bab 1- 3
TRANSCRIPT
BAB I
PENGANTAR SISTEM DIGITAL
1. 1. Sistem Digital dan Sistem Analog
Setelah ditemukanya semikonduktor, perkembangan teknologi semakin
cepat khususnya dibidang elektronika. Saat ini peralatan yang dahulu masih
analog sudah dirubah menjadi digital.
Terdapat perbedaan anatara system analog dan digital. Suatu perangkat
dikatakan sebagai sistem digital jika perangkat tersebut mengolah informasi
logic atau besaran fisik kemudian ditampilkan dalam bentuk digital. Besaran
fisik tersebut dirubah dalam bentuk sinyal diskrit.
Sedangkan Sistem analog merupakan perangkat yang mengolah besaran
fisik kemudian ditampilkan dalam bentuk analog dan besaran fisik tersebut
berubah secara kontinyu.
1. 2. Representasi Numerik
Suatu perangkat atau alat ukur menampilkan suatu besaran fisik dalam
dua buah bentuk yaitu dalam bentuk analaog dan dalam bentuk digital.
Pada Penampilan Analog (Analog Representation ) suatu nilai ditampilkan
oleh tegangan, arus atau pergerakan jarum meter yang sebanding dengan nilai
besaran fisik yang diukur/masuk (input). Nilai dalam bentuk analog berubah
secara kontinyu. Sebagai contoh speedometer analog defleksi jarum sebanding
dengan kecepatan kendaraan. Sudut defleksi dari jarum menunjukan nilai
kecepatan kendaraan.
Sedangkan pada Penampilan Digital (Digital Representation) suatu nilai
ditampilakan dalam bentuk digit. Nilai dalam bentuk digital berubah secara
diskrit (step by step). Kelebihan penampilan Digital dibandingkan dengan
analog yaitu nilai yang ditampilkan secara digital tidak menimbulkan perbedaan
hasil pembacaan (tergantung pada interpertasi masing –masing).
1.1.3. Sinyal Analog dan Digital
Pada bindang Elektronika dikenal duabuah macam sinyal yaitu sinyal
analog dan digital. Sinyal analog menyatakan nilai besaran fisik atau listrik
yang berubah secara kontinyu dengan bentuk gelombang sinus. Sedangkan
sinyal digital berbentuk gelombang kotak (lihat gambar 1. 1).
Besaran fisik di dunia ini umunya dalam bentuk analog. Jika kita ingin
merepresentasikan dalam bentuk digital maka kita harus merubah sinyal analog
tersebut menjadi sinyal digital dengan cara sampling sinyal analog.
Hasil sampling kemudian diberi nilai (Kuantisasi) sehingga dihasilkan nilai biner
untuk setiap sampling. Data digital yang telah diperoleh kemudian diolah sesuai
dengan yang dikehendaki. Pada system peralatan komunnikasi digital, sinyal analog
a b
Gambar 1. 1 Sinyal Analog dan Digital: (a) Sinyal Analog; (b) Sinyal Digial
v
t
v
t
t
V V
t
Gambar 1. 2 Sampling Sinyal analog; (a) sinyal input ; (b) hasil sampling
a b
(audio) diubah terlebih dahulu menjadi sinyal digital, kemudian setelah diproses dan
ditransmisikan, sinyal digital harus diubah kembali dalam bentuk sinyal analog.
Proses pengolahan sinyal analog menjadi sinyal digital dan sinyal digital menjadi
analog tentu membutuhkan peralatan tambahan dan waktu pemrosesan sinyal. Hal ini
mungkin terlihat sedikit merepotkan, tetapi mengapa peralatan canggih saat ini
menggunakan pengolahan dan transmisi sinyal dalam bentuk digital? Karena sinyal
digital mempunyai beberapa kelebihan:
1. Sistem digital secara umum lebih mudah untuk dirancang, karena rangkaian yang
diggunakan hanya rangkaian switch yang hanya mengenal dua kondisi
ON/OFF(high / low).
2. Data atau informasi dalam bentuk digital lebih mudah disimpan
3. Akurasi dan kepresisian lebih mudah dipertahankan karena data atau sinyal digital
saat diproses tidak akan berkurang atau rusak, sedangkan pada sinyal analog,
tegangan atau arus sinyal akan berubah atau berkurang karena dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan, toleransi komponen dan lain sebagainya.
