe adalah pengolahan dan penyimpanan minyak mentah dan gas

bumi yang sudah siap jual, minyak mentah tersebut ada yang diekspor maupun untuk

dikirim ke PERTAMINA, sedangkan gas dikirim ke PERTAMINA Balikpapan serta

digunakan sendiri sebagai bahan bakar.

.

Terminal Lawe-Lawe beroperasi sejak tahun 1974 dengan fasilitas yang ada

yaitu, pemerosesan, penampungan, dan transportasi gas dan minyak mentah yang

berasal dari lapangan Sepinggan, Yakin dan sumur-sumur lepas pantai yang

disalurkan melalui Tanjung Jumbai. Pada Terminal Lawe-Lawe dilakukan Process

Plant, CO2

Removal, Gas Dehydration Unit, dan API Separator.

Operasional Chevron Indonesia Company terbagi menjadi dua wilayah, yaitu:

1. Daerah Utara meliputi Selat Makassar yang terdiri atas Lapangan Attaka,

Lapangan Melahin, Lapangan Kerindingan, Lapangan serang, dan Terminal

Tanjung Santan.

2. Daerah Selatan meliputi Teluk Balikpapan yamg terdiri dari Lapangan

Sepinggan, Lapangan Yakin, Lapangan Seguni dan Terminal Lawe-Lawe.

Terminal Lawe-Lawe ini merupakan unit proses yang mengakomodir

pemisahan minyak bumi dan gas lebih lanjut, setelah dilakukan pemisahan awal di

offshore. Di Terminal Lawe-Lawe, unit prosesnya terdiri dari pemisahan minyak

bumi, pemisahan gas, unit pengolahan air buangan, unit pengolahan emulsi

Page 15: bab 1 ma bab 3

15

Gambar 2.3. Lawe-Lawe Terminal Produksi

Unit pemisahan minyak bumi terdiri dari Unit Pressure Separator, Fired Crude

Heater, Crude Exchanger, Low pressure Separator Flash Gas Scrubber, Gas Boot,

Stabilizer Tank, Suction Gas, dan Vapor Recovery Compressor.

Sedangkan untuk pemisahan gas, tersedia unit penghilang CO2 (CO2

Untuk unit pengolahan air buangan (Wasted Water Treatment Unit), unit-unit

yang tersedia ialah Hydrocyclone, yang terdiri dari Desander dan Deoiler, old dan

new Sand Trap, Classifier, API Separator, Stabilizer, dan WEMCO. Sedangkan unit

pengolahan emulsinya tersedia unit Heater Treater dan Emulsion Tank. Sludge yang

terbentuk diolah di Slurry Pit dan sekarang ini Chevron Indonesia Co. sedang

Removal Plant) yang baru beroperasi sejak tahun 2002, dan Unit Dehidrasi. Unit

dehidrasi ini terdiri dari unit dehidrasi gas itu sendiri, dan unit regenerasi Trietilen

Glikol (TEG) sebagai pengabsorb air yang terkandung di gas.

Page 16: bab 1 ma bab 3

16

menyewa suatu alat yang disebut Decanter, dari Sugico Graha Co. untuk terjadinya

pemisahan sludge, emulsi, dan air. Sludge keluar dari Decanter ini diolah di Area

Bioremediasi. Untuk pembahasan lebih detail mengenai deskripsi proses di Terminal

Lawe-Lawe ini, akan dibahas di Bab selanjutnya.

Di Northern Area, minyak bumi dan gas yang dieksplorasi dari proses

offshore di Attaka Field, Melahin Field, Kerindangan Field, dan Serang Field dikirim

ke Terminal onshore di Tanjung Santan.

Sama halnya dengan Terminal Lawe-Lawe, unit proses di Terminal Tanjung

Santan juga mengakomodir pemisahan lanjut dari minyak bumi dan gas. Terminal

Tanjung Santan terletak ± 160 km sebelah utara Kota Balikpapan.

Terminal ini dibangun pada tahun 1971, dan mempunyai fasilitas sebagai berikut :

• Lex Plant

• Process Plant

• Compressor Station

• Product Oil Movement

• Maintaenance

• Fire & Safety, Security, dan Government Relation

• Loss Control

• Laboratorium

Unit pemisahan di Terminal Tanjung Santan hampir sama dengan Terminal

Lawe-Lawe, tetapi unit pemisahan minyak buminya mempunyai 3 buah Train, yaitu

Train A, B, dan C. Train A dan B mengolah minyak dari Attaka Field, sedangkan

minyak bumi dari Field lainnya diolah di Train C.

Compressor station merupakan unit untuk mengkompresikan gas untuk

dikirimkan ke PT. Pupuk Kalimantan Timur dan PT. Badak LNG di Bontang. Lex

Plant merupakan unit yang memproses gas dari keempat Field di Northern Area dan

gas solution yang menghasilkan propane untuk dieksport. Gas residu, yaitu metana,

Page 17: bab 1 ma bab 3

17

etana, untuk dialirkan ke Compressor Station, dan untuk pemenuhan bahan bakar

Terminal Tanjung Santan, serta Butane. Untuk deskripsi proses Terminal Tanjung

Santan lebih detail tidak dibahas di laporan ini.

2.5.1. Process Plant

Ketika crude oil diproduksi dari offshore, formasi crude tersebut masih

banyak mengandung air, lumpur, pasir dan ikutan-ikutan lainnya yang biasanya

disebut dengan Basic Sediment and Water (BS&W). Air dan sedimen-sedimen

tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah-penyumbatan (plugging),

terbentuknya kerak (scale formation), pengikisan (erosion) dan korosi (corrosion).

