bab 1-3

57
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyalahgunaan narkoba semakin meningkat di Indonesia. Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), 1,99% dari jumlah total penduduk Indonesia adalah pengguna narkoba dengan angka proyeksi pengguna narkoba diperkirakan pada tahun 2013 mencapai 2,56%. Rentang usia pengguna narkoba adalah 10 – 59 tahun. (BNN, 2012) Remaja adalah kelompok rentan penyalahgunaan narkoba. Pengguna remaja yang berusia 12-21 tahun ditaksir sekitar 14.000 orang dari jumlah remaja di Indonesia sekitar 70 juta orang. Menurut survei BNN tahun 2011, usia pertama kali memakai narkoba terbanyak rata-rata 16 tahun. Ganja, ngelem, ekstasi dan sabu adalah jenis narkoba terbanyak yang disalahgunakan oleh kalangan remaja. Angka eks-pemakai narkoba pada remaja sebesar 4,3%. (BNN, 2011) Masa remaja adalah masa transisi, dimana pada masa tersebut sering terjadi ketidakstabilan baik itu emosi maupun kejiwaan. Seorang remaja sering kali dalam pencarian jati diri cenderung salah dalam bergaul sehingga banyak melakukan hal yang

Upload: yeli-asti

Post on 03-Jan-2016

462 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1-3

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyalahgunaan narkoba semakin meningkat di Indonesia.

Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), 1,99% dari jumlah total

penduduk Indonesia adalah pengguna narkoba dengan angka proyeksi

pengguna narkoba diperkirakan pada tahun 2013 mencapai 2,56%.

Rentang usia pengguna narkoba adalah 10 – 59 tahun. (BNN, 2012)

Remaja adalah kelompok rentan penyalahgunaan narkoba.

Pengguna remaja yang berusia 12-21 tahun ditaksir sekitar 14.000 orang

dari jumlah remaja di Indonesia sekitar 70 juta orang. Menurut survei

BNN tahun 2011, usia pertama kali memakai narkoba terbanyak rata-rata

16 tahun. Ganja, ngelem, ekstasi dan sabu adalah jenis narkoba terbanyak

yang disalahgunakan oleh kalangan remaja. Angka eks-pemakai narkoba

pada remaja sebesar 4,3%. (BNN, 2011)

Masa remaja adalah masa transisi, dimana pada masa tersebut

sering terjadi ketidakstabilan baik itu emosi maupun kejiwaan. Seorang

remaja sering kali dalam pencarian jati diri cenderung salah dalam bergaul

sehingga banyak melakukan hal yang menyimpang dari norma-norma

yang berlaku di masyarakat, seperti perkelahian dan minum-minuman

keras, pencurian, perampokan, perusakan/pembakaran, seks bebas hingga

narkoba. (Maramis, 2009; Kaplan, 2010 )

Berdasarkan data BNN Kalimantan Barat, angka estimasi

penyalahgunaan narkoba di Kalimantan Barat (Kalbar) adalah 53.656 atau

1,2% dari total populasi. Kota Pontianak pada tahun 2010 menempati

urutan ke-4 nasional dalam penggunaan narkoba yaitu sebanyak 60 kasus.

Berdasarkan data BNN Kota Pontianak selama tahun 2012 terdapat 239

kasus pengedaran dan penyalahgunaan narkoba yang terungkap.

Page 2: BAB 1-3

2

Menurut BNN kota Pontianak, jenis narkoba yang paling banyak

digunakan kalangan remaja adalah sabu sebanyak 27,6%, ngelem 5,1%,

dan analgetik 0,8%. Usia remaja pertama kali menggunakan narkoba rata-

rata di Kota Pontianak adalah 13 tahun. (BNN Kota Pontianak, 2012)

Berdasarkan hasil mapping area terhadap peredaran narkotika

Direktorat Reserse Narkoba Polda Kalbar, terungkap 152 kasus

penyalahgunaan narkotikadi wilayah Pontianak Timur, sehingga wilayah

Pontianak Timur menjadi prioritas utama pemberantasan narkoba,

terutama di daerah Kampung Beting. Narkoba dan kriminalitas tumbuh

subur di daerah tersebut karena desakan faktor ekonomi dan sosial.

Semenjak tahun 1990 hingga sekarang, pemuda lokal kampung Beting

dijadikan sebagai pengedar narkoba. (BNN Kalbar, 2012; Khaliesh, 2012;

Polda Kalbar, 2012)

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 merupakan SMP di

Pontianak yang terletak di Jalan TanjungRaya I, Kecamatan Pontianak

Timur yang memiliki populasi siswa sebanyak 800 orang. Menurut hasil

studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh keterangan

bahwa keberadaan sekolah tersebut tidak jauh dengan lingkungan

masyarakat yang tinggi angka kriminalitasnya, khususnya narkoba.Oleh

karena itu diperlukan perhatian khusus bagi para pelajar tersebut untuk

memiliki pengetahuan dan sikapyang baik mengenai penyalahgunaan

narkoba.

Pengetahuan, sikap, dan perilaku pelajar mengenai narkoba perlu

ditingkatkan karena akibat dari penyalahgunaan narkoba dapat

menyebabkan gangguan fungsi kesehatan, intelektual, dan sosial yang

dapat merugikan masyarakat dan negara. (pakai referensi)

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah hubungan pengetahuan, dan sikap terhadap

penyalahgunaan narkoba pada siswa SMP Negeri 4 Pontianak?

Page 3: BAB 1-3

3

C. TUJUAN PENELITIAN

C.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa SMP

Negeri 4 Pontianak terhadap penyalahgunaan narkoba.

C.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap penyalahgunaan

narkoba pada siswa SMP Negeri 4 Pontianak.

b. Untuk mengetahui hubungan sikap terhadap penyalahgunaan narkoba

pada siswa SMP Negeri 4 Pontianak.

D. MANFAAT PENELITIAN

D.1. Manfaat bagi Akademik dan Penelitian

1. Dapat memberikan informasi tentang bagaimana hubungan

pengetahuan dan sikap siswa SMP Negeri 4 Pontianak mengenai

penyalahgunaan narkoba.

2. Dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai

bidang terkait.

D.2. Manfaat bagi Dinas Kesehatan Kota Pontianak

Menyediakan informasi tambahan tentang pengetahuan dan sikap siswa

SMP Negeri 4 Pontianak mengenai penyalahgunaan narkoba.

D.3. Manfaat bagi Peneliti

Memberikan pengalaman, pengetahuan, dan pembelajaran dalam

melakukan suatu penelitian.