4. System digital dapat diprogam. Pada apakasi yang komplek, pemrosesan berbasis
computer dengan menggunakan hardware dan software bisa dilakukan dengan
mudah.
5. Sinyal digital lebih tahan terhadap noise. Saat sinyal digital terkena noise, sinyal
masih bisa dibaca dan bentuk sinyal bisa diperbaiki selama noise tidak besar dan
bisa merubah keadaan High ke Low atau sebaliknya.
6. Rangkaian digital dapat dibuat dalam sebuah chip yang sangat kecil.
BAB II
SISTEM BILANGAN DAN KODE
PENDAHULUAN
Banyak system bilangan yang digunakan pada teknologi digital diantaranya
adalah system bilangan decimal, biner, octal, dan hexadecimal. Sistem bilangan decimal
merupakan system bilangan yang universal dan sering kita gunakan sehari – hari. Namun
pada teknologi digital system bilangan decimal akan dirubah menjadi system bilangan
binner kemudian diproses dan hasilnya ditampilkan dalam bentuk bilangan decimal.
Sebagai contoh, ketika kita menekan bilangan decimal pada sebuah kalkulator, maka
piranti ini akan mengkonversi bilangan tersebut menjadi bilangan biner. Piranti ini juga
memiliki rangkaian yang mengkonversi bilangan biner hasil perhitungan ke dalam bentuk
decimal saat ditampilkan pada layer / LCD.
Disamping biner dan decimal, system bilangan octal dan hexadecimal juga sering
digunakan. Kedua system bilangan ini digunakan untuk merepresentasikan bilangan biner
yang cukup besar sehingga lebih efisien dan lebih mudah dibaca dan dingiat.
Dalam system digital
empat system bilangan ini sering digunakan sehingga dibutuhkan pemahaman yang
mendalam terhadap keempat system bilangan tersebut dan juga konversi dari satu system
bilangan ke system bilangan yang lain.
2.1. Sistem Bilangan Desimal dan Biner
2. 1. 1. Sistem Bilangan Desimal
Sistem bilangan decimal memiliki sepuluh symbol, yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8 dan 9.
Dengan menggunakan symbol – symbol ini sebagai digit dari suatu bilangan kita dapat
menyatakan nilai suatu besaran. Sistem bilangan decimal juga sering disebut system basis
10 (radik 10). Bilangan decimal merupakan positional-value system, yaitu system yang
nilaia setiap digitnya tergantung posisinya. Nilai setiap digit disebut juga bobot. Contoh,
bilangan decimal 123 memiliki 3 digit, yaitu digit 1 yang memiliki bobot ratusan, digit 2
memiliki bobot puluhan dan digit 3 memiliki bobot satuan. Digit yang memiliki bobot
yang paling besar disebut Most Significant Digit (MSD) dan dalam contoh ini adalah
digit 1. Sedangkan digit yang memiliki bobot yang paling kecil disebut Least Significant
Digit (LSD). Representasi dari bilangan decimal dinyatakan sebagai berikut:
Dn..D2D1D0 , D-1D-2..Dm
= Dn x 10n+ D2 x 10
2+D1 x 10
1+D0 x 10
0+D-1 x 10
-1+D-2 x 10
-2+Dm x 10
m
Contoh:
123 = 1x 102+2 x 10
1+3 x 10
0
= 100 + 20 + 3 = 123
Positional value 102 10
1 10
0
(Bobot)
1 2 3
MSD LSD
2. 1. 2. Sistem Bilangan Biner
Sistem bilangan decimal tidak dapat diimplementasikan dalam system digital.
Sangatlah sulit untuk membuat piranti elektronik digital yang bekerja dengan 10 level
tegangan yang berbeda. Sebaliknya sangat mudah untuk merancang rangkaian
elektronika sederhana yang bekerja hanya dengan dua level tegangan. Inilah sebabnay
mengapa system digital menggunakan bilangan biner.
Sistem bilangan biner hanya ada dua symbol yang digunakan yaitu 0 dan 1.
namun demikian bilangan biner dapat digunakan untuk merepresentasikan besaran
yang dinyatakan dalam decimal atau system bilangan lain.