Untuk itulah di Lawe-Lawe Process Plant dilakukan proses separasi (pemisahan)

minyak dari unsure BS&W tersebut, sehingga minyak yang dihasilkan dapat

memenuhi standard permintaan dari pihak custumer (buyer).

Prisip dasar pemisahan crude dari impurities yang digunakan antara lain :

Penurunan tekanan (pressure drop)

Pengendapan (settling)

Pemanasan (heating)

Penambahan Bahan Kimia (chemical treatment)

Induksi/Elektrostatik (electrostatic separation)

Di Lawe-Lawe Process Plant fasilitas untuk pemrosesan crude oil terdiri dari:

• 1 buah High Pressure Separator (1001S)

• 3 buah Crude-crude Heat Exchanger ( 901 A1/A2/A3) secara seri

• 2 buah Direct Fired Crude Heater (501 A/B) dihubungkan secara parallel

• 1 buah Low Pressure Separator (1000S)

• 1 buah Gas Boot (1003S)

• 1 buah Stabilizer Tank (1306B)

• 3 buah Crude Stabilizer Pump (1203 A/B/C)

Page 18: bab 1 ma bab 3

18

• 1 buah Horizontal Electrostatic Dehydrator (1007S)

• 2 buah 300.000 bbls storage tank (1306 C/D)

• 2 buah Shipping pump (1202 A/B)

• 2 buah Dearetor/Air Eliminator (1005 A/B)

• 7 buah positif Displacement Meter Unit (1401)

• 1 buah Rerun tank (1306A)

• 2 buah Crude Rerun Pump (1204 A/B)

• 2 buah Intermediate Gas Cooler (902 A/B)

• 1 buah Flash Gas Scrubber (1002S)

• 1 buah Rock Box (1110C)

• 1 buah Gas Knock Out Drum (1004S)

• 1 buah flare stack (1406)

Dari Sepinggan Production dan Yakin Production crude oil dengan pressure

±150 psig dan temperatur ±85 °F diterima melalui pipa 12” yang bertemu di Tanjung

Jumlai. Crude oil masuk ke Lawe-lawe Process Plant melalui Pressure Control PC-

PL5 yang menjaga tekanan berada pada ±150 psig, dan selanjutnya melalui

Emergency Shut Down Valve (ESDV) AV-PL4 sebelum akhirnya masuk ke High

Pressure Separator (1001S). Di dalamnya akan terjadi proses pemisahan berdasarkan

physical properties.

Selanjutnya minyak akan dialirkan menuju Crude-Crude Heat Exchanger

(901 A/B/C) sehingga temperatur minyak yang keluar dapat naik menjadi ±100 °F

dan tekanannya turun menjadi ±70-80 psig. Dari Heat Exchanger minyak dipanaskan

di dalam Direct Fired Crude Heater (501 A/B). Di sini minyak dipanaskan sampai

temperaturnya mencapai ±150 °F, dengan tujuan untuk memecah emulsi minyak-air

sehingga proses pemisahan berikutnya menjadi lebih mudah. Berikutnya dilakukan

proses pemisahan di dalam Low Pressure Separator (1000S) dengan pressure dan

temperatur di dalam vessel ±60 psig dan ±150 °F, selanjutnya minyak dialirkan ke

Gas Boot (1003S) lalu ke Crude Stabilizer Tank (1306B). Pressure di dalam

Page 19: bab 1 ma bab 3

19

Stabilizer Tank mendekati tekanan udara luar (Atmospheric Pressure) sehingga

diperlukan pompa untuk mengalirkan minyak dari Stabilizer Tank ke vessel

berikutnya. Dari Stabilizer Tank minyak dialirkan ke Horizontal Electrostatic

Dehydrator (1007S) untuk diturunkan nilai BS&W-nya sehingga memenuhi standard

permintaan. Minyak dari Dehydrator yang suhunya masih cukup tinggi (±140°F)

dimasukkan kembali ke Crude-Crude Heat Exchanger (901 A/B/C) untuk

memberikan panasnya ke minyak yang masuk dari High Pressure Separator.

Selanjutnya minyak dialirkan ke Storage Tank (1306 C/D).

2.5.2. CO2

Pengolahan gas terbagi menjadi 2 tahap, yaitu penurunan kadar CO

Removal plant

2 oleh CO2

removal unit dan penurunan kadar air oleh Dehydration unit. Penurunan kadar CO2

menggunakan larutan DEA (Diethanol Amine) untuk menyerap CO2 hingga

mencapai komposisi yang dipersyaratkan Pertamina, yaitu 7% Sedangkan penurunan

kadar air dilakukan dengan penyerapan kadar air dengan Glycol hingga gas

memenuhi persyaratan kadar air maksimum yang dinyatakan dengan dew point, yaitu

pada 47oF. Dimana sebenarnya gas hasil dari field pun sudah memenuhi specifikasi

dew point dengan kondisi dew point sebelum masuk dehydration unit sudah dibawah

47 o

F, namun nilai dew pointnya harus tetap dijaga untuk keperluan maintenance alat,

dimana kandungan air yang banyak akan menghasilkan hidrate yang akan

menghasilkan plugging atau penyumbatan pada pipe line dan alat.

Unit CO2 removal merupakan unit yang baru beroperasi. Sebagian umpan gas

yang datang dari sumur ke unit ini dan sebagaian di by-pass langsung ke dehydration

unit. Karena DEA yang digunakan berupa larutan dalam air, maka gas yang keluar

dari unit CO2

removal memiliki kadar air yang lebih tinggi daripada gas umpan.