E. KEASLIAN PENELITIAN

No. Peneliti Judul penelitian Populasi

penelitian

Tahun

penelitian

Institusi

1. Deni Irawati Pengetahuan, Sikap,

dan Perilaku Remaja

Mengenai Bahaya

Narkoba di SMP Negeri

Siswa SMP

Negeri 4

PematangSiantar

Kelas IX

2008 Universitas

Sumatra

Utara

Page 4: BAB 1-3

4

4 Kelas IX

PematangSiantar Tahun

2008

2. Esanikaruppiah Tingkat Pengetahuan

Siswa SMP Swasta

Kristen Immanuel

Medan Kelas VIII

terhadap

Penyalahgunaan dan

Ketergantungan

NAPZA Tahun 2011

Siswa SMP

Swasta Kristen

Immanuel

Medan Kelas

VIII

2011 Universitas

Sumatra

Utara

Page 5: BAB 1-3

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGETAHUAN

A.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini

terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting

untuk terbentuknya perilaku seseorang. (Notoadmojo, 2007)

A.2. Tingkat Pengetahuan

Ada enam tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif,

yakni: (Notoatmojo, 2010)

1. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat

kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

3. Menerapkan

Menerapkan diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Page 6: BAB 1-3

6

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke

dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi

dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.

5. Sintesis

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun

formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian ini

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada. (Notoatmodjo, 2007)

A.3.Indikator Pengetahuan

Indikator-indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan

atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi:

(Notoatmojo, 2007)

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit,

gejala atau tanda-tanda penyakit, cara pengobatan dan ke mana mencari

pengobatan, cara penularan dan cara pencegahan suatu penyakit.

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat

meliputi jenis-jenis makanan bergizi, manfaat makanan bergizi bagi

kesehatan, pentingnya olahraga bagi kesehatan, bahaya merokok,

minuman keras, narkoba dan lain sebagainya.

c. Pengetahuan mengenai kesehatan lingkungan meliputi manfaat air bersih,

cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan

penerangan, rumah yang sehat dan akibat polusi yang ditimbulkan polusi

bagi kesehatan.

Page 7: BAB 1-3

7

A.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai

berikut: (Notoatmojo, 2007; Notoatmojo, 2010)

1. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang,

sedangkan ekonomi dapat dikaitkan dengan pendidikan, jika ekonomi

seseorang tersebut baik, biasanya tingkat pendidikannya tinggi sehingga

mempengaruhi pengetahuan.

2. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

pendidikan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat

informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga

meningkatkan kualitas hidup. Apabila seseorang memiliki pendidikan

yang tinggi, maka ia dengan mudah menyesuaikan dengan hal-hal yang

baru.

3. Lingkungan

Lingkungan keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

cara pandang seseorang. Lingkungan pergaulan sangat mendukung tingkat

pengetahuan seseorang dan sangat percaya dengan orang lain.

4. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang

karena informasi yang baru akan dipilih sesuai dengan budaya dan agama

yang dianut.

5. Sumber informasi

Sumber informasi merupakan tingkat pengetahuan di mana baik atau

tidaknya pengetahuan tergantung pengetahuan kepada masing-masing

individu dalam memahami dan menerima informasi yang diterima.

Page 8: BAB 1-3

8

A.5. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas. (Notoatmojo, 2010)

Penilaian pengukuran…

B. SIKAP

B.1. Definisi Sikap

Sikap merupakan suatu respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan

sebagainya). Newcomb dalam Notoatmodjo, menyatakan bahwa sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. (Notoatmojo, 2010)

B.2. Komponen pokok sikap

Allport dalam Notoatmodjo, menyatakan bahwa sikap mempunyai tiga

komponen pokok, yaitu: (Notoatmojo, 2010)

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.

Sikap yang utuh ditentukan oleh pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi.

B.3. Tingkatan sikap

Sikap mempunyai tingkatan-tingkatan, yaitu: (Notoatmojo, 2010)

1. Menerima yaitu menerima stimulus yang diberikan (objek).

2. Menanggapi/ merespon yaitu memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

Page 9: BAB 1-3

9

3. Menghargai yaitu memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus,

membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau

mempengaruhi orang lain.

4. Bertanggung jawab yaitu bertanggung jawab terhadap apa yang telah

diyakininya.

B.4. Pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak

langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang

bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara

memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju”

terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu. (Notoatmojo, 2007)

C. Narkoba

C.1. Definisi

Narkoba, menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) No.

SE/03/IV/2002/BNN, narkoba adalah akronim/ singkatan dari narkotika,

psikotropikadan bahan-bahan adiktif lainnya. Narkoba dikenal juga sebagai

narkoba (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif). Narkoba sering disebut

sebagai bahan/zat/obat psikoaktif yang bila masuk ke dalam tubuh manusia

akan mempengaruhi tubuh, terutama otak/ susunan saraf pusat, sehingga

menimbulkan gangguan kesehatan fisik, perubahan perilaku, perasaan dan

pikiran. (BNN, 2011)

Narkoba, berdasarkan UU No.35 tahun 2009 tentang narkotika dan UU

No.5 tahun 1997 tentang psikotropika, bahwa narkoba tidak diperbolehkan

untuk disalahgunakan dan diedarkan secara gelap. Narkoba hanya boleh

digunakan dan diedarkan dalam dunia pengobatan dan ilmu pengetahuan.

Page 10: BAB 1-3

10

C.2. Klasifikasi Narkoba

C.2.1 Narkotika

Narkotika adalah bahan kimia yang bekerja mempengaruhi kerja susunan

saraf pusat yang dapat menghilangkan rasa sakit. Senyawa yang terkandung

dalam narkotika akan menghambat pelepasan dan produksi zat serotonin (5-

hidroksi triptamin): yang mana senyawa ini sangat diperlukan sebagai

transmiter saraf, artinya zat ini bertugas mengantarkan informasi seluruh

tubuh ke dalam saraf pusat. Jika pemakaian narkotika dilakukan terus-menerus

dapat mengakibatkan rusaknya sel-sel saraf pusat yang memproduksi

serotonin itu. Akibatnya sistem transmisi saraf mengalami gangguan atau saraf

menjadi terganggu. (Brunton, 2010; UNODC, 2011)