Sistem bilangan biner termasuk positional value system, setiap digit memiliki
bobot yang dapat dinyatakan sebagai pangkat dari 2. representasi bilangan biner
adalah sebagai berikut:
Bn..B2B1B0 , B-1B-2..Bm
= Bn x 2n+ B2 x 2
2+B1 x 2
1+B0 x 2
0+B-1 x 2
-1+B-2 x 2
-2+Bm x 2
m
Contoh:
1112 = 1 x 22+1 x 2
1+1 x 2
0
= 4 + 2+ 1 = 710
Positional value 22 2
1 2
0
(Bobot)
1 1 1
MSB LSB
2.2. Konversi Bilangan Desimal ke Biner
Konversi dari bilangan decimal ke biner dilakkan dengan tujuan agar dapat
dibaca oleh perangkat digital (Hard ware). Ketika seorang operator memasukan
bilangan decimal ke suatu piranti, misalnya computer. Bilangan tersebut harus
dikonversikan menjadi bilangan biner, setelah itu bilangan tersebut akan diproses
(dihitung ).
Berikut langkah – langkah untuk mengubah bilangan decimal menjadi bilangan
biner:
• Bagi bilangan decimal dengan 2, kemudian tuliskan sisa pembagian dan
lanjutkan pembagian bilangan hingga tidak bisa dibagi lagi.
• Tulis hasil pembagian tersebut mulai dari sisa pembagian pertama sampai
dengan sisa pembagian terahir.
• Sisa pembagian pertama merupakan LSB (Least Significant Bit)
• Hasil pembagian terakhir merupakan MSB (Most Significant Bit)
Contoh:
Ubahlah 910 menjadi bilangan biner
9/2 = 4 sisa 1 (LSB)
4/2 = 2 sisa 0
2/2 = 1(MSB) sisa 0
Jadi 910 = 10012
2.3. Sistem Bilangan Oktal
Sistem bilangan octal memiliki 8 simbol yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7. Representasi
bilangan octal adalah sebagai berikut:
On..O2 O1O0O-1O-2..Om
= On x 8n+O2 x 8
2+ O1 x 8
1+ O0 x 8
0+O-1 x 8
-1+O-2 x 8
-2+Om x 8
m
Contoh:
567 = 5 x 82+ 6 x 8
1+ 7 x 8
0
= 320 + 48 + 7
= 37510
2.4. Konversi Bilangan Oktal
• Desimal ke octal
Langkah langkah konversi bilangan decimal ke octal adalah sebagai berikut:
- Bagi bilangan decimal dengan 8, tulis sisa pembagian, lanjutkan
pembagian sampai tidak bisa dibagi lagi.
- Tulis hasil pembagian tersebut mulai dari sisa pembagian pertama
sampai dengan sisa pembagian terahir.
Contoh:
266 / 8 = 33 sisa = 2
33/8 = 4 sisa = 1
Jadi 26610 = 4128
• Biner ke octal
Konversi bilangan biner ke octal bisa dilakukan dengan mengelompokan
bilangan biner mulai dari LSB. Setiap kelompok terdiri dari 3 bit, kemudian
konversikan setiap kelompok ke bilangan octal.
Contoh:
100111010 = 100 111 010
4 7 28
Jadi 1001110102 = 4728
• Octal ke biner
Konversi bilangan Oktal ke biner bisa dilakukan denga cara mengkonversi setiap
digit bilangan okta menjadi 3 bit bilangan biner
Contoh:
4728 = 4 7 2
100 111 010
Jadi 4728 = 1001110102
2.5. Sistem Bilangan Hexadesimal
Sistem bilangan Hexadesimal memiliki peranan penting dalam system digital
karena berguna untuk menyatakan bilangan biner yang besar. System bilangan
hexadecimal disebut juga bilangan berbasis 16 karena memiliki 16 simbol yaitu
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F. Simbol A,B,C,D,E,F setara dengan
10,11,12,13,14,15. Represenasi bilangan hexadecimal adalah sebagai berikut:
Hn..H2 H1H0H-1H-2..Hm
= Hn x 16n+H2 x 16
2+ H1 x 16
1+ H0 x 16
0+H-1 x 16
-1+H-2 x 16
-2+Hm x 16
m
Contoh:
2AF16 = 2 x 162 + 10 x 16
1 + 15 x 16
0
= 512 + 160 + 15
= 68710
2.6. Konversi Bilangan Hexadesimal
• Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Hexadesimal
Konversi Bilangan decimal ke Hexadesimal dapat dilakukan dengan membagi
bilangan decimal dengan 16, sampai tidak bisa dibagi lagi
Contoh:
423/ 16 = 26 sisa 7
26/16 = 1 sisa 10
Jadi 42310 = 1A716
• Konversi Bilangan Biner ke Bilangan Hexadesimal
Konversi bilangan biner ke bilangan hexadecimal dapat dilakukan dengan
mengkonversi setiap 4 bit bilangan biner ke bilangan hexadecimal.