Page 20: bab 1 ma bab 3

20

Fasilitas utama dari CO2

Inlet gas filter Separator

Removal Plant teerdiri dari :

Amine Contactor

Autlet Gas scrubber

Amine Regeneration unit

Amine Regeneration Unit terdiri dari :

Amine Flash tank

Still Striping Colomn

Still Amine Reboiler

Still Overhead Condensing/Reflux System

Lean/Rich amine Exchanger

Amine booster pumps

Amine Filters

Amine Circulation pumps

Sedangkan untuk fasilitas baru yang tersedia saat ini terdiri dari :

Amine Recovery system

Chemical Injection system

Flare Header System

Steam Generation System

Untuk steam generation system terdiri dari fasilitas berikut :

Steam boiler

Boiler Feedwater pumps

Condensate surge / Deaerator Drum

Page 21: bab 1 ma bab 3

21

2.5.3. Gas Dehydration Unit

Gas yang diproduksi di Lawe-lawe Prose plant berasal dari Gas Offshore

(Sepeinggan, Yakin, dan Pantai) dan dari proses separasi di Lawe-lawe Process Plant

itu sendiri (Solution Gas). Gas dari offshore dibedakan menjadi dua yaitu Natural

Gas (gas yang dihasilkan dari sumur gas) dan Well Effluent/associated Gas (gas yang

bercampur didalam sumur minyak). Dari Sepinggan dan yakin jalur gas bertemu di

Tanjung Jumlai menuju Knock Out Drum (KOD) di Lawe-lawe terminal. Dari outlet

KOD dibagi,ada yang langsung ke refinery, dan sebagian ada yang ke Dehydration

Unit bersama gas Pantai, sebagian ke bagian Pertamina Utility dan sebagian lagi

dialirkan sebagai make-up/gas blanket ke Flash Gas Scrubber dan High Pressure

Separator.

Sedangkan solution Gas dari High Pressure Separator dan Low Pressure

Separator dialirkan ke Flash Gas Scrubber. Output dari Flash Gas Scrubber

digunakan untuk pemakaian sendiri (untuk Fuel Heater, Glycol reboiler, Genset

Engine dan lain sebagainya). Gas dari Gas Boat dialirkan ke Vapor recovery

Compressor. Yang outputnya digunakan untuk fuel Crude Heater.

Di Dehydration unit, gas dikeringkan dengan media Glycol sebagai

absorbent/penyerap liquid yang terbawa oleh gas. Output dari Dehydration unit

bertemu dengan line gas dari KOD yang refinery. Prinsipnya adalah gas dari KOD

yang Dew Point-nya masih tinggi dicampur dengan gas di dehydration unit yang Dew

Point-nya rendah sehingga didapat gas dengan Dew Point yang memenuhi

permintaan (<47,7 °F). Sekarang ini karena produksi gas Yakin Field sudah menurun

maka suplai gas dari offshore hanya diambil dari Sepinggan dan Pantai. Kadangkala

jika Yakin Field kekurangan gas maka disuplai dari sepinggan Field atau dari pantai.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa untuk memisahkan gas dan air

diperlukan unit dehidrasi. Sebenernya proses dehidrasi gas ialah proses untuk

menghilangkan kandungan uap air dari aliran gas untuk menurunkan temperature

pada saat gas terkondensasi . Temperature ini disebut dengan dew point gas. Proses

penghilangan kandungan air dari gas diperlukan untuk mencegah pembentukkan

hidrat dan korosi pada air yang terkondensasi.

Page 22: bab 1 ma bab 3

22

Offshore gas yang masuk ke Lawe-lawe Proses berasal dari dua sumber, yaitu

gas dari sumur gas yang dikenal Nature Gas dan gas yang berasal dari sumur minyak

yang dikenal dengan Associated Gas.

Natural Gas umumnya sudah mempunyai tekanan Reservoir yang cukup

tinggi, sehingga sering tidak diperlukan compressor untuk mengalirkannya.sedangkan

Associated Gas memerlukan compressor untuk menaikkan tekanannya agar dapat

mengalir. Jika tekanan gas dari offshore kurang maka dapat dibuka/ditambah lagi

dengan membuka idle well.

Associated Gas berasal dari ikutan gas pada sumur minyak.setelah minyak

masuk kedalam Separator (Test Separator dan Gross Separator) di Remote

Platfrom, akan terjadi proses pemisahan.gas yang terpisah akan dialirkan ke gas filter

separator di Prodution Platform. Selanjutnya akan dihisap oleh compressor di untuk

dinaikkan tekanannya, kemudian dikirim ke onshore bersama-sama dengan Nature

gas. Di onshore gas diterima oleh KOD melalui proses separasi dari liquid yang telah

terbawa.

Untuk memisahkan gas dan air diperlukan unit Dehidrasi.sebenarnya proses

dehidrasi gas adalah proses untuk menghilangkan kandungan uap air dari aliran gas

untuk menurunkan temperature pada saat air terkondensasi pada aliran gas.

Temperature ini disebut dengan Dew Point gas. Proses penghilangan kandungan air

dari gas diperlukanm untuk mencegah pembentukan hidrat dan korosi pada air yang

telah terkondensasi. Di Terminal Lawe-Lawe.