Menurunnya produksi zat serotonin menyebabkan banyak informasi tidak

tersampaikan ke saraf. Sebagai indikator bahwa produksi zat serotonin

menurun adalah naiknya tekanan darah, berdebar-debar, suhu tubuh naik, otot

kejang, pupil melebar, hilangnya kendali diri, naiknya agresivitas dan

terkadang disertai mual dan muntah. Adapun beberapa jenis narkotika yang

sering digunakan antara lain: (Katzung, 2009; Brunton, 2010)

A. Ganja (cannabis)

Ganja atau kanabis merupakan hasil berbentuk kering dari daun, bunga,

bijidan ranting muda dari tanaman marijuana. Kanabis berasal dari tanaman

Cannabis satifa dan Cannabis indica yang merupakan sejenis tanaman perdu

yang biasa digunakan sebagai obat relaksan dan untuk mengatasi intoksikasi

ringan. Bahan yang digunakan dapat berupa daun, biji dan bunga dari tanaman

tersebut. (APA, 2000; Hasin, 2008; Morgan, 2008; Peter, 2009; Miller, 2010)

Tanaman marijuana mengandung zat aktif cannabinoids diantaranya

adalah Tetrahydrocannabinol (THC). Reseptor cannabinoids tersebut

merupakan turunan asam arakhidonat yang diduga sebagai ligan endogen

disebut anandamid. Reseptor ligan tersebut memiliki konsentrasi tinggi di

korteks serebral, hipokampus, striatum dan serebelum. Reseptor tersebut akan

mengaktivasi pelepasan serotonin, meningkatkan katekolamin, menghambat

Page 11: BAB 1-3

11

aktivitas parasimpatis serta menghambat biosintesis prostaglandin. (Aronson,

2005; Gilman, 2007; Miller, 2010)

Penyalahgunaan ganja menyebabkan perubahan mood, persepsi, motivasi,

perubahan perilaku, halusinasi hingga psikosis akut. (APA, 2000; Gilman,

2007; Guillem, 2008; Peter, 2009; Miller, 2010)

a. b.

Gambar 1: a. Tanaman Marijuana (Cannabis sativa), b. Ganja kering

B. Opioda

Opioda adalah nama segolongan zat, baik alamiah, semisintesis, atau

sintesis yang diambil dari bagian pohon Paper somniferum (poppy). Opioda

dikelompokkan ke dalam beberapa golongan obat, yakni opiat alami (contoh:

morfin, heroin), opiat sintesis (contoh: fentanil, metadon), opiat endogen

(enkephalin, endorphin dan dinorfin). Contoh obat atau zat golongan opioda

adalah sebagai berikut: (SAMHSA, 2007; Steven, 2008; Wang, 2009;

Younger, 2011)

B.1. Opiate alami

B.1.1. Opium/ candu

Obat berupa bubuk putih yang dibuat dari hasil olahan getah tanaman

poppy yang dikeringkan dan ditumbuk menjadi serbuk bunga opium. Bubuk

ini mengandung morfin dan kodein yang sangat efektif dalam menghilangkan

rasa sakit, selanjutnya, dari morfin dibuatlah heroin. Opium digunakan untuk

Page 12: BAB 1-3

Gambar 2: Bunga dan buah opium (Papaver somniferum)

12

penghilang rasa sakit, kadang-kadang dipakai juga sebagai obat penghilang

batuk dan obat diare.

B.1.2. Morfin

Morfin merupakan turunan opium yang dibuat dari hasil percampuran

antara getah pohon poppy dengan bahan-bahan kimia lainnya. Morfin bersifat

semisintesis dan morfin merupakan zat adiktif dari opium yang dapat

digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Morfin bekerja di reseptor opiat yang

sebagian besar berada di susunan saraf pusat dan perut. Pemakaian morfin

yang teratur akan cepat menimbulkan toleransi dan ketergantungan. Pemakai

morfin akan merasakan mulutnya kering, anggota badan terasa berat, rasa

gembira berlebihan, hilangnya rasa depresi, mengantuk, tertidur dan daya

konsentrasi menurun. (Steven, 2008; Freye, 2009)

B.1.3. Kodein

Kodein merupakan opiat alamiah yang terdapat pada opium mentah,

biasanya digunakan sebagai analgetik dan antitusif. Kodein mempunyai efek

analgetik lemah. Kodein digunakan sebagai obat penahan batuk dan sebagai

bahan tambahan obat analgetik. Agar efektif sebagai analgetik, kodein harus

dikonversikan bersama dengan morfin melalui isoenzim CYP2D6 dari enzim

P450. (Steven, 2008; Freye, 2009)

B.2. Opiat semisintesis

Page 13: BAB 1-3

13

Opiat semisintesis sebagai hasil turunan dari morfin melalui proses

kimiawi. Heroin menimbulkan efek ketergantungan yang lebih berat dari

morfin. Dalam bentuk murninya, heroin memiliki kekuatan dua kali lipat

dibandingkan dengan morfin. Selain heroin, obat-obat lainnya merupakan

analgetik dan termasuk didalamnya adalah jenis pethidin, metadon

(physepton), dipipanon (deconal), dekstropropoksifen (distalgesic). Obat ini

memiliki efek seperti morfin, tetapi tidak bersifat adiktif. Metadon digunakan

untuk terapi penyembuhan para pecandu opiat. (Steven, 2008)

Gambar 3: Berbagai bentuk heroin

B.3. Opiat sintesis

Opiat sintesis adalah opiat yang diperoleh berdasarkan perubahan kimia,

misalnya meperidin. Meperidin adalah narkotika sintesis yang mempunyai

efek kira-kira 1/9 kekuatan analgetik morfin. Pada dosis tinggi dapat

menimbulkan kejang. Meperidin dapat digunakan secara oral atau suntikan.