Contoh:
11101001102 = 0011 1010 0110
= 3 A 6
Jadi 11101001102 = 3A616
• Konversi Bilangan Hexadesimal ke Bilangan Biner
Konversi bilangan hexadecimal ke bilangan biner dapat dilakukan dengan
cara mengkonversi setiap digit bilangan Hexadesimal menjadi 4 bit bilangan
biner.
Contoh:
9F216 = 9 F 2
= 1001 1111 0001
Jadi 9F216 = 1001111100012
2.7. Binery Code Desimal (BCD)
Sistem BCD digunakan untuk menampilkan digit decimal sebagai kode biner 4
bit. Kode ini berguna untuk menampilkan angka numeric dari 0 sampai dengan 9.
Untuk mengkonversikan bilangan decimal ke BCD, kita merubah setiap digit
decimal ke 4 bit biner.
Contoh:
56910 = 0101 1001 0110
Jadi 56910 = 010110010110BCD
Sebaliknya bila kita ingin mengkonversikan BCD ke decimal, kita merubah setiap 4
bit BCD ke decimal.
Contoh:
011101011000BCD = 0111 0101 1000
= 7 5 8
Jadi 011101011000BCD = 75810
A X = AB
Gambar 3. 1 Gerbnag AND
B
BAB III.
GERBANG LOGIKA DASAR
PENDALUHUAN
Dalam aljabar biasa, kita mengenal operator tambah (+), Kurang (-), kali (x) dan
bagi (/). Operator – operator ini digunakan untuk mengkombinasikan variable –
variable masukan sehingga dihasilkan keluaran. Pada elektronika digital yang
menggunakan bilangan biner digunakan aljabar Boolean untuk mengolah masukan.
Terdapat tiga operator dasar (operator logika ) yaitu OR, AND, NOT. Operator logika
ini mempunyai satu, dua atau lebih masukan dan hanya memiliki satu keluaran saja.
Rangkaian logika dasar yang mewakili masing – masing operator disebut gerbang
logika. Sebuah rangkaian logika yang komplek dapat disusun dari gerbang – gerbang
logika dasar.
3.1. Gerbang AND
Gerbang AND dalam aljabar Boolean secara matematik dinyatakan sebagai:
x = BA • (3. 1)
Tanda • merepresentasikan operator AND, tetapi untuk menyederhanakan tanda •
boleh tidak ditulis. Gerbang AND adalah gerbnag yang memberikan keluaran 1 bila
semua masukan berlogika 1. Gambar 3.1 memperlihatkan symbol dan table 3. 1
adalah table kebenaran gerbang AND.
Tabel 3. 1
Input Output
A B x
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Gerbang AND juga dapat dibentuk dengan transistor ( Gambar 3. 2). Tanpa masukan
pada basis T1 dan T2 ( masukan A dan B), akan menyebabkan kedua transistor OFF
sedangkan T3 ON dan Vout = 0 volt (x = 0). Sebaliknya saat kedua masukan A dan B
ON maka T1 dan T2 ON sedangkan T3 OFF maka Vout = VCC ( x = 1).
Vout
+V
5V
Rc3
Rc1
Rb3
Rb2
Rb1
B
AT3
T2
T1
Gambar 3. 2 Gerbang AND yang dibentuk dari transistor.
Terdapat banyak seri IC gerbang AND yang tersedia di pasaran, salah satunya adalah IC
7408. seperti terlihata pada gambar 3. 3 IC 7408 mempunyai 14 pin, didalamnya terdapat
4 gerbang AND.
Gambar 3. 3 IC gerbang AND 7408
1 2 3 4 5 6 7
GND
14 13 12 11 10 9 8
Vcc
3.2. Gerbang OR
Gerbang OR dalam aljabar Boolean dapat dinyatakan secara matematik sebagai
berikut:
X = A + B (3. 2)
Tanda (+) dalam persamaan 3. 2 berbeda dengan yang digunakan dalam aljabar
biasa. Tabel 3. 2 dan gambar 3. 4 memperlihatkan table kebenaran dan gerbang OR.
Keluaran gerbang or akan bernilai 1 bila salah satu atau lebih msaukan bernilai 1.
Tabel 3. 2.