Unit dehydrasi gas terdiri dari alat alat sebagai berikut :

1. Inlet gas scrubber (V-201)

2. Glycol contactor (V-100)

3. Outlet gas scrubber (V-200)

4. Glycol separator (V-400)

5. Glycol catridge filter (F-1 A/B)

6. Glycol carbon filter (F-2 A/B)

7. Glycol still column

Page 23: bab 1 ma bab 3

23

8. Reflux coil

9. Glycol reboiler (H-300)

10. Glycol surge drum (V-300)

11. Glycol pumps (P-1 A/B)

12. Gas/Glycol heat exchanger (E-2)

13. Gas/glycol heat exchanger (E-1)

Zat yang dipakai untuk mengabsorbsi air pada gas ialah glycol. Larutan glycol

mempunyai sifat fisika yang sesuai untuk dijadikan larutan pengikat air dalam unit

dehydrasi. Secara umum, larutan glycol mudah untuk diregenerasi, tekanan uapnya

rendah, kapasitas penyerapan airnya tinggi, viskositasnya rendah, stabil secara termal

dan kimia, tidak beracun, tidak korosif, dan penyerapan panasnya rendah.

Larutan glikol yang biasa dipakai adalah :

1. Etilen Glycol

Mempunyai sifat kesetimbangan terhadap gas yang tinggi sehingga cenderung

untuk hilang menjadi fase gas di kontaktor.

2. Dietilen Glycol

Tekanan uapnya tinggi sehingga mudah untuk hilang di kontaktor. Temperature

dekomposisinya rendah sehingga memerlukan temperature rekonsentrator

(reboiler) yang rendah (315 °F – 340 °F).

3. Trietilen Glycol

Paling umum digunakan. Regenerasi konsentrasinya dilakukan pada temperature

340 °F – 400 °F untuk kemurniaan yang tinggi. Pada temperature kontaktor 120

°F cenderung untuk mengalami kehilangan yang banyak menjadi gas.

Memungkinkan untuk penurunan dew point sampai dengan 150 °F dengan

menggunakan stripping gas.

Page 24: bab 1 ma bab 3

24

4. Tetraetilen Glycol

Lebih mahal dari pada trietilen, tetapi resiko kehilangan pada temperature kontak

gas yang tinggi lebih kecil. Regenerasi konsentrasinya dilakukan pada

temperature 400 °F – 430 °F. Unit dehidrasi di Lawe-lawe menggunakan ini.

2.5.4. API Separator

Drain system ini bertujuan untuk membuang fraksi – fraksi yang tidak

diinginkan dari hasil proses separasi (air, pasir, lumpur, kondensat, dll) ke dalam

suatu system pembuangan yang aman. Buangan dari proses separasi masih membawa

ikutan berupa emulsi yang susah melepaskan diri, dapat dikarenakan pengaruh

tekanan dalam vessel, kurangnya pemanasan ataupun Karena barang kimia.

Drain system dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

• Open drain adalah system pembuangan secara terbuka seperti Drain storage

tank, Drain Sludge tank.

• Close Drain adalah system pembuangan pada tempat bertekanan seperti Drain

separator, drain Gas boot.

Buangan dari drain system tidak boleh langsung dibuang tetapi harus diolah

sehingga air buangannya aman dan memenuhi peraturan perundangan. Di Lawe-

Lawe Process Plant normal Drain berasal dari High Pressure Separator, Low Pressure

Separator, Gas Boot, Stabilizer Tank, Dehydration, Storage tank, Rerun Tank, Sludge

Tank dan Heater Treater.

Selain dibedakan sebagai open drain dan close drain, drain system juga dibedakan

sebagai :

• Manual drain, dilakukan secara manual dengan melihat level pada sight Glass

atau melihat liquid yang dikeluarkan oleh Drain system. Jika level melebihi

batas yang ditentukan atau yang keluar adalah air atau liquid yang hendak

Page 25: bab 1 ma bab 3

25

dibuang, drain dilakukan dengan membuka Drain Valve secara manual,

contohnya pada gas boot dan storage tank.

• Automatic Controlled drain adalah dengan menggunakan Level Controller

(LC) atau Interface Level Control (ILC) yang akan mendeteksi level liquid

lalu membuka / menutup control valve bila level liquid lebih/ kurang dari

level yang diset contohnya pada high pressure separator.

Drain dari High Pressure Seperator, Low Pressure Separator, Rerun tank dan

Storage Tank akan bertemu di old Sandtrap #A lalu masuk ke Classifier dan akhirnya

ke API Separator. Drain dari KOD dan Dehidrator akan masuk ke new Sandrap #B

lalu masuk API Separator. Sedangkan drain dari Gas Boot dan Stabilizer Tank akan

langsung masuk ke API Separator.

Di terminal lawe – lawe, unit API Separator terdiri dari alat-alat sebagai berikut :

1. Bak Clasifier

2. Bak Sump Pit

3. Bak Slop Pit

4. Bak Floating skimmer

5. Bak API Separator

6. Wemco

7. Bak Stabilizer

8. Heater Treater

9. Pompa

Di API Separator terjadi pemisahan secara natural berdasarkan gravity. Gas

akan langsung terbuang ke udara bebas. Minyak diskim ke Sump Pit lalu dipompa ke

sludge tank lewat Heater treater. Sedangkan air terus masuk ke wemco depurator.

Dalam wemco emulsi minyak dalam air dipisahkan lalu dialirkan ke slop pit untuk

dipompa ke sludge tank langsung ataupun melewati Heater Treater. Air akan terus

masuk ke bak wemco lalu dipompakan ke laut.