(Wang, 2009)

B.3.1 Kokain

Kokain adalah alkaloid dari tumbuhan Erythrocylon coca. Kokain berupa

Kristal atau serbuk putih yang larut dalam air dalam bentuk garam HCL. Cara

penggunaan kokain sering dengan dihirup karena penyerapan melalui mukosa

hidung cukup baik, tetapi pemakaian yang lama akan menyebabkan luka yang

dalam pada organ penciuman. (Burnett, 2012) Pemakaian kokain

mengakibatkan dua efek bagi penggunaannya, yakni efek psikologis dan efek

fisiologis. Efek psikologis: yaitu perasaan gembira, dan kepercayaan diri, serta

efek fisiologis: yaitu percepatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah,

Page 14: BAB 1-3

14

berkeringat, serta mual dan muntah. (Freye, 2009; SAMHSA, 2010; Burnett

2012)

C.2.2 Psikotropika

Psikotropika adalah suatu obat yang dapat menimbulkan ketergantungan,

menurunkan aktifitas otak/ merangsang saraf pusat, menimbulkan halusinasi,

ilusi, mengganggu berpikir, perilaku dan perasaan. Psikotropika merupakan bahan

kimia yang mempunyai efek seperti narkotika. (APA, 2000; Kaplan, 2010)

Semua jenis psikotropika merupakan senyawa yang telah melalui proses

(murni sintesis). Jenis psikotropika yang banyak disalahgunakan adalah turunan

dari amphetamine. Menurut UU RI. NO.05/97 tentang Psikotropika, maka ada

empat golongan psikotropika, yaitu:

1. Golongan I

Psikotropika golongan I digunakan untuk ilmu pengetahuan dan tidak

digunakan sebagai sarana pengobatan/ terapi, berpotensi sangat kuat dan

mengakibatkan ketergantungan. Contoh untuk golongan ini antara lain:

psilosibin, ecstasy, LSD dan 3,4-Methylene-dioxy-N-

methamphetamine(MDMA).

2. Golongan II

Psikotropika golongan II digunakan untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan dapat digunakan untuk pengobatan terapi, berpotensi

kuat dan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya antara lain:

amphetamine (sabu-sabu), metakualon dan metilfenidat.

3. Golongan III

Psikotropika golongan III digunakan untuk pengembangan ilmu

pengetahuan, dapat digunakan untuk pengobatan/ terapi, berpotensi sedang

dan mengakibatkan ketergantungan. Contoh untuk golongan ini antara

lain: katina, flunetrazepam dan amorbarbitol.

4. Golongan IV

Psikotropika golongan IV digunakan untuk pengobatan/ terapi,

berpotensi ringan dan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya:

Page 15: BAB 1-3

15

barbital, diazepam dan bramazepam. Zat adiktif disintesis dari bahan

kimia Phenyl Propanol Amine (Ephedrine) secara kimiawi. Ephedrine

diperoleh dari tanaman Ephedra (Ma Huang). Zat adiktif ini banyak

diproduksi di Belanda dan Guang Zhu. Peredaran gelap psikotropika jenis

ini terjadi hampir di semua kota besar di dunia, termasuk Indonesia.

Psikotropika dapat dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan efek

kerja di dalam tubuh, yakni: (World Drug Report, 2012)

1. Stimulansia

Stimulan adalah zat atau obat yang bekerja mengaktifkan kerja

susunan saraf pusat dan fungsi tubuh sehingga mengurangi rasa kantuk,

lapar, serta menimbulkan rasa gembira dan semangat yang berlebihan. Zat

yang tergolong stimulan adalah amfetamin dan ekstasi.

Gambar 4: a. Amfetamin, b. Metamfetamin

1.1. Amfetamin

Amfetamin merupakan obat perangsang sintesis yang digunakan

sebagai penahan rasa lapar. Nama lain amfetamin adalah sabu-sabu, speed,

whizz dan sulph. Amfetamin digunakan dengan cara ditelan (biasanya

dicampur dengan minuman) atau dihisap dengan menggunakan aluminium

foil dan bong atau suntikan. (Zevin, 2008; Freye, 2009)

Amfetamin disalahgunakan untuk menimbulkan rasa percaya diri,

tenaga bertambah, kemampuan berkonsentrasi meningkat, dapat menahan

lapar dan tidak mudah mengantuk. Beberapa macam psikotropika turunan

dari amphetamine antara lain: (George, 2007; Smith, 2009; Heal, 2013)

a. b.

Page 16: BAB 1-3

16

a. MDMA, dengan nama kimia 3,4-Methylene-dioxy-N-methamphetamine.

Biasa dikenal sebagai ecstasy, XTC, pil surga, inex dan pil setan.

b. Metaphetamine disebut juga shabu-shabu dan inex.

c. MDA, dengan nama kimia 3,4-metilen-dioksi-amphetamine.

d. MDE, dengan nama kimia 3,4-metilen-dioksi-N-etilamphetamine.

(Carlvalho, 2012; Murray, 1998)

1.2. Ekstasi

Di Indonesia, ekstasi dikenal nama inex, enak, dollar, hammer dan

flash. Ekstasi digunakan dengan cara ditelan. Efek yang biasanya

dirasakan pemakai adalah tubuh terasa melayang, mulut dan hidung terasa

kering, pupil mata melebar, jantung berdetak lebih kencang, kadang-

kadang kaki dan rahang terasa kaku. Ekstasi dapat merusak sel otak,

jantung dan hati. Adapun efek dari ekstasi, yaitu: (APA, 2000; Richard,

2012; World Drug Report, 2012)

a. Pada dosis sedang, ekstasi menimbulkan gejala bervariasi selama 6-24

jam. Gejala yang muncul mulai dari rasa senang yang berlebihan, rasa

kantuk dan lelah hilang, harga diri meningkat, banyak bicara dan

kewaspadaan meningkat. Secara fisik menimbulkan jantung berdebar,

tekanan darah naik, nyeri otot dan kehilangan selera makan.

b. Pada dosis tinggi, menimbulkan halusinasi, perasaan melayang-layang,

gangguan keseimbangan, pandangan kabur, kejang-kejang, muntah dan

bertindak irrasional. Jika terjadi overdosis menimbulkan diare, kejang-

kejang, koma hingga meninggal.

c. Efek yang tersisa sampai dengan hari ke -14 adalah demam, tekanan

darah naik dan jantung berdebar.

d. Efek jangka panjang adalah melemahkan kerja otak karena rusaknya

sel-sel otak dan menderita gangguan jiwa.