Gerbang OR juga bisa dibuat dari Transistor. Gambar 3. 5 memperlihatkan gerbang
OR yang dibuat dari transistor. Saat salah satu atau kedua saklar ( A dan B ) ON
maka Vout = Vcc ( High ).
Vout
+V
5V
Rc3
Rc1
Rb3
Rb2
Rb1
B
AT3
T2
T1
Gambar 3. 5 Gerbang OR yang dibuat dari Transistor
Input Output
A B x
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
A
B
X = A + B
Gambar 3. 4 Gerbang OR
Terdapat banyak seri IC gerbang OR yang tersedia di pasaran, salah satunya adalah IC
7432. Seperti terlihat pada gambar 3. 6 IC 7408 mempunyai 14 pin, didalamnya terdapat
4 gerbang OR.
Gambar 3. 5 IC gerbang OR seri 7432
3.3. Gerbang NOT
Gerbang NOT adalah gerbang yang hanya memiliki satu input. Keluaran gerbang
NOT merupakan negasi atau kebalikan dari masukanya. Operasi gerbang NOT dapat
ditulis sebagai :
X = A (3. 3)
Tanda bar diatas variable A menunjukan operasi NOT. Table 3. 3 dan gambar 3. 6
memperlihatkan table kebenaran dan symbol gerbang NOT.
Tabel 3.3
A X
0 1
1 0
Secara elektronik, gerbang NOT dapat dibentuk dari transistor yang difungsikan sebagai
saklar (lihat gambar 3. 7). Saat masukan A ON (High) maka transistor T1 ON sehingga
menyebabkan Vout = 0 volt (Low) dan sebaliknya.
1 2 3 4 5 6 7
GND
14 13 12 11 10 9 8
Vcc
A X
Gambar 3. 6 Simbol gerbang NOT
Vout
A
+V
5V
Rc
Rb
T1
Gambar 3. 7. Rangkaian Gerbang NOT menggunakan transistor
Salah satu IC gerbang NOT adalah IC seri 7404. IC ini berisi 6 gerbang NOT, seperti
yang terlihat pada gambar 3. 8.
Gambar 3. 8 IC gerbang NOT 7404
3.4. Gerbang NAND
Gerbaang NAND merupakan pengembangan dari gerbang AND. Keluaran
gerbang AND diumpankan pada masukan gerbang NOT maka akan terbentuk
gerbang NAND. Keluaran gerbang NAND akan bernilai rendah jika semua masukan
tinggi, sebaliknya jika salah satu atau semua masukan tinggi maka keluaran akan
bernilai tinggi. Tabel kebenaran dan symbol gerbang NAND diperlihatkan pada table
3. 4 dan Gambar 3. 9.
1 2 3 4 5 6 7
GND
14 13 12 11 10 9 8
Vcc
Tabel 3. 4
Input
A B
Ouput
X
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0
Terdapat banyak seri IC untuk gerbang NAND yang telah difabrikasi salah
satunya adala IC 7400. IC ini mempunyai 4 gerbang NAND dengan 2 masukan.
Gambar 3. 10 memperlihatkan IC gerbang NAND.
Gambar 3. 10 IC gerbang NAND 7400
3.5. Gerbang NOR
Gerbang NOR merupakan pengembangan dari gerbang OR. Keluaran gerbang OR
yang dimasukan ke gerbang NOT akan terbentuk gerbang NOR. Keluaran gerbang
NOR akan tinggi (High) jika semua masukan bernilai rendah (Low). Tabel 3. 5 dan
gambar 3. 11. menunjukan table kebenaran dan symbol gerbang NOR.
BAx •= BAx •= A
B
A
B
BAx •=
Gambar 3. 9 Simbol gerbang NAND
1 2 3 4 5 6 7
GND
14 13 12 11 10 9 8
Vcc
Tabel 3. 5
Input
A B
Ouput
X
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
Salah satu contoh IC gerbang NOR adalah IC 7402, yang memiliki 4 gerbang
NOR dengan 2 input pada masing – masing gerbang. Gambar 3. 12 menujukan IC
7402.
Gambar 3.12 IC gerbang NOR 7402
3.6. Fungsi Enable dan Disable
Gerbang – gerbang logika dasar dapat digunakan untuk mengendalikan atau
mengontrol suatu data masukan. Gambar 3. 14 menujukan gerbang – gerbang dasar
yang digunakan sebagai rangkaian gerbang (rangkaian enable/disable) . Data
masukan diberikan pada input A sedangkan input B sebagai pengendali / control.