Page 26: bab 1 ma bab 3

26

2.5.5. Laboratory

Laboratory merupakan bagian yang penting dari unit produksi di terminal

Lawe-Lawe berfungsi sebagai kendali dari mutu yang baik bagi hasil produksi

maupun limbah yang di buang.ada berbagai fasilitas di laboratory, namun ada 3 hal

pokok yang diuji di laboratorium yaitu :

1. Crude oil analisis

2. Water analisis dan

3. Gas analisis

Hasil pemeriksaan tersebut dicatat sebagai bahan pertimbangan pada saat

penjualan ke customer dan juga dapat digunakan sebagai evaluasi dari performance

unit pengolahan produk yang bersangkutan. Ada berbagai fasilitas yang terdapat di

laboratorium, namun prinsipnya ada 3 hal pokok yang diuji di laboratorium yaitu :

2.5.5.1. Crude Oil Analysis

Analisa pada minyak meliputi:

a. API gravity @ 60°F

Peralatan : Hydrometer, tabel konversi

Metode : ASTM D-1298

”Semakin ringan crude maka API gravitynya makin besar dan kualitasnya

makin baik”.

b. Pour Point

Peralatan : Chamber Bath, thermometer

Metode : ASTM D-97

“Pour Point menunjukkan suhu terendah dimana minyak mulai membeku”.

Page 27: bab 1 ma bab 3

27

c. BS&W, %volume

Peralatan : Tube glass, Centrifuge

Metode : ASTM D-96

Standard baku : maks. 0.5% volume

“BS&W menunjukkan persentase banyaknya air dan endapan dalam minyak”.

d. Salt Content

Peralatan : Salt in Crude Analyzer

Metode : ASTM D-3230

Standard baku : maks. 7.0 ptb

e. Reid Vapor Pressure (RVP)

Peralatan : RVP

Metode : ASTM D-323

Standard baku : maks. 5.0 psig

”Untuk melihat/mengukur tekanan vapor dan sebagainya”.

2.5.5.2. Water Analysis

Water analysis meliputi:

a. Oil content

Peralatan : Spectronic

Standard : maks. 25 ppm

“Menunjukkan kandungan minyak dalam air”.

b. pH

Peralatan : pH meter

Standard : 6.8 – 7.2 (mendekati netral)

”Menunjukkan derajat keasaman/kebasaan dan sebagainya”.

Page 28: bab 1 ma bab 3

28

2.5.5.3. Gas Analysis

Gas analisis meliputi:

a. Gas Cromatograph

“Untuk menganalisa beasaran SG, komposisi, BTU gas”.

b. Dew Point

Peralatan : Panametric

Standard : < 47.7°F

“Adalah temperatur dimana gas mulai berubah menjadi cair”.

2.5.6. Water Plant

Water Plant difungsikan untuk memenuhi kebutuhan akan air baik raw water

ataupun potable water di Lawe-lawe Terminal, antara lain untuk keperluan air

minum, mandi-cuci-kakus, engine cooler dan sebagainya.

Air yang digunakan berasal dari 3 sumur yaitu sumur 1213B, 1213C dan P1215.

Khusus untuk sumur P1215 yang terdapat di Process Plant area digunakan untuk

keperluan support process.

Potable water didapat dengan melewatkan air dari sumur ke unit pengolahan yang

memproses air agar didapat air yang memenuhi syarat, antara lain:

- Tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa

- Suhu di bawah suhu udara

- pH mendekati netral (6.5-7.2)

- Kandungan zat terlarutnya tidak melebihi Nilai Ambang Batas (NAB)

- Tidak mengandung kuman atau bakteri

Air dari sumur dihisap dengan Reda Pump/Submersilled Pump dibagi menjadi

dua aliran, aliran pertama langsung didistribusikan sebagai Raw Water untuk

keperluan Fire Water, Bioremediation dan sebagainya, aliran kedua dimasukkan ke

water plant untuk diolah menjadi Potable Water. Masuk pertama kali ke bak

Page 29: bab 1 ma bab 3

29

Precipitator yang ke dalamnya dimasukkan Alumunium Sulfat (Al2SO4.8H2

Dari bak Precipitator dialirkan ke bak Aerator untuk aerasi supaya ion Fe

O)

sebagai koagulan yang menggabungkan partikel-partikel solid dalam air, juga

ditambahkan Soda Ash untuk menetralkan keasaman. Untuk mempercepat proses

dilakukan pengadukan dengan mixer. 2+

teroksidasi menjadi Fe3+

+ e untuk mencegah korosi dalam jalur pipa. Dari bak

Aerator dialirkan ke Filter yang setelah terlebih dulu diinjeksi dengan gas klorin

untuk membunuh kuman/bakteri, selanjutnya ditampung di Water Tank untuk

distribusi. Khusus Water Plant di Process area hanya menghasilkan Raw Water yang

digunakan untuk keperluan Fire Water, Engine Cooling dan Sandjet.

Fire water digunakan untuk keperluan pemadaman api apabila terjadi

kebakaran di Terminal Lawe-lawe. Air untuk fire water berasal dari sumur di Process

Area yang ditampung di Water Tank dengan kapasitas 10,000 Bbls. Untuk

mengalirkannya digunakan tiga pompa yang terdiri dari 2 electric motor driven pump

dan 1 diesel driven pump. Dalam kondisi normal ketiga pompa ini tidak digunakan,

hanya sesekali dilakukan pengujian dan pemeriksaan untuk memastikan kondisi

pompa dalam keadaan baik dan siap pakai.

Fire water

Untuk keperluan sandjet/sediment wash di High Pressure Separator, Low

Pressure Separator dan Dehydrator digunakan 2 Sandjet Pump (1208 A/B) dengan

type sentrifugal. Untuk sandjet di Heater Treater dan Storage Tank mengunakan air

dari discharge Waste Water Pump. (Sekarang ini untuk sandjet diambilkan air dari

waste water pump discharge).