Page 17: BAB 1-3

17

Gambar 5: Pil ekstasi

2. Halusinogen

Halusinogen yaitu zat atau obat yang bekerja menimbulkan halusinasi

yang dapat mengubah perasaan dan pikiran dan menciptakan daya

pandang yang berbeda. Termasuk jenis ini adalah: Lysergic acid

dietilamide (LSD) dan Penncyclidine phosphate (PCP). Penyalahgunaan

halusinogen akan menyebabkan pupil mata mengecil, detak jantung yang

bertambah, suhu badan naik dan kelemahan otot-otot. (Steven, 2008;

World Drug Report, 2012)

3. Sedatif/ hipnotika

Sedatif atau hipnotika adalah zat atau obat yang bekerja mengurangi

aktivitas susunan saraf pusat dan fungsi tubuh, misalnya: sedatin dan

valium. Obat ini sangat bermanfaat untuk mengobati pasien yang

mengalami gangguan tidur, stress dan insomnia. (World Drug Report

2012)

C.2.3 Zat Adiktif Lainnya

1. Inhalansia dan Solven

Inhalansia adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya

aerosol, aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, thiner dan

uap bensin. Biasanya digunakan secara coba-coba oleh anak dibawah umur,

golongan kurang mampu atau anak jalanan. Efek yang ditimbulkan dimulai

selama 15-45 menit setelah inhalasi. Penyalahguna tetap memiliki ruam di

sekitar hidung dan bau gas solven yang dihirup saat bernapas. (Maramis,

2009; Brannon, 2012)

Page 18: BAB 1-3

18

Tabel 1: Manifetasi dari intoksikasi dan penyalahgunaan solven (Zevin,

2008)

Ringan Euphoria, disinhibisi, pusing, gangguan koordinasi,

bersin dan batuk

Sedang Letargi, stupor, halusinasi, mual, muntah, diare,

ataksia, tremor, mialgia, parastesia dan koma

Berat Koma dan kejang

Kronik Sindroma cerebellar: ataksia, nistagmus dan ataksia

2. Alkohol

Alkohol merupakan salah satu zat psikoaktif yang juga sering digunakan.

Alkohol diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah anggur dan

umbi-umbian. Hasil proses fermentasi alkohol akan memperoleh alkohol

dengan kadar tidak lebih dari 15%. Namun, dengan proses penyulingan di

pabrik dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai

100%. Alkohol sering disebut dengan booze atau drink. Konsentrasi

maksimum alkohol dicapai 30-90 menit setelah tegukan terakhir. Sekali

diabsorbsi, etanol didistribusikan keseluruh jaringan tubuh dan cairan tubuh.

Seiring dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah maka orang akan

menjadi euforia, namun sering dengan penurunannya pula orang menjadi

depresi. (Holder, 2007; Bachman, 2011)

D. Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba

D.1. Remaja

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak dan

masa dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri

dari masa remaja awal (10–14 tahun), masa remaja pertengahan (14–17 tahun)

dan masa remaja akhir (17–9 tahun). Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan

baik biologis psikologis maupun sosial, namun umumnya proses pematangan fisik

terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikososial). (Pedoman

Kesehatan Jiwa Remaja)

Page 19: BAB 1-3

19

Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk

perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Pada masa remaja, justru

keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-

senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi

hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong menggunakan narkoba.

(Sayuti, 2007; Widiyanti, 2007)

D.2. Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis

narkoba secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan

gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial. Penyebab

penyalahgunaan narkoba pada remaja sangat kompleks, hal ini terjadi karena

adanya interaksi antara faktor individu, sosial dan lingkungan. (Yurliani, 2007;

Dedi, 2009; National Institute on Drug Abuse, 2009)

1. Faktor Individu

Kebanyakan penyalahgunaan narkoba dimulai atau terdapat pada masa

remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik,

psikologis maupun sosial yang pesat merupakan individu yang rentan

untuk menyalahgunakan narkoba. Anak atau remaja dengan ciri-ciri

tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna

narkoba. Ciri-ciri tersebut antara lain:

a. Cenderung memberontak dan menolak otoritas

b. Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti

depresi, cemas, psikotik dan kepribadian dissosial

c. Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku

d. Rasa kurang percaya diri (low self-confidence), rendah diri dan

memiliki citra diri negatif (low self-esteem)

e. Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif

f. Mudah murung, pemalu dan pendiam

g. Mudah merasa bosan dan jenuh

h. Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran

Page 20: BAB 1-3

20

i. Keinginan untuk bersenang-senang

j. Keinginan untuk diterima dalam pergaulan

k. Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit

mengambil keputusan untuk menolak tawaran narkoba dengan tegas.

2. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan

baik di sekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat. Faktor

keluarga, terutama faktor orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang

anak atau remaja menjadi penyalahguna narkoba antara lain adalah:

2.1. Lingkungan keluarga

a. Komunikasi orang tua-anak kurang baik/ efektif

b. Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/ disfungsi dalam keluarga

c. Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin lagi

d. Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh

e. Orang tua otoriter atau serba melarang

f. Orang tua yang serba membolehkan (permisif)

g. Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan

h. Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah narkoba

i. Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang

konsisten)

j. Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam

keluarga

k. Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna narkoba

2.2. Lingkungan sekolah

a. Sekolah yang kurang disiplin

b. Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual narkoba

c. Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk

mengembangkan diri secara kreatif dan positif

d. Adanya murid pengguna narkoba

2.3. Lingkungan Teman Sebaya

a. Berteman dengan penyalahguna

Page 21: BAB 1-3

21

b. Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar

2.4. Lingkungan Sosial

a. Lemahnya penegakan hukum

b. Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung

3. Faktor Narkoba

a. Mudahnya narkoba didapat dimana-mana dengan harga “terjangkau”

b. Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk

dicoba

c. Efek farmakologik narkoba yang menghilangkan nyeri dan membuat

euphoria

D.3. Dampak Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja

Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang

telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang

akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadi kerusakan

pada sistem saraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru,

hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat

tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi

atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat

terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang. (Kaplan, 2010)

D.1. Dampak Fisik

a. Gangguan pada sistem saraf seperti: kejang-kejang, halusinasi,

gangguan kesadaran dan kerusakan saraf tepi

b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah seperti: infeksi akut otot

jantung dan gangguan peredaran darah

c. Gangguan pada kulit seperti: abses dan alergi

d. Gangguan pada paru seperti: depresi pernapasan

e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat,

pengecilan hati dan sulit tidur

Page 22: BAB 1-3

22

f. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan pada

endokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen,

progesteron, testosteron) serta gangguan fungsi seksual

g. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara

lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi dan

amenore

h. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian

jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit

seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya

i. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis

yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk

menerimanya.

D.2. Dampak Psikis

a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah

b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

c. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal

d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, hingga bunuh diri.

D.3. Dampak Sosial

a. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga

c. Pendidikan menjadi terganggu dan masa depan suram.

Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat dalam penyalahgunaan

narkoba. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa

(sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan

dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk membohongi orang tua,

mencuri, pemarah, manipulatif dan lain-lain.

Page 23: BAB 1-3

Narkoba Definisi

Bahaya penyalahgunaan narkobaZat adiktif

Remaja

Sejarah narkoba

Penggolongan narkoba

Narkotika

Pengetahuan

Sikap

Psikotropika

23

E. KERANGKA TEORI

F. KERANGKA KONSEP

Keterangan:

: diteliti

: tidak diteliti

G. HIPOTESIS

Ha : terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa SMP Negeri 4

Pontianak terhadap penyalahgunaan narkoba.