Saat input B enable maka data pada input A akan diteruskan ke output. Sebaliknya
saat masukan B disable maka data pada input A tidak akan masuk ke output.
BAx += BAx += A
B
A
B
BAx +=
Gambar 3. 11 Simbol gerbang NAND
1 2 3 4 5 6 7
GND
14 13 12 11 10 9 8
Vcc
Gambar 3. 14 Fungsi enable dan disable
3.7. Menggunakan IC Gerbang Logika
IC gerbang logika terdiri dari dua jenis yaitu jenis TTL dan CMOS. IC TTL
menggunakan kode 74xx sedangkan IC CMOS menggunakan kode 40xx. Hal yang
harus kita perhatikan saat menngunakan IC TTL dan IC CMOS adalah level logika ,
untuk IC TTL logika tinggi (High/1) antara 2 volt sampai 5 volt dan logika rendah
(Low / 0) antara 0 volt sampai 0,8 volt. Sedangkan untuk CMOS logika tinggi antara
2/3 Vcc sampai Vcc dan logika rendah antara 0 volt sampai 1/3 Vcc . Gambar 3. 15
menunjukan level logika untuk masing masing jenis IC.
Masukan pada setiap gerbang tidak hanya dua tetapi untuk IC seri tertentu
memiliki gerbang dengan masukan lebih dari dua. Table 3.6 menunjukan IC TTL
dan CMOS yang umum digunakan.
A
B = 0
X = A
ENABLE
A
B = 0
A
B = 1
X = A
X A=
A
B = 1
Ax =
A
B = 1
A
B = 1
A
B = 0
A
B = 0
X = 1
X = 0
X = 0
X = 1
DISABLE
Gambar 3. 15 Level logika IC TTL dan IC CMOS
Tabel 3. 6
Gerbang Input/
Gerbang
Jumlah
Gerbang
TTL CMOS
NOT 1 6 7404 4069
AND 2
3
4
4
3
2
7408
7411
7421
4081
4073
4082
OR 2
3
4
4
3
2
7432
-
-
4071
4075
4072
NAND 2
3
4
8
12
13
4
3
2
1
1
1
7400
7410
7420
7430
74134
74133
4011
4013
4012
4068
-
-
NOR 2
3
4
5
8
4
3
2
2
1
7402
7427
7425
74260
-
4001
4025
4002
-
4078
3.8. Merancang Rangkaian Logika
Dari sebuah persamaan Boolean dapat membuat rangkaian logika kompleks, dan
sebaliknya dari Rangkian logika kita dapat menganalisa persamaan Boolean dan table
kebenaranya.
Persamaan Boolean pada keluaran suatu rangkaian logika dapat diperoleh dengan
menelusuri tahap demi tahap mulai daro bagian sebelah kiri (Bagian masukan ) ke
sebelah kanan (bagian output).
0
1
Tidak dapat ditentukan
5
2
0,8
0
Volt
0
1
Tidak dapat ditentukan
Vcc
2/3 Vcc
1/3 Vcc
0
Volt
(a) Tingkat logika IC TTL (b) Tingkat logika IC CMOS
Contoh 1:
Gambar 3. 16
Pada contoh 1 dianalisa hasil keluaran setiap operasi gerbang dari kiri ke kanan
sehingga didapatkan keluaran dari rangkaian logika seperti terlihat pada gambar 3. 16.
Untuk membuat Rankaian logika dari sebuah persamaan Boolean, dapat
dilakukan dengan membuat rangkian logika secara bertahap (perhatikan contoh 2).
Contoh 2.:
Buatlah rangkaian logika dan table kebenaranya dari persamaan Boolean berikut ini:
BCABCACX ++=
Jawab:
Persamaan BCABCACX ++= mengadung tiga suku, yaitu: AC, CB dan BCA yang
di-OR-kan. Ini artinya yang harus kita buat dahulu adalah gerbang OR dengan masukan
AC, CB dan BCA (Gambar 3. 17(a)). Masukan – masukan gerbang OR ini tidak lain
adalah hasil operasi AND, maka yang harus kita buat berikutnya adalah tiga buah
gerbang AND dengan AC, CB dan BCA sebagai keluarannya. Gerbang NOT diperlukan
untuk menghasilkan A dan C ( Gambar 3. 17(b)).
(a)
A
B
C
D
A BCA
A+D DA+ )( DABCAX += A
AC
BCA CB
BCACBACX ++=