Sandjet water

Cooling Water digunakan untuk mendinginkan Engine dan Instrument Air

Compressor. Cooling Water berasal dari Water Tank yang dipompa dengan

Cooling Water system

Page 30: bab 1 ma bab 3

30

menggunakan Water Pump menuju ke water reservoir/tower. Level air di reservoir

dikontrol menggunakan Control Valve yang akan membuka bila level air berada di

bawah setting. Dari reservoir air didistribusikan ke Engine Cooling System dan ke

Instrument Air Compressor.

Air yang telah mendinginkan Engine suhunya akan naik, dialirkan ke Fin Fan

Cooler untuk didinginkan. Air masuk ke head manifold lalu dialirkan ke tubing-

tubing yang mempunyai fin/sirip. Media pendingin air adalah udara yang

dihembuskan oleh kipas/fan dengan penggerak motor listrik. Kemudian air

disirkulasikan kembali ke Engine.

Air pendingin Instrument Compressor didinginkan dengan menggunakan Air

Cooler. Prinsip kerjanya sama dengan Fin Fan Cooler. Jika Water Pump tidak bekerja

maka digunakan Jocky Pump sebagai pengganti.

2.5.7. Maintenance

Maintenance merupakan suatu satuan kerja dari satuan terminal yang

berfungsi untuk memelihara peralatan produksi yang ada dan memperpanjang umur

peralatan yang digunakan di lawe-lawe terminal. Maintenance biasanya melakukan

koordinasi dengan operator produksi.

Jenis kegiatan perventif maintenance dibagi menjadi dua bagian :

1. Pemeliharaan yang tidak terencana

Pemeliharaan ini tidak tersusun didalam perencanaan yang telah dibuat

sebelumnya, dapat juga disebut sebagai pemeliharaan darurat dan harus segera

dilaksanakan untuk mencegah akibat yang lebih fatal.

2. Pemeliharaan terencana

Merupakan kegiatan pemeliharaan yang terorganisir dan dilaksanakan

berdasarkan orientasi masa depan. Kegiatan dilakukan berdasarkan rencana

yang dibuat sebelumnya.

Page 31: bab 1 ma bab 3

31

Pemeliharaan terencana terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Pemeliharaan Pencegahan

Merupakan kegiatan terencana yang bertujuan mencegah menurunnya fungsi

fasilitas. Kegiatan pemeliharaan pencegahan dapat merupakan salah satu atau

gabungan-gabungan dari kegiatan-kegiatan berikut ini :

a. Inspeksi

Merupakan kegiatan periodic untuk memeriksa kondisi fasilitas, misalnya

pelumasan, penyetelan, dll.

b. Pemeliharaan berjalan

Pemeliharaan yang dikakukan meskipun fasilitas sedang dipakai/bekerja.

c. Penggantian komponene minor

Penggantian sebagian komponen-komponen kecil.

d. Pemeliharaan berhenti

Pemeliharaan yang hanya dapat dilakukan pada saat fasilitas/mesin dalam

keadaan tidak dipakai atau sedang berhenti.

2. Pemeliharaan Korektif

Merupakan kegiatan pemeliharaan berupa pergantian bagian dari fasilitas yang

sudah tidak berfungsi. Kegiatan ini terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Reparasi Minor

Yaitu aktivitas perbaikan kecil yang bukan ditemukan pada saat inspeksi.

b. Overhaul Terencana

Yaitu perbaikan beberapa bagian dari suatu fasilitas secara serentak.

Dalam melaksanakan kegiatannya, maintenance dibagi menjadi 3 Craftsman, yaitu :

1. Craftsman Electrical

Yaitu bertugas untuk memperbaiki segala komponen yang berhubungan dengan

kelistrikan, misalnya : generator pembanmgkit tenaga listrik yang terdapat

diProcess Plant.

Page 32: bab 1 ma bab 3

32

2. Craftsman Mechanical

Yaitu bertugas untuk memperbaiki segala komponene yang berhubungan dengan

mesin.

3. Craftsman Instrument

Yaitu bertugas untuk memelihara, menjaga dan memperbaiki instrument-

instrument yang digunakan dalam pengoperasian.

Page 33: bab 1 ma bab 3

33

BAB III

DESKRIPSI PROSES

3.1 Deskripsi Lawe – lawe Process Plant Drain System.

Drain system bertujuan untuk membuang fraksi-fraksi yang tidak diinginkan

dari hasil proses separasi (air, pasir, lumpur, kondensat dan sebagainya) ke dalam

suatu sistem pembuangan yang aman. Buangan dari proses separasi masih membawa

ikutan berupa emulsi yang susah melepaskan diri, dapat dikarenakan pengaruh

tekanan dalam vessel, kurangnya pemanasan ataupun karena bahan kimia.

Drain system dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

• Open Drain adalah system pembuangan secara terbuka seperti Drain Storage

Tank, Drain Sludge Tank.

• Close Drain adalah system pembuangan pada tempat bertekanan seperti Drain

Separator, Drain Gas Boot.

Buangan dari drain system tidak boleh langsung dibuang sebagai air buangan

tetapi harus diolah sehingga air buangannya aman dan memenuhi standard

perundangan.

Di Lawe-lawe Process Plant Normal Drain berasal dari High Pressure

Separator, Low Pressure Separator, Gas Boot, Stabilizer Tank, Dehydrator, Storage

Tank, Rerun Tank, Sludge Tank dan Heater Treater.