Ho: tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa SMP Negeri

4 Pontianak terhadap penyalahgunaan narkoba.

Variabel Bebas :

Pengetahuan dan sikap mengenai narkoba

Variabel Terikat :

Penyalahgunaan narkoba

Variabel Perancu :

Pengalaman, Lingkungan, Intelegensi

Page 24: BAB 1-3

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat dari

kuesioner. (Sastroasmoro, 2008)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga Agustus 2013,

dengan alokasi rancangan waktu penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1. Alokasi Waktu Penelitian

Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus

Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan

proposal

+ + + +

Uji validitas dan

reliabilitas kuesioner

+ + +

Seminar proposal

penelitian

+

Pengumpulan data + + + +

Pengolahan data

Pengerjaan laporan + + + +

Pelaporan penelitian + + + +

C. Populasi dan Sampel

C.1. Populasi Penelitian

C.1.a. Populasi Target

Page 25: BAB 1-3

25

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP di

Kecamatan Pontianak Timur tahun 2013.

C.1.b. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri

4 Kecamatan Pontianak Timur tahun 2013.

C.2. Sampel Penelitian

C.2.a. Cara Pemilihan Sampel

Pada penelitian survei, jika besar populasi (N) diketahui, maka sampel

penelitian dicari dengan menggunakan rumus Isaac dan Michael, sebagai

berikut:

n =

Keterangan:

N = jumlah populasi (siswa SMPNegeri 4 Pontianak sebanyak 800

orang)

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

Z1-α2 = 1,96; merupakan nilai Z untuk Indeks Kepercayaan 95%

P = proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari, bila belum

diketahui maka P = 0,50

d = kesalahan absolut yang dapat ditolerir, d = 10% = 0,1

Perhitungan jumlah sampelnya sebagai berikut:

n =

n = 85,80 ≈ 86 sampel

Jadi, jumlah sampel yang representatif dalam penelitian ini adalah 86 siswa.

c.2.b Cara Pengambilan Sampel

Z21-α2P (1-P) N

d2(N-1) + Z21-α2P (1-P)

(1,96)2 (0,5)(1-0,5) (800)

(0,1)2(800-1) + (1,96)2 (0,5)(1-0,5)

Page 26: BAB 1-3

26

Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling (berdasarkan

peluang) denganteknik stratified random sampling yaitu pemilihan sampel secara

acak untuk setiap strata (kelas), kemudian hasilnya dapat digabungkan menjadi

satu sampel yang terbebas dari variasi untuk setiap strata.

Jadi, sampel yang digunakan sebagai berikut:

Kelas VII :

n = 86 /800 x 297=31,92≈ 32 sampel

Kelas VIII :

n = 86 /800 x 318=34,18≈ 34 sampel

Kelas IX :

n = 86 /800 x 185=19,88 ≈ 20 sampel

Jadi, sampel yang digunakan untuk kelas VII sebanyak 32 orang, kelas VIII 34

orang, dan kelas IX sebanyak 20 orang.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

D.1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMP Negeri 4

Pontianak.

D.2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah siswa yang tidak bersedia

mengisi kuesioner dan siswa yang mengisi kuesioner tidak lengkap.

E. Variabel Penelitian

E.1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap siswa

mengenai narkoba.

E.2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah mengenai penyalahgunaan

narkoba.

F. Definisi Operasional

Page 27: BAB 1-3

27

No. Variabel Definisi Alat ukur Skala ukur Hasil ukur

1. Pengetahuan Segala sesuatu

yang diketahui

oleh responden

mengenai narkoba

Kuesioner Ordinal 1. Baik (jika skor jawaban

responden > 75% dari

nilai tertinggi)

2. Sedang (jika skor jawaban

responden 45 – 75% dari

nilai tertinggi)

3. Kurang (jika skor

jawaban responden <

45% dari nilai tertinggi)

2. Sikap Pendapat,

tanggapan atau

reaksi responden

terhadap

penyalahgunaan

narkoba

Kuesioner Ordinal 1. Baik (jika skor jawaban

responden > 75% dari

nilai tertinggi)

2. Sedang (jika skor jawaban

responden 45 – 75% dari

nilai tertinggi)

3. Kurang (jika skor

jawaban responden < 45%

dari nilai tertinggi)

Page 28: BAB 1-3

28

33Penyalahguna

an narkoba

Pemakaian

narkoba yang

bukan untuk

tujuan

pengobatan,

dalam jumlah

berlebih, secara

kurang lebih

teratur dan

berlangsung lama,

sehingga

menyebabkan

gangguan

kesehatan fisik

serta gangguan

perilaku dan

sosial

G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

G.1. Jenis Data

G.1.a Data Primer

Data primer merupakan materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan

sendiri oleh peneliti pada saat penelitian berlangsung. Data primer yang

diperoleh berupa hasil dari kuesioner. Kuesioner dibagikan secara langsung

kepada responden berupa pertanyaan tentang karakteristik responden,

pengetahuan mengenai narkoba dan sikap terhadap penyalahgunaan narkoba

pada siswa SMP Negeri 4 Pontianak, kemudian responden diminta

menjawab pertanyaan tersebut dengan memberi tanda silang atau checklist

pada alternatif jawaban yang telah disediakan.

G.1.b Data Sekunder

3.

Page 29: BAB 1-3

29

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari pihak atau

media lain. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari institusi

pendidikan.Data yang diperoleh dari institusi pendidikan berupa data jumlah

dan namasiswa SMP Negeri 4 Pontianak.

G.2. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan cara/alat untuk mengumpulkan data dalam suatu

penelitian dengan menggunakan kuesioner yang telah dibuat yang berisi

beberapa pertanyaan mengenai karakteristik responden, pengetahuan mengenai

narkoba dan sikap terhadap penyalahgunaan narkoba.Sebelum

kuesionerdibagikan kepada sampel yang telah diketahui jumlahnya, kuesioner

tersebut telah dilakukan uji berupa uji validitas dan uji reliabilitas dengan

tujuan agar kuesioner tersebut dapat menjadi alat ukur yang tepat mengenai

masalah yang sedang diteliti, serta dapat dipercaya sebagai alat pengumpul

data.

G.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

H. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data

H.1. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari siswa dikumpulkan dengan lengkap dan dilakukan

pengolahan data. Pengolahan data hasil penelitian ini dilaksanakan dengan

tahap-tahap sebagai berikut:

1. Editing yaitu pengecekan jumlah kuesioner, kelengkapan data, diantaranya

kelengkapan identitas, lembar kuesioner dan kelengkapan isian kuesioner

sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi segera oleh

peneliti.

2. Coding yaitu melakukan pemberian kode berupa angka untuk memudahkan

pengolahan data atau mengubah kata–kata menjadi angka.

3. Entry yaitu memasukkan data yang diperoleh menggunakan fasilitas

komputer dengan menggunakan sistem atau program SPSS for windows

versi 20.0.

Page 30: BAB 1-3

30

4. Scoring yaitu melakukan pemberian skor berdasarkan jawaban responden.

a. Variabel pengetahuan narkoba

Pengukuran pengetahuan diukur melalui 15 pertanyaan. Untuk soal

nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 11, 13, dan 15 skor jawaban benar adalah 1,

dan skor jawaban salah adalah 0.

Untuk soal nomor 6, 8, 10, 12, 14 skor jawaban benar adalah 0 dan

skor jawaban salah adalah 1

Total nilai tertinggi dari seluruh soal adalah 15. Kemudian dihitung

persentasi nilai jawaban pengetahuan responden terhadap nilai total jawaban

benar dengan rumus sebagai berikut:

P = X/N x 100%

Dimana:

P = persentase jawaban responden

X= nilai jawaban responden

N= nilai total jawaban benar, yakni 15.

Aspek penilaian pengetahuan dikategorikanberdasarkan total skor yang

didapat dandapat diklasifikasikan sebagai berikut (Wawan dan Dewi, 2010):

a. Tingkat pengetahuan baik, bila total skor jawaban 76-100% atau dalam

interval 12-15.

b. Tingkat pengetahuan sedang, bila total skor jawaban 56-75% atau

dalam interval 9-11

c. Tingkat pengetahuan buruk, bila skor< 56% atau dalam interval 5-8.

b. Variabel sikap terhadap penyalahgunaan narkoba

Sikap responden diukur melalui 10 pertanyaan. Jika jawaban YA/setuju

diberi skor 1, jika jawaban TIDAK/tidak setuju diberi skor 0. Sehingga

skor total yang tertinggi adalah 10. Aspek pengukuran dengan kategori

dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu:

Page 31: BAB 1-3

31

1) Sikap baik, apabila skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi

yaitu >8.

2) Sikap sedang, apabila skor jawaban responden 40 – 75% dari nilai

tertinggi yaitu 4-7.

3) Sikap kurang, apabila skor jawaban responden < 40% dari nilai

tertinggi yaitu <4.

5. Tabulasi adalah mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian

kemudian dimasukkan dalam tabel yang sudah disiapkan. Setiap pertanyaan

yang sudah diberi nilai, hasilnya dijumlahkan dan diberi kategori sesuai

dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner.

H.2. Teknik Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajikan dalam beberapa bentuk, yaitu:

1. Bentuk tabel atau diagram

Penyajian data dalam bentuk tabel atau diagram dipilih untuk memudahkan

pembacaan data sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

2. Bentuk teks atau narasi

Penyajian data dalam bentuk teks dilakukan untuk mendeskripsikan atau

memberikan penjelasan dari data yang telah disajikan dalam bentuk tabel

atau diagram.

I. Etika Penelitian

Etika yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilaksanakan apabila subjek telah menyatakan kesediaannya

untuk menjadi responden penelitian melalui pengisian lembar persetujuan

responden.

2. Seluruh data subjek yang diperoleh dari penelitian akan dijamin

kerahasiaannya dan tidak akan disebarluaskan.

3. Apakah kamu sudah minta ijin ke kepala sekolah? Karena hal ini seolah2

kita menambah ilmu narkoba pada anak2 tersebut.. salah2 bukan malah

Page 32: BAB 1-3

32

bagus jadinya mereka jadi penasaran terhadap narkoba.. hati2 pada

penelitian seperti ini.. tolong dipertimbangkan ulang lagi dengan pak Angga

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN MENGENAI NARKOBADAN SIKAP

TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA SISWA SMP

NEGERI 4KECAMATAN PONTIANAK TIMUR

TAHUN 2013

Pernyataan dibawah ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan

mengenai narkoba dan sikap terhadap penyalahgunaan narkoba.

Tanggal :

I. DATA UMUM RESPONDEN

1. Nama : No.Responden:

2. Umur :

3. Kelas :

Page 33: BAB 1-3

33

II. DATA KHUSUS RESPONDEN

Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada item jawaban yang anda pilih!