Selain dibedakan sebagai Open Drain dan Close Drain, Drain System juga

dibedakan sebagai.

• Manual Drain, dilakukan secara manual dengan melihat level pada Sight Glass

atau melihat liquid yang dikeluarkan oleh Drain System. Jika level melebihi batas

yang ditentukan atau yang keluar adalah air atau liquid yang hendak dibuang,

Page 34: bab 1 ma bab 3

34

drain dilakukan dengan membuka drain valve secara manual. Contohnya pada

Gas Boot dan Storage Tank.

• Automatic Controlled Drain, adalah dengan menggunakan Level Controller (LC)

atau Interface Level Control (ILC) yang akan mendeteksi level liquid lalu

membuka/menutup control valve bila level liquid lebih/kurang dari level yang

diset. Contohnya pada High Pressure Separator.

Drain dari High Pressure Separator, Low Pressure Separator, Rerun Tank dan

Storage Tank akan bertemu di Old Sandtrap #A lalu masuk ke Classifier dan akhirnya

ke API Separator. Drain dari KOD dan Dehydrator akan masuk ke New Sandtrap #B

lalu masuk API Separator. Sedangkan drain dari Gas Boot dan Stabilizer Tank akan

langsung masuk API Separator.

Di API Separator terjadi pemisahan secara natural berdasarkan gravity. Gas

akan langsung terbuang ke udara bebas. Minyak diskim ke Sump Pit lalu dipompa ke

Sludge Tank lewat Heater Treater. Sedangkan air terus masuk ke Wemco Depurator.

Dalam Wemco emulsi minyak dalam air dipisahkan lalu dialirkan ke Slop pit untuk

dipompa ke Sludge Tank langsung ataupun melewati Heater Treater. Air akan terus

masuk ke bak Wemco lalu dipompakan ke laut (Tanjung Jumlai). Minyak di Sludge

Tank jika kandungan BS&W-nya sudah rendah dapat dipompa ke Storage Tank.

3.2 Hydrocyclone Unit

Drain dari High Pressure Separator sebelum masuk Sandtrap lebih dahulu

diolah dalam Hydrocyclone Unit. Hal ini dilakukan karena drain dari High Pressure

Separator masih terlalu banyak kandungan minyak dan sedimen-sedimen ikutan

seperti pasir dan lumpur.

Unit ini terdiri dari dua vessel yaitu Desander dan Deoiler. Desander

berfungsi untuk memisahkan fraksi padat seperti pasir, lumpur, batu halus dan

sebagainya dari air buangan, sedangkan Deoiler berfungsi untuk memisahkan minyak

dari air buangan. Karena itu harus sering dilakukan drain pada Desander agar tidak

terjadi penumpukan dan endapan pada bagian dasarnya.

Page 35: bab 1 ma bab 3

35

Di dalam Deoiler terdapat liner-liner yang ke arah ujung diameternya makin

mengecil sehingga aliran air akan membentuk pusaran/siklon sepanjang liner.

Air yang berat jenisnya lebih berat akan cenderung menjauhi pusat siklon

sebagai akibat dari gaya sentrifugal dan mengalir berputar melalui dinding liner lalu

keluar melalui lubang pada bagian tepi ujung liner. Minyak yang lebih ringan akan

terkumpul ke bagian tengah dan keluar melalui nozle pada bagian pusat siklon. Air

dialirkan ke Sandtrap sedangkan minyak (reject oil) dimasukkan ke Stabilizer Tank.

Desander Deoiler Dimensio : 18” OD x 1936 Dimension : 21” OD x 1’ 5/6” Design Pressure : 260 psig Design Press : 260 psig Design Temperature : 200°F Design Tem : 200°F

Gambar 3.10 Water line di Hydrocyclone Unit

3.3 Sand Trap

Fungsi Sand Trap adalah untuk menjebak atau menangkap pasir yang larut

bersama air buangan dari proses dan tangki. Ada dua unit Sand Trap yang digunakan,

Sand Trap Lama #A menampung buangan dari API Separator, Low Pressure

Page 36: bab 1 ma bab 3

36

Separator, Storage Tank dan Rerun Tank/Check Pit. Sand Trap Baru #B menampung

buangan dari KOD dan Dehydrator.

Didalam Sand Trap air buangan masuk dengan jalan dijatuhkan dari bagian

sisi atas. Fraksi yang berat seperti pasir, batu halus dan partikel besar lainnya akan

turun kebawah dan tidak dapat terbawa aliran karena ditahan oleh Barrier. Air dan

minyak yang terbawa akan mengalir ke Clasiffier dengan jalan overflow.

3.4 Classifier

Adalah suatu bak pemisahan tiga fasa dengan sistem pemisahan terbuka.

Yang masuk ke dalam bak ini adalah buangan yang melewati Sand Trap Lama #A

yang berasal dari HP dan Low Pressure Separator, Storage Tank, dan Rerun

Tank/Check Pit dengan oil content yang masih sangat tinggi. Karena itu lebih dulu

masuk ke Classifier sebelum ke API Separator. Sedangkan buangan dari Gas Boot

dan Stabilizer Tank serta dari Sand Trap #B (KOD dan Dehydrator) langsung masuk

ke API Separator.

Di Classifier air buangan dialirkan secara turbulensi sehingga terjadi proses

pemisahan. Gas akan terbuang langsung ke udara, minyak akan mengambang pada

permukaan dan di tampung di Sump Pit lalu dipompa ke Sludge Tank atau Rerun

Tank. Sedangkan air akan terus mengalir ke API Separator.

3.5 Api Separator

Juga merupakan tempat pemisahan tiga fasa dengan sistem pemisahan terbuka

seperti halnya Classifier. Pemisahan terjadi berdasarkan physical properties dimana

gas akan langsung terbuang ke udara. Buangan dari Sand Trap #A dan #B serta dari

Gas Boot dan Stabilizer Tank akan masuk ke API Separator bagian Covered Pre-

Separator dan melewati Sand Barrier sehingga sedimen pasir akan tertahan.

Sedangkan air dan minyak yang terikut akan terus memasuki API Separator.

Pada bagian leher API Separator terdapat Floating Skimmer yang berfungsi

untuk mengambil minyak pada bagian atas. Air yang lebih berat akan terus mengalir

melewati bagian bawah Skimmer, sedangkan minyak yang lebih ringan akan masuk

Page 37: bab 1 ma bab 3

37

ke Skimmer lalu dikumpulkan di API Sump Pit. Minyak yang terkumpul dipompakan

langsung ke Sludge Tank atau melewati heater treater. Air dan lumpur akan terus

mengalir melewati bagian tengah bak, melewati Fore Bay Channel.

Minyak yang masih lolos akan ditangkap oleh Rotating Skimmer dan

dikumpulkan di Sump Pit API atau Slop Pit. Air akan terus mengalir melewati barrier

menuju API Stabilizer Pit dan akhirnya keluar ke suction WEMCO Depurator.

3.6 Wemco Depurator

Gambar 3.11 Wemco Depurator

Page 38: bab 1 ma bab 3

38

Gambar 3.13. Bagian – bagian Wemco Depurator

WEMCO Depurator berfungsi untuk menurunkan oil content air buangan

yang keluar dari API Separator yang akan dibuang ke laut, sehingga memenuhi

standar air buangan <25 ppm.

Prinsip yang digunakan adalah dengan mengaduk air sehingga timbul

gelembung-gelembung udara yang akan mengikat emulsi minyak dan naik ke

permukaan. Untuk mempermudah terbentuknya gelembung dipasang bubble tray di

sebelah atas propeller/mixer. Emulsi minyak yang naik ke permukaan sebagai buih

akan disapu oleh Rotating Skimmer ke saluran menuju Slop Pit. Untuk membantu

kerja WEMCO, sebagian gas dari Flash Gas Scrubber diinjeksikan ke inlet WEMCO.

Gas akan mengikat unsur Hidrocarbon sehingga fraksinya menjadi lebih ringan, lalu

naik ke permukaan sebagai gelembung-gelembung. Untuk membantu memecah

emulsi minyak dalam air, reverse FR 3579 diinjeksikan ke inlet WEMCO. Kapasitas

WEMCO 38.585 BPD.

Page 39: bab 1 ma bab 3

39

Outlet WEMCO akan ditampung oleh bak penampung yang dapat digunakan

untuk monitor secara visual terhadap kualitas air buangan dan menahan endapan pasir

yang masih terikut. Air dari bak akan dipompa oleh empat buah Waste Water Pump

(jumlah yang digunakan tergantung kondisi) menuju laut.

3.7 Heater Treater Dimension : 20” OD x 96” high Type : Vertical Vessel Design Pressure : 50 psig Operating Pressure : 20-50 psig Design Temperature : 300 °F Operating Temperature : 200-240 °F Pilot Pressure : 4 – 5 Psig Liquid Over Volume : 60 %

Normal System:

Heater Treater adalah unit yang berfungsi untuk memecah emulsi air dalam

minyak dengan cara memanaskannya melalui media air. Normalnya feed berasal dari

API Sump Pit, Classifier Sump Pit ataupun Slop Pit, juga dari Sludge Tank untuk

sirkulasi. Emulsi dari API Separator/Classifier/Slop Pit masuk ke Heat Exchanger

untuk melakukan pertukaran panas dengan Dumping Water dari Heater Treater.

Besarnya feed yang masuk diatur oleh sebuah Control Valve pada bagian inlet, yang

flownya dapat diubah settingnya.

Dari Heat Exchanger emulsi masuk ke bagian atas vessel, menabrak tray lalu

turun ke bagian dasar melalui downcomer tube. Dari bagian bawah emulsi akan

menuju ke atas melalui media air yang telah dipanaskan oleh U tube yang mendapat

panas dari burner. Tinggi level air dijaga pada 60% tinggi vessel (± 1’ di atas U tube)

oleh sebuah ILC yang mengatur bukaan ILCV untuk dumping ke API Separator.

Sebagian air yang sudah memisah di awal turun ke dasar dan sebagian yang masih

terikat dalam emulsi ikut naik melewati media yang dipanaskan sehingga akan

terpisah. Air akan turun sedangkan minyak yang lebih ringan terus ke atas ke bagian

Page 40: bab 1 ma bab 3

40

settling space. Level minyak dijaga oleh LC yang mengatur bukaan LCV untuk

membuka/menutup outlet line ke Sludge Tank/Rerun Tank.

Fuel untuk pembakaran disupply dari Flash Gas Scrubber dengan line terbagi

ke Pilot dan ke Burner. Sebuah TIC yang memonitor temperature media akan

memberi sinyal kepada TICV untuk membuka/menutup fuel line ke burner.

Juga dilengkapi make-up gas yang berasal dari Flash Gas Scrubber yang

dikontrol oleh 2 Pressure Control Valve, satu akan membuka bila pressure dalam

vessel <20 psig sedang yang satunya untuk venting gas ke atmosfer.