A. Pengetahuan mengenai penyalahgunaan narkoba

1. Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obat berbahaya

a. Benar b. Salah

2. Narkoba dilarang dipakai secara bebas karena dapat menimbulkan

ketergantungan

a. Benar b. Salah

3. Putaw, ganja, dan lem adalah bentuk-bentuk dari narkoba

a. Benar b. Salah

4. Dihisap, disuntik, dan diminum adalah cara-cara menggunakan narkoba

a. Benar b. Salah

5. Bubuk putih adalah bentuk dari putaw

a. Benar b. Salah

6. Putaw digunakan dengan cara dihisap

a. Benar b. Salah

7. Ganja berbentuk seperti daun tembakau

a. Benar b. Salah

8. Cara menggunakan ganja adalah disuntik ke dalam tubuh

Page 34: BAB 1-3

34

a. Benar b. Salah

9. Tidak merasa capek adalah bahaya menggunakan ganja

a. Benar b. Salah

10. Sabu-sabu adalah salah satu bentuk dari narkoba yang berbentuk bubuk

putih

a. Benar b. Salah

11. Merasa senang dan gembira adalah keuntungan menggunakan sabu-sabu

a. Benar b. Salah

12. Ngelem bukan bentuk dari narkoba

a. Benar b. Salah

13. Alkohol merupakan bentuk dari narkoba

a. Benar b. Salah

14. Salah satu keuntungan menggunakan alkohol adalah sebagai penghilang

rasa sakit

a. Benar b. Salah

15. Salah satu akibat dari menggunakan narkoba adalah gangguan pada tubuh

a. Benar b. Salah

B.Sikap mengenai penyalahgunaan narkoba

1. Kecanduan adalah bentuk penyalahgunaan narkoba yang berat sehingga

dapat menyebabkan sakaw

a. Setuju

b. Tidak setuju

2. Akibat dari penyalahgunaan narkoba tidak dapat menyebabkan gangguan

kesehatan

a. Setuju

b. Tidak setuju

3. Usia remaja adalah kelompok yang rentan dalam penyalahgunaan narkoba

a. Setuju

b. Tidak setuju

Page 35: BAB 1-3

35

4. Berhati-hati dalam berteman adalah salah satu cara untuk menghidari

narkoba

a. Setuju

b. Tidak setuju

5. Bahaya menggunakan putaw adalah menimbulkan rasa tidak percaya diri

a. Setuju

b. Tidak setuju

6. Pergaulan bebas adalah satu penyebab penyalahgunaan narkoba

a. Setuju

b. Tidak setuju

7. Ingin coba-coba bukanlah alasan remaja menggunakan narkoba

a. Setuju

b. Tidak setuju

8. Berada dilingkungan rawan narkoba adalah satu penyebab banyaknya

penyalahgunaan narkoba

a. Setuju

b. Tidak setuju

9. Ngelem adalah salah satu bentuk penyalahgunaan narkoba yang tidak

dapat menyebabkan ketagihan

a. Setuju

b. Tidak setuju

10. Sering bolos sekolah, prestasi belajar menurun, dan suka mencuri adalah

akibat dari penyalahgunaan narkoba pada pelajar

a. Setuju

b. Tidak setuju

Page 36: BAB 1-3

36

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR). Washington D.C.: American Psychiatric Association; 2000.

Bachman, et al., 2011, Racial/Ethnic Differences in the Relationship Between Parenteral Education and Substance Use Among U.S. 8th, 10th and 12th Grade Students: Findings From the Monitoring the Future Project, Journal Study Alcohol Drugs (p 279-285), University of Michigan. (15 Mei 2013)

BNN, 2008, Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia: Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial, Tahun 2008, www.bnn.go.id. Jakarta.

BNN, 2011, Data Tindak Pidana Narkoba Tahun 2007-2011, http://bnn.go.id., Jakarta. (15 Mei 2013)

BNN, 2011, Standar Minimal dan Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyalahgunaan Narkoba, www.bnn.go.id., Jakarta. (15 Mei 2013)

BNN, 2011, Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar/Mahasiswa di 16 Provinsi di Indonesia Tahun 2011, www.bnn.go.id, Jakarta.

Brunton, et al., 2010, Opioid, Analgesia and Pain Management: Introduction in Goodman & Gliman Pharmacological Basis of Theurapeutics 12th Ed, California: Mc. Graw Hill.

Dahlan, s, 2005, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran & Kesehatan, Jakarta: Salemba Medika.

Page 37: BAB 1-3

37

Dedi, et al., 2009, Tingkat Penyalahgunaan dan Faktor Resiko Narkoba di Kalangan Siswa SMU, Majalah Kedokteran Indonesia, (volume: 59, Nomor: 6, Juni 2009). (15 Mei 2013)

Degenhart, et al., 2008, Toward a Global View of Alcohol, Tobacco, Cannabis and Coccaine Use: Finding From the WHO World Mental Health Surveys, http://www.plosmedicine.org., University of Western Sydney. (15 Mei 2013)

George, 2007, Speed, Ectasy and Ritalin: the Science of Amphetamines, http://bjp.rcpsch, Oxford University Press. (15 Mei 2013)

Guillem, et al., 2008, Sociodemographic Profiles, Addictive and Mental Comorbidity in Cannabis Users in an Outpatient Specific Settings, www.ncbi.org., USA. (15 Mei 2013)

Freye, Enno, 2008, Pharmacology and Abuse of Coccaine, Amphetamines, Ecstasy and Related Designer Drugs, www.springer.com, USA.

Hasin, et al., 2008, Cannabis Withdrawal in US: a General Population Study, Journal of Clinical Psychiatry. http://www.pmcjournal.org. (15 Mei 2013)

Heal, et al., 2013, Amphetamines, Post and Present: a Pharmacological and Clinical Perspective, http://www.sagepublications.com, UK. (15 Mei 2013)

Hidayati, Indarwati, 2012, Gambaran Pengetahuan dan Upaya Pencegahan Terhadap Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja di SMK Negeri 2 Sragen Kabupaten Sragen, STIK Aisyiyah, Yogyakarta (skripsi)

Holder, et al., 2007, the Leadership to Keep Children Alcohol Free, http://www.alcoholfreechildren.org., NIH Publication (no.01-4780). (15 Mei 2013)

Kaplan, et al., 2010, Sinopsis Psikatri, Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.

Katzung, B, et al., 2009, Opoiod, Analgesics and Antagonists: Introduction in Basic Clinical Pharmacology 11th Ed, California: Mc. Graw Hill.

Khaliesh, et al., 2012, Karakteristik Pemukiman Tepian Sungai Kampung Beting di Pontianak, Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2012, Bandung. (15 Mei 2013)

Maramis, 2009, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2, Surabaya: Airlangga University Press.

Michael Craig Miller, MD, et. al. Medical marijuana and the mind. Harvard Mental Health Letter. April 2010;26:1-4.

Page 38: BAB 1-3

38

Morgan and Curran, 2008, Effects of Cannabidiol on Schizophrenia Like Symptoms in People Who Use Cannabis, The Royal College of Psychiatrics, UK. (15 Mei 2013)

Notoatmodjo, S., 2010, Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta; 2005.

Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.

Peter J. Cohen. Medical Marijuana: The Conflict Between Scientific Evidence and Political Ideology. Journal Of Pain & Palliative Care Pharmacotherapy. June 2009;23:120-140.

Sastroasmoro S. Pemilihan subjek penelitian, di dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, (ed), Dasar – dasar metodologi penelitian klinis edisi ke-2 . Jakarta: Sagung Seto; 2002.

Smith, 2009, on Speed: the Many Lives of Amphetamines, http://bjp.rcpsch, Oxford University Press. (15 Mei 2013)

Steven, 2008, Addiction and Medical Complications of Drug Abuse, http://www.crcpress.com, Taylor and Francis Group, USA.

Sugiono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta CV.

UNODC, 2012, World Drug Reports, www.undoc.org., WHO. (15 Mei 2013)

Widianti, E., 2007, Remaja dan Permasalahannya: Bahaya Merokok, Penyimpangan Seks pada Remaja dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman Keras/Narkoba, UNPAD, Bandung. (15 Mei 2013)

Yurliani. R, 2007, Gambaran Social Support Pecandu Narkoba, http://usu.ac.id., Medan. (15 Mei 2013)

Page 39: BAB 1-3